Anda di halaman 1dari 28

KONSEP DASAR APRESIASI PUISI

Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas

M a t a Ku l i a h A p r e s i a s i S a st r a I n do n es i a

D o s en P e ng a mp u : Su g i a r t i, S.S ., M. A.

Disusun Oleh Kelompok II :

Azmi Merlin Atiya


2122.01.02.0015
Faisal Musthafa 2122.01.02.0030
Icha Yulora Ramdhani 2122.01.02.0028
Reinaldi Ardana Putra 2122.01.02.0016

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


SEKOLAH TINGGI ILMU KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
AL-AMIN INDRAMAYU 2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam, yang
Maha penyayang, dan Dzat yang Maha memiliki sumber ilmu

pengetahuan. Shalawat serta salam penulis selalu curahkan kepada junjungan kita Rasulullah
Muhammad SAW., Nabi besar seluruh umat muslim beserta keluarga, sahabat, hingga pada
keturunannya hingga akhir zaman.

Syukur Alhamdulillah dengan segala rahmat, pertolongan, karunia, keridhoan serta kasih sayang-
Nya, akhirnya laporan makalah dapat diselesaikan yang berjudul Apresiasi puisi makalah ini
diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Apresiasi puisi .

Penulis sadar sepenuhnya bahwa penulisan makalah ini masihjauh dari sempurna dan masih
banyakkekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun masih penulis harapkan
untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Penulis berharap semoga dengan makalah yang telah penulis susun ini, dapat memberikan manfaat
bagi siapapun yang mempunyai semangat untuk terus mengembangkan serta memperbaiki potensi yang
terdapat dalam dirinya.

Indramayu, Maret 2 0 2 3

Penulis

i
DAFTAR ISI

K A T A P E N G A N T A R ................................................................................................ i

DAF TAR I S I............................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang........................................................................................................ 1

B . Rumusan masalah.................................................................................................. 1

C. Tujuan..................................................................................................................... 2
D. Manfaat.................................................................................................................... 2

BAB II RINGKASAN DAN PEMBAHASAN


A. Definisi puisi...........................................................................................................3

B. Pengertan apresiasi puisi...................................................................................... 3


C . Ragam apresiasi puisi............................................................................................ 4
D. Pemahaman hakekat puisi.................................................................................... 17

E. Pemhaman metode puisi....................................................................................... 18

B AB III PEN UTUP

A. Kesimpulan............................................................................................................. 21

B. Saran......................................................................................................................... 22

D A F T A R P U S T A K A .................................................................................................. 23

ii
B AB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Puisi merupakan bentuk karya sastra yang paling tua. Karya besar yang

bersifat abadi seperti: Mahabharata, Ramayana, Wedatama, Tripama, Babad


Tanah Jawi ( Sastra Jawa ), Oedipus, Antigone, Hamlet, Machbeth, dan

sebagainya (dari Yunani dan Inggris ), di karang dalam bentuk puisi. Bentuk
puisi yang paling tua adalah Mantra.

Di dalam Mantra tercermin hakikat sesungguhnya dari puisi, yakni bahwa

pengkonsentrasian kekuatan bahasa itu di maksudkan oleh penciptanya untuk


menimbulkan gaya Magis atau kekuatan gaib. Dalam perkembangannya di

Indonesia, kita kenal dengan berbagai jenis tipografi dan model puisi yang
menunjukan perkembangan struktur puisi tersebut. Ciri-ciri struktur puisi dari

jaman ke jaman dan dari periode-periode tidakhanya di tandai oleh perbedaan


struktur fisik, tetapi juga oleh struktur makna atau tematiknya.

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalahdiatas penulisan mengajukan beberapa

rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apa definisi dari puisi ?

2. Apa definisi dari apresiasi puisi ?

3. Apa saja Ragam apresasi puisi ?


4. Apasaja pemahaman hakekat puisiitu ?

5. Apa saja pemahaman metode puisi ?

1
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui dan menjelaskan definisi dari puisi itu sendiri

2. untuk memenuhi dan menjelaskan definisi apresiasi puisi


3. untuk mengetahui dan menjelaskan Ragam paresiasi puisi
4. untuk mengetahui dan menjelaskan pemahaman hakekat puisi

5. untuk mengetahui dan menjelaskan pemahaman metode puisi

D. Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Supaya mahasiswa dapat mengetahui definisi puisi dan apresiasipuisi .

2. Supaya mahasiswa mengetahui dan menjelaskan ragam puisi .

3. Supaya mengetahui dan menjelaskan pemahaman hakekat puisi


dan metode puisi .

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi puisi
Penekanan pada segi estetik suatu bahasa dan penggunaan sengaja
pengulangan, meter dan rima adalah yang membedakan puisi dari prosa.
Namun perbedaan ini masih diperdebatkan. Beberapa ahli modern memiliki
pendekatan dengan mendefinisikan puisi tidak sebagai jenis literatur tapi
sebagai perwujudan imajinasi manusia, yang menjadi sumber segala kreativitas.
Selain itu puisi juga merupakan curahan isi hati seseorang yang membawaa
oraang lain kedaalam keaadaan hatinya.

B. Pengertan apresiasi puisi


Secara leksikal istilah „apresiasi‟ berasal dari kata benda appreciation yang
berarti pemahaman dan pengenalan yang tepat, pertimbangan, penilaian, dan
pernyataan yang memberikan penilaian, Hormby (Najid, 202:38). Kamus
Oxford Learner memberi makna memahami dan menikmati atau memahami
secara keseluruhan. Pengertian lain menyebutkan bahwa „apresiasi‟ dapat
berarti pengenalan, pemahaman, dan penghargaan terhadap karya seni.
Pengertian ini ditafsirkan dari bahasa lain apreciatio yang memiliki arti
mengindahkan dan menghargai.

Beberapa pendapat tentang pengertian apresiasi dapat dikemukakan


sebagai berikut. Efendi (Najid, 2002:39) mengatakan bahwa apresiasi dapat
diartikan sebagai aktivitas menggauli karya sastra secara sungguh-sungguh
sehingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan
kepekaan perasaan yang baik terhadap karya sastra. Dengan demikian,
apresiasi adalah upaya untuk dapat mengerti karya sastra yang dapat dibaca
dengan memahami maknanya, baik aktual maupun intensional dengan
memahami seluk beluk karya sastra tersebut.
Secara etimologis, puisi berasal dari bahasa Yunani yang juga dalam


bahasa lain „poeitas’ ( latin poeta’), yang berarti membangun, membentuk

3
atau membuat. Asal kata poeiteo atau poio yang berarti membangun,

menyebabkan, menimbulkan, atau menyair.Di dalam kamus istilah sastra,


Panuti mengatakan bahwa puisi adalah ragam sastra yang bahasanya terikat

oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Batasan ini tentu
tidak berlaku bagi puisi modern atau kontemorer karena II puisi tersebut
memiliki kebebasan bentuk. Mulyana ( Semi, 1998:91) memberikan batasan
puisi dengan menggunakan pendekatan psikolinguistik karena puisi
merupakan karya seni yang tidak saja berhubungan dengan masalah bahasa,
tetapi juga berhubungan dengan masalah jiwa. Dengan pendekatan terebut,
beliau menyimpulkan bahwa puisi adalah sintesis dari berbagai puisi bahasa
yang telah tersaring semurni mungkin dan berbagai proses jiwa yang mencari
hakikat pengalamannya tersusun dalam sistem kerespondesi dalam salah satu

bentuk.Volerdge (Prodopo, 1996:6) mengemukakan bahwa puisi adalah kata-


kata terindah dalam susunan terindah. Wordsworth mempunyai gagasan
bahwa puisi adalah pernyataan perasaan yang imajinatif, yaitu perasaan yang
direkakan atau diragukan.

C. Ragam apresi asipuisi

Ada bermacam-macam jenis puisi yang ditulis para penyair Indonesia. Karya

sastra tidak bersifat otonom. Dalam memahami makna karya sastra, kita
mengacu pada beberapa hal yang erat hubungannya dengan puisi tersebut.

Dalam pemahaman puisi, hal yang dipandang erat hubungannya adalah jenis
puisi itu sendiri dan sudut pandang penyair. Sebenarnya ada banyak sekali
macam-macam puisi, dan bagaimana penyair dalam menyampaikan
inspirasinya, serta bagaimana menafsirkan makna puisi dengan mudah.
Sehingga mudah mengklasifikasikan, termasuk jenis puisi apakah yang kita
ciptakan.

W.H Hudson menyatakan adanya puisi sebyektif dan puisi obyektif

(1959:96). Cleanth Brooks menyebut adanya puisi naratif dan puisi deskriptif
(1979:335-356). David Daiches menyebut adanya puisi fisik, platonic, dan

metafisik (1948:145). X.J. Kennedy menyebut adanya puisi konkret dan

4
balada (1071:116-226). Dalam kumpulan puisi Rendra, kita mengenal judul-

judul: balada, romansa, stanza, serenada, dan sebagainya. Ada juga parable

atau alegori. Sedangkan istilah ode, himne, puisi kamar, dan puisi auditorium

juga sering kita jumpai.

1. Puisi Naratif, Lirik, dan Deskriptif

Klasifikasi puisi ini berdasarkan cara penyair mengungkapkan isi atau


gagasan yang hendak disampaikan.

a. Puisi Naratif

Puisi naratif mengungkapkan cerita atau penjelasan penyair. Ada puisi


naratif yang sederhana, ada yang sugestif, dan ada yang kompleks.
Puisi-puisi naratif, misalnya: epik, romansa, balada, dan syair.

Balada adalah puisi yang bercerita tentang orang-orang perkasa,


tokoh pujaan, atau orang-orangyang menjadi pusat perhatian. Rendra
banyak sekali menulis balada tentang orang-orang tersisih, yang oleh
penyairnya disebut "Orang-orang Tercinta". Kumpulan baladanya
yaitu, Balada Orang-orang Tercinta dan Blues Untuk Bonnie.

Romansa adalah jenis puisi cerita yang menggunakan bahasa


romantic berisi kisah percintaan yang berhubungan dengan ksatria,

dengan diselingi perkelahian dan petualangan yang menambah


percintaan mereka lebih mempesonakan. Rendra juga banyak menulis

romansa. Salah satu bagian dalam "Empat Kumpulan Sajak"nya


berjudul "Romansa" dan berisi jenis puisi romansa, yakni kisah
percintaan sebelum Rendra menikah. Kirdjomuljo menulis romansa
yang beri si kisah petualangan dengan judul “Romance
Perjalanan". Kisah cinta ini dapat huga berarti cinta tanah kelahiran
seperti puisi- pui si Ramadhan K.H. Priangan “ Si Jelita” . Priode
1953-1961 banyak
ditulis jenis romansa ini.

5
b. Puisi Lirik
Dalam puisi lirik penyair mengungkapkan aku lirik atau gagasan

pribadinya. Ia tidakbercerita. Jenis puisi lirik misalnya: elegi, ode, dan

serenada.
Elegi adalah Puisi yang mengungkapkan perasaan duka. Misalnya
"Elegi Jakarta" karya Asrul Sani yang mengungkapkan perasaan duka
penyair di kota Jakarta.

Serenada adalah Sajak percintaan yang bisa dinyanyikan. Kata


serenada berarti nyanyian yang tepat dinyanyikan pada waktu senja.

Rendra banyak menciptakan serenada dalam 'Empat Kumpulan Sajak'.


Misalnya Serenada hitam, Serenada Biru, serenade Merah Jambu,
serenade ungu, Serenada Kelabu, dan sebagainya. Warna-warna

dibelakang serenada itu melambangkan sifat nyanyian cinta itu, ada


yang bahagia, sedih, kecewa, dan seterusnya.
Ode adalah Puisi yang berisi pujaan terhadap seseorang, sesuatu
hal, sesuatu keadaan. Yang banyak ditulis adalahpemujaan terhadap
tokoh-tokoh yang dikagumi. “Teratai” Sanusi Pane, “Diponegoro”
Chairil Anwar, dan “Ode Buat Proklamator” Leon Agusta merupakan
contoh ode yang bagus.

Berikut ini kutipan Ode Buat Proklamator, sebuah ode yang

memuja tokoh proklamator Bung Karno dan Bung Hatta.

ODE BUAT PROKLAMATOR


Bertahun setelah kepergiannya kurindukan daikembali

Dengan gelombang semangat halilintar dilahirkan sebuah negri; dalam


Lumpur dan lumut
Dengan api menyapu kelam menjadi untaian permata hijau

dibentangan cahaya abadi


Yang sesantiasa membuatnya tak pernah berhentibermimpi menguak

kabut gulita mendung, menerjang benteng demi benteng membalikkan

arah topan, menjelmakan impian demi impian

6
Dengan seorang sahabatnya, mereka tanda tangani naskah itu
Mereka memancang tiang bendera, merobah nama dan peta, berjaga

membacakan sejarah, menggenti bahasa pada buku

Lalu dia meniup terompet dengan selaksa nada kebangkitan sukma.


Kinikita ikut membubuhkan nama diatas bengkalainya;
meruntuhkan
sambil mencari, daftar mimpi membelit bulan perang saudara
mengundang musnah, dendam tidur di hutan-hutan, di sawah terbuka

yang sakti

Kata berpasirdibibir pantai hitam dan oh, lidahku yang terjepit,

buih lenyap dilaut biru derap suara yang gempita Cuma bertahan
atau
menerkam
Ya, walau tak mudah, kurindukan semangatnya menyanyikembali

bersama gemuruh cinta yang membangun sejuta rajawali


Tak mengelak dalam bercumbu, biar berbisa perih dirabu
Berlapis cemas menggunung sesal mutiara matanya yang pudar

Bagi negriku, bermimpi dibawahbayangan burung garuda

(Hukla 1979)

Dalam puisi ini, dapat diungkapkan rasa kagum penyair kepada

sang proklamator. Ungkapan-ungkapan rasa kagum ini sangat


mengena dan tidak bersifat klise. Kerinduan penyair untuk

mendengarkan bara semangat yang ditiupkan lewat pidato-pidato yang


berapi-api, dapat kita hayati sejak enam baris terakhir.
c. Puisi Deskriptif

Didepan telah dinyatakan bahwa dalam puisi deskriptif, penyair

bertindak sebagai pemberi kesan terhadap keadaan / peristiwa, benda,


atau suasana dipandang menarik perhatian penyair. Jenis puisi yang

dapat diklasifikasikan dalam puisi deskriptif, misalnya puisi satire,


kritik sosial, dan puisi-puisi impresionitik.

7
Satire adalah Puisi yang mengungkapkan perasaan tidak puas
penyair terhadap suatu keadaan, namun dengan cara menyindir atau
menyatakan keadaan sebaliknya.

Kritik Sosial adalah Puisi yang juga menyatakan ketidak senangan


terhadap keadaan tau terhadap diri seseorang, namun dengan cara
membeberkan kepincangan atau ketidak beresan keadaan / orang
tersebut.
Impresionistik adalah Puisi yang mengungkapkan kesan (impresi)

penyair terhadap suatu hal.

2. Puisi Kamar dan Puisi Auditorium


Istilah puisi kamar dan puisi auditorium juga kita jumpai dalam buku

kumpulan puisi „Hukla‟ karya Leon Agusta. Puisi-puisi auditorium disebut


juga puisi Hukla (puisi yang mementingkan suara atau serangakaian

suara).
Puisi Kamar ialah Puisi yang cocok dibaca sendirian atau dengan

satu atau dua pendengar saja di dalam kamar.

Puisi Auditorium adalah Puisi yang cocok dibaca di auditorium, di


mimbar yang jumlah pendengarnya dapat ratusan orang.
Sajak-sajak Leon Agusta banyak yang dimaksudkan untuk sajak

auditorium. Puisi-puisi Rendra kebanyakan adalah puisi auditorium yang

baru memperlihatkan keindahannya setelah suaranya terdengar lewat


pembacaan yang keras. Puisi auditorium disebut juga puisi oral karena
cocok untuk dioralkan.

3. Puisi Fisikal, Platonik, dan Metafisikal

Pembagian puisi oleh David Daiches ini berdasarkan sifat dari isi yang
dikemukakan dalam puisi itu.
Puisi Fisikal adalah Puisibersifat realistis, artinya menggambarkan

kenyataan apa adanya. Yang dilukiskan adalah kenyataan dan bukan

gagasan. Hal-hal yang didengar, dilihat, atau dirasakan merupakan obyek

8
ciptaannya. Puisi-puisi naratif, balada, impresionistis, juga puisi dramatis
biasanya merupakan puisi fisikal.

Puisi Platonik adalah Puisi yang sepenuhnya berisi hal-hal yang

bersifat spiritual atau kejiwaan. Dapat dibandingkan dengan istilah 'Cinta


Platonis' yang berarti cinta tanpa nafsu jasmaniah. Puisi-puisi ide atau cita-
cita, religius, ungkapan cinta luhur seorang kekasih atau orang tua kepada
anaknya dapat dimasukkan ke dalam klasifikasi puisi platonik.

Puisi Metafisikal adalah Puisi yang bersifat filosofis dan mengajak

pembaca merenungkan kehidupan dan merenungkan Tuhan. Puisi religius


disatu pihak dapat dinyatakan puisi platonic (menggambarkan ide atau

gagasan penyair), dilain pihak dapat disebut sebagai puisi metafisik


(menagjak pembaca merenungkan hidup, kehidupan, dan Tuhan), karya-

karya mistik Hamzah Fansuri seperti Syair Dagang, Syair Perahu, dan
Syair Si Burung Pingai dapat dipandang sebagai puisi metafisikal.
Kasidah-kasidah “Al-Barzanji” karya Ja'far Al-Barzanji dan tasawuf karya
Jalaludin Rumi dapat diklasifikasikan sebagaipuisi metafisikal.

4. Puisi Subyektif dan Puisi Obyektif

Puisi Subyektif disebut juga Puisi Personal, yakni puisi yang


mengungkapkan gagasan, pikiran, perasaan, dan suasana dalam diri
penyair sendiri. Puisi-puisi yang ditulis kaum ekspresionis dapat

diklasifikasikan sebagai puisi subyektif, karena mengungkapkan keadaan


jiwa penyair sendiri. Demikian pula puisi lirik dimana aku lirik bicara
kepada pembaca.

Puisi Obyektif berarti Puisi yang mengungkapkan hal-hal diluar

diri penyair itu sendiri. Puisi obyektif disebut juga puisi impersonal. Puisi
naratif dan deskriptif kebanyakan adalah puisi obyektif, meskipun juga ada
beberapa yang subyektif.


5. Puisi Konkret
Puisi konkret sangat terkenal dalam dunia perpuisian Indonesia sejak

tahun 1770-an. X.J. Kennedy memberikan nama jenis puisi tertentu dengan

nama puisi konkret, yakni puisi yang bersifat visual, yang dapat dihayati
keindahan bentuk dari sudut pandang (poem for the eye). Kita mengenal
adanya bentuk grafis dari puisi, kaligrafi, ideogramatik, atau puisi-puisi
Sutardji Calzoum Bachri yang menunjukkan pengimajian lewat bentuk
grafis. Dalam puisi konkret ini, tanda baca dan huruf-huruf sangat
potensial membentuk gambar. Gambar wujudfisik yang 'kasat mata' lebih
dipentingkan dari pada makna yang ingin disampaikan. Contoh dalam
bahasa Inggris, misalnya karya Joice Klimer berikut ini :

ttt
rrrrrrr

eeeeeeeee
???
Kata yang hendak dinyatakan dalam puisi ini hanyalah 'tree',
namun karena membentuk gambar pohon natal, maka pembaca

mengetahui bahwa yang dimaksud penyair adalah pohon natal. Karya


Sutardji banyak sekali yang dapat diklasifikasikan sebagai puisi konkret.
Kemudian diikuti oleh penyair-penyair yang lebih muda. Puisikonkret ada

yang berbentuk segi tiga, kerucut, belah ketupat, piala, tiang lingga, oval,
spindle, ideografik, dan ada juga yang menunjukkan lambang tertentu.

6. Puisi Diafan, Gelap, dan Prismatis

Puisi Diafan atau puisi polos adalah puisi yang kurang sekali

menggunakan pengimajian, kata konkret dan bahasa figurative, sehingga


puisinya mirip dengan bahasa sehari-hari. Puisi yang demikian akan sangat

muda dihayati maknanya. Puisi-puisi anak-anak atau puisi karya mereka


yang baru belajar menulis puisi dapat diklasifikasikan puisi diafan. Mereka

belum mampu mengharmoniskan bentuk fisik untuk mengungkapkan

10
makna. Dengan demikian penyair tersebut tidak memiliki kepekaan yang

tepat dalam takarannya untuk lambang, kiasan, majas, dan sebagainya.


Jika puisi terlalu banyak majas, maka puisi itu menjadi gelap dan sukar

ditafsirkan. Sebaliknya jika puisi itu kering akan majas dan versifikasi,
maka itu akan menjadi puisi yang bersifat prosaic dan terlalu cerlang

sehingga diklasifikasikan sebagai puisi diafan.

Dalam puisi prismatis penyair mampu menyelaraskan kemampuan

menciptakan majas, versifikasi, diksi, dan pengimajian sedemikian rupa


sehingga pembaca tidak terlalu mudah menafsirkan makna puisinya,

namun tidak terlalu gelap. Pembaca tetap dapat menelusuri makna puisi
itu. Namun makna itu bagaikan sinar yang keluar dari prisma. Ada
bermacam-macam makna yang muncul karena memang bahasa puisi

bersifat multi interpretable. Puisi prismatis kaya akan makna, namun tidak
gelap. Makna yang aneka ragam itu dapat ditelusuri pembaca. Jika
pembaca mempunyai latar belakang pengetahuan tentang penyair dan
kenyataan sejarah, maka pembaca akan lebih cepat dan tepat menafsirkan
makna puisi tersebut.

Penyair-penyair seperti Amir Hamzah dan Chairil Anwar dapat


menciptakan puisi-puisi prismatis. Namun belum tentu semua puisi yang

dihasilkan bersifat prismatis. Hanya dalam suasana mood seorang penyair


besar mampu menciptakan puisi prismatis. Jika puisi itu diciptakan tanpa

kekuatan pengucapan, maka niscaya tidak akan dapat dihasilkan puisi


prismatis. Puisi-puisi dari orang yang baru belajar menjadi penyair
biasanya adalah puisi diafan. Namun kadang-kadang juga kita jumpai puisi
gelap.

7. Puisi Pernasian, dan Puisi Inspiratif


Pernasian adalah sekelompok penyair Prancis pada pertengahan akhir abad

19 yang menunjukkan sifat puisi-puisi yang mengandung nilai keilmuan.


Puisi pernasian diciptakan dengan pertimbangan ilmu atau pengetahuan

dan bukan didasari oleh inspirasi karena adanya mood dalam jiwa penyair.

11
Puisi-puisi yang ditulis oleh ilmuwan yang kebetulan mampu menulis
puisi, kebanyakan adalah puisi pernasian. Puisi-pui si Rendra dalam
“Potret Pembangunan” dalam puisi yang banyak berlatar belakang teori
ekonomi

dan sosiologi dapat diklasifikasikan sebagai puisi pernasian. Demikian


juga puisi-puisi Dr. Ir. Jujun S. Suriasumantri yang sarat dengan

pertimbangan keilmuan.

Puisi Inspiratifdiciptakan berdasarkan mood atau passion. Penyair


benar-benar masuk ke dalam suasana yang hendak dilukiskan. Suasana

batin penyair benar-benar terlibat kedalam puisi itu. Dengan mood, puisi
yang diciptakan akan memiliki tenaga gaib, sekali baca habis. Pembaca
memerlukan waktu cukup untuk menafsirkan . puisi prosaic seperti karya
penyair- penyair tahun 1 97 0- an dibawah ini, termasuk puisi yang

menggunakan bahasa pernassioan.

Karena Jajang

Tuhan
Saya minta duit

Buat beli sugus

Karena Jajang
Lagidoyan sugus

8. Stansa
Jenis puisi yang bernama stanza kita jumpai dalam Empat Kumpulan
Sajak karya Rendra. Stanza artinya puisi yang tediri atas 8 baris. Stanza
berbeda dengan oktaf karena oktaf dapat terdiri atas 1 6 atau 2 4 baris.
Aturan pembarisan dalam oktaf adalah 8 baris untuk tiap bait, sedangkan
dalam setanza seluruh puisi itu hanya terdiri atas 8 baris. Berikut ini
dikutip contoh stanza yang ditulis sekitar tahun 1 9 6 9 .

12
Malam kelabu
Ada angina mnerpa jendela

Ada langit berwarna kelabu

Hujan titik satu-Saturday menatap cakrawala malam jauh


Masih adakah kuncup-kuncup mekar
Atau semua telah layu

Kelu dalam seribu janji

Kelam dalam penantian.

(Herwa, 1969)

9. Puisi Demonstrasidan Pamflet


Puisi demonstrasi menyaran pada puisi-puisi Taufiq Ismail dan mereka

yang oleh Jassin disebut angkatan 66. puisi ini melukiskan dan merupakan
hasil refleksi demonstrasi para maha siswa dan pelajar sekitar tahun 1966.
Menurut subagio Sastrowardoyo, puisi-puisi demonstrasi 1966 bersifat ke-
kita-an, artinya melukiskan perasaan kelompok, bukan perasaan individu.
Puisi-puisi mereka adalah endapan dari pengalaman fisik, mental, dan
emosional selama penyair terlibat dalam demonstrasi 1966. gaya paradoks
dan ironi banyak kita jumpai. Sementara itu, kata-kata yang membakar
semangat kelompok banyak dipergunakan, seperti kebenaran, kamanusiaan,
tirani, kebatilan, dan sebagainya. Di bawah ini dikemukakan

salah satu contoh.

Mimbar

Dari mimbar ini telah dibicarakan


Pikiran-pikiran dunia

Suara-suara kebebasan
Tanpa ketakutan

Dari mimbar ini diputar lagi

Sejarahkemanusiaan

13
Pengembangan teknologi

Tanpa ketakutan

Di kampus ini
Telahdipahatkan

Kemerdekaan

Segala despot dan tirani


Tidakbisa dirobohkan

Mimbar kami
(Taufiq Ismail, 1966)

Seperti halnya puisi pamflet, puisi-puisi demonstrasi merupakan


ungkapan sepihak, sehingga kebenaran sulit ditrima secara obyektif. Pihak
yang dibela diberikan tempat dan kedudukan yang terhormat dan serba
benar, sedang pihak yang dikritik dilukiskan berada dalam posisi yang
kurang simpatik.

Puisi pamflet juga mengungkapkan protes social. Disebut puisi


pamflet karena bahasanya adalah bahasa pamflet. Kata-katanya

mengungkapkan rasa tidak puaas kepada keadaan. Munculnya kata-kata


yang berisi protes secara spontan tanpa proses pemikiran atau perenungan

yang mendalam. Istilah-istilah gagah membela kelompoknya disertai


dengan istilah tidak simpatik yang memojokkan pihak yang dikritik.
Seperti halnya puisi demonstrasi, bahasa pusi pamflet juga bersifat

prosaic.
Rendra adalah tokoh puisi pamflet. Didepan telah diberikan salah
satu contoh puisi pamflet Rendra yang berjudul "Sajak Burung Kondor".

Kata-kata cukong, dan kondom dinyatakan bersam dengan kata-kata


penderitaan, kelaparan, dan kesengsaraan rakyat kecil yang dibela. Dalam
pusi-puisi pamflet banyak kita jumpai kata-kata tabu yang diungkapkan

penyair untuk menunjukkan kedongkolan hati penyair kepada pihak yang

14
dikritik atau terhadap keadaan yang tidak memuaskan dirinya.
Puisi pamflet Rendra kehilangan makna konotatif, suatu kehebatan Rendra
dalam menciptakan puisi pada tahun 50-an. Kata-kata kasar, ungkapan-

ungkapan langsung ke sasaran, dan hiperbola yang bertujuan memojokkan


pihak yang dikritik banyak kita jumpai dalam puisi-puisi pamflet Rendra.
Puisi-puisi pamflet Rendra ini mengingatkan kita akan puisi-puisi Jerman
pada awal industrialisasi di sana. Puisi-puisi pamflet Rendra kebetulan
merupakan reaksi terhadap industrialisasi yang berkembang pesat sekitar
tahun 1 9 7 4 ( seperti halnya puisi pamflet Jerman) . Berikut ini dikutip salah
satu puisi pamflet Rendra

Menghirup sebatanglisong,

Melihat Indonesia Raya,


Mendengar 130 juta rakyat,

Dan di langit
Dua tiga cukong mengangkang,

Berak diatas mereka

Delapan juta kanak-kanak


Menghadapi satu jalan panjang,

Tanpa pilihan,

Tanpa pohonan
Tanpa dangau persinggahan,

Tanpa ada bayangan ujungnya

Menghisap udara

Yang disemprot deodorant,


Aku melihat sarjana-sarjana menganggur

Berpeluhdi jalan raya;


Aku melihat wanita bunting

Antri uang pensiun

15
Dan di langit:

Para teknokrat berkata :


Bahwa bangsa kita adalah malas

Bahwa bangsa mesti dibangun


Mesti di up-grade,

Disesuaikan dengan teknologi yang diimport.

Bunga-bunga bangsa tahun depan


Berkunang-kunangpandang matanya,

Di bawah iklan berlampu neon.


Berjuta-juta harapan ibu dan bapak

Menjadai gembalau suara kacau,

Menjadi karang di bawah muka samudra.


Kita mestiberhenti membeli rumus-rumus asing.

Diktat-diktat hanya boleh memberi metode

Tetapi kita sendiri mesti merumuskan keadaan.


Kita mesti keluar ke jalan raya,

Keluar ke desa-desa,
Mencatat sendiri semua gejala,
Dan menghayati persoalan yang nyata.

Inilah sajakku

Pamflet masa darurat,


Apakah artikesenian,
Bila terpisahdari derita lingkungan.

Apakah artinya berpikir,

Bila terpisahdari masalah kehidupan.

10. Alegori
Puisi sering-sering mengungkapakan cerita yang isinya dimaksudkan
untuk memberikan nasihat tentang budi pekerti dan agama. Jenis alegori

yang terkenal adalah parable yang juga disebut dongeng perumpamaan.

16
Dalam kitab suci banyak kita jumpai dongeng-dongeng perumpamaan

yang maknanya dapat kita cari dibalik yang tersurat. Puisi "Teratai" karya
Sanusi Pane boleh dikatakn sebagai puisi alegori, karena kisah bunga

teratai itu digunakan untuk mengisahkan tokoh pendidikan. Kisah tokoh


pendidikan yang dilukiskan sebagai teratai itu digunakan untuk memberi
nasihat kepada generasi muda agar mencontoh teladan 'teratai' itu. Cerita
berbingkai seperti Panca Tantra, 1001 Malam, Bayan Budiman dan
Hikayat Bachtiar juga dapat diklasifikasikan sebagai parable.

D. Pemahaman hakekat puisi

Hakikat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti inti sari atau dasar, atau
kenyataan yang sebenarnya. Sedangkan pengertian puisi dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia berarti ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama,
matra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Itu jika kita lihat pengertian dari
setiap kata pada hakikat puisi. Selanjutnya, Pradopo menyatakan bahwa
hakikat puisibukan terletakpada bentuk formulanya meskipun bentuk formula
itu penting. Hakikat puisi adalah apa yang menyebabkan puisi itu disebut puisi.
Puisi baru (modern) tidak terikat pada bentuk formal, tetapi disebut puisi juga.
Hal ini disebabkan di dalam puisi modern terkandung hakikat puisi ini, yang
tidak berupa sajak (parsamaan bunyi), jumlah baris, ataupun jumlahkata pada
tiapbarisnya.

Ada tiga aspek yang perlu diperhatikan untuk mengerti puisi itu sebagai
hakikat puisi, diantaranya:
a. Fungsi estetik

Puisiadalahkarya seni sastra. Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra.

Rane Wellek dan Warren mengemukakan bahwa paling baikkita memandang


kesusastraan sebagai karya yang di dalamnya fungsi estetikanya dominan,

yaitu fungsi seninya yang berkuasa. Tanpa fungsi seni itu karya kebahasaan
tidak dapat disebut karya (seni) sastra. Jadi pada akhirnya dalam penulisan
puisi tidak sampai berkutat dan terikat pada pengertian puisi sajam melainkan

pada fungsipuisi sebagai puisi hati.

17
b. Kepadatan
Membuat puisi merupakan aktivitas pemadatan. Dalam puisi tidak sama
peristiwa itu diceritakan. Yang dikemukakan dalam puisi hanyalah inti

masalah, peristiwa, atau inti cerita. Yang dikemukakam dalam puisi adalah
esensi sesuatu,hakikat.Jadi puisi itu merupakan ekspresi esensi. Karena
puisi mampat dan padat, maka penyair memilih kata dengan akurat.
Untuk pemadatan ini, kadang-kadang kata-kata yang hanya di ambil inti
dasarnya.
Imbuhan, awalan, dan akhiran sering dihilangkan.

c. Ekspresi yang tidak langsung


Puisi itu sepanjang zaman selalu berubah. Dikemukakan oleh Riffateree
bahwa sepanjang waktu, dari waktu ke waktu, puisi itu selalu berubah.

Perubahan ini disebabkan oleh evolusi selera dan perubahan konsep


estetik, dan hakikat puisi adalah jujur. Itu berarti menceritakan apa yang
dialami, sedangkan apa yang dialami setiap orang dari masa ke masa,
meskipun intinya sama yaitu manusia dan kemanusiaan namun cara
pandanglah yang akhirnya mempengaruhi proses penulisan. Akan tetapi,
satu hal yang tidak berubah yaitu mengucapkan sesuatu secara tidak
langsung. Ucapan tidak langsung itu jalan menyatakan suatu hal dengan arti
yang lain. Ketidaklangsungan ekspresi
ini disebabkan oleh tiga hal, yaitu
• penggantian arti (displacing of meaning),

• penyimpangan atau pemencongan arti (distorting of meaning), dan


• Penciptaan arti (crating of meaning). Hal ini pulalah yang sering
kali terciptanya citraan atau pengimajian dalam puisi.

E . Pe mh a ma n m e t ode pu is i

Dalam bahasa Inggris kata puisi ini adalah poetry yang erat
hubungannya dengan kata poet yang berarti mencipta atau orang yang
mencipta melalui imajinasinya, dan kata poem. Salah satu maksud utama
puisi pada umumnya
adalah “not to speak but to sing” yang artinya bukan berbicara tetapi

berdendang/bernyanyi. Menurut ahli Watts diantara puisi adalah ekspresi yang


18
konkrit dan yang bersifat artistk dari pikiran manusia dalam bahasa
emosional dan berirama, sedangkan menurut Lescelles Abercrombie

puisi adalah
ekspresi dari pengalaman yang bersifat imajinatif/ khayalan.

Ha he ka t Puis i

Seorang kritikus sastra yang terkenal LA Richard, bahwa puisi


mengandung suatu “makna keseluruhan” yang merupakan perpaduan dari
tema (mengenai inti pokok puisi tsb), perasaan (sikap sang penyair

terhadap bahan atau obyeknya), nada (sikap sang penyair terhadap


pembaca /penikmatnya), dan amanat ( maksud atau tujuan sang penyair).
Sehingga dapat kita simpulkan semua itu disebut dengan hakekat puisi
yang bersifat catur tunggal. Dalam
puisi haruslah terdapat “ subject matter” untuk dikemukakan atau ditonjolkan

antara lain yaitu : falsafah hidup, lingkungan, agama, pekerjaan,


dan pendidikan sang penyair.

La hirnya Se bua h Puis i

Dalam penciptaan puisi ini Stephen Spender mengemukakan suatu


pendapat tentang unsur-unsur yang diperlukan dalam menciptakan
sebuah puisi. Pendapatnya tersebut ditulis dalam makalahnya “ The Making
of a Poem” yang
mula-mula dimuat dalam “Partisan Review.” Isinya antara lain :

1. Konsentrasi (terdiri atas konsentrasi langsung yang sempurna,


dan konsentrasi lamban yang disempurnakan secara lambat).
2. Inspirasi (ilham dan bisikan).
3. Kenangan (memory).
4. Keyakinan (faith)
5. Lagu (song).

Hakikat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti inti sari atau dasar,
atau kenyataan yang sebenarnya. Sedangkan pengertian puisi
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti ragam sastra yang
bahasanya
terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Itu jika

19
kita lihat pengertian dari setiap kata pada hakikat puisi.
Selanjutnya, Pradopo menyatakan bahwa hakikat puisi bukan terletak
pada bentuk
formulanya meskipun bentuk formula itu penting. Hakikat puisi adalah apa

yang menyebabkan puisi itu disebut puisi. Puisi baru (modern)


tidak terikat pada bentuk formal, tetapi disebut puisi juga. Hal ini
disebabkan di
dalam puisi modern

20
BAB III

PENUTUP

A . K es impula n

1. Secara etimologis, kata puisi dalam bahasa Yunani berasal dari poesis
yang artinya berati penciptaan. Dalam bahasa Inggris, padanan kata puisi ini
adalah poetry yang erat dengan –poet dan -poem. Mengenai kata poet,
Coulter (dalam Tarigan, 1986:4) menjelaskan bahwa kata poet berasal
dari Yunani yang berarti membuat atau mencipta.

2. Membaca puisi bukan sekedar menyampaikan arus pemikiran penyair,


tapi kita juga harus menghadirkan jiwa sang penyair. Kita harus
menyelami dan

memahami proses kreatif sang penyair, bagaimana ia dapat melahirkan karya


puisi.
3. Teknik Pembacaan Puisi.
Interpretasi (penafsiran/pemahaman makna puisi)
Vocal

Diksi

Tempo
Dinamika

Modulasi

Intonasi
Jeda
Pernafasan.
Penampilan

Gerak
Komunikasi

Ekspresi
Konsentrasi

21
B. Saran

1. Hendaknya pihak sekolah memberikan bimbingan (kurikulum)


kepada siswa yang memiliki potensial di bidang fisika instrument.

2. Hendaknya pihak sekolah mengadakan lomba karya tulis ilmih, agar


para penuis puisi akan lebih kompetitif.

22
DAFTAR PUSTAKA

http://definisi.net/story.php?title=puisi
http://abdurrosyid.wordpress.com/2009/07/27/puisi-pengertian-dan-unsur-
unsurnya/

http://duniapuisi.110mb.com/jenis-jenis%20puisi.htm

http://www.kapasitor.net/community/post/2920

http://duniapuisi.110mb.com/teknik%20pembuatan%20puisi.htm

http://duniapuisi.110mb.com/teknik%20pembacaan%20puisi.htm

23

Anda mungkin juga menyukai