Aan Mansyur
Analisis Pendekatan Semiotika
Disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Kajian Puisi Indonesia
Dosen pengampu Dian Hartati, S.S., M.Pd.
disusun oleh:
Kelompok 3
Kelas 3 E
Aldo Gunawan 1710631080023
Dewi Murni 1710631080045
Gita Rachmasari Apandi 1710631080069
Kevin Maulana 1710631080086
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT. atas segala Rahmat dan hidayahnya,
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun
isinya yang mungkin sangat sederhana.
Penyusun
i
Daftar Isi
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab 1 Pendahuluan
Latar Belakang .......................................................................................................1
Penyair dan Karyanya ............................................................................................2
Kajian Pustaka .......................................................................................................3
Rumusan Masalah ..................................................................................................9
Bab 2 Pembahasan
A.Temuan ............................................................................................................11
2.1 Kajian Semiotika Puisi “CINTA YANG MARAH” Fragmen 7 ..............11
2.2 Kajian Semiotika Puisi “Menikmati Akhir Pekan” ..................................18
2.3 Kajian Semiotika Puisi “AKU TIDAK PERNAL BETUL-BETUL
PULANG”.......................................................................................................33
2.4 Kajian Semiotika Puisi “Perempuan yang Mencintai Perempuan Lain” .42
B. Pembahasan .....................................................................................................88
2.5 Ciri-ciri Kesedihan Puisi “CINTA YANG MARAH” Fragmen 7 ...........88
2.6 Ciri-ciri Kesedihan Puisi “Menikmati Akhir Pekan” ...............................88
2.7 Ciri-ciri Kesedihan Puisi “AKU TIDAK PERNAH BETUL-BETUL
PULANG”.......................................................................................................89
2.8 Ciri-ciri Kesedihan Puisi “Perempuan yang Mencintai Perempuan Lain .91
2.9 Makna Kesedihan dari empat puisi ...........................................................91
Bab 3 Simpulan
Kesimpulan ..........................................................................................................92
Saran ....................................................................................................................92
Daftar Pustaka ........................................................................................................94
Lampiran ................................................................................................................95
ii
Bab 1
Pendahuluan
Latar belakang
Secara Etimologis, kata puisi dalam bahasa Yunani berasal dari poesis yang
artinya penciptaan. Dalam bahasa Inggris, padanan kata puisi ini adalah poetry yang
erat dengan –poet dan -poem. Mengenai kata poet, Coulter (dalam Tarigan, 1986:4)
menjelaskan bahwa kata poet berasal dari Yunani yang berarti membuat atau
mencipta. Adapun menurut Waluyo (1995: 25), Puisi adalah bentuk karya sastra
yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun
1
dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengkonsentrasian
struktur fisik dan struktur batinnya. Berbeda hal nya dengan pendapat Aminuddin
(2011: 134), Puisi diartikan membuat dan pembuatan karena lewat puisi pada
dasarnya seorang telah menciptakan suatu dunia tersendiri, yang mungkin berisi
pesan atau gambaran suasana-suasana tertentu, baik fisik maupun batiniah.
Berdasarkan pengertian sastra yang telah dikemukakan para ahli dapat disimpulkan
bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran, perasaan
(suasana) secara imajinatif, menggunakan bahasa yang kias dan mengandung
struktur fisik dan batiniah.
Puisi memiliki ragam yang begitu bervariasi, salah satunya adalah puisi
modern. Puisi modern cenderung sudah tidak terikat dengan kaidah-kaidah seperti
puisi lama. Salah satu penyair puisi modern yaitu M. Aan Mansyur. Puisi-puisi M.
Aan Mansyur menulis banyak puisi dengan tema yang berbeda-beda dan
keunikkannya masing-masing. Kali ini, kesedihan menjadi benang merah yang
dijadikan sebagai tema dari keempat puisi M. Aan Mansyur. Puisi-puisi tersebut
adalah, cinta yang marah fragmen 7 pada buku puisi cinta yang marah, puisi
menikmati akhir pekan pada buku kumpulan puisi melihat api bekerja, puisi aku
tidak pernah betul-betul pulang pada buku puisi tidak ada newyork hari ini, dan
puisi perempuan yang mencintai perempuan lain pada buku perjalanan lain menuju
bulan. Puisi-puisi tersebut dikaji menggunakan kajian analisis semiotika (ilmu
tanda) menurut salah satu ahli semiotika beserta aspek-aspek yang dikaji dalam
semiotika. Dengan demikian kajian analisi semiotika akan membantu
menyelesaikan kajian puisi M. Aan Mansyur secara spesifik.
M. Aan Mansyur, asal Bone, Sulawesi Sekatan adalah sosok penyair dibalik
puisi-puisi romantis di Film Ada Apa Dengan Cinta 2. Lahir pada 14 Januari 1982
sudah terkenal dalam dunia sastra Indonesia. Karya Aan Mansyur yang lain juga
cukup banyak, selain buku kumpulan puisinya yang berjudul Tidak Ada New York
Hari Ini yang sukses dikenal oleh masyarakat luas setelah salah satu puisinya
dibacakan dalam film AADC 2 ada juga Hujan Rintih-Rintih (2005), Aku Hendak
2
Pindah Rumah (2008), Cinta Yang Marah (2009), Sudahkah Kau Memeluk Dirimu
Hari Ini? (2012), Tokoh-tokoh yang Melawan Kita dalam Satu Cerita (2012), dan
Melihat Api Bekerja (2015). Selain menulis puisi, ia juga menulis cerita pendek.
Beberapa karyanya yaitu Perempuan, Rumah Kenangan (2007), Kukila (2012),
dan Lelaki Terakhir yang Menangis di Bumi (2015).
Kajian Pustaka
Dalam konteks mengkaji, banyak cara untuk mengkaji dan memahami suatu
puisi sesuai dengan aspek yang dibutuhkan salah satunya adalah analisis semiotika.
Secara etimologis semiotika berasal dari bahasa Yunani “semion” yang berarti
“tanda”. Secara terminologis, semiotik dapat diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari sederetan peristiwa yang terjadi di seluruh dunia sebagai tanda.
Adapun menurut para ahli, Zoest (dalam Pilliang, 1999: 12) semiotika merupakan
ilmu yang mempelajari tentang tanda, berfungsinya tanda dan produksi makna.
Sedangkan menurut Teeuw (dalam Danesi 2010: 3) semiotika adalah model sastra
yang mempertanggungjawabkan semua faktor yang aspek hakiki untuk pemahaman
gejala sastra sebagai alat komunikasi yang khas di dalam masyarakat. Jadi,
semiotika secara garis besar ilmu yang mengupas berbagai tanda sehingga
menunjukkan bahwa tanda yang terdapat dalam karya sastra merupakan kandungan
makna.
3
tetapi dilatarbelakangi oleh sejumlah konteks (situasi, budaya, dan ideologi). Dalam
kajian sastra, pendekatan semiotik merupakan perkembangan lebih lanjut dari
pendekatan strukturalisme (Junus, 1985: 17). Dengan pendekatan seperti itu,
sebuah puisi tidak hanya dilihat dari segi strukturnya saja tetapi akan dilihat sebagai
sebuah system yang komponen-komponennya bersama-sama membangun sebuah
makna.
1. Aspek Sintaktika
Dalam sintaksis, kalimat adalah satuan bahasa berupa kata atau rangkaian
kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yag lengkap (Wikipedia).
Menurut Keraf (1984: 156) kalimat adalah satu bagian dari ujaran yang didahului
4
dan diikuti oleh kesenyapan, sedang intonasinya menunjukkan bagian ujaran itu
sudah lengkap. Sedangkan menurut Kridalaksana (2001: 92) kalimat merupakan
satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final, dan
secara actual, maupun potensial terdiri dari klausa; klausa bebas yang menjadi
bagian kognitif percakapan; satuan preposisi yang merupakan gabungan klausa atau
merupakan satu kalusa, uyang membentuk satuan bebas. Secara structural, kalimat
terdiri dari Subjek, Predikat, Objek, Keterangan dan Pelengkap (S P O Ket Pel).
2. Aspek Semantika
Secara etimologis, semantik berasal dari bahasa Yunani yaitu sema (kata
benda) yang berarti “menandai” atau “lambang”. Adapun menurut para ahli
Verhaar (2001) yang mengartikan bahwa semantik sebagai cabang linguistik
berfungsi meneliti arti atau makna. Sedangkan menurut Kridalaksana (2001: 1993)
bahwa pengertian semantik adalah bagian dari struktur bahasa yang berhubungan
dengan makna uangkapan dan dengan struktur makna suatu wicara. Makna adalah
maksud pembicaraan, pengaruh satuan bahasa dalam pemahaman persepsi, serta
perilaku manusia atau kelompok. Berbeda halnya dengan pendapat Chaer (1989:
60) bahwa pengertian semantik adalah hubungan antara kata dengan konsep atau
makna dari kata tersebut, serta benda atau hal yang merujuk oleh makna itu yang
5
berada diluar bahasa. Berdasarkan penjelasan dari berbagai pendapat, semantik
secara garis besar membahas tentang makna yang terdapat dalam suatu karya sastra.
b. Majas
Kesulitan memahami suatu puisi dapat dilihat dari gaya bahasa yang
digunakan penyair. Dalam suatu puisi memiliki ragam gaya bahasa yang bervariasi
sesuai dengan karakteristik penyair. Gaya bahasa disebut juga dengan Majas. Majas
adalah gaya bahasa perumpamaan atau kiasan yang pada umumnya digunakan
untuk menguatkan suatu kesan suatu kalimat tertulis atau lisan dan menimbulkan
nuansa imajinatif bagi para penyimaknya. Bukan hanya dalam bahasa Indonesia,
majas dibuat dengan memanfaatkan kekayaan makna dari suatu bahasa. Macam-
macam majas juga ditemukan dalam banyak bahasa mulai dari bahasa Arab, bahasa
Jerman, bahasa Inggris, dan lainnya. Adapun jenis-jenis majas dibagi menjadi 4
macam yaitu,
Majas perbandingan
Majas pertentangan
Majas sindiran
Majas penegasan
Dari keempat jenis ragam majas tersebut didalamnya masih memiliki macam-
macam jenis majas yang dijadikan sebagai alat untuk membantu pengkaji dalam
mengklasifikasi dan membedakan majas-majas yang ada dengan spesifik.
c. Isotopi
6
Isotopi dalam semantik adalah suatu kata/frase yang akan diidentifikasi
sebagai sesuatu yang mewakili suatu gagasan. Adapun jenis-jenis isotopi sesuai
dengan pengkaji mengkategorikan kata/frase tersebut ke dalam isotopi yang mana,
contohnya isotopi manusia, isotopi alam, isotopi pronominal, keadaan, dan lain-
lain. Di dalam isotopi tersebut terdapat komponen-komponen yang menguji
kesesuaian secara spesifik. Misalnya, isotopi keadaan terdiri dari abstrak dan
konkret. Hal tersebut akan menunjukkan makna yang sesuai dengan kata/frase yang
ada pada puisi.
3. Aspek Pragmatik
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata yang dipakai untuk
mengganti orang atau benda; kata ganti seperti aku, engkau, dia. Sedangkan
menurut Wikipedia Bahasa Indonesia, Pronomina atau kata ganti adalah jenis kata
yang menggantikan nomina atau frasa nomina. Contohnya adalah saya, kapan, -
nya, ini. Nah, dari pernyataan di atas kita dapat menyimpulkan bahwa pronomina
adalah kata yang digunakan untuk menunjukan kata ganti terhadap subjek atau
objek tertentu.
7
Kata ganti orang adalah kata ganti yang hanya bisa digunakan untuk
menunjukan kata ganti orang. Pada pronomina persona terdapat kata ganti yang
menunjukan orang pertama seperti aku,saya dan ada kata ganti yang menggantikan
orang kedua seperti (anda, kamu) dan ada kata ganti yang menunjukan orang ketiga
seperti (ia, dia mereka). Semua kata ganti mempunyai kegunaan yang berbeda-beda
sesuai dengan konteks kalimatnya.
Kata ganti orang pertama jamak (lebih dari satu) adalah “kami”. Kata kami
sering digunakan dalam kalimat yang lebih formal, sama halnya dengan saya.
Perhatikan contoh berikut ini.
Kata ganti orang kedua sering digunakan untuk menyebut orang yang kita ajak
bicara. Perhatikan contoh di bawah ini.
Kata ganti orang kedua jamak adalah kata ganti yang digunakan untuk orang
yang kita ajak bicara lebih dari satu (banyak). Kata anda dapat digunakan untuk
menyebut orang kedua tunggal dan jamak. Perhatikan contoh berikut ini.
8
Kata ganti orang ketiga adalah kata ganti yang digunakan untuk menyebut orang
yang dibicarakan. terdapat pengecualian bahwa kata ganti “ia” tidak hanya
digunakan untuk menyebut orang saja, tapi juga bisa digunakan untuk menunjuk
benda.
4. Intertekstual
Kajian intertekstual berangkat dari asumsi bahwa kapan pun karya sastra
ditulis, ia tidak lahir dari kekosongan budaya (Riffatere dikutip Nurgiyantoro, 2000:
50). Unsur budaya, termasuk semua konvensi dan tradisi di masyarakat dalam
wujudnya yang khusus berupa teks–teks kesastraan yang ditulis sebelumnya.
Kajian ini menekankan bahwa suatu teks pada hakikatnya terdapat teks lain di
dalamnya.
Prinsip intertekstual ini berarti bahwa setiap teks sastra dibaca harus dengan
latar belakang teks–teks lain: tidak ada sebuah teks pun yang sungguh–sungguh
mandiri (Ratih, 2003: 126). Lebih lanjut, Ratna (2004: 175) juga mengatakan
bahwa tidak ada orisinalitas yang sungguh–sungguh dalam konsep interteks.
Sependapat dengan kedua pendapat tersebut, Handayani (2006: 10) menyatakan
bahwa setiap teks sastra yang dibaca pasti memiliki latar belakang teks–teks
lainnya.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah kami paparkan sebelumnya, kami merumuskan
beberapa rumusan masalah sebagai berikut.
9
1. Apa saja yang di dapat dari analisis semiotik puisi “CINTA YANG
MARAH” fragmen 7?
2. Apa saja yang di dapat dari analisis semiotik puisi “Menikmati Akhir
Pekan”?
3. Apa saja yang di dapat dari analisis semiotik puisi “AKU TIDAK PERNAH
BETUL-BETUL PULANG”?
4. Apa saja yang di dapat dari analisis semiotik puisi “Perempuan Yang
Mencintai Perempuan Lain”?
5. Apa yang membuat keempat puisi tersebut dapat dikatakan memiliki satu
benang merah?
10
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Temuan
2.1 Kajian Semiotika Puisi “CINTA YANG MARAH” fragmen 7
2.1.1 Analisis Aspek Sintaksis
Puisi “Cinta Yang Marah” terdiri atas tiga bait dengan delapan larik puisi. Pada
bait pertama terdiri dari tiga larik, lalu bait kedua terdiri dari tiga larik dan bait
ketiga memiliki dua larik saja. Sebenarnya puisi “Cinta Yang Marah” memiliki dua
puluh satu fragmen tetapi saya hanya mengambil satu fragmen saja yaitu fragmen
ke tujuh yang menurut saya itu puisi nya tentang perpisahan seseorang. Sama
halnya dengan puisi-puisi yang lain nya yang sudah di ciptakan, dalam teks puisi
ini tidak ada nya huruf-huruf kapital semua huruf kecil dari awal sampai akhir teks,
dalam teks ini juga selebihnya ditemukannya koma dan titik pada bait kedua larik
pertama dan larik kedua, lalu pada bait ketiga terdapat tanda titik yang terdapat pada
lirik pertama.
Kalimat pertama Suatu siang di sebuah kamar aku diam di depan sepasang
jendela kembar yang membagi langit berwarna biru cerah menjadi dua.
Termasuk kedalam kalimat subordinatif atributif dengan konjungsi yang. Dengan
keterangan -- suatu siang di sebuah kamar -- predikat -- aku diam -- objek --
sepasang jendela kembar yang membagi langit-- dan objek -- berwarna biru
cerah menjadi dua kalimat disini menggambarkan hubungan kata atau klausa
utama dengan klausa penjelas
Kalimat ketiga Aku membayangkan sepotong langit akan menyerap air mata
kau, kalimat ini termasuk kalimat rapatan karena klausa yang berulang dengan
11
konjungsi tanda koma (,). Dengan subjek -- aku -- predikat -- membayangkan --
dan objek -- sepotong langit akan menyerap air mata kau, -- kalimat ini
menggambarkan unsur klausa yang berulang dengan ada nya tanda koma.
Kalimat keempat, Sementara air mata aku akan menguap ke langit yang
sepotong lagi sesaat kemudian hujan berjatuhan karena sedih. Kalimat ini
memiliki klausa koordinatif dan memiliki keterangan yang kedudukan nya sejajar
berikut kontruksi kalimat, dengan keterangan satu -- sementara air mata -- subjek
-- aku akan menguap -- objek -- ke langit yang sepotong lagi -- keterangan dua --
sesaat kemudian hujan berjatuhan karena -- dan predikat -- sedih – kalimat ini
mencirikan suatu keadaan dimana dipaparkan aku lirik telah melalui sekian
banyaknya peristiwa dan keadaan yang di alami melalu “kesedihan” yang sedang
di rasakan oleh seseorang tersebut
Kalimat pertama suatu siang di sebuah kamar aku diam di depan sepasang
jendela kembar yang membagi langit berwarna biru cerah menjadi dua bermakna
denotasi dalam kalimat ini menggambarkan di suatu siang yang cerah seseorang
sedang sendiri memikirkan sesuatu sambil memandangi ke arah langit melalui
jendela kembar tersebut. Makna konotasi dalam kalimatini terdapat pada kata
“kamar”, yang berarti sebuah ruangan dimana untuk seseorang beristirahat jika
kelelahan. Secara denotatif nya kamar itu pasti selalu dibutuhkan untuk seseorang
tidur, secara konotatif kamar sebuah ruang yang tidak terlalu besar untuk seseorang
beristirahat
12
Kalimat kedua sambil sekali lagi mendengar kau merencakan perpisahan
bermakna denotasi dan merupakan penjelas untuk kalimat pertama karena aku lirik
merasakan suasana yang sedang gundah karena terdiam di depan jendela itu karena
memikirkan seseorang, yang mungkin akan meninggalkan dia
Aku membayangkan sepotong langit akan menyerap air mata kau kalimat
ketiga ini bermakna konotasi karena kalimat pada “membayangkan” yang berarti
alat untuk menggambarkan sesuatu atau berangan-angan ketika kita sedang berfikir
pasti dia sedang bersedih
kalimat keempat sementara air mata aku akan menguap ke langit yang
sepotong lagi. Sesaat kemudian hujan berjatuhan karena sedih bermakna
konotasi kalimat ini mengacu kepada kalimat ketiga, yang dimaksud menguap
adalah mengangakan mulut dengan mengeluarkan nafas atau sering kita sebut
mengantuk. Makna denotasi kalimat penjelas dengan menggambarkan bahwa aku
lirik merasakan suasana sedih karena hujan dan ada juga yang mengantuk karena
hujan
2.1.2.2 Majas
Kalimat pertama dalam puisi “Cinta Yang Marah” pada fragmen ketujuh,
suatu siang di sebuah kamar ku diam di depan sepasang jendela kembar yang
membagi langit berwarna biru cerah menjadi dua merupakan kalimat yang
menggunakan majas hiperbola. Majas hiperbola ialah jenis majas yang dinyatakan
secara berlebihan dibandingkan kenyataan sebenarnya. Majas ini berguna untuk
menciptakan kesan yang mendalam serta meminta suatu perhatian.
13
Kalimat kedua sambil sekali lagi mendengar kau merencanakan perpisahan
merupakan kalimat yang menggunakan majas ironi. Majas ironi ialah jenis majas
yang berisi tentang hal hal yang bertentangan dengan tujuan untuk menyindir.
Aku membayangkan sepotong langit akan menyerap air mata kau kalimat
ketiga ini menggunakan majas alegori. Majas alegori merupakan jenis majas
perbandingan yang berisi tentang satu tautan dengan tautan lain secara utuh. Majas
ini juga terdapat pada kalimat keempat sementara air mata aku akan menguap ke
langit yang sepotong lagi sesaat kemudian hujan berjatuhan karena sedih.
2.1.2.2 Isotopi
Puisi “Cinta Yang Marah” pada fragmen 7 memiliki lima pengguna isotopi.
Isotopi yang hadir adalah isotopi gerakan, isotopi alam, isotopi ruangan, isotopi
waktu, dan isotopi persepsi pandang. Isotopi-isotopi ini mengacu pada pemaknaan
kesedihan.
1. Isotopi Gerakan
Kata/ Frase yang Denotasi / Komponen Makna Bersama
memiliki isotopi Konotasi Gerak Badan Gerak Pindah Tempat
Aku diam D + -
Aku D + -
membayangkan
Berjatuhan d/k - +
Meninggalkan D + +
Mendengar K + -
Merencakan D + -
14
Terdapat enam kata atau frase yang memiliki isotopi gerakan. Isotopi ini
didominasi oleh makna konotasi yang berarti bahwa gerakan-gerakan yang muncul
mengacu ke arah penyimbolan. Komponen makna bersama hadir sebagai imbas
adanya makna denotasi yang di pengaruhi oleh Gerak badan
2. Isotopi alam
Kata/ Frase yang Denotasi/ Komponen makna bersama
memiliki isotopi konotasi angkasa Bumi Kehidupan
Langit berwarna D - + -
biru cerah
Hujan D - + +
Terdapat dua kata atau frase yang memiliki isotopi alam. Isotopi ini hadir
sebagai pemakna terhadap komponen makna bersama yang mengacu pada tiga
unsur alam yaitu : angkasa, bumi, dan kehidupan.isotopi yang hadir merupakan
gambaran dimana aku lirik berada dan berbaur dengan suasana alam. Bumi
mendominasi makna denotasi ini berkenan dengan frase yang muncul.
3. Isotopi ruang
Hanya terdapat satu kata saja yang termasuk dalam isotopi ruang. Makna
denotasi yang terdapat dalam komponen ruangan tertutup ini menjelaskan bahwa
peristiwa atau tempat dimana aku lirik berada (didominasi oleh kemunculan kata
kamar yang berulang sampai dua kali) ada di sebuah tempat yang merupakan ruang
pribadi
15
4. Isotopi waktu
Kata/ Frase yang Denotasi/ Komponen makna bersama
memiliki isotopi konotasi Saat tindakan Jangka Waktu Tindakan
Siang D + -
Terdapat sepuluh kata atau frase yang tergabung dalam isotopi persepsi
pandang. Isotopi yang muncul bermakna denotasi dan konotasi, isotopi yang
mendominasikan yaitu tertangkap mata. Kehadiran isotopi persepsi pandang
memberikan penggambaran yang jelas tentang suasana yang di rasakan aku lirik.
16
6. Isotopi Keadaan
Terdapat empat kata atau frase yang tergabung dalam isotopi kesedihan
isotopi yang mendominasikan yaitu fisik. Kehadiran isotopi kesedihan ini
memberikan penggambaran yang jelas tentang suasana kesedihan yang dirasakan
aku lirik tersebut.
“Cinta Yang Marah” adalah puisi yang mengingatkan kita bahwa bangsa ini
pernah memiliki sejarah dan pergerakan revolusi yang cukup panas. Karena ada
sejarah penting yang tak bisa kita lupakan begitu saja. Meski mungkin masih ada
kemarahan dan luka dari semua tragedi itu, tapi kita bisa belajar dari sejarah. Puisi
ini memaparkan kehadiran aku lirik dalam sebuah kegiatan pada fragmen tujuh ini.
Aku lirik muncul dalam kalimat pertama dan kelima memberikan penjelasan apa
yang sedang dirasakan aku lirik kepada pendengar dan pembaca. Pengguna
pronomina persona pertama tunggal aku mengacu pada diri aku lirik sendiri dalam
puisi ini digunakan variasi pronomina persona yaitu: aku dan kau bentuk seperti ini
memberi nada ketegasan. Seperti kalimat pertama, suatu siang di sebuah kamar
aku diam di depan sepasang jendela kembar yang membagi langit berwarna biru
cerah menjadi dua; dan kalimat kelima membuat kau batal meninggalkan kamar.
Membuat kau gagal meninggalkan aku.
17
2.1.4 Intertekstual
“Cinta Yang Marah” adalah puisi yang mengingatkan kita bahwa bangsa ini
pernah memiliki sejarah dan pergerakan revolusi yang cukup panas. Karena ada
sejarah penting yang tak bisa kita lupakan begitu saja. Meski mungkin masih ada
kemarahan dan luka dari semua tragedi itu, tapi kita bisa belajar dari sejarah. Buku
kumpulan puisi ini juga memiliki tata letak yang menarik bagi pembaca. Puisi-puisi
di dalamnya dilengkapi dengan artikel yang pernah dimuat di koran pada tahun
1998. Meski mungkin tidak semua isi artikelnya bisa terbaca dengan jelas, judul-
judul dalam artikel tersebut kembali jadi pengingat kalau ada banyak pelajaran
berharga yang bisa diambil dari masa-masa reformasi
Pada puisi ini sosok “aku” dan “kau” ini juga seakan mewakili perasaan dan
kehidupan rakyat biasa yang berusaha untuk tetap bertahan hidup ditengah kerasnya
situasidan lingkungan mereka soal harapan dan impian yang terkadang harus
direlakan pergi karena harus menghadapi kenyataan yang ada di depan mata
contohnya terdapat pada kalimat kelima; membuat kau batal meninggalkan
kamar. Membuat kau gagal meninggalkan aku.
Puisi “Menikmati akhir Pekan” adalah puisi ke 44 yang ada didalam buku
kumpulan puisi M. Aan Mansyur melihat api yang bekerja (2015). Kumpulan puisi
ini dilengkapi dengan gambar-gambar ilustrasi yang mungkin dapat membantu
pembaca untuk lebih mudah menafsirkan makna dari puisi-puisi didalamnya.
Namun, sebenarnya dalam pembuatan puisi ini, gambar dan puisi tidak memiliki
hubungan yang erat sehingga pembaca bisa saja menafsirkan sesuatu yang berbeda
dari apa yang telah dilustrasikan didalam gambar pada puisi. Jika melihat dari latar
belakang kumpulan puisi M. Aan Mansyur melihat api yang bekerja (2015)
termasuk kedalam puisi feminisme sehingga wajar dalam pengilustrasiannya
banyak yang menggambarkan perempuan yang memiliki variasi gaya. Selain itu
dapat dikatakan kumpulan puisi “melihat api bekerja” adalah hasil kolaborasi puisi
18
dan ilustrasi antara M. Aan Mansyur dan Muhammad Taufiq (emte) sehingga
pengkolaborasian tersebut menjadi sebuah karya yang utuh dengan keunikan yang
terdapat pada buku kumpulan puisi tersebut. Banyak cara untuk memahami dan
memaknai sebuah puisi baik dari diksi yang digunakan, pembentukan kalimat,
bahkan dari gaya bahasa yang memiliki tingkat kerumitan yang berbeda. Hal
tersebut dapat dipecahkan dengan cara mengkaji puisi tersebut dengan pendekatan
yang sesuai dengan apa yang akan kita cari dari puisi tersebut.
Puisi ini terdiri dari dua bait dan didalamnya terdapat delapan kalimat
dengan struktur pembangunnnya. Berikut ini akan dikaji struktur kalimat pada puisi
“ menikmati akhir pekan” menggunakan kajian sintaktika. Sintaktika adalah ilmu
yang mempelajari pembentukan sebuah kalimat. Dengan menggunankan kajian
sintaktika kita akan mengetahui bagaimana pembentukan kaliamat yang terdapat
pada puisi serta posisi dan fungsi pembentuknya. Menurut Keraf (1984:
156) menyatakan bahwa kalimat sebagai satu bagian dari ujaran yang didahului dan
diikuti oleh kesenyapan, sedang intonasinya menunjukkan bagian ujaran itu sudah
lengkap.
19
Pada kalimat pertama, aku benci berada diantara orang-orang yang
bahagia dalam pembentukannya kata --aku-- merupakan subjek dari kalimat. Kata
aku dalam puisi berfungsi sebagai pelaku atau tokoh yang melakukan tindakan
tertentu. Kemudian, kata –benci-- dalam kalimat pertama berfungsi sebagai
predikat atau sesuatu yang dilakukan oleh subjek yang dimana subjek aku sedang
melakukan tindakan yaitu mem-benci. Kata benci termasuk kedalam predikat yang
bersifat adjektiva sikap batin yang mengacu pada suasana hati atau perasaan.
Selanjutnya --berada diantara orang-orang yang bahagia-- termasuk kedalam
keterangan karena berfungsi menjelaskan akan sesuatu yang dibenci (menuju O)
oleh aku (S) sebagai pelaku. Kata --berada diantara-- menunjukkan sebuah posisi
atau tempat pelaku saat melakukan suatu tindakan. Sedangkan, --orang-orang yang
bahagia-- mengandung kata sifat dalam kata bahagia serta menunjukkan
keterangan sesuatu yang dituju sehingga melengkapi kata sebelumnya. Kalimat di
atas merupakan kalimat tunggal yang bersifat adjectival dimana kalimat ini
memiliki Predikat berupa kata sifat.
Pada kalimat kedua, mereka berbicara tentang segala sesuatu, tapi kata-
kata mereka tidak mengatakan apa-apa. Kata –mereka-- pada puisi adalah sebagai
subjek yang berfungsi sebagai pelaku. Kata –mereka-- menyatakan orang lebih dari
satu (kumpulan orang-orang) yang melakukan tindakan atau kegiatan. kata
berbicara adalah predikat yang bersifat verba (kata kerja) dimana subjek sedang
melakukan tindakan yaitu berbicara. Kalimat di atas merupakan kalimat majemuk
subordinatif yang menggunakan konjutor “tapi”. Kemudian, tentang segala
sesuatu merupakan sebuah keterangan yang menjelaskan (P) kegiatan yang
dilakukan oleh (S). kata tapi disana berfungsi sebagai konjungsi yang menjelaskan)
kalimat luas tak setara berlawanan.. Sedangkan --kata-kata mereka-- berfungsi
sebagai subjek kedua, kata --tak mengatakan-- berfungsi sebagai predikat kedua
verba, dan kata apa-apa berfungsi sebagai objek karena menjadi sesuatu yang
dituju. Jadi pada kalimat kedua ini terdapat dua klausa yang terdiri dari kalimat ini
dan kalimat bawahan.kalimat bawahan menjelaskan kelanjutan atau isi dari kalimat
inti. Dimana, pada kalimat tersebut dapat diartikan bahwa kata mereka sebagai
subjek banyak bicara tapi tidak ada isinya (bualan kosong).
20
Pada kalimat ke tiga, mereka tertawa dan menipu diri sendiri menganggap
hidup mereka baik-baik saja. Kalimat di atas merupakan kalimat majemuk
koordinatif yang menggunakan konjungtor “dan”. Kata mereka pada puisi adalah
sebagai subjek yang berfungsi sebagai pelaku. Kata mereka menyatakan orang
lebih dari satu (kumpulan orang-orang) yang melakukan tindakan atau kegiatan.
kata tertawa adalah predikat yang bersifat verba (kata kerja) dimana subjek sedang
melakukan tindakan yaitu tertawa atau mentertawakan sesuatu. Kata dan
merupakan kata hubung yang digunakan pada kalimat luas setara. Kata --menipu
diri sendiri—predikat dua yang memiliki sifat verba. Kemudian --menganggap
hidup mereka-- berfungsi sebagai objek dan --baik-baik saja-- sebagai pelengkap.
jika diartikan, pada kalimta ke tiga menceritakan perilaku orang-orang yang
kebanyakan memanipulasi kehidupan mereka yang sebenarnya dalam kata lain
mengada-ngada sesuatu yang memang tidak mereka alami atau mereka rasakan.
Pada kalimat ke empat, mereka berpesta dan membunuh anak kecil dalam
diri mereka. Kata mereka pada puisi adalah sebagai subjek yang berfungsi sebagai
pelaku. Kata mereka menyatakan orang lebih dari satu (kumpulan orang-orang)
yang melakukan tindakan atau kegiatan. kemudian, kalimat di atas merupakan
kalimat verbal diamna preikatnya berupa kata kerja yaitu pada kata berpesta adalah
predikat satu dimana subjek sedang melakukan tindakan atau melakukan kegiatan
yaitu berpesta. Kalimat di atas merupakan kalimat majemuk koordinatif yang
menggunakan konjutor “dan”. Kata --dan-- pada kalimat tiga merupakan kata
hubung yang menghubungkan antara klausa satu dengan klausa dua atau kalimat
inti dan kalimat bawahan. Pada kata --membunuh--berfungsi sebagai predikat dua,
kata --anak kecil-- sebagai objek, dan --dalam diri mereka-- merupakan sebuah
keterangan tempat. Dapat diartikan kalimat ini menceritakan orang-orang yang
memperlihatkan kebahagiaannya, berusaha menjadi manusia dewasa yang seakan-
akan tidak ada masalah padahal semuanya itu adalah kebohongan.
Pada kalimat ke lima, aku senang berada diantara orang-orang yang patah
hati merupakan kalimat tunggal yang bersifat adjectival dimana kalimat ini
memiliki Predikat berupa kata sifat.
21
Kemudia dalam pembentukannya kata aku merupakan subjek atau pelaku
yang melakukan suatu tindakan. Kata --senang-- merupakan predikat yang bersifat
adjektiva sikap batin yang mengacu pada suasana hati atau perasaan. Kemudian --
berada diantara orang-orang yang patah hati-- termasuk kedalam keterangan
karena berfungsi menjelaskan akan sesuatu yang disenangi (P) oleh aku (S) sebagai
pelaku. Kata --berada diantara-- menunjukkan sebuah posisi atau tempat pelaku
saat melakukan suatu tindakan. Sedangkan, --orang-orang yang patah hati--
mengandung kata sifat dalam kata patah hati serta menunjukkan keterangan
sesuatu yang dituju sehingga melengkapi kata sebelumnya.
Pada kalimat ke enam, mereka tidak banyak bicara, jujur, dan berbahaya
Kata mereka pada puisi adalah sebagai subjek yang berfungsi sebagai pelaku. Kata
mereka menyatakan orang lebih dari satu (kumpulan orang-orang) yang melakukan
tindakan atau kegiatan. kemudian – tidak banyak bicara-- merupakan predikat satu,
--jujur-- dan –dan berbahaya--pui merupakan keterangan dari predikat satu yang
termasuk ke dalam kata sifat atau adjective.
Pada kalimat ke tujuh, mereka tahu apa yang mereka cari merupakan
kalimat tunggal bersifat verbal yaitu predikat berupa kata kerja. Kata mereka pada
puisi adalah sebagai subjek yang berfungsi sebagai pelaku. Kata –mereka--
menyatakan orang lebih dari satu (kumpulan orang-orang) yang melakukan
tindakan atau kegiatan. kata –tahu--pada puisi merupakan predikat. Sedangkan –
apa yang mereka cari-- merupakan objek yaitu sesuatu yang dituju.
Pada kalimat ke delapan, mereka tahu dari diri mereka ada yang telah
dicuri merupakan kalimat tunggal bersifat verbal yang mengalami perluasan
kalimat tunggal dimana ditambahkannya unsur baru seperti keterangan atau
pelengkap. Kata –mereka-- pada puisi adalah sebagai subjek yang berfungsi
sebagai pelaku. Kata mereka menyatakan orang lebih dari satu (kumpulan orang-
orang) yang melakukan tindakan atau kegiatan. kata –tahu-- merupakan sebuah
predikat, kata –dari diri mereka—merupakan objek dan –ada yang telah dicuri—
merupakan keterangan keadaan yang artinya mereka menyadari ada yang hilang
dari diri mereka yaitu sebuah kebahagiaan.
22
Setelah dilakukan analisis aspek sintaksis, pada puisi “Menikmati Akhir
Pekan“ dapat disimpulkan bahwa dari delapan kalimat terbagi menjadi kalimat
majemuk subordinatif berjumlah satu kalimat yaitu pada kalimat ke dua, kalimat
majemuk koordinatif berjumlah dua yaitu pada kalimat ke tiga dan ke empat,
kalimat tunggal yang bersifat adjectival berjumlah dua pada kalimat pertama dan
ke lima, dan kalimat tunggal yang bersifat verval berjumlah tiga pada kalimat ke
enam, ke tujuh dan ke delapan.
Puisi “Menikmati akhir Pekan” adalah salah satu puisi dari kumpulan puisi M.
Aan Mansyur yang berjudul “Melihat api bekerja”. Kumpulan puisi M. Aan
Mansyur yang berjudul “Melihat Api Bekerja” terbit pada tahun 2015 setelah
setahun diterbitkannya puisi “Kepalaku: Kantor Paling Sibuk Didunia”.
Dalam buku kumpulan puisi “Melihat Api Bekerja” mengulas tentang sebuah
kehidupan yang dimana berbicara tentang masa depan, perkembangan kota,
haparan perubahan dan sebagainya. Bahkan buku kumpulan puisi M. Aan Mansyur
“Melihat Api Berkerja” menganggap bahwa kebahagiaan adalah suatu hal yang
berbahaya dengan kata lain “jahat”. Karena kebahagiaan orang-orang berlomba-
lomba menggapai kebahagiaan sampai melupakan diri dan tugas hidupnya sebagai
manusia, kebahagiaan membuat orang memanipulasi kehidupan yang sebenarnya.
Puisi M. Aan Mansyur termasuk puisi yang multitafsir atau bersifat ambigu. Hal
tersebut dapat kita lihat dalam penggunaan diksi yang begitu padat dan
dikolaborasikan dengan imajinatif sehingga tersusun puisi yang menginspiratif
dengan keunikkannya tersebut. Pesan yang disampaikan M aan masyur dalam
puisinya tidak semata-mata hasil imajinasi tapi didasari oleh pandangan dan
pengalaman hidup akan lingkungan sekitarnya, keaadan tanah airnya, dan orang-
orang yang hidup didalamnya. Sehingga hal tersebut memiliki makna yang
mendalam dari hasil kontemplasi penyair. Makna dalam puisi terdiri dari makna
denotasi dan konotasi.
23
Pada puisi “menikmati akhir pekan” memiliki makna denotasi dan konotasi
yang beragam dari setiap baitnya. Puisi ini memiliki dua bait yang terdiiri dari
delapan kalimat dan berbentuk seperti sebuah prosa (kumpulan kalimat yang
menjadi paragraph). Jika kita lihat dari judul puisi “menikmati akhir pekan”
memiliki kata denotasi yang terletak pada kata akhir pekan yang menunjukkan hari
penghujung minggu. Jadi, makna denotasi pada judul puisi penyair mencoba
menggambarkan pembaca bahwa tokoh yang terdapat didalam puisi sedang
menikmati segala keadaan dipenghujung minggu.
Kalimat ke tiga mereka tertawa dan menipu diri sendiri menganggap hidup
mereka baik-baik saja merupakan makna desnotasi dan konotasi. Makna denotasi
terdapat pada mereka tertawa yang memiliki arti gambaran orang-orang yang
merasakan kebahagiaan dan diwujudkan ke dalam sebuah tindakan tawa atau
tertawa. Sedangkan makna konotasi terdapat pada dan menipu diri sendiri
menganggap hidup mereka baik-baik saja memiliki gambaran bahwa segala
sesuatu yang dilakukan oleh orang-orang yang bahagia dengan tertawanya mereka
itu sebenarnya hanya sebuah kebohongan yang memperlihatkan bahwa
kehidupannya baik-baik saja tanpa masalah. Tapi, sebenarnya tertawanya
24
tertawanya itu wujud kepura-puraan dia dan sebuah peralihan suasana hati dari
kesedihannya.
Kalimat ke empat mereka berpesta dan membunuh anak kecil dalam diri
mereka memiliki makna konotasi yang menggambarkan bahwa tokoh mereka
dalam puisi mencari berbagai kesenangan atau bersenang-senang makna dari
sebuah kata berpesta. kemudian mereka seolah-olah menjadi seseorang yang
dewasa, bijaksana, penuh kepastian dengan cara membunuh anak kecil dalam diri
mereka yang bermakna menghilangkan, memusnahkan bahkan menyembunyikan
suatu sikap kekanak-kanakan.
Kalimat ke lima aku senang berada diantara orang-orang yang patah hati
merupakan makna konotasi dimana tokoh ‘aku’ pada puisi menegaskan bahwa ia
menyukai berada diantara orang-orang yang patah hati dalam artian lain, yaitu
orang-orang yang penuh kesedihan, kerapuhan dan kesakitan. Dimana orang-orang
yang patah hati bersikap sesuai dengan suasana hati mereka serta tidak mengada-
ngada suatu keadaan yang tidak benar-benar ia rasakan atau ia alami sehingga
mengalir adanya tanpa ada kepura-puraan..
25
Kalimat ke tujuh mereka tahu apa yang mereka cari merupakan makna
denotasi karena kalimat ke tujuh menjelaskan bahwa orang-orang patah hati
memiliki tujuan hidup yang jelas sehingga dia tahu kemana dia harus melangkah
serta melanjutkan kehidupannya untuk mengakhiri masa patah hatinya tersebut.
setelah masa patah hatinya berakhir tentu mereka akan mencari sebuah kebahagiaan
yang lebih pantas di dapatkan sehingga kebahagiaan itu akan menjadi sebuah obat
dari patah hatinya.
Kalimat ke delapan mereka tahu dari diri mereka ada yang telah dicuri
merupakan makna konotasi yang menggambarkan bahwa orang-orang yang patah
hati sesungguhnya memang kehilangan bagian-bagian yang ada pada dirinya baik
kebahagiaan maupun perasaan. Hal tersebut disadari oleh mereka yang merasakan
patah hati bahwa ada sesuatu hal yang memang telah dipatah sehingga sesuatu hal
tersebut hilang dicuri.
2.2.2.2 Majas
Majas adalah gaya bahasa yang bersifat imajinatif serta menggunakan bahasa
kiasan. Adapun Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Arti majas
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah cara melukiskan sesuatu
dengan jalan menyamakannya dengan sesuatu yang lain atau sebuah kiasan. Dalam
puisi ini terdapat majas yang sangat beragam. Pada kalimat pertama aku benci
berada diantara orang-orang yang bahagia terdapat sebuah majas, yaitu majas
paradoks. Majas paradoks adalah majas yang mengungkapkan dua hal yang
berlawanan meski keduanya benar secara kenyataan. Majas ini juga ditemukan pada
kalimat ke lima, yaitu aku senang berada diantara orang-orang yang patah hati.
Pada kalimat kedua, mereka berbicara tentang segala sesuatu, tapi kata-kata
mereka tidak mengatakan apa-apa termasuk ke dalam majas personifikasi. Majas
personifikasi adalah majas yang mengungkapkan dengan menggunakan perilaku
manusia yang diberikan kepada sesuatu yang bukan manusia (benda, hewan, dan
sesuatu hal)
26
Kalimat ke tiga mereka tertawa dan menipu diri sendiri menganggap hidup
mereka baik-baik saja merupakan majas alegori. Majas alegori adalah majas yang
ingin mengungkapkan sesuatu dengan cara kiasan atau gambaran. Selain itu kalimat
keenam juga merupakan majas pretorito yaitu majas yang seolah-olah ingin
menyembunyikan sesuatu untuk dirahasiakan. Pada Kalimat ke delapan mereka
tahu dari diri mereka ada yang telah dicuri juga merupakan majas alegori yang
mengungkapkan sesuatu dengan cara kiasan atau gambaran.
2.2.2.3 Isotopi
Puisi menikmati akhir pekan memiliki empat isotopi. Isotopi yang hadir adalah
isotopi gerakan, isotopi pronominal, isotopi manusia, dan isotopi keadaan. Isotopi-
issotopi ini mengacu pada kesedihan yang di alami oleh Aku- lirik dalam puisi
1. Isotopi gerakan
Kata/ frase Denotasi/ Komponen makna bersama
yang memiliki konotasi Gerak badan Gerak pindah
isotopi tempat
Bicara D - -
Tertawa D + -
Cari D - +
berpesta K + +
membunuh K + +
mengatakan D - -
27
Isotopi gerakan berjumlah enam kata atau frase. Isotopi gerakan
didominasi oleh makna denotasi dimana gerakan-gerakan yang muncul tidak
hanya sekedar symbol.
2. Isotopi pronomina
Kata/ frase Komponen makna bersama
yang memiliki Sudut pandang orang Sudut pandang orang ke
isotopi pertama tiga
Aku + -
Mereka - +
Isotopi pronomina berjumlah dua dari jenit sudut padang yang berbeda, yaitu
sudut pandang orang pertama tunggal dan sudut pandang orang ke tiga jamak.
Isotopi pronomina merupakan isotopi yang menjelaskan tokoh yang terdapat
didalam suatu puisi.
3. Isotopi keadaan
Kata/ frase yang Denotasi/ Komponen Makna Bersama
memiliki isotopi Konotasi Sedih Senang Biasa saja
Benci K + - -
Bahagia D - + -
Patah hati K + - -
Baik-baik saja d/k - - +
Senang D - + -
Ada yang dicuri k + - -
Terdapat isotopi keadaan yang berjumlah lima kata atau frase. Isotopi
keaadan menggambar segala sesuatu yang sedang dirasakan atau dialami baik
berifat abstrak maupun konkret.
4. Isotopi manusia
28
Kata/ frase Denotasi/ Komponen makna bersama
yang memiliki konotasi Insan Berakal Aktivitas
isotopi budi
Bicara D - - +
Tertawa D - - +
Berpesta K - - +
Jujur D - + -
Berbahaya K - + -
Membunuh K - - +
Anak kecil K + - -
Menipu diri D - + -
Dicuri K - - +
Mereka cari D - - +
Menganggap D - + -
hidup
Orang-orang D + - -
Dari diri D + - -
mereka
Isotopi manusia berjumlah tiga belas kata atau frasa. Isotopi manusia didominasi
oleh makna denotasi sebagai suatu bentuk perwujudan dari sikap atau perilaku
manusia terhadap sesuatu. Isotopi manusia terbagi menjadi tiga bentuk komporen
makna bersama, yaitu: insan (menunjukkan makhluk hidup), berakal budi
(menunjukkan sikap atau perilaku) dan aktivitas (menunjukkan segala tindakan
yang dilakukan manusia).
29
ia rasakan. Aku lirik muncul dalam kalimat pertama, yaitu aku benci berada
diantara orang-orang yang bahagia. Kalimat tersebut memberikan gambaran
yang menjelaskan sesuatu yang dibenci aku lirik kepada pembaca. Kalimat ini
menggunakan pronomina personal pertama tunggal aku mengacu kepada diri aku
lirik sendiri. selain itu, pada kalimat ke lima muncul pronomina personal pertama
tunggal pada aku lirik yaitu aku senang berada diantara orang-orang yang patah
hati. Kalimat ke lima yang mengandung aku lirik bahwa aku pada kalimat tersebut
memberikan penegasan bahwa aku lirik merasakan kesenangan ketika bersama
dengan orang-orang yang patah hati yang bersikap dengan kejujuran hati.
Kemudian, muncul pronominal persona ketiga jamak, yaitu pada bagian kalimat
pertama berada diantara orang-orang yang bahagia dan bagian kalimat ke lima
berada diantara orang-orang yang patah hati. Kalimat ini menunjukkan
keterkaitan antara aku lirik dengan keadaan tempat serta manusia yang ada
disekitarnya.
Selain itu terdapat pronomina ketiga netral yaitu “mereka” pada kalimat ke dua,
yaitu mereka berbicara tentang segala sesuatu, tapi kata-kata mereka tidak
mengatakan apa-apa, pada kalimat ke tiga, yaitu mereka tertawa dan menipu diri
sendiri menganggap hidup mereka baik-baik saja, pada kalimat ke empat, yaitu
mereka berpesta dan membunuh anak kecil dalam diri mereka, pada kalimat ke
enam, yaitu mereka tidak banyak bicara, jujur, dan berbahaya, pada kalimat ke
tujuh, yaitu mereka tahu apa yang mereka cari dan pada kalimat ke delapan, yaitu
mereka tahu dari diri mereka ada yang telah dicuri . “ mereka” yang dimaksud
adalah orang-orang yang terdapat didalam kalimat pertama dan kalimat ke lima.
30
menganggap memiliki kebebasan mengungkapkan ekspresinya dengan melakukan
hal-hal yang dia inginkan. Orang-orang bahagia cenderung banyak bicara,
meskipun segala sesautu yang dibicarakan thanyalah omong kosong semata. orang-
orang bahagia lebih cenderung tidak apa adanya, mereke seolah-olah
memperlihatkan kedewasaannya atau menghilangkan perilaku kekanak-
kanakannya serta menipu kehidupannya sendiri seakan-akan hidupnya baik-baik
saja. Padahal orang-orang yang terlihat bahagia belum tentu hidupnya tidak
memiliki masalah. Sedangkan orang-orang yang patah hati lebih cenderung
mengungkapkan segala sesuatu sesuai dengan keadaan atau kondisi hatinya.
mereka yang patah hati lebih cenderung berdiam diri, dari pada banyak bicara yang
tak ada gunanya. Mereka yang patah hati cenderung lebih jujur dan tidak suka
mengada-ngada akan hal yang memang tidak dia rasakan atau yang tidak dia alami.
Mereka yang patah hati justru lebih tahu apa tujuan hidup mereka, dan lebih
menyadari sesuatu yang hilang pada dirinya baik perasaan maupun hidupnya.
2.2.4 Intertekstual
Secara umum, puisi “Menikmati Akhir Pekan” M. Aan Mansyur terdiri dari
kata ‘menikmati’ dan ‘Akhir pekan’. Menikmati memiliki makna merasakan
sesuatu dengan hikmat. Sedangkan akhir pekan merupakan penanda yang
menunjukkan satu atau dua hari dalam satu minggu dimana kebanyak orang tidak
bekerja (libur) . jika dikaitkan keduanya memiliki makna denotasi bahwa orang-
orang yang menikmati (istirahat dari penatnya bekerja) waktu libur diakhir minggu
atau pekan.
31
status tidak sesuai dengan apa yang mereka rasakan atau alami. Bahkan, banyak
sekali orang-orang mengunggah foto-foto seperti sedang didalam mobil, sedang
makan di restauran, liburan dan lain sebagainya hanya untuk ditunjukkan agar
orang-orang menganggap hidupnya bahagia dan sempurna. Padahal tidak menutup
kemungkinan bahwa segala yang ditunjukkan tersebut hanyalah wujud kepura-
puraan dan bisa jadi mereka jauh memiliki masalah besar dalam hidupnya hanya
saja mereka tidak menyadari hal tersebut.Berbeda halnya dengan orang-orang yang
bisa menetralisir pengaruh teknologi dapat diartikan dengan orang-orang yang
awam akan teknologi. Mereka jauh lebih bisa menyikapi semua hal dengan
seimbang tanpa menambahkan atau mengurangi sesuatu hal yang memnag tidak
sesuai dengan kehidupan. Dengan kejenuhan, keluhan, dan kesedihan tersebut M.
Aan Mansyur menciptakan sebuah puisi yang dilator belakangi oleh realita
kehidupan orang-orang di zaman yang penuh dengan kepalsuan.
Puisi ini memberi penegasan yang disampaikan Aku-lirik bahwa aku lirik
merasakan kejenuhan yang hebat akan sebuah kepalsuan yang biasa dilakukan
kebanyakan orang-orang. Tidak sedikit orang-orang hidup penuh dengan kepura-
puraan dengan memperlihatkan kebahagiaan seolah-olah mereka memang bahagia.
Mereka melakukan berbagai tindakan untuk kesenangan mereka serta banyak
membicarakan sesuatu hal yang sebenarnya hanya omong kosong dari mulut
mereka. Sehingga hal tersebut membuat mereka lupa akan tujuan hidup dan
membohongi diri sendiri dengan meninggalkan kejujuran layaknya seperti saat
mereka kecil yang polos penuh dengan kejujuran. Hal-hal tersebut telah dijelaskan
secara gamblang pada bait pertama, yaitu aku benci berada di antara orang-orang
yang bahagia. Mereka bicara tentang segala sesuatu tapi kata-kata mereka tidak
mengatakan apa-apa. Mereka tertawa dan menipu diri sendiri menganggap
hidup mereka baik-baik saja. Mereka berpesta dan membunuh anak kecil dalam
diri mereka.
Puisi “ Menikmati Akhir Pekan” pada bait kedua, yaitu aku senang berada di
antara orang-orang yang patah hati. Mereka tidak banyak bicara, jujur, dan
32
berbahaya. Mereka tahu apa yang mereka cari. Mereka tahu dari diri mereka
ada yang telah dicuri.
Aku- lirik menyatakan bahwa hanya orang-orang yang sedih dan patah hati lah
yang mampu berkata jujur dan bertindak sesuai hati. Mereka cenderung lebih suka
berdiam diri. Mereka cenderung lebih peka akan bagaimana menjalani hidup
dengan sebaik mungkin. Aku lirik menganggap bahwa hanya kesedihan yang
merupakan sesuatu hal yang jujur. Hal tersebut dapat diilutrasikan dalam gambar
yang terdapat pada puisi menikmati akhir pekan, yaitu seorang wanita dengan
mulutnya di plester, tumbuh bunga di kepalanya, dan salah satu matanya menangis.
Gambar tersebut memberikan gambaran bahwa diam itu keindahan, kesedihan
adalah sebuah hal kejujuran dan kebahagaiaan adalah sebuah kepalsuan yang
dijadikan sebagai senjata untuk kebohongan. .
Jika dihitung berapa banyak kalimatnya, puisi ini memiliki 9 kalimat. Dan untuk
setiap kalimat selalu diawali huruf kapital.
33
merupakan keterangan keadaan, --kuseret-- merupakan predikat, --tubuh sendiri--
sebagai objek, --sebagai petualang tersesat—bahkan di negeri jauh tempat aku
lahir dan seorang perempuan mengajariku tersenyum kepada diri sendiri.--
sebagai pelengkap.
Tidak pernah ada rumah. Tidak ada. Cuma ada mimpi buruk yang sekali
waktu terburu-buru membangunkan dan meminta aku pergi. --Tidak pernah ada
rumah. Tidak ada.-- Keterangan keadaan, --Cuma ada mimpi buruk yang sekali
waktu terburu-buru membangunkan dan meminta-- pelengkap, --aku-- subjek,
dan --pergi.-- predikat.
34
Setiap hari tumbuh retakan baru di tubuhku. --Setiap hari-- merupakan
keterangan waktu, --tumbuh-- merupakan predikat, --retakan baru-- objek, --di
tubuhku.-- keterangan tempat.
Kuterima seluruh seolah kelah terbit matahari lain dari sana. Ribuan
matahari. --Kuterima-- predikat, --seluruh seolah kelah terbit matahari lain dari
sana. Ribuan matahari.-- hanya sebagai pelengkap dalam kalimat.
Tidak pernah ada rumah. Tidak ada. Cuma ada mimpi buruk yang sekali
waktu terburu-buru membangunkan dan meminta aku pergi. Kalimat ketiga
mengandung makna denotasi. Dalam kalimat ini aku lirik menceritakan keadaannya
yang memiliki pengalaman buruk di masa lalunya sehingga ia membenci rumahnya
sendiri dan seolah-olah ketika ia mengingat kejadian itu dalam mimpinya ia rasanya
ingin semakin menjauhi rumah itu.
35
ingin kembali ke rumahnya itu. Kalimat ini mengandung makna denotasi dan
konotasi.
Kuterima seluruh seolah kelak terbit matahari lain dari sana. Ribuan
matahari. Di akhir puisi, atau kalimat terakhir ini, terlihat bahwa aku lirik pasrah
36
akan keadaan di waktu itu. Ia berharap akan ada sesuatu yang dapat menghentikan
atau mengalihkan hidupnya ke yang lebih baik.
2.3.2.2 Majas
Kalimat ketiga selanjutnya Tidak pernah ada rumah. Tidak ada. Cuma ada
mimpi buruk yang sekali waktu terburu-buru membangunkan dan meminta aku
pergi menggunakan majas personifikasi. Karena --mimpi buruk yang sekali waktu
terburu-buru membangunkan dan meminta-- menjadi alasan kalimat tersebut
menggunakan majas personifikasi. Artinya menggunakan benda tak bernyawa
seolah-olah mempunyai sifat seperti manusia.
37
Artinya majas tersebut membandingkan terhadap dua hal yang pada hakikatnya
berbeda, tetapi sengaja dianggap sama.
Kalimat kesembilan ini Kuterima seluruh seolah kelak terbit matahari lain
dari sana. Ribuan matahari menggunakan majas metafora. Karena dalam kalimat
tersebut mengungkapkan ungkapan secara langsung berupa perbandingan analogis.
2.3.2.3 Isotopi
1. Isotopi Keadaan/Perasaan
38
mungkin dan tidak
d/k + - +
mungkin selesai
tumbuh retakan baru k + - -
2. Isotopi Manusia
3. Isotopi Waktu
39
yang sekali waktu D + - -
Setiap hari d/k + + -
terbit matahari lain K - - +
4. Isotopi Tempat
5. Isotopi Alam
Aku lirik muncul hampir di setiap kalimat dan memberikan penjelasan apa
yang sedang dirasakan atau dilakukan aku lirik kepada pendengar maupun
pembaca. Penggunaan pronomina persona pertama tunggal aku mengacu pada diri
aku lirik sendiri. Selain itu puisi ini juga menggunakan variasi pronomina persona
40
yaitu: ku- dan -ku. Seperti kalimat kedua Tidak bisa. Ke semua tempat kuseret
tubuh sendiri sebagai petualang tersesat—bahkan di negeri jauh tempat aku
lahir dan seorang perempuan mengajariku tersenyum kepada diri sendiri.;
kalimat keempat Membelahku. Mengubah ingatan jadi hukuman. Meletakkan
jiwaku di antara--; kalimat kelima Kulihat diriku tertimbun reruntuhan masa
remajaku di kota yang mencintai para pembenci.; kalimat kedelapan Setiap hari
tumbuh retakan baru di tubuhku.; dan kalimat kesembilan Kuterima seluruh
seolah kelah terbit matahari lain dari sana. Ribuan matahari.
2.3.4 Intertekstual
Puisi Aan Mansyur kali ini menjadi sangat terkenal karena buku yang satu
ini telah dipamerkan dalam film AADC 2. Film tersebut sukses meraih
kepopulerannya karena sangat ditunggu-tunggu oleh masyarakat luas. Tidak hanya
itu film tersebut juga sukses mengantarkan buku puisi ini diincar oleh masyarakat.
Puisi yang dikaji merupakan puisi yang menceritakan tentang diri aku lirik
yang sangat membenci masa lalunya. Kenyataan di masa lalu itu, tak dapat ia terima
sampai sekarang. Menyebabkan perasaan lelah, takut, dan juga merasa dihantui
ketika cerita-cerita lama itu kembali datang ke dalam mimpinya. Jelas terdapat pada
kalimat Tidak pernah ada rumah. Tidak ada. Cuma ada mimpi buruk yang sekali
waktu terburu-buru membangunkan dan meminta aku pergi. Seolah-olah mimpi
tersebut membawanya kembali ke masa lalu. Dan begitu membuat aku lirik muak
dengan segala apa yang terjadi di masa lalu.
41
yang amat mendalam yang dirasakan aku lirik sangat tercermin jelas dalam setiap
kalimat-kalimat dalam puisi ini.
2.4.1 Fragmen 1
Seberapa jauh aku dan kau harus masuk kedalam hutan agar kau bisa
menemukan kita? aku dan kau sebagai subjek serta masuk kedalam hutan
merupakan suatu predikat serta agar kau bisa menemukan kita? Ini merupakan
keterangan atau pelengkap dan kita disini sebagai objek.
Di hutan katamu tidak ada masalalu—dan masa depan, jika kita kuat,
adalah masa kini yang selalu. Orang-orang diluar hutan berpikir dan hidup
dengan cara-cara lama. kita adalah sebagai subjek sedangkan berpikir dan hidup
adalah predikat sedangkan pelengkap adalah cara-cara lama.
Aku tidak ingin jadi batu yang tidak tahu dirinya batu. Aku tidak ingin
jadi langit yang tidak tahu warna dasarnya. Aku sebagai subjek sedangkan
predikatnya adalah tidak ingin jadi batu dan tidak ingin jadi langit dengan
pelengkap yang tidak tahu dirinya batu dan yang tidak tahu warna dasarnya.
42
Seberapa jauh aku dan kau harus masuk kedalam hutan agar kau bisa
menemukan kita? Ini merupakan kalimat konotasi dengan bermakna seberapa jauh
kita masuk kedalam kehidupan ini yang liar agar kebersamaan dapat bertemu lagi.
Seberapa jauh aku harus ke dalam dirimu agar aku bisa menemukan
diriku? Ini merupakan makna konotasi dengan makna sebenarnya yaitu seberapa
jauh aku melihat dan masuk kedalam dirimu agar aku bisa melihat hatimu yang ada
aku di dalamnya.
Di hutan katamu tidak ada masalalu—dan masa depan, jika kita kuat,
adalah masa kini yang selalu. Orang-orang diluar hutan berpikir dan hidup
dengan cara-cara lama. Makna dalam kalimat itu adalah makna konotasi dengan
artinya yaitu hidup di dunia ini bukan soal masalalu melainkan sekarang yang kita
jalani untuk masa depan.
Aku tidak ingin jadi batu yang tidak tahu dirinya batu. Aku tidak ingin
jadi langit yang tidak tahu warna dasarnya. Makna nya adalah makna konotasi
dengan aku tidak ingin punya sifat keras seperti batu yang padahal tidak sadar
dirinya keras.
2.4.1.2.2 Majas
43
Pada kalimat pertama termasuk memiliki majas Seberapa jauh aku dan kau
harus masuk kedalam hutan agar kau bisa menemukan kita? Memiliki majas
retorik.
Selanjutnya adalah Seberapa jauh aku harus ke dalam dirimu agar aku
bisa menemukan diriku? Pada kalimat kedua juga memiliki majas retorik.
Pada kalimat ketiga yaitu Di hutan katamu tidak ada masalalu—dan masa
depan, jika kita kuat, adalah masa kini yang selalu. Orang-orang diluar hutan
berpikir dan hidup dengan cara-cara lama. Yaitu memiliki majas pleonasme.
Kalimat ketiga adalah Aku tidak ingin jadi batu yang tidak tahu dirinya
batu. Aku tidak ingin jadi langit yang tidak tahu warna dasarnya. Memiliki majas
simile.
Pada kalimat ke empat juga memilki maja yaitu Ada dua alasan: mereka
ingin terdengar lebih bahagia dan memiliki kesedihan yang lebih nyaring.
memiliki majas Majas Sinekdoke totem pro parte.
2.4.1.2.3 Isotopi
1. Isotopi Keadaan
Kata/ Frase yang Denotasi/ Komponen Makna Bersama
Memiliki Isotopi Konotasi Abstrak Konkret
Harus (2x) D - +
Seberapa jauh (2x) K + -
Masuk (2x) D - +
Agar (2x) K - +
Menemukan (2x) K + +
Tidak ada (2x) D - +
Kuat D + -
Jika D - +
Yang selalu D + -
Tidak tahu (2x) D + -
Tidak ingin D + -
Jadi D - +
Dasarnya D - +
Jarak D + -
Membentang D - +
Kebengisan K - +
44
Menimoat D - +
Aman D - +
Tidak mau D + -
Meledak K - +
Ada dua alasan K + -
Ingin K + -
Lebih bahagia K + -
2. Isotopi Manusia
Kata/ Frase yang Denotasi/ Komponen Makna Bersama
Memiliki Isotopi Konotasi Insan Tindakan
Aku (5x) D + -
Kau D + -
Bisa (2x) K - +
Kita (4x) D + -
Dirimi D + -
Diriku D + -
Orang-orang (2x) D + -
Berpikir D - +
Dirinya D +
Diucapkan D - +
Kemarahan (2x) K + -
Kemurungan (2x) K + -
Mendengar D - +
Kesedihan (2x) D + -
Mereka D + -
Terdengar D - +
Memiliki D - +
Lebih nyaring D - +
3. Isotopi Ruang
Kata/ Frase yang Denotasi/ Komponen Makna Bersama
Memiliki Isotopi Konotasi Terbuka Tertutup
Ke dalam (2x) D + -
Hutan (5x) D + -
Di luar (2x) D + -
Di sisi K + +
Di dada K - +
4. isotopi Waktu
Komponen Makna Bersama
45
Kata/ Frase yang Denotasi/ Saat Tindakan Jangka Waktu
Memiliki Isotopi Konotasi tindakan
Masa lalu D - +
Masa depan D - +
Masa kini D + -
Antara K - -
5. Isotopi Alam
Kata/ Frase yang Denotasi/ Komponen Makna Bersama
Memiliki Isotopi Konotasi Angkasa Bumi
Batu D - +
Langit D + -
Warna D - +
Dunia D - +
2.4.2 Fragmen 2
46
Ku dengar jiwamu menyeru dari dalam diriku. Ku sebagai subjek dengan
dengar sebagai predikat dan dalam diriku merupakan keterangan pelengkap.
Aku merasa sedang bercinta dengan seseorang yang aku benci. subjek
yaitu Aku dan diikuti predikatnya yaiut bercinta dan objek nya seseorang ditambah
dengan keterangan pelengkap yaitu yang aku benci.
47
Ku dengar jiwamu menyeru dari dalam diriku. Ini merupakan makna
konotasu dengan arti sesungguhnya yaitu dalam hati dan pikiran kau masih teringat
dan terasa memanggil.
Aku merasa sedang bercinta dengan seseorang yang aku benci. Ini
merupakan makna konotasi yaitu mencintai sesuatu padahal sangat membenci
dengan arti tetap suka dalam menerima keadaan.
2.4.2.2.2 Majas
Pada fragmen ke dua kalimat ke enam memiliki majas yaitu sungai kering.
Ranting-ranting pohon kering. Aku berbaring diatas batu melihat lembut awan-
awan yang mlintas. Nah majas yang digunakan adalah majas personifikasi.
Pada kalimat ke dua belas adalah Ku dengar jiwamu menyeru dari dalam
diriku. Ini merupakan majas sinekdot.
Selanjutnya adalah kalimat ke tiga belas yaitu Aku merasa sedang bercinta
dengan seseorang yang aku benci. Ini merupakan majas ironi.
Selanjutnya adalah pada kalimat ke empat belas yaitu Mengapa hidup tidak
membiarkan aku memilih, bahkan satu penderitaan yang pantas bagiku? Ini
merupakan majas retorik.
2.4.2.2.3 Isotopi
1. Isotopi Alam
48
Kata/ Frase yang Denotasi/ Komponen Makna Bersama
Memiliki Isotopi Konotasi Angkasa Bumi
Sungai D - +
Ranting-ranting D - +
Pohon D - +
Batu D - +
Awan-awan D + -
Hutan D - +
2. Isotopi Keadaan
Kata/ Frase yang Denotasi/ Komponen Makna Bersama
Memiliki ISotopi Konotasi Abstrak Konkret
Kering (2x) D +
Betapa lembut D +
Yang melintas K +
Datang D +
Tiba-tiba D +
Hendak (2x) K +
Kepergianmu D +
Pulang D +
Setengah mati D +
Kusingkirkan K +
Pulanglah (3x) D +
Merasa D +
Sedang K +
Bercinta D +
Benci D +
Mengapa K +
Hidup D +
Membiarkan D +
Bahkan D +
penderitaan
Yang pantas D +
3. Isotopi manusia
Kata/Frasa yang Denotasi/ Komponen Makna Bersama
Memiliki Isotopi Konotasi Insan Tindakan
Aku (4x) D +
Berbaring D +
Melihat K +
Kekasih D +
Kematian D +
49
Kepadamu D +
mengusirku D +
Memintaku K +
Dari ingatan D +
Kudengan D +
Jiwamu D +
Menyeru K +
Diriku D +
Seseorang D +
Memilih D +
Bagiku D +
4. Isotopi Ruang
Kata/Frasa yang Denotasi/ Komponen Makna Bersama
memiliki Isotopi Konotasi Terbuka Tertutup
Di atas D +
Ke rumah D +
Rahim K +
Dari dalam D +
2.4.3 Fragmen 3
Sepasang Mata Anjing itu menginginkan perih yang berbeda dari jiwaku.
Dalam kalimat ini merupakan kalimat ungkapan deklaratif, dengan subjek yaitu
Sepasang Mata Anjing lalu di ikuti dengan predikat yaitu menginginkan perih dan
kalimat pelengkapnya adalah yang berbeda dari jiwaku.
Di hutan ini terlalu banyak pohon dan diluar sana tidak ada yang
menunggu selain pengabdian di telnujuk ibuku dan dendam yang terpendam di
50
dada anjing itu. subjek yaitu Di hutan ini ditambah dengan predikatnya yaitu
menunggu lalu objeknya adalah anjing itu serta keterangan pelengkapnya yaitu
selain pengabdian di telnujuk ibuku dan dendam yang terpendam di dada.
Anjing itu, anjing itu ingin menyeret aku kembali ke masa silam—ia
ingin tetap jadi penguasa demi menyambung hidup dan kehendak lain yang lebih
jahat dalam dirinya. subjek adalah Anjing itu lalu di ikuti dengan predikat nya
adalah menyeret lalu objeknya adalah aku dan kalimat pelengkapnya adalah
kembali ke masa silam—ia ingin tetap jadi penguasa demi menyambung hidup
dan kehendak lain yang lebih jahat dalam dirinya.
Kau mati menjadi neraka di pikiranku. Ini merupakan makna konotasi dan
memiliki maksud kau disini sebagai tokoh perempuan yang mati dan membuat
tokoh si manusia anjing merasa sangat kacau dan terasa membebani pikiran tokoh
manusia anjing tersebut.
51
bibirku melafalkan nama lain adalah sangatlah pantang untuk menggantikan sosok
dirimu di hutan (kehidupan) dan di awasi oleh sepasang mata anjing.
Sepasang Mata Anjing itu menginginkan perih yang berbeda dari jiwaku.
Ini merupakan makna denotasi yaitu dengan arti manusia anjing ingin melukai
dengan merencanakannya terlebih dahulu melukai hati yang tidak biasa dari si
tokoh itu.
Di hutan ini terlalu banyak pohon dan diluar sana tidak ada yang
menunggu selain pengabdian di telunjuk ibuku dan dendam yang terpendam di
dada anjing itu ini merupakan makna konotasi dengan maksud yaitu di hutan ini
terlalu banyak pohon dengan arti di kehidupan terlalu banyak penghalang dan bisa
bersembunyi dengan kondisi tersebut sedangkan diluar hutan hanya ibu nya yang
menunggu untuk kembali pulang kerumah lewat telunjuk itu mantra-mantra
terucap.
Anjing itu, anjing itu ingin menyeret aku kembali ke masa silam—ia
ingin tetap jadi penguasa demi menyambung hidup dan kehendak lain yang lebih
jahat dalam dirinya. Maksudnya disini adalah memiliki makna sebenarnya karena
tujuan anjing itu memang jelas yaitu seperti yang diungkapkan dalam puisi itu.
2.4.3.2.2 Majas
52
kejam—dan melalapku ketika bibirku mengucapkan nama lain. Ini merupakan
majas sinekdot. Selanjutnya adalah kalimat ke tujuhbelas Sepasang Mata Anjing
itu menginginkan perih yang berbeda dari jiwaku. Ini merupakan majas alegori .
pada kalimat ke delapan belas Di hutan ini terlalu banyak pohon dan diluar sana
tidak ada yang menunggu selain pengabdian di telnujuk ibuku dan dendam yang
terpendam di dada anjing itu ini merupakan majas simbolik. Selanjutnya pada
kalimat kesembilan belas dalam pragmen tiga yaitu Anjing itu, anjing itu ingin
menyeret aku kembali ke masa silam—ia ingin tetap jadi penguasa demi
menyambung hidup dan kehendak lain yang lebih jahat dalam dirinya. adalah
memiliki majas hiperbola. Selanjutnya adalah kalimat kedua puluh Apakah kau
mati atau berada di angkasa menjadi matahari demi mengeringkan laut dalam
tubuhku—agar aku lebih mudah terbakar dalam kobaran nyala kesediham yang
lain? Tanpa korban dan pengorbanan kobaran api hanya kobaran api. Ini
merupakan majas metafora.
2.4.3.2.3 Isotopi
1.Isotopi Manusia
Kata/Frasa yang Denotasi/ Komponen Makna Bersama
memiliki Isotopi Konotasi Insan Tindakan
Kau (2x) D +
Membangkitkan K +
Aku 94x) D +
Sendiri D +
Nama lain D +
Jiwaku D +
Ibuku D +
Anjing D +
Jadi penguasa K +
Dalam dirinya D +
Yang lain D +
Korban D +
2. Isotopi Keadaan
Kata/Frasa yang Denotasi/ Komponen Makna Bersama
memiliki Isotopi Konotasi Abstrak Konkrit
Mati D +
53
Menjadi (2x) D +
Ketika (2x) K +
Kejam D +
Melalapku K +
Melapalkan K +
Sepasang K +
Menginginkan K +
Perih D +
Terlalu banyak D +
Tidak ada D +
Yang menunggu D +
Pengabdian K +
Dendam D +
Terpendam K +
Menyeret D +
Kembali D +
Ingin tetap K +
Demi menyambung D +
Hidup D +
Kehendak lain D +
Lebih jahat K +
Mati D +
Mengeringkan K +
Lebih mudah D +
Agar K +
Terbakar D +
Nyala kesedihan K +
Tanpa D +
Perngorbanan K +
Kobaran api (2x) K +
Hanya K +
3. Isotopi Ruang
Kata/Frasa yang Denotasi/ Komponen Makna Bersama
memiliki Isotopi Konotasi Terbuka Tertutup
Neraka K +
Di pikiranku K +
Di hutan D +
Di pohon D +
Di luar sana D +
Di angkasa D +
Dalam tubuhku D +
Dalam kobaran D +
54
4. Isotopi Waktu
Kata/Frasa yang Denotasi/ Komponen Makna Bersama
memiliki Isotopi Konotasi Saat Tindakan Jangka Waktu
Tindakan
Pada malam- D + +
malam
Musim D +
Ke masa lampau D +
6. Isotopi Alam
Kata/Frasa yang Denotasi/ Komponen Makna Bersama
memiliki Isotopi Konotasi Angkasa Bumi
Matahari D +
Laut D +
2.4.4 Fragmen 4
55
Tetapi kemenangan, kata ibuku, adalah tunas penderitaan yang lain.
kemenangan sebagai predikat dan subjeknya adalah ibuku dengan penjelas yaitu
adalah tunas penderitaan yang lain.
56
Tetapi kemenangan, kata ibuku, adalah tunas penderitaan yang lain.
Merupakan makna konotasi dengan makna sesungguhnya yaitu sesuatu yang
dimenangkan (ujian yang dilewati) aka nada ujian lainnya yang timbul setelah
kemenangan itu, karena sejatinya kehidupan adalah suatu ujian agar kita bisa
belajar dan menjadi lebih baik.
2.4.4.2.2 Majas
57
Aku ingin mengambil segala yang kucintai darimu dan menemukannya
di diri orang lain yang mencintaiku. Pada kalimat ini adalah mempunyai majas
pleonasme.
2.4.4.2.3 Isotopi
1. Isotopi manusia
Kata/Frasa yang Denotasi/ Komponen makna Bersama
memiliki Isotopi Konotasi Insan Tindakan
Aku (5x) D +
Ingin (5x) D +
Perbedaan K +
hidupku D +
Ibuku D +
Yang lain D +
Mengambil K +
Segala (2x) K +
Kucintai D +
Darimu D +
Dari orang lain D +
Mencintaiku (2x) D +
Merampas K +
Tidurku K +
Mengincar K +
Senyumku D +
Disi mereka sendiri D +
Wajah D +
Menginginkan K +
Mereka D +
2. Isotopi Keadaan
Denotasi/Konotasi Komponen Makna Bersama
58
Kata/Frasa yang Abstrak Konkret
memiliki Isotopi
Berhenti D +
Berusaha D +
Menemukan (2x) K +
Antara K +
Tiba D +
Dimana D +
Kuhilangkan (2x) K +
Merasa D +
Memenangkan D +
Kemenangan K +
Penderitaan D +
Kehidupan D +
Berbunga K +
Jatuh D +
Tanpa merasa K +
Apa pun K +
Tersisa D +
Dipikiranku D +
Mengasihi D +
Musnah D +
3. Isotopi Waktu
Kata/Frasa yang Denotasi/ Komponen Makna Bersama
memiliki Isotopi Konotasi Saat Tindakan Jangka Waktu
Tindakan
Awal D +
Akhir D +
Atau waktu K +
4. Isotopi Ruang
Kata/Frasa yang Denotasi/ Komponen Makna Bersama
memiliki Isotopi Konotasi Terbuka Tertutup
Si suatu tempat K +
Di hutan D +
5. Isotopi Alam
Kata/Frasa yang Denotasi/Konotasi Komponen Makna Bersama
memiliki Isotopi Angkasa Bumi
Tunas D +
59
Pohon (2x) D +
2.4.5 Fragmen 5
Mereka yang hidup diluar hutan ini menginkan segala sesuatu. Mereka
tidak tahu apa yang sungguh mereka butuhkan. subjeknya yaitu Mereka dengan
predikat yaitu hidup dengan objek segala sesuatu lalu dengan keterangan yaitu
Mereka tidak tahu apa yang sungguh mereka butuhkan.
Mereka yang hidup diluar hutan ini menginkan segala sesuatu. Mereka
tidak tahu apa yang sungguh mereka butuhkan. Ini merupakan makna konotasi
dengan makna keserakahan yang mana ingin memiliki semua namun sebenarnya ga
ada yang mereka ingin.
60
Tetapi, kau tahu, menjadi perempuan yang kita inginkan berarti
berhadapan dengan pernyataan: siapa yang lebih jauh darimy, dirimu yang
pernah atau dirimu yang akan? Mereka menginkan jawaban dan segala yang
kuucapkan bukan jawaban— dalam kalimat ini merupakan makna sebenarnya
denotasi yaitu menjadi sesuatu yang sempurna di bebani pertanyaan siapa yang
lebih jauh dari sifat mu yang sesungguhnya atau akan seperti itu di kemudian hati,
tidak butuh jawaban melainkan tindakan.
2.4.5.2.2 Majas
Mereka yang hidup diluar hutan ini menginkan segala sesuatu. Mereka
tidak tahu apa yang sungguh mereka butuhkan. Ini merupakan majas pleonasme.
2.4.5.2.3 Isotopi
1. Isotopi Manusia
Kata/Frasa yang Denotasi/ Komponen Makna Bersama
memiliki Isotopi Konotasi Insan Tindakan
Mereka (4x) D +
Menginginkan (2x) K +
Tidak tahu K +
Butuhkan K +
Aku D +
Inginkan (2x) K +
Mengatakan K +
Perasaan bersalah K +
Kau tahu D +
Perempuan D +
Kita D +
Darimu (2x) D +
Jawaban (2x) D +
61
Kuucapkan D +
2. Isotopi Keadaan
Kata/Frasa yang Denotasi/Konotasi Komponen Makna Bersama
memiliki Isotopi Abstrak Konkret
Hidup D +
Segala sesuatu K +
Seluruh D +
Kemarahan K +
Kepedihanku D +
Tanpa dikejar- K +
kejar
Menjadi D +
Berhadapan D +
Lebih jauh K +
Yang pernah K +
Yang akan K +
Bukan K +
3. Isotopi Ruang
Kata/Frasa yang Denotasi/ Komponen Makna Bersama
memiliki Isotopi Konotasi Terbuka Tertutup
Di luar hutan D +
2.4.6 Fragmen 6
62
ditambahkan dengan keterangan orang-orang hanya sanggup mencintai diri
sendiri ketika mereka tidak sendiri. Bukan cinta, bukan cinta, namun kehilangan
yang menyatukan.
Mungkin kematian memang indah, tetapi ia datang pada saat tidak tepat.
Setelahnya: hanya kehilangan. Aku tidak menyebut kata ketakutan. subjeknya
adalah aku predikatnya adalah kematian dengan keterangan yaitu tetapi ia datang
pada saat tidak tepat. Setelahnya: hanya kehilangan.
Mungkin kematian memang indah, tetapi ia datang pada saat tidak tepat.
Setelahnya: hanya kehilangan. Aku tidak menyebut kata ketakutan. Ini
merupakan makna sebenarnya yaitu kematian itu indah namun jika waktunya tidak
tepat menjadi kepedihan dan kehilangan, namun bukan berarti aku takut.
Ketakutan bukan alasan yang baik untuk menggenggam atau melepaskan
63
sesuatu. Selanjutnya adalah yang ditakuti bukan alasan untuk menahan atau
menghilangkan sesuatu melainkan tabah dan iklash serta selalu berdoa.
2.4.6.2.2 Majas
Kalimat ke tigapuluh yaitu Kau pergi. Kau meninggalkan aku. Kau telah
mengatakannya dengan jelas: aku ingin mwmiliki Hei-hri ketika kau mencintai
dirimu sendiri. Merupakan majas tautotes. Kalimat ke tiga puluh satu adalah Kau
lupa:orang-orang hanya sanggup mencintai diri sendiri ketika mereka tidak
sendiri. Bukan cinta, bukan cinta, namun kehilangan yang menyatukan. Ini
merupakan majas repitisi.
2.4.6.2.3 Isotopi
1. Isotopi Manusia
Kata/Frasa yang Denotasi/ Komponen Makna Bersama
memiliki Isotopi Konotasi Insan Tindakan
Kau (6x) D +
Pergi D +
Meninggalkan K +
Aku (3x) D +
Mengatakannya K +
Ingin D +
Memiliki D +
Mencintai (2x) D +
Dirimu D +
Sendiri (2x) D +
Lupa K +
Orang-orang D +
Mereka D +
Tidak sendiri K +
Ia D +
Menyebut K +
Menggenggam K +
Melepaskan K +
2. Isotopi Keadaan
Kata/Frasa yang Denotasi/ Komponen Makna Bersama
memiliki Isotopi Konotasi Abstrak Konkret
Telah K +
64
Dengan jelas K +
Hanya sanggup D +
Bukan cinta (2x) D +
Kehilangan (2x) K +
Yang menyatukan K +
Mungkin K +
Kematian D +
Memang indah K +
Datang D +
Ketakutan (2x) K +
Bukan alasan D +
Yang baik D +
3. Isotopi Waktu
Kata/Frasa yang Denotasi/ Komponen Makna Bersama
memiliki Isotopi Konotasi Saat Tindakan Jangka Waktu
Tindakan
Hari-hari D +
Ketika (2x) D +
Pada saat tidak K +
tepat
Setelahnya K +
2.4.7 Fragmen 7
Ada terlalu banyak luka dalam diriku, tetapi kau bukan salah satu
penyebab. Aku tidak luka karena kepergianmu. Seseorang tidak memerlukan
luka untuk dicintai. Aku lalu dengan predikat yaitu luka dan dengan keterangan
yaitu Seseorang tidak memerlukan luka untuk dicintai..
65
keterangannya adlaah Ia melakukannya bukan karena melihat waktu layu. Ia
ingin menginginkan pagi mekar lebih cerah dengan objeknya yaitu ibu.
Apakah kau meinggalkanku untuk tujuan yang sama subjek yaitu kau
dengan predikat meinggalkanku dengan keterangan tujuan yang sama?.
Ada terlalu banyak luka dalam diriku, tetapi kau bukan salah satu
penyebab. Aku tidak luka karena kepergianmu. Seseorang tidak memerlukan
luka untuk dicintai. Ini merupakan makna sebenarnya yang mana luka memang
banyak dalam diriku namun kamu bukan penyebab luka itu, aku tidak sedih atau
sakit dengan kepergianmu namun kenapa harus ada luka jika ingin di cintai.
Apakah kau meinggalkanku untuk tujuan yang sama? Pada kalimat ini
merupakan kalimat denotasi dengan arti nya tujuan sama untuk meninggalkan ku
66
Kadang-kadang aku terlalu lelah dan kau terlampau jauh untuk ku
jangkau. Kadang aku terlalu lelah dan tanganmu berada paling lembut yang
pernah menyentuh rambutku. Ini merupakan kalimat konotasi yang makna nya
adalah lelah dan frusasi untuk di dekati, tapi disaat lelah kamu selalu ada untuk
menolong ku..
2.4.7.2.2 Majas
Pada kalimat ke tigapuluh empat yaitu Ada terlalu banyak luka dalam diriku,
tetapi kau bukan salah satu penyebab. Aku tidak luka karena kepergianmu.
Seseorang tidak memerlukan luka untuk dicintai. Ini merupakan majas alegori.
Kalimat selanjutnya adalah Cinta lahir untuk membetulkan suatu yang salah . ia
datang unuk mencegah hal-hal lain meledak. Ini merupakan majas hiperbola.
. Selanjutnya Pada kalimat ke tigapuluh enam yaitu Dulu setiap hari aku
menyaksikan ibu menyiram sore di halaman. Ia melakukannya bukan karena
melihat waktu layu. Ia ingin menginginkan pagi mekar lebih cerah. Merupakan
majas simbolik. Selanjutnya pada kalmat ke tigapuluh tujuh yaitu apakah kau
meinggalkanku untuk tujuan yang sama? Pada kalimat ini merupakan majas
retorik.
2.4.7.2.3 Isotopi
1. Isotopi Keadaan
Kata/Frasa yang Denotasi/ Komponen Makna Bersama
memiliki Isotopi Konotasi Abstrak Konkret
Ada D +
Terlalu banyak K +
Luka (2x) D +
Bukan salah satu K +
Penyebab D +
kepergianmu D +
Tidak terluka K +
Tidak memerlukan D +
Cinta D +
Lahir D +
Tidak untuk K +
Yang telah rusak K +
67
Hal-hal lain K +
Lebih cepat K +
Terlalu lelah (2x) K +
Terlampau jauh K +
Untuk kujangkau K +
Paling lembut K +
Yang pernag K +
Menyentuh D +
2. Isotopi Manusia
Kata/Frasa yang Denotasi/ Komponen Makna Bersama
memiliki Isotopi Konotasi Insan Tindakan
Diriku D + -
Kau (3x) D + -
Aku (4x) D + -
Seseorang D + -
Dicintai D - +
Membetulkan K - +
Ia (3x) D + -
Datang D - +
Mencegah K - +
Meledak K - +
Menyaksikan K - +
Ibu D + -
Menyiram K - +
Melakukannya K - +
Melihat K - +
Menginginkan K - +
Meninggalkan D - +
Tanganmu D + -
Rambutku D + -
3. Isotopi Waktu
Kata/Frasa yang Denotasi/ Komponen Makna Bersama
memiliki Isotopi Konotasi Saat Tindakan Jangka Waktu
Tindakan
Dulu D - +
Setiap hari D - +
Sore D + +
Waktu K - +
Pagi D + +
68
Kadang-kadang K - +
(2x)
4. Isotopi Ruang
Kata/Frasa yang Denotasi/ Komponen Makna Bersama
memiliki Isotopi Konotasi Terbuka Tertutup
Di halaman D + -
2.4.8 Fragmen 8
Aku tahu siapa aku. --Aku-- subjek, --tahu-- predikat, --siapa aku.-- objek.
Aku pergi demi merebut diriku kembali dari tangan para pencuri. --Aku--
subjek, --pergi--predikat, --demi merebut diriku kembali dari tangan para
pencuri.-- keterangan keadaan.
Aku kehilangan kau, aku tahu karena aku tidak pernah kehilangan diriku. –
Aku-- subjek, --kehilangan-- predikat, --kau,-- objek, --aku tahu karena aku tidak
pernah kehilangan diriku.-- keterangan keadaan.
69
Seluruh gerak-gerik pohon adalah nyanyian dari mana aku senantiasa
mendengar suaramu dan namaku. --Seluruh gerak-gerik pohon adalah
nyanyian dari mana-- keterangan keadaan, --aku-- subjek, --senantiasa
mendengar-- predikat, --suaramu dan namaku.-- pelengkap.
Aku kehilangan aku, aku tahu, tetapi aku tidak pernah kehilangan kita. --
Aku-- subjek, --kehilangan-- predikat, --aku,-- objek, --aku tahu, tetapi aku tidak
pernah kehilangan kita.-- pelengkap.
Kalimat pertama ini mengandung makna denotasi. Mereka keliru mengira aku
menjauhi rumah untuk mencari diriku. Maksud dari menjauhi ruman untuk
mencari diriku itu lari dari sebuah masalah dan mencoba tidak menanggapi
permasalahan yang sedang terjadi.
Kalimat kedua ini juga mengandung makna denotasi. Aku tahu siapa aku. Ya
aku lirik sadar terhadap dirinya sendiri. Ia berusaha meyakinkan kepada orang lain
bahwa inilah aku.
Kalimat keempat, mengandung makna denotasi. Aku bukan pencari. Aku lirik
menegaskan bahwa dirinya bukanlah seseorang yang mudah melupakan sesuatu
apalagi jika hal itu merupakan hal berharga. Ia bukan seseorang yang dengan mudah
dapat begitu saja lupa akan apa yang terjadi dalam kehidupannya.
70
Kalimat kelima ini mengandung makna denotasi. Aku pergi demi merebut
diriku kembali dari tangan para pencuri. Aku lirik menegaskan dalam kalimat ini
ia bertekad untuk menemukan jati dirinya dihadapan orang-orang yang ia sebut
para pencuri.
Kalimat ketujuh mengandung makna denotasi. Aku kehilangan kau, aku tahu
karena aku tidak pernah kehilangan diriku. Aku lirik menjelaskan bahwa ia
kehilangan kau disini, seperti ia kehilangan belahan jiwanya. Separuh hatinya. Tapi
lagi-lagi aku lirik pun meyakinkan dirinya aku tidak kehilangan kau maupun diriku.
Keduanya ada dalam diriku.
2.4.8.2.2 Majas
Kalimat ketujuh ini merupakan majas simbolik. Yang artinya dalam kalimat
tersebut menggunakan perumpamaan tumbuhan, hewan, atau lainnya Seluruh
71
gerak-gerik pohon adalah nyanyian dari mana aku senantiasa mendengar
suaramu dan namaku.
2.4.8.2.3 Isotopi
1. Isotopi Manusia
Komponen Makna
Kata/ Frase yang Denotasi/
Bersama
Memiliki Isotopi Konotasi
Insan Tindakan
mereka (3x) D + -
Keliru K - +
Mengira K - +
aku (5x) D + -
siapa aku d/k + -
perempuan (2x) d/k + -
para pencuri K - +
pikiran-pikiran lama K - +
siasat jahat K - +
Namaku K + -
2. Isotopi Keadaan
Komponen Makna
Kata/ Frase yang Denotasi/
Bersama
Memiliki Isotopi Konotasi
konkrit Abstrak
menjauhi rumah - +
mencari diriku - +
aku tahu (4x) +
72
tahu diri - +
aku pergi + -
merebut diriku + -
Kembali + -
menyembunyikannya - +
kehilangan kau - +
tidak pernah (2x) + +
kehilangan diriku - +
Gerak-gerik pohon + -
Memantulkan + -
Mengalirkan + -
dari ketinggian + -
kehilangan aku - +
kehilangan kita - +
4. Isotopi Ruang
Komponen Makna
Kata/ Frase yang Denotasi/
Bersama
Memiliki Isotopi Konotasi
terbuka Tertutup
73
dibalik selubung K + -
Sungau D + -
dari mana aku K - -
dimana kau K - -
5. Isotopi Alam
Komponen Makna
Kata/ Frase yang Denotasi/
Bersama
Memiliki Isotopi Konotasi
Angkasa Bumi
Bulan D + +
Sungai D - +
Pohon D - +
2.4.9 Fragmen 9
Aku tidak tahu bagaimana kau melakukannya. --Aku-- subjek, --tidak tahu--
predikat, --bagaimana kau melakukannya.-- keterangan keadaan.
Betapa berat menjadi tetap ada dan tidak terlihat. --Betapa berat-- keterangan,
--menjadi-- predikat, --tetap ada dan tidak terlihat.-- objek.
74
Orang-orang di kota (yang terbuat dari masa lalu) gemar menyimpulkan
perasaan orang lain. --Orang-orang di kota-- subjek, --(yang terbuat dari masa
lalu)-- keterangan waktu, --gemar menyimpulkan-- predikat, --perasaan orang
lain.-- objek.
Aku tidak tahu bagaimana kau melakukannya. --Aku-- subjek, --tidak tahu--
predikat, --bagaimana kau melakukannya.-- keterangan.
Kalimat pertama ini mengandung makna denotasi. Aku tidak tahu bagaimana
kau melakukannya. Aku lirik mengungkapkan kebingungannya kepada sosok kau
yang sedang melakukan sesuatu tapi aku lirik tidak mengerti bagaimana bisa kau
tersebut melakukan hal itu.
Kalimat kedua mengandung makna denotasi. Betapa berat menjadi tetap ada
dan tidak terlihat. Aku lirik seperti sedang berusaha akan selalu ada dalam keadaan
apapun tapi usahanya tidak sebanding dengan perlakuan yang ia terima. Seperti
tidak dianggap semua usahanya selama ini.
Kalimat ketiga ini mengandung makna konotasi. Kau memindahkan hutan dan
binatang-binatang liar ke dalam diriku. Aku lirik menjelaskan bahwa tokoh kau
75
membuatnya menjadi liar. Seperti bukan dirinya yang biasa. Kau disini seperti
membawa perubahan besar terhadap diri aku lirik.
76
Kalimat kesepuluh mengandung frasa penegasan dari kalimat kedua
sebelumnya di bagian Betapa berat menjadi tidak terlihat, hanya saja frasa
selanjutnya mengungkapkan hal berbeda dari kalimat kedua, dan tetap
menyilaukan pikiranku. Sosok kau disini benar-benar membuat aku lirik sangat
kacau dengan hanya memikirkannya saja.
2.4.9.2.2 Majas
Pada kalimat keempat Kau mengubah mataku menjadi sungai (dan batu-batu
pendiam di kedalaman)—juga langit dan benda-benda penyendiri yang tetap
bercahaya dari ketinggian menggunakan majas personifikasi yang artinya sesuatu
yang dibandingkan dengan seolah-olah memiliki sifat seperti manusia. Pada bagian
ini --batu-batu pendiam-- dan --benda-benda penyendiri—yang menjadi
alasannya.
Pada kalimat ketujuh Kesedihan adalah bumi adalah tempat yang sepi sangat
jelas jika kalimat ini menggunakan majas asosiasi. Artinya aku lirik membuat
pembaca beranggapan bumi adalah tempat orang-orang bersedih. Padahal tidak
sama makna kata kesedihan, bumi dan tempat yang sepi.
2.4.9.2.3 Isotopi
1. Isotopi Manusia
77
Komponen Makna
Kata/ Frase yang Denotasi/
Bersama
Memiliki Isotopi Konotasi
Insan Aktivitas
aku (2x) D + -
kau (3x) D + -
ke dalam diriku K - +
Mengubah D - +
Pendiam d/k + -
Penyendiri d/k + -
orang-orang di kota d/k - +
Gemar D - +
menyimpulkan K - +
Perasaan D + -
orang lain D + -
Katamu D - +
mereka (3x) D + -
Membuat K - +
Menghias K - +
Merayakan K - +
Pikiranku D + -
2. Isotopi Keadaan
Komponen Makna
Kata/ Frase yang Denotasi/
Bersama
Memiliki Isotopi Konotasi
Abstrak Konkrit
tidak tahu (2x) d/k + +
bagaimana (2x) K - +
melakukannya (2x) K - +
betapa berat (2x) D + -
78
tetap ada d/k + -
tidak terlihat (2x) D + +
Memindahkan K - +
menjadi (5x) D - +
tetap bercahaya K - +
dari ketinggian K - +
yang terbuat K - +
dari masa lalu D + -
yang berusaha K + -
Kesedihan D + -
tempat yang sepi K - +
Biarkan K + -
Kesunyian d/k + -
masing-masing d/k + -
3. Isotopi Alam
Komponen Makna
Kata/ Frase yang Denotasi/
Bersama
Memiliki Isotopi Konotasi
Angkasa Bumi
Hutan d - +
binatang-binatang liar d - +
Sungai d - +
batu-batu d - +
di kedalaman k - +
Langit d/k + -
Indah k + +
Bumi d/k - +
Menyilaukan k + -
79
4. Isotopi Anggota Tubuh
Komponen Makna
Kata/ Frase yang Denotasi/ Bersama
Memiliki Isotopi Konotasi Dapat Dapat
dilihat dirasakan
Mataku D + -
air mata D - +
Tangan d/k + -
5. Isotopi Benda
Komponen Makna
Kata/ Frase yang Denotasi/
Bersama
Memiliki Isotopi Konotasi
3 dimensi 2 dimensi
benda-benda K + -
barang-barang K + -
2.4.10 Fragmen 10
Anjing itu jadi pemburu dan menanti sampai kepadaku. --Anjing itu jadi
pemburu-- keterangan keadaan, --dan menanti-- predikat, --sampai kepadaku.--
objek.
80
Aku dan bayangan-bayangan pohon (dan kau di tempat tidak terjangkau)
menunggu waktunya pikiran-pikiran lama membakar dan mengabukan diri
sendiri. --Aku dan bayangan-bayangan pohon (dan kau-- subjek, --di tempat
tidak terjangkau)-- keterangan tempat, --menunggu-- predikat, dan --waktunya
pikiran-pikiran lama membakar dan mengabukan diri sendiri.-- keterangan
waktu.
Dan, kita tahu selalu tersedia lebih dari satu cara menghancurkan dan
menghidupkan kembali pertanyaan. --Dan, kita-- subjek, --tahu selalu tersedia--
predikat, --lebih dari satu cara menghancurkan dan menghidupkan kembali
pertanyaan.-- keterangan.
Kalimat pertama ini mengandung makna denotasi. Semua orang hidup untuk
menanti. Karena kalimat ini jelas menjelaskan bahwa setiap orang memang hidup
untuk menunggu sesuatu yag diinginkannya.
81
Anjing itu jadi pemburu dan menanti sampai kepadaku. Kalimat ketiga ini
memiliki makna konotasi. Bahwa sesungguhnya memang anjing itu bersifat
pemburu tapi tak mungkin ia menanti seseorang untuk hidupnya.
Dan, kita tahu selalu tersedia lebih dari satu cara menghancurkan dan
menghidupkan kembali pertanyaan. Kalimat keenam selanjutnya memiliki makna
konotasi. Aku lirik berusaha bertahan hidup dengan caranya selama ini, hanya saja
ia sendiri bingung untuk siapa dan untuk apa ia bertahan hidup selama ini.
Tetapi, mereka tidak berdiam dalam pikiran dan kata-kata. Kalimat ketujuh,
kalimat terakhir. Aku lirik membicarakan bahwa orang-orang di dunia selalu
mengungkapkan apa kehendaknya. Memiliki makna konotasi.
2.4.10.2.2 Majas
2.4.10.2.3 Isotopi
82
1. Isotopi Manusia
Komponen Makna
Kata/ Frase yang Denotasi/
Bersama
Memiliki Isotopi Konotasi
Insan Aktivitas
semua orang d + -
untuk menanti (2x) k - +
Ibuku d - +
memilih k - +
mengisi k - +
Ia k + -
ciptakan k - +
Kita k + -
jadi pemburu k - +
kepadaku k - +
Aku d + -
Kau d + -
menghancurkan k - +
membakar k - +
mengabukan k - +
diri sendiri d + -
menciptakan k - +
menghidupkan k - +
mereka d + -
2. Isotopi Keadaan
Komponen Makna
Kata/ Frase yang Denotasi/
Bersama
Memiliki Isotopi Konotasi
Konkrit Abstrak
hidup (2x) d/k + -
83
kekosongan d/k - +
sendiri d - +
sampai d + -
tidak terjangkau d + -
menunggu k - +
waktunya k + -
Lama d - +
dalam penantian k - +
Terus k + -
tumbuh d + -
sungguhkah d - +
sebaliknya k - +
Tahu d + -
selalu d - +
tersedia k + -
lebih dari satu d + -
kembali k - +
tidak berdiam k - +
3. Isotopi Ruang
Komponen Makna
Kata/ Frase yang Denotasi/
Bersama
Memiliki Isotopi Konotasi
Terbuka Tertutup
di balik pintu k - +
di tempat k - -
4. Isotopi Benda
84
Komponen Makna
Kata/ Frase yang Denotasi/ Bersama
Memiliki Isotopi Konotasi Dalam
Nyata
pikiran
Anjing d + -
bayangan-
d/k - +
bayangan
Pohon d - +
pikiran-pikiran d/k - +
dalam pikiran d/k - +
kata-kata d/k - +
pertanyaan (2x) d/k - +
5. Isotopi waktu
Komponen Makna
Bersama
Kata/ Frase yang Denotasi/
Jangka
Memiliki Isotopi Konotasi Sedang
waktu
tindakan
tindakan
masa lalu D - +
masa kini D + -
masa depan K - +
2.4.3 Pragmatik
2.4.4 Intertekstual
85
Another Trip to the Moon, film panjang pertama Ismail Basbeth, tidak
terkecuali. Selama delapan puluh menit durasi film, penonton dihadapkan dengan
adegan nonsens demi adegan nonsens. Pada satu adegan muncul anjing yang
diperankan manusia, lalu ada perempuan makan kelinci plastik, kemudian ada UFO
melintas dan mengangkat jenazah dari kuburan. Penonton juga disuguhkan
lompatan ruang dan waktu yang sukar dinalar. Pada paruh awal film kita mendapati
pemandangan kehidupan ala pra-sejarah; insan-insan berburu ikan di sungai,
mencari kayu di hutan, masak di api unggun. Pada paruh akhir film kita mengintip
potongan-potongan kehidupan domestik dalam sebuah rumah modern dengan
aksesoris Jawa; istri melayani suami, suami asyik sendiri, istri merawat anak.
Dari perjalanan Asa, kita mendapat sebuah sketsa tentang perwujudan diri.
Jagoan kita hanya benar-benar merasa komplit pada adegan pembuka film, ketika
ia terlelap bersama Laras dalam posisi yin dan yang. Keduanya melengkapi satu
sama lain, dan oleh karenanya Asa bahagia. Dari berburu ikan di sungai sampai
masak di api unggun, ia jalani dengan senyum. Setelah perempuan pujaannya tewas
tersambar petir, Asa tak lagi nampak tersenyum. Ia selalu menanti untuk digenapi
oleh orang lain—yang ibu Asa coba isi dengan seorang lelaki pilihan dan institusi
pernikahan.
Dari perjalanan Asa pula, kita mendapati perkembangan menarik dari cara
tutur Ismail Basbeth. Film-film pendek Basbeth cenderung berkomunikasi secara
kontekstual, selalu ada kesempatan bagi penonton untuk mencari padanan dari apa
yang penonton lihat dengan hal di luar sana. Film selalu bermula dengan sebuah
kejadian sehari-hari, yang saking biasanya kejadian itu kita sebagai penonton sudah
punya prasangka sendiri—laki-laki dan perempuan asyik masyuk di kursi belakang
bus dalam Shelter, perselingkuhan di sebuah hotel dalam Ritual, debat persiapan
86
nikah dalam 400 Words, dan percakapan saat nonton film dalam Who the Fuck is
Ismail Basbeth?. Beberapa menit dan trik visual kemudian, barulah kita penonton
diminta atau dipaksa untuk berpikir ulang tentang prasangka kita di awal film.
Memang ada saja elemen-elemen dalam Another Trip to the Moon yang
mengingatkan kita akan hal-hal di luar sana. Anjing-setengah-manusia yang
mengintai Asa mengingatkan akan legenda Dayang Sumbi, UFO yang mengangkat
jenazah Laras mengingatkan akan gambaran superior being dalam film-film sains-
fiksi, ritual pemanggil petir yang dilakukan ibu Asa mengingatkan akan ritual santet
di nusantara, dan sebagainya. Tapi, dalam Another Trip to the Moon, semuanya
hadir tanpa beban-beban kontekstual tersebut. Mereka hadir sebagai dirinya sendiri
dan tidak merujuk ke mana-mana, kecuali ke dunia yang dibangun Ismail Basbeth.
87
Tak dapat dipungkiri bahwa realita manasuka dalam Another Trip to the
Moon, entah sengaja atau tidak, menghadirkan suaka tersendiri bagi pembuat film.
Segala upaya pemaknaan akan selalu kandas pada alasan “ah itu kan permainan
simbolik saja” atau “kembali ke penonton masing-masing”. Pada akhirnya, satu-
satunya hal yang semua penonton bisa nikmati dari Another Trip to the Moon
adalah perpaduan gerak pemain dan elemen sinematik yang memang apik itu. Lebih
dari itu, ya, kembali ke penonton masing-masing.
B. Pembahasan
2.5 Ciri-ciri Kesedihan Puisi “CINTA YANG MARAH” fragmen 7
Hubungan antara puisi dengan benang merah disini tuh dapat dilihat dari
beberapa diksi yang ada diantaranya: airmata, perpisahan, dan meninggalkan. Dari
keempat diksi disini termasuk ke dalam tentang tema kesedihan, jadi puisi tersebut
mengandung kesedihan karena adanya diksi Kesedihan yang terdapat pada puisi
"Cinta Yang Marah" pada fragmen ketujuh ini terdapat pada kalimat ketiga "aku
membayangkan sepotong langit akan menyerap air mata kau" dan kalimat keempat
"sementara air mata akan menguap ke langit yang sepotong lagi sesaat kemudian
hujan berjatuhan karena sedih" kalimat ini tertuju kepada seseorang yang sedang
merasakan kesedihan pada dirinya yang hendak ditinggalkan oleh kekasihnya.
Ciri kesedihan pada puisi menikmati akhir pekan terdapat dilihat pada
kalimat pertama yang berbunyi / aku benci berada diantara orang-orang yang
bahagia/ pada kalimat tersbut sebenarnya mengandung makna kesedihan yang
ditunjukkan aku lirik yang tidak senang akan keberadaan orang-orang bahagia.
Mengapa demikian, karena menurut aku lirik orang-orang yang bahagia banyak
melakukan sandiwara seakan-akan dia merupakan sutradara kehidupan. Hal
tersebut dijelaskan pada bait kedua, ketiga dan keempat (masukkin git). Aku lirik
88
menyampaikan emosionalnya akan kejenuhan terhadap orang-orang yang
memanipulasi keadaan dengan penuh kepura-puraan. Dikaitkan dengan kehidupan
zaman sekarang yang begitu banyak terjadinya perubahan baik dari diri manusia,
tingkah laku, dan lingkungannya yang terbawa arus modernisasi sehingga
melupakan tujuan hidupnya. Kemudian pada kalimat kelima yang berbunyi " aku
senang berada diantara orang-orang yang patah hati menunjukkan kesedihan yang
terdapat didalam kata patah hati. Aku lirik dalam kalimat tersebut menunjukkan
perasaan penyair yang cenderung memperlihatkan bahwa orang-orang yang patah
hati lebih jujur, apa adanya atau tidak mengada-ngada, dan mempunyai tujuan yang
jelas dalam hidupnya. Hal tersebut dijelaskan pada bait keenam Mereka tidak
banyak bicara, jujur dan berbahaya, ketujuh Mereka tahu apa yang mereka cari.,
dan kedelapan Mereka tahu diri mereka ada yang telah dicuri. Aku lirik pada puisi
menganggap bahwa sejujur-jujurnya manusia adalah manusia yang patah hati.
Meskipun orang-orang yang patah hati digelumuti oleh kesedihan, beban hidup,
penderitaan, namun mereka tidak kehilangan tujuan hidupnya serta hidup apa
adanya.
Dengan demikian, dapat ditarik benang merah yang terdapat didalam puisi
menikmati akhir pekan yaitu " kesedihan". Kesedihan yang dotunjukkan penyair
pada aku lirik merujuk kepada keadaan atau perubahan sikap manusia zaman
sekarang yang kehidupannya penuh dengan drama dengan meniadakan kejujuran.
Ciri kesedihan yang terdapat pada puisi ini, salah satunya ada pada
penggalan kalimat kedua --Ke semua tempat kuseret tubuh sendiri sebagai
petualang tersesat—bahkan di negeri jauh tempat aku lahir dan seorang
perempuan mengajariku tersenyum kepada diri sendiri. Kalimat tersebut dapat
diartikan bahwa seseorang atau diri aku lirik tersebut merasa hidupnya begitu
menyedihkan. Selama hidupnya, ia tak memiliki tujuan. Tujuan untuk menetap
maupun untuk hidup. Yang ia ingat sepenggal pesan daris eorang perempuan yang
89
mungkin pernah hadir dihidupnya dan mengajarkannya untuk tersenyum walaupun
hidup itu menyakitkan.
Tidak hanya itu, di kalimat ketiga pun Tidak pernah ada rumah. Tidak ada.
Cuma ada mimpi buruk yang sekali waktu terburu-buru membangunkan dan
meminta aku pergi. Kalimat ini begitu kentara pada frasa mimpi buruk, seolah aku
lirik benar-benar tak dapat merasa tenang maupun bahagia barang sedikit atau
sebentar pun. Dirinya selalu dikejar-kejar oleh kenangan masa lalu yang pahit yang
entah mengapa tak bisa ia hilangkan ketika ingatan itu datang kembali dalam
tidurnya.
90
2.8 Ciri-ciri Kesedihan Puisi “Perempuan yang Mencintai Perempuan
Lain”
91
BAB 3
SIMPULAN
Kesimpulan
Saran
92
Banyak kekurangan dan mungkin terlewat oleh kami sebagai pengkaji.
Bahkan mungkin ada beberapa hal yang menurut pembaca, diluar akal artinya
pembaca memiliki pendapat lain. Semakin banyak kajian yang tercipta dengan
bahan yang sama, semakin banyak pula ilmu yang dapat dikembangkan oleh yang
lainnya.
93
Daftar Pustaka
94
Lampiran
7
suatu siang di sebuah kamar aku diam di depan sepasang jendela
kembar yang membagi langit berwarna biru cerah menjadi dua
sambil sekali lagi mendengar kau merencanakan perpisahan
Menikmati
Akhir
Pekan
Aku benci berada di antara orang- anak kecil dalam diri mereka.
orang yang bahagia. Mereka bicara Aku senang berada di antara
tentang segala sesuatu, tapi kata- orang-orang yang patah hati.
kata mereka tidak mengatakan Mereka tidak banyak bicara, jujur,
apa-apa. Mereka tertawa dan dan berbahaya. Mereka tahu apa
menipu diri sendiri menganggap yang mereka cari. Mereka tahu
hidup mereka baik-baik saja. dari diri mereka ada yang telah
Mereka berpesta dan membunuh dicuri.
95
Tidak pernah ada rumah. Tidak ada.
Cuma ada mimpi buruk yang sekali waktu
terburu-buru membangunkan dan meminta
aku pergi. Membelahku. Mengubah ingatan
jadi hukuman. Meletakkan jiwaku di antara
keinginan dan keengganan kembali, di antara
perkara-perkara yang mungkin dan tidak
mungkin selesai.
Di hutan, katamu, tidak ada masa lalu—dan masa depan, jika kita
kuat, adalah masa kini yang selalu. Orang-orang di luar hutan
berpikir dan hidup dengan cara-cara lama. Aku tidak ingin jadi
batu yang tidak tahu dirinya batu. Aku tidak ingin jadi langit
yang tidak tahu warna dasarnya.
2
2.
Sungai kering. Ranting-ranting pohon kering. Aku berbaring
di atas batu melihat betapa lembut awan-awan yang melintas.
Dan, kekasih, kematian datang kepadamu tiba-tiba hendak
mengusirku dari hutan ini. Tidak. Kepergianmu memintaku
pulang ke rumah dan rahim yang setengah mati hendak
kusingkirkan dari ingatan. Tidak.
3.
Di hutan ini terlalu banyak pohon dan di luar sana tidak ada
yang menunggu selain pengabdian di telunjuk ibuku dan
dendam yang terpendam di dada anjing itu. Anjing itu, anjing
itu, ingin menyeret aku kembali ke masa silam—ia ingin tetap
jadi penguasa demi menyambung hidup dan kehendak lain
yang lebih jahat dalam dirinya
4.
Aku ingin berhenti berusaha menemukan perbedaan antara
awal dan akhir. Aku ingin tiba di suatu (atau waktu?) di
mana hidupku kehilangan segala dan aku merasa memenangkan
sesuatu.
3
menemukannya di diri orang lain yang mencintaiku.
5.
6.
Kau pergi. Kau meninggalkan aku. Kau telah
mengatakannya dengan jelas:aku ingin kau memiliki
hari-hari ketika kau mencintai dirimu sendiri. Kau
lupa: orang-orang hanya senaggup emncintai diri
sendiri ketika mereka tidak sendiri. Bukan cinta,
bukan cinta, namun kehilangan yang menyatukan.
7.
Ada terlalu banyak luka dalam diriku, tetapi kau bukan salah satu
penyebab. Aku tidak terluka karena kepergianmu. Seseorang
tidak memerlukan luka untuk dicintai. Cinta lahir tidak untuk
membetulkan sesuatu yang telah rusak. Ia datang untuk
4
mencegah hal-hal lain meledak.
8.
Mereka keliru mengira aku menjauhi rumah
untuk mencari diriku. Aku tahu siapa aku.
Perempuan tahu diri mereka perempuan.
Aku bukan pencari. Aku pergi demi merebut
diriku kembali dari tangan para pencuri.
Aku tahu mereka menyembunyikannya di
balik selubung pikiran-pikiran lama dan
siasat jahat.
Aku kehilangan aku, aku tahu, tetapi aku tidak pernah kehilangan
kita.
9.
Aku tidak tahu bagaimana kau melakukannya. Betapa berat
menjadi tetap ada dan tidak terlihat. Kau memindahkan hutan
dan binatang-binatang liar ke dalam diriku. Kau mengubah
mataku menjadi sungai (dan batu-batu pendiam di kedalaman)—
juga langit dan benda-benda penyendiri yang tetap bercahaya
dari ketinggian.
5
mata. Kesedihan adalah bumi adalah tempat yang sepi. Biarkan
mereka menghias dan merayakan kesunyian mereka masing-
masing.
10.
Dan, kita tahu selalu tersedia lebih dari satu cara menghancurkan
dan menghidupkan kembali pertanyaan. Tetapi, mereka tidak
berdiam dalam pikiran dan kata-kata