Anda di halaman 1dari 9

PANTUN

Guru Pengajar

Muhamad Fachrijal Ilmi, S.Pd

Disusun Oleh

Khosyi Nada Tasya

Helda

XI Broadcaast

SMK BINA BANUA BANJARMASIN

TAHUN 2017/2018
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan ................................................................................................................. 1
BAB II Isi .................................................................................................................................. 2
A. Pengertian Pantun ............................................................................................................. 2
B. Struktur Pantun ................................................................................................................. 3
a. Pantun Biasa ............................................................................................................... 3
b. Pantun Karmina .......................................................................................................... 3
c. Pantun Talibun ........................................................................................................... 3
C. Kaidah Pantun .................................................................................................................. 3
1. Diksi ........................................................................................................................... 3
2. Bahasa Kiasan ............................................................................................................ 3
3. Imaji ........................................................................................................................... 3
4. Bunyi (Rima dan Irama) ............................................................................................. 4
D. Jenis-Jenis Pantun Beserta Isi .......................................................................................... 4
1. Pantun Nasihat............................................................................................................ 4
2. Pantun Jenaka ............................................................................................................. 4
3. Pantun Agama ............................................................................................................ 5
BAB III Penutup ...................................................................................................................... 6
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah, merupakan satu kata yang sangat pantas saya ucapkan kepada
Allah STW, karena dengan bimbinganNya maka saya bisa menyelesaikan makalah Apresiasi
dan Kreasi Sastra ini dengan tepat waktu.

Makalah ini dibuat dengan berbagai referensi dalam jangka waktu tertentu sehingga
menghasilkan karya yang bisa dipertanggungjawabkan hasilnya. Saya mengucapkan terima
kasih kepada pihak terkait yang telah membantu saya dalam menghadapi berbagai tantangan
dalam penyusunan makalah ini.

Saya menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan yang mendasar pada
makalah ini. Karena setiap manusia tidak luput dari tempatnya salah dan keliru. Oleh karena
itu saya mengundang pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun
untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini.

Terima kasih, dan semoga makalah ini bisa memberikan sumbangsih positif bagi kita
semua.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pantun merupakan sastra lisan yang dibukukan pertama kali oleh Haji Ibrahim Datuk
Kaya Muda Riau, seorang sastrawan yang hidup sezaman dengan Raja Ali Haji. Antologi
pantun yang pertama itu berjudul Perhimpunan Pantun-pantun melayu. Genre pantun
merupakan genre yang paling bertahan lama.
Mengungkapkan perasaan tidak hanya dapat diceritakan dan ditulis dalam bentuk prosa.
Ungkapan perasaan pun dapat dinyatakan dalam bentuk puisi, seperti puisi lama yang
disebut pantun. Selain pantun, masih ada bentuk puisi lama lainnya, seperti pantun
kilat (karmina), talibun, seloka, gurindam, dan syair.
Pantun sudah dikenal masyarakat Indonesia sejak dahulu. Misalnya, wawangsalan,
paparikan, sisindiran, sesebred dalam masyarakat sunda; pantun ludruk, dan gandrung dalam
masyarakat jawa; serta ende-ende dalam masyarakat Mandailing. Bahkan, di sebagian daerah
Sumatra, masyarakat Minangkabau menggunakan pantun sebagai pembuka acara di
perayaan-perayaan. Selain dibaca, pantun juga kerap dinyanyikan.

1.2 Permasalahan
1. Apakah Pengertian pantun?
2. Apa saja struktur pantun?
3. Bagaimanakah ciri-ciri pantun?
4. Bagaimanakah syarat-syarat pantun?
5. Apa sajakah jenis-jenis pantun?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui Pengertian pantun.
2. Mengetahui struktur pantun.
3. Mengetahui ciri-ciri pantun.
4. Mengetahui syarat-syarat pantun.
5. Mengetahui jenis-jenis pantun.
BAB II
ISI

A. Pengertian Pantun
Dalam pengertian umum, pantun merupakan salah satu bentuk sastra rakyat yang
menyuarakan nilai-nilai dan kritik budaya masyarakat. Pantun adalah puisi asli Indonesia
(Waluyo,1987:9). Pantun juga terdapat dalam beberapa sastra daerah di Indonesia
seperti “parika” dalam sastra jawa atau“paparikan” dalam sastra sunda. Orang yang pertama
kali membentangkan pikiran dari hal pantun Indonesia ini adalah H.C. Klinkert dalam tahun
1868. Karangannya bernama “De pantuns of minnenzangen der Maleier”. Sesudah itu datang
Prof. Pijnapple; juga beliau memaparkan pikirannya dari hal ini dalam tahun 1883. Pantun
tepat untuk suasana tertentu, seperti halnya juga karya seni lainnya hanya tepat untuk suasana
tertentu pula.

Menurut Surana (2001:31) pantun ialah bentuk puisi lama yang terdiri atas 4 larik sebait
berima silang (a b a b). Larik I dan II disebut sampiran, yaitu bagian objektif. Biasanya
berupa lukisan alam atau apa saja yang dapat diambil sebagai kiasan. Larik III dan IV
dinamakan isi, bagian subjektif. Sama halnya dengan karmina, setiap larik terdiri atas 4
perkataan. Jumlah suku kata setiap larik antara 8-12.

Namun, dalam buku Bahan Ajar Sastra Rakyat (2005:70) mengatakan bahwa: Pantun
adalah puisi melayu tradisional yang paling popular dan sering dibincangkan. Pantun adalah
ciptaan asli orang Melayu; bukan saduran atau penyesuaian dari puisi-puisi jawa, India, cina
dan sebagainya. kata pantun mengandung arti sebagai, seperti, ibarat, umpama, atau laksana.

Sedangkan dalam Kamus Istilah Sastra (2006:173) menjelaskan bahwa: Pantun adalah Puisi
Indonesia (Melayu), tiap bait (kuplet) biasa terdiri atas empat baris yang bersajak (a-b-a-
b) tiap larik biasanya berjumlah empat kata; baris pertama dan baris kedua biasanya tumpuan
(sampiran) saja dan baris ketiga dan keempat merupakan isi; setiap baris terdiri dari 8-12
suku kata; merupakan peribahasa sindiran; jawab (pada tuduhan dan sebagainya).

Menurut penulis, pantun merupakan salah satu jenis puisi lama dalam kesusastraan Melayu
Nusantara yang paling popular. Pada umumnya setiap bait terdiri atas empat baris (larik), tiap
baris terdiri atas 8-12 suku kata, berirama a-b-a-b dengan variasi a-a-a-a. Baris pertama dan
kedua adalah sampiran, sedangkan baris ketiga dan keempat adalah isi.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 1016). Semua bentuk pantun terdiri atas dua
bagian: sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan
alam (mencirikan budaya agraris masyarakat pendukungnya), dan biasanya tak punya
hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud selain untuk mengantarkan
rima/sajak. Dua baris terakhir merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut.
B. Struktur Pantun
Struktur teks pantun sangat tergantung dengan jenis pantuan itu sendiri, misalnya teks
pantun talibun, pantuan biasa dan karmina, struktur teksnya akan sedikit berbeda satu
sama lain. namun biasanya strukturnya terdiri dan sampiran dan isi.

a. Struktur pantun biasa


Pantun biasanya pada umumnya memiliki 4 baris, dua baris pertama disebut sampiran
dan 2 baris terakhir disebut sebagai isi, baris 1 dan 2 biasanya untuk membentuk rima,
dan umumnya bagian sampiran ini tidak berhubungan dengan isi dari pantun
terseubut, sedangkan baris 3 dan 4 biasanya merupakan isi pantun yang merupakan
bagian dari tujuan pantun tersebut.

b. Pantun Karmina
Pantun karmina adalah pantun yang hanya berisi 2 baris saja, baris pertama disebut
sampiran dan baris ke dua disebut isi, pantun ini umumnya memiliki pola teks a-a.

c. Pantun talibun
Pantun talibun adalah pantun yang memiliki 6 baris, 3 baris pertama disebut seagai
sampiran dan 3 baris berikutnya disebut isi.

C. Kaidah Kebahasaan
Sebuah pantun menggunakan bahasa sebagai media untuk mengungkapkan makna
yang ingin disampaikan. Struktur kebahasaan pada sebuah pantun sering juga disebut
dengan struktur fisik. Struktur fisik tersebut mencakup diksi, bahasa kiasan, imaji dan
bunyi yang terdiri atas rima dan irama.

1. Diksi
Diksi diartikan sebagai pilihan kata yang tepat dan selaras dalam penggunaannya
untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang
diharapkan. Akan tetapi, diksi yang digunakan berbeda dengan pantun yang lahir pada
zaman modern. Kata yang digunakan seringkali dihubungkan dengan berbagai sarana
dan prasarana mutakhir. Berikut salah satu contohnya: Jalan-jalan ke pasar unik,
Membeli baju dan handphone baru. Siapa gerangan wanita cantik, Yang tersenyum di
hadapanku.

2. Bahasa Kiasan
Bahasa Kiasan yaitu bahasa yang digunakan pelantun untuk menyatakan sesuatu
dengan cara yang tidak biasa, yang secara tidak langsung mengungkapkan makna.
Bahasa kiasan di sini bisa berupa peribahasa atau ungkapan tertentu dalam
menyampaikan maksud berpantun.

3. Imaji
Imaji atau citraan yang dihasilkan dari diksi dan bahasa kiasan dalam pembuatan teks
pantun. Pengimajian akan menghasilkan gambaran yang diciptakan secara tidak
langsung oleh pelantun pantun. Oleh sebab itu, apa yang digambarkan seolah-olah
dapat dilihat (imajinasi secara visual), didengar (imaji auditif), atau dirasa (imaji
taktil).
Salah satu contohnya: Kalau pedada tidak berdaun Tandanya ulat memakan akar
Kalau tak ada tukang pantun Duduk musyawarah terasa hambar Imaji yang dilukiskan
pada pantun tersebut adalah imaji visual (melihat) dan imaji taktil (merasakan).

Imaji visual dapat dilihat pada baris pertama /Kalau pedada tidak berdaun//Tandanya
ulat memakan akar/, seolah-olah pendengar melihat ulat memakan akar karena sudah
tidak ada daun yang bisa dimakan pada tumbuhan pedada. Sementara itu, imaji taktil
tergambar pada bagian isi /Kalau tak ada tukang pantun//Duduk musyawarah terasa
hambar/. Hal ini membuat pendengar seolah-olah merasakan kehambaran dalam
musyawarah tersebut karena tidak ada tukang pantun yang ber pantun.

4. Bunyi (Rima dan Irama)


Rima merupakan unsur pengulangan bunyi pada pantun, sedangkan irama adalah
turun naiknya suara secara teratur. Selain untuk memperindah bunyi pantun,
bebunyian diciptakan juga agar penutur (pelantun) dan pendengar lebih mudah
mengingat serta mengaplikasikan pesan moral dan spiritual yang terdapat dalam teks
pantun jenis apapun.

Pemilihan dan susunan katanya ditempatkan sedemikian rupa, sehingga kata dalam
pantun tidak dapat dipertukarkan letaknya atau diganti dengan kata lain yang
memiliki makna yang sama. Selanjutnya adalah menyusun larik-larik yang sengaja
diacak dan menentukan sampiran dan juga isi.

D. Jenis-Jenis Pantun Beserta Isi

1. Pantun Nasihat
Pada dasarnya, pantun dibuat untuk memberi imbauan dan anjuran terhadap seseorang
ataupun masyarakat. Karena itulah, tema isi pantun yang paling banyak dijumpai
berjenis pantun nasihat. Pantun yang satu ini memiliki isi yang bertujuan
menyampaikan pesan moral dan didikan.

Contoh:
Di jalan tak sengaja berjumpa daun sugi
Ingat manfaat, lantas cepat dibawa
Tiada belajar tiada yang rugi
Kecuali diri sendiri di masa tua

2. Pantun Jenaka
Sesuai namanya, jenis pantun yang satu ini memang memiliki kandungan isi yang
lucu dan menarik. Tujuannya tak lain untuk memberi hiburan kepada orang yang
mendengar ataupun membacanya. Tidak jarang pula, pantun jenaka digunakan untuk
menyampaikan sindiran akan kondisi masyarakat yang dikemas dalam bentuk ringan
dan jenaka.
Contoh:
Duduk manis di bibir pantai
Lihat gadis, aduhai tiada dua
Masa muda kebanyakan santai
Sudah renta sulit tertawa

3. Pantun Agama
Jenis pantun yang satu ini memiliki kandungan isi yang membahas mengenai manusia
dengan pencipta-Nya. Tujuannya serupa dengan pantun nasihat, yaitu memberikan
pesan moral dan didikan kepada pendengar dan pembaca. Akan tetapi, tema di pantun
agama lebih spesifik karena memegang nilai-nilai dan prinsip agama tertentu.

Contoh:
Kalau sudah duduk berdamai
Jangan lagi diajak perang
Kalau sunah sudah dipakai
Jangan lagi dibuang-buang
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Pantun adalah Puisi Indonesia, tiap bait (kuplet) biasa terdiri atas empat baris yang
bersajak (a-b-a-b)tiap larik biasanya berjumlah empat kata; baris pertama dan baris kedua
biasanya tumpuan (sampiran) saja dan baris ketiga dan keempat merupakan isi; setiap baris
terdiri dari 8-12 suku kata; merupakan peribahasa sindiran; jawab (pada tuduhan dan
sebagainya)
Ciri-ciri pantun dapat dinyatakan yaitu pantun tersusun atas empat baris dalam tiap
baitnya.Baris pertama dan baris kedua berupa sampiran.Baris ketiga dan keempat merupakan
isi/ maksud yang hendak disampaikan.Jumlah suku kata dalam tiap baitnya rata-rata berkisar
delapan sampai dua belas.
Jenis pantun dapat dibedakan berdasarkan tingkatan umur pemakainya, berdasarkan
isinya ,dan berdasarkan bentuknya atau susunannya.

3.2 Saran

Saran yang dapat diberikan adalah hendaknya ilmu tentang kesusastraan selalu digali
dan dipelajari serta diterapkan, khususnya tentang pantun oleh para sastrawan, ilmuan, dan
lebih spesifik lagi oleh mahasiswa bahasa dan sastra Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai