Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS PUISI “HUJAN BULAN JUNI” MELALUI PENDEKATAN

EKSPRESIF

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah

Disusun Oleh:
NAMA
NIM

PROGRAM STUDI
FAKULTAS
UNIVERSITAS
KOTA
2022
DAFTAR ISI

BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3 Tujuan................................................................................................................3
1.4 Manfaat Penulisan..............................................................................................3
BAB II......................................................................................................................4
LANDASAN TEORI...............................................................................................4
2.1 Puisi....................................................................................................................4
2.2 Pendekatan Ekspresif.........................................................................................5
BAB III.....................................................................................................................6
PEMBAHASAN......................................................................................................6
BAB IV..................................................................................................................11
PENUTUP..............................................................................................................11
DAFTAR REFERENSI.........................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada sebuah karya sastra seperti puisi, bahasa merupakan media
pembangun yang sangat penting, bahasa berfungsi untuk mengemukakan atau
mengekspresikan gagasan dan tujuan yang ada di benak penyair yang ingin
disampaikan kepada pembaca. Puisi sebagai sebuah karya seni dapat dikaji
bermacam-macam aspeknya. Puisi dapat dikaji dari jenis-jenis atau ragam-
ragamnya, mengingat bahwa ada beberapa jenis puisi. Dapat pula puisi dikaji
strukur dan unsurunsurnya, mengingat puisi itu terdiri dari unsur fisik puisi
dan unsur batin puisi serta sarana kepuitisan. Begitu juga, puisi dapat dikaji
dari sudut pandang kesejarahannya, mengingat bahwa sepanjang sejarah, dari
waktu ke waktu puisi selalu ditulis dan selalu dibaca orang. Sepanjang zaman
puisi selalu mengalami perubahan dan perkembangan, hal ini mengingat
hakikatnya sebagai karya seni (Sayuti, 2002).
Karya sastra merupakan hasil kreasi dan imajinasi yang diciptakan
oleh manusia sebagai bentuk ungkapan atau pesan yang disampaikan kepada
pembaca dengan bahasa sebagai media pengembangannya. Bahasa sebagai
medium karya sastra tidak dapat diabaikan. Dengan menggunakan tanda atau
lambang yang dapat didengar (bunyi bahasa) atau dilihat (huruf), penyair
menyampaikan apa yang dipikirkan atau yang dirasakannya dengan ragam
bahasa yang khas, yaitu ragam bahasa sastra. Karya sastra yang memiliki
beragam gaya bahasa adalah puisi. Puisi merupakan salah satu bentuk karya
sastra yang berisi ungkapan pikiran yang dituangkan melalui pilihan kata
yang dapat diartikan “membuat” dan “pembuatan” karena lewat puisi pada
dasarnya seorang telah menciptakan suatu dunia tersendiri, yang mungkin
berisi pesan atau gambaran suasana-suasana tertentu, baik fisik maupun
batiniah. Unsur fisik dan batin inilah yang membuat sebuah puisi memiliki
nilai estetika yang menarik seseorang untuk membaca dan memahami makna
yang terdapat pada sebuah puisi.

1
Selama ini kemampuan memahami puisi yang dilakukan siswa pada
umumnya hanya berfungsi sebagai bahan bacaan saja. Siswa belum
memikirkan cara untuk dapat mengerti dan memahami nilai yang terkandung
dalam sebuah puisi yang dibaca. Dengan kata lain, manfaat dan kenikmatan
puisi yang dibaca menjadi berkurang. Malah sering siswa tidak mendapatkan
apa-apa dari puisi yang sudah dibaca maupun yang didengar.Dengan gaya
bahasa kita dapat menilai pribadi, watak, dan kemampuan seorang penyair
dengan menggunakan bahasa. Gaya bahasa menimbulkan reaksi tertentu
untuk menimbulkan tanggapan pikiran kepada pembaca. Apa yang
disampaikan penyair melalui gaya bahasa yang ekspresif maka pesan yang
disampaikan akan tersampaikan kepada pembacanya. Oleh karenanya, para
pembaca haruslah memiliki tingkat ketelitian yang sangat tinggi dalam
menganalisis suatu puisi sehingga makna yang terkandung dalam puisi
tersebut dapat tersampaikan secara sempurna.
Pembelajaran bahasa Indonesia mengarahkan siswa untuk terampil
dalam berkomunikasi dengan bahasa yang baik dan benar secara lisan
maupun secara tertulis serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil sastra
bangsa Indonesia. Pada hakikatnya, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan
untuk mempertajam kepekaan perasaan siswa. Dengan mempelajari sastra,
siswa diharapkan dapat menarik berbagai manfaat dari kehidupannya.
Berbagai upaya dapat dilakukan dengan memberi tugas untuk menganalisis
karya sastra, yaitu dengan menganalisis gaya bahasa puisi. Sebab, setiap gaya
bahasa puisi yang diciptakan oleh pengarang terkandung nilai nilai yang
penting bagi setiap manusia, baik orang yang telah dewasa maupun siswa.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis menemukan beberapa
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran penyair terhadap puisi “hujan bulan juni”
2. Bagaimana analisis puisi “hujan bulan juni” dalam pendekatan ekspresif

2
1.3 Tujuan
Adapun tujuannya yaitu:
1. Bagaimana gambaran penyair terhadap puisi “hujan bulan juni”
2. Bagaimana analisis puisi “hujan bulan juni” dalam pendekatan ekspresif

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini meliputi manfaat
teoretis dan manfaat praktis
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan terhadap
pengembangan ilmu pengetahuan dan dapat dijadikan sebagai salah satu
acuan dalam kegiatan pembelajaran puisi untuk meningkatkan kemampuan
menganalisis gaya bahasa puisi
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan minat dan
motivasi dalam menganalisis sebuah puisi karena ketika siswa mampu
memahami apa yang terkandung didalam puisi tersebut, maka mereka dapat
mengambil pelajaran yang terkandung didalamnya.
b. Bagi guru atau pendidik, dapat memberikan masukan terhadap
pembelajaran yang sesuai untuk menganalisis puisi sehingga guru dapat
meningkatkan kemampuan siswa khususnya dalam pembelajaran puisi di
sekolah.
c. Bagi peneliti, diharapkan hasil penelitian ini dapat meningkatkan
pengetahuan peneliti sekaligus sebagai acuan dalam pembelajaran puisi ketika
terjun ke sekolah sebagai pengajar

3
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Puisi
Secara umum karya sastra terbagi menjadi tiga jenis, yaitu prosa,
drama dan puisi. Waluyo (2002: 1) mengungkapkan bahwa puisi merupakan
karya sastra tertulis yang paling awal ditulis oleh manusia. Selain itu, puisi
merupakan salah satu jenis karya sastra yang dalam penyajiannya sangat
mengutamakan keindahan bahasa dan kepadatan makna. Seperti halnya karya
sastra, definisi puisi pun juga banyak dikemukakan oleh para ahli. Schmitt
dan Viala (1982: 116) berpendapat bahwa“… le monde grec conçevait la
poésie comme l’art de fabriquer un langage différent de l’usage courant (fait
significatif, le mot poésie vient de «poiein» qui signifie en grec «faire»,
«fabriquer»)”. (… masyarakat Yunani memahami puisi sebagai seni
menciptakan bahasa yang berbeda dari pemakaian bahasa sehari-hari
(kenyataan yang jelas bahwa kata poésie berasal dari poiein yang dalam
bahasa Yunani berarti «membuat», «menciptakan»))”
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa puisi adalah
salah satu karya sastra yang disusun untuk mengekpresikan ide, gagasan,
perasaan dan emosi penyair dengan menggunakan kata-kata yang indah,
melebihi bahasa yang digunakan sehari-hari. Puisi mengandung unsur-unsur
seni atau keindahan karena di dalam puisi terdapat kata-kata indah yang
dirangkai sedemikian rupa sehingga membuat para pembaca berkeinginan
untuk membaca dan menyikap maksud yang tersirat. Selain itu, puisi
mengekpresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan imajinasi dalam
susunan yang berirama.

4
2.2 Pendekatan Ekspresif
Ekspresif memandang karya sastra sebagai ekspresi atau luapan,
ucapan perasaan sebagai hasil imajinasi pengarang, pikiran-pikiran, dan
perasaannya, ini cenderung menimbang karya sastra dengan keasliannya, atau
keadaan pikiran dan kejiwaan pengarang, Pradopo (2013:94). Bahwa
pendekatan ekspresif merupakan pendekatan dalam kajian sastra yang
menitikberatkan kajian pada ekspresi perasaan atau temperamen penulis,
dalam pendekatan ini penilian terhadap karya seni, ekspresi kehidupan
pengarang.
Karya sastra terbagi dalam beberapa bentuk yaitu prosa, puisi, dan
drama. Dalam penelitian ini terdapat keseluruhan fiksi tersebut dapat
menggunakan pendekatan Ekspresif namun dalam makalah ini yang dianalisis
adalah karya sastra prosa yaitu puisi dengan judul doa karya Chairil Anwar.
Alasan penulis melakukan analisis ekspresif dalam karya sastra penulis ingin
mengkaji sejauh mana wujud ekspresi pengarang dalam mengaitkan pada
kehidupan seharihari atau latar belakang kehidupan penulis, sehingga karya
sastra tersebut dapat memberikan manfaat bagi penikmat sastra.

5
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Penyair Terhadap Puisi “hujan bulan juni”

Pak Sapardi Djoko Damono memang selalu membawa ciri khas tersendiri


dalam sebuah puisinya. Penggunaan kata yang sederhana dan penggambaran alam
merupakan salah satu ciri khas dari berbagai karya yang dibuatnya, termasuk puisi
“Hujan Bulan Juni.” Meski penggunaan kata dalam puisi ciptaannya cukup
sederhana, namun mengandung makna yang sangat kuat dan mendalam. Hujan
Bulan Juni, puisi legendaris ini, ternyata juga puisi tercepat yang diramu oleh Pak
Sapardi. Dalam tempo sangat singkat, tak sampai sehari, puisi termasyhur ini
berhasil digarap olehnya. Tak hanya sampai disitu saja, puisi ini juga sempat
bertransformasi menjadi sebuah karya prosa atau novel dengan judul yang sama.
Berikut ini puisi “Hujan Bulan Juni” yang diciptakan oleh Pak Sapardi pada tahun
1989.

Tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni

Dirahasiakannya rintik rindunya

Kepada pohon berbunga itu

Tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Juni

dihapusnya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu


Tak ada yang lebih arif dari hujan bulan Juni

dibiarkannya yang tak terucapkan

diserap akar pohon bunga itu

Salah satu kekuatan mengapa puisi “Hujan Bulan Juni” ini sangat
legendaris adalah karena penciptanya yaitu Pak Sapardi. Citra Pak Sapardi mampu
terwujud dalam setiap hasil karya puisinya. Pak Sapardi merupakan sosok yang

6
sangat sederhana dalam hidupnya, hal itu juga ia terapkan di setiap karya
puisinya. Ia menggunakan kata-kata sederhana, namun dengan demikian itu
seketika para pembaca dapat terhipnotis oleh pilihan katanya.

Selain sosoknya yang sederhana, Pak Sapardi juga merupakan sosok


penyair yang sangat romantik. Puisi “Hujan Bulan Juni” ini merupakan buktinya
dan menjadi kekuatan tersendiri dari puisi ini. Dengan ketabahan sosok aku yang
disimbolkan oleh hujan ia merelakan sosok perempuan yang disimbolkan oleh
pohon berbunga dan ini dianggap sebagai perbuatan yang “bijak” dan “arif.”
Kurang lebih inilah definisi “cinta tak harus memiliki.” Dengan demikian,
penggambaran alam yang begitu kuat dalam puisi ini juga menjadi salah satu
kekuatan. Hujan yang dijadikan subjek menggantikan posisi aku, memiliki makna
yang maskulin sehingga ia mewakili jenis kelamin laki-laki.

Penggambaran alam lainnya yang cukup kuat pada puisi “Hujan Bulan
Juni,” yaitu penggambaran tentang ketabahan. Hal itu ditunjukkan pada sajak
“dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu” si aku (hujan)
merahasiakan rindu kepada si perempuan yang digambarkan oleh pohon
berbunga. Pernah tidak kita bertanya-tanya? Mengapa “Hujan Bulan Juni” tidak
“Hujan Bulan Desember” saja? Singkatnya, ketika Pak Sapardi membuat karya ini
di tahun 1989, hujan tidak pernah jatuh di bulan Juni. Nah, tidak perlu diragukan
penggambaran alam di puisi ini, kuat banget. Ada banyak peluang yang
berpotensi dari puisi ini. Dengan kata yang sederhana namun memiliki makna
sangat mendalam, puisi ini sangat memiliki peluang tinggi untuk dijadikan lagu,
novel, dan film. Peluang besar lainnya, puisi ini bisa dijadiin status wa untuk
generasi muda yang ketolak cintanya nih bahwa dengan berdalih “Cinta enggak
harus memiliki."

Aspirasi yang terdapat dalam puisi sebenarnya sangat penting dan berguna
banget buat generasi muda. Untuk meminimalisir, kalau bisa sih enggak ada yang
bunuh diri gara-gara cinta, berpeganglah teguh bahwa “Cinta enggak harus

7
memiliki.” Kita harus punya sifat tabah, bijak, dan arif seperti “Hujan Bulan Juni”
ini.

3.2 Analisis Puisi “hujan bulan juni” Dalam Pendekatan Ekspresif


Puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono ini menceritakan
mengenai rasa yang tertahan. Rasa terseut berupa rindu dan cinta yang tak sempat
disampaikan. Berikut adalah hasil struktur batin dan fisik puisi Hujan Bulan Juni
karya Sapardi Djoko Damono.
1. Tema
Dari pokok bahasan puisi ini dapat disimpulkan bahwa cinta yang terpendam dan
lebih memilih untuk mencintainya dalam diam.
Hal tersebut dapat terlihat pada bait pertama yaitu :
Tak ada yang lebih tabah
Dari hujan bulan juni
Dirahasiakannya rinrik rindunya
Kepada pohon berbunga itu

2.Rasa
Perasaan penyair dalam puisinya mengandung perasaan sedih, kesabaran, sendu
dan kesederhanaan atas ketulusan cinta.
Hal tersebut dapat terlihat dalam bait ketiga baris ketiga dan keempat yaitu :
Dibiarkannya yang tak terucapkan
Diserap akar pohon bunga itu

3.Nada dan Suasana


Nada dan suasana yang digunakan dalam puisi tesebut yaitu lirih namun dengan
emosi yang tenang.
Terdapat didalam kata tabah (bait petama baris ke-1), kata bijak (bait kedua baris
ke-1), dan kata arif (bait ketiga baris ke-1).

8
4. Amanat
Puisi Hujan Bulan Juni karya Sapardi Djoko Damono ini memiliki amanat tentang
sifat ketabahan, kebijaksanaa, kearifan yang harus dimiliki oleh setiap manusia
meskipun tidak sesuai dengan apa yang diinginkan. Dan juga tidak semua yang
diinginkan bisa didapatkan dengan mudah
Hal tersebut dapat terlihat dalam
a.  Bait pertama baris pertama yaitu :
Tak ada yang lebih tabah
b. Bait kedua baris pertama yaitu :
tak ada yang lebih bijak
c. Bait ketiga baris pertama yaitu :
tak ada yang lebih arif  

1. Tipografi
Dalam puisi ini tidak memiliki tipografi secara khusus. Penulisan dalam puisi ini
menggunakan rata kiri, memliki 3 bait dan masing-masing bait terdiri dari 4 baris.

2. Diksi
a. baris pertama dengan jelas menunjukan ketabahan seseorang dalam menahan
sesuatu. Pada baris kedua kata hujan dan bulan juni, berdasarkan penanggalan
musim di Indonesia bula Juni merupakan musim kemarau. Bisa diibaratkanhujan
harus menahan dirinya untuk tidak muncul hujan pada saat musim kemarau.
b. pada kata dirahasiankannya memperjelas bahwa penulis sedang memendam
sesuatu. Kata rintik rindunya tergambar jelas bahwa rasa yang tengah dirasakan
oleh penulis. Kata pohon yang berbunga merupakan gambaran semua rasa yang
dimiliki penulis.
c. Kedua baris tersebut menggambarkan bahwa penulis ragu-ragu dan tidak berani
mengungkapkan perasaanya.
d. Kedua baris tersebut juga menggambarkan bahwa penulis menyerah untuk
tidak menunjukkan perasaanya.
a. Pada bait pertama baris kesatu dan kedua yaitu :

9
Tak ada yang lebih tabah
Dari hujan bulan juni
b. Pada bait pertama baris ketiga dan empatyaitu :
Dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon berbunga itu
c. Pada bait ke kedua baris ketiga dan empat yaitu :
Dihapusnya jejak-jejak kakinya
Yang ragu-ragu dijalan itu
d. pada bait ketiga baris ketiga dan empat yaitu :
Dibiarkannya yang tak terucapkan
Diserap akar pohon bunga itu

3. Pengimajian
Terdapat pengimajian penglihatan dan pendengar, dalam puisi tersebut pembaca
seolah-olah melihat dan mendengar apa yang ada dalam puisi tersebut.
Terdapat pada bait pertama baris keempat ( pengimajian penglihatan) yaitu:
Kepada pohon berbunga itu
Terdapat pada bait pertama baris ketiga (pengimajian pendengaran) yaitu :
Dirahasiakannya rintik rindunya

4. Kata Konkret
Kata pohon mewakili sesuatu yang dirindukan, kata berbunga mewakili
perempuan, kata hujan mewakili manusia.
Kata pohon terdapat pada bait pertama dan ketiga masing-masing pada baris
keempat.
Kata berbunga terdapat dalam bait pertama baris keempat.
Kata hujan terdapat pada bait satu, dua tiga dan baris kedua pada masing-masing
bait.

10
5. Majas
Dalam puisi ini terdapat majas personifikasi pada potongan larik bait kedua baris
kedua dan ketiga seolah-olah hujan bulan juni dapat melakukan pekerjaan
manusia yaitu menhapus jejak-jejak serta pada potongan bait kedua baris ketiga
dan empat memberi gambaran seolah-olah hujan bulan juni memiliki kemampuan
berbicara dan menyimpan pembicaraannya.
Bait kedua baris keedua dan ketiga yaitu :
Dari hujan bulan juni
Dihapusnya jejak-jejak kakinya
Bait ketiga baris kedua dan ketiga yaitu :
Dari hujan bulan juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan

6. Verifikasi
Pada puisi ini memiliki verifikasi yang bebas. Bait pertama mempunyai irama a-i-
a-u, bait kedua memiliki irama a-i-a-u, bait ketiga mempunyai irama i-i-a-u.
Bunyi vokal a (untuk menggambarkan rasa optimis), bunyi vokal i (untuk
mengambarkan kesedihan), bunyi vokal u (menggambarkan kegalauan).
Verifikasi ini membawa pembaca seolah-olah pada suasana sendu namun
menyiratkan ketegaran yang didominasi dengan vokal a-i-u.

11
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Hasil dari puisi “Hujan Bulan Juni” Pak Sapardi ini merupakan wujud dari
berbagai peluang di atas. Ya, puisi “Hujan Bulan Juni” ini dapat menghasilkan
lagu yang berjudul sama yang dinyanyikan oleh Ghaitsa Kenang, selain itu puisi
“Hujan Bulan Juni” ini juga menghasilkan sebuah novel dengan judul yang sama
dan diterbitkan pada tahun 2015. Dua tahun sesudahnya puisi ini juga
menghasilkan film yang disutradarai oleh Reni Nurcahyo Hestu Saputra dengan
judul yang sama juga.

Terakhir, hasil paling aneh dan di luar perkiraan dari sebuah puisi legendaris
“Hujan Bulan Juni” Pak Sapardi, adalah hasil analisis puisinya yang
menggunakan metode SOAR, seperti tulisan ini. Terima kasih untuk kamu yang
sudah setia membaca dari awal sampai akhir, enggak usah galau-galau lagi
ya brodi, “Cinta tidak harus memiliki.”

12
DAFTAR REFERENSI
Azharina, N., & Gadeng, R. (2017). Analisis struktur dan fungsi syair tari rabbani
wahid. Master Bahasa, 5(1), 28–35.
Azizah, A. (2015). Pembelajaran menulis puisi dengan memanfaatkan teknik
brainwriting pada peserta didik SD/MI kelas V. Jurnal Ilmiah Pendidikan
Dasar, 2(2), 136–140.
Dibia, K. (2018). Apresiasi bahasa dan sastra indonesia. Depok: Raja Grafindo
Persada.
Djoko Pradopo, R. (2014). Pengkaji puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Nurhayati, E. (2019). Cipta kreatif karya sastra. Bandung: Yrama Widya.
Sebayang, S. K. H. (2018). Analisis struktur batin puisi sesamar kasih pencari
rezeki karya Dwi Ayu Utami Nasution. Basastra, 7(1), 1–13.

LAMPIRAN

13

Anda mungkin juga menyukai