PENDAHULUAN
Istilah kritik sastra yang sekarang sangat popular mempunyai sejarah yang
panjang. Kegiatan kritik sastra usianya lebih tua daripada istilahnya sendiri.
Kesusastraan Indonesia modern usianya masih muda. Begitu pula ilmu sastra modern
belum berkembang dengan sempurna. Berhubungan dengan hal itu, maka ilmu sastra
Kritik sastra adalah ilmu sastra yang berusaha menyelidiki karya sastra dengan
langsung menganalisis, memberi pertimbangan baik buruknya karya sastra, bernilai seni
atau tidaknya karya tersebut. Kritik sastra diberikan oleh para peneliti sastra bagi
perkembangan dan pembinaan sastra. Secara singkat, kritik sastra dapat didefinisikan
sebagai hasil usaha pembaca dalam mencari dan menentukan nilai hakiki karya sastra
1
2
1.3 Tujuan
Ilmu sastra mempunyai tiga bagian atau tiga cabangnya, yaitu teori sastra,
sejarah sastra dan kritik sastra. Teori sastra seperti namanya bekerja dalam bidang teori
sastra, misalnya penyelidikan hal yang berhubungan dengan apakah sastra itu, apakah
hakikat sastra, dasar-dasar sastra, membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan teori
dalam bisang sastra, bermacam-macam gaya, teori komposisi sastra, jenis-jenis sastra
atau genre, teori penilaian dan sebagainya. Sejarah sastra bertugas menyusun
Misalnya, sejarah timbulnya suatu kesusastraan, sejarah jenis sastra (genre), sejarah
dikemukakan dalam karya-karya sastra, dan sebagainya. Kritik sastra ialah ilmu sastra
pertimbangan baik buruknya karya sastra, bernilai seni atau tidaknya karya tersebut.
Ilmu kritik sastra adalah ilmu sastra untuk “menghakimi” karya sastra, untuk
memberi penilaian dan memberi keputusan bermutu atau tidak suatu karya sastra yang
sedang dihadapi kritikus. Tetapi, kritik sastra sesungguhnya bukan hanya menilai saja,
melainkan masih ada aktivitas lainnya, yaitu analisis dan aktivitas lainnya.
3
4
4
Hal ini kelihatan seperti yang dikemukakan oleh M. H. Abrams, Kritik sastra adalah
penilaian karya sastra diperlukan teori tentang penilaian, bagaimanakah karya sastra
yang baik, syarat-syarat apakah yang harus dipenuhi oleh suatu karya sastra supaya
dapat bernilai sastra dan sebaliknya apakah yang membuat karya sastra kurang bernilai
atau tidak bernilai. Hal-hal tersebut adalah termasuk dalam bidang teori. Sebaliknya
teori sastra pun memerlukan bantuan kritik sastra, misalnya untuk menyusun teori
tentang gaya atau tentang teknik cerita, teori sastra dapat mengambil dari hasil kritik
terhadap karya sastra. Sebaliknya teori sastrapun memerlukan sejarah sastra, misalnya
kesusastraan secara keseluruhan yang dibicarakan dalam sejarah sastra. Sejarah sastra
asli atau tidak, gaya klise atau bukan, kritik sastra dapat mengambil pengetahuan dari
sejarah sastra. Sebaliknya untuk menyusun sejarah sastra diperlukan bantuan kritik
sastra, misalnya sebuah karya sastra tidak dapat dicantumkan dalam rangkaian sejarah
sastra kalau tidak bernilai sastra, untuk menentukan bernilai tidaknya memerlukan
teori-teori penilaian karya sastra, bernilai atau tidak bernilainya karya tersebut, bermutu
seni atau tidak bagian-bagian atau unsur-unsur karya sastra yang diselidiki atau yang
terhadap bagian-bagian yang merupakan kesatuan yang erat, dengan menimbang yang
bernilai dan yang kurang bernilai, maka kritikus baru menentukan karya tersebut
bernilai tinggi, sedang, kurang, kurang bernilai atau tidak bernilai sastra.
Kritik sastra dengan kritikus sastra tentu saja tidak dapat dipisahkan. Kritik
sastra adalah hasil kerja seorang kritikus sastra. Baik buruk atau sempurna tidaknya
suatu kritik sastra berhubungan dengan kepandaian pribadi seorang kritikus. Menjadi
seorang kritikius diperlukan kepandaian ilmu sastra, bahwa ketiga bagian ilmu tersebut
tidak dapat dipisahkan. Sebab itu, seorang kritikus harus juga ahli dalam teori sastra,
lebih-lebih teori tentang penilaian harus dikuasai. Kalau tidak pertimbangannya akan
kurang bermutu karena tidak tepat dan tidak berdasarkan metode sastra (literer).
Demikian juga seorang kritikus harus menjadi seorang ahli sejarah sastra. Seorang
Seorang kritikus adalah “hakim” maka seorang kritikus harus adil. Ia akan adil
bila selalu berpegang pada kejujuran, kebenaran dan tak terpengaruh sentimennya atau
harus objektif. Jadi dalam melakukannya mesti bersifap sebagai ahli-ahli ilmu
2.4.1 Kritik sastra berguna bagi keilmuan sastra sendiri maksudnya untuk
menyusun teori sastra tak dapatlah sempurna tanpa bantuan kritik sastra.
cerita, tentang gaya bahasa, tentang bunyi yang ekspresif, seorang kritikus
kritik.
7
kritikus yang cakap, jujur, dan objektif. Jadi, sastrawan dalam penulisan
sebab seorang kritikus, maksudnya seorang kritikus yang besar akan selalu
tidak berpusar pada suatu titik mati. Begitulah kegunaan kritik sastra begi
2.4.3 Kritik sastra berguna bagi masyarakat pada umumnya yang menginginkan
kepandaian pembaca dalam menangkap maksud isi karya sastra, hal ini
adanya kritik sastra itu, masyarakat akan dapat memilih karya-karya sastra
perikemanusiaannya.
Seorang kritikus itu ada yang berwatak keras, lembut, toleran dan kompromistis
terbatas. Watak seorang kritikus yang demikian tampak juga dalam kritikannya sebagai
hasil karyannya.
8
Mungkin seorang kritikus yang berwatak keras kritikannya akan berupa celaan-
celaan dan mencari kesalahan-kesalahan sehingga sering mematikan bakat bila yang di
kritik itu adalah sastrawan yang baru muncul atau sastrawan muda. Sebaliknya, seorang
pelaksanaan atau praktik kritik dan menurut dasar pendekatan kritik sastra terhadap
karya sastra.
Menurut bentuknya kritik sastra di golongkan menjadi kritik teori dan kritik
praktik atau kritik terapan. Kritik sastra teori adalah bidang kritik sastra yang
sastra tersebut dan para sastrawannya dinilai. Kritik praktik merupakan diskusi
penerapan teori-teori kritik yang dapat dinyatakan secara eksplisit atau implisit
berdasarkan keperluannya.
9
Kritik sastra oleh Abrams dibagi menjadi kritik judisial dan kritik empressionistik
sedangkan Hutson menggolongkan kritik sastra menjadi kritik judisial dan kritik
induktif. Kritik judisial adalah kritik sastra yang berusaha menganalisis dan
dasar standar-standar umum tentang kehebatan atau ke luar biasaan sastra. Kritik
atas sifat-sifat yang terasa dalam bagian-bagian khusus atau dalam sebuah karya
secara langsung oleh karya sastra tersebut. Kritik ini juga disebut kritik yang
estetik, T.S Elliot mengemukakan bahwa dalam kritik ini kritikus menunjukan
pembaca, kritikus hanya menceritakan kembali apa yang di bacaatau memuji sifat-
sifat objek sehingga tidak memberi penilaian kepada karya sastra itu sendiri. Jadi,
kritik sastra yang impressianistik belum mencpai tujuan pokok kritik sastra, yaitu
memberi pertimbangan baik buruk, bermutu tidaknya karya sastra. Kritik sastra
Hutson menunjukan adanya tiga perbedaan pokok antara kedua macam kritik
tersebut. Pertama, kritik judisial mengakui adanya perbedaan tingkat antara karya-
kritik induktif tidak mengakui adanya perbedaan tingkat, yang ada hanya
perbedaan kritik. Tidak ada karya sastra yang lebih tinggi atau lebih rendah
adanya hukum-hukum sastra seperti hukum moral atau hukum negara yang
diletakkan oleh kekuasaan di luar dirinya, hukum ini mengikat para sastraan
sebagaimana hukum moral dan negara mengikat para warganya. Para sastrawan
harus mengakui dan mematuhi hukum-hukum atau norma-norma atau karya sastra
yang tetap dan statis, ditetapkan oleh para sastrawan sebelumnya dalam
menciptakan karya sastra. Menurut kritik induktif tidak ada hukum atau norma
sastra demikian. Menurutnya hukum sastra persis atau tepat seperti hukum alam
bagi sarjana ilmu alam atau hukum sastra bukanlah syarat-syarat yang diletakkan
di atas karya sastra dari tidak ada sebelumnya melainkan kenyataanlah yang
tersebut telah melekat pada karya-karya itu sendiri. Ketiga, kritik judisial
bersandar pada ukuran baku yang tetap dengannya suatu karya sastra mungkin
dikerjakan dan dihakimi sedangkan kritik induktif menolak adanya ukuran baku
Abrams membagi menjadi empat tipe, yaitu: pertama, kritik mimetik memandang
karya sastra sebgai tiruan, pencerminan atau penggambaran dunia dan kehidupan
memandang karya sastra sebagai sesuatu yang dibangun untuk mencapai efek-
efek tertentu pada pendengar atau pembaca, baik berupa efek-efek kesenangan
estetik ataupun ajaran dan pendidikan, maupun efek-efek yang lain. Kritik
terutama oleh kritikus romantik dan secara luas berlaku di masa kini. Keempat,
kritik objektif mendekati karya sastra sebagai sesuatu yang berdiri bebas dari
Kritik objektif menganalisis karya sastra sebagai objek yang mencukupi dirinya
sendiri atau hal yang utuh, atau sebuah dunia dalam dirinya yang harus ditimbang
3.1 Simpulan
Ilmu sastra mempunyai tiga bagian atau tiga cabangnya, yaitu teori sastra,
sejarah sastra dan kritik sastra. Ilmu kritik sastra adalah ilmu sastra untuk
“menghakimi” karya sastra, untuk memberi penilaian dan memberi keputusan bermutu
penilaian karya sastra diperlukan teori tentang penilaian sebaliknya teori sastra pun
memerlukan bantuan kritik sastra, misalnya untuk menyusun teori tentang gaya atau
tentang teknik cerita teori sastrapun memerlukan sejarah sastra, misalnya untuk
secara keseluruhan yang dibicarakan dalam sejarah sastra. Sejarah sastra memberikan
sumbangannya kepada kritik sastra, misalnya untuk mengetahui ciptaan asli atau tidak
untuk menyusun sejarah sastra diperlukan bantuan kritik sastra, misalnya sebuah karya
sastra tidak dapat dicantumkan dalam rangkaian sejarah sastra kalau tidak bernilai
sastra.
13
14
Kritik sastra dengan kritikus sastra tentu saja tidak dapat dipisahkan. Kritik
sastra adalah hasil kerja seorang kritikus sastra. Baik buruk atau sempurna tidaknya
suatu kritik sastra berhubungan dengan kepandaian pribadi seorang kritikus. Menjadi
seorang kritikius diperlukan kepandaian ilmu sastra, bahwa ketiga bagian ilmu tersebut
Fungsi dan kegunaan kritik sastra, yaitu pertama, berguna bagi keilmuan sastra
sendiri maksudnya untuk menyusun teori sastra tak dapatlah sempurna tanpa bantuan
kritik sastra. Kedua, kritik sastra sangat penting bagi perkembangan kesusastraan.
Ketiga, kritik sastra berguna bagi masyarakat pada umumnya yang menginginkan
kritik sastra teori dan kritik praktik, pelaksanaan atau praktik kritik yaitu judisial,
impressionistik dan induktif, menurut dasar pendekatan kritik sastra terhadap karya
3.2 Saran
Makalah ini dibuat agar pembaca dapat mengetahui pengertian kritik sastra, hubungan
antara ilmu sastra, peranan kritikus terhadap kritik sastra, fungsi-gungsi kritik sastra
serta macam-macam kritik sastra. Semoga makalah ini bermanfaat untuk kita semua.
Kritik Sastra
MAKALAH
oleh:
Nansi Avista F1012131014
Paskalia Apriyanti F1012131016
Rossa Sari Dewi F1012131040
KATA PENGANTAR.....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3
3.1 Simpulan...................................................................................................13
3.2 Saran.........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................iii
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat-Nya lah,
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini, yang berisikan materi tentang Kritik
Sastra.
Penulis juga ucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Dr.A Totok Priyadi
selaku dosen pengampu mata kuliah Kritik Sastra yang telah banyak memberikan
motivasi, bimbingan dan petunjuk kepada penulis dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
sebab itu penulis mengharapkan segala kritik dan saran dari pembaca, namun
Akhir kata penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua,