Anda di halaman 1dari 12

PENDEKATAN KRITIK SASTRA MH.

ABRAMS

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kritik Sastra

DOSEN PENGAMPU: SULAIMAN, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh :

1. Ria Rosiyanti (180621100001)


2. Uyunur Rohma (180621100012)
3. Riskiyatul Jannah (180621100013)
4. Siti Farida (180621100021)
5. Calista Salwa I (180621100023)
6. Sa’diyah Fitrotul U (180621100028)
7. Khofifah Putri M (180621100035)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

OKTOBER 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT, karena atas kehendak-
Nya makalah ini yang berjudul “Pendekatan Kritik Sastra M.H. Abrams” dapat
terselesaikan dengan baik. Kami harap makalah ini dapat memberi manfaat dan
menambah wawasan bagi pembaca, terutama mengenai pendekatan kritik sastra
M.H. Abrams.
Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Sulaiman, S.Pd., M.Pd.
selaku dosen pengampu mata kuliah kritik sastra. Kami juga mengucapkan terima
kasih kepada teman-teman yang membantu dan ikut serta berpartisipasi dalam
pembuatan makalah ini.
Kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak kesalahan.
Untuk itu dengan tangan terbuka, kami menerima kritik dan saran yang
membangun untuk memperbaiki penulisan makalah kami selanjutnya.

Bangkalan, 23 Oktober 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………...........................................................................i
DAFTAR ISI .........................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.2 Latar Belakang ..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................2
1.3 Tujuan .......................................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Pendekatan Kritik Sastra Menurut MH.Abrams………………………..3
2.1.1 Pendekatan Kritik Sastra Mimetik (Mimetic Criticism)………...3
2.1.2 Pendekatan Kritik Sastra Pragmatik (Pragmatic Criticism)….…4
2.1.3 Pendekatan Kritik Sastra Objektif (Objective Criticims)…….….4
2.1.4 Pendekatan Kritik Sastra Ekspresif (Expressive Criticism)….….5

BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………….....7
3.2 Saran ……………………………………………...………………...8
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kritik sastra merupakan salah satu cabang studi sastra yang akan
mempelajari tentang bagaimana melakukan analisis, penafsiran, dan penilaian
terhadap sebuah karya sastra sebagai karya seni. Kritik sastra berfungsi untuk
perkembangan ilmu sastra. Pada kritik sastra terdapat beberapa pendekatan.
Pendekatan-pendekatan tersebut terdiri atas pendekatan M.H. Abrams, New
Cristicism, strukturalisme, post strukturalisme, dan pasca strukturalisme.

Sebuah karya sastra dibuat oleh seorang pengarang melalui sebuah


pengalaman. Pengalaman tersebut adalah apa yang terjadi pada diri pengarang
maupun pada lingkungan sekitar. Sehingga, hasil dari karya tersebut lebih
dominan pada kritik sosial yang ada baik pada masa itu maupun pada
lingkungan itu. Kembali pada masa sejarah dimana tidak semua orang dapat
menyampaikan pendapatnya sehingga sebagian para sastrawan menuangkan
pendapatnya melalui karya yang ditulisnya. Pada filosofi karya tersebut
terdapat hubungan antara karya sastra dengan masyarakat. Sebab, karya sastra
dapat dikaitkan dengan hal-hal tertentu seperti keadaanekonomi, politik, dan
juga keadaan sosial.

Pada sebuah penelitian kritik sastra M.H. Abrams memaparkan bahwa


kritik sastra mempunyai bentuk, metode, dan orientasi atau dasar pendekatan
kepada karya sastra. Kritik sastra yang dilakukan oleh Abrams meliputi empat
komponen utama, yakni realitas, karya sastra, pencipta, dan pembaca (Taum,
1997: 17). Tidak hanya pendapat dari Abrams saja namun, ada juga pendapat
dari berbagai tokoh. Sehingga, banyak pendapat dan teori yang yang dapat
dijadikan pendukung dari teori Abrams tersebut.

Oleh sebab itu, dalam mengkritik sebuah karya sastra seseorang harus
bisa memahami dan memilih metode apa dan teori apa yang cocok pada
sebuah karya sastra yang akan di kritik. Sehingga seseorang yang akan

1
mengkritik tidak serta merta hanya mengkritik namun, harus dilandasi dengan
pemahaman, teori, dan metode yang sekiranya cocok dengan sebuah karya
sastra tersebut sebagai pedoman untuk mengkritik karya sastra tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana pengertian dari pendekatan mimetik dan pragmatik dalam
kritik sastra?
1.2.2 Bagaimana pengertian pendekatan objektif dalam kritik sastra?
1.2.3 Bagaimana pengertian pendekatan ekspresif yang ada pada kritik
sastra?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui maksud dari teori mimetik dan pragmatik dalam
kritik sastra.
1.3.2 Untuk mengetahui maksud dari teori objektif dalam kritik sastra.
1.3.3 Untuk mengetahui maksud dari teori yang ada pada kritik sastra.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pendekatan Karya Sastra Menurut Mh.Abrams


Menurut Abrams (dalam Pradopo,2011) berdasarkan pendekatannya
terhadap karya sastra, Abrams membagi kritik sastra ke dalam empat tipe,
yaitu:
2.1.1 Pendekatan Kritik Sastra Mimetik (Mimetic Criticism)

Menurut Pradopo (2011:26) kritik mimetik memandang karya


sastra sebagai tiruan, pencerminan atau penggambaran dunia dan
kehidupan manusia. Windaningrum (2018:44) mengemukakan
pendekatan mimetik merupakan pendapat estetis yang paling primitif.
Secara mimetik dalam proses penciptaan karya sastra, sastrawan atau
seniman tertentu telah melakukan pengamatan terhadap kehidupan
manusia dalam dunia nyata, kemudian membuat merenungkannya dan
pada akhirya merealisasikan dalam bentuk sastra. Pradopo (2011:26)
mengemukakan kriterika utama pada pendekatan kritik mimetik yang
dikenankan pada karya sastra adalah “kebenaran” penggambaran, atau
yang hendak digambarkan dan pandangan mimetik ini merujuk pada
alam semesta.

Artinya, pendekatan kritik sastra mimetik ini menghubungkan


suatu relasi antara sudut pandang pengarang terhadap lingkungan
disekelilingnya, baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam yang
diwujudkan dalam bentuk karya imajinatif. Menurut Abrams (dalam
Pradopo,2011) Modus pendekatan kritik sastra mimetik ini pertama kali
kelihatan dalam kritik Plato dan Aristoteles, merupakan sifat khusus
teori-teiri modern realisme sastra. Plato mengungkakan bahwa karya
sastra itu senfiri tidak bisa mewakili kenyataan yang sesungguhnya,
melainkan hanya sebagai peniruan. Pandangan Plato ditolak oleh
Aristoteles dengan argumentasi bahwa karya seni berusaha menyucikan
jiwa manusia sebagai katharsis. Di samping itu juga karya seni berusaha

3
membangun dunianya sendiri. Pendekatan kritik sastra mimetik
kelihatan pada penciptaan dan diterapkan pada penciptaan sastra
angkatan 45, pada teori kritik Mochtar Lubis, Teknik mengarang, juga
kritik-kritik H.B. Jassin.

2.1.2 Pendekatan Kritik Sastra Pragmatik (Pragmatic Criticism)

Menurut Pradopo (2011:26) kritik pragmatik memandang karya


sastra sebagai sesuatu yang dibangun untuk mencapai (mendapatkan)
efek-efek tertentu pada pendengar atau pembaca, baik berupa efek-efek
kesenangan estetik ataupun ajaran (pendidikan), maupun efek-efek
yang lain. Menurut Wahyudi (dalam Gumono,2017) pendekatan kritik
sastra pragmatik pendekatan kajian sastra yang menitikberatkan
kajiannya terhadap peranan pembaca dalam menerima, memahami, dan
menghayati karya sastra. Karya sastra yang hadir di hadapan pembaca
akan memiliki daya komunikasi yang ditimbulkan oleh isi yang
disampaikan melalui bahasa.

Pendekatan kritik sastra pragmatik ini cenderung menilai karya


sastra menurut berhasilnya mencapai tujuan tersebut. Kritik ini
menguasai perdebatan sastra dari jaman roman sampai abad ke-18.
Dihidupkan kembali oleh sastra retorik sekarang ini, yang menekankan
strategi estetik untuk menarik dan mempengaruhi tanggapan-tanggapan
pembacanya kepada masalah yang dikemukakan dalam karya sastra. Di
Indonesia penciptaan sastra terbesar teori pragmatik adalah terutama
roman-roman Balai Pustaka, yang mengutamakan didikan kepada
pemvaba, sedang kritik yang bercorak demikian adalah kritik St. Takdir
Alisjahbana kelihatan dalam karyanya Perjuangan Tanggung Jawab
Dalam Kesusastraan (1977).

2.1.3 Pendekatan Kritik Sastra Objektif (Objective Criticims)


Pendekatan objektif adalah pendekatan yang menitik beratkan
pada karya itu sendiri. Pendekatan objektif menganalisis struktur
pembangun cerita yang mencakup tokoh penokohan dan latar yang

4
terdapat dalam objek material. Dalam menganalisis struktur pembangun
cerita, seorang penulis menggunakan teori kajian struktural.
Pandangan terhadap karya sastra secara obyektif menyatakan bahwa
karya sastra merupakan dunia otonom, yang dapat dilepaskan dari
pencipta dan lingkungan sosial-budaya zamannya. Dalam hal ini, karya
sastra dapat diamati berdasarkan strukturnya. Struktur tersebut
merupakan unsur ekstrinsik dan intrinsik dalam karya sastra. Untuk
intrinsik dapat berupa perwatakan tokoh, alur, setting, dan tema.
Sedangkan unsur ekstrinsik dapat berupa psikologis pengarang,
keadaan lingkungan dan struktur sosial masyarakat.
Pendekatan ini lebih mengeksploitasi unsur intrinsik sebuah
karya sastra. Bagi kritik sastra yang secara ingin mencapai hasil kritik
sastra yang seobjektif mungkin berdasarkan analisi dengan
menggunakan pendekatan struktural. Pendekatan struktural adalah
pendekatan yang berorientasi pada karya sastra sebagai analisis yang
ditujukan pada teks itusendiri sebagai kesatuan yang tersusun dari
bagian-bagian yang saling berkaitan antara satu dengan lainnya. Untuk
memahami sebuah karya sastra, harus dianalisis strukturnya.
2.1.4 Pendekatan Kritik Sastra Ekspresif (Expressive Criticism)

Menurut Abrams (1992: 22), pandekatan ekspresif ini


menempatkan karya sastra sebagai curahan, ucapan dan proyeksi
pikiran dan perasaan pengarang. Pengarang sendiri menjadi pokok yang
melahirkan dan memproduksi prespsipersepsi, pikiran-pikiran dan
perasaan yang dikombinasikan. Teori ekspresif berpusat kepada niat
awal dan visi pengarang dalam membuat karya. Dalam praktiknya,
tidak mustahil membedah diri pengarang dari pengalaman-pengalaman
menulisnya. Sedangakan Menurut Nyoman Kutha Ratna (2004: 68)
menjelaskan bahwa pendekatan ekspresif tidak hanya berpusat kepada
bagaimana karya diciptakan, seperti studi proses kreatif di dalam studi
biografis, tapi juga bentuk-bentuk dari karya yang dihasilkan. Kalau
studi biografis terbatas pada diri pengarang dan kualitas pikiran dan

5
perasaanya, studi ekspresif lebih jauh dari itu, yakni melibatkan diri
pengarang, pikiran, perasaan, dan yang paling penting hasi karyanya.
Dalam hal ini, peneliti mencoba membongkar kualitas-kualitas
pikiran yang ada dalam teks prosa Godi. Jadi kritik ekpresif (expressive
criticism) memandang karya sastra terutama dalam hubungan dengan
penulis sendiri. Kritik ini mendefinisikan puisi/karya sastra sebagai
sebuah ekpresi, curahan atau ucapan perasaan, atau sebagai produk
imaginasi pengarang yang bekerja dengan persepsi- persepsi, pikiran-
pikiran dan perasaannya. Kritik ini cenderung untuk menimmbang
karya sastra dengan kemulusann, kesejatian, atau kecocokan dengan
keadaan pikirannya. Sering kritik ini melihat ke dalam karya sastra
untuk menerangkan tabiat khusus dan pengalaman-pengalaman di
dalam karyanya. Pandangan semacam ini diperkembangkan teritama
oleh kritikus romantic dan secara luas berlaku di masa kini.
Dalam sudut pandang ekspresif, karya merupakan cerminan dari
kehidupan penggubahnya. Kenyataan yang dirasakan pengarang dan
„kenyataan‟ yang pengarang tuangkan dalam karya mengalami
singgungan yang menciptakan irisan; ada kesamaan yang muncul di
dalamnya. Itu berarti, karya gubahan pengarang tentu kaya akan
pengaruh dari kehidupan pengarang. Pengaruh tersebut dapat dilihat
dari beragam unsur yang terdapat di dalam sebuah karya. Kisah
kehidupan pengarang pada umumnya dapat dituangkan melalui salah
satu atau beberapa tokoh di dalam karya tersebut, didukung oleh
pendeskripsian latar, alur, hingga tema dan amanat yang sesuai atau
paling tidak mewakili apa yang pengarang rasakan dalam
kehidupannya.

6
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Windaningrum (2018:44) mengemukakan pendekatan mimetik


merupakan pendapat estetis yang paling primitif. Secara mimetik dalam
proses penciptaan karya sastra, sastrawan atau seniman tertentu telah
melakukan pengamatan terhadap kehidupan manusia dalam dunia nyata,
kemudian membuat merenungkannya dan pada akhirya merealisasikan dalam
bentuk sastra. pendekatan kritik sastra mimetik ini menghubungkan suatu
relasi antara sudut pandang pengarang terhadap lingkungan disekelilingnya,
baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam yang diwujudkan dalam
bentuk karya imajinatif.

Menurut Pradopo (2011:26) kritik pragmatik memandang karya sastra


sebagai sesuatu yang dibangun untuk mencapai (mendapatkan) efek-efek
tertentu pada pendengar atau pembaca, baik berupa efek-efek kesenangan
estetik ataupun ajaran (pendidikan), maupun efek-efek yang lain. Pendekatan
kritik sastra pragmatik ini cenderung menilai karya sastra menurut
berhasilnya mencapai tujuan tersebut. Kritik ini menguasai perdebatan sastra
dari jaman roman sampai abad ke-18.

Pendekatan objektif adalah pendekatan yang menitik beratkan pada


karya itu sendiri. Pendekatan objektif menganalisis struktur pembangun
cerita yang mencakup tokoh penokohan dan latar yang terdapat dalam objek
material. Dalam menganalisis struktur pembangun cerita, seorang penulis
menggunakan teori kajian struktural. Pendekatan ini lebih mengeksploitasi
unsur intrinsik sebuah karya sastra. Bagi kritik sastra yang secara ingin
mencapai hasil kritik sastra yang seobjektif mungkin berdasarkan analisis
dengan menggunakan pendekatan struktural.

Menurut Abrams (1992: 22), pandekatan ekspresif ini menempatkan


karya sastra sebagai curahan, ucapan dan proyeksi pikiran dan perasaan

7
pengarang. Pengarang sendiri menjadi pokok yang melahirkan dan
memproduksi prespsi-persepsi, pikiran-pikiran dan perasaan yang
dikombinasikan. romantic dan secara luas berlaku di masa kini. Dalam sudut
pandang ekspresif, karya merupakan cerminan dari kehidupan
penggubahnya. Kenyataan yang dirasakan pengarang dan „kenyataan‟ yang
pengarang tuangkan dalam karya mengalami singgungan yang menciptakan
irisan; ada kesamaan yang muncul di dalamnya. Itu berarti, karya gubahan
pengarang tentu kaya akan pengaruh dari kehidupan pengarang.

3.2 Saran

Pembelajaran mengenai Pendekatan Karya Sastra Menurut


Mh.Abrams disusun agar kita semua dapat mengetahui, mempelajari jenis-
jenis pendekatan yang telah dikemukakan oleh Mh.Abrams dan bisa
menambah wawasan luas mengenai karya sastra. Semoga susunan makalah
ini menjadi manfaat bagi kita yang sedang mempelajari mengenai pendekatan
karya sastra menurut salah satu tokoh yaitu Mh.Abrams.

8
DAFTAR PUSTAKA

Pradopo,Djoko Pradopo.2011.Prinsip-Prinsip Kritik Sastra. Yogyakarta: Gadjah


University Press.

Widyaningrum,Heny Kusuma. 2018. “Analisis Tokoh pada Cerpen Ibu Pergi Ke


Laut Melalui Pendekatan Kritik Mimetik Serta Relevansinya dengan
Pembelajaran Sastra Di Sekolah Dasar”. BAHASTRA, (Online), Vol. 38, No.
1,
(http://journal.uad.ac.id/index.php/BAHASTRA/article/download/8106/4931,
diakses pada 21 Oktober 2020)

Gumono,Abednego Tri. 2017. “Analisis Film Denias dengan Pendekatan


Pragmatik”. A Journal of Language, Literature, Culture, and Education
POLYGLOT, (Online), Vol. 13, No. 1,
(https://ojs.uph.edu/index.php/PJI/article/download/341/pdf, diakses pada 22
Oktober 2020)

Utami,Marcellina. 2018. “Kekerasan Struktural Dan Personal Dalam Novel


Candik Ala 1965 Karya Tinuk R. Yampolsky”. Jurnal Ilmiah Kebudayaan
SINTESIS, (Online), Vol. 12, No.1,
(http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?
article=1707177&val=10046&title=KEKERASAN%20STRUKTURAL
%20DAN%20PERSONAL%20DALAM%20NOVEL%20CANDIK
%20ALA%201965%20KARYA%20TINUK%20R%20YAMPOLSKY,
diakses pada 22 Oktober 2020)

Dzikri,Muhammad. 2017. “Pengaruh Kehidupan Pengarang Pada Novel Chidori


Karya Suzuki Miekhichi (Pendekatan Ekspresif)”. Jurnal Ayumi, (Online),
Vol. 4, No. 2,
(https://ejournal.unitomo.ac.id/index.php/ayumi/article/view/387/319, diakses
pada 21 Oktober 2020)

Rahayu,Taufik. 2017. “Gaya Kepengarangan Godi Suwarna Dalam Kumpulan


Cerpen Murang-Maring”. Jurnal Kajian Sastra, (Online), Vol.6, No.2,
(https://ojs.badanbahasa.kemdikbud.go.id/jurnal/index.php/jentera/article/vie
w/475/279, diakses pada 21 Oktober 2020)

Anda mungkin juga menyukai