Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

MENDALAMI PUISI

Disusun Oleh :

Dandy Prasetya Ananta


Dwi Erna Septi Utami
Maisyarah Maulidina
Lukman

DINAS PENDIDIKAN KOTA JAMBI


SMK NEGERI 2 KOTA JAMBI
TAHUN PELAJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat
tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak/Ibu guru
dan teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materi sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu.Kami berharap
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman untuk para pembaca.
Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Jambi, Januari 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i


DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii
BAB 1: PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang ................................................................................................. 1
1.2............................................................................................................................ Per
masalahan ......................................................................................................... 2
BAB 2: PEMBAHASAN
2.1. Mengidentifikasi Komponen Penting dalam Puisi .......................................... 3
2.2. Mendemonstrasikan Puisi……………............................................................. 4
2.3. Menganalisis Unsur Pembangun Puisi ............................................................ 5
2.4. Ciri-ciri, Tujuan, dan Manfaat puisi ................................................................ 7
2.5. Jenis-jenis Puisi (Puisi Lama, Puisi Baru) ....................................................... 9
2.6. Menulis Puisi ................................................................................................... 12
2.7. Menyusun Ulasan dari Buku yang Dibaca ...................................................... 13
BAB 3: PENUTUP
3.1. Kesimpulan ...................................................................................................... 14
3.2. Saran – saran .................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Puisi merupakan salah satu karya yang dapat dikaji dari bermacam-macam aspek.
Puisi dapat dikaji dari struktur dan unsur-unsurnya, mengingat bahwa puisi merupakan
struktur yang tersusun dari bermacam unsur atau ragam. Puisi juga dapat dikaji dari
sudut kesejarahannya, mengingat sepanjang sejarahnya, dari waktu ke waktu puisi selalu
mengalami perubahan dan perkembangan. Puisi termasuk salah satu jenis sastra yang
digemari masyarakat. Karena kemajuan masyarakat dari waktu ke waktu terus
meningkat, maka corak, sifat dan bentuk puisi pun berubah, mengikuti perkembangan
jaman.
Seiring berkembangnya puisi sebagai hasil sastra, juga berkembang puisi Jawa
yang diciptakan dan berkembang dari jaman kerajaan. Puisi Jawa dikemas dengan
menggunakan bahasa Jawa dan memiliki sejarah panjang perkembangannya hingga saat
ini. Hal tersebut ditunjukkan dengan munculnya penyair-penyair puisi Jawa yang dari
tahun ke tahun mengisi perkembangan sejarah sastra Jawa sehingga puisi Jawa memiliki
periode perkembangan khususnya puisi Jawa Modern.
Puisi Jawa Modern berkembang sejak tahun 1940. Pembaharuan Puisi Jawa
Modern yang diawali oleh Subagijo I.N yang memperkenalkan puisi bentuk 1 2 soneta
karya R. Intojo menjadi sastra Jawa terus berkembang hingga tahun 1950 an. Pada awal
tahun 1950-an muncul puisi modern, bebas dari ikatan tradisi. Geguritan ini mengawali
kehadiran Puisi Jawa Modern dan pembaharuan diikuti pembaharuan penyair-penyair
lainnya. Tahun-tahun setelah tahun 1950 muncul penyair-penyair baru dan melahirkan
bentuk dan isi puisi yang semakin beragam.

1
1.2. Permasalahan
Dari tinjauan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka pemakalah
merumuskan masalah yang akan dibahas sebagai berikut:
1. Apa saja komponen penting dalam puisi?
2. Apa yang dimaksud dengan mendemonstrasikan puisi?
3. Apa saja unsur pembangun dalam puisi?
4. Apa saja ciri-ciri, manfaat, dan tujuan berpuisi?
5. Apa saja jenis-jenis dari puisi?
6. Bagaimana mempraktikkan menulis puisi?
7. Bagaimana cara menyusun ulasan dari buku yang dibaca?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Mengidentifikasi Komponen Penting dalam Puisi


Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang sangat populer. Untuk memahami
lebih jelas mengenai puisi, berikut ini beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian puisi.
Suherli dkk (2015), puisi adalah salah satu bentuk karya sastra yang banyak disukai karena
disajikan dalam bahasa yang indah dan sifatnya yang imajinatif. Puisi adalah ekspresi dari
pengalaman imajinatif, yang hanya bernilai serta berlaku dalam ucapan atau pernyataan yang
bersifat kemasyarakatan yang diutarakan dengan bahasa, yang mempergunakan setiap
rencana yang matang dan bermanfaat (Lascelles dalam Djojosuroto, 2005). Puisi merupakan
salah satu jenis karya sastra yang mewakili perasaan penulisnya. Puisi sering disebut sebagai
seni merangkai kata yang di dalamnya menyiratkan hubungan tanda dengan makna (Yunus,
2015).
Intinya dari tiga pendapat para ahli di atas puisi dapat diartikan sebagai karya sastra 
yang sangat erat kaitannya dengan pengalaman imajinatif dan perasaan penulis, kemudian
ditulis dengan pilihan diksi yang indah dan memiliki hubungan tanda dengan makna. Perlu
diketahui pula bahwa terdapat tiga komponen penting puisi yang perlu dipahami, berikut ini
penjelasannya:
1. Menentukan suasana puisi, ketika mendengar lagu pastilah kamu akan merasakan
suatu perasaan baik sedih, bahagia, kecewa, gelisah, marah, dan perasaan lainnya.
Perasaan tersebut tercipta bukan hanya karena musik lagu tersebut saja, tetapi juga
lirik lagu. Sama halnya ketika sedang membaca sebuah puisi, kamu juga akan
mendapat sebuah perasaan tersebut. Perasaan itulah yang disebut suasana puisi.
Lebih sederhananya, suasana puisi merupakan keadaan jiwa atau psikologis
pembaca setelah membaca puisi. Setiap judul puisi akan memgakibatkan suasana
puisi yang berbeda ketika dibaca. Hal tersebut karena ada ruh yang ditaruh oleh
penyair, sehingga membuat perasaan pembaca larut dan menimbulkan suasana puisi.
2. Menentukan tema puisi, semua karya sastra pastilah memiliki tema, contohnya
adalah puisi. Tema ini merupakan gagasan pokok atau ide pokok yang mendasari
terciptanya sebuah puisi. Jenis tema beragam, mulai tema agama, kemanusiaan,
cinta-kasih, budaya, kritik sosial, dan sebagainya. Sehingga, tak salah jika tema

3
dapat dikatakan sebagai inti permasalahan yang ingin disampaikan penyair kepada
pembaca. Nah, untuk menentukan tema, pembaca harus mengamati diksi-diksi yang
sering keluar dalam puisi yang diidentifikasi. Diksi-diksi itulah yang dapat menjadi
kata kunci karena membawa kita ke tema. Misalnya, tema cinta pastilah diksi-diksi
yang digunakan tidak jauh dari cinta dan konotasinya, dan seterusnya.
3. Menentukan makna puisi, makna atau juga biasa dikenal dengan amanat
merupakan pesan yang disampaikan penulis puisi pada pembaca. Pesan tersebut
dapat tersirat maupun tersurat. Tentu saja, setiap pembaca akan menemukan makna
yang sama ataupun berbeda dengan pembaca lain.  Hal tersebut karena setiap
pembaca bebas untuk memapresiasi atau menafsirkan makna puisi sendiri-sendiri.
Makna atau pesan tersebut dapat ditemukan lebih dari satu oleh setiap pembaca akan
menemukan jumlah makna puisi berbeda dengan yang lain.

2.2. Mendemonstrasikan Puisi


1. Membacakan puisi dengan memerhatikan vokal, ekspresi, dan intonasi yang baik
Ada beberapa hal yang harus dipahami ketika akan membacakan puisi, yaitu dengan
mengetahui cara membacanya. Berikut adalah cara-caranya:
1) Rima dan irama, artinya dalam membaca puisi tidak terlalu cepat ataupun terlalu
lambat. Membaca puisi berbeda dengan membaca sebuah teks biasa karena puisi
terikat oleh rima dan irama sehingga dalam membaca puisi tidak terlalu cepat
ataupun juga terlalu lambat.
2) Artikulasi atau kejelasan suara, artinya suara kita dalam membaca puisi harus jelas,
misalnya saja dalam mengucapkan huruf-huruf vokal a, i, u, e, o, ai, au.
3) Ekspresi mimik wajah, artinya ekspresi wajah kita harus bisa disesuaikan dengan isi
puisi. Ketika puisi yang kita bacakan adalah puisi sedih, maka ekspresi mimik wajah
kitapun harus bisa menggambarkan isi puisi sedih tersebut.
4) Mengatur pernapasan, artinya pernapasan harus diatur jangan tergesa-gesa.
5) Sehingga tidak akan mengganggu ketika membaca puisi. Penampilan, artinya
kepribadian atau sikap kita saat di panggung, usahakan terkesan tenang, tak gelisah,
tak gugup, berwibawa, dan meyakinkan tidak demam panggung.

Selain hal-hal di atas, ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika akan membacakan
puisi yaitu sebagai beikut:
1. Vokal

4
Suara yang dihasilkan harus benar. Salah satu unsur dalam vokal ialah artikulasi
kejelasan pengucapan. Kejelasan artikulasi dalam mendemonstrasikan puisi sangat
dibutuhkan. Bunyi vokal seperti a, i, u, e, o, ai, au, dan sebagainya harus jelas
terdengar, demikian pula dengan bunyi-bunyi konsonan.
2. Ekspresi
Ekspresi ialah pengungkapan atau proses menyatakan yaitu memperlihatkan atau
menyatakan maksud, gagasan, dan perasaan. Ekspresi mimik atau perubahan raut
muka harus ada, namun haruslah proporsional sesuai dengan kebutuhan
menampilkan gagasan puisi secara tepat.
3. Intonasi tekanan dinamik dan tekanan tempo
Intonasi ialah ketepatan penyajian dalam menentukan keras-lemahnya pengucapan
suatu kata. Intonasi terbagi menjadi dua yaitu tekanan dinamik tekanan pada kata-
kata yang dianggap penting dan teknanan tempo cepat lambat pengucapan suku kata
atau kata.
Dalam mendemonstrasikan puisi, kita dapat menggunakan teknik-teknik sebagai
berikut:
1. Membaca dalam hati puisi tersebut berulang-ulang.
2. Memberikan ciri pada bagian-bagian tertentu, misalnya tanda jeda. Jeda pendek dengan
tanda dan jeda panjang dengan tanda. Penjedaan panjang diberikan pada frasa, sedangkan
penjedaan panjang diberikan pada akhir klausa atau kalimat.
3. Memahami suasana, tema, dan makna puisinya.
4. Menghayati suasana, tema, dan makna puisi untuk mengekspresikan puisi yang kita baca

2. Memusikalisasikan puisi dengan memerhatikan makna puisi


Tujuan musikalisasi puisi adalah memudahkan pendengar memahami makna puisi yang
ingin disampaikan penyairnya. Lagi pula, dengan dijadikan nyanyian, sebuah puisi akan lebih
mudah diingat oleh pendengarnya. Selain disajikan secara utuh sebagai sebuah lagu, ada juga
yang berpendapat bahwa musikalisasi puisi adalah pembacaan puisi diiringi musik atau
gabungan antara keduanya. Untuk memusikalisasikan puisi, tidak harus menggunakan alat
musik lengkap. Bisa saja hanya menggunakan gitar, suling, bahkan mungkin saja
menggunakan instrumen lagu lain, yang utama adalah musik dan lagu harus tetap
mempertahankan makna yang hendak disampaikan penyairnya. Oleh karena itu, pemahaman
tentang suasana, tema, dan makna puisi menjadi sangat penting sebelum memusikalisasikan
puisi.

5
2.3. Menganalisis Unsur Pembangun Puisi
Adapun unsur-unsur pembangun puisi yaitu:
A. Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik adalah unsur yang terdapat di dalam karya sastra (puisi). Unsur intrinsik
terbagi menjadi dua yaitu, unsur batin dan unsur fisik.
1. Tema, adalah pokok pikiran dasar untuk mengembangkan dan membuat puisi.
2. Rasa, yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam
puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial
dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin,
kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan
psikologis, dan pengetahuan.
3. Nada, yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan
tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui,
mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan
masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh
dan rendah pembaca, dll.
4. Amanat/tujuan/maksud, yaitu pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada
pembaca atau pendengar.
5. Gaya Bahasa, dalam sebuah puisi akan banyak dijumpai rangkaian kata yang
bersifat konotatif, berlebihan, ataupun terkesan merendahkan diri. Inilah yang
disebut sebagai gaya bahasa dalam puisi. Biasanya tiap penulis cenderung memiliki
gaya bahasanya sendiri, yang paling mudah dilihat melalui majas-majas, seperti
personifikasi, metafora, eufemisme, bahkan tak jarang ada yang menggunakan majas
ironi. Jadi, gaya bahasa merupakan cara pemakaian bahasa dalam karangan atau
bagaimana seorang pengarang mengungkapkan sesuatu yang akan dikemukakan.
6. Rima, yaitu kesamaan nada atau bunyi. Rima bisa dijumpai tidak hanya di akhir tiap
larik atau baris, namun dapat juga berada di antara tiap kata dalam baris.
7. Tipografi, yaitu bentuk penulisan puisi. Secara umum, sering ditemukan puisi
dalam bentuk baris, namun ada juga puisi yang disusun dalam bentuk fragmen-
fragmen bahkan dalam bentuk yang menyerupai apel, zigzag, ataupun model
lainnya.
8. Imaji, penyair juga sering menciptakan pengimajian atau pencitraan dalam puisinya.
Pengimajian dapat berupa kata atau rangkaian kata-kata yang dapat memperjelas apa
6
yang ingin disampaikan oleh penyair karena menggugah rasa imajinasi pembaca
melalui penginderaan.
9. Kata Konkret, ada keinginan penyair untuk menggambarkan sesuatu secara lebih
konkret atau berwujud. Oleh karena itu, dipilih kata-kata yang membuat segala hal
terkesan dapat disentuh. Bagi penyair, hal itu dirasakan lebih jelas.

B. Unsur Ekstrinsik Puisi


Unsur ekstrinsik puisi adalah unsur yang terdapat di luar karya sastra (puisi). Beberapa
unsur yang dimaksud antara lain:
1. Unsur Biografi, unsur biografi ini adalah latar belakang pengarang. Latar belakang
cukup berpengaruh dalam pembuatan puisi, misalkan penulis puisi yang latar
belakangnya berasal dari keluarga miskin, maka jika ia membuat puisi akan sangat
menyentuh hati para pembacanya, yang terbawa dari latar belakang penulis sehingga
mampu dikesankan dalam sebuah puisi
2. Unsur Sosial, unsur sosial sangat erat kaitanya dengan kondisi masyarakat ketika
puisi itu dibuat. Misalkan puisi itu dibuat ketika masa orde baru menjelang berakhir.
Pada saat itu kondisi masyarakat itu sedang sangat kacau dan keadaan pemerintahan
pun sangat carut marut, sehingga puisi yang dibuat pada saat itu adalah puisi yang
mengandung sindiran-sindiran terhadap masyarakat
3. Unsur Nilai, unsur nilai dalam puisi ini meliputi unsur yang berkaitan dengan
pendidikan, seni, ekonomi, politik, sosial, budaya, adat-istiadat, hukum, dan lain-
lain. Nilai yang terkandung dalam puisi menjadi daya tarik tersendiri sehingga
sangat memengaruhi baik atau tidaknya puisi.

2.4. Ciri-ciri, Tujuan, dan Manfaat puisi


A. Ciri – ciri Puisi
Di bawah ini akan dijelaskan ciri-ciri puisi secara umum serta ciri-ciri puisi lama dan
puisi baru. Selain itu akan dibahas mengenai unsur-unsur puisi dan struktur puisi beserta
pengertiannya.
1) Ciri-Ciri Puisi Secara Umum
1. Penulisan puisi dituangkan dalam bentuk bait yang terdiri atas baris-baris, bukan
bentuk paragraf seperti pada prosa dan dialog seperti pada naskah drama.
2. Diksi yang digunakan dalam puisi biasanya bersifat kias, padat dan indah.
3. Penggunaan majas sangat dominan dalam bahasa puisi.

7
4. Pemilihan diksi yang digunakan mempertimbangkan adanya rima dan persajakan.
5. Setting, alur, dan tokoh dalam puisi tidak begitu ditonjolkan dalam pengungkapan.
2) Ciri-Ciri Puisi Lama
1. Anonim atau tidak diketahui siapakah nama pengarang puisi.
2. Terikat pada jumlah baris, rima, irama, diksi, intonasi dan sebagainya.
3. Memiliki gaya bahasa yang statis/tetap dan klise.
4. Isinya cenderung fantastis dan istanasentris
5. Merupakan sastra lisan karena disampaikan dan diajarkan dari mulut ke mulut.
3) Ciri-Ciri Puisi Baru
1. Nama pengarang puisi diketahui.
2. Tidak terikat jumlah baris, rima dan irama.
3. Memiliki gaya bahasa yang dinamis atau berubah-ubah.
4. Puisi cenderung bersifat simetris atau memiliki bentuk rapih.
5. Lebih menggunakan sajak syair atau pola pantun.
6. Puisi biasanya berbentuk empat seuntai.
7. Terdiri dari kesatuan sintaksis atau gatra.
8. Pada tiap gatra terdiri dari 4 sampai 5 suku kata.
9. Isi puisi tentang kehidupan pada umumnya.

B. Tujuan Puisi
Setiap penulis pasti memiliki maksud dan tujuan ketika membuat puisi. Tentunya
maksud dan tujuan setiap penulis juga berbeda-beda. Umumnya penulis membuat puisi untuk
mengungkapkan isi hatinya, dan hal-hal yang berkecamuk dalam dirinya yang tidak dapat ia
sampaikan secara lisan. Namun ada juga penulis yang membuat puisi sekadar untuk
kesenangan semata. Maksud dan tujuan tersebut seringkali tersirat (tersembunyi) dibalik
lambang-lambang dan bahasa kiasan yang digunakan penyair. Karena puisi itu karya seni
untuk menyampaikan gagasan, maka tujuan puisi adalah dulce, (indah, manis) dan utile
( berguna, bermanfaat). Dulce berhubungan dengan muatan yang dikandung puisi, berupa
ajran, gagasan, atau pikiran. Karya seni itu, termasuk puisi, berupaya mengembalikan nilai-
nilai kemanusiaan pada keduis teknologi dan menyadarkan kembali manusia pada
kedudukannya sebagai subjek dalam kehidupan ini. Puisi berusaha mengembalikan nilai-nilai
kemanusiaan yang terkikis teknologi dan menyadarkan kembali manusi apada kedudukannya
sevagai subjek dalam kehikdupan ini. Puisi berusaha mengembalikan stabilitas, keselarasan
dan keutuhan dalam diri manusia.

8
C. Manfaat Puisi
Puisi memiliki manfaat spiritual yang sifatnya tidak langsung bagi kehidupan fisikal yang
praktis. Hal ini sesuai dengan hakikat puisi ini berhubungan dengan kehidupan kebatinan
dan kejiwaan manusia. Puisi mempengaruhi kehidupan manusia lewat kehidupan batin dan
kejiwaannya. Lewat kehidupan kejiwaan ini puisi memepengaruhi aktivitas kehidupan
fisik manusia. Serta puisi merangsang kepekaan terhadap keindahan dan terhadap rasa
kemanusiaan.

2.5. Jenis - jenis Puisi (Puisi Lama, Puisi Baru)


A. Jenis Jenis Puisi Lama dan Baru
      Pada awalnya Puisi dibedakan dibedakan menjadi dua jenis, yaitu Puisi Lama dan Puisi
Baru. Pembedaan dua jenis ini terjadi karena adanya peralihan jaman dan juga untuk
membedakan gaya penulisan , makna yang terkandung, dan juga penulisnya.
1) Puisi Lama
Pengertian puisi lama adalah puisi yang masih terikat oleh kaidah dan aturan-aturan
penulisan yang berlaku, yaitu sebagai berikut:
- Jumlah kata yang terdapat dalam satu baris
- Jumlah baris yang terdapat dalam satu bait
- Perajakan
- Banyak suku kata di tiap baris
- Penggunaan Irama
2) Ciri-Ciri Puisi Lama
- Tidak diketahui nama pengarangnya.
- Penyampaian dari mulut ke mulut, sehingga merupakan sastra lisan.
- Sangat terikat akan kaidah dan aturan-aturan yang masih berlaku seperti gaya bahasa,
diksi, rima, intonasi dan sebagainya.
3) Jenis Jenis Puisi Lama
Setelah mengetahui  aturan-aturan dan ciri-ciri puisi lama, maka jenis-jenisnya adalah
sebagai berikut:
1. Mantra

9
Mantra adalah ucapan yang dianggap sakral dan memiliki kekuatan gaib, umumnya
antra digunakan dalam upacara tertentu seperti mantra yang digunakan untuk
menolak datangnya hujan dan sebaliknya.

2. Pantun
Pantun adalah puisi yang memiliki sajak a-a-a-a atau a-b-a-b yang setiap baitnya
terdiri dari empat atau delapan baris, dan di tiap baris terdiri dari 8 – 12  suku kata,
dua baris awal sebagai sampiran, sedangkan untuk dua baris berikutnya sebagai isi.
Pantun dapat bedakan berdasarkan temanya, misalnya: pantun jenaka, Pantun anak,
Pantun kehidupan dan sebagainya.
3. Talibun
Talibun adalah pantun yang memiliki jumlah baris yang selalu genap dalam setiap
baitnya. biasanya terdiri dari enam, delapan, sepuluh baris maupun kelipatan dua
lainnya.
4. Syair
Syair adalah puisi atau karya sastra dari arab yang memiliki sajak a-a-a-a. Biasanya
syair menceritakan sebuah kisah dan didalamnya akan terkadung amanat atau
nasehat.
5. Karmina
Karmina adalah pantun yang sangat pendek atau biasa disebut dengan pantun kilat.
6. Gurindam
Gurindam adalah puisi yang hanya terdapat dua baris kalimat saja dalam setiap
baitnya, memiliki sajak a-a-a-a dan memiliki nasehat atau amanat.
B. Puisi Baru
1) Pengertian Puisi Baru
Pengertian Puisi Baru adalah puisi yang bentunya lebih bebas dan tidak terikat sama
sekali seperti aturan-aturan yang ada pada puisi lama. Biasanya ini disebut dengan puisi
modern. Puisi ini mulai terlihat dengan adanya pujangga pujangga baru. Dan mulai
terkenal pada tahun 1945 yang dipelopori  oleh Chairil Anwar.
2) Ciri-Ciri Puisi Baru
- Memiliki bentuk yang rapi, simetris
- Persajakan akhir yang teratur
- Menggunakan pola sajak pantun dan syair walaupun dengan pola yang lain
- Umumnya puisi empat seuntai

10
- Di setiap baris atasnya sebuah gatra (kesatuan sintaksis)
- Di tiap gatranya terdiri dari dua kata (pada umumnya) : 4-5 suku kata
3) Jenis Jenis Puisi Baru 
Puisi baru dikatogerikan menjadi dua macam yaitu sebagai berikut:

a. Jenis Jenis Puisi Baru Berdasarkan Isinya 


1. Balada
Balada adalah puisi yang berisi kisah atau cerita. Puisi jenis ini terdiri atas tiga (3)
bait, yang setiap delapan (8) larik dengan skema rima a-b-a-b-b-c-c-b. Lalu
skema berubah menjadi a-b-a-b-b-c-b-c. Larik terakhir dalam bait pertama
digunakan sebagai refren pada bait-bait berikutnya. Contohnya pada puisi karya
Sapardi Damono berjudul “Balada Matinya Seorang Pemberontak”.
2. Himne
Himne adalah puisi pujaan kepada Tuhan, tanah air, atau pahlawan. Ciri-ciri
himne adalah lagu pujian yang menghormati seorang dewa, tuhan, pahlawan,
tanah air, almamater (pemandu di Dunia Sastra). Semakin berkembangnya
zaman, arti himne berubah yang mana pengertian himne sekarang adalah sebagai
puisi yang dinyanyikan, berisi pujian terhadap yang dihormati seperti guru,
pahlawan, dewa, tuhan yang bernapaskan ketuhanan.
3. Romansa
Romansa adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih. Arti romansa
berarti keindahan perasaan; persoalan kasih sayang, rindu dendam, serta kasih
mesra (perancis “Romantique).
4. Ode
Ode adalah puisi yang berisi sanjungan untuk orang yang telah berjasa. Nada dan
gayanya sangat resmi (metrumnya ketat), bernada anggun, membahas sesuatu
yang mulia, bersifat menyanjung baik terhadap pribadi tertentu atau peristiwa
umum.
5. Epigram
Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan atau ajaran hidup. Epigram berarti
unsur pengajaran; didaktik; nasihat membawa ke arah kebenaran untuk dijadikan
pedoman, ikhtibar; ada teladan
6. Elegi

11
Elegi adalah puisi yang berisi rata tangis atau kesedihan yang berisi sajak atau
lagu dengan mengungkapkan rasa duka atau keluh kesah karena sedih atau rindu,
terutama karena kematian/kepergian seseorang.

7. Satire
Satire adalah puisi yang berisi sindira/kritik. Istilah berisi bahasa latin Sature
yang berarti sindiran; kejaman tajam terhadap sesuatu fenomena; tidak puasa hati
satu golongan (ke atas pemimpin yang pura-pura, rasuah, zalim, dsb).

b. Jenis-Jenis Puisi Baru Berdasarkan Bentuknya 


1. Distikon
Distikon adalah puisi yang yang tiap bait dari puisi ini terdiri atas dua baris. (puisi
dua seuntai).
2. Terzina
Terzina adalah puisi yang terdiri atas tiga baris pada setiap baitnya. (puisi tiga
seuntai).
3. Kuatrain
Kuatrain adalah puisi yang di tiap baitnya terdiri dari empat baris (puisi empat
seuntai). 
4. Kuint
Kuint adalah puisi yang di tiap baitnya terdiri dari lima baris (puisi lima seuntai).
5. Sektet
Sektet adalah puisi yang di tiap baitnya terdiri dari enam baris (puisi enam
seuntai).
6. Septime
Septime adalah puisi yang di tiap baitnya terdiri dari tujuh baris (tujuh seuntai).
7. Oktaf
Oktaf adalah puisi yang di tiap baitnya terdiri dari delapan baris (double kutrain
atau puisi delapan seuntai).
8. Soneta

12
Soneta adalah puisi yang terdiri dari empat belas baris yang terbagi dalam dua,
dimana dua bait pertama masing-masing empat baris dan pada dua bait kedua
masing-masing tiga baris.

2.6. Menulis Puisi


A. Cara Menulis dan Membuat Puisi
Proses menulis puisi dapat diawali dengan keinginan menuliskan segala sesuatu yang
dirasakan atau dipikirkan. Untuk dapat menuangkan ide, gagasan, atau pengalaman ke dalam
bentuk puisi perlu latihan dan pengetahuan tentang puisi yang memadai. Dengan
mengandalkan pengalaman-pengalaman dalam latihan belaka, tanpa didasari teori, tuntutan,
atau pengetahuan tentang puisi yang memadai, mungkin sulit meraih hasil yang maksimal.
1) Langkah-langkah menulis puisi
Walaupun bagaimanapun, untuk menulis puisi, sesorang harus mempunyai bekal
minimal pengetahuan tentang puisi, unsur-unsur puisi, dan hal-hal lain yang masih berkaitan
dengan puisi. Namun secara garis besar, ada hal-hal yang harus diketahui ketika hendak
menulis puisi, yaitu
1. Menentukan tema, misalnya tema tentang keindahan alam, pemandangan di desa,
kisah cinta, hidup sederhana dan lain-lain.
2. Mencari pilihan kata yang tepat, cara yang kedua ini dapat terasah dengan sering-
sering membaca contoh puisi yang ada.
3. Membangun suasanya, supaya sebuah puisi memiliki “greget”, maka sebaiknya
dalam menulis puisi, penulis sebisa mungkin untuk membangun suasana yang sesuai
dengan tema yang diangkat.
4. Menentukan nada, merupakan hal yang penting dan tidak bisa dianggap remeh
dalam proses pembuatan puisi adalah menentukan nada, karena sebaik apapun
pemilihan kata dan isi puisi tersebut, apabila tidak diiringi dengan pemilihan nada
yang sesuai, maka sajian puisi pun akan hambar.

2.7. Menyusun Ulasan dari Buku yang Dibaca


Langkah-langkah dalam menyusun ulasan dari buku yang dibaca adalah sebagai berikut:
1) Ulasan selalu ditujukan pada isi buku bukan pada pandangan sendiri, sehingga dalam
memberikan ulasan harus dibantu oleh kerangka isi buku;
2) Berikanlah ulasan pada setiap bagian penting isi buku secara proporsional;

13
3) Kemukakanlah ulasan minimal satu paragraf singkat pada setiap bagian buku (fiksi)
atau setiap bab buku nonfiksi (buku pengayaan) yang dianggap menarik;
4) Pada bagian akhir, sampaikanlah kesan kamu setelah membaca buku tersebut.

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Puisi dapat diartikan sebagai karya sastra  yang sangat erat kaitannya dengan
pengalaman imajinatif dan perasaan penulis, kemudian ditulis dengan pilihan diksi yang
indah dan memiliki hubungan tanda dengan makna. Dalam puisi terdapat tiga komponen
penting yang perlu dipahami yaitu menentukan suasana puisi, menentukan tema puisi.dan
menentukan makna puisi.
Kemudian dalam mendemonstrasikan puisi, dapat digunakan teknik-teknik sebagai
berikut: membaca dalam hati puisi tersebut berulang-ulang; memberikan ciri pada bagian-
bagian tertentu; memahami suasana, tema, dan makna puisinya; dan menghayati suasana,
tema, dan makna puisi untuk mengekspresikan puisi yang kita baca.
Selain itu adapun unsur-unsur pembangun puisi yaitu unsur intrinsik yang maksudnya
adalah unsur yang terdapat di dalam karya sastra (puisi) dan unsur ekstrinsik yang artinya
adalah unsur yang terdapat di luar karya sastra (puisi).
Berkaitan dengan ciri-ciri puisi tentu ada berbagai ciri baik secara umum dan khusus
tergantung juga dengan jenis puisinya. Adapun jenis puisi yaitu dibedakan menjadi puisi
lama dan puisi baru. Selanjutnya penulis juga memiliki maksud dan tujuan ketika membuat
puisi. Tentunya maksud dan tujuan setiap penulis juga berbeda-beda. Umumnya penulis
membuat puisi untuk mengungkapkan isi hatinya, dan hal-hal yang berkecamuk dalam
dirinya yang tidak dapat ia sampaikan secara lisan. Namun ada juga penulis yang membuat

14
puisi sekadar untuk kesenangan semata. Kesemuanya itu tentu dapat emmberikan manfaat
baik bagi penulis maupun pembacanya.
Proses menulis puisi dapat diawali dengan keinginan menuliskan segala sesuatu yang
dirasakan atau dipikirkan. Untuk dapat menuangkan ide, gagasan, atau pengalaman ke dalam
bentuk puisi perlu latihan dan pengetahuan tentang puisi yang memadai. Dengan
mengandalkan pengalaman-pengalaman dalam latihan belaka, tanpa didasari teori, tuntutan,
atau pengetahuan tentang puisi yang memadai, mungkin sulit meraih hasil yang maksimal.

3.2. Saran – saran


Berdasarkan pembahasan dan kesipulan yang ada, maka dapat ditarik saran-saran
terkait dalam hal - hal yang perlu diperhatikan dalam membaca puisi antara lain:
1. Ketepatan ekspresi/mimic
2. Ekpresi adalah pernyataan perasaan hasil
penjiwaan puisi. Mimik adalah gerak air muka.
3. Kinesik yaitu gerak anggota tubuh.
4. Kejelasan artikulasi
5. Artikulasi yaitu ketepatan dalam
melafalkan kata- kata.
6. Timbre yaitu warna bunyi suara
(bawaan) yang dimilikinya.
7. Dinamik artinya keras lembut, tinggi
rendahnya suara.
8. Intonasi atau lagu suara.

15
DAFTAR PUSTAKA

Suherli; Suryaman, Maman; Septiaji, Aji; dan Istiqomah. 2017. Bahasa Indonesia untuk
SMA/SMK/MAK Kelas X. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

16

Anda mungkin juga menyukai