Anda di halaman 1dari 6

MEKANISME DIABETES MELITUS TIPE 2 DALAM MENINGKATKAN RISIKO

PENYAKIT KATARAK

Adellia Risda Sativa1

Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung


1

Abstract: Mechanism of Type 2 Diabetes Mellitus in Increasing Risk of Cataract


Disease. In 2010, there were 94 million people with visual impairment and 20 million
people who were blind due to cataract. cataract is the loss of transparency of the lens in
the eye due to hydration of lens fluid and lens protein denaturation. Many risk factors can
affect the occurrence of cataracts, one of which is a systemic disease. The International
Diabetes Federation (IDF) estimated in 2017 there were 451 million diabetes mellitus
patients worldwide and will increase to 693 million by 2045. Type 2 diabetes mellitus
increases the risk of cataracts through the polyol pathway. Sorbitol production that
catalyzed by aldose reductase (AR) in diabetic patients is faster than the amount of
sorbitol that is converted to fructose by sorbitol dehydrogenase, and secretion of sorbitol
through diffusion is blocked by the polar nature of sorbitol resulting in the accumulation
of sorbitol in the intracellular. Increased intracellular accumulation of sorbitol leads to
hyperosmotic effect that results in degeneration of the lens fibers. Osmotic stress
resulting from the accumulation of sorbitol induces stress in the endoplasmic reticulum
(ER) and cause oxidative stress damage to lens fibers.

Keyword: Cataract, Hyperosmotic, Osmotic Stress, Type 2 Diabetes Mellitus

Abstrak: Mekanisme Diabetes Melitus Tipe 2 Dalam Meningkatkan Risiko


Penyakit Katarak. Pada tahun 2010, terdapat 94 juta orang yang mengalami gangguan
penglihatan dan 20 juta orang mengalami kebutaan karena katarak. katarak merupakan
hilangnya transparansi lensa mata akibat hidrasi cairan lensa maupun denaturasi protein
lensa. Banyak faktor risiko yang dapat mempengaruhi terjadinya katarak, salah satunya
adalah penyakit sistemik. International Diabetes Federation (IDF) memperkirakan bahwa
pada tahun 2017 terdapat 451 juta pasien diabetes melitus diseluruh dunia dan akan
menjadi 693 juta pada tahun 2045. Diabetes melitus tipe 2 meningkatkan risiko katarak
melalui jalur poliol. Produksi sorbitol yang dikatalisis oleh Enzim aldose reduktase (AR)
pada pasien diabetes lebih cepat dibandingkan dengan banyaknya sorbitol yang
dikonversi menjadi fruktosa oleh enzim sorbitol dehidrogenase, selain itu pengeluaran
sorbitol melalui difusi yang terhalang oleh sifat polar sorbitol mengakibatkan
penumpukan sorbitol di intraseluler. Peningkatan akumulasi sorbitol intraseluler
menyebabkan terjadinya efek hiperosmotik yang menghasilkan degenerasi serat lensa.
Stres osmotik yang terjadi karena akumulasi sorbitol menyebabkan stres pada retikulum
endoplasma kemudian membentuk stres oksidatif yang merusak serat lensa.

Kata kunci: Diabetes Melitus tipe 2, Hiperosmotik, Katarak, Stres Osmotik

PENDAHULUAN 51% kebutaan yang terjadi di dunia


Katarak masih menjadi penyebab (Song, Wang, Theodoratou, Chan, &
terbanyak pada kebutaan dan penyebab Rudan, 2018). Insiden katarak di
terbanyak kedua pada gangguan indonesia diperkirakan sebesar
penglihatan. Berdasarkan estimasi 0,1%/tahun atau di antara 1.000 orang
global tahun 2010, terdapat 94 juta terdapat seorang penderita baru katarak
orang yang mengalami gangguan setiap tahunnya (Kementrian Kesehatan
penglihatan dan 20 juta orang Republik Indonesia, 2014).
mengalami kebutaan karena katarak. Katarak merupakan hilangnya
Katarak bertanggung jawab terhadap transparansi lensa mata atau terjadi

Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 6, Nomor 2, April 2019 160
kekeruhan pada lensa akibat hidrasi Pasien DM dilaporkan memiliki risiko 5
cairan lensa, denaturasi protein lensa kali lebih besar untuk dapat menderita
atau akibat keduanya (Nadyanti, katarak. Beberapa studi menunjukkan
Himayani, Putri, & Yusran, 2019). bahwa katarak terjadi sebanyak 3
Kekeruhan yang terdapat di dalam lensa sampai 4 kali lebih sering pada pasien
menyebabkan berkurangnya cahaya DM yang berumur kurang dari 65 tahun
yang masuk dan mengganggu dan 2 kali lebih sering terjadi pada
penglihatan. Katarak sering pasien yang berumur lebih dari 65
dideskripsikan seperti melihat air terjun tahun. Jalur poliol dikatakan memainkan
atau kertas lilin (Gupta, Rajagopala, & peran dalam perkembangan katarak
Ravishankar, 2019). Katarak dapat pada pasien DM. Pada pasien DM
mengganggu aktivitas sehari-hari, terdapat mekanisme terbentuknya poliol
membuat penderitanya mengalami dari glukosa oleh enzim Aldose
depresi, lebih mudah terjatuh, dan Reductase (AR) yang menghasilkan
meningkatkan kematian (Chew et al., peningkatan stres osmotik pada serat
2012). Berdasarkan beberapa studi lensa kemudian menyebabkan ruptur
populasi diperoleh bahwa prevalensi dan penebalan pada serat lensa yang
katarak meningkat seiring dengan memicu terjadinya katarak (Kiziltoprak,
pertambahan usia. Prevalensi katarak Tekin, Inanc, & Goker, 2019).
pada pria adalah 6,71% untuk umur 45- Diabetes dan katarak merupakan
49 tahun dan 73,01% untuk umur 85-89 beban kesehatan dan ekonomi yang
tahun. Sedangkan pada wanita sangat besar, terutama bagi negara
prevalensi katarak yaitu 8,39% untuk berkembang yang belum memiliki
umur 45-49 dan 77,51% untuk umur 85- penanganan diabetes yang baik dan
89 tahun. Katarak dapat menyebabkan akses operasi katarak yang masih sulit.
gangguan penglihatan dan berkurangnya Pendekatan lain untuk mengatasi
kualitas hidup (Song et al., 2018). kebutaan akibat katarak mulai dilakukan
Diabetes melitus tipe 2 adalah dengan cara mengetahui mekanisme
penyakit sistemik kronis yang ditandai terjadinya katarak karena diabetes
dengan hiperglikemia serta terdapat melitus tipe 2 sehingga perkembangan
gangguan metabolisme karbohidrat, katarak dapat dicegah maupun ditunda
lemak, dan protein akibat kekurangan sejak dini (Pollreisz & Schmidt-erfurth,
kerja dan atau sekresi insulin. Penderita 2010).
diabetes melitus dapat memiliki gejala
seperti polidipsia, polifagia, poliuria, METODE
kesemutan dan penurunan berat badan Dengan cara mengumpulkan
(Fatimah, 2015). Prevalensi diabetes artikel ilmiah penelitian sebelumnya
melitus semakin lama semakin untuk mendapatkan informasi dan
meningkat. International Diabetes membuat ringkasan berupa review
Federation (IDF) memperkirakan bahwa artikel ilmiah.
pada tahun 2017 ada 451 juta pasien
DM diseluruh dunia dan akan menjadi HASIL DAN PEMBAHASAN
693 juta pasien DM pada tahun 2045 Lensa mata merupakan struktur
(Nadyanti et al., 2019). Menurut WHO, kristalin yang transparan dan bikonveks
Indonesia menduduki peringkat kedua pada mata manusia serta memiliki fungsi
dengan prevalensi DM terbanyak di Asia mirip seperti lensa pada kamera.
Tenggara. Sebanyak 90% pasien DM Kristalin adalah protein yang menyusun
memiliki diabetes melitus tipe 2 lensa dan bertanggung jawab dalam
(Sugiharto, Hsu, Toobert, & Wang, fungsi refraksi lensa mata. Pada keadaan
2019). katarak, lensa mata mengalami
Diabetes melitus tipe 2 dapat penurunan transparansi dan peningkatan
menyebabkan kerusakan struktur kekeruhan atau berkabut. Modifikasi,
jaringan mata. Gangguan penglihatan agregasi, dan presipitasi kristalin adalah
pada pasien DM paling sering disebabkan mekanisme utama yang mendasari
oleh katarak dikarenakan oleh semakin perkembangan katarak (Lam et al.,
meningkatnya insidensi dan progresifitas 2015).
pasien DM yang mengalami katarak.

Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 6, Nomor 2, April 2019 161
Terdapat beberapa tipe katarak. dibandingkan dengan penglihatan dekat.
Tipe yang pertama adalah katarak Sedangkan katarak subkapsular
senilis, katarak ini berhubungan dengan posterior seringkali mempengaruhi
bertambahnya umur dan merupakan penglihatan dekat dibandingkan
katarak yang paling umum, biasanya penglihatan jauh. Katarak subkapsular
tipe ini berkembang saat seseorang posterior sering membuat penderitanya
mencapai umur diatas 50 tahun. Tipe mengalami silau (Liu et al., 2017).
kedua adalah katarak pada anak-anak Terapi standar untuk katarak
yang terbagi menjadi dua, yaitu katarak adalah operasi dengan menghilangkan
kongenital yang sudah terjadi saat lahir lensa yang mengalami katarak dan
dan katarak juvenil yang berkembang diganti dengan lensa intraokular (Liu et
setelah lahir. Kedua jenis katarak ini al., 2017). Penghilangan lensa yang
disebabkan oleh kondisi genetik, mengalami katarak atau bisa disebut
congenital disorder maupun infeksi ekstraksi katarak dapat dilakukan secara
intrauterin. Tipe selanjutnya yaitu intrakapsular yaitu mengeluarkan lensa
katarak sekunder, katarak ini adalah tipe bersama dengan kapsul lensa atau
katarak yang dapat terjadi karena ekstrakapsular yaitu mengeluarkan isi
trauma atau operasi pada mata, lensa (korteks dan nukleus) melalui
penyakit lain pada mata (seperti kapsul anterior yang dirobek dengan
glaukoma atau infeksi mata), berbagai meninggalkan kapsul posterior (Ilyas &
obat-obatan (seperti kortikosteroid), Yulianti, 2017). Peningkatan teknologi
paparan radiasi, dan penyakit sistemik dan teknik pada operasi katarak dalam
(seperti diabetes melitus). Katarak juga beberapa dekade terakhir memberikan
dapat diklasifikasikan secara morfologis hasil operasi katarak yang baik. Selain
yaitu katarak subkapsular, katarak itu dibutuhkan juga penilaian
nuklear dan katarak kortikal (Lam et al., preoperatif, penentuan kekuatan lensa
2015). intraokular, manajemen intraoperatif,
Banyak faktor risiko yang dapat dan pasca operasi yang tepat (Liu et al.,
mempengaruhi terjadinya katarak. 2017).
Faktor risiko yang paling umum adalah Diabetes melitus tipe 2 adalah
usia. semakin bertambahnya usia akan penyakit metabolik kronis yang ditandai
semakin meningkatkan risiko terjadinya dengan kenaikan gula darah karena
katarak. Selain itu ada beberapa faktor terdapat gangguan fungsi insulin
lainnya seperti rendahnya tingkat (resistensi insulin) dan atau penurunan
pendidikan, rendahnya status sosial sekresi insulin oleh sel beta pankreas.
ekonomi, jenis kelamin wanita, etnik Perkembangan diabetes melitus tipe 2
tertentu (orang Asia lebih tinggi awalnya menunjukan adanya gangguan
risikonya dibandingkan orang Eropa), pada sekresi insulin yang bersifat relatif,
faktor genetik, paparan sinar UV-B, hal ini menandakan bahwa insulin gagal
merokok, konsumsi alkohol, malnutrisi, mengkompensasi resistensi insulin.
dan berbagai penyakit sistemik seperti Penanganan yang tidak baik akan
hipertensi, gangguan ginjal, membuat penyakit ini berkembang dan
hipokalsemia dan diabetes melitus tipe 2 terjadi kerusakan sel-sel B pankreas.
yang dapat menyebabkan katarak Kerusakan progresif dari sel B pankreas
kortikal dan katarak subkapsular akan menyebabkan defisiensi insulin
posterior (Liu, Wilkins, Kim, Malyugin, & sehingga penderita memerlukan insulin
Mehta, 2017). Orang yang memiliki eksogen (Fatimah, 2015).
katarak memiliki gejala yang berbeda- Terdapat banyak faktor risiko yang
beda karena tipe katarak yang beragam. dapat mempengaruhi terjadinya diabetes
Pasien sering mengeluhkan penglihatan melitus tipe 2. Faktor risiko yang paling
kabur dan merasa silau serta mengalami penting adalah obesitas yang
fenomena optis. Pasien juga dapat ditunjukkan dengan Indeks Massa Tubuh
mengeluhkan penglihatan seperti (IMT) ≥25kg/m2 atau lingkar perut ≥80
berasap disertai dengan penurunan cm pada wanita dan ≥90 cm pada laki-
penglihatan yang progresif (Ilyas & laki (Fatimah, 2015). Sebagian besar
Yulianti, 2017). Katarak nuklear sering pasien diabetes melitus tipe 2 memiliki
kali mempengaruhi penglihatan jauh berat badan yang tergolong obesitas,

Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 6, Nomor 2, April 2019 162
obesitas menyebabkan fungsi insulin melakukan latihan secara teratur yaitu
terganggu (resistensi insulin). Pasien 3-4 kali seminggu selama kurang lebih
yang tidak obesitas banyak ditemukan 30 menit yang sifatnya Continous,
memiliki peningkatan persentase lemak Rhytmical, Interval, Progresive, dan
tubuh yang banyak terdistribusi di regio Endurance (CRIPE). Antidiabetik oral
abdomen. Pasien DM tipe 2 banyak yang diindikasikan untuk menangani pasien
tidak terdiagnosis selama bertahun- DM tipe 2 ringan sampai sedang yang
tahun karena kondisi hiperglikemia yang gagal dikendalikan dengan pengaturan
dialami oleh pasien berkembang secara diet dan olahraga. Obat golongan ini
bertahap dan tidak cukup berat untuk ditambahkan bila setelah 4-8 minggu
membuat pasien menyadari gejala klasik upaya diet dan olahraga dilakukan,
diabetes (American Diabetes Association, kadar gula darah tetap di atas 200 mg/dl
2010). Faktor risiko lainnya yang dapat dan HbA1c di atas 8% (Fatimah, 2015).
diubah selain obesitas yaitu kurangnya Perilaku atau gaya hidup dan faktor
aktivitas fisik, dislipidemia, diet yang genetik adalah hal yang paling
tidak sehat, dan hipertensi. Sedangkan berpengaruh terhadap terjadinya
faktor risiko yang tidak dapat diubah diabetes melitus. Selain itu, lingkungan
yaitu riwayat keluarga dengan diabetes sosial dan pemanfaatan pelayanan
melitus, berumur ≥45 tahun, etnik kesehatan juga berkontribusi terhadap
tertentu, riwayat lahir dengan berat penanggulangan penyakit diabetes dan
badan rendah (<2,5 kg), dan riwayat komplikasinya. Diabetes dapat
melahirkan bayi dengan berat badan memengaruhi berbagai sistem organ
lahir bayi >4000 gram atau riwayat dalam tubuh sehingga diabetes dapat
pernah menderita diabetes melitus menyebabkan komplikasi makrovaskular
gestasional (Fatimah, 2015). dan mikrovaskular, komplikasi yang
Penderita diabetes melitus tipe 2 termasuk dalam komplikasi
biasanya akan mengeluhkan gejala makrovaskular yaitu penyakit jantung,
seperti banyak makan (poliphagia), stroke, dan penyakit pembuluh daraf
banyak minum (polidipsia), banyak perifer. Penyakit pembuluh darah perifer
buang air kecil (poliuria), berat badan dapat menyebabkan cedera yang sulit
turun dengan cepat sebanyak 5-10 kg sembuh, gangren, bahkan panderitanya
dalam waktu 2-4 minggu walaupun dapat menjalani amputasi. Sedangkan
nafsu makan bertambah, dan mudah yang termasuk dalam komplikasi
lelah. Gejala kronis juga dapat mikrovaskular yaitu kerusakan sistem
dikeluhkan seperti kesemutan, kulit saraf (neuropati), kerusakan sistem
terasa tertusuk-tusuk atau panas, ginjal (nefropati), dan kerusakan mata
kelelahan, gigi mudah goyah dan mudah (retinopati) (Rosyada & Trihandini,
lepas, dan penurunan kemampuan 2013). Sebanyak 60% penderita yang
seksual bahkan dapat terjadi impotensi sudah mengalami diabetes melitus tipe 2
pada pria (Fatimah, 2015). Diagnosis selama lebih dari 20 tahun mengalami
diabetes melitus tipe 2 ditegakkan retinopati. Pada penderita diabetes
dengan melihat keluhan dan gejala yang terdapat perubahan komponen optik
khas ditambah hasil pemeriksaan yaitu kornea, lensa, dan retina yang
glukosa darah sewaktu >200 mg/dl, dipengaruhi oleh beberapa parameter
atau glukosa darah puasa >126 mg/dl seperti durasi menderita diabetes, level
(American Diabetes Association, 2010). glukosa darah, dan penggunaan insulin
Pasien diabetes melitus tipe 2 (Pradhevi, Moegiono, & Atika, 2012).
ditatalaksana melalui pengaturan diet Katarak adalah gangguan penglihatan
dengan menekankan pentingnya yang paling umum terjadi pada pasien
keteraturan makan dalam hal jadwal diabetes melitus. Peningkatan angka
makan, jenis dan jumlah makanan pasien DM tipe 2 juga akan
terutama yang mengkonsumsi obat meningkatkan insidensi katarak diabetik
penurunan glukosa darah atau insulin. (Pollreisz & Schmidt-erfurth, 2010).
Diet yang dianjurkan adalah makanan Katarak terbentuk lebih cepat pada
dengan komposisi yang seimbang dalam orang yang menderita diabetes dan lebih
hal karbohidrat 60-70%, lemak 20-25% mudah ditemukan 1,6 kali lebih sering
dan protein 10-15%. Pasien dianjurkan dibandingkan dengan orang yang tidak

Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 6, Nomor 2, April 2019 163
mengalami diabetes (Pradhevi et al., humor dapat menyebabkan glikasi pada
2012). Uji statistik menunjukkan bahwa protein lensa. Reaksi fenton yang
risiko menderita katarak senilis pada dihasilkan oleh peningkatan level
responden yang memiliki riwayat hidrogen peroksida (H2O2) pada aqueous
diabetes melitus adalah 10,688 kali lebih humor pasien DM juga menginduksi
besar dibandingkan responden yang radikal hidroksil (OH-) setelah masuk ke
tidak memiliki riwayat diabetes melitus dalam lensa. Faktor lain yang meningkat
(Hadini, Eso, & Wicaksono, 2016). pada lensa dan aqueous humor pasien
Peningkatan kadar glukosa darah DM adalah radikal bebas nitrit oksida
menimbulkan efek patologi pada (NO) yang menyebabkan peningkatan
jaringan tubuh yang tidak bergantung pembentukan peroksinitrit, hal ini
pada insulin untuk memasukkan glukosa berkontribusi terhadap kerusakan sel
ke dalam selnya, sehingga mereka tidak karena proses oksidasi. Lensa mata pada
mampu mengatur transportasi glukosa pasien diabetes lebih rentan mengalami
seiring dengan meningkatnya stres oksidatif karena terganggunya
konsentrasi gula pada ekstraseluler, kapasitas antioksidan. Superoksida
misalnya pada lensa mata dan ginjal dismutase adalah enzim antioksidan
(Hadini et al., 2016). Katarak pada paling utama pada lensa mata yang
pasien diabetes berkembang melalui mendegradasi radikal superoksida (O2-)
jalur poliol, enzim aldose reduktase (AR) menjadi hidrogen peroksida (H2O2) dan
mengkatalisis reduksi glukosa menjadi oksigen. Beberapa studi menunjukan
sorbitol yang mengakibatkan stres osmotik pada lensa dihasilkan
berkembangnya katarak. produksi karena akumulasi sorbitol menyebabkan
sorbitol pada pasien diabetes lebih cepat apoptosis pada epitel lensa dan
dibandingkan dengan banyaknya sorbitol membentuk katarak (Pollreisz &
yang dikonversi menjadi fruktosa oleh Schmidt-erfurth, 2010).
enzim sorbitol dehidrogenase sehingga
terjadi penumpukan sorbitol di KESIMPULAN
intraseluler. Selain itu, pengeluaran Katarak merupakan keadaan
sorbitol melalui difusi juga terhalang oleh dimana lensa mata mengalami
sifat polar sorbitol. peningkatan penurunan transparansi atau
akumulasi sorbitol intraseluler peningkatan kekeruhan. Mekanisme
menyebabkan terjadinya efek utama yang mendasari perkembangan
hiperosmotik yang menyebabkan katarak adalah terjadinya modifikasi,
masuknya air ke dalam sel dan agregasi, dan presipitiasi kristalin.
mengganggu gradien osmotik sehingga Penyakit sistemik merupakan salah satu
menghasilkan degenerasi serat lensa faktor risiko katarak. Risiko terjadinya
hidropik dan membentuk katarak katarak dapat meningkat sebanyak 5 kali
(Kiziltoprak et al., 2019). Penelitian pada lebih besar bila seseorang menderita
hewan menunjukkan bahwa akumulasi diabetes melitus.
sorbitol intraselular karena enzim aldose Mekanisme diabetes melitus tipe 2
reduktase (AR) menyebabkan dalam meningkatkan risiko terjadinya
keruntuhan serat lensa yang katarak adalah melalui jalur poliol.
menghasilkan kekeruhan pada lensa Produksi sorbitol yang dikatalisis oleh
(Nartey, 2017). enzim aldose reduktase (AR) pada
Stres osmotik yang terjadi karena pasien diabetes lebih cepat dibandingkan
akumulasi sorbitol menyebabkan stres dengan banyaknya sorbitol yang
pada retikulum endoplasma, yaitu dikonversi menjadi fruktosa, dan
tempat protein disintesis, yang pada pengeluaran sorbitol yang terhambat
akhirnya membentuk radikal bebas. karena sifat polar sorbitol meningkatkan
Stres pada retikulum endoplasma juga akumulasi sorbitol intraseluler yang
disebabkan oleh fluktuasi level glukosa menyebabkan efek hiperosmotik dan
yang menginisiasi unfolded protein menghasilkan degenerasi lensa yang
response (UPR) dan memproduksi membentuk katarak. selain itu, stres
oksigen reaktif sehingga menyebabkan osmotik yang terjadi karena akumulasi
stres oksidatif yang merusak serat lensa. sorbitol menyebabkan stres pada
Peningkatan level glukosa pada aqueous retikulum endoplasma yang pada

Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 6, Nomor 2, April 2019 164
akhirnya akan membentuk radikal bebas interventions to retarding its
yang merusak serat lensa. progression : a mini review.
MedCrave, 6(3), 4–7.
DAFTAR PUSTAKA Pollreisz A, & Schmidt-erfurth U. (2010).
Diabetic cataract — pathogenesis,
American Diabetes Association. (2010). epidemiology and treatment.
Diagnosis and classification of Journal of Ophthalmology.
diabetes mellitus. Diabetes Care, Pradhevi L, Moegiono, & Atika. (2012).
33(1), 562–569. Effect of type 2 diabetes mellitus
Chew M, Chiang PP, Zheng Y, Lavanya R, on cataract incidence rate at
Wu R, Saw SMEI, Lamoureux EL. ophthalmology outpatient clinic,
(2012). The Impact of Cataract, dr soetomo hospital, surabaya.
Cataract Types, and Cataract Folia Medica Indonesiana, 48(3),
Grades on Vision-Specific 137–143.
Functioning Using Rasch Analysis. Rosyada A, & Trihandini I. (2013).
Am J Ophthamol, (154), 29–38. Determinan komplikasi kronik
Fatimah RN. (2015). Diabetes Melitus diabetes melitus pada lanjut usia,
Tipe 2. Majority, 4(5), 93–101. 7(9), 395–401.
Gupta VB, Rajagopala M, & Ravishankar Song P, Wang H, Theodoratou E, Chan
B. (2019). Etiopathogenesis of KY, & Rudan I. (2018). The
cataract : An appraisal. Indian national and subnational
Journal Of Ophthalmology, 62(2), prevalence of cataract and
103–109. cataract blindness in China : a
Hadini MA, Eso A, & Wicaksono S. systematic review and meta-
(2016). Analisis faktor risiko yang analysis. Journal Of Global Health,
berhubungan dengan kejadian 8(1), 1–18.
katarak senilis di RSU Bahteramas Sugiharto, Hsu YY, Toobert DJ, & Wang
tahun 2016, 3(2), 256–267. ST. (2019). The validity and
Ilyas S, & Yulianti S. (2017). Ilmu reliability of the summary of
penyakit mata. Jakarta: Badan diabetes self-care activities
Penerbit Fakultas Kedokteran questionnaire : an Indonesian
Universitas Indonesia. version. INJEC, 4(1), 25–36.
Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia. (2014). Situasi
Gangguan Penglihatan dan
Kebutaan.
Kiziltoprak, H., Tekin, K., Inanc, M., &
Goker, Y. S. (2019). Cataract in
diabetes mellitus. World Journal
of Diabetes, 10(3), 140–153.
Lam D, Rao SK, Ratra V, Liu Y, Mitchell
P, King J, Chang DF. (2015).
Cataract. Nature Reviews,
1(15014), 1–15.
Liu Y, Wilkins M, Kim T, Malyugin B, &
Mehta JS. (2017). Cataracts,
390(390), 600–612.
Nadyanti F, Himayani R, Putri GT, &
Yusran M. (2019). Hubungan
durasi menderita diabetes melitus
tipe 2 dengan kejadian katarak di
RSUD DR. H. Abdul Moeloek
Provinsi Lampung Tahun 2018.
Essence of Scientific Medical
Journal, 17(1), 1–4.
Nartey A. (2017). The pathophysiology
of cataract and major

Jurnal Ilmu Kedokteran Dan Kesehatan, Volume 6, Nomor 2, April 2019 165

Anda mungkin juga menyukai