Anda di halaman 1dari 11

PERLINDUNGAN DAN PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA

DALAM NEGARA

Nama penulis

ABSTRAK
Hak Asasi Manusia (HAM) dan demokrasi merupakan konsepsi kemanusiaan dan
relasi sosial yang dilahirkan dari sejarah peradaban manusia di seluruh penjuru
dunia. Konsepsi HAM dan demokrasi dalam perkembangannya sangat terkait
dengan konsepsi negara hukum. Dengan adanya Undang-undang yang mengatur
tentang perlindungan HAM seperti Undang-undang No 39 tahun 1999 tentang
Hak Asai Manusia, Undang undang No 26 tahun 2000 tentang pengadilan HAM
membuat warga negara Indonesia lebih terlidungi hak asasinya. Di dalam
penegakan HAM masa reformasi lebih baik dibandingkan masa orde baru. Pada
masa orde baru banyak sekali pelanggaran-pelanggaran HAM yang dilakukan,
baik berat maupun ringan dan pada masa itu tidak terdapat peraturanperundang
undangan mengenai penegakan HAM.
Kata Kunci : HAM, Hukum, Undang-Undang

PENDAHULUAN
Hak Asasi Manusia (HAM) dan demokrasi merupakan konsepsi
kemanusiaan dan relasi sosial yang dilahirkan dari sejarah peradaban manusia di
seluruh penjuru dunia. Konsepsi HAM dan demokrasi dalam perkembangannya
sangat terkait dengan konsepsi negara hukum. Dalam sebuah negara hukum,
sesungguhnya yang memerintah adalah hukum, bukan manusia. Hukum dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku tidak boleh ditetapkan dan
diterapkan secara sepihak hanya untuk kepentingan penguasa, hal ini bertentangan
dengan prinsip demokrasi. Hukum tidak dimaksudkan untuk hanya menjamin
kepentingan beberapa orang yang berkuasa, melainkan menjamin kepentingan
keadilan bagi semua orang. Dengan demikian negara hukum yang dikembangkan
bukan absolute rechtsstaat, melainkan democratische rechtsstaat.
Tujuan negara Indonesia sebagai negara hukum yang bersifat formal
tersebut mengandung konsekuensi bahwa negara berkewajiban untuk melindungi
seluruh warganya dengan suatu undang-undang terutama melindungi hak-hak
asasinya demi kesejahteraan hidup bersama.3 Pengakuan akan Hak Asasi Manusia
di Indonesia telah tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang sebenarnya
lebih dahulu ada dibandingkan dengan Deklarasi PBB yang lahir pada 10
Desember 1948. Pengakuan akan Hak Asasi Manusia di Indonesia telah tercantum
dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan peraturan perundang-undangan lainnya
adalah sebagai berikut:
1. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Alinea Pertama.
2. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Alinea Keempat.
3. Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945.
4. Ketetapan MPR Ketetapan MPR mengenai Hak Asasi Manusia Indonesia
tertuang dalam ketetapan MPR No. XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia.
Berdasarkan hal itu, kemudian keluarlah Undang-Undang Nomor 39
Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia sebagai undang-undang yang sangat
penting kaitannya dalam proses jalannya Hak Asasi Manusia di Indonesia. Selain
itu juga Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi
Manusia. Dalam penjelasan umum Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 Tentang
Hak Asasi Manusia, menyatakan bahwa sejarah bangsa Indonesia hingga kini
mencatat berbagai penderitaan, kesengsaraan dan kesenjangan sosial, yang
disebabkan oleh perilaku yang tidak adil dan diskriminatif atas dasar etnis, ras,
warna, kulit, budaya, bahasa, agama, golongan, jenis kelamin, dan status sosial
yang lain. Perilaku tidak adil dan diskriminatif tersebut merupakan pelanggaran
Hak Asasi Manusia, baik yang bersifat vertikal (dilakukan oleh aparat negara
terhadap warga negara atau sebaliknya) maupun horizontal (antar warga negara
sendiri) dan tidak sedikit yang masuk kategori pelanggaran Hak Asasi Manusia
yang berat ( grossviolation of human rights).
Undang Undang Dasar Neraga RI Tahun 1945 menjamin bahwa setiap
orang berhak untuk bebas dari perlakuan diskriminatif. Bahkan Undang Undang
Dasar Neraga RI Tahun 1945 secara lengkap telah menjamin hak asasi manusia
dan juga hak-hak warga negara Indonesia. Hak-hak warga negara yang diatur
dalam Undang Undang Dasar Neraga RI Tahun 1945 merupakan hak-hak
konstitusional seluruh warga negara Republik Indonesia, sedangkan Pemerintah
seharusnya melaksanakan kehendak rakyat termasuk menjamin perlindungan,
penegakan dan pemenuhan hak-hak rakyat yang diatur dalam konstitusi. Dengan
kata lain, setiap hak yang terkait dengan warga negara dengan sendirinya
bertimbal balik dengan kewajiban negara untuk memenuhinya. Artinya, negara
berkewajiban dan bertanggung jawab menjamin agar semua hak dan kebebasan
warga negara dihormati dan dipenuhi sebaik-baiknya. Jaminan perlindungan atas
terpenuhinya hak-hak konstitusional tersebut tentu harus dipahami sebagai hak
dari setiap warga negara tanpa ada driskriminasi apapun. Sebagai negara hukum
(rechtstaat), Indonesia saat ini sedang dihadapkan pada persoalan hukum dan
keadilan masyarakat yang sangat serius.
Hukum dan keadilan masyarakat seolah seperti dua kutub yang saling
terpisah, tidak saling mendekat. Keadilan hukum bagi masyarakat, terutama
masyarakat miskin di negeri ini adalah sesuatu barang yang mahal. Keadilan
hukum hanya di miliki oleh orang-orang yang memiliki kekuatan dan akses
politik dan ekonomi saja. Sementara, masyarakat lemah atau miskin sangat sulit
untuk mendapatkan akses keadilan hukum dan bahkan mereka kerap kali menjadi
korban penegakan hukum yang tidak adil. Pada periode pemerintahan Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono yang kedua, nyaris tak ada prakarsa sama sekali.
Apalagi, untuk substansi kasus keadilan atas pelanggaran HAM berat, misalnya
apakah ada proses hukum terhadap kekerasaan dan pelanggaran HAM di Aceh
dan Papua selama penetapan status daerah operasi militer (DOM) atau juga soal
penyelesaian masalah Tanjung Priok atau penyelesaian peristiwa Talangsari juga
tidak ada. Pada saat ini, dapat kita lihat dalam salah satu kasus penegakan hukum
yang tidak adil terhadap anak Menteri dan supir angkot yang mana dalam hal ini
tampak fakta dari perlakuan terhadap Jamal bin Syamsuri oleh polisi yang
bertindak cepat menangkap dan menetapkan pengemudi angkutan kota (angkot)
KWK U-10 Jamal, sebagai tersangka dalam kasus mahasiswi (Annisa) yang
meninggal dunia lantaran meloncat dari mobil angkutan umum yang dikemudikan
Jamal. Ketika berhadapan dengan kasus kecelakaan lalu lintas yang menimpa
Rasyid Rajasa, putra bungsu Menteri Perekonomian Hatta Rajasa, polisi tampak
mati langkah dalam mengusut kasus ini padahal mengakibatkan dua korban
tewas .
Hal tersebut terjadi karena masih lemahnya Pemerintah di negara ini
dalam pelaksanaan kewajiban dan tanggung jawabnya terhadap Hak Asasi
Manusia terutama di bidang hukum sebagaimana telah diatur dalam Pasal 71 dan
Pasal 72 Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 BAB V Tentang Hak Asasi
Manusia. Sebagaimana Hak Asasi Manusia dengan negara hukum tidak dapat
dipisahkan, justru berpikir secara hukum berkaitan dengan ide bagaimana
keadilan dan ketertiban dapat terwujud tanpa memandang siapapun. Dengan
demikian pengakuan dan pengukuhan negara hukum salah satu tujuannya
melindungi Hak Asasi Manusia, berarti hak dan sekaligus kebebasan
perseorangan diakui, dihormati dan dijunjung tinggi. Hak Asasi Manusia
merupakan hak-hak dasar yang dibawa manusia semejak lahir sebagai anugerah
Tuhan Yang Maha Esa, maka perlu dipahami bahwa Hak Asasi Manusia tersebut
tidaklah bersumber dari negara dan hukum, tetapi semata-mata bersumber dari
Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta alam semesta beserta isinya, sehingga
Hak Asasi Manusia itu tidak bisa dikurangi (non derogable rights).Oleh karena
itu, yang diperlukan dari negara dan hukum adalah suatu pengakuan dan jaminan
pelindungan terhadap Hak Asasi Manusia tersebut.

PEMBAHASAN
Hak asasi manusia adalah hak dasar yang dimiliki oleh setiap manusia
sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang tidak dapat diganggu gugat
keberadaannya. Hak-hak tersebut telah dibawa sejak lahir dan melekat pada diri
manusia sebagai makhluk Tuhan. Setiap manusia memiliki derajat dan martabat
yang sama. Pada masa yang lalu, manusia belum mengakui akan adanya derajat
manusia yang lain sehingga mengakibatkan terjadinya penindasan antara manusia
yang satu dengan yang lainnya. Contoh yang paling kongkret dapat dilihat pada
penjajahan dari satu bangsa ke bangsa yang lain. Indonesia yang dijajah dengan
sangat tidak berperikemanusiaan oleh kaum kolonialisme dengan menindas, dan
menyengsarakan bangsa ini. Sehingga, dilakukan perjuangan terus menerus untuk
tetap mempertahankan hak asasi manusia yang dimilikinya. Istilah hak asasi
manusia itu sendiri bermula dari Barat yang dikenal dengan right ofman untuk
menggantikan natural right.
Karena istilah right of man tidak mencakup rightof women maka oleh
Eleanor Roosevelt diganti dengan istilah human right yang lebih universal dan
netral. Istilah natural right berasal dari konsep John Locke mengenai hak-hak
alamiah manusia. John Locke mengambarkan bahwa kehidupan manusia yang
aslisebelum manusia bernegara (state of nature) memiliki hak-hak dasar
perorangan yang alami. Hak-hak alami tersebut meliputi hak untuk hidup, hak
kemerdekaan dan hak milik. Jika berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun
1999 tentang Hak Asasi Manusia,dinyatakan bahwa hak asasi manusia adalah
seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara hukum, pemerintahan, dan
setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Prinsip-Prinsip Hak Asasi Manusia, sebagai berikut:
1. Bersifat Universal (universality)
Beberapa moral dan nilai-nilai etik tersebar di seluruh dunia. Negara dan
masyarakatdi seluruh dunia seharusnya memahami dan menjunjung tinggi hal ini.
Universalitashak berarti bahwa hak tidak dapat berubah atau hak tidak dialami
dengan cara yangsama oleh semua orang
2. Martabat Manusia (human dignity)
Hak asasi merupakan hak yang melekat, dan dimiliki setiap manusia di dunia.
Prinsip HAM ditemukan pada pikiran setiap individu, tanpa memperhatikan umur,
budaya, keyakinan, etnis, ras, jender, orienasi seksual, bahasa, kemampuan atau
kelas sosial.setiap manusia, oleh karenanya, harus dihormati dan dihargai hak
asasinya. Konsekuensinya, semua orang memiliki status hak yang sama dan
sederajat dan tidak bisa digolong-golongkan berdasarkan tingkatan hirarkis
3. Kesetaraan (equality) Konsep kesetaraan mengekspresikan gagasan
menghormati martabat yang melekat pada setiap manusia. Secara spesifik pasal 1
DUHAM menyatakan bahwa : setiap umat manusia dilahirkan merdeka dan
sederajat dalam harkat dan martabatnya.
4. Non diskriminasi (non-discrimination) Non diskriminasi terintegrasi dalam
kesetaraan. Prinsip ini memastikan bahwa tidak seorangpun dapat meniadakan
hak asasi orang lain karena faktor-faktor luar, seperti misalnya ras, warna kulit,
jenis kelamin, bahasa, agama, politik atau pandangan lainnya, kebangsaan,
kepemilikan, status kelahiran atau lainnya
5. Tidak dapat dicabut (inalienability)
Hak-hak individu tidak dapat direnggut, dilepaskan dan dipindahkan.
6. Tak bisa dibagi (indivisibility)
HAM-baik hak sipil, politik, sosial, budaya, ekonomi-semuanya bersifat inheren,
yaitu menyatu dalam harkat martabat manusia. Pengabaian pada satu hak akan
menyebabkan pengabaian terhadap hak-hak lainnya. Hak setiap orang untuk bisa
memperoleh penghidupan yang layak adalah hak yang tidak bisa ditawar-tawar
lagi:hak tersebut merupakan modal dasar bagi setiap orang agar mereka bisa
menikmati hak-hak lainnya seperti hak atas kesehatan atau hak atas pendidikan.
7. Saling berkaitan dan bergantung (interrelated and interdependence)
Pemenuhan dari satu hak seringkali bergantung kepada pemenuhan hak lainnya,
baik secara keseluruhan maupun sebagian. Contohnya, dalam situasi tertentu, hak
atas pendidikan atau hak atas informasi adalah saling bergantung satu sama lain.
Oleh karena itu pelanggaran HAM saling bertalian; hilangnya satu hak
mengurangi hak lainnya.
8. Tanggung jawab negara (state responsibility)
Negara dan para pemangku kewajiban lainnya bertanggung jawab untuk menaati
hakasasi. Dalam hal ini, mereka harus tunduk pada norma-norma hukum dan
standar yang tercantum di dalam instrumen-instrumen HAM. Seandainya mereka
gagal dalam melaksanakan tanggung jawabnya, pihak-pihak yang dirugikan
berhak untuk mengajukan tuntutan secara layak.
Latar belakang sejarah hak asasi manusia, pada hakikatnya, muncul karena
inisiatif manusia terhadap harga diri dan martabatnya, sebagai akibat tindakan
sewenang-wenang dari penguasa, penjajahan, perbudakan, ketidakadilan, dan
kezaliman (tirani). Selanjutnya perkembangan upaya penegakan hak asasi
manusia mulai bermunculan di negara-negara eropa dan amerika sampai
dikeluarkannya Atlantic Charter pada masa Perang Dunia IIoleh F.D. Roosevelt
dengan istilah The Four Freedom-nya.Penegakan HAM di dunia internasional
semakin banyak dan diperkuat dengan dirumuskannya naskah Universal
Declaration Of Human Right pada tanggal 10 Desember 1948, yang berisi tentang
hak-hak asasi manusia, sehingga pada tanggal 10 Desember sering diperingati
sebagai hari hak asasi manusia.
Isi pokok dari deklarasi tersebut tertuang dalam Pasal 1 yang menyatakan
“ Sekalian orang dilahirkan merdeka dan mempunyai marabat dan hak-hak yang
sama. Mereka dikaruniai akal dan budi, dan hendaknya bergaul satu sama lain
dalam persaudaraan.” (dalam Sunarso: 2008). Berbagai deklarasi tentang
penegakan HAM di berbagai bidang muncul sebagai hasil Sidang Majelis Umum
PBB tahun 1966 yang kemudian dijadikan landasan penegakan hokum secara
internasional yang kemudian diratifikasi ke dalam undang-undang sebagian besar
negara anggota PBB. Deklarasi-deklarasai tersebut antara lain sebagai berikut
(Kusumaatmadja: 2003):
1. Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan
(Conventionon the Elimination of All Forms of Discrimination against Women)
2. Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik (International Covenant on
Civiland Political Rights)
3.Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya (International
Covenant on Economic, Social dan Cultural Rights)
4.Konvensi Genosida (Convention on the Prevention and Punishment of the
Crime of Genocide)
5. Konvensi Menentang Penyiksaan (Convention against Torture and Other Cruel,
Inhuman or Degrading Treatment or Punishment)
Pengakuan HAM di Indonesia sebagai hak dasar manusia sebagai makhluk
Tuhan telah lebih dulu ada dibandingkan dengan Deklarasi Universal PBB yang
lahir pada tanggal 10 Desember 1948. Pengakuan tersebut tercantum dalam
Undang-Undang Dasar 1945 dan peraturan perundang-undangan lainnya adalah
sebagai berikut (Winarno: 2008):
1. Pembukaan UUD45 Alinea Pertama
Dalam alinea pertama yang berbunyi “…Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu
adalah hak segala bangsa…” maka dapat disimpulkan bahwa bangsa Indonesia
telah mengakui adanya hak untuk merdeka dan mendapatkan kebebasan.
2. Pembukaan UUD’45 Alinea Keempat
Dalam alinea keempat memuat lima sila Pancasila, salah satunya yaitu sila kedua
yang berbunyi “Kemanusian yang adil dan beradab”. Sila kedua Pancasila
tersebutmerupakan landasan idiil akan pengakuan dan jaminan hak asasi manusia
di Indonesia.
3. Batang Tubuh UUD’45
Pada masa orde baru rumusan hak-hak asasi manusia diatur dari Pasal 27 sampai
Pasal 34 UUD’45. Selanjutnya setelah masa reformasi dikarenakan rumusan
tentang HAM pada masa orde hanya disusun secara garis besar saja, setelah
terjadi amandemen pertama UUD’45, pasal yang mengatur tentang HAM tertuang
pada beberapa Pasal sebagai berikut:
a. Pasal 27 tentang hak kesamaan derajat di mata hokum, hak atas pekerjan dan
penghidupan yang layak, serta hak bela negara
b. Pasal 28 tentang hak berserikat dan berkumpul serta mengeluarkan pendapat
c. Pasal 28 A tentang hak untuk hidup dan mempertahankan hidup dan
kehidupannya
Pelanggaran HAM dikategorikan dalam dua jenis, yaitu (UU No. 26
Tahun 2000tentang Pengadilan HAM):
1. Kasus pelangaran HAM berat
Pembunuhan genosida Setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud
untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok
bangsa, ras, kelompok etnis,kelompok agama dengan cara:
- Membunuh anggota kelompok
-Mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggota-
anggota kelompok
- Menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan
kemusnahan secara fisik baik seluruh atau sebagiannya
- Memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan untuk mencegah kelahiran
didalam kelompok
- Memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke kelompok lain
Hubungan antara Hak Asasi manusia dan negara hukum sangat erat. Hak
asasi mausia adalah hak dasar atau kewarganegaraan yang melekat pada individu
sejak ia lahir secara kodrat yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Esa
yang tidak dapat dirampas dan dicabut keberadaannya dan wajib dihormati,
dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang
demi kehormatan dan perlindungan harkat dan martabat manusia. Konsep negara
hukum adalah negara yang berdasarkan pada kedaulatan hukum. Hukumlah yang
berdaulat. Negara adalah merupakan subjek hukum, dalam arti rechtstaat (badan
hukum republik). Karena negara itu dipandang sebagai subjek hukum, maka jika
ia bersalah dapat dituntut didepan pengadilan karena perbuatan melanggar hukum.
Akhirnya segala kententuan yangdilakukan oleh pemerintah harus berdasarkan
atas hukum. Tidak ada sesuatu kebijakan yag dilandasi oleh kekuasaan. Dalam
uraian diatas dapat disimpulkan hubungan antara HAM dan Negara Hukum.
Dalam penegakan Hak Asasi Manusia harus diladasi oleh aturan hukum, yaitu
aturan perundang-undangan. Pemerintah dalam menegakan HAM di negara yang
berasaskan hukum, harus selalu memperhatikan peraturan-peraturan yang berlaku.
Jika pemerintah melakukannya dengan kekuasaan, maka orang yang duduk dalam
pemerintahan itulah yang akan terjerat oleh hukum.Tetapi itupun jika
bertentangan dengan peraturan perundang undangan yang berlaku. Hubungan
yang lainya dalam konsep negara hukum dijelaskan bahwa negara hukum
memiliki salah satu ciri yaitu warga negara harus mendapatkan perlindungan
HAM. Karena jika itu dilanggar akan bertentangan dengan prinsip negara hukum
itu sendiri.
Hal-hal yang dapat dilihat secara nyata seperti adanya lembaga-lembaga
negara seperti yang dikhususkan untuk melidungi Hak Asasi Manusia seseorang.
Seperti Komisi Perlindungan Hak Asasi Manusia, Komisi Perlindungan
Perempuan, Komisi Perlindungan Anak, Komisi perlindungan saksi dan korban.
Selain itu, pemerintah Indonesia mulai melakukan reformasi hukum. Dengan
adanya Undang-undang yang mengatur tentang perlindungan HAM seperti
Undang-undang No 39 tahun 1999 tentang Hak Asai Manusia, Undang undang
No 26 tahun 2000 tentang pengadilan HAM membuat warga negara Indonesia
lebih terlidungi hak asasinya. Namun disamping kemajuan-kemajuan itu, tetap
masi terdapat banyak kekurangan yang harus diperbaiki oleh pemerintah
Indonesia. Kekurangan tersebut banyaknya terdapat pada proses implementasinya.
banyak peraturan-peraturan yang tidak dimplementasikan secara tepat oleh aparat
penegak hukum kita. Selain itu lembaga-lembaga yang telah dibuat demi
melindungi Hak Asasi Manusia seseorang difungsikan secara benar. Agar
lembaga-lembaga tersebut tidak dibuat percuma dan tidak hanya sebagai
pelengkap sistem ketatanegaraan semata . Tetapi berfungsi demi kepentingan
rakyat Indonesia.

PENUTUP
HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan
kiprahnya. Setiap individu mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi, tapi
satu hal yang perlu kita ingat bahwa Jangan pernah melanggar atau menindas
HAM orang lain. HAM setiap individu dibatasi oleh HAM orang lain. Dalam
kehidupan bernegara HAM diatur dan dilindungi oleh perundang-undangan RI,
dimana setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang dilakukan oleh seseorang,
kelompok atau suatu instansi atau bahkan suatu Negara akan diadili dalam
pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan HAM menempuh proses pengadilan
melalui hukum acara peradilan HAM sebagaimana terdapat dalam Undang-
Undang pengadilan HAM.
Di dalam penegakan HAM masa reformasi lebih baik dibandingkan masa
orde baru. Pada masa orde baru banyak sekali pelanggaran-pelanggaran HAM
yang dilakukan, baik berat maupun ringan dan pada masa itu tidak terdapat
peraturan perundang undangan mengenai penegakan HAM. Tidak seperti masa
reformasi yang memiliki peraturan tersebut. Banyak hal-hal yang telah dilakukan
pemerintah Indonesia dalam penegakan dan perlindungan HAM terhadap warga
negaranya. Seperti dibentuknya lembaga-lembaga khusus mengenai pengaduan
HAM dan adanya reformasi hukum yang mengatur tentang penegakan dan
perlindungan HAM.

REFERENSI
Asri Wijayanti 2008 Sejarah perkembangan, Hak Asasi
Manusiahttp://kumpulanmakalhttps://makalahupdate.blogspot.com/2012/1
1/makalah-hak-asasi-manusia
Wikipedia Indonesia. 2007. Hak Asasi Manusia. id.wikipedia.Org/wiki/HakAsasi
Manusia26k.Diakses 02 Desember 2011 Surbakti, K. (2018).
FOSTERING OF FEMALE PRISONERS IN TANJUNG GUSTA
PENITENTIARY OF MEDAN. PROCEEDING: THE DREAM OF
MILLENIAL GENERATION TO GROW, 216-225.
Surbakti, K., & Si, M.(2019). KAJIAN MENGENAI PENTINGNYA BASIS
DATA BAGI SEKOLAH SAAT INI. JURNAL CURERE, 2(2).

Anda mungkin juga menyukai