Anda di halaman 1dari 13

HUKUMAN MATI PELAKU NARKOBA

MAKALAH
Disusun untuk Menuhi Tugas Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Guru : Tri Agustinni, S.Pd.

Oleh Kelompok :
Aditya Khairul Insan
Indro Abri Oktariansyah
Jamaluddin
Muhammad Ari Rahman
Muhammad Azlan
Muhammad Shaifullah

KELAS XI IPA 3
SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 Nunukan
2017
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum. Wr. Wb
Puji syukur selalu kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala curahan rahmat,
hidayah dan inayah-Nya sehingga kami mampu menyelasaikan tugas yang diberikan oleh guru
kepada kami. Shalawat dan salam tak lupa kita haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW beserta keluarga, sahabat-sahabat dan para pengikut beliau sampai akhir zaman. Makalah
ini memuat materi tentang HUKUMAN MATI TERHADAP PELAKU NARKOBA yang
bertujuan untuk mengetahui perspektif hukum Islam dan hukum positif tentang hukuman mati
terhadap pelaku narkoba.
Dalam pembuatan makalah ini kami memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak.
Karena itu kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua dan teman-
teman yang telah memberikan dukungan yang begitu besar sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga ini bisa memberikan sedikit
kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.
Meskipun kami berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun
selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari berbagai pihak khususnya ibu Tri Agustinni, S.Pd. selaku guru mata Pelajaran Bahasa
Indonesia agar dapat lebih baik lagi dalam penulisan makalah selanjutnya. Akhir kata kami
berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Nunukan, 23 Januari 2017

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ...................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 3
A. Pengertian Narkoba .................................................................................. 3
B. Pengedar Narkoba .................................................................................... 4
1. Perspektif Hukum Islam ........................................................................... 5
2. Perspektif Hukum Positif .......................................................................... 7
C. Pro Kontra Hukuman Mati ..................................................................... 10
BAB III KESIMPULAN ............................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 14
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Narkotika merupakan salah satu zat adiktif yang sangat diperlukan untuk pengobatan dan
pelayanan kesehatan, namun apabila disalah gunakan atau digunakan tidak sesuai dengan
standar pengobatan, terlebih jika disertai dengan peredaran narkotika secara gelap akan
menimbulkan akibat yang sangat merugikan perorangan maupun masyarakat khususnya
generasi muda. bahkan dapat menimbulakan bahaya yang lebih besar lagi bagi kehidupan dan
nilai-nilai budaya bangsa yang pada akhirnya akan dapat melemahkan ketahanan nasional.
Dalam usaha untuk menanggulangi masalah penyalahgunaan dan peredaran gelap
narkotika pemerintah telah mengeluarkan UU No 35 tahun 2009. UU tersebut pada dasarnya
mengatur narkotika digunakan hanya untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu
pengetahuan. Pelanggaran terhadap peraturan itu diancam dengan pidana yang tinggi dan berat
dengan dimungkinkanya terdakwa divonis maksimal yakni pidana mati selain pidana penjara
dan pidana denda.
Dalam beberapa kasus telah banyak bandar dan pengedar narkotika tertangkap dan
mendapatkan sanksi berat berupa pidana mati. Seperti kasus Rodrigo Gularter dan Andrew
Chan terpidana mati asal Brazil dan Australia yang akan di eksekusi mati. Dalam putusan
Mahkamah Konstitusi dijelaskan bahwa penerapan sanksi pidana mati bagi para pelaku tindak
pidana narkotika tidak melanggar hak asasi manusia lain, yang memeberikan dampak terhadap
kehancuran generasi muda di masa yang akan datang.
Namun dalam melaksanakan hukuman mati di Indonesia begitu banyak masyarakat yang
mendukung kebijakan tersebut, akan tetapi tidak sedikit yang menolak hukuman tersebut.
Maka dari itu makalah ini akan membahas tentang perspektif hukum pidana Islam dan hukum
positif, serta pro dan kontra hukuman mati terhadap pelaku narkoba.

B. Rumusan Masalah
Dari penjelasan latar belakang di atas, terdapat beberapa rumusan masalah yaitu sebagai
berikut:
1. Apa pengertian narkoba?
2. Bagaimana hukuman mati pelaku narkoba dalam perspektif hukum pidana Islam dan hukum
Positif?
3. Bagaimana pro kontra hukuman mati bagi pelaku narkoba?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian narkoba.
2. Untuk menegetahui perspektif hukum pidana islam dan hukum positif terhadap hukuman
mati pelaku narkoba.
3. Untuk mengetahui alasan pro kontra terhadap hukuman mati pelaku narkoba.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Narkoba
Narkotika dan obat-obatan terlarang (NARKOBA) atau narkotik, psikotropika, dan zat
aditif (NAPZA) adalah bahan yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan psikologi seseorang
(pikiran, perasaan dan perilaku) serta dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologi.
Narkotika menurut UU RI No 22/1997, Narkotika yaitu zat atau obat yang berasal dari
tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa
nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Menurut Kurniawan (2008) narkoba adalah zat
kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti perasaan, pikiran, suasana hati serta
perilaku jika masuk ke dalam tubuh manusia bisa dengan cara dimakan, diminum, dihirup,
suntik, intravena dan lain-lain sebaginya.1[1]
Dari penjelasan di atas sangat jlas bahwa narkoba merupakan zat imia yang dapat
merubah manusia baik dari segi perilaku maupun psikologi karena zat yang dimiliki narkoba
sangat berbahaya bagi kesehatan manusia serta menimbukan kecandungan. Berikut bahaya
narkoba berdasarkan efeknya yaitu sebagai berikut:
1. Depresan dapat menekan/memperlambat sistem saraf pusat dan mengurangi kegiatan fungsi
tubuh, sehingga dapat membuat orang merasa santai dan tenang, kurang tegangan dan
menyadari pristiwa sekitarnya bahkan tidak sadarkan diri.
2. Halusinogen dapat menyebabkan jika di komsumsi dalam sekian dosis maka seseorang
menjadi berhalusinasi/mengubah pikiran dengan melihat suatu hal yang sebenarnya tidak nyata
atapun tidak ada. jenis obat ini dapat meningkatkan kesadaran seseorang dari pandengaran, rasa
dan sentuhan.
3. Stimulan dapat menyebabkan organ tubuh pada sistem saraf pusat seperti otak dan jantung
bekerja lebih cepat dari biasanya dan dapat membantu orang lebih merasa waspada serta
meningkatkan kinerja fisik sehingga cenderung membuat seseorang lebih senang dan gembira
serta bertenaga untuk sementara waktu.
4. Adiktif menyebabkan seseorang cenderug bersifat pasif yang apabila seseorang yang sudah
mengkomsumsinya biasanya ingin dan ingin lagi karena secara tidak langsung jenis narkoba
ini memutuskan syaraf-syaraf dalam otak.
Dikalangan generasi muda penyalahgunaan narkoba semakin meningkat. Maraknya
penyimpangan tersebut dapat memberikan dampak dan bahaya akan berlangsungnya
kehidupan bangsa dikemudian hari. Pemuda yang diharapkan menjadi penerus bangsa dan
negara semakin hari menjadi rapuh yang disebabkan oleh narkotika dan obat terlarang tersebut.
Sehingga pemuda tersebut tidak bisa berpikir jernih untuk kedepanya. Sebagai akibatnya, bagi
generasi muda harapan bangsa yang cerdas dan tangguh hanya menjadi tinggal kenangan.

B. Pengedar Narkoba
Menurut Lilik Muliyadi, pengedar Narkotika/Psikotropika adalah orang yang melakukan
kegiatan penyaluran dan pernyerahan narkotika/psikotropika, pengedar tersebut termasuk
dimensi penjual, pembeli untuk diedarkan, mengangkut, menyimpan, menguasai,
menyediakan, melakukan perbuatan mengkspor dan mengimpor
Narkotika/Psikotropika.2[2]
Pengedar narkoba merupakan musuh utama dalam pemberantasan narkoba di Indonesia,
karena dari pengedar inilah narkoba sangat mudah di dapatkan dengan cara melakukan
transaksi secara secara sembunyi-sembunyi. Akhir-akhir ini masyarakat Indonesia dihebohkan
dengan hukuman mati terhadap enam orang pengedar narkoba di lapas Nusa kambangan.
Begitu banyak negara-negara lain yang mengecam kebicakan pemrintah Indonesia dalam
eksekusi mati tersebut, bahkan pemerintah Brazil dan Australia telah menarik Dubes mereka
sebagai bentuk protes terhadap pemerintah Indonesia yang akan mengeksekusi mati terpidana
narkoba yang melibatkan warga negara mereka. Apapun alasan dan tawaran pemerintah Brazil
dan Australia agar warganya tidak dieksekusi pemerintah Indonsia harus konsisten dalam
keputusan tersebut. Karena hukuman mati bagi pengedar narkoba merupakan salah satu cara
yang paling efektif dalam pemberantasan narkoba di Indonesia. Berikut hukuman mati pelaku
narkoba dalam perspektif Hukum Pidana Islam dan Hukum Positif:
1. Perspektif Hukum Pidana Islam
Sistem Islam sebagai satu kesatuan akan efektif mengatasi masalah kejahatan
masyarakat. Islam mewajibkan negara untuk tanpa henti membina keimanan dan ketakwaan
rakyat. Keimanan dan ketakwaan itu akan menjadi faktor pencegah sangat efektif dalam diri
seseorang yang bisa mencegah dia dari melakukan kejahatan apapun bentuknya. jika dengan
semua itu masih ada yang melakukan tindak kriminal, maka sistem sanksi (uqubat) Islam akan
menjadi palang pintu terahir yang efektif memberi efek jerah yang bisa mencegah terjadinya
kejahatan. Dalam kasus narkoba Islam dengan tegas mengharamkan narkoba. Orang yang
mengkomsumsi narkoba berarti telah melakukan kemaksiatan atau tindakan kriminal. Ia bisa
dijatuhi sanksi tazir yang jenis dan kadarnya diserahkan kepada khalifah atau qadhi. Bagi
pengedar narkoba sanksi tazirnya lebih berat, bisa sampai hukuman mati dengan
memperhatikan tingkat dan dampak kejahatan itu bagu masyarakat.
Dalam kasus narkoba ini Majelis Ulama Kibar telah mempelajari dan membahas dampak
buruk tersebarnya obat terlarang dan menetapkan bahwa hukuman bagi pengedar narkoba
adalah sebagai berikut:3[3]
Pertama: Bandar narkoba adalah hukumanya dibunuh, karena perbuatanya menjadi
bandar pengedar narkoba, menyebarkan obat terlarang ke dalam negara menyababkan
kerusakan yang besar tidak hanya bagi bandarnya namun juga menjadi sebab masalah yang
serius bagi seluruh umat. Termasuk bandar narkoba adalah orang yang mendatangakan obat
terlarang ini dari luar. kemudian didistribusikan ke penjual langsung.
Kedua: untuk pengedar obat terlarang keputusan ulama kibar untuk pelaku telah
diterbitkan pada keputusan no. 85, tertanggal 11 Dzulqaidah 1401 di sana dinyatakan: orang
yang mengedarkan narkoba, baik dengan membuat sendiri atau impor dari luar, baik dengan
jual beli, atau diberikan dengan cuma-cuma atau bentuk penyebaran lainya, maka untuk
pelanggaran yang dilakukan pertama, dia dihukum tazir yang keras, baik dipenjara, dihukum
cambuk atau disita hartanya atau diberikan semua hukuman tersebut sesuai keputusan
mahkamah. Kemudian jika dia mengedarkan lagi, dia diberi hukuman yang bisa
menghindarkan masyarakat dari kejahatanya meskipun harus dengan hukuman mati. Karena
perbuatanya ini, dia termasuk orang yang merusak di muka bumi dan potensi berbuat maksiat
telah melekat dalam dirinya.
Para ulama menegaskan bahwa hukuman mati termasuk bentuk hukuman tazir yang
dibolehkan. Syaikhul Islam Ibn Taimiyah mengatakan: Manusia yang kerusakanya tidak bisa
dihentikan kecuali dengan dibunuh boleh dihukum mati sebagaimana hukuman mati untuk
pemberontak, menyimpang dari persatuan kaum muslimun, atau gembong perbuatan bidah
dalam agama. Nabi Muhammad SAW. Pernah memerintahkan untuk membunuh orang yang
sengaja berdusta atas nama beliau (dengan membuat hadis palsu). Ibnu Dailam pernah bertanya
kepada beliau tentang orang yang tidak mau berhenti dari minum khamr. Beliau menjawab:
siapa yang tidak mau berhenti dari minuman khamr, bunuhlah.
Ketiga: Majelis Ulama Kibar berpendapat bahwa seblum menjatuhkan dua hukuman di
atas hendaknya dilakukan proses pengadilan yang sempurna, untuk membuktikan kebenaran
kasus, sesuai dengan proses mahkamah Syariah dan badan resserse kriminal. Sebagai bentuk
kehati-hatian dalam memberikan hukuman mati kepada seseorang.
Keempat: hendaknya hukuman ini diumumkan melalui media masa sebelum diterapkan
sebagai bentuk peringatan bagi masyarakat.
Keputusan Majelis Ulama Kibar ini spendapat dengan Majelis Ulama Indonesia yang
mendukung pemerintah Indonesia agar mengeksekusi terpidana mati kasus narkoba. MUI juga
berpendapat bahwa generasi Indonesia saat ini harus diselamatkan dari bahaya narkoba yang
bisa merusak moral bangsa. Sehingga mereka sangat mendukung kebijakan pemerintah dalam
menghukum mati bandar narkoba.

2. Perspektif Hukum Positif


Seperti yang tela h dijelaskan di atas bahwa pengedar narkoba adalah musuh utama yang
harus dihapuskan di Indonesia karena mereka transaksi narkoba menjadi mudah masuk di
Indonesia. landasan hukum yang digunakan untuk menghukum mati pengedar narkoba adalah
UU No 35 tahun 2009 tentang narkotika. Dalam UU ini ada 6 pasal yang mengatur hukuman
pidana mati yaitu pasal 113,114,116, 118, 119 dan 121:4[4]
a. Pasal 113
Ayat (1) setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memperoduksi, mengimpor,
mengikspor, atau menyalurkan narkotika golongan I, dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 5 tahun dan paling lama 15 tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
Ayat (2) dalam hal perbuatan memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan
narkotika golongan I sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam bentuk tanaman beratnya
melebihi 1 (satu) kilogram atau beratnya melebihi 5 (lima) gram, pelaku dipidana dengan
pidana mati, pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun
dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).

b. Pasal 114
Ayat (1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual,
menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan
narkotika golongan I dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling
singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit
Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh
miliar rupiah).
Ayat (2) Dalam hal perbuatan menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menjadi
perantara dalam jual beli, menukar, menyerahkan atau menerima narkotika golongan I
sebagaimana dimaaksud pada ayat (1) yang dalam bentuk tanaman beratnya melebihi 1 (satu)
kilogram atau melebihi 5 (lima) batang pohon atau dalam bentuk bukan tanaman beratnya 5
(lima) gram, pelaku dipidana dengan pidana mati, pidana penjara seumur hidup, atau pidana
penjara paling singkat 6 (enam) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda
maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).
c. Pasal 116
Ayat (1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menggunakan narkotika
golongan I terhadap orang lain atau memberikan narkotika golingan I untuk digunakan orang
lain dengan pidana prnjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun
dan pidana denda paling sedikit Rp. 1.000.000.000,00 (satu milar rupiah) dan paling banyak
Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
Ayat (2) Dalam hal penggunaan narkotika terhadap orang lain atau pemberian narkotika
golongan I untuk digunakan orang lain sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan orang lain mati , atau cacat permanen, pelaku dipidana dengan pidana mati,
pidana penjara seumur hidup, atau penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20
(dua puluh) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah
1/3 (sepertiga).
d. Pasal 118
Ayat (1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memproduksi, mengimpor,
mengekspor, atau menyalurkan Narkotika golongan II, dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda paling sedikit
Rp. 800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 8.000.000.000,00
(delapan miliar rupiah).
Ayat (2) Dalam hal perbuatan memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau
menyalurkan narkotika golongan II sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beratnya melebihi 5
(lima) gram, pelaku dipidana dengan pidana mati, pidana penjara seumur hidup, atau pidana
penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda
maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).
e. Pasal 119
Ayat (1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual,
menjual, membeli, menerima, menjadi perantara, dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan
Narkotika golongan II dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan
paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 800.000.000,00 (delapan
ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah).
Ayat (2) dalam hal perbuatan menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima,
menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan Narkotika golongan II
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beratnya melebihi 5 (lima) gram, pelaku dipidana dengan
pidana mati, pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun
dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).

f. Pasal 121
Ayat (1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menggunakkan narkotika
golongan II terhadap orang lain atau memberikan narkotika golongan II untuk digunakan orang
lain, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua
belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah)
dan paling bayak Rp. 8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah).
Ayat (2) Dalam hal penggunaan narkotika terhadap orang lain atau pemberian narkotika
golongan II untuk digunakan orang lain sebagai mana dimaksud pada ayat (1) mengakbatkan
orang lain mati atau caacat permanen, pelaku dipidana dengan pidan mati, pidana penjara
seumur hidup atau pidana penjara saling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh)
tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3
(sepertiga).

C. Pro Kontra Hukuman Mati


Hukuman Mati terhadap pelaku kejaahatan narkoba kembali menjadi perdebatan publik.
Kontroversi semakin tajam ketika pemerintah RI akan melakukan eksekusi mati terpidana
kasus narkoba yang melibatkan warga negara Brazil dan Australia. Begitu banyak masyarakat
Indonesia yang mendukung kebijakan pemerintah RI melakukan eksekusi mati terhadap
pengedar narkoba, namun tidak sedikit yang menolak hukuman mati dengan alasan melanggar
HAM. Berikut beberapa argumen Pro dan Kontra hukuman mati terhadap pengedar narkoba:
1. Argumen Pro
Kelompok retensionis mengajukan argumen yang mendukung hukuman mati. Alasan
utama adalah hukuman mati memberi efek cegah terhadap penjahat potensial kejahatan
narkoba. bila menyadari akan dihukum mati, penjahat demikian setidaknya akan berpikir seribu
kali sebelum melakukan kejahatan narkoba.
Fakta membuktikan bila dibandingkan dengan negara-negara yang maju yang tidak
menerapkan hukum mati, Arab Saudi yang memberlakukan hukum Islam dan hukuman mati
memiliki tingkat kejahatan yang rendah. Kaum retensionis juga menolak pendapat kelompok
abolisionis yang mengatakan hukuman mati terhadap pengedar narkoba bertentangtan dengan
kemanusiaan. Sebaliknya mereka berpendapat justru kejahatan narkoba merupakan kejahatan
luar biasa yang menistakan prikemanusiaaan. Kejahatan narkoba merupakan kejahatan
kemanusiaan yang merenggut hak hidup tidak hanya satu orang melainkan banyak manusia.
Kelompok retensionis berpendapat hukuman mati terhadap penjahat narkoba tidak melanggar
konstitusi sebagaimana telah dinyatakan oleh MK. Di Amerika Serikat pun, hukuman mati
tidak bertentangan dengan konstitusi.
Dalam keadaan darurat narkoba seperti sekarang ini, ketika kejahatan narkoba telah
merusak generasi muda dan merampas hak hidup banyak manusia di Indonesia. Jadi sangat
adil jika hukuman mati juga diterapkan untuk memberi peringatan keras bagi para penjahat
narkoba. Hukuman mati hanya dijatuhkan pada bentuk kejahatan narkoba yang paling jahat
seperti memproduksi dan pengedar narkoba.

2. Argumen Kontra
Kaum Abolisionis mendasarkan argumennya pada beberapa alasan. Pertama,
hukuman mati merupakan bentuk hukuman yang merendahkan martabat manusia dan
bertentangan dengan hak asasi manusia. Atas dasar argumen inilah kemudian banyak negara
yang menghapuskan hukuman mati dalam sistem peradilan pidananya. Sampai sekarang sudah
97 negara yang menghapuskan hukuman mati, negara-negara Uni Eropa dilarang menerapkan
hukuman mati berdasarkan pasal 2 Charter of Fundamental Rights of the European Union tahun
2000.5[5]
Kelompok abolisionis juga membantah alasan kaum retensionis yang meyakini
hukuman mati akan menimbulkan efek jera dan karena itu akan menurunkan tingkat kejahatan
khususnya kejahatan terkait narkoba. Belum ada bukti ilmiah konklusif yang membuktikan
korelasi positif antara hukuman mati dan penurunan tingkat kejahatan narkoba.

BAB III
KESIMPULAN

Narkotika dan obat-obatan terlarang (NARKOBA) atau narkotik, psikotropika, dan zat
aditif (NAPZA) adalah bahan yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan psikologi seseorang
(pikiran, perasaan dan perilaku) serta dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologi,
sebagaimana yang telah di atur dalam UU RI No 22/1997. Dalam Islam Narkoba sangat di
haramkan karena mempunyai dampak buruk bagi kesehatan dan merusak ahlak seseorang.
Di dalam Alquran memang tidak ada nash yang menjelaskan keharaman narkoba, akan
tetapi ulama sepakat bahwa sesuatu yang dapat memabukkan seseorang maka hukumnya
haram. Islam juga sangat mendukung dengan diberlakukannya hukuman mati terhadap
pengedar narkoba, karena dari pengedar inilah narkoba mudah didapatkan sehingga dapat
merusak moral dan generasi penerus bangsa.
Di dalam UU No 35 tahun 2009 terdapat beberapa pasal yang mengatur tentang hukuman
para pelaku narkoba dengan maksimal hukuman mati. jadi tidak ada alasan bagi pemerintah
untuk tidak mengeksekusi mati para pengedar narkoba karena dari segi hukum positif sudah
diatur sanksinya dan hukum Islam pun sangat mendukung hal tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

belajarpsikologi.com/pengertian-narkoba/

hukumpidana.bphn.go.id/kuhpoutuu/undang-undang-nomor-35-tahun-2009-tentang-
narkotika/ g

m.hukumonline.com/klinik/detail/lt5141cd01a7dac/pemilik-puntung-ganja-=-pengedar-ganja

setkab.go.id/pro-kontra-hukuman-mati-bagi-pelaku-kejahatan-narkoba/

www.konsultasisyariah.com./hukuman-mati-untuk-pengedar-narkoba -itulah-hukum-islam/

Anda mungkin juga menyukai