PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelahiran suatu karya sastra tidak dapat dipisahkan dari keberadaan karya-
karya sastra yang mendahuluinya, yang pernah diserap oleh sastrawan. Pada
mulanya, dalam menciptakan karyanya seorang sastrawan tersebut melihat,
meresapi, dan menyerap teks-teks lain yang menarik perhatiannya baik secara
sadar atau tidak. Berlatar dari pernyataan inilah sastra bandingan perlu dikaji
adanya.
Sebagai suatu aliran, kajian sastra bandingan terlihat belum begitu populer
di kancah ilmiah masyarakat Indonesia. Perbandingan merupakan salah satu
metode yang juga digunakan dalam penelitian. Dengan demikian, uraian yang
digunakan dalam sastra bandingan tentunya bersandar pada dasar banding-
membandingkan.
Sastra Bandingan dalam kajian umum serta dalam kaitannya dengan
sejarah ataupun yang lainnya adalah merupakan bagian dari sastra. Sastra sebagai
bagian dari kebudayaan, ditentukan antara lain oleh geografi dan sumber daya
alam yang dapat menyusun suatu masyarakat dan menentukan tata nilai. Dalam
karya sastra semua hal tersebut ditanggapi secara kreatif, sehingga suatu karya
sastra perlu dibanding-bandingkan agar mendapatkan gambaran yang lebih jelas
mengenai persamaan dan perbedaan diberbagai budaya.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan sastra bandingan ?
2. Apakah yang dimaksud kajian pengaruh dalam sastra bandingan ?
3. Bagaimanakah penerapan kajian pengaruh dalam karya sastra ?
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sastra Bandingan
Sastra bandingan adalah salah satu dari bagian dari sekian banyak
pendekatan yang dibahas dalam ilmu sastra. Dalam kamus Websters, (2003)
dikemukakan bahwa Sastra Bandingan mempelajari hubungan timbal balik karya
sastra dari dua atau lebih kebudayaan nasional yang biasanya berlainan bahasa,
dan terutama pengaruh karya sastra yang satu terhadap karya sastra lain.
Sementara itu, Rene Wellek dan Austin Warren menyebutkan ada tiga pengertian
Sastra Bandingan.
……
Pertama, penelitian sastra lisan, terutama tema cerita rakyat dan
penyebarannya. Kedua, penyelidikan mengenai hubungan antara dua atau
lebih karya sastra, yang menjadi bahan dan objek penyelidikannya, di
antaranya, soal reputasi dan penetrasi, pengaruh dan kemasyhuran karya
besar. Ketiga, penelitian sastra dalam keseluruhan sastra dunia, sastra
umum dan sastra universal (1956).
Sejalan dengan pendapat Wellek dan Warren, Holman (1984)
mengungkapkan, bahwa sastra bandingan adalah studi sastra yang memiliki
perbedaan bahasa dan asal negara dengan suatu tujuan untuk mengetahui dan
menganalisis hubungan dan pengaruhnya antara karya yang satu terhadap karya
yang lain, serta ciri-ciri yang dimilikinya. Hal senada dikemukakan Remak (1971)
yang mengungkapkan bahwa, Sastra Bandingan adalah studi sastra yang melewati
batas-batas suatu negara serta hubungan antara sastra dan bidang pengetahuan dan
kepercayaan lain.
Menurut Damono, sastra bandingan bukan hanya sekedar
mempertentangkan dua sastra dari dua negara atau bangsa. Sastra bandingan juga
tidak terpatok pada karya-karya besar walaupun kajian sastra bandingan sering
kali berkenaan dengan penulis-penulis ternama yang mewakili suatu zaman.
2
Kajian penulis baru yang belum mendapat pengakuan dunia pun dapat
digolongkan dalam sastra bandingan. Batasan sastra bandingan tersebut
menunjukkan bahwa perbandingan tidak hanya terbatas pada sastra antarbangsa,
tetapi juga sesama bangsa sendiri, misalnya antarpengarang, antargenetik,
antarzaman, antarbentuk, dan antartema. Menurut Darmono pula, dalam bukunya
ia menyatakan bahwa sastra bandingan adalah pendekatan dalam ilmu sastra yang
tidak menghasilkan teori tersendiri. Boleh dikatakan teori apa pun bisa
dimanfaatkan dalam penelitian sastra bandingan, sesuai dengan obyek dan tujuan
penelitiannya. Sastra bandingan salah satunya adalah membandingkan sebuah
karya asli, pinjaman, tradisi.
Menurut Endraswara (2011) sastra bandingan adalah sebuah studi teks
across cultural. Studi ini merupakan upaya interdisipliner, yakni lebih banyak
memperhatikan hubungan sastra menurut aspek waktu dan tempat. Dari aspek
waktu, sastra bandingan dapat membandingkan dua atau lebih periode yang
berbeda. Sedangkan konteks tempat, akan mengikat sastra bandingan menurut
wilayah geografis sastra. Konsep ini mempresentasikan bahwa sastra bandingan
memang cukup luas. Bahkan, pada perkembangan selanjutnya, konteks sastra
bandingan tertuju pada bandingan sastra dengan bidang lain. Bandingan semacam
ini, guna merunut keterkaitan antar aspek kehidupan.
Dalam sastra bandingan, perbedaan dan persamaan yang ada dalam sebuah
karya sastra merupakan objek yang akan dibandingkan. Remak menjelaskan
bahwa dalam sastra bandingan yang dibandingkan adalah kejadian sejarah,
pertalian karya sastra, persamaan dan perbedaan, tema, genre, style, perangkat
evolusi budaya, dan sebagainya (1991: 13). Remak lebih jauh juga memberikan
batasan tentang objek sastra bandingan. Menurut Remak, yang menjadi objek
sastra bandingan hanyalah karya sastra nasional dan karya sastra dunia
(adiluhung).
Selain itu, dapat dipahami bahwa dasar perbandingan adalah persamaan
dan pertalian teks. Jadi, hakikat kajian sastra bandingan adalah mencari perbedaan
atau kelainan, di samping persamaan dan pertalian teks dan yang terpenting dari
kajian sastra bandingan adalah bagaimana seorang peneliti mampu menemukan
3
serta membandingkan kekhasan sastra yang dibandingkan. Hutomo (1993: 19)
menjelaskan bahwa, dalam praktek penelitian sastra bandingan di Indonesia,
secara garis besar, dapat dibagi dalam tiga kelompok yaitu (a) Sastra bandingan
dalam kaitanya dengan filologi, (b) Sastra bandingan dalam hubunganya dengan
sastra lisan, dan (c) Sastra bandingan modern, yakni sastra bandingan tulis, baik
yang tertulis dalam bahasa indonesia yang masih bernama Bahasa Melayu
maupun yang ditulis dalam Bahasa Indonesia.
Kajian bandingan merupakan kajian antara dua karya sastra yang dibatasi
oleh beberapa ketentuan seperti negara, bangsa, dan bahasa. Salah satu titik
terpenting dalam kajian sastra bandingan adalah pengaruh. Menurut Saman (1994:
98) kajian pengaruh dalam kesusastraan bandingan melakukan kerja
membandingkan bahasa bacaan antara yang sedang dihadapi dengan segala
bacaan yang telah silam. Dengan demikian, kajian pengaruh dalam sastra
bandingan harus membandingkan dua karya sastra atau lebih dengan kurun waktu
penulisan dan penerbitan dalam tenggang waktu yang cukup lama. Studi pengaruh
dalam sastra bandingan tidak dapat membandingkan dua karya sastra dalam waktu
penciptaan dan penerbitan dengan waktu yang sama.
4
Pengaruh di dalam sastra bandingan termasuk ke dalam kajian dengan
menggunakan pendekatan genetik. Lubis (1994: 37) membagi pendekatan genetik
ke dalam lima aspek, yaitu: (1) pengaruh; (2) saduran (adaptasi); (3) jiplakan
(plagiat); (4) peniruan (imitasi); dan (5) terjemahan. Di antara kelima aspek itu
yang agak sulit dipisahkan yaitu antara peniruan dan pengaruh. Untuk menilai
suatu karya sastra meniru atau mendapatkan pengaruh sebenarnya yang paling
tahu adalah pengarangnya sendiri, karena batas antara peniruan dan pengaruh
adalah unsur kesengajaan dan ketidaksengajaan. Peniruan dilakukan dengan
sengaja, sedangkan pengaruh dilakukan secara tidak sengaja. Namun, jarang
pengarang yang secara jujur mengakui bahwa karya ciptaannya meniru atau
terpengaruh.
5
Sebotol Shampo - Impian Nopitasari
Depan rumahku
Ayahku marah
6
yang mereka percaya. Mereka mengecat toko mereka dengan kata-kata 'Pribumi
Asli'dan berharap terhindar dari tindak penjarahan dan amukkan masa.
Reformasi - Ngadiyo
Lihat,
(Reformasi, Ngadiyo)
7
a) Analisis Perbandingan Kajian Pengaruh pada Puisi Sebotol Sahmpo
karya Impian Nopitasari dan puisi Reformasi karya Ngadiyo
a) Persamaan
8
Sang anak pun hendak pergi keluar, namun ia takut karena warga
pribumi semakin brutal dengan membakar aapun yang ada dan
berteriak “Hidup Pribumi”.
2. Pada puisi reformasi karya Ngadiyo tokoh yang menceritakan
jalannya peristiwa ialah anak dari sang ayah yang hendak pergi
membeli dempul sebagai cat dasar dan pelaku yang menyaksikan
peristiwa tersebut ialah ayahnya. Sedangkan tokoh yang
menceritakan dalam puisi Sebotol Shampo karya Impian Nopitasari
yaitu seorang anak yang sekaligus saksi mata kejadian peristiwa
penjarahan dan pembakaran toko.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
10
DAFTAR PUSTAKA
11