Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Istilah kritik sastra yang sekarang sangat popular mempunyai sejarah yang

panjang. Kegiatan kritik sastra usianya lebih tua daripada istilahnya sendiri.

Kesusastraan Indonesia modern usianya masih muda. Begitu pula ilmu sastra modern

belum berkembang dengan sempurna. Berhubungan dengan hal itu, maka ilmu sastra

Indonesia (modern) belum mendapatkan metodenya yang tepat dalam penyelidikannya.

Kritik sastra adalah ilmu sastra yang berusaha menyelidiki karya sastra dengan

langsung menganalisis, memberi pertimbangan baik buruknya karya sastra, bernilai seni

atau tidaknya karya tersebut. Kritik sastra diberikan oleh para peneliti sastra bagi

perkembangan dan pembinaan sastra. Secara singkat, kritik sastra dapat didefinisikan

sebagai hasil usaha pembaca dalam mencari dan menentukan nilai hakiki karya sastra

dalam bentuk tertulis.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa yang dimaksud dengan kritik sastra?

1.2.2 Bagaimana hubungan dari tiga cabang ilmu sastra?

1.2.3 Bagaimana peran kritikus terhadap kritik sastra?

1.2.4 Apa fungsi dari kritik sastra?

1.2.5 Jelaskan macam-macam kritik sastra?

1
2

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui pengertian kritik sastra.

1.3.2 Untuk mengetahui hubungan dari tiga cabang ilmu sastra.

1.3.3 Untuk mengetahui peran kritikus terhadap kritik sastra.

1.3.4 Untuk mengetahui fungsi dari kritik sastra.

1.3.5 Untuk mengetahui macam-macam kritik sastra.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kritik Sastra

Ilmu sastra mempunyai tiga bagian atau tiga cabangnya, yaitu teori sastra,

sejarah sastra dan kritik sastra. Teori sastra seperti namanya bekerja dalam bidang teori

sastra, misalnya penyelidikan hal yang berhubungan dengan apakah sastra itu, apakah

hakikat sastra, dasar-dasar sastra, membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan teori

dalam bisang sastra, bermacam-macam gaya, teori komposisi sastra, jenis-jenis sastra

atau genre, teori penilaian dan sebagainya. Sejarah sastra bertugas menyusun

perkembangan sastra dari mulai timbulnya hingga perkembangannya yang terakhir.

Misalnya, sejarah timbulnya suatu kesusastraan, sejarah jenis sastra (genre), sejarah

perkembangan gaya-gaya sastra, sejarah perkembangan pikiran-pikiran manusia yang

dikemukakan dalam karya-karya sastra, dan sebagainya. Kritik sastra ialah ilmu sastra

yang berusaha menyelidiki karya sastra dengan langsung menganalisis, memberi

pertimbangan baik buruknya karya sastra, bernilai seni atau tidaknya karya tersebut.

Ilmu kritik sastra adalah ilmu sastra untuk “menghakimi” karya sastra, untuk

memberi penilaian dan memberi keputusan bermutu atau tidak suatu karya sastra yang

sedang dihadapi kritikus. Tetapi, kritik sastra sesungguhnya bukan hanya menilai saja,

melainkan masih ada aktivitas lainnya, yaitu analisis dan aktivitas lainnya.

3
4
4
Hal ini kelihatan seperti yang dikemukakan oleh M. H. Abrams, Kritik sastra adalah

studi yang berhubungan dengan pendefinisian, penggolongan (pengklasan), penguraian

(analisis) dan penilaian (evaluasi).

2.2 Hubungan dari Cabang Ilmu Sastra

Ketiga disiplin sastra tersebut saling membantu. Misalnya, untuk memberi

penilaian karya sastra diperlukan teori tentang penilaian, bagaimanakah karya sastra

yang baik, syarat-syarat apakah yang harus dipenuhi oleh suatu karya sastra supaya

dapat bernilai sastra dan sebaliknya apakah yang membuat karya sastra kurang bernilai

atau tidak bernilai. Hal-hal tersebut adalah termasuk dalam bidang teori. Sebaliknya

teori sastra pun memerlukan bantuan kritik sastra, misalnya untuk menyusun teori

tentang gaya atau tentang teknik cerita, teori sastra dapat mengambil dari hasil kritik

terhadap karya sastra. Sebaliknya teori sastrapun memerlukan sejarah sastra, misalnya

untuk menyusun teori tentang angkatan perlulah orang melihat perkembangan

kesusastraan secara keseluruhan yang dibicarakan dalam sejarah sastra. Sejarah sastra

memberikan sumbangannya kepada kritik sastra, misalnya untuk mengetahui ciptaan

asli atau tidak, gaya klise atau bukan, kritik sastra dapat mengambil pengetahuan dari

sejarah sastra. Sebaliknya untuk menyusun sejarah sastra diperlukan bantuan kritik

sastra, misalnya sebuah karya sastra tidak dapat dicantumkan dalam rangkaian sejarah

sastra kalau tidak bernilai sastra, untuk menentukan bernilai tidaknya memerlukan

bantuan kritik sastra.


5

2.3 Peranan Kritikus Terhadap Kritik Sastra

Kritik sastra suatu karya sastra diuraikan (dianalisis) unsur-unsurnya atau

norma-normanya, diselidiki, diperiksa satu per satu, kemudian ditentukan berdasarkan

teori-teori penilaian karya sastra, bernilai atau tidak bernilainya karya tersebut, bermutu

seni atau tidak bagian-bagian atau unsur-unsur karya sastra yang diselidiki atau yang

dianalisis tersebut. Setelah itu, dengan pertimbangan-pertimbangan seluruh penilaian

terhadap bagian-bagian yang merupakan kesatuan yang erat, dengan menimbang yang

bernilai dan yang kurang bernilai, maka kritikus baru menentukan karya tersebut

bernilai tinggi, sedang, kurang, kurang bernilai atau tidak bernilai sastra.

Kritik sastra dengan kritikus sastra tentu saja tidak dapat dipisahkan. Kritik

sastra adalah hasil kerja seorang kritikus sastra. Baik buruk atau sempurna tidaknya

suatu kritik sastra berhubungan dengan kepandaian pribadi seorang kritikus. Menjadi

seorang kritikius diperlukan kepandaian ilmu sastra, bahwa ketiga bagian ilmu tersebut

tidak dapat dipisahkan. Sebab itu, seorang kritikus harus juga ahli dalam teori sastra,

lebih-lebih teori tentang penilaian harus dikuasai. Kalau tidak pertimbangannya akan

kurang bermutu karena tidak tepat dan tidak berdasarkan metode sastra (literer).

Demikian juga seorang kritikus harus menjadi seorang ahli sejarah sastra. Seorang

kritikus memerlukan pengetahuan-pengetahuan lain yang ada hubungannya dengan

karya sastra, sejarah, biografi.


6

Seorang kritikus adalah “hakim” maka seorang kritikus harus adil. Ia akan adil

bila selalu berpegang pada kejujuran, kebenaran dan tak terpengaruh sentimennya atau

harus objektif. Jadi dalam melakukannya mesti bersifap sebagai ahli-ahli ilmu

pengetahuan lainnya, objektif, melepaskan perasaan senang tidak senangnya. Ia hanya

mencari kebenaran, tidak menambah-nambah, tidak pula menguranginya. Bila ia sudah

bersikap subjektif, kebenaran kritinya tidak dapat dijamin lagi.

2.4 Fungsi dan Kegunaan Kritik Sastra

2.4.1 Kritik sastra berguna bagi keilmuan sastra sendiri maksudnya untuk

menyusun teori sastra tak dapatlah sempurna tanpa bantuan kritik sastra.

Kritik sastra menguraikan atau menganalisis struktur norma-norma karya

sastra, menerangkan hubungan norma tersebut dan kemudian memberi

penilaian. Menyusun teori sastra memerlukan bantuan kritikus,

memerlukan kritik sastra. Misalnya untuk menyusun teori tentang susunan

cerita, tentang gaya bahasa, tentang bunyi yang ekspresif, seorang kritikus

perlulah meninjau atau mengambil dari kritik sastra. Kritikus dalam

kritikannya menerangkan bagaimana pengarang menyusun cerita hingga

berhasil, menerangkan bagaimana penyair mempergunkan bunyi, juga

menerangkan pemilihan kata, gaya bahasa, dan sebagainya. Dengan

demikian, seorang teoritikus dalam menyusun teori sastra haruslah melihat

kritik.
7

2.4.2 Pentingnya kritik sastra bagi perkembangan kesusastraan maksudnya di

dalam karya sastra seorang kritikus menguraikan harga karya sastra

seorang sastrawan, berhasil-tidaknya sastrawan mengungkapkan

pengalaman jiwa dalam karyanya. Beberapa ciptaan seorang sastrawan

tidak memikirkan atau mempertimbangkan tepat tidaknya dalam

pengungkapannya, karena seorang sastrawan sering sukar memberi

penilaian kepada karyanya sendiri, dan ia merasa ciptaannya itu sudah

berhasil sebagai yang dimaksudkan. Maka dalam memberi penilaian tentu

dengan alasan-alasan dan bukti-bukti, baik langsung atau tidak langsung,

misalnya dengan membandingkan dengan karya lain yang sudah diakui

kebaikannya secara objektif. Tentu kritikus yang dimaksud seorang

kritikus yang cakap, jujur, dan objektif. Jadi, sastrawan dalam penulisan

karya-karya selanjutnya akan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang

pernah dibuatnya, dan akan menjaga atau meningkatkan mutu sastranya

sebab seorang kritikus, maksudnya seorang kritikus yang besar akan selalu

memberi sesuatu yang berharga kepada seniman. Di samping itu seorang

kritikus menjadi peranan seorang penunjuk jalan. Ia menunjukkan apa-apa

yang belum pernah digarap oleh para sastrawan, pikiran-pikiran yang

belum pernah diungkapkan para sastrawan dalam karya sastranya. Seorang

kritikus menunjukkan “daerah baru” yang belum dijelajahi dan belum

digarap oleh para sastrawan. Seorang kritikus dalam kritiknya


menunjukkan atau mengarahkan selera sastra yang baik kepada sastrawan

sehingga kesusastraan menjadi segar dan hidup berkembang dengan baik,

tidak berpusar pada suatu titik mati. Begitulah kegunaan kritik sastra begi

perkembangan kesusastraan yang tak dapat ditiadakan.

2.4.3 Kritik sastra berguna bagi masyarakat pada umumnya yang menginginkan

penerangan tentang karya sastra. Dengan keterangan-keterangan dan uraian,

atau analisis struktur norma-norma karya sastra yang diungkapkan oleh

kritikus dalam kritikanny, maka masyarakat pembaca dapat lebih terang

memahami karya sastra para sastrawan. Kritik sastra dapat mempertajam

kepandaian pembaca dalam menangkap maksud isi karya sastra, hal ini

membuat masyarakat pembaca lebih menghargai kesusastran dari yang

sudah-sudah dan akan menghargai sastrawan penciptanya. Lagi pula dengan

adanya kritik sastra itu, masyarakat akan dapat memilih karya-karya sastra

yang bernialai sastra, yang mengungkapkan nilai-nilai kehidupan yang tinggi,

dengan demikian secara tidak langsung dapat mempertinggi taraf kehidupan

masyarakat, memperhalus budi dan perasaan, mempertajam pikiran,

mempertinggi kejujuran, mencintai kebenaran, dan memperdalam rasa

perikemanusiaannya.

Seorang kritikus itu ada yang berwatak keras, lembut, toleran dan kompromistis

terbatas. Watak seorang kritikus yang demikian tampak juga dalam kritikannya sebagai

hasil karyannya.
8

Mungkin seorang kritikus yang berwatak keras kritikannya akan berupa celaan-

celaan dan mencari kesalahan-kesalahan sehingga sering mematikan bakat bila yang di

kritik itu adalah sastrawan yang baru muncul atau sastrawan muda. Sebaliknya, seorang

kritikus yang terlalu lunak kritikannya berupa pujian-pujian dan mencari-cari

kebagusannya dan bersifat memaafkan kekurangannya.

2.5 Macam-macam Kritik Sastra

Kritik sastra ada bermacam-macam, dapat di golongkan menurut jenis bentuknya,

pelaksanaan atau praktik kritik dan menurut dasar pendekatan kritik sastra terhadap

karya sastra.

2.5.1 Menurut bentuknya

Menurut bentuknya kritik sastra di golongkan menjadi kritik teori dan kritik

praktik atau kritik terapan. Kritik sastra teori adalah bidang kritik sastra yang

berusaha (bekerja) unutk menetapkan atas dasar prindip-prinsip umum,

seperangkat istilah-istilah tali temali, pembedaan-pembedaan dan kategori-

kategori untuk diterapkan pada pertimbangan karya sastra, maupun penerapan

“kriteria” (standar atau norma-norma), yang dengan hal-hal tersebut karya-karya

sastra tersebut dan para sastrawannya dinilai. Kritik praktik merupakan diskusi

karya-karya sastra tertentu dan pengarang-pengarang. Kritik praktik berupa

penerapan teori-teori kritik yang dapat dinyatakan secara eksplisit atau implisit

berdasarkan keperluannya.
9

2.5.2 Menurut pelaksanaan atau praktik kritik

Kritik sastra oleh Abrams dibagi menjadi kritik judisial dan kritik empressionistik

sedangkan Hutson menggolongkan kritik sastra menjadi kritik judisial dan kritik

induktif. Kritik judisial adalah kritik sastra yang berusaha menganalisis dan

menerangkan efek-efek karya sastra berdasarkan pokoknya, organisasinya, teknik,

gayanya, dan mendasarkan pertimbangan-pertimbangan individual kritikus atas

dasar standar-standar umum tentang kehebatan atau ke luar biasaan sastra. Kritik

impressionistik adalah kritik yang berusaha menggambarkan dengan kata-kata

atas sifat-sifat yang terasa dalam bagian-bagian khusus atau dalam sebuah karya

sastra dan mengekspresikan tanggapan-tanggapan kritikus yang di timbulkan

secara langsung oleh karya sastra tersebut. Kritik ini juga disebut kritik yang

estetik, T.S Elliot mengemukakan bahwa dalam kritik ini kritikus menunjukan

kesan-kesannya terhadap suatu objek yang memberikan tafsiran-tafsiran

mengagumkan pembaca, untuk menimbulkan kesan yang indah terhadap

pembaca, kritikus hanya menceritakan kembali apa yang di bacaatau memuji sifat-

sifat objek sehingga tidak memberi penilaian kepada karya sastra itu sendiri. Jadi,

kritik sastra yang impressianistik belum mencpai tujuan pokok kritik sastra, yaitu

memberi pertimbangan baik buruk, bermutu tidaknya karya sastra. Kritik sastra

impressionistik tersebut harganya hanya sebagai bacaan saja. Kritik induktif

adalah kritrik sastra yang menguraikan bagian-bagian sastra berdasarkan

fenomena-fenomena yang ada secara objektif.


10

Hutson menunjukan adanya tiga perbedaan pokok antara kedua macam kritik

tersebut. Pertama, kritik judisial mengakui adanya perbedaan tingkat antara karya-

karya sastra yang disebabkan susunan norma-normanya yang berbeda sedangkan

kritik induktif tidak mengakui adanya perbedaan tingkat, yang ada hanya

perbedaan kritik. Tidak ada karya sastra yang lebih tinggi atau lebih rendah

nilainya disebabkan susunan normanya berbeda. Kedua, kritik judisial mengaku

adanya hukum-hukum sastra seperti hukum moral atau hukum negara yang

diletakkan oleh kekuasaan di luar dirinya, hukum ini mengikat para sastraan

sebagaimana hukum moral dan negara mengikat para warganya. Para sastrawan

harus mengakui dan mematuhi hukum-hukum atau norma-norma atau karya sastra

yang tetap dan statis, ditetapkan oleh para sastrawan sebelumnya dalam

menciptakan karya sastra. Menurut kritik induktif tidak ada hukum atau norma

sastra demikian. Menurutnya hukum sastra persis atau tepat seperti hukum alam

bagi sarjana ilmu alam atau hukum sastra bukanlah syarat-syarat yang diletakkan

di atas karya sastra dari tidak ada sebelumnya melainkan kenyataanlah yang

menimbulkan hukum. Singkatnya hukum-hukum atau norma-norma karya sastra

tersebut telah melekat pada karya-karya itu sendiri. Ketiga, kritik judisial

bersandar pada ukuran baku yang tetap dengannya suatu karya sastra mungkin

dikerjakan dan dihakimi sedangkan kritik induktif menolak adanya ukuran baku

atau ukuran resmi yang tetap.


11

2.5.3 Berdasarkan pendekatan terhadap karya sastra

Abrams membagi menjadi empat tipe, yaitu: pertama, kritik mimetik memandang

karya sastra sebgai tiruan, pencerminan atau penggambaran dunia dan kehidupan

manusia, kriteria utama yang dikenakan pada karya sastra “kebenaran”

penggambaran atau yang hendaknya digambarkan. Kedua, kritik prakmatik

memandang karya sastra sebagai sesuatu yang dibangun untuk mencapai efek-

efek tertentu pada pendengar atau pembaca, baik berupa efek-efek kesenangan

estetik ataupun ajaran dan pendidikan, maupun efek-efek yang lain. Kritik

prakmatik cendrung menilai karya sastra menurut berhasilnya mencapai tujuan

tersebut. Ketiga, kritik ekspresif memandang karya sastra terutama tentang

hubungannya dengan penulis sendiri. Kritik ekspresif mendefinisikan karya sastra

sebagai sebuah ekspresi, curahan atau ucapan perasaan, maupun imajinasi

pengarang yang bekerja dengan persepsi-persepsi, pikiran-pikiran dan perasaan-

perasaan. Kritik ekpresif cendrung untuk menimbang karya sastra dengan

kemulusan, kesejatian atau kecocokannya dengan visium individual penyair atau

pengarang atau keadaan pikirannya. Pandangan semacam ini diperkembangkan

terutama oleh kritikus romantik dan secara luas berlaku di masa kini. Keempat,

kritik objektif mendekati karya sastra sebagai sesuatu yang berdiri bebas dari

penyair, pendengar atau pembaca dan dunia yang mengelilinginya.


12

Kritik objektif menganalisis karya sastra sebagai objek yang mencukupi dirinya

sendiri atau hal yang utuh, atau sebuah dunia dalam dirinya yang harus ditimbang

atau dianalisis dengan kriteria seperti kompleksitas, keseimbangan, integritas dan

saling hubungan antara unsur-unsur pembentuknya. Pada praktiknya keempat

pendekatan tersebut sering bercampur dan jarang bersifat mutlak.


BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan

Ilmu sastra mempunyai tiga bagian atau tiga cabangnya, yaitu teori sastra,

sejarah sastra dan kritik sastra. Ilmu kritik sastra adalah ilmu sastra untuk

“menghakimi” karya sastra, untuk memberi penilaian dan memberi keputusan bermutu

atau tidak suatu karya sastra yang sedang dihadapi kritikus.

Ketiga disiplin sastra tersebut saling membantu. Misalnya, untuk memberi

penilaian karya sastra diperlukan teori tentang penilaian sebaliknya teori sastra pun

memerlukan bantuan kritik sastra, misalnya untuk menyusun teori tentang gaya atau

tentang teknik cerita teori sastrapun memerlukan sejarah sastra, misalnya untuk

menyusun teori tentang angkatan perlulah orang melihat perkembangan kesusastraan

secara keseluruhan yang dibicarakan dalam sejarah sastra. Sejarah sastra memberikan

sumbangannya kepada kritik sastra, misalnya untuk mengetahui ciptaan asli atau tidak

untuk menyusun sejarah sastra diperlukan bantuan kritik sastra, misalnya sebuah karya

sastra tidak dapat dicantumkan dalam rangkaian sejarah sastra kalau tidak bernilai

sastra.

13
14

Kritik sastra dengan kritikus sastra tentu saja tidak dapat dipisahkan. Kritik

sastra adalah hasil kerja seorang kritikus sastra. Baik buruk atau sempurna tidaknya

suatu kritik sastra berhubungan dengan kepandaian pribadi seorang kritikus. Menjadi

seorang kritikius diperlukan kepandaian ilmu sastra, bahwa ketiga bagian ilmu tersebut

tidak dapat dipisahkan.

Fungsi dan kegunaan kritik sastra, yaitu pertama, berguna bagi keilmuan sastra

sendiri maksudnya untuk menyusun teori sastra tak dapatlah sempurna tanpa bantuan

kritik sastra. Kedua, kritik sastra sangat penting bagi perkembangan kesusastraan.

Ketiga, kritik sastra berguna bagi masyarakat pada umumnya yang menginginkan

penerangan tentang karya sastra.

Macam-macam kritik sastra dapat di golongkan menurut jenis bentuknya yaitu

kritik sastra teori dan kritik praktik, pelaksanaan atau praktik kritik yaitu judisial,

impressionistik dan induktif, menurut dasar pendekatan kritik sastra terhadap karya

sastra yaitu mimetik, pragmatik, ekspresif dan objektif.

3.2 Saran

Makalah ini dibuat agar pembaca dapat mengetahui pengertian kritik sastra, hubungan

antara ilmu sastra, peranan kritikus terhadap kritik sastra, fungsi-gungsi kritik sastra

serta macam-macam kritik sastra. Semoga makalah ini bermanfaat untuk kita semua.
Kritik Sastra

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Kritik Sastra
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurusan pendidikan Bahasa dan Seni
Dosen Pengampu Dr. A. Totok Priyadi

oleh:
Nansi Avista F1012131014
Paskalia Apriyanti F1012131016
Rossa Sari Dewi F1012131040

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2015
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................1

1.1 Latar Belakang...........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah......................................................................................1

1.3 Tujuan Masalah.........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3

2.1 Pengertian Kritik Sastra.............................................................................3

2.2 Hubungan antara Ilmu Sastra.....................................................................4

2.3 Peranan Kritikus Terhadap Kritik Sastra...................................................5

2.4 Fungsi Kritik Sastra...................................................................................6

2.5 Macam-macam Kritik Sastra.....................................................................8

BAB III PENUTUP........................................................................................13

3.1 Simpulan...................................................................................................13

3.2 Saran.........................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................iii

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat-Nya lah,

penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini, yang berisikan materi tentang Kritik

Sastra.

Penulis juga ucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Dr.A Totok Priyadi

selaku dosen pengampu mata kuliah Kritik Sastra yang telah banyak memberikan

motivasi, bimbingan dan petunjuk kepada penulis dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh

sebab itu penulis mengharapkan segala kritik dan saran dari pembaca, namun

demikian telah memberikan manfaat bagi penulis.

Akhir kata penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua,

khususnya bagi teman-teman mahasiswa. Terimakasih.

Anda mungkin juga menyukai