Anda di halaman 1dari 103

Kesedihan dalam Puisi-Puisi M.

Aan Mansyur
Analisis Pendekatan Semiotika
Disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Kajian Puisi Indonesia
Dosen pengampu Dian Hartati, S.S., M.Pd.

disusun oleh:
Kelompok 3
Kelas 3 E
Aldo Gunawan 1710631080023
Dewi Murni 1710631080045
Gita Rachmasari Apandi 1710631080069
Kevin Maulana 1710631080086

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2018
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT. atas segala Rahmat dan hidayahnya,
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun
isinya yang mungkin sangat sederhana.

Selawat serta salam terlimpah curahkan kepada Nabiyyana WaNabiyyana


Muhammad Saw. Makalah yang tersusun berjudul ‘Kesedihan dalam Puisi-Puisi
M. Aan Mansyur: Analisis Pendekatan Semiotika’. Tujuan disusunnya makalah ini
yaitu untuk mengkaji puisi-puisi M. Aan Mansyur yang mengandung kesedihan
serta memahami serta menganalisis menggunakan pendekatan semiotika.

Demikian, makalah ini masih banyak kekurangan dalam segi penyusunan


maupun kelengkapan isi makalah. Oleh karena itu, kami harapkan kepada para
pembaca untuk memberikan masukan dan kritikan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat
dipergunakan sebagai salah satu pedoman dan juga berguna untuk menambah
pengetahuan dan wawasan yang luas bagi para pembaca dan khususnya bagi pecinta
puisi Indonesia.

Karawang, Desember 2019

Penyusun

i
Daftar Isi

Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab 1 Pendahuluan
Latar Belakang .......................................................................................................1
Penyair dan Karyanya ............................................................................................2
Kajian Pustaka .......................................................................................................3
Rumusan Masalah ..................................................................................................9
Bab 2 Pembahasan
A.Temuan ............................................................................................................11
2.1 Kajian Semiotika Puisi “CINTA YANG MARAH” Fragmen 7 ..............11
2.2 Kajian Semiotika Puisi “Menikmati Akhir Pekan” ..................................18
2.3 Kajian Semiotika Puisi “AKU TIDAK PERNAL BETUL-BETUL
PULANG”.......................................................................................................33
2.4 Kajian Semiotika Puisi “Perempuan yang Mencintai Perempuan Lain” .42
B. Pembahasan .....................................................................................................88
2.5 Ciri-ciri Kesedihan Puisi “CINTA YANG MARAH” Fragmen 7 ...........88
2.6 Ciri-ciri Kesedihan Puisi “Menikmati Akhir Pekan” ...............................88
2.7 Ciri-ciri Kesedihan Puisi “AKU TIDAK PERNAH BETUL-BETUL
PULANG”.......................................................................................................89
2.8 Ciri-ciri Kesedihan Puisi “Perempuan yang Mencintai Perempuan Lain .91
2.9 Makna Kesedihan dari empat puisi ...........................................................91
Bab 3 Simpulan
Kesimpulan ..........................................................................................................92
Saran ....................................................................................................................92
Daftar Pustaka ........................................................................................................94
Lampiran ................................................................................................................95

ii
Bab 1
Pendahuluan

Latar belakang

Membahas tentang karya sastra tentu sudah tidak asing di berbagai


kalangan. Dimana karya sastra memiliki eksistensi yang tinggi dapat mengjangkau
segala sesuatu dari berbagai dimensi atau bisa disebut dengan multidimensi.
Meskipun karya sastra banyak dikenal, tapi tak sedikit orang yang tidak mengetahui
seperti apa bentuk karya sastra dan bagaimana isinya. Secara etimologis, sastra
berasal dari bahasa sansekerta, dibentuk dari kata shastra yang berarti “teks yang
mengandung intruksi” atau “pedoman”. Adapun menurut para ahli Menurut Taum
(1997: 7), sastra adalah karya cipta atau fiksi yang bersifat ‘imajinatif’ atau sastra
adalah penggunaan bahasa yang indah dan berguna yang menandakan hal-hal lain.
Sedangkan menurut Eagleaton (1988: 4) mengungkapkan bahwa sastra adalah
karya tulisan yang halus (belle letters) yang mencatatkan bentuk bahasa harian
dalam berbagai cara dengan bahasa yang dipadatkan, di dalamkan, dibelitkan,
dipanjangtipiskan, dan diterbalikkan, dijadikan ganjil. Bersdasarkan pendapat para
ahli tersebut membuktikan bahwa sastra bersifat luas dan bebas, sebab dalam proses
kreatif menggunakan pemikiran yang sifatnya imajinatif tidak memiliki batas
tertentu dalam berkontemplasi. sastra akan menjadi sebuah karya ketika sastra itu
mengandung sebuah makna yang disebut sebagai karya sastra. Karya sastra tentu
sangat beragam, dimana memiliki banyak variasi yang dapat dilihat dari unsur fisik
maupun batin pembangunnya. sastra umumnya dibagi ke dalam tiga jenis yaitu
Prosa, Puisi, dan Drama. Pembahasan karya sastra kali ini adalah puisi.

Secara Etimologis, kata puisi dalam bahasa Yunani berasal dari poesis yang
artinya penciptaan. Dalam bahasa Inggris, padanan kata puisi ini adalah poetry yang
erat dengan –poet dan -poem. Mengenai kata poet, Coulter (dalam Tarigan, 1986:4)
menjelaskan bahwa kata poet berasal dari Yunani yang berarti membuat atau
mencipta. Adapun menurut Waluyo (1995: 25), Puisi adalah bentuk karya sastra
yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun

1
dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengkonsentrasian
struktur fisik dan struktur batinnya. Berbeda hal nya dengan pendapat Aminuddin
(2011: 134), Puisi diartikan membuat dan pembuatan karena lewat puisi pada
dasarnya seorang telah menciptakan suatu dunia tersendiri, yang mungkin berisi
pesan atau gambaran suasana-suasana tertentu, baik fisik maupun batiniah.
Berdasarkan pengertian sastra yang telah dikemukakan para ahli dapat disimpulkan
bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran, perasaan
(suasana) secara imajinatif, menggunakan bahasa yang kias dan mengandung
struktur fisik dan batiniah.

Puisi memiliki ragam yang begitu bervariasi, salah satunya adalah puisi
modern. Puisi modern cenderung sudah tidak terikat dengan kaidah-kaidah seperti
puisi lama. Salah satu penyair puisi modern yaitu M. Aan Mansyur. Puisi-puisi M.
Aan Mansyur menulis banyak puisi dengan tema yang berbeda-beda dan
keunikkannya masing-masing. Kali ini, kesedihan menjadi benang merah yang
dijadikan sebagai tema dari keempat puisi M. Aan Mansyur. Puisi-puisi tersebut
adalah, cinta yang marah fragmen 7 pada buku puisi cinta yang marah, puisi
menikmati akhir pekan pada buku kumpulan puisi melihat api bekerja, puisi aku
tidak pernah betul-betul pulang pada buku puisi tidak ada newyork hari ini, dan
puisi perempuan yang mencintai perempuan lain pada buku perjalanan lain menuju
bulan. Puisi-puisi tersebut dikaji menggunakan kajian analisis semiotika (ilmu
tanda) menurut salah satu ahli semiotika beserta aspek-aspek yang dikaji dalam
semiotika. Dengan demikian kajian analisi semiotika akan membantu
menyelesaikan kajian puisi M. Aan Mansyur secara spesifik.

Penyair dan Karyanya

M. Aan Mansyur, asal Bone, Sulawesi Sekatan adalah sosok penyair dibalik
puisi-puisi romantis di Film Ada Apa Dengan Cinta 2. Lahir pada 14 Januari 1982
sudah terkenal dalam dunia sastra Indonesia. Karya Aan Mansyur yang lain juga
cukup banyak, selain buku kumpulan puisinya yang berjudul Tidak Ada New York
Hari Ini yang sukses dikenal oleh masyarakat luas setelah salah satu puisinya
dibacakan dalam film AADC 2 ada juga Hujan Rintih-Rintih (2005), Aku Hendak

2
Pindah Rumah (2008), Cinta Yang Marah (2009), Sudahkah Kau Memeluk Dirimu
Hari Ini? (2012), Tokoh-tokoh yang Melawan Kita dalam Satu Cerita (2012), dan
Melihat Api Bekerja (2015). Selain menulis puisi, ia juga menulis cerita pendek.
Beberapa karyanya yaitu Perempuan, Rumah Kenangan (2007), Kukila (2012),
dan Lelaki Terakhir yang Menangis di Bumi (2015).

Kajian Pustaka

Menganalisis puisi memiliki tujuan memahami makna yang terkandung di


dalam puisi. Menganalisis puisi adalah usaha menemukan dan memberi makna
terhadap teks puisi yang dianalisi. Karya sastra itu merupakan struktur yang
bermakna. Struktur tersebut dapat ditemukan dari berbagai sudut pandang. Karya
sastra berkaitan dengan bahasa. Bahasa pada suatu karya sastra dijadikan sebagai
medium penyampaian pesan yang tersembunyi dibalik puisi.

Dalam konteks mengkaji, banyak cara untuk mengkaji dan memahami suatu
puisi sesuai dengan aspek yang dibutuhkan salah satunya adalah analisis semiotika.
Secara etimologis semiotika berasal dari bahasa Yunani “semion” yang berarti
“tanda”. Secara terminologis, semiotik dapat diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari sederetan peristiwa yang terjadi di seluruh dunia sebagai tanda.
Adapun menurut para ahli, Zoest (dalam Pilliang, 1999: 12) semiotika merupakan
ilmu yang mempelajari tentang tanda, berfungsinya tanda dan produksi makna.
Sedangkan menurut Teeuw (dalam Danesi 2010: 3) semiotika adalah model sastra
yang mempertanggungjawabkan semua faktor yang aspek hakiki untuk pemahaman
gejala sastra sebagai alat komunikasi yang khas di dalam masyarakat. Jadi,
semiotika secara garis besar ilmu yang mengupas berbagai tanda sehingga
menunjukkan bahwa tanda yang terdapat dalam karya sastra merupakan kandungan
makna.

Dalam sastra dikenal sebagai pendekatan semiotik. Pendekatan ini dilandasi


oleh pemikiran bahwa sisi kehidupan manusia dianggap sebagai sistem tanda
(Junus, 1985: 17). Tiap tanda itu mewakili konsep tertentu dan selanjutnya tiap
konsep itu membangun makna tertentu pula. Tanda itu tidak muncul begitu saja,

3
tetapi dilatarbelakangi oleh sejumlah konteks (situasi, budaya, dan ideologi). Dalam
kajian sastra, pendekatan semiotik merupakan perkembangan lebih lanjut dari
pendekatan strukturalisme (Junus, 1985: 17). Dengan pendekatan seperti itu,
sebuah puisi tidak hanya dilihat dari segi strukturnya saja tetapi akan dilihat sebagai
sebuah system yang komponen-komponennya bersama-sama membangun sebuah
makna.

Kajian analisis semiotika terdiri dari 4 komponen, yaitu:

1. Aspek Sintaktika

Aspek sintaktika merupakan aspek yang paling dasar dimana aspek


sintaktika dalam puisi merujuk kepada kalimat-kalimat yang terdapat didalam
setiap bait yang ada pada puisi. Sesuai dengan pengertian sintaktika sendiri yaitu
sintaktika adalah salah satu cabang linguistic yang membahas tentang pembentukan
sebuah kalimat. Secara etimologis, kata sintaktsis berasal dari bahasa yunani. Yaitu
sun yang berarti menempatkan. Jadi, berdasarkan kebahasaan sintaktika merupakan
menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. Selain
dari bahasa Yunani, sintaksis juga berasal dari bahasa Belanda yaitu syntaxis dan
dari bahasa inggris yaitu syntax. Menurut Ramlan (2001: 18) sintaksis berarti
bagaian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk wacana,
kalimat, klausa dan frase. Adapun menurut Hari Murti Kridalaksana (1953)
sintaksis adalah salah satu cabang yang membicarakan struktur kalimat, klausa, dan
frase. Sedangkan menurut Robert (1964: 11) sintaksis merupakan bidang tata
bahasa yang menelaah hubungan kata-kata dalam kalimat dan cara-cara menyusun
kata-kata dalam kalimat dan cara-cara menyusun kata-kata itu untuk membentuk
sebuah kalimat. Pengertian sintaksis sangat beragam sesuai dengan dari sudut
pandang apa menafsirkannya, namun pada dasarnya secara garis besar sintaksis
membahas dan mempelajari pembentukan sebuah kalimat.

Dalam sintaksis, kalimat adalah satuan bahasa berupa kata atau rangkaian
kata yang dapat berdiri sendiri dan menyatakan makna yag lengkap (Wikipedia).
Menurut Keraf (1984: 156) kalimat adalah satu bagian dari ujaran yang didahului

4
dan diikuti oleh kesenyapan, sedang intonasinya menunjukkan bagian ujaran itu
sudah lengkap. Sedangkan menurut Kridalaksana (2001: 92) kalimat merupakan
satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final, dan
secara actual, maupun potensial terdiri dari klausa; klausa bebas yang menjadi
bagian kognitif percakapan; satuan preposisi yang merupakan gabungan klausa atau
merupakan satu kalusa, uyang membentuk satuan bebas. Secara structural, kalimat
terdiri dari Subjek, Predikat, Objek, Keterangan dan Pelengkap (S P O Ket Pel).

2. Aspek Semantika

Dalam semiotika, aspek semantik merupakan aspek yang paling penting


dalam semiotik. Bahasa sebagai alat komunikasi merupakan suatu alat dan sistem
yang bersifat arbitrer dan konvensional. Hal tersebut memiliki arti bahwa bentuk
bahasa dan makna tidak terikat dengan aturan yang ada (bebas). Kebebasan tersebut
mengacu pada kesepakatan atau konvensional pengguna bahasa. Makna (semantik)
yang dijadikan sebagai objek kajian dalam semiotik tentu bersifat abstrak. Berbeda
halnya dengan aspek sintaktika yang mengkaji sebuah kalimat yang wujudnya
konkret serta memiliki unsur-unsur yang jelas. Namun, pada hakikatnya kegiatan
komunikasi selalu menggunakan bahasa. Kegiatan berbahasa itu sendiri merupakan
kegiatan mengekspresikan lambing-lambang bahasa untuk menyampaikan makna
yang terkandung di dalam lambang tersebut. dengan pengetahuan tersebut akan
memudahkan memahami lambang dan makna.

Secara etimologis, semantik berasal dari bahasa Yunani yaitu sema (kata
benda) yang berarti “menandai” atau “lambang”. Adapun menurut para ahli
Verhaar (2001) yang mengartikan bahwa semantik sebagai cabang linguistik
berfungsi meneliti arti atau makna. Sedangkan menurut Kridalaksana (2001: 1993)
bahwa pengertian semantik adalah bagian dari struktur bahasa yang berhubungan
dengan makna uangkapan dan dengan struktur makna suatu wicara. Makna adalah
maksud pembicaraan, pengaruh satuan bahasa dalam pemahaman persepsi, serta
perilaku manusia atau kelompok. Berbeda halnya dengan pendapat Chaer (1989:
60) bahwa pengertian semantik adalah hubungan antara kata dengan konsep atau
makna dari kata tersebut, serta benda atau hal yang merujuk oleh makna itu yang

5
berada diluar bahasa. Berdasarkan penjelasan dari berbagai pendapat, semantik
secara garis besar membahas tentang makna yang terdapat dalam suatu karya sastra.

Dalam semantik, terdapat berbagai komponen yang harus diteliti yaitu


sebagai berikut:

a. Makna Denotasi dan Konotasi

 Makna Denotasi merupakan kata/frase dalam suatu kalimat yang


mengandung makna sebenarnya (makna asli).
 Makna Konotasi merupakan kata/frase dalam kalimat yang mengandung
makna yang bukan sebenarnya (kiasan)

b. Majas

Kesulitan memahami suatu puisi dapat dilihat dari gaya bahasa yang
digunakan penyair. Dalam suatu puisi memiliki ragam gaya bahasa yang bervariasi
sesuai dengan karakteristik penyair. Gaya bahasa disebut juga dengan Majas. Majas
adalah gaya bahasa perumpamaan atau kiasan yang pada umumnya digunakan
untuk menguatkan suatu kesan suatu kalimat tertulis atau lisan dan menimbulkan
nuansa imajinatif bagi para penyimaknya. Bukan hanya dalam bahasa Indonesia,
majas dibuat dengan memanfaatkan kekayaan makna dari suatu bahasa. Macam-
macam majas juga ditemukan dalam banyak bahasa mulai dari bahasa Arab, bahasa
Jerman, bahasa Inggris, dan lainnya. Adapun jenis-jenis majas dibagi menjadi 4
macam yaitu,

 Majas perbandingan
 Majas pertentangan
 Majas sindiran
 Majas penegasan

Dari keempat jenis ragam majas tersebut didalamnya masih memiliki macam-
macam jenis majas yang dijadikan sebagai alat untuk membantu pengkaji dalam
mengklasifikasi dan membedakan majas-majas yang ada dengan spesifik.

c. Isotopi

6
Isotopi dalam semantik adalah suatu kata/frase yang akan diidentifikasi
sebagai sesuatu yang mewakili suatu gagasan. Adapun jenis-jenis isotopi sesuai
dengan pengkaji mengkategorikan kata/frase tersebut ke dalam isotopi yang mana,
contohnya isotopi manusia, isotopi alam, isotopi pronominal, keadaan, dan lain-
lain. Di dalam isotopi tersebut terdapat komponen-komponen yang menguji
kesesuaian secara spesifik. Misalnya, isotopi keadaan terdiri dari abstrak dan
konkret. Hal tersebut akan menunjukkan makna yang sesuai dengan kata/frase yang
ada pada puisi.

3. Aspek Pragmatik

Istilah pragmatik berasal dari kata pragmatika yang membahas tentang


hubungan antara ilmu tanda dan penggunanya. Menurut para ahli Wijana (1996: 2)
mengatakan bahwa semantik dan pragmatik adalah cabang-cabang ilmu bahasa
yang menelaah makna-makna satuan lingual, hanya saja semantik mempelajari
makna secara internal, sedangkan pragmatik mempelajari makna secara eksternal.
Sedangkan menurut Thomas (1995: 2) menyebut dua kecenderungan dalam
pragmatik terbagi menjadi dua bagian, pertama, dengan menggunakan sudut
pandang sosial, menghubungkan pragmatik dengan makna pembicara (speaker
meaning); dan kedua, dengan menggunakan sudut pandang kognitif,
menghubungkan pragmatik dengan interpretasi ujaran. Artinya pragmatik dalam
hal ini merupakan bagian dari mengkaji makna yang bersangukan dengan sudut
pandang penyair.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata yang dipakai untuk
mengganti orang atau benda; kata ganti seperti aku, engkau, dia. Sedangkan
menurut Wikipedia Bahasa Indonesia, Pronomina atau kata ganti adalah jenis kata
yang menggantikan nomina atau frasa nomina. Contohnya adalah saya, kapan, -
nya, ini. Nah, dari pernyataan di atas kita dapat menyimpulkan bahwa pronomina
adalah kata yang digunakan untuk menunjukan kata ganti terhadap subjek atau
objek tertentu.

7
Kata ganti orang adalah kata ganti yang hanya bisa digunakan untuk
menunjukan kata ganti orang. Pada pronomina persona terdapat kata ganti yang
menunjukan orang pertama seperti aku,saya dan ada kata ganti yang menggantikan
orang kedua seperti (anda, kamu) dan ada kata ganti yang menunjukan orang ketiga
seperti (ia, dia mereka). Semua kata ganti mempunyai kegunaan yang berbeda-beda
sesuai dengan konteks kalimatnya.

a. Kata Ganti Orang Pertama tunggal : saya, aku, daku, diriku.

Pronomina persona tunggal “saya” biasanya lebih sering digunakan dalam


kalimat yang lebih formal sehingga dapat menampakkan kesopanan, seperti dalam
pidato dan sambutan. kemudian kata ganti “aku, daku” biasanya digunakan dalam
kalimat yang sifatnya tidak formal dan lebih digunakan dalam pengungkapan hal
yang sifatnya pribadi, sehingga kata ganti tersebut dapat kita temukan dalam karya
sastra sepserti prosa, puisi, cerpen, novel dan lain-lain. Berikut ini adalah contoh
penggunaan pronomina tunggal.

b. Kata Ganti Orang Pertama jamak : kami

Kata ganti orang pertama jamak (lebih dari satu) adalah “kami”. Kata kami
sering digunakan dalam kalimat yang lebih formal, sama halnya dengan saya.
Perhatikan contoh berikut ini.

c. Kata Ganti Orang Kedua tunggal : kamu, anda

Kata ganti orang kedua sering digunakan untuk menyebut orang yang kita ajak
bicara. Perhatikan contoh di bawah ini.

d. Kata Ganti Orang Kedua jamak : kalian, anda

Kata ganti orang kedua jamak adalah kata ganti yang digunakan untuk orang
yang kita ajak bicara lebih dari satu (banyak). Kata anda dapat digunakan untuk
menyebut orang kedua tunggal dan jamak. Perhatikan contoh berikut ini.

e. Kata Ganti Orang Ketiga : dia, ia, beliau, mereka

8
Kata ganti orang ketiga adalah kata ganti yang digunakan untuk menyebut orang
yang dibicarakan. terdapat pengecualian bahwa kata ganti “ia” tidak hanya
digunakan untuk menyebut orang saja, tapi juga bisa digunakan untuk menunjuk
benda.

4. Intertekstual

Intertekstual merupakan kajian tentang hubungan suatu teks dengan teks


yang lain karena tidak ada teks karya sastra yang begitu saja lahir, melainkan
sebelumnya sudah ada karya sastra lainnya. Nurgiyantoro (2000: 50) menyatakan
dengan lebih khusus bahwa kajian intertekstual merupakan usaha untuk
menemukan aspek–aspek tertentu yang telah ada pada karya sastra sebelumnya
pada karya sastra yang muncul kemudian.

Kajian intertekstual berangkat dari asumsi bahwa kapan pun karya sastra
ditulis, ia tidak lahir dari kekosongan budaya (Riffatere dikutip Nurgiyantoro, 2000:
50). Unsur budaya, termasuk semua konvensi dan tradisi di masyarakat dalam
wujudnya yang khusus berupa teks–teks kesastraan yang ditulis sebelumnya.
Kajian ini menekankan bahwa suatu teks pada hakikatnya terdapat teks lain di
dalamnya.

Prinsip intertekstual ini berarti bahwa setiap teks sastra dibaca harus dengan
latar belakang teks–teks lain: tidak ada sebuah teks pun yang sungguh–sungguh
mandiri (Ratih, 2003: 126). Lebih lanjut, Ratna (2004: 175) juga mengatakan
bahwa tidak ada orisinalitas yang sungguh–sungguh dalam konsep interteks.
Sependapat dengan kedua pendapat tersebut, Handayani (2006: 10) menyatakan
bahwa setiap teks sastra yang dibaca pasti memiliki latar belakang teks–teks
lainnya.

Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah kami paparkan sebelumnya, kami merumuskan
beberapa rumusan masalah sebagai berikut.

9
1. Apa saja yang di dapat dari analisis semiotik puisi “CINTA YANG
MARAH” fragmen 7?
2. Apa saja yang di dapat dari analisis semiotik puisi “Menikmati Akhir
Pekan”?
3. Apa saja yang di dapat dari analisis semiotik puisi “AKU TIDAK PERNAH
BETUL-BETUL PULANG”?
4. Apa saja yang di dapat dari analisis semiotik puisi “Perempuan Yang
Mencintai Perempuan Lain”?
5. Apa yang membuat keempat puisi tersebut dapat dikatakan memiliki satu
benang merah?

10
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Temuan
2.1 Kajian Semiotika Puisi “CINTA YANG MARAH” fragmen 7
2.1.1 Analisis Aspek Sintaksis

Puisi “Cinta Yang Marah” terdiri atas tiga bait dengan delapan larik puisi. Pada
bait pertama terdiri dari tiga larik, lalu bait kedua terdiri dari tiga larik dan bait
ketiga memiliki dua larik saja. Sebenarnya puisi “Cinta Yang Marah” memiliki dua
puluh satu fragmen tetapi saya hanya mengambil satu fragmen saja yaitu fragmen
ke tujuh yang menurut saya itu puisi nya tentang perpisahan seseorang. Sama
halnya dengan puisi-puisi yang lain nya yang sudah di ciptakan, dalam teks puisi
ini tidak ada nya huruf-huruf kapital semua huruf kecil dari awal sampai akhir teks,
dalam teks ini juga selebihnya ditemukannya koma dan titik pada bait kedua larik
pertama dan larik kedua, lalu pada bait ketiga terdapat tanda titik yang terdapat pada
lirik pertama.

Kalimat pertama Suatu siang di sebuah kamar aku diam di depan sepasang
jendela kembar yang membagi langit berwarna biru cerah menjadi dua.
Termasuk kedalam kalimat subordinatif atributif dengan konjungsi yang. Dengan
keterangan -- suatu siang di sebuah kamar -- predikat -- aku diam -- objek --
sepasang jendela kembar yang membagi langit-- dan objek -- berwarna biru
cerah menjadi dua kalimat disini menggambarkan hubungan kata atau klausa
utama dengan klausa penjelas

Kalimat kedua Sambil sekali lagi mendengar kau merencanakan perpisahan


merupakan kalimat majemuk subordinatif temporal dengan konjungsi sambil.
dengan keterangan -- sambil sekali lagi -- predikat -- mendengar -- subjek -- kau -
- dan objek -- merencanakan perpisahan --kalimat ini menggambarkan apabila
kedua klausa memiliki hubungan waktu yang cirinya menggunakan kata hubung

Kalimat ketiga Aku membayangkan sepotong langit akan menyerap air mata
kau, kalimat ini termasuk kalimat rapatan karena klausa yang berulang dengan

11
konjungsi tanda koma (,). Dengan subjek -- aku -- predikat -- membayangkan --
dan objek -- sepotong langit akan menyerap air mata kau, -- kalimat ini
menggambarkan unsur klausa yang berulang dengan ada nya tanda koma.

Kalimat keempat, Sementara air mata aku akan menguap ke langit yang
sepotong lagi sesaat kemudian hujan berjatuhan karena sedih. Kalimat ini
memiliki klausa koordinatif dan memiliki keterangan yang kedudukan nya sejajar
berikut kontruksi kalimat, dengan keterangan satu -- sementara air mata -- subjek
-- aku akan menguap -- objek -- ke langit yang sepotong lagi -- keterangan dua --
sesaat kemudian hujan berjatuhan karena -- dan predikat -- sedih – kalimat ini
mencirikan suatu keadaan dimana dipaparkan aku lirik telah melalui sekian
banyaknya peristiwa dan keadaan yang di alami melalu “kesedihan” yang sedang
di rasakan oleh seseorang tersebut

Kalimat kelima, membuat kau batal meninggalkan kamar. Membuat kau


gagal meninggalkan aku kalimat ini termasuk ke dalam kalimat majemuk rapatan
karena dengan kata yang berulang dengan ada nya konjungsi (,), berikut kontruksi
kalimat, subjek -- membuat kau -- objek -- batal meninggalkan kamar --
keterangan -- membuat kau gagal -- dan predikat -- meninggalkan aku –

2.1.2 Aspek Semantik


2.1.2.1 Denotasi dan Konotasi

Kalimat pertama suatu siang di sebuah kamar aku diam di depan sepasang
jendela kembar yang membagi langit berwarna biru cerah menjadi dua bermakna
denotasi dalam kalimat ini menggambarkan di suatu siang yang cerah seseorang
sedang sendiri memikirkan sesuatu sambil memandangi ke arah langit melalui
jendela kembar tersebut. Makna konotasi dalam kalimatini terdapat pada kata
“kamar”, yang berarti sebuah ruangan dimana untuk seseorang beristirahat jika
kelelahan. Secara denotatif nya kamar itu pasti selalu dibutuhkan untuk seseorang
tidur, secara konotatif kamar sebuah ruang yang tidak terlalu besar untuk seseorang
beristirahat

12
Kalimat kedua sambil sekali lagi mendengar kau merencakan perpisahan
bermakna denotasi dan merupakan penjelas untuk kalimat pertama karena aku lirik
merasakan suasana yang sedang gundah karena terdiam di depan jendela itu karena
memikirkan seseorang, yang mungkin akan meninggalkan dia

Aku membayangkan sepotong langit akan menyerap air mata kau kalimat
ketiga ini bermakna konotasi karena kalimat pada “membayangkan” yang berarti
alat untuk menggambarkan sesuatu atau berangan-angan ketika kita sedang berfikir
pasti dia sedang bersedih

kalimat keempat sementara air mata aku akan menguap ke langit yang
sepotong lagi. Sesaat kemudian hujan berjatuhan karena sedih bermakna
konotasi kalimat ini mengacu kepada kalimat ketiga, yang dimaksud menguap
adalah mengangakan mulut dengan mengeluarkan nafas atau sering kita sebut
mengantuk. Makna denotasi kalimat penjelas dengan menggambarkan bahwa aku
lirik merasakan suasana sedih karena hujan dan ada juga yang mengantuk karena
hujan

Dan kalimat kelima membuat kau batal meninggalkan kamar. Membuat


kau gagal meninggalkan aku bermakna denotasi kalimat ini berhubungan dengan
kalimat pertama,adanya aktivitas yang dimana dia batal untuk meninggalkan kamar
mungkin sedang beristirahat atau sebagainya. Makna konotasi dan merupkan
penjelas untuk kalimat pertama dan kedua. Perpisahan itu belum tentu gagal
mungkin saja bisa terjadi

2.1.2.2 Majas

Kalimat pertama dalam puisi “Cinta Yang Marah” pada fragmen ketujuh,
suatu siang di sebuah kamar ku diam di depan sepasang jendela kembar yang
membagi langit berwarna biru cerah menjadi dua merupakan kalimat yang
menggunakan majas hiperbola. Majas hiperbola ialah jenis majas yang dinyatakan
secara berlebihan dibandingkan kenyataan sebenarnya. Majas ini berguna untuk
menciptakan kesan yang mendalam serta meminta suatu perhatian.

13
Kalimat kedua sambil sekali lagi mendengar kau merencanakan perpisahan
merupakan kalimat yang menggunakan majas ironi. Majas ironi ialah jenis majas
yang berisi tentang hal hal yang bertentangan dengan tujuan untuk menyindir.

Aku membayangkan sepotong langit akan menyerap air mata kau kalimat
ketiga ini menggunakan majas alegori. Majas alegori merupakan jenis majas
perbandingan yang berisi tentang satu tautan dengan tautan lain secara utuh. Majas
ini juga terdapat pada kalimat keempat sementara air mata aku akan menguap ke
langit yang sepotong lagi sesaat kemudian hujan berjatuhan karena sedih.

Dan kalimat kelima membuat kau batal meninggalkan kamar. Membuat


kau gagal meninggalkan aku merupakan kalimat repetisi. Majas repetisi tergolong
jenis majas dalam puisi kategori penegasan, Majas repetisi ialah jenis majas yang
berisi tentang pengulangan kata.

2.1.2.2 Isotopi

Puisi “Cinta Yang Marah” pada fragmen 7 memiliki lima pengguna isotopi.
Isotopi yang hadir adalah isotopi gerakan, isotopi alam, isotopi ruangan, isotopi
waktu, dan isotopi persepsi pandang. Isotopi-isotopi ini mengacu pada pemaknaan
kesedihan.

1. Isotopi Gerakan
Kata/ Frase yang Denotasi / Komponen Makna Bersama
memiliki isotopi Konotasi Gerak Badan Gerak Pindah Tempat
Aku diam D + -
Aku D + -
membayangkan
Berjatuhan d/k - +
Meninggalkan D + +
Mendengar K + -
Merencakan D + -

14
Terdapat enam kata atau frase yang memiliki isotopi gerakan. Isotopi ini
didominasi oleh makna konotasi yang berarti bahwa gerakan-gerakan yang muncul
mengacu ke arah penyimbolan. Komponen makna bersama hadir sebagai imbas
adanya makna denotasi yang di pengaruhi oleh Gerak badan

2. Isotopi alam
Kata/ Frase yang Denotasi/ Komponen makna bersama
memiliki isotopi konotasi angkasa Bumi Kehidupan
Langit berwarna D - + -
biru cerah
Hujan D - + +

Terdapat dua kata atau frase yang memiliki isotopi alam. Isotopi ini hadir
sebagai pemakna terhadap komponen makna bersama yang mengacu pada tiga
unsur alam yaitu : angkasa, bumi, dan kehidupan.isotopi yang hadir merupakan
gambaran dimana aku lirik berada dan berbaur dengan suasana alam. Bumi
mendominasi makna denotasi ini berkenan dengan frase yang muncul.

3. Isotopi ruang

Kata/Frase yang Denotasi/ Komponen makna


memiliki isotopi konotasi bersama
Terbuka Tertutup
Kamar (2X) D - +

Hanya terdapat satu kata saja yang termasuk dalam isotopi ruang. Makna
denotasi yang terdapat dalam komponen ruangan tertutup ini menjelaskan bahwa
peristiwa atau tempat dimana aku lirik berada (didominasi oleh kemunculan kata
kamar yang berulang sampai dua kali) ada di sebuah tempat yang merupakan ruang
pribadi

15
4. Isotopi waktu
Kata/ Frase yang Denotasi/ Komponen makna bersama
memiliki isotopi konotasi Saat tindakan Jangka Waktu Tindakan
Siang D + -

Isotopi waktu memberitahukan pendengar atau pembaca bahwa aku lirik


berada rentan waktu yang bergerak maju. Alur waktu yang dilalui aku lirik
merupakan saat tindakan yang dirasakan ketika terjadinya peristiwa.

5. Isotopi persepsi pandang

Kata/ Frase yang Denotasi/ Komponen makna bersama


memiliki isotopi konotasi Cahaya Perbuatan Tertangkap Mata
Siang d + - -
Disebuah kamar d - + -
Didepan sepasang d - - +
jendela
Mendengar d - + -
Merencanakan k - - +
perpisahan
Sepotong langit k - - +
Menyerap air k - - +
mata kau
Hujan berjatuhan d - - +
Sedih d - + +
Meninggalkan d - + +

Terdapat sepuluh kata atau frase yang tergabung dalam isotopi persepsi
pandang. Isotopi yang muncul bermakna denotasi dan konotasi, isotopi yang
mendominasikan yaitu tertangkap mata. Kehadiran isotopi persepsi pandang
memberikan penggambaran yang jelas tentang suasana yang di rasakan aku lirik.

16
6. Isotopi Keadaan

Kata/ Frase yang Denotasi /


memiliki isotopi Konotasi Komponen makna bersama

Sedih Senang Biasa saja


Air mata aku d + - -
Aku diam didepan d + - -
sepasang jendela
Perpisahan d + - -
Air mata kau d + - -

Terdapat empat kata atau frase yang tergabung dalam isotopi kesedihan
isotopi yang mendominasikan yaitu fisik. Kehadiran isotopi kesedihan ini
memberikan penggambaran yang jelas tentang suasana kesedihan yang dirasakan
aku lirik tersebut.

2.1.3 Aspek Pragmatik

“Cinta Yang Marah” adalah puisi yang mengingatkan kita bahwa bangsa ini
pernah memiliki sejarah dan pergerakan revolusi yang cukup panas. Karena ada
sejarah penting yang tak bisa kita lupakan begitu saja. Meski mungkin masih ada
kemarahan dan luka dari semua tragedi itu, tapi kita bisa belajar dari sejarah. Puisi
ini memaparkan kehadiran aku lirik dalam sebuah kegiatan pada fragmen tujuh ini.
Aku lirik muncul dalam kalimat pertama dan kelima memberikan penjelasan apa
yang sedang dirasakan aku lirik kepada pendengar dan pembaca. Pengguna
pronomina persona pertama tunggal aku mengacu pada diri aku lirik sendiri dalam
puisi ini digunakan variasi pronomina persona yaitu: aku dan kau bentuk seperti ini
memberi nada ketegasan. Seperti kalimat pertama, suatu siang di sebuah kamar
aku diam di depan sepasang jendela kembar yang membagi langit berwarna biru
cerah menjadi dua; dan kalimat kelima membuat kau batal meninggalkan kamar.
Membuat kau gagal meninggalkan aku.

17
2.1.4 Intertekstual

“Cinta Yang Marah” adalah puisi yang mengingatkan kita bahwa bangsa ini
pernah memiliki sejarah dan pergerakan revolusi yang cukup panas. Karena ada
sejarah penting yang tak bisa kita lupakan begitu saja. Meski mungkin masih ada
kemarahan dan luka dari semua tragedi itu, tapi kita bisa belajar dari sejarah. Buku
kumpulan puisi ini juga memiliki tata letak yang menarik bagi pembaca. Puisi-puisi
di dalamnya dilengkapi dengan artikel yang pernah dimuat di koran pada tahun
1998. Meski mungkin tidak semua isi artikelnya bisa terbaca dengan jelas, judul-
judul dalam artikel tersebut kembali jadi pengingat kalau ada banyak pelajaran
berharga yang bisa diambil dari masa-masa reformasi

Pada puisi ini sosok “aku” dan “kau” ini juga seakan mewakili perasaan dan
kehidupan rakyat biasa yang berusaha untuk tetap bertahan hidup ditengah kerasnya
situasidan lingkungan mereka soal harapan dan impian yang terkadang harus
direlakan pergi karena harus menghadapi kenyataan yang ada di depan mata
contohnya terdapat pada kalimat kelima; membuat kau batal meninggalkan
kamar. Membuat kau gagal meninggalkan aku.

2.2 Kajian Semiotika Puisi “Menikmati Akhir Pekan”


2.2.1 Analisis Aspek Sintaksis

Puisi “Menikmati akhir Pekan” adalah puisi ke 44 yang ada didalam buku
kumpulan puisi M. Aan Mansyur melihat api yang bekerja (2015). Kumpulan puisi
ini dilengkapi dengan gambar-gambar ilustrasi yang mungkin dapat membantu
pembaca untuk lebih mudah menafsirkan makna dari puisi-puisi didalamnya.
Namun, sebenarnya dalam pembuatan puisi ini, gambar dan puisi tidak memiliki
hubungan yang erat sehingga pembaca bisa saja menafsirkan sesuatu yang berbeda
dari apa yang telah dilustrasikan didalam gambar pada puisi. Jika melihat dari latar
belakang kumpulan puisi M. Aan Mansyur melihat api yang bekerja (2015)
termasuk kedalam puisi feminisme sehingga wajar dalam pengilustrasiannya
banyak yang menggambarkan perempuan yang memiliki variasi gaya. Selain itu
dapat dikatakan kumpulan puisi “melihat api bekerja” adalah hasil kolaborasi puisi

18
dan ilustrasi antara M. Aan Mansyur dan Muhammad Taufiq (emte) sehingga
pengkolaborasian tersebut menjadi sebuah karya yang utuh dengan keunikan yang
terdapat pada buku kumpulan puisi tersebut. Banyak cara untuk memahami dan
memaknai sebuah puisi baik dari diksi yang digunakan, pembentukan kalimat,
bahkan dari gaya bahasa yang memiliki tingkat kerumitan yang berbeda. Hal
tersebut dapat dipecahkan dengan cara mengkaji puisi tersebut dengan pendekatan
yang sesuai dengan apa yang akan kita cari dari puisi tersebut.

Puisi ini terdiri dari dua bait dan didalamnya terdapat delapan kalimat
dengan struktur pembangunnnya. Berikut ini akan dikaji struktur kalimat pada puisi
“ menikmati akhir pekan” menggunakan kajian sintaktika. Sintaktika adalah ilmu
yang mempelajari pembentukan sebuah kalimat. Dengan menggunankan kajian
sintaktika kita akan mengetahui bagaimana pembentukan kaliamat yang terdapat
pada puisi serta posisi dan fungsi pembentuknya. Menurut Keraf (1984:
156) menyatakan bahwa kalimat sebagai satu bagian dari ujaran yang didahului dan
diikuti oleh kesenyapan, sedang intonasinya menunjukkan bagian ujaran itu sudah
lengkap.

Berdasarkan strukturnya kalimat terdiri dari (S P O K Pel). (S) adalah subjek


dari sebuah kalimat yang berfungsi sebagai pelaku atau orang yang melakukan
kegiatan tertentu. Subjek pada umumnya berupa kata benda seperti nama orang,
binatang, tumbuhan, dan benda. (P) adalah predikat dalam kalimat yang berfungsi
sebagai unsur kalimat yang menyatakan kegiatan yang sedang dilakukan oleh
Subjek. Predikat biasanya merupakan kata-kata kerja. (O) adalah Objek dalam
kalimat yang berfungsi sebagai sesuatu yang dikenai tindakan oleh Subjek. Sama
seperti Subjek, Objek dapat berupa kata-kata benda. (K) adalah keterangan dalam
kalimat yang menjelaskan bagaimana, dimana atau kapan peristiwa yang
dinyatakan dalam kalimat tersebut. adapun jenis-jenis keterangan yaitu keterangan
waktu, tempat, tujuan, penyerta, cara, dan alat. (Pel) adalah Pelengkap yaitu unsur
kalimat yang fungsinya seperti Objek (O) tetapi yang membedakannya adalah
Pelengkap tidak bisa dirubah menjadi Subjek pada kalimat pasif. Pelengkap
biasanya terletak setelah predikat atau objek.

19
Pada kalimat pertama, aku benci berada diantara orang-orang yang
bahagia dalam pembentukannya kata --aku-- merupakan subjek dari kalimat. Kata
aku dalam puisi berfungsi sebagai pelaku atau tokoh yang melakukan tindakan
tertentu. Kemudian, kata –benci-- dalam kalimat pertama berfungsi sebagai
predikat atau sesuatu yang dilakukan oleh subjek yang dimana subjek aku sedang
melakukan tindakan yaitu mem-benci. Kata benci termasuk kedalam predikat yang
bersifat adjektiva sikap batin yang mengacu pada suasana hati atau perasaan.
Selanjutnya --berada diantara orang-orang yang bahagia-- termasuk kedalam
keterangan karena berfungsi menjelaskan akan sesuatu yang dibenci (menuju O)
oleh aku (S) sebagai pelaku. Kata --berada diantara-- menunjukkan sebuah posisi
atau tempat pelaku saat melakukan suatu tindakan. Sedangkan, --orang-orang yang
bahagia-- mengandung kata sifat dalam kata bahagia serta menunjukkan
keterangan sesuatu yang dituju sehingga melengkapi kata sebelumnya. Kalimat di
atas merupakan kalimat tunggal yang bersifat adjectival dimana kalimat ini
memiliki Predikat berupa kata sifat.

Pada kalimat kedua, mereka berbicara tentang segala sesuatu, tapi kata-
kata mereka tidak mengatakan apa-apa. Kata –mereka-- pada puisi adalah sebagai
subjek yang berfungsi sebagai pelaku. Kata –mereka-- menyatakan orang lebih dari
satu (kumpulan orang-orang) yang melakukan tindakan atau kegiatan. kata
berbicara adalah predikat yang bersifat verba (kata kerja) dimana subjek sedang
melakukan tindakan yaitu berbicara. Kalimat di atas merupakan kalimat majemuk
subordinatif yang menggunakan konjutor “tapi”. Kemudian, tentang segala
sesuatu merupakan sebuah keterangan yang menjelaskan (P) kegiatan yang
dilakukan oleh (S). kata tapi disana berfungsi sebagai konjungsi yang menjelaskan)
kalimat luas tak setara berlawanan.. Sedangkan --kata-kata mereka-- berfungsi
sebagai subjek kedua, kata --tak mengatakan-- berfungsi sebagai predikat kedua
verba, dan kata apa-apa berfungsi sebagai objek karena menjadi sesuatu yang
dituju. Jadi pada kalimat kedua ini terdapat dua klausa yang terdiri dari kalimat ini
dan kalimat bawahan.kalimat bawahan menjelaskan kelanjutan atau isi dari kalimat
inti. Dimana, pada kalimat tersebut dapat diartikan bahwa kata mereka sebagai
subjek banyak bicara tapi tidak ada isinya (bualan kosong).

20
Pada kalimat ke tiga, mereka tertawa dan menipu diri sendiri menganggap
hidup mereka baik-baik saja. Kalimat di atas merupakan kalimat majemuk
koordinatif yang menggunakan konjungtor “dan”. Kata mereka pada puisi adalah
sebagai subjek yang berfungsi sebagai pelaku. Kata mereka menyatakan orang
lebih dari satu (kumpulan orang-orang) yang melakukan tindakan atau kegiatan.
kata tertawa adalah predikat yang bersifat verba (kata kerja) dimana subjek sedang
melakukan tindakan yaitu tertawa atau mentertawakan sesuatu. Kata dan
merupakan kata hubung yang digunakan pada kalimat luas setara. Kata --menipu
diri sendiri—predikat dua yang memiliki sifat verba. Kemudian --menganggap
hidup mereka-- berfungsi sebagai objek dan --baik-baik saja-- sebagai pelengkap.
jika diartikan, pada kalimta ke tiga menceritakan perilaku orang-orang yang
kebanyakan memanipulasi kehidupan mereka yang sebenarnya dalam kata lain
mengada-ngada sesuatu yang memang tidak mereka alami atau mereka rasakan.

Pada kalimat ke empat, mereka berpesta dan membunuh anak kecil dalam
diri mereka. Kata mereka pada puisi adalah sebagai subjek yang berfungsi sebagai
pelaku. Kata mereka menyatakan orang lebih dari satu (kumpulan orang-orang)
yang melakukan tindakan atau kegiatan. kemudian, kalimat di atas merupakan
kalimat verbal diamna preikatnya berupa kata kerja yaitu pada kata berpesta adalah
predikat satu dimana subjek sedang melakukan tindakan atau melakukan kegiatan
yaitu berpesta. Kalimat di atas merupakan kalimat majemuk koordinatif yang
menggunakan konjutor “dan”. Kata --dan-- pada kalimat tiga merupakan kata
hubung yang menghubungkan antara klausa satu dengan klausa dua atau kalimat
inti dan kalimat bawahan. Pada kata --membunuh--berfungsi sebagai predikat dua,
kata --anak kecil-- sebagai objek, dan --dalam diri mereka-- merupakan sebuah
keterangan tempat. Dapat diartikan kalimat ini menceritakan orang-orang yang
memperlihatkan kebahagiaannya, berusaha menjadi manusia dewasa yang seakan-
akan tidak ada masalah padahal semuanya itu adalah kebohongan.

Pada kalimat ke lima, aku senang berada diantara orang-orang yang patah
hati merupakan kalimat tunggal yang bersifat adjectival dimana kalimat ini
memiliki Predikat berupa kata sifat.

21
Kemudia dalam pembentukannya kata aku merupakan subjek atau pelaku
yang melakukan suatu tindakan. Kata --senang-- merupakan predikat yang bersifat
adjektiva sikap batin yang mengacu pada suasana hati atau perasaan. Kemudian --
berada diantara orang-orang yang patah hati-- termasuk kedalam keterangan
karena berfungsi menjelaskan akan sesuatu yang disenangi (P) oleh aku (S) sebagai
pelaku. Kata --berada diantara-- menunjukkan sebuah posisi atau tempat pelaku
saat melakukan suatu tindakan. Sedangkan, --orang-orang yang patah hati--
mengandung kata sifat dalam kata patah hati serta menunjukkan keterangan
sesuatu yang dituju sehingga melengkapi kata sebelumnya.

Pada kalimat ke enam, mereka tidak banyak bicara, jujur, dan berbahaya
Kata mereka pada puisi adalah sebagai subjek yang berfungsi sebagai pelaku. Kata
mereka menyatakan orang lebih dari satu (kumpulan orang-orang) yang melakukan
tindakan atau kegiatan. kemudian – tidak banyak bicara-- merupakan predikat satu,
--jujur-- dan –dan berbahaya--pui merupakan keterangan dari predikat satu yang
termasuk ke dalam kata sifat atau adjective.

Pada kalimat ke tujuh, mereka tahu apa yang mereka cari merupakan
kalimat tunggal bersifat verbal yaitu predikat berupa kata kerja. Kata mereka pada
puisi adalah sebagai subjek yang berfungsi sebagai pelaku. Kata –mereka--
menyatakan orang lebih dari satu (kumpulan orang-orang) yang melakukan
tindakan atau kegiatan. kata –tahu--pada puisi merupakan predikat. Sedangkan –
apa yang mereka cari-- merupakan objek yaitu sesuatu yang dituju.

Pada kalimat ke delapan, mereka tahu dari diri mereka ada yang telah
dicuri merupakan kalimat tunggal bersifat verbal yang mengalami perluasan
kalimat tunggal dimana ditambahkannya unsur baru seperti keterangan atau
pelengkap. Kata –mereka-- pada puisi adalah sebagai subjek yang berfungsi
sebagai pelaku. Kata mereka menyatakan orang lebih dari satu (kumpulan orang-
orang) yang melakukan tindakan atau kegiatan. kata –tahu-- merupakan sebuah
predikat, kata –dari diri mereka—merupakan objek dan –ada yang telah dicuri—
merupakan keterangan keadaan yang artinya mereka menyadari ada yang hilang
dari diri mereka yaitu sebuah kebahagiaan.

22
Setelah dilakukan analisis aspek sintaksis, pada puisi “Menikmati Akhir
Pekan“ dapat disimpulkan bahwa dari delapan kalimat terbagi menjadi kalimat
majemuk subordinatif berjumlah satu kalimat yaitu pada kalimat ke dua, kalimat
majemuk koordinatif berjumlah dua yaitu pada kalimat ke tiga dan ke empat,
kalimat tunggal yang bersifat adjectival berjumlah dua pada kalimat pertama dan
ke lima, dan kalimat tunggal yang bersifat verval berjumlah tiga pada kalimat ke
enam, ke tujuh dan ke delapan.

2.2.2 Aspek Semantik


2.2.2.1 Denotasi Dan Konotasi

Puisi “Menikmati akhir Pekan” adalah salah satu puisi dari kumpulan puisi M.
Aan Mansyur yang berjudul “Melihat api bekerja”. Kumpulan puisi M. Aan
Mansyur yang berjudul “Melihat Api Bekerja” terbit pada tahun 2015 setelah
setahun diterbitkannya puisi “Kepalaku: Kantor Paling Sibuk Didunia”.

Dalam buku kumpulan puisi “Melihat Api Bekerja” mengulas tentang sebuah
kehidupan yang dimana berbicara tentang masa depan, perkembangan kota,
haparan perubahan dan sebagainya. Bahkan buku kumpulan puisi M. Aan Mansyur
“Melihat Api Berkerja” menganggap bahwa kebahagiaan adalah suatu hal yang
berbahaya dengan kata lain “jahat”. Karena kebahagiaan orang-orang berlomba-
lomba menggapai kebahagiaan sampai melupakan diri dan tugas hidupnya sebagai
manusia, kebahagiaan membuat orang memanipulasi kehidupan yang sebenarnya.
Puisi M. Aan Mansyur termasuk puisi yang multitafsir atau bersifat ambigu. Hal
tersebut dapat kita lihat dalam penggunaan diksi yang begitu padat dan
dikolaborasikan dengan imajinatif sehingga tersusun puisi yang menginspiratif
dengan keunikkannya tersebut. Pesan yang disampaikan M aan masyur dalam
puisinya tidak semata-mata hasil imajinasi tapi didasari oleh pandangan dan
pengalaman hidup akan lingkungan sekitarnya, keaadan tanah airnya, dan orang-
orang yang hidup didalamnya. Sehingga hal tersebut memiliki makna yang
mendalam dari hasil kontemplasi penyair. Makna dalam puisi terdiri dari makna
denotasi dan konotasi.

23
Pada puisi “menikmati akhir pekan” memiliki makna denotasi dan konotasi
yang beragam dari setiap baitnya. Puisi ini memiliki dua bait yang terdiiri dari
delapan kalimat dan berbentuk seperti sebuah prosa (kumpulan kalimat yang
menjadi paragraph). Jika kita lihat dari judul puisi “menikmati akhir pekan”
memiliki kata denotasi yang terletak pada kata akhir pekan yang menunjukkan hari
penghujung minggu. Jadi, makna denotasi pada judul puisi penyair mencoba
menggambarkan pembaca bahwa tokoh yang terdapat didalam puisi sedang
menikmati segala keadaan dipenghujung minggu.

Kalimat pertama aku benci berada diantara orang-orang yang bahagia


merupakan kalimat yang bermakna Konotasi. Terlihat secara gamblang tokoh
‘Aku’ pada puisi Aku – Lirik menyatakan bahwa ia tidak menyukai (membenci)
berada diantara orang-orang yang bahagia. Tokoh ‘aku’ seperti merasa terasingkan,
terabaikan, dan tertipu oleh kebahagiaan orang-orang tersebut dengan penuh dusta.

Kalimat kedua mereka berbicara tentang segala sesuatu, tapi kata-kata


mereka tidak mengatakan apa-apa merupakan makna denotasi dan konotasi.
Berkaitan dengan kalimat pertama, bahwasannya orang-orang yang sedang
merasakan kebahagiaan bebas mengungkapkan segala sesuatu sesuai yang ia
inginkan. Meskipun hal tersebut memang tidak sesuai dengan keadaan yang ada
sehingga terkadang apa yang dibicarakan mereka itu hanya sekedar omong kosong
yang dibangga-banggakan.

Kalimat ke tiga mereka tertawa dan menipu diri sendiri menganggap hidup
mereka baik-baik saja merupakan makna desnotasi dan konotasi. Makna denotasi
terdapat pada mereka tertawa yang memiliki arti gambaran orang-orang yang
merasakan kebahagiaan dan diwujudkan ke dalam sebuah tindakan tawa atau
tertawa. Sedangkan makna konotasi terdapat pada dan menipu diri sendiri
menganggap hidup mereka baik-baik saja memiliki gambaran bahwa segala
sesuatu yang dilakukan oleh orang-orang yang bahagia dengan tertawanya mereka
itu sebenarnya hanya sebuah kebohongan yang memperlihatkan bahwa
kehidupannya baik-baik saja tanpa masalah. Tapi, sebenarnya tertawanya

24
tertawanya itu wujud kepura-puraan dia dan sebuah peralihan suasana hati dari
kesedihannya.

Kalimat ke empat mereka berpesta dan membunuh anak kecil dalam diri
mereka memiliki makna konotasi yang menggambarkan bahwa tokoh mereka
dalam puisi mencari berbagai kesenangan atau bersenang-senang makna dari
sebuah kata berpesta. kemudian mereka seolah-olah menjadi seseorang yang
dewasa, bijaksana, penuh kepastian dengan cara membunuh anak kecil dalam diri
mereka yang bermakna menghilangkan, memusnahkan bahkan menyembunyikan
suatu sikap kekanak-kanakan.

Kalimat ke lima aku senang berada diantara orang-orang yang patah hati
merupakan makna konotasi dimana tokoh ‘aku’ pada puisi menegaskan bahwa ia
menyukai berada diantara orang-orang yang patah hati dalam artian lain, yaitu
orang-orang yang penuh kesedihan, kerapuhan dan kesakitan. Dimana orang-orang
yang patah hati bersikap sesuai dengan suasana hati mereka serta tidak mengada-
ngada suatu keadaan yang tidak benar-benar ia rasakan atau ia alami sehingga
mengalir adanya tanpa ada kepura-puraan..

Kalimat ke enam mereka tidak banyak bicara, jujur, dan berbahaya


merupakan kalimat yang memiliki makna denotasi dan konotasi. Makna denotasi
terdapat pada bagian mereka tidak banyak bicara, jujur sebab pada hakikatnya
orang-orang yang patah hati lebih menyukai berdiam diri, menghabiskan waktunya
dengan kesepian, tidak menyukai keramaian, serta jujur dalam hal appau baik
berkata maupun bertindak sesuai dengan hatinya. sedangakan bagian yang
mengandung makna konotasi, yaitu dan berbahaya dimana mengartikan bahwa
orang-orang yang patah hati akan berbahaya bkan pada konteks akan berbuat jahat
melainkan berbahaya disini dapat ditafsirkan bahwa orang-orang yang patah hati
akan berubah dan terlahir menjadi manusia-manusia kuat dan lebih nekad atau
berani dalam melakukan sesuatu hal. Bahkan, orang-orang yang patah hati akan
tumbuh menjadi manusia yang lebih hebat melebihi orang-orang yang terlahir
bahagia.

25
Kalimat ke tujuh mereka tahu apa yang mereka cari merupakan makna
denotasi karena kalimat ke tujuh menjelaskan bahwa orang-orang patah hati
memiliki tujuan hidup yang jelas sehingga dia tahu kemana dia harus melangkah
serta melanjutkan kehidupannya untuk mengakhiri masa patah hatinya tersebut.
setelah masa patah hatinya berakhir tentu mereka akan mencari sebuah kebahagiaan
yang lebih pantas di dapatkan sehingga kebahagiaan itu akan menjadi sebuah obat
dari patah hatinya.

Kalimat ke delapan mereka tahu dari diri mereka ada yang telah dicuri
merupakan makna konotasi yang menggambarkan bahwa orang-orang yang patah
hati sesungguhnya memang kehilangan bagian-bagian yang ada pada dirinya baik
kebahagiaan maupun perasaan. Hal tersebut disadari oleh mereka yang merasakan
patah hati bahwa ada sesuatu hal yang memang telah dipatah sehingga sesuatu hal
tersebut hilang dicuri.

2.2.2.2 Majas

Majas adalah gaya bahasa yang bersifat imajinatif serta menggunakan bahasa
kiasan. Adapun Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Arti majas
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah cara melukiskan sesuatu
dengan jalan menyamakannya dengan sesuatu yang lain atau sebuah kiasan. Dalam
puisi ini terdapat majas yang sangat beragam. Pada kalimat pertama aku benci
berada diantara orang-orang yang bahagia terdapat sebuah majas, yaitu majas
paradoks. Majas paradoks adalah majas yang mengungkapkan dua hal yang
berlawanan meski keduanya benar secara kenyataan. Majas ini juga ditemukan pada
kalimat ke lima, yaitu aku senang berada diantara orang-orang yang patah hati.

Pada kalimat kedua, mereka berbicara tentang segala sesuatu, tapi kata-kata
mereka tidak mengatakan apa-apa termasuk ke dalam majas personifikasi. Majas
personifikasi adalah majas yang mengungkapkan dengan menggunakan perilaku
manusia yang diberikan kepada sesuatu yang bukan manusia (benda, hewan, dan
sesuatu hal)

26
Kalimat ke tiga mereka tertawa dan menipu diri sendiri menganggap hidup
mereka baik-baik saja merupakan majas alegori. Majas alegori adalah majas yang
ingin mengungkapkan sesuatu dengan cara kiasan atau gambaran. Selain itu kalimat
keenam juga merupakan majas pretorito yaitu majas yang seolah-olah ingin
menyembunyikan sesuatu untuk dirahasiakan. Pada Kalimat ke delapan mereka
tahu dari diri mereka ada yang telah dicuri juga merupakan majas alegori yang
mengungkapkan sesuatu dengan cara kiasan atau gambaran.

Kemudian terdapat majas hiperbola pada kalimat ke empat mereka berpesta


dan membunuh anak kecil dalam diri mereka majas yang melebih-lebihkan
sesuatu hal yang mustahil. Selain itu majas terakhir yang terdapat pada puisi ini
adalah majas polisidenton. Pada kalimat ke enam mereka tidak banyak bicara,
jujur, dan berbahaya termasuk ke dalam majas polisidenton. Majas polisidenton
adalah majas yang mengungkapkan suatu kalimat yang menggunakan kata hubung
( contohnya: dan, tapi, lalu, dll)

2.2.2.3 Isotopi

Puisi menikmati akhir pekan memiliki empat isotopi. Isotopi yang hadir adalah
isotopi gerakan, isotopi pronominal, isotopi manusia, dan isotopi keadaan. Isotopi-
issotopi ini mengacu pada kesedihan yang di alami oleh Aku- lirik dalam puisi

1. Isotopi gerakan
Kata/ frase Denotasi/ Komponen makna bersama
yang memiliki konotasi Gerak badan Gerak pindah
isotopi tempat
Bicara D - -
Tertawa D + -
Cari D - +
berpesta K + +
membunuh K + +
mengatakan D - -

27
Isotopi gerakan berjumlah enam kata atau frase. Isotopi gerakan
didominasi oleh makna denotasi dimana gerakan-gerakan yang muncul tidak
hanya sekedar symbol.

2. Isotopi pronomina
Kata/ frase Komponen makna bersama
yang memiliki Sudut pandang orang Sudut pandang orang ke
isotopi pertama tiga
Aku + -
Mereka - +

Isotopi pronomina berjumlah dua dari jenit sudut padang yang berbeda, yaitu
sudut pandang orang pertama tunggal dan sudut pandang orang ke tiga jamak.
Isotopi pronomina merupakan isotopi yang menjelaskan tokoh yang terdapat
didalam suatu puisi.

3. Isotopi keadaan
Kata/ frase yang Denotasi/ Komponen Makna Bersama
memiliki isotopi Konotasi Sedih Senang Biasa saja
Benci K + - -
Bahagia D - + -
Patah hati K + - -
Baik-baik saja d/k - - +
Senang D - + -
Ada yang dicuri k + - -

Terdapat isotopi keadaan yang berjumlah lima kata atau frase. Isotopi
keaadan menggambar segala sesuatu yang sedang dirasakan atau dialami baik
berifat abstrak maupun konkret.

4. Isotopi manusia

28
Kata/ frase Denotasi/ Komponen makna bersama
yang memiliki konotasi Insan Berakal Aktivitas
isotopi budi
Bicara D - - +
Tertawa D - - +
Berpesta K - - +
Jujur D - + -
Berbahaya K - + -
Membunuh K - - +
Anak kecil K + - -
Menipu diri D - + -
Dicuri K - - +
Mereka cari D - - +
Menganggap D - + -
hidup
Orang-orang D + - -
Dari diri D + - -
mereka

Isotopi manusia berjumlah tiga belas kata atau frasa. Isotopi manusia didominasi
oleh makna denotasi sebagai suatu bentuk perwujudan dari sikap atau perilaku
manusia terhadap sesuatu. Isotopi manusia terbagi menjadi tiga bentuk komporen
makna bersama, yaitu: insan (menunjukkan makhluk hidup), berakal budi
(menunjukkan sikap atau perilaku) dan aktivitas (menunjukkan segala tindakan
yang dilakukan manusia).

2.2.3 Analisis Aspek Pragmatik

“Menikmati Akhir Pekan” adalah sebuah puisi yang menggambarkan suasana


secara eksplisit mengacu pada keadaan yaitu bahagia dan patah hati dalam konteks
kepalsuan. Puisi ini memaparkan kehadiran aku lirik dalam sebuah keadaan yang

29
ia rasakan. Aku lirik muncul dalam kalimat pertama, yaitu aku benci berada
diantara orang-orang yang bahagia. Kalimat tersebut memberikan gambaran
yang menjelaskan sesuatu yang dibenci aku lirik kepada pembaca. Kalimat ini
menggunakan pronomina personal pertama tunggal aku mengacu kepada diri aku
lirik sendiri. selain itu, pada kalimat ke lima muncul pronomina personal pertama
tunggal pada aku lirik yaitu aku senang berada diantara orang-orang yang patah
hati. Kalimat ke lima yang mengandung aku lirik bahwa aku pada kalimat tersebut
memberikan penegasan bahwa aku lirik merasakan kesenangan ketika bersama
dengan orang-orang yang patah hati yang bersikap dengan kejujuran hati.
Kemudian, muncul pronominal persona ketiga jamak, yaitu pada bagian kalimat
pertama berada diantara orang-orang yang bahagia dan bagian kalimat ke lima
berada diantara orang-orang yang patah hati. Kalimat ini menunjukkan
keterkaitan antara aku lirik dengan keadaan tempat serta manusia yang ada
disekitarnya.

Selain itu terdapat pronomina ketiga netral yaitu “mereka” pada kalimat ke dua,
yaitu mereka berbicara tentang segala sesuatu, tapi kata-kata mereka tidak
mengatakan apa-apa, pada kalimat ke tiga, yaitu mereka tertawa dan menipu diri
sendiri menganggap hidup mereka baik-baik saja, pada kalimat ke empat, yaitu
mereka berpesta dan membunuh anak kecil dalam diri mereka, pada kalimat ke
enam, yaitu mereka tidak banyak bicara, jujur, dan berbahaya, pada kalimat ke
tujuh, yaitu mereka tahu apa yang mereka cari dan pada kalimat ke delapan, yaitu
mereka tahu dari diri mereka ada yang telah dicuri . “ mereka” yang dimaksud
adalah orang-orang yang terdapat didalam kalimat pertama dan kalimat ke lima.

Kemunculan pronomina ketiga netral menggambarkan keadaan pada aku lirik


yang tidak sendiri. aku lirik bercerita tentang keberadaannya bersama ke dua jenis
keadaan yang berbeda yaitu bahagia dan patah hati. Pada puisi ini aku lirik seperti
membandingkan perilaku yang bertolakbelakang yaitu perilaku orang-orang yang
bahagia dan orang-orang yang patah hati. Dimana perbandingan itu merujuk pada
perbedaan sikap antara orang-orang yang bahagia dan orang-orang yang patah hati
orang-orang yang bahagia cenderung bersikap tidak apa adanya dimana dia

30
menganggap memiliki kebebasan mengungkapkan ekspresinya dengan melakukan
hal-hal yang dia inginkan. Orang-orang bahagia cenderung banyak bicara,
meskipun segala sesautu yang dibicarakan thanyalah omong kosong semata. orang-
orang bahagia lebih cenderung tidak apa adanya, mereke seolah-olah
memperlihatkan kedewasaannya atau menghilangkan perilaku kekanak-
kanakannya serta menipu kehidupannya sendiri seakan-akan hidupnya baik-baik
saja. Padahal orang-orang yang terlihat bahagia belum tentu hidupnya tidak
memiliki masalah. Sedangkan orang-orang yang patah hati lebih cenderung
mengungkapkan segala sesuatu sesuai dengan keadaan atau kondisi hatinya.
mereka yang patah hati lebih cenderung berdiam diri, dari pada banyak bicara yang
tak ada gunanya. Mereka yang patah hati cenderung lebih jujur dan tidak suka
mengada-ngada akan hal yang memang tidak dia rasakan atau yang tidak dia alami.
Mereka yang patah hati justru lebih tahu apa tujuan hidup mereka, dan lebih
menyadari sesuatu yang hilang pada dirinya baik perasaan maupun hidupnya.

2.2.4 Intertekstual

Secara umum, puisi “Menikmati Akhir Pekan” M. Aan Mansyur terdiri dari
kata ‘menikmati’ dan ‘Akhir pekan’. Menikmati memiliki makna merasakan
sesuatu dengan hikmat. Sedangkan akhir pekan merupakan penanda yang
menunjukkan satu atau dua hari dalam satu minggu dimana kebanyak orang tidak
bekerja (libur) . jika dikaitkan keduanya memiliki makna denotasi bahwa orang-
orang yang menikmati (istirahat dari penatnya bekerja) waktu libur diakhir minggu
atau pekan.

Pada puisi “Menikmati Akhir Pekan” M. Aan Mansyur menyampaikan sebuah


kritik terhadap realita kehidupan yaitu mengenai kebiasaan orang-orang zaman
sekarang yang terbawa arus modernisasi. Berhubungan dengan penggunaan
teknologi, kemajuan teknologi sangat berpengaruh terhadap karakter jiwa
seseorang yang menggunakannya. sangat lumrah jika orang-orang yang
menggunakan teknologi secara salah kaprah. Kemudian teknologi tersebut
dijadikan sebagai alat untuk memanipulasi segalanya. Seperti halnya di zaman
sekarang tidak sedikit orang yang menggunakan media sosial mereka membuat

31
status tidak sesuai dengan apa yang mereka rasakan atau alami. Bahkan, banyak
sekali orang-orang mengunggah foto-foto seperti sedang didalam mobil, sedang
makan di restauran, liburan dan lain sebagainya hanya untuk ditunjukkan agar
orang-orang menganggap hidupnya bahagia dan sempurna. Padahal tidak menutup
kemungkinan bahwa segala yang ditunjukkan tersebut hanyalah wujud kepura-
puraan dan bisa jadi mereka jauh memiliki masalah besar dalam hidupnya hanya
saja mereka tidak menyadari hal tersebut.Berbeda halnya dengan orang-orang yang
bisa menetralisir pengaruh teknologi dapat diartikan dengan orang-orang yang
awam akan teknologi. Mereka jauh lebih bisa menyikapi semua hal dengan
seimbang tanpa menambahkan atau mengurangi sesuatu hal yang memnag tidak
sesuai dengan kehidupan. Dengan kejenuhan, keluhan, dan kesedihan tersebut M.
Aan Mansyur menciptakan sebuah puisi yang dilator belakangi oleh realita
kehidupan orang-orang di zaman yang penuh dengan kepalsuan.

Puisi ini memberi penegasan yang disampaikan Aku-lirik bahwa aku lirik
merasakan kejenuhan yang hebat akan sebuah kepalsuan yang biasa dilakukan
kebanyakan orang-orang. Tidak sedikit orang-orang hidup penuh dengan kepura-
puraan dengan memperlihatkan kebahagiaan seolah-olah mereka memang bahagia.
Mereka melakukan berbagai tindakan untuk kesenangan mereka serta banyak
membicarakan sesuatu hal yang sebenarnya hanya omong kosong dari mulut
mereka. Sehingga hal tersebut membuat mereka lupa akan tujuan hidup dan
membohongi diri sendiri dengan meninggalkan kejujuran layaknya seperti saat
mereka kecil yang polos penuh dengan kejujuran. Hal-hal tersebut telah dijelaskan
secara gamblang pada bait pertama, yaitu aku benci berada di antara orang-orang
yang bahagia. Mereka bicara tentang segala sesuatu tapi kata-kata mereka tidak
mengatakan apa-apa. Mereka tertawa dan menipu diri sendiri menganggap
hidup mereka baik-baik saja. Mereka berpesta dan membunuh anak kecil dalam
diri mereka.

Puisi “ Menikmati Akhir Pekan” pada bait kedua, yaitu aku senang berada di
antara orang-orang yang patah hati. Mereka tidak banyak bicara, jujur, dan

32
berbahaya. Mereka tahu apa yang mereka cari. Mereka tahu dari diri mereka
ada yang telah dicuri.

Aku- lirik menyatakan bahwa hanya orang-orang yang sedih dan patah hati lah
yang mampu berkata jujur dan bertindak sesuai hati. Mereka cenderung lebih suka
berdiam diri. Mereka cenderung lebih peka akan bagaimana menjalani hidup
dengan sebaik mungkin. Aku lirik menganggap bahwa hanya kesedihan yang
merupakan sesuatu hal yang jujur. Hal tersebut dapat diilutrasikan dalam gambar
yang terdapat pada puisi menikmati akhir pekan, yaitu seorang wanita dengan
mulutnya di plester, tumbuh bunga di kepalanya, dan salah satu matanya menangis.
Gambar tersebut memberikan gambaran bahwa diam itu keindahan, kesedihan
adalah sebuah hal kejujuran dan kebahagaiaan adalah sebuah kepalsuan yang
dijadikan sebagai senjata untuk kebohongan. .

2.3 Kajian Semiotika Puisi “AKU TIDAK PERNAH BETUL-BETUL


PULANG”
2.3.1 Aspek Sintaksis

Puisi "AKU TIDAK PERNAH BETUL-BETUL PULANG" terdiri atas empat


bait dengan banyak larik berjumlah 24 larik. Bait pertama berjumlah enam larik,
bait kedua berjumlah delapan larik, bait ketiga berjumlah tujuh bait dan bait
keempat berjumlah 3 larik. Diawal larik tidak menentu menggunakan huruf kapital.

Jika dihitung berapa banyak kalimatnya, puisi ini memiliki 9 kalimat. Dan untuk
setiap kalimat selalu diawali huruf kapital.

Aku tidak pernah betul-betul pulang. Kalimat pertama merupakan kalimat


tunggal, karena kalimat tersebut benar-benar menyatakan bahwa aku lirik sungguh
tidak pernah pulang. --Aku-- disini bersifat subjek, --tidak pernah-- bersifat
keterangan waktu, --betul-betul-- kata perulangan tersebut hanya berupa pelengkap
dalam kalimat, dan --pulang-- merupakan predikat dalam kalimat tersebut.

Tidak bisa. Ke semua tempat kuseret tubuh sendiri sebagai petualang


tersesat—bahkan di negeri jauh tempat aku lahir dan seorang perempuan
mengajariku tersenyum kepada diri sendiri. --Tidak bisa. Ke semua tempat--

33
merupakan keterangan keadaan, --kuseret-- merupakan predikat, --tubuh sendiri--
sebagai objek, --sebagai petualang tersesat—bahkan di negeri jauh tempat aku
lahir dan seorang perempuan mengajariku tersenyum kepada diri sendiri.--
sebagai pelengkap.

Tidak pernah ada rumah. Tidak ada. Cuma ada mimpi buruk yang sekali
waktu terburu-buru membangunkan dan meminta aku pergi. --Tidak pernah ada
rumah. Tidak ada.-- Keterangan keadaan, --Cuma ada mimpi buruk yang sekali
waktu terburu-buru membangunkan dan meminta-- pelengkap, --aku-- subjek,
dan --pergi.-- predikat.

Membelahku. Mengubah ingatan jadi hukuman. Meletakkan jiwaku di


antara keinginan dan keengganan kembali, di antara perkara-perkara yang
mungkin dan tidak mungkin selesai. --Membelahku. Mengubah ingatan jadi
hukuman. Meletakkan jiwaku di antara keinginan dan keengganan kembali,--
merupakan keterangan keadaan, -- di antara perkara-perkara yang mungkin dan-
- merupakan obejk, dan --tidak mungkin selesai.--merupakan predikat.

Kulihat diriku tertimbun reruntuhan masa remajaku di kota yang mencintai


para pembenci. --Kulihat-- merupakan predikat, --diriku tertimbun reruntuhan
masa remajaku-- objek, --di kota yang mencintai para pembenci.-- keterangan
tempat.

Kulihat ayah di pekarangan memasukkan serpihan-serpihan kaca jendela ke


saku celana. --Kulihat-- predikat, --ayah-- objek, --di pekarangan-- keterangan
waktu, --memasukkan serpihan-serpihan kaca jendela ke saku celana.--
keterangan keadaan.

Ibu tidak ada di dapur dan dimana-mana. Tetapi, di jalan-jalan, negara


melintas sebagai perayaan ringkas dan huru-hara yang tidak pernah tuntas. --
Ibu tidak ada di dapur dan dimana-mana. Tetapi, di jalan-jalan, negara melintas
sebagai perayaan ringkas dan huru-hara-- keterangan keadaan, dan --yang tidak
pernah tuntas.-- predikat.

34
Setiap hari tumbuh retakan baru di tubuhku. --Setiap hari-- merupakan
keterangan waktu, --tumbuh-- merupakan predikat, --retakan baru-- objek, --di
tubuhku.-- keterangan tempat.

Kuterima seluruh seolah kelah terbit matahari lain dari sana. Ribuan
matahari. --Kuterima-- predikat, --seluruh seolah kelah terbit matahari lain dari
sana. Ribuan matahari.-- hanya sebagai pelengkap dalam kalimat.

2.3.2 Aspek Semantik


2.3.2.1 Denotasi dan Konotasi

Aku tidak pernah betul-betul pulang. Kalimat ini mengandung makna


denotasi. Karena benar-benar menjelaskan keadaan bahwa seseorang tidak pernah
kembali ke rumah.

Tidak bisa. Ke semua tempat kuseret tubuh sendiri sebagai petualang


tersesat—bahkan di negeri jauh tempat aku lahir dan seorang perempuan
mengajariku tersenyum kepada diri sendiri. Kalimat kedua tersebut mengandung
makna konotasi. Aku lirik menggunakan kalimat perandaian pada --petualang
tersesat—mengganti bahwa dirinya seseorang yang selalu berpergian yang tanpa
tujuan.

Tidak pernah ada rumah. Tidak ada. Cuma ada mimpi buruk yang sekali
waktu terburu-buru membangunkan dan meminta aku pergi. Kalimat ketiga
mengandung makna denotasi. Dalam kalimat ini aku lirik menceritakan keadaannya
yang memiliki pengalaman buruk di masa lalunya sehingga ia membenci rumahnya
sendiri dan seolah-olah ketika ia mengingat kejadian itu dalam mimpinya ia rasanya
ingin semakin menjauhi rumah itu.

Membelahku. Mengubah ingatan jadi hukuman. Meletakkan jiwaku di


antara keinginan dan keengganan kembali, di antara perkara-perkara yang
mungkin dan tidak mungkin selesai. Kalimat keempat ini penyair mengungkapan
perasaan benci yang sangat mendalam terhadap kenangan di masa lalunya itu dan
seolah-olah kenangan itu merupakan hukuman baginya dan ia benar-benar tidak

35
ingin kembali ke rumahnya itu. Kalimat ini mengandung makna denotasi dan
konotasi.

Kulihat diriku tertimbun reruntuhan masa remajaku di kota yang mencintai


para pembenci. Kalimat kelima ini mengandung makna konotasi. Makna konotasi
terdapat pada kulihat dirku tertimbun reruntuhan masa remajaku, maksud dari
reruntuhan masa remaja mungkin kejadian-kejadian buruk yang dialami aku lirik
yang membuatnya terus mengingat hal tersebut. Dan para pembenci yang
dimaksudkan pun sebutan untuk orang-orang yang tidak pernah mau kalah yang
rela melakukan apapun untu menjatuhkan lawannya. Seperti saat itu aku lirik
tengah berada dalam kehidupan orang-orang dengan ego yang tinggi dan sangat
ambisius.

Kulihat ayah di pekarangan memasukkan serpihan-serpihan kaca jendela ke


saku celana. Kalimat keenam ini mengandung makna denotasi. Aku lirik seolah-
olah memberitahu bahwa ayahnya menyembunyikan suatu kenyataan pahit yang
ingin ia simpan sendiri atau bahkan ia sembunyikan dari orang lain.

Ibu tidak ada di dapur dan dimana-mana. Tetapi, di jalan-jalan, negara


melintas sebagai perayaan ringkas dan huru-hara yang tidak pernah tuntas.
Setelah aku lirik membicarakan ayahnya, aku lirik juga menceritakan keadaan
ibunya yang mungkin saja maksudnya sedang bersembunyi dari kekacauan yang
ada. Dalam kalimat ketujuh ini seolah-olah kekacauan itu tidak akan pernah
berakhir sehingga sang ibu lenyap begitu saja karena tak ingin melihat atau
merasakan kekacuan itu. Kalimat ketujuh ini miliki makna denotasi dan konotasi.

Setiap hari tumbuh retakan baru di tubuhku. Kalimat kedelapan ini


mengandung makna denotasi. Maksud dari retakan baru di tubuhnya mungkin saja
ingatan-ingatan masa lalu yang selalu menghantui pikirannya itu seolah setiap hari
mengeruk luka lama dihatinya. Membuatnya seolah-olah tubuhnya mendapat luka
baru lagi dan lagi.

Kuterima seluruh seolah kelak terbit matahari lain dari sana. Ribuan
matahari. Di akhir puisi, atau kalimat terakhir ini, terlihat bahwa aku lirik pasrah

36
akan keadaan di waktu itu. Ia berharap akan ada sesuatu yang dapat menghentikan
atau mengalihkan hidupnya ke yang lebih baik.

2.3.2.2 Majas

Kalimat kedua dalam puisi “AKU TIDAK PERNAH BETUL-BETUL


PULANG” Tidak bisa. Ke semua tempat kuseret tubuh sendiri sebagai petualang
tersesat—bahkan di negeri jauh tempat aku lahir dan seorang perempuan
mengajariku tersenyum kepada diri sendiri dan Kalimat kedelapan Setiap hari
tumbuh retakan baru di tubuhku merupakan kalimat yang menggunakan majas
alegori. Karena --petualang tersesat—pada kalimat kedua dan kalimat kedelapan -
-retakan baru-- menjadi alasan dua kalimat ini merupakan majas alegori. Artinya
menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran.

Kalimat ketiga selanjutnya Tidak pernah ada rumah. Tidak ada. Cuma ada
mimpi buruk yang sekali waktu terburu-buru membangunkan dan meminta aku
pergi menggunakan majas personifikasi. Karena --mimpi buruk yang sekali waktu
terburu-buru membangunkan dan meminta-- menjadi alasan kalimat tersebut
menggunakan majas personifikasi. Artinya menggunakan benda tak bernyawa
seolah-olah mempunyai sifat seperti manusia.

Kalimat kelima Kulihat diriku tertimbun reruntuhan masa remajaku di kota


yang mencintai para pembenci dan kalimat ketujuh Ibu tidak ada di dapur dan
dimana-mana. Tetapi, di jalan-jalan, negara melintas sebagai perayaan ringkas
dan huru-hara yang tidak pernah tuntas menggunakan majas ironi. Karena --di
kota yang mencintai para pembenci-- pada kalimat kelima dan --perayaan ringkas
dan huru-hara yang tidak pernah tuntas-- pada kalimat tujuh ini yang menjadi
alasannya. Dalam kalimat tersebut majas menyatakan hal yang bertentangan
dengan maksud untuk menyindir seseorang ataupun siapapun.

Kalimat keenam Kulihat ayah di pekarangan memasukkan serpihan-serpihan


kaca jendela ke saku celana merupakan kalimat yang menggunakan majas
asosiasi/perumpamaan. Karena --serpihan-serpihan kaca jendela-- menjadi
alasannya. Mungkin maksudnya kepingan buruk di masa lalu disekitar rumahnya.

37
Artinya majas tersebut membandingkan terhadap dua hal yang pada hakikatnya
berbeda, tetapi sengaja dianggap sama.

Kalimat kesembilan ini Kuterima seluruh seolah kelak terbit matahari lain
dari sana. Ribuan matahari menggunakan majas metafora. Karena dalam kalimat
tersebut mengungkapkan ungkapan secara langsung berupa perbandingan analogis.

2.3.2.3 Isotopi

Puisi "AKU TIDAK PERNAH BENAR-BENAR PULANG" memiliki enam


penggunaan isotopi. Isotopi yang hadir adalah isotopi keadaan, isotopi perasaan,
isotopi manusia, isotopi waktu, isotopi tempat dan isotopi alam.

1. Isotopi Keadaan/Perasaan

Komponen Makna Bersama


Kata/Frase yang Denotasi/
Bahagia/
mengandung Isotopi Konotasi Ironi/Sedih Biasa saja
Senang
tidak pernah betul-betul
k + - -
pulang
Tidak bisa k + - -
tersenyum k + + -
Tidak pernah ada
k + - -
rumah
mimpi buruk k + - -
meminta aku pergi k + - -
terburu-buru k - - +
Membelahku k + - -
Mengubah ingatan jadi
k + - -
hukuman
Meletakkan jiwaku k + - -
negara melintas dengan
k - - +
perayaan ringkas

38
mungkin dan tidak
d/k + - +
mungkin selesai
tumbuh retakan baru k + - -

2. Isotopi Manusia

Komponen Makna Bersama


Kata/Frase yang Denotasi/
Anggota
mengandung Isotopi Konotasi Aktivitas Insan
Tubuh
Kuseret K + - -
Tubuh sendiri D - - +
Petualang tersesat K - + -
Seorang perempuan D - + -
Mengajariku D + - -
Membangunkan D + - -
Meminta D + - -
Pergi D + - -
Membelahku K + - -
Kulihat (2) D + - -
Ayah D - + -
memasukkan serpihan-
K + - -
serpihan kaca jendela
Ibu D - + -
Kuterima D + - -

3. Isotopi Waktu

Komponen Makna Bersama


Kata/Frase yang Denotasi/ Akan
Sudah Sedang
mengandung Isotopi Konotasi terjadi
terjadi terjadi
(bayangan)

39
yang sekali waktu D + - -
Setiap hari d/k + + -
terbit matahari lain K - - +

4. Isotopi Tempat

Komponen Makna Bersama


Kata/Frase yang Denotasi/
Khayalan/Hanya
mengandung Isotopi Konotasi Nyata
angan-angan
di kota yang mencintai
K + -
para pembenci
di pekarangan d/k - +
ke saku celana d/k - +
tidak ada di dapur dan
d/k + +
dimana-mana
di jalan-jalan D - +
di tubuhku K + +
dari sana D + +

5. Isotopi Alam

Kata/Frase yang Denotasi/ Komponen Makna Bersama


mengandung Isotopi Konotasi di luar angkasa di bumi
Ribuan matahari K - +

2.3.3 Aspek Pragmatik

Aku lirik muncul hampir di setiap kalimat dan memberikan penjelasan apa
yang sedang dirasakan atau dilakukan aku lirik kepada pendengar maupun
pembaca. Penggunaan pronomina persona pertama tunggal aku mengacu pada diri
aku lirik sendiri. Selain itu puisi ini juga menggunakan variasi pronomina persona

40
yaitu: ku- dan -ku. Seperti kalimat kedua Tidak bisa. Ke semua tempat kuseret
tubuh sendiri sebagai petualang tersesat—bahkan di negeri jauh tempat aku
lahir dan seorang perempuan mengajariku tersenyum kepada diri sendiri.;
kalimat keempat Membelahku. Mengubah ingatan jadi hukuman. Meletakkan
jiwaku di antara--; kalimat kelima Kulihat diriku tertimbun reruntuhan masa
remajaku di kota yang mencintai para pembenci.; kalimat kedelapan Setiap hari
tumbuh retakan baru di tubuhku.; dan kalimat kesembilan Kuterima seluruh
seolah kelah terbit matahari lain dari sana. Ribuan matahari.

2.3.4 Intertekstual

Puisi Aan Mansyur kali ini menjadi sangat terkenal karena buku yang satu
ini telah dipamerkan dalam film AADC 2. Film tersebut sukses meraih
kepopulerannya karena sangat ditunggu-tunggu oleh masyarakat luas. Tidak hanya
itu film tersebut juga sukses mengantarkan buku puisi ini diincar oleh masyarakat.

Memang salah satu puisinya tersebut terkenal berkat Rangga, pemeran


utama AADC 2 yang membacakannya dalam salah satu adegan di film. Tapi secara
keseluruhan buku puisi ini terbentuk karena penyair terinspirasi oleh skenario film
AADC 2 ini.

Puisi yang dikaji merupakan puisi yang menceritakan tentang diri aku lirik
yang sangat membenci masa lalunya. Kenyataan di masa lalu itu, tak dapat ia terima
sampai sekarang. Menyebabkan perasaan lelah, takut, dan juga merasa dihantui
ketika cerita-cerita lama itu kembali datang ke dalam mimpinya. Jelas terdapat pada
kalimat Tidak pernah ada rumah. Tidak ada. Cuma ada mimpi buruk yang sekali
waktu terburu-buru membangunkan dan meminta aku pergi. Seolah-olah mimpi
tersebut membawanya kembali ke masa lalu. Dan begitu membuat aku lirik muak
dengan segala apa yang terjadi di masa lalu.

Maka dari itu, AKU TIDAK PERNAH BETUL-BETUL PULANG


maksudnya, bahwa sekalipun raganya sampai di depan rumah. Tapi hatinya benar-
benar berpikir bahwa sekarang sudah tidaka ada lagi rumah baginya. Kekecewaan

41
yang amat mendalam yang dirasakan aku lirik sangat tercermin jelas dalam setiap
kalimat-kalimat dalam puisi ini.

2.4 Kajian Semiotika Puisi “Perempuan yang Mencintai Perempuan Lain”

2.4.1 Fragmen 1

2.4.1.1 Aspek Sintaksis

Seberapa jauh aku dan kau harus masuk kedalam hutan agar kau bisa
menemukan kita? aku dan kau sebagai subjek serta masuk kedalam hutan
merupakan suatu predikat serta agar kau bisa menemukan kita? Ini merupakan
keterangan atau pelengkap dan kita disini sebagai objek.

Di hutan katamu tidak ada masalalu—dan masa depan, jika kita kuat,
adalah masa kini yang selalu. Orang-orang diluar hutan berpikir dan hidup
dengan cara-cara lama. kita adalah sebagai subjek sedangkan berpikir dan hidup
adalah predikat sedangkan pelengkap adalah cara-cara lama.

Aku tidak ingin jadi batu yang tidak tahu dirinya batu. Aku tidak ingin
jadi langit yang tidak tahu warna dasarnya. Aku sebagai subjek sedangkan
predikatnya adalah tidak ingin jadi batu dan tidak ingin jadi langit dengan
pelengkap yang tidak tahu dirinya batu dan yang tidak tahu warna dasarnya.

Di hutan tidak ada jarak yang membentang diantara kebengisan dunia


yang menimpa kita dan kata-kata yang diucapkan. Di sini, katamu, kemarahan
adalah kemrahan, kemurungan adalah kemurungan. Orang-orang di luar hutan
tidak mau mendengar kesedihan yang meledak di dada kita. Ada dua alasan:
mereka ingin terdengar lebih bahagia dan memiliki kesedihan yang lebih
nyaring. subjek Orang-orang dengan predikat kesedihan. Dengan keterangan
sebagai pelengkap adalah Di hutan tidak ada jarak yang membentang diantara
kebengisan dunia yang menimpa kita dan kata-kata yang diucapkan.

2.4.1.2 Aspek Semantik

2.4.1.2.1 Denotasi dan Konotasi

42
Seberapa jauh aku dan kau harus masuk kedalam hutan agar kau bisa
menemukan kita? Ini merupakan kalimat konotasi dengan bermakna seberapa jauh
kita masuk kedalam kehidupan ini yang liar agar kebersamaan dapat bertemu lagi.

Seberapa jauh aku harus ke dalam dirimu agar aku bisa menemukan
diriku? Ini merupakan makna konotasi dengan makna sebenarnya yaitu seberapa
jauh aku melihat dan masuk kedalam dirimu agar aku bisa melihat hatimu yang ada
aku di dalamnya.

Di hutan katamu tidak ada masalalu—dan masa depan, jika kita kuat,
adalah masa kini yang selalu. Orang-orang diluar hutan berpikir dan hidup
dengan cara-cara lama. Makna dalam kalimat itu adalah makna konotasi dengan
artinya yaitu hidup di dunia ini bukan soal masalalu melainkan sekarang yang kita
jalani untuk masa depan.

Aku tidak ingin jadi batu yang tidak tahu dirinya batu. Aku tidak ingin
jadi langit yang tidak tahu warna dasarnya. Makna nya adalah makna konotasi
dengan aku tidak ingin punya sifat keras seperti batu yang padahal tidak sadar
dirinya keras.

Di hutan tidak ada jarak yang membentang diantara kebengisan dunia


yang menimpa kita dan kata-kata yang diucapkan. Di sini, katamu, kemarahan
adalah kemrahan, kemurungan adalah kemurungan. Orang-orang di luar hutan
tidak mau mendengar kesedihan yang meledak di dada kita. Ada dua alasan:
mereka ingin terdengar lebih bahagia dan memiliki kesedihan yang lebih
nyaring. ini merupakan makna denotasi pada kalimat pertama dikarenakan benar
apa yang dialami yaitu semua rasa yang dialami dan di ungkapkan itu singkron.
Sedangkan yang kedua yaitu makna konotas dengan tidak mau mendengar
kesedihan karena sama sama sedih atau tidak peduli sama sekali dan bahkan
kesedihan pula yang lebih nyaring.

2.4.1.2.2 Majas

43
Pada kalimat pertama termasuk memiliki majas Seberapa jauh aku dan kau
harus masuk kedalam hutan agar kau bisa menemukan kita? Memiliki majas
retorik.

Selanjutnya adalah Seberapa jauh aku harus ke dalam dirimu agar aku
bisa menemukan diriku? Pada kalimat kedua juga memiliki majas retorik.

Pada kalimat ketiga yaitu Di hutan katamu tidak ada masalalu—dan masa
depan, jika kita kuat, adalah masa kini yang selalu. Orang-orang diluar hutan
berpikir dan hidup dengan cara-cara lama. Yaitu memiliki majas pleonasme.

Kalimat ketiga adalah Aku tidak ingin jadi batu yang tidak tahu dirinya
batu. Aku tidak ingin jadi langit yang tidak tahu warna dasarnya. Memiliki majas
simile.

Pada kalimat ke empat juga memilki maja yaitu Ada dua alasan: mereka
ingin terdengar lebih bahagia dan memiliki kesedihan yang lebih nyaring.
memiliki majas Majas Sinekdoke totem pro parte.

2.4.1.2.3 Isotopi

1. Isotopi Keadaan
Kata/ Frase yang Denotasi/ Komponen Makna Bersama
Memiliki Isotopi Konotasi Abstrak Konkret
Harus (2x) D - +
Seberapa jauh (2x) K + -
Masuk (2x) D - +
Agar (2x) K - +
Menemukan (2x) K + +
Tidak ada (2x) D - +
Kuat D + -
Jika D - +
Yang selalu D + -
Tidak tahu (2x) D + -
Tidak ingin D + -
Jadi D - +
Dasarnya D - +
Jarak D + -
Membentang D - +
Kebengisan K - +

44
Menimoat D - +
Aman D - +
Tidak mau D + -
Meledak K - +
Ada dua alasan K + -
Ingin K + -
Lebih bahagia K + -

2. Isotopi Manusia
Kata/ Frase yang Denotasi/ Komponen Makna Bersama
Memiliki Isotopi Konotasi Insan Tindakan
Aku (5x) D + -
Kau D + -
Bisa (2x) K - +
Kita (4x) D + -
Dirimi D + -
Diriku D + -
Orang-orang (2x) D + -
Berpikir D - +
Dirinya D +
Diucapkan D - +
Kemarahan (2x) K + -
Kemurungan (2x) K + -
Mendengar D - +
Kesedihan (2x) D + -
Mereka D + -
Terdengar D - +
Memiliki D - +
Lebih nyaring D - +

3. Isotopi Ruang
Kata/ Frase yang Denotasi/ Komponen Makna Bersama
Memiliki Isotopi Konotasi Terbuka Tertutup
Ke dalam (2x) D + -
Hutan (5x) D + -
Di luar (2x) D + -
Di sisi K + +
Di dada K - +

4. isotopi Waktu
Komponen Makna Bersama

45
Kata/ Frase yang Denotasi/ Saat Tindakan Jangka Waktu
Memiliki Isotopi Konotasi tindakan
Masa lalu D - +
Masa depan D - +
Masa kini D + -
Antara K - -

5. Isotopi Alam
Kata/ Frase yang Denotasi/ Komponen Makna Bersama
Memiliki Isotopi Konotasi Angkasa Bumi
Batu D - +
Langit D + -
Warna D - +
Dunia D - +

2.4.2 Fragmen 2

2.4.2.1 Aspek Sintaksis

Sungai kering. Ranting-ranting pohon kering. Aku berbaring di atas batu


melihat betapa lembut awan-awan yang melintas. Aku sedangkan predikat nya
adalah berbaring di atas batu dengan objek yaitu awan-awan lalu di ikuti
keterangan melintas.

Dan, kekasih, kematian datang kepadamu tiba-tiba hendak mengusirku


dari hutan ini. Ini merupakan kalimat deklaratif dengan subjek kamu sedangkan
predikatnya adalah mengusirku lalu objek nya yaitu aku dengan keterangan dari
hutan ini. Tidak.

Kepergianmu memintaku pulang ke rumah dan rahim yang setenah mati


hendak ku singkirkan dari ingatan. Tidak. subjeknya adalah Aku dengan predikat
memintaku pulang ke rumah. Lalu di tambahkan dengan kata penghubung dan
dengan keterangan yaitu rahim yang setenah mati hendak ku singkirkan dari
ingatan.

Pulanglah! Pulanglah! Pulanglah merupakan predikat.

46
Ku dengar jiwamu menyeru dari dalam diriku. Ku sebagai subjek dengan
dengar sebagai predikat dan dalam diriku merupakan keterangan pelengkap.

Aku merasa sedang bercinta dengan seseorang yang aku benci. subjek
yaitu Aku dan diikuti predikatnya yaiut bercinta dan objek nya seseorang ditambah
dengan keterangan pelengkap yaitu yang aku benci.

Mengapa hidup tidak membiarkan aku memilih, bahkan satu penderitaan


yang pantas bagiku? subjeknya adalah aku dengan diikuti predikat yaitu
membiarkan serta kalimat keterangan yaitu bahkan satu penderitaan yang pantas
bagiku?

2.4.2.2 Aspek Semantik

2.4.2.2.1 Denotasi dan Konotasi

Sungai kering. Ranting-ranting pohon kering. Aku berbaring diatas batu


melihat lembut awan-awan yang mlintas. Ini merupakan makna denotasi karena
si tokoh aku sedang melakukan hal seperti yang sudah di deskripsikan sebelumnya.

Dan, kekasih, kematian datang kepadamu tiba-tiba hendak mengusirku


dari hutan ini. Ini merupakan kalimat denotasi atau sebenanya, dalam film di
kisahkan tokoh itu mati karena asa sendiri akhirnya iya ingin keluar dari hutan.

Kepergianmu memintaku pulang ke rumah dan rahim yang setenah mati


hendak ku singkirkan dari ingatan. Tidak. Ini merupakan kalimat bermakna
konotasi dengan maksud sahabat dia yang mati itu membuat dirinya sendiri dan
terpanggil pulang kerumah dari rahim yg sudah setengah tidak berfungsi. Karena
usia ibunya sudah tua.

Pulanglah! Pulanglah! Pulanglah! Pada kalimat Sembilan,sepuluh,


sebelas, dan itu merupakan makna sebenarnya atau denotasi dengan arti itu seruan
ajakan untuku pulang dan kembali.

47
Ku dengar jiwamu menyeru dari dalam diriku. Ini merupakan makna
konotasu dengan arti sesungguhnya yaitu dalam hati dan pikiran kau masih teringat
dan terasa memanggil.

Aku merasa sedang bercinta dengan seseorang yang aku benci. Ini
merupakan makna konotasi yaitu mencintai sesuatu padahal sangat membenci
dengan arti tetap suka dalam menerima keadaan.

Mengapa hidup tidak membiarkan aku memilih, bahkan satu penderitaan


yang pantas bagiku? Ini merupakan kalimat yang bermakna sebenarnya atau
denotasi karena tokoh ini bertanya dalam dirinya kenapa hidup tidak ada pilihan ,
malah ada penderitaan untuk ujian hidupnya.

2.4.2.2.2 Majas

Pada fragmen ke dua kalimat ke enam memiliki majas yaitu sungai kering.
Ranting-ranting pohon kering. Aku berbaring diatas batu melihat lembut awan-
awan yang mlintas. Nah majas yang digunakan adalah majas personifikasi.

Kepergianmu memintaku pulang ke rumah dan rahim yang setenah mati


hendak ku singkirkan dari ingatan. Tidak. Ini merupakan majas asosiasi.

Pada kalimat ke Sembilan, sepuluh, sebelas adalah Pulanglah! Pulanglah!


Pulanglah! Yaitu majas penegasan.

Pada kalimat ke dua belas adalah Ku dengar jiwamu menyeru dari dalam
diriku. Ini merupakan majas sinekdot.

Selanjutnya adalah kalimat ke tiga belas yaitu Aku merasa sedang bercinta
dengan seseorang yang aku benci. Ini merupakan majas ironi.

Selanjutnya adalah pada kalimat ke empat belas yaitu Mengapa hidup tidak
membiarkan aku memilih, bahkan satu penderitaan yang pantas bagiku? Ini
merupakan majas retorik.

2.4.2.2.3 Isotopi

1. Isotopi Alam

48
Kata/ Frase yang Denotasi/ Komponen Makna Bersama
Memiliki Isotopi Konotasi Angkasa Bumi
Sungai D - +
Ranting-ranting D - +
Pohon D - +
Batu D - +
Awan-awan D + -
Hutan D - +

2. Isotopi Keadaan
Kata/ Frase yang Denotasi/ Komponen Makna Bersama
Memiliki ISotopi Konotasi Abstrak Konkret
Kering (2x) D +
Betapa lembut D +
Yang melintas K +
Datang D +
Tiba-tiba D +
Hendak (2x) K +
Kepergianmu D +
Pulang D +
Setengah mati D +
Kusingkirkan K +
Pulanglah (3x) D +
Merasa D +
Sedang K +
Bercinta D +
Benci D +
Mengapa K +
Hidup D +
Membiarkan D +
Bahkan D +
penderitaan
Yang pantas D +

3. Isotopi manusia
Kata/Frasa yang Denotasi/ Komponen Makna Bersama
Memiliki Isotopi Konotasi Insan Tindakan
Aku (4x) D +
Berbaring D +
Melihat K +
Kekasih D +
Kematian D +

49
Kepadamu D +
mengusirku D +
Memintaku K +
Dari ingatan D +
Kudengan D +
Jiwamu D +
Menyeru K +
Diriku D +
Seseorang D +
Memilih D +
Bagiku D +

4. Isotopi Ruang
Kata/Frasa yang Denotasi/ Komponen Makna Bersama
memiliki Isotopi Konotasi Terbuka Tertutup
Di atas D +
Ke rumah D +
Rahim K +
Dari dalam D +

2.4.3 Fragmen 3

2.4.3.1 Aspek Sintaksis

Kau mati menjadi neraka di pikiranku. Kau sebagai subjek sedangkan


predikatnya adalah neraka lalu kalimat penjelasnya adalah di pikiranku.

Menghangatkan aku pada malam-malam ketika aku sendiri dan musim


begitu kejam—dan melalapku ketika bibirku mengucapkan nama lain. aku
sebagai subjek lalu dengan predikat yaitu sendiri dan kalimat pelengkapnya adalah
dan melalapku ketika bibirku mengucapkan nama lain.

Sepasang Mata Anjing itu menginginkan perih yang berbeda dari jiwaku.
Dalam kalimat ini merupakan kalimat ungkapan deklaratif, dengan subjek yaitu
Sepasang Mata Anjing lalu di ikuti dengan predikat yaitu menginginkan perih dan
kalimat pelengkapnya adalah yang berbeda dari jiwaku.

Di hutan ini terlalu banyak pohon dan diluar sana tidak ada yang
menunggu selain pengabdian di telnujuk ibuku dan dendam yang terpendam di

50
dada anjing itu. subjek yaitu Di hutan ini ditambah dengan predikatnya yaitu
menunggu lalu objeknya adalah anjing itu serta keterangan pelengkapnya yaitu
selain pengabdian di telnujuk ibuku dan dendam yang terpendam di dada.

Anjing itu, anjing itu ingin menyeret aku kembali ke masa silam—ia
ingin tetap jadi penguasa demi menyambung hidup dan kehendak lain yang lebih
jahat dalam dirinya. subjek adalah Anjing itu lalu di ikuti dengan predikat nya
adalah menyeret lalu objeknya adalah aku dan kalimat pelengkapnya adalah
kembali ke masa silam—ia ingin tetap jadi penguasa demi menyambung hidup
dan kehendak lain yang lebih jahat dalam dirinya.

Apakah kau mati atau berada di angkasa menjadi matahari demi


mengeringkan laut dalam tubuhku—agar aku lebih mudah terbakar dalam
kobaran nyala kesediham yang lain? Tanpa korban dan pengorbanan kobaran
api hanya kobaran api. subjek adalah kau lalu sebagai predikat yaitu mati dan aku
sebagai objek dan sisanya seperti pelengkap yaitu lebih mudah terbakar dalam
kobaran nyala kesediham yang lain? Tanpa korban dan pengorbanan kobaran
api hanya kobaran api.

2.4.3.2 Aspek Semantik

2.4.3.2.1 Denotasi dan Konotasi

Kau mati menjadi neraka di pikiranku. Ini merupakan makna konotasi dan
memiliki maksud kau disini sebagai tokoh perempuan yang mati dan membuat
tokoh si manusia anjing merasa sangat kacau dan terasa membebani pikiran tokoh
manusia anjing tersebut.

Menghangatkan aku pada malam-malam ketika aku sendiri dan musim


begitu kejam—dan melalapku ketika bibirku mengucapkan nama lain. Dalam
kalimat ini yaitu makna tidak sebenarnya atau konotasi dan maksud dari kalimat itu
adalah kelanjutan dari kalimat dengan keterangan sebelumnya yang berarti
membuat ku selalu memikirkanmu pada malam hari ketika sendiri (tokoh yang
ditinggal temennya mati) dan maksud dari musim begitu kejam adalah hari-hari
yang dijalani dengan sendirian itu adalah sangat berat serta maksud dari ketika

51
bibirku melafalkan nama lain adalah sangatlah pantang untuk menggantikan sosok
dirimu di hutan (kehidupan) dan di awasi oleh sepasang mata anjing.

Sepasang Mata Anjing itu menginginkan perih yang berbeda dari jiwaku.
Ini merupakan makna denotasi yaitu dengan arti manusia anjing ingin melukai
dengan merencanakannya terlebih dahulu melukai hati yang tidak biasa dari si
tokoh itu.

Di hutan ini terlalu banyak pohon dan diluar sana tidak ada yang
menunggu selain pengabdian di telunjuk ibuku dan dendam yang terpendam di
dada anjing itu ini merupakan makna konotasi dengan maksud yaitu di hutan ini
terlalu banyak pohon dengan arti di kehidupan terlalu banyak penghalang dan bisa
bersembunyi dengan kondisi tersebut sedangkan diluar hutan hanya ibu nya yang
menunggu untuk kembali pulang kerumah lewat telunjuk itu mantra-mantra
terucap.

Anjing itu, anjing itu ingin menyeret aku kembali ke masa silam—ia
ingin tetap jadi penguasa demi menyambung hidup dan kehendak lain yang lebih
jahat dalam dirinya. Maksudnya disini adalah memiliki makna sebenarnya karena
tujuan anjing itu memang jelas yaitu seperti yang diungkapkan dalam puisi itu.

Apakah kau mati atau berada di angkasa menjadi matahari demi


mengeringkan laut dalam tubuhku—agar aku lebih mudah terbakar dalam
kobaran nyala kesediham yang lain? Tanpa korban dan pengorbanan kobaran
api hanya kobaran api. Ini merupakan makna konotasi dengan maksud saat kau
pergi apa bisa menjadi penyemangat seperti matahari yang bisa menghilangkan rasa
pahit atau rasa lelah karena beban hidup si tokoh seperti laut sangat lah luas dan
juga bisa menjadi semangat untuk bangkit dari kesedihan lalu , semangat tanpa
pengorbanan adalah rasa yang hampa.

2.4.3.2.2 Majas

Pada kalimat ke limabelas adalah Kau mati menjadi neraka di pikiranku.


Ini merupakan majas hiperbola. Selanjutnya adalah kalimat ke enambelas yaitu
Menghangatkan aku pada malam-malam ketika aku sendiri dan musim begitu

52
kejam—dan melalapku ketika bibirku mengucapkan nama lain. Ini merupakan
majas sinekdot. Selanjutnya adalah kalimat ke tujuhbelas Sepasang Mata Anjing
itu menginginkan perih yang berbeda dari jiwaku. Ini merupakan majas alegori .
pada kalimat ke delapan belas Di hutan ini terlalu banyak pohon dan diluar sana
tidak ada yang menunggu selain pengabdian di telnujuk ibuku dan dendam yang
terpendam di dada anjing itu ini merupakan majas simbolik. Selanjutnya pada
kalimat kesembilan belas dalam pragmen tiga yaitu Anjing itu, anjing itu ingin
menyeret aku kembali ke masa silam—ia ingin tetap jadi penguasa demi
menyambung hidup dan kehendak lain yang lebih jahat dalam dirinya. adalah
memiliki majas hiperbola. Selanjutnya adalah kalimat kedua puluh Apakah kau
mati atau berada di angkasa menjadi matahari demi mengeringkan laut dalam
tubuhku—agar aku lebih mudah terbakar dalam kobaran nyala kesediham yang
lain? Tanpa korban dan pengorbanan kobaran api hanya kobaran api. Ini
merupakan majas metafora.

2.4.3.2.3 Isotopi

1.Isotopi Manusia
Kata/Frasa yang Denotasi/ Komponen Makna Bersama
memiliki Isotopi Konotasi Insan Tindakan
Kau (2x) D +
Membangkitkan K +
Aku 94x) D +
Sendiri D +
Nama lain D +
Jiwaku D +
Ibuku D +
Anjing D +
Jadi penguasa K +
Dalam dirinya D +
Yang lain D +
Korban D +

2. Isotopi Keadaan
Kata/Frasa yang Denotasi/ Komponen Makna Bersama
memiliki Isotopi Konotasi Abstrak Konkrit
Mati D +

53
Menjadi (2x) D +
Ketika (2x) K +
Kejam D +
Melalapku K +
Melapalkan K +
Sepasang K +
Menginginkan K +
Perih D +
Terlalu banyak D +
Tidak ada D +
Yang menunggu D +
Pengabdian K +
Dendam D +
Terpendam K +
Menyeret D +
Kembali D +
Ingin tetap K +
Demi menyambung D +
Hidup D +
Kehendak lain D +
Lebih jahat K +
Mati D +
Mengeringkan K +
Lebih mudah D +
Agar K +
Terbakar D +
Nyala kesedihan K +
Tanpa D +
Perngorbanan K +
Kobaran api (2x) K +
Hanya K +

3. Isotopi Ruang
Kata/Frasa yang Denotasi/ Komponen Makna Bersama
memiliki Isotopi Konotasi Terbuka Tertutup
Neraka K +
Di pikiranku K +
Di hutan D +
Di pohon D +
Di luar sana D +
Di angkasa D +
Dalam tubuhku D +
Dalam kobaran D +

54
4. Isotopi Waktu
Kata/Frasa yang Denotasi/ Komponen Makna Bersama
memiliki Isotopi Konotasi Saat Tindakan Jangka Waktu
Tindakan
Pada malam- D + +
malam
Musim D +
Ke masa lampau D +

5. Isotopi Anggota Tubuh


Kata/Frasa yang Denotasi/ Komponen Makna Bersama
memiliki Isotopi Konotasi Dapat Dilihat Dapat Didengar
Bibirku D +
Mata anjing D +
Di dada anjing D +

6. Isotopi Alam
Kata/Frasa yang Denotasi/ Komponen Makna Bersama
memiliki Isotopi Konotasi Angkasa Bumi
Matahari D +
Laut D +

2.4.4 Fragmen 4

2.4.4.1 Aspek Sintaksis

Aku ingin berhenti berusaha menemukan perbedaan antara awal dan


akhir. aku sebagai subjek dan predikatnya adalah berhenti kata pelengkap yaitu
berusaha menemukan perbedaan antara awal dan akhir.

Aku ingin tiba di suatu tempat (waktu) di mana hidupku kehilangan


segala dan aku merasa memenangkan sesuatu. Aku sebagai subjek sedangkan
predikatnya adalah ingin tiba dan sisa nya adalah pelengkap tiba di suatu tempat
(waktu) di mana hidupku kehilangan segala dan aku merasa memenangkan
sesuatu.

55
Tetapi kemenangan, kata ibuku, adalah tunas penderitaan yang lain.
kemenangan sebagai predikat dan subjeknya adalah ibuku dengan penjelas yaitu
adalah tunas penderitaan yang lain.

Aku ingin mengambil segala yang kucintai darimu dan menemukannya


di diri orang lain yang mencintaiku. subjek Aku ditambah dengan predikat yaitu
ingin mengambil selanjutnya objek adalah orang lain ditambahkan dengan
pelengkap yaitu yang mencintaiku.

Kehidupan telah merampas tidurku dan sedang mengincar senyumku.


Tetapi, di hutan ini, pohon-pohon berbunga untuk diri mereka sendiri dan jatuh
tanpa merasa kehilangan apapun subjek aku yang mana predikatnya adalah
merampas lalu berikutnya adalah keterangan Tetapi, di hutan ini, pohon-pohon
berbunga untuk diri mereka sendiri dan jatuh tanpa merasa kehilangan apapun.

Aku ingin mencintai wajah yang tersisa di pikiranku seperti pohon-pohon


mengasihi segala yang menginginkan mereka yang musnah. Aku disini sebagai
subjek dan mencintai sebagai predikat dan juga kata keterangan yaitu seperti
pohon-pohon mengasihi segala yang menginginkan mereka yang musnah.

2.4.4.2 Aspek Semantik

2.4.4.2.1 Denotasi dan Konotasi

Aku ingin berhenti berusaha menemukan perbedaan antara awal dan


akhir. Ini makna denotasi dengan pengertian yaitu si tokoh aku berusaha mencari
perbedaan tentang suatu kejadian apakah ini awal yang baik/buruk dan bahkan ini
adalah ujung atau akhir dari sesuatu yang bai/buruk itu.

Aku ingin tiba di suatu tempat (waktu) di mana hidupku kehilangan


segala dan aku merasa memenangkan sesuatu. Ini merupakan makna konotasi
dengan pemahaman yang asli yaitu tokoh aku ingin kembali dimana dan kapan saat
tokoh aku disini itu merasakan kehilangan yang amat sangan namun seperti
menemukan rahasia/petunjuk Tuhan dan malah merasa menang bahwa dia tidak
larut dan tidak kalah dengan kesedihan yang dialami

56
Tetapi kemenangan, kata ibuku, adalah tunas penderitaan yang lain.
Merupakan makna konotasi dengan makna sesungguhnya yaitu sesuatu yang
dimenangkan (ujian yang dilewati) aka nada ujian lainnya yang timbul setelah
kemenangan itu, karena sejatinya kehidupan adalah suatu ujian agar kita bisa
belajar dan menjadi lebih baik.

Aku ingin mengambil segala yang kucintai darimu dan menemukannya


di diri orang lain yang mencintaiku. Pada kalimat ini adalah bermakna sebenarnya
atau denotasi yaitu si tokoh aku ingin menjadikan suatu kenangan dan juga lebih
mengingat suatu yang baik dari tokoh kamu dan menemukan sifat-sifat baik seperti
itu dalam diri orang lain yang sedang mencintai si tokoh aku.

Kehidupan telah merampas tidurku dan sedang mengincar senyumku.


Tetapi, di hutan ini, pohon-pohon berbunga untuk diri mereka sendiri dan jatuh
tanpa merasa kehilangan apapun. Dalam kalimat ini merupakan konotasi dengan
makna yang real nya adalah tanggung jawab telah menghilangkan waktu istirahat
si tokoh aku dan tanggung jawab pula yang mengancam kebahagiaannya kedepan.
Tetapi di lingkungan ini sesuatu yang baik hanya untuk diri mereka sendiri dan
ketika mengalami kemalangan tidak peduli dan di hadapi sendiri.

Aku ingin mencintai wajah yang tersisa di pikiranku seperti pohon-pohon


mengasihi segala yang menginginkan mereka yang musnah. Dalam kalimat ini
yaitu bermakna konotasi yang mana makna aslinya yaitu tokoh aku ingin terus
mengenang bentuk wajah tokoh yang berpengaruh dalam hidupnya dan seperti
pohon yang iklash gapernah marah terhadap siapa yang menebang nya.

2.4.4.2.2 Majas

Aku ingin tiba di suatu tempat (waktu) di mana hidupku kehilangan


segala dan aku merasa memenangkan sesuatu. Ini merupakan majas simile.

Tetapi kemenangan, kata ibuku, adalah tunas penderitaan yang lain.


Adalah majas antithesis.

57
Aku ingin mengambil segala yang kucintai darimu dan menemukannya
di diri orang lain yang mencintaiku. Pada kalimat ini adalah mempunyai majas
pleonasme.

Kehidupan telah merampas tidurku dan sedang mengincar senyumku.


Tetapi, di hutan ini, pohon-pohon berbunga untuk diri mereka sendiri dan jatuh
tanpa merasa kehilangan apapun. Dalam kalimat ini majasnya adalah metafora.

Aku ingin mencintai wajah yang tersisa di pikiranku seperti pohon-pohon


mengasihi segala yang menginginkan mereka yang musnah. Dalam kalimat ini
yaitu bermajas simile.

2.4.4.2.3 Isotopi

1. Isotopi manusia
Kata/Frasa yang Denotasi/ Komponen makna Bersama
memiliki Isotopi Konotasi Insan Tindakan
Aku (5x) D +
Ingin (5x) D +
Perbedaan K +
hidupku D +
Ibuku D +
Yang lain D +
Mengambil K +
Segala (2x) K +
Kucintai D +
Darimu D +
Dari orang lain D +
Mencintaiku (2x) D +
Merampas K +
Tidurku K +
Mengincar K +
Senyumku D +
Disi mereka sendiri D +
Wajah D +
Menginginkan K +
Mereka D +

2. Isotopi Keadaan
Denotasi/Konotasi Komponen Makna Bersama

58
Kata/Frasa yang Abstrak Konkret
memiliki Isotopi
Berhenti D +
Berusaha D +
Menemukan (2x) K +
Antara K +
Tiba D +
Dimana D +
Kuhilangkan (2x) K +
Merasa D +
Memenangkan D +
Kemenangan K +
Penderitaan D +
Kehidupan D +
Berbunga K +
Jatuh D +
Tanpa merasa K +
Apa pun K +
Tersisa D +
Dipikiranku D +
Mengasihi D +
Musnah D +

3. Isotopi Waktu
Kata/Frasa yang Denotasi/ Komponen Makna Bersama
memiliki Isotopi Konotasi Saat Tindakan Jangka Waktu
Tindakan
Awal D +
Akhir D +
Atau waktu K +

4. Isotopi Ruang
Kata/Frasa yang Denotasi/ Komponen Makna Bersama
memiliki Isotopi Konotasi Terbuka Tertutup
Si suatu tempat K +
Di hutan D +

5. Isotopi Alam
Kata/Frasa yang Denotasi/Konotasi Komponen Makna Bersama
memiliki Isotopi Angkasa Bumi
Tunas D +

59
Pohon (2x) D +

2.4.5 Fragmen 5

2.4.5.1 Aspek Sintaksis

Mereka yang hidup diluar hutan ini menginkan segala sesuatu. Mereka
tidak tahu apa yang sungguh mereka butuhkan. subjeknya yaitu Mereka dengan
predikat yaitu hidup dengan objek segala sesuatu lalu dengan keterangan yaitu
Mereka tidak tahu apa yang sungguh mereka butuhkan.

Aku ingin mengatakan seluruh kemarahan dan kepedihanku tanpa


dikejar-kejar perasaan bersalah. subjeknya adalah Aku dan diikuti dengan
predikatnya yaitu mengatakan dan keterangannya yaitu seluruh kemarahan dan
kepedihanku tanpa dikejar-kejar perasaan bersalah.

Tetapi, kau tahu, menjadi perempuan yang kita inginkan berarti


berhadapan dengan pernyataan: siapa yang lebih jauh darimu, dirimu yang
pernah atau dirimu yang akan? Mereka menginkan jawaban dan segala yang
kuucapkan bukan jawaban subjek adalah Mereka lalu dengan predikat segala
yang kuucapkan dan keterangannyan adalah bukan jawaban.

2.4.5.2 Aspek Semantik

2.4.5.2.1 Denotasi dan Konotasi

Mereka yang hidup diluar hutan ini menginkan segala sesuatu. Mereka
tidak tahu apa yang sungguh mereka butuhkan. Ini merupakan makna konotasi
dengan makna keserakahan yang mana ingin memiliki semua namun sebenarnya ga
ada yang mereka ingin.

Aku ingin mengatakan seluruh kemarahan dan kepedihanku tanpa


dikejar-kejar perasaan bersalah. Ini merupakan makna denotasi atau sebenarnya
yang tokoh aku ingin kan adalah mengungkapkan semuanya dengan rasa yang
sebenarnya kemarahan itu wajar dan tidak dikejar perasaan salah.

60
Tetapi, kau tahu, menjadi perempuan yang kita inginkan berarti
berhadapan dengan pernyataan: siapa yang lebih jauh darimy, dirimu yang
pernah atau dirimu yang akan? Mereka menginkan jawaban dan segala yang
kuucapkan bukan jawaban— dalam kalimat ini merupakan makna sebenarnya
denotasi yaitu menjadi sesuatu yang sempurna di bebani pertanyaan siapa yang
lebih jauh dari sifat mu yang sesungguhnya atau akan seperti itu di kemudian hati,
tidak butuh jawaban melainkan tindakan.

2.4.5.2.2 Majas

Mereka yang hidup diluar hutan ini menginkan segala sesuatu. Mereka
tidak tahu apa yang sungguh mereka butuhkan. Ini merupakan majas pleonasme.

Aku ingin mengatakan seluruh kemarahan dan kepedihanku tanpa


dikejar-kejar perasaan bersalah. Ini merupakan majas pleonasme.

Tetapi, kau tahu, menjadi perempuan yang kita inginkan berarti


berhadapan dengan pernyataan: siapa yang lebih jauh darimu, dirimu yang
pernah atau dirimu yang akan? Mereka menginkan jawaban dan segala yang
kuucapkan bukan jawaban— dalam kalimat ini merupakan majas retorik.

2.4.5.2.3 Isotopi

1. Isotopi Manusia
Kata/Frasa yang Denotasi/ Komponen Makna Bersama
memiliki Isotopi Konotasi Insan Tindakan
Mereka (4x) D +
Menginginkan (2x) K +
Tidak tahu K +
Butuhkan K +
Aku D +
Inginkan (2x) K +
Mengatakan K +
Perasaan bersalah K +
Kau tahu D +
Perempuan D +
Kita D +
Darimu (2x) D +
Jawaban (2x) D +

61
Kuucapkan D +

2. Isotopi Keadaan
Kata/Frasa yang Denotasi/Konotasi Komponen Makna Bersama
memiliki Isotopi Abstrak Konkret
Hidup D +
Segala sesuatu K +
Seluruh D +
Kemarahan K +
Kepedihanku D +
Tanpa dikejar- K +
kejar
Menjadi D +
Berhadapan D +
Lebih jauh K +
Yang pernah K +
Yang akan K +
Bukan K +

3. Isotopi Ruang
Kata/Frasa yang Denotasi/ Komponen Makna Bersama
memiliki Isotopi Konotasi Terbuka Tertutup
Di luar hutan D +

2.4.6 Fragmen 6

2.4.6.1 Aspek Sintaksis

Kau pergi. Kau meninggalkan aku. Kau telah mengatakannya dengan


jelas: aku ingin mwmiliki Hei-hri ketika kau mencintai dirimu sendiri. Kau lalu
ditambahkan dengan predikat nya yaitu ditambahkan dengan predikat yaitu
meninggalkan dan objeknya adalah aku pelengkap kalimatnya adalah Kau telah
mengatakannya dengan jelas: aku ingin mwmiliki Hei-hri ketika kau mencintai
dirimu sendiri.

Kau lupa:orang-orang hanya sanggup mencintai diri sendiri ketika


mereka tidak sendiri. Bukan cinta, bukan cinta, namun kehilangan yang
menyatukan Kau sebagai subjek lalu diikuti dengan lupa sebagai predikat, dan

62
ditambahkan dengan keterangan orang-orang hanya sanggup mencintai diri
sendiri ketika mereka tidak sendiri. Bukan cinta, bukan cinta, namun kehilangan
yang menyatukan.

Mungkin kematian memang indah, tetapi ia datang pada saat tidak tepat.
Setelahnya: hanya kehilangan. Aku tidak menyebut kata ketakutan. subjeknya
adalah aku predikatnya adalah kematian dengan keterangan yaitu tetapi ia datang
pada saat tidak tepat. Setelahnya: hanya kehilangan.

Ketakutan bukan alasan yang baik untuk menggenggam atau


melepaskan sesuatu. Dalam kalimat terakhir merupakan kalimat deklaratif dengan
Ketakutan sebagai predikat dan keterangannya adalah bukan alasan yang baik
untuk menggenggam atau melepaskan sesuatu.

2.4.6.2 Aspek Semantik

2.4.6.2.1 Denotasi dan Konotasi

Kau pergi. Kau meninggalkan aku. Kau telah mengatakannya dengan


jelas: aku ingin mwmiliki Hei-hri ketika kau mencintai dirimu sendiri.
Merupakan makna denotasi atau makna sebenarnya dengan pengertian yang asli
kamu pergi meninggalkan aku sendiri, dahulu padahal pernah berjanji ingin
memiliki hari bersama mu denga hanya berdua saja.

Kau lupa:orang-orang hanya sanggup mencintai diri sendiri ketika


mereka tidak sendiri. Bukan cinta, bukan cinta, namun kehilangan yang
menyatukan. Ini merupakan makna sebenarnya atau denotasi dengan maksud
mencintai sendiri krarena kesedihan sangat perih dan pada akhirnya bukan cinta
tapi kehilangan yang menyatukan.

Mungkin kematian memang indah, tetapi ia datang pada saat tidak tepat.
Setelahnya: hanya kehilangan. Aku tidak menyebut kata ketakutan. Ini
merupakan makna sebenarnya yaitu kematian itu indah namun jika waktunya tidak
tepat menjadi kepedihan dan kehilangan, namun bukan berarti aku takut.
Ketakutan bukan alasan yang baik untuk menggenggam atau melepaskan

63
sesuatu. Selanjutnya adalah yang ditakuti bukan alasan untuk menahan atau
menghilangkan sesuatu melainkan tabah dan iklash serta selalu berdoa.

2.4.6.2.2 Majas

Kalimat ke tigapuluh yaitu Kau pergi. Kau meninggalkan aku. Kau telah
mengatakannya dengan jelas: aku ingin mwmiliki Hei-hri ketika kau mencintai
dirimu sendiri. Merupakan majas tautotes. Kalimat ke tiga puluh satu adalah Kau
lupa:orang-orang hanya sanggup mencintai diri sendiri ketika mereka tidak
sendiri. Bukan cinta, bukan cinta, namun kehilangan yang menyatukan. Ini
merupakan majas repitisi.

2.4.6.2.3 Isotopi

1. Isotopi Manusia
Kata/Frasa yang Denotasi/ Komponen Makna Bersama
memiliki Isotopi Konotasi Insan Tindakan
Kau (6x) D +
Pergi D +
Meninggalkan K +
Aku (3x) D +
Mengatakannya K +
Ingin D +
Memiliki D +
Mencintai (2x) D +
Dirimu D +
Sendiri (2x) D +
Lupa K +
Orang-orang D +
Mereka D +
Tidak sendiri K +
Ia D +
Menyebut K +
Menggenggam K +
Melepaskan K +

2. Isotopi Keadaan
Kata/Frasa yang Denotasi/ Komponen Makna Bersama
memiliki Isotopi Konotasi Abstrak Konkret
Telah K +

64
Dengan jelas K +
Hanya sanggup D +
Bukan cinta (2x) D +
Kehilangan (2x) K +
Yang menyatukan K +
Mungkin K +
Kematian D +
Memang indah K +
Datang D +
Ketakutan (2x) K +
Bukan alasan D +
Yang baik D +

3. Isotopi Waktu
Kata/Frasa yang Denotasi/ Komponen Makna Bersama
memiliki Isotopi Konotasi Saat Tindakan Jangka Waktu
Tindakan
Hari-hari D +
Ketika (2x) D +
Pada saat tidak K +
tepat
Setelahnya K +

2.4.7 Fragmen 7

2.4.7.1 Aspek Sintaksis

Ada terlalu banyak luka dalam diriku, tetapi kau bukan salah satu
penyebab. Aku tidak luka karena kepergianmu. Seseorang tidak memerlukan
luka untuk dicintai. Aku lalu dengan predikat yaitu luka dan dengan keterangan
yaitu Seseorang tidak memerlukan luka untuk dicintai..

Cinta lahir untuk membetulkan suatu yang salah . ia datang unuk


mencegah hal-hal lain meledak. predikat yaitu cinta , serta keterangan yitu ia
datang unuk mencegah hal-hal lain meledak.

Dulu setiap hari aku menyaksikan ibu menyiram sore di halaman. Ia


melakukannya bukan karena melihat waktu layu. Ia ingin menginginkan pagi
mekar lebih cerah. aku sebagai subjek dan menyaksikan sebagai predikat, serta

65
keterangannya adlaah Ia melakukannya bukan karena melihat waktu layu. Ia
ingin menginginkan pagi mekar lebih cerah dengan objeknya yaitu ibu.

Apakah kau meinggalkanku untuk tujuan yang sama subjek yaitu kau
dengan predikat meinggalkanku dengan keterangan tujuan yang sama?.

Kadang-kadang aku terlalu lelah dan kau terlampau jauh untuk ku


jangkau. Kadang aku terlalu lelah dan tanganmu berada paling lembut yang
pernah menyentuh rambutku. Dengan subjek aku dengan predikat yaitu lelah dan
objeknya adalah kau, keterangannya yaitu Kadang aku terlalu lelah dan
tanganmu berada paling lembut yang pernah menyentuh rambutku..

2.4.7.2 Aspek Semantik

2.4.7.2.1 Denotasi dan Konotasi

Ada terlalu banyak luka dalam diriku, tetapi kau bukan salah satu
penyebab. Aku tidak luka karena kepergianmu. Seseorang tidak memerlukan
luka untuk dicintai. Ini merupakan makna sebenarnya yang mana luka memang
banyak dalam diriku namun kamu bukan penyebab luka itu, aku tidak sedih atau
sakit dengan kepergianmu namun kenapa harus ada luka jika ingin di cintai.

Cinta lahir untuk membetulkan suatu yang salah . ia datang unuk


mencegah hal-hal lain meledak. Ini merupakan makna konotasi dengan makna asli
yaitu cinta itu ada untuk memperbaiki dan juga mencegah sesuatu yang salah.

Dulu setiap hari aku menyaksikan ibu menyiram sore di halaman. Ia


melakukannya bukan karena melihat waktu layu. Ia ingin menginginkan pagi
mekar lebih cerah. Merupakan makna konotasi dengan makna aslinya adalah dulu
ibu selalu memperbaiki dan menyemangati diriku di penghujung hari bukan karena
melihat waktu telah terlambat, namun ibu itu menginginkan besok hari lebih baik
dari kemarin.

Apakah kau meinggalkanku untuk tujuan yang sama? Pada kalimat ini
merupakan kalimat denotasi dengan arti nya tujuan sama untuk meninggalkan ku

66
Kadang-kadang aku terlalu lelah dan kau terlampau jauh untuk ku
jangkau. Kadang aku terlalu lelah dan tanganmu berada paling lembut yang
pernah menyentuh rambutku. Ini merupakan kalimat konotasi yang makna nya
adalah lelah dan frusasi untuk di dekati, tapi disaat lelah kamu selalu ada untuk
menolong ku..

2.4.7.2.2 Majas

Pada kalimat ke tigapuluh empat yaitu Ada terlalu banyak luka dalam diriku,
tetapi kau bukan salah satu penyebab. Aku tidak luka karena kepergianmu.
Seseorang tidak memerlukan luka untuk dicintai. Ini merupakan majas alegori.
Kalimat selanjutnya adalah Cinta lahir untuk membetulkan suatu yang salah . ia
datang unuk mencegah hal-hal lain meledak. Ini merupakan majas hiperbola.

. Selanjutnya Pada kalimat ke tigapuluh enam yaitu Dulu setiap hari aku
menyaksikan ibu menyiram sore di halaman. Ia melakukannya bukan karena
melihat waktu layu. Ia ingin menginginkan pagi mekar lebih cerah. Merupakan
majas simbolik. Selanjutnya pada kalmat ke tigapuluh tujuh yaitu apakah kau
meinggalkanku untuk tujuan yang sama? Pada kalimat ini merupakan majas
retorik.

2.4.7.2.3 Isotopi

1. Isotopi Keadaan
Kata/Frasa yang Denotasi/ Komponen Makna Bersama
memiliki Isotopi Konotasi Abstrak Konkret
Ada D +
Terlalu banyak K +
Luka (2x) D +
Bukan salah satu K +
Penyebab D +
kepergianmu D +
Tidak terluka K +
Tidak memerlukan D +
Cinta D +
Lahir D +
Tidak untuk K +
Yang telah rusak K +

67
Hal-hal lain K +
Lebih cepat K +
Terlalu lelah (2x) K +
Terlampau jauh K +
Untuk kujangkau K +
Paling lembut K +
Yang pernag K +
Menyentuh D +

2. Isotopi Manusia
Kata/Frasa yang Denotasi/ Komponen Makna Bersama
memiliki Isotopi Konotasi Insan Tindakan
Diriku D + -
Kau (3x) D + -
Aku (4x) D + -
Seseorang D + -
Dicintai D - +
Membetulkan K - +
Ia (3x) D + -
Datang D - +
Mencegah K - +
Meledak K - +
Menyaksikan K - +
Ibu D + -
Menyiram K - +
Melakukannya K - +
Melihat K - +
Menginginkan K - +
Meninggalkan D - +
Tanganmu D + -
Rambutku D + -

3. Isotopi Waktu
Kata/Frasa yang Denotasi/ Komponen Makna Bersama
memiliki Isotopi Konotasi Saat Tindakan Jangka Waktu
Tindakan
Dulu D - +
Setiap hari D - +
Sore D + +
Waktu K - +
Pagi D + +

68
Kadang-kadang K - +
(2x)

4. Isotopi Ruang
Kata/Frasa yang Denotasi/ Komponen Makna Bersama
memiliki Isotopi Konotasi Terbuka Tertutup
Di halaman D + -

2.4.8 Fragmen 8

2.4.8.1 Aspek Sintaksis

Mereka keliru mengira aku menjauhi rumah untuk mencari diriku. --


Mereka-- subjek, --keliru-- predikat, --mengira aku-- objek, --menjauhi rumah
untuk mencari diriku.-- keterangan keadaan.

Aku tahu siapa aku. --Aku-- subjek, --tahu-- predikat, --siapa aku.-- objek.

Perempuan tahu diri mereka perempuan. --Perempuan tahu diri-- predikat, -


-mereka-- subjek, --perempuan.-- objek.

Aku bukan pencari. --Aku-- subjek, dan --bukan pencari.-- predikat.

Aku pergi demi merebut diriku kembali dari tangan para pencuri. --Aku--
subjek, --pergi--predikat, --demi merebut diriku kembali dari tangan para
pencuri.-- keterangan keadaan.

Aku tahu mereka menyembunyikannya di balik selubung pikiran-pikiran


lama dan siasat jahat. –Aku-- subjek, --tahu-- predikat, --mereka
menyembunyikannya-- objek, --di balik selubung pikiran-pikiran lama dan siasat
jahat.-- keterangan tempat.

Aku kehilangan kau, aku tahu karena aku tidak pernah kehilangan diriku. –
Aku-- subjek, --kehilangan-- predikat, --kau,-- objek, --aku tahu karena aku tidak
pernah kehilangan diriku.-- keterangan keadaan.

69
Seluruh gerak-gerik pohon adalah nyanyian dari mana aku senantiasa
mendengar suaramu dan namaku. --Seluruh gerak-gerik pohon adalah
nyanyian dari mana-- keterangan keadaan, --aku-- subjek, --senantiasa
mendengar-- predikat, --suaramu dan namaku.-- pelengkap.

Sungai mengalirkan cermin bening dimana kau memantulkan bulan dan


wajahmu dari ketinggian. --Sungai-- subjek, --mengalirkan-- predikat, --cermin
bening-- objek, --dimana kau memantulkan bulan dan wajahmu dari
ketinggian.-- keterangan.

Aku kehilangan aku, aku tahu, tetapi aku tidak pernah kehilangan kita. --
Aku-- subjek, --kehilangan-- predikat, --aku,-- objek, --aku tahu, tetapi aku tidak
pernah kehilangan kita.-- pelengkap.

2.4.8.2 Aspek Semantik

2.4.8.2.1 Denotasi dan Konotasi

Kalimat pertama ini mengandung makna denotasi. Mereka keliru mengira aku
menjauhi rumah untuk mencari diriku. Maksud dari menjauhi ruman untuk
mencari diriku itu lari dari sebuah masalah dan mencoba tidak menanggapi
permasalahan yang sedang terjadi.

Kalimat kedua ini juga mengandung makna denotasi. Aku tahu siapa aku. Ya
aku lirik sadar terhadap dirinya sendiri. Ia berusaha meyakinkan kepada orang lain
bahwa inilah aku.

Kalimat ketiga mengandung makna denotasi. Perempuan tahu diri mereka


perempuan. sama seperti sebelumnya, aku lirik berusaha meyakinkan dirinya
bahwa mereka pun pastinya tahu mengenai hak diri mereka masing-masing.

Kalimat keempat, mengandung makna denotasi. Aku bukan pencari. Aku lirik
menegaskan bahwa dirinya bukanlah seseorang yang mudah melupakan sesuatu
apalagi jika hal itu merupakan hal berharga. Ia bukan seseorang yang dengan mudah
dapat begitu saja lupa akan apa yang terjadi dalam kehidupannya.

70
Kalimat kelima ini mengandung makna denotasi. Aku pergi demi merebut
diriku kembali dari tangan para pencuri. Aku lirik menegaskan dalam kalimat ini
ia bertekad untuk menemukan jati dirinya dihadapan orang-orang yang ia sebut
para pencuri.

Kalimat keenam mengandung makna denotasi dan kalimat ini merupakan


penjelasan dari kalimat sebelumnya. Aku tahu mereka menyembunyikannya di
balik selubung pikiran-pikiran lama dan siasat jahat. Aku lirik percaya bahwa
para pencuri itu membawa jiwanya ke dalam pikiran-pikiran jahat mereka.

Kalimat ketujuh mengandung makna denotasi. Aku kehilangan kau, aku tahu
karena aku tidak pernah kehilangan diriku. Aku lirik menjelaskan bahwa ia
kehilangan kau disini, seperti ia kehilangan belahan jiwanya. Separuh hatinya. Tapi
lagi-lagi aku lirik pun meyakinkan dirinya aku tidak kehilangan kau maupun diriku.
Keduanya ada dalam diriku.

Kalimat kedelapan ini mengandung makna konotasi. Seluruh gerak-gerik


pohon adalah nyanyian dari mana aku senantiasa mendengar suaramu dan
namaku. Aku lirik membayangkan bahwa gerak-gerik pohon sedang
menyenandungkan namanya juga nama orang itu. Terlalu lelah memikirkannya
sendirian, sampai aku lirik membayangkan hal seperti itu.

Kalimat kesembilan ini mengandung makna konotasi. Sungai mengalirkan


cermin bening dimana kau memantulkan bulan dan wajahmu dari ketinggian.
Aku lirik membayangkan dalam aliran sungai yang bening itu ada pantulan
wajahnya dari ketinggian bulan. Terlalu merindu yang dirasa aku lirik.

Kalimat kesepuluh mengandung makna konotasi. Aku kehilangan aku, aku


tahu, tetapi aku tidak pernah kehilangan kita.

2.4.8.2.2 Majas

Kalimat ketujuh ini merupakan majas simbolik. Yang artinya dalam kalimat
tersebut menggunakan perumpamaan tumbuhan, hewan, atau lainnya Seluruh

71
gerak-gerik pohon adalah nyanyian dari mana aku senantiasa mendengar
suaramu dan namaku.

Kalimat kedelapan Sungai mengalirkan cermin bening dimana kau


memantulkan bulan dan wajahmu dari ketinggian. Merupakan majas alegori,
yang artinya dalam kalimat tersebut menggunakan kata-kata perumpamaan.

2.4.8.2.3 Isotopi

1. Isotopi Manusia

Komponen Makna
Kata/ Frase yang Denotasi/
Bersama
Memiliki Isotopi Konotasi
Insan Tindakan
mereka (3x) D + -
Keliru K - +
Mengira K - +
aku (5x) D + -
siapa aku d/k + -
perempuan (2x) d/k + -
para pencuri K - +
pikiran-pikiran lama K - +
siasat jahat K - +
Namaku K + -

2. Isotopi Keadaan

Komponen Makna
Kata/ Frase yang Denotasi/
Bersama
Memiliki Isotopi Konotasi
konkrit Abstrak
menjauhi rumah - +
mencari diriku - +
aku tahu (4x) +

72
tahu diri - +
aku pergi + -
merebut diriku + -
Kembali + -
menyembunyikannya - +
kehilangan kau - +
tidak pernah (2x) + +
kehilangan diriku - +
Gerak-gerik pohon + -
Memantulkan + -
Mengalirkan + -
dari ketinggian + -
kehilangan aku - +
kehilangan kita - +

3. Isotopi Anggota Tubuh

Komponen Makna Bersama


Kata/ Frase yang Denotasi/
Dapat ditangkap Dapat ditangkap
Memiliki Isotopi Konotasi
indera penglihat indera pendengar
Tangan K + -
Nyanyian D - +
Mendengar D - +
Suaramu D - +
Wajahmu D + -

4. Isotopi Ruang

Komponen Makna
Kata/ Frase yang Denotasi/
Bersama
Memiliki Isotopi Konotasi
terbuka Tertutup

73
dibalik selubung K + -
Sungau D + -
dari mana aku K - -
dimana kau K - -

5. Isotopi Alam

Komponen Makna
Kata/ Frase yang Denotasi/
Bersama
Memiliki Isotopi Konotasi
Angkasa Bumi
Bulan D + +
Sungai D - +
Pohon D - +

2.4.9 Fragmen 9

2.4.9.1 Aspek Sintaksis

Aku tidak tahu bagaimana kau melakukannya. --Aku-- subjek, --tidak tahu--
predikat, --bagaimana kau melakukannya.-- keterangan keadaan.

Betapa berat menjadi tetap ada dan tidak terlihat. --Betapa berat-- keterangan,
--menjadi-- predikat, --tetap ada dan tidak terlihat.-- objek.

Kau memindahkan hutan dan binatang-binatang liar ke dalam diriku. --Kau-


- subjek, --memindahkan-- predikat, --hutan dan binatang-binatang liar-- objek,
--ke dalam diriku.-- keterangan.

Kau mengubah mataku menjadi sungai (dan batu-batu pendiam di


kedalaman)—juga langit dan benda-benda penyendiri yang tetap bercahaya dari
ketinggian. --Kau-- subjek, --mengubah-- predikat, --mataku-- objek, --menjadi
sungai (dan batu-batu pendiam di kedalaman)—juga langit dan benda-benda
penyendiri yang tetap bercahaya dari ketinggian.-- keterangan keadaan.

74
Orang-orang di kota (yang terbuat dari masa lalu) gemar menyimpulkan
perasaan orang lain. --Orang-orang di kota-- subjek, --(yang terbuat dari masa
lalu)-- keterangan waktu, --gemar menyimpulkan-- predikat, --perasaan orang
lain.-- objek.

Kesedihan adalah bumi adalah tempat yang sepi. --Kesedihan-- predikat, --


adalah bumi--objek, --adalah tempat yang sepi.-- keterangan keadaan.

Biarkan mereka menghias dan merayakan kesunyian mereka masing-


masing. --Biarkan mereka-- pelengkap, --menghias dan merayakan-- predikat, --
kesunyian mereka masing-masing.-- objek.

Aku tidak tahu bagaimana kau melakukannya. --Aku-- subjek, --tidak tahu--
predikat, --bagaimana kau melakukannya.-- keterangan.

Betapa berat menjadi tidak terlihat dan tetap menyilaukan pikiranku. --


Betapa berat menjadi tidak terlihat dan-- keterangan, --tetap menyilaukan--
predikat, --pikiranku.-- objek.

2.4.9.2 Aspek Semantik

2.4.9.2.1 Denotasi dan Konotasi

Kalimat pertama ini mengandung makna denotasi. Aku tidak tahu bagaimana
kau melakukannya. Aku lirik mengungkapkan kebingungannya kepada sosok kau
yang sedang melakukan sesuatu tapi aku lirik tidak mengerti bagaimana bisa kau
tersebut melakukan hal itu.

Kalimat kedua mengandung makna denotasi. Betapa berat menjadi tetap ada
dan tidak terlihat. Aku lirik seperti sedang berusaha akan selalu ada dalam keadaan
apapun tapi usahanya tidak sebanding dengan perlakuan yang ia terima. Seperti
tidak dianggap semua usahanya selama ini.

Kalimat ketiga ini mengandung makna konotasi. Kau memindahkan hutan dan
binatang-binatang liar ke dalam diriku. Aku lirik menjelaskan bahwa tokoh kau

75
membuatnya menjadi liar. Seperti bukan dirinya yang biasa. Kau disini seperti
membawa perubahan besar terhadap diri aku lirik.

Kalimat keempat mengandung makna konotasi. Kau mengubah mataku


menjadi sungai (dan batu-batu pendiam di kedalaman)—juga langit dan benda-
benda penyendiri yang tetap bercahaya dari ketinggian. Tokoh kau disini benar-
benar merubah diri aku lirik. Ia mengbubah pemikiran aku lirik terhadap hidupnya,
mengubah pandangan hidup juga tujuan hidupnya. Aku lirik menyadari itu dan
menerimanya.

Kalimat kelima ini mengandung makna denotasi. Orang-orang di kota (yang


terbuat dari masa lalu) gemar menyimpulkan perasaan orang lain. Mungkin
yang dimaksudkan aku lirik adalah orang-orang zaman sekarang terlalu sibuk
mengurusi urusan orang lain. Mereka tidak tahu awal permasalahannya tapi seolah-
olah ingin ikut memperbaiki masalah itu.

Kalimat keenam ini mengandung makna konotasi. Jangan, katamu, menjadi


mereka yang berusaha membuat barang-barang indah dari air mata. Kalimat
barang-barang indah dari air mata

Kalimat ketujuh mengandung makna konotasi. Kesedihan adalah bumi adalah


tempat yang sepi. Aku lirik menggunakan bumi sebagai perandaian tempat sepi
yang penuh dengan kesedihan-kesedihan manusia didalamnya. Seolah seluruh isi
bumi adalah orang-orang yang bersedih.

Kalimat kedelapan mengandung makna konotasi. Biarkan mereka menghias


dan merayakan kesunyian mereka masing-masing. Karena kesunyian itu sendiri
menggantikan kata bungkam pada tiap diri masing-masing. Seolah mereka
bungkam dan hanya menertawai diri mereka masing-masing diluar sana.

Kalimat kesembilan merupakan kalimat penegasan dari kalimat pertama. Aku


tidak tahu bagaimana kau melakukannya. Aku lirik mengulangnya dengan
maksud ia benar-benar bingung bagaimana bisa hal itu terjadi.

76
Kalimat kesepuluh mengandung frasa penegasan dari kalimat kedua
sebelumnya di bagian Betapa berat menjadi tidak terlihat, hanya saja frasa
selanjutnya mengungkapkan hal berbeda dari kalimat kedua, dan tetap
menyilaukan pikiranku. Sosok kau disini benar-benar membuat aku lirik sangat
kacau dengan hanya memikirkannya saja.

2.4.9.2.2 Majas

Pada kalimat ketiga Kau memindahkan hutan dan binatang-binatang liar ke


dalam diriku menggunakan majas simbolik. Karena pada bagian hutan dan
binatang-binatang liar yang menjadi alasannya.

Pada kalimat keempat Kau mengubah mataku menjadi sungai (dan batu-batu
pendiam di kedalaman)—juga langit dan benda-benda penyendiri yang tetap
bercahaya dari ketinggian menggunakan majas personifikasi yang artinya sesuatu
yang dibandingkan dengan seolah-olah memiliki sifat seperti manusia. Pada bagian
ini --batu-batu pendiam-- dan --benda-benda penyendiri—yang menjadi
alasannya.

Pada kalimat keenam Jangan, katamu, menjadi mereka yang berusaha


membuat barang-barang indah dari air mata merupakan majas ironi. Artinya aku
lirik sedang menyindir mereka yang memanfaatkan kesedihan seseorang untuk
membuat barang-barang indah. Sama halnya dengan kalimat kedelapan Biarkan
mereka menghias dan merayakan kesunyian mereka masing-masing aku lirik
menyinggung kepada mereka yang menertawai atau mungkin harus mengasihani
diri sendiri terhadap keaadaan mereka sendiri.

Pada kalimat ketujuh Kesedihan adalah bumi adalah tempat yang sepi sangat
jelas jika kalimat ini menggunakan majas asosiasi. Artinya aku lirik membuat
pembaca beranggapan bumi adalah tempat orang-orang bersedih. Padahal tidak
sama makna kata kesedihan, bumi dan tempat yang sepi.

2.4.9.2.3 Isotopi

1. Isotopi Manusia

77
Komponen Makna
Kata/ Frase yang Denotasi/
Bersama
Memiliki Isotopi Konotasi
Insan Aktivitas
aku (2x) D + -
kau (3x) D + -
ke dalam diriku K - +
Mengubah D - +
Pendiam d/k + -
Penyendiri d/k + -
orang-orang di kota d/k - +
Gemar D - +
menyimpulkan K - +
Perasaan D + -
orang lain D + -
Katamu D - +
mereka (3x) D + -
Membuat K - +
Menghias K - +
Merayakan K - +
Pikiranku D + -

2. Isotopi Keadaan

Komponen Makna
Kata/ Frase yang Denotasi/
Bersama
Memiliki Isotopi Konotasi
Abstrak Konkrit
tidak tahu (2x) d/k + +
bagaimana (2x) K - +
melakukannya (2x) K - +
betapa berat (2x) D + -

78
tetap ada d/k + -
tidak terlihat (2x) D + +
Memindahkan K - +
menjadi (5x) D - +
tetap bercahaya K - +
dari ketinggian K - +
yang terbuat K - +
dari masa lalu D + -
yang berusaha K + -
Kesedihan D + -
tempat yang sepi K - +
Biarkan K + -
Kesunyian d/k + -
masing-masing d/k + -

3. Isotopi Alam

Komponen Makna
Kata/ Frase yang Denotasi/
Bersama
Memiliki Isotopi Konotasi
Angkasa Bumi
Hutan d - +
binatang-binatang liar d - +
Sungai d - +
batu-batu d - +
di kedalaman k - +
Langit d/k + -
Indah k + +
Bumi d/k - +
Menyilaukan k + -

79
4. Isotopi Anggota Tubuh

Komponen Makna
Kata/ Frase yang Denotasi/ Bersama
Memiliki Isotopi Konotasi Dapat Dapat
dilihat dirasakan
Mataku D + -
air mata D - +
Tangan d/k + -

5. Isotopi Benda

Komponen Makna
Kata/ Frase yang Denotasi/
Bersama
Memiliki Isotopi Konotasi
3 dimensi 2 dimensi
benda-benda K + -
barang-barang K + -

2.4.10 Fragmen 10

2.4.10.1 Aspek Sintaksis

Semua orang hidup untuk menanti. --Semua orang-- subjek, --hidup--


predikat, --untuk menanti.-- objek.

Ibuku memilih hidup di balik pintu mengisi kekosongan yang ia ciptakan


sendiri. --Ibuku-- subjek, --memilih-- predikat, --hidup-- objek, --di balik pintu--
keterangan tempat, dan --mengisi kekosongan yang ia ciptakan sendiri.--
keterangan keadaan.

Anjing itu jadi pemburu dan menanti sampai kepadaku. --Anjing itu jadi
pemburu-- keterangan keadaan, --dan menanti-- predikat, --sampai kepadaku.--
objek.

80
Aku dan bayangan-bayangan pohon (dan kau di tempat tidak terjangkau)
menunggu waktunya pikiran-pikiran lama membakar dan mengabukan diri
sendiri. --Aku dan bayangan-bayangan pohon (dan kau-- subjek, --di tempat
tidak terjangkau)-- keterangan tempat, --menunggu-- predikat, dan --waktunya
pikiran-pikiran lama membakar dan mengabukan diri sendiri.-- keterangan
waktu.

Dalam penantian terus tumbuh pertanyaan: sungguhkah masa lalu yang


menciptakan masa kini dan masa depan—atau sebaliknya? --Dalam penantian-
- keterangan waktu, --terus tumbuh pertanyaan:-- predikat, --sungguhkah masa
lalu yang menciptakan masa kini dan masa depan—atau sebaliknya?--
pelengakp.

Dan, kita tahu selalu tersedia lebih dari satu cara menghancurkan dan
menghidupkan kembali pertanyaan. --Dan, kita-- subjek, --tahu selalu tersedia--
predikat, --lebih dari satu cara menghancurkan dan menghidupkan kembali
pertanyaan.-- keterangan.

Tetapi, mereka tidak berdiam dalam pikiran dan kata-kata. --Tetapi,


mereka-- subjek, --tidak berdiam-- predikat, --dalam pikiran dan kata-kata.--
keterangan tempat.

2.4.10.2 Aspek Semantik

2.4.10.2.1 Denotasi dan Konotasi

Kalimat pertama ini mengandung makna denotasi. Semua orang hidup untuk
menanti. Karena kalimat ini jelas menjelaskan bahwa setiap orang memang hidup
untuk menunggu sesuatu yag diinginkannya.

Ibuku memilih hidup di balik pintu mengisi kekosongan yang ia ciptakan


sendiri. Kalimat kedua ini mengandung makna denotasi. Seolah aku lirik
menjelaskan bahwa ibunya saat ini hidup dalam keadaan yang ia buat sendiri.
Bersembunyi dari kehidupan normal dan menjalani kehidupannya yang kosong
sendirian.

81
Anjing itu jadi pemburu dan menanti sampai kepadaku. Kalimat ketiga ini
memiliki makna konotasi. Bahwa sesungguhnya memang anjing itu bersifat
pemburu tapi tak mungkin ia menanti seseorang untuk hidupnya.

Aku dan bayangan-bayangan pohon (dan kau di tempat tidak terjangkau)


menunggu waktunya pikiran-pikiran lama membakar dan mengabukan diri
sendiri. Kalimat keempat ini memiliki makna konotasi. Kehidupan aku lirik saat ini
mungkin tidak sebaik sebelumnya. Yang ia lakukan hanya menunggu dan berusaha
bertahan hidup semampunya. Pikirannya berkelibat kemana-mana membayangkan
kehidupnnya kelak seperti apa.

Dalam penantian terus tumbuh pertanyaan: sungguhkah masa lalu yang


menciptakan masa kini dan masa depan—atau sebaliknya. Kalimat kelima ini
aku lirik menunjukan dirinya bahwa ia sedang kebingungan. Kebingungan oleh
kehidupan dunia. Yang artinya memiliki makna denotasi.

Dan, kita tahu selalu tersedia lebih dari satu cara menghancurkan dan
menghidupkan kembali pertanyaan. Kalimat keenam selanjutnya memiliki makna
konotasi. Aku lirik berusaha bertahan hidup dengan caranya selama ini, hanya saja
ia sendiri bingung untuk siapa dan untuk apa ia bertahan hidup selama ini.

Tetapi, mereka tidak berdiam dalam pikiran dan kata-kata. Kalimat ketujuh,
kalimat terakhir. Aku lirik membicarakan bahwa orang-orang di dunia selalu
mengungkapkan apa kehendaknya. Memiliki makna konotasi.

2.4.10.2.2 Majas

Kalimat keempat Aku dan bayangan-bayangan pohon (dan kau di tempat


tidak terjangkau) menunggu waktunya pikiran-pikiran lama membakar dan
mengabukan diri sendiri. Mengandung majas simbolik.

Kalimat kelima Dalam penantian terus tumbuh pertanyaan: sungguhkah


masa lalu yang menciptakan masa kini dan masa depan—atau sebaliknya.
Mengandung majas litotes.

2.4.10.2.3 Isotopi

82
1. Isotopi Manusia

Komponen Makna
Kata/ Frase yang Denotasi/
Bersama
Memiliki Isotopi Konotasi
Insan Aktivitas
semua orang d + -
untuk menanti (2x) k - +
Ibuku d - +
memilih k - +
mengisi k - +
Ia k + -
ciptakan k - +
Kita k + -
jadi pemburu k - +
kepadaku k - +
Aku d + -
Kau d + -
menghancurkan k - +
membakar k - +
mengabukan k - +
diri sendiri d + -
menciptakan k - +
menghidupkan k - +
mereka d + -

2. Isotopi Keadaan

Komponen Makna
Kata/ Frase yang Denotasi/
Bersama
Memiliki Isotopi Konotasi
Konkrit Abstrak
hidup (2x) d/k + -

83
kekosongan d/k - +
sendiri d - +
sampai d + -
tidak terjangkau d + -
menunggu k - +
waktunya k + -
Lama d - +
dalam penantian k - +
Terus k + -
tumbuh d + -
sungguhkah d - +
sebaliknya k - +
Tahu d + -
selalu d - +
tersedia k + -
lebih dari satu d + -
kembali k - +
tidak berdiam k - +

3. Isotopi Ruang

Komponen Makna
Kata/ Frase yang Denotasi/
Bersama
Memiliki Isotopi Konotasi
Terbuka Tertutup
di balik pintu k - +
di tempat k - -

4. Isotopi Benda

84
Komponen Makna
Kata/ Frase yang Denotasi/ Bersama
Memiliki Isotopi Konotasi Dalam
Nyata
pikiran
Anjing d + -
bayangan-
d/k - +
bayangan
Pohon d - +
pikiran-pikiran d/k - +
dalam pikiran d/k - +
kata-kata d/k - +
pertanyaan (2x) d/k - +

5. Isotopi waktu

Komponen Makna
Bersama
Kata/ Frase yang Denotasi/
Jangka
Memiliki Isotopi Konotasi Sedang
waktu
tindakan
tindakan
masa lalu D - +
masa kini D + -
masa depan K - +

2.4.3 Pragmatik

Di setiap kalimat selalu muncul aku lirik, penggunaan pronomina persona


pertama tunggal aku mengacu pada diri aku lirik sendiri dan persona ketiga jamak
mereka. Hampir disetiap kalimat selalu ada kata Aku. Dan pronomina persona
ketiga jamak mereka terdapat pada beberapa kalimat.

2.4.4 Intertekstual

85
Another Trip to the Moon, film panjang pertama Ismail Basbeth, tidak
terkecuali. Selama delapan puluh menit durasi film, penonton dihadapkan dengan
adegan nonsens demi adegan nonsens. Pada satu adegan muncul anjing yang
diperankan manusia, lalu ada perempuan makan kelinci plastik, kemudian ada UFO
melintas dan mengangkat jenazah dari kuburan. Penonton juga disuguhkan
lompatan ruang dan waktu yang sukar dinalar. Pada paruh awal film kita mendapati
pemandangan kehidupan ala pra-sejarah; insan-insan berburu ikan di sungai,
mencari kayu di hutan, masak di api unggun. Pada paruh akhir film kita mengintip
potongan-potongan kehidupan domestik dalam sebuah rumah modern dengan
aksesoris Jawa; istri melayani suami, suami asyik sendiri, istri merawat anak.

Benang merahnya adalah petualangan seorang gadis bernama Asa, dari


eksilnya di hutan belantara ke rumah tempat tinggalnya. Nama Asa sendiri hanya
bisa kita ketahui dari credit title. Sepanjang film, tak terdengar satu katapun yang
bisa dimengerti umat manusia. Tak ada dialog, yang ada hanyalah gerak tubuh,
suara alam, dan gumaman mantra.

Dari perjalanan Asa, kita mendapat sebuah sketsa tentang perwujudan diri.
Jagoan kita hanya benar-benar merasa komplit pada adegan pembuka film, ketika
ia terlelap bersama Laras dalam posisi yin dan yang. Keduanya melengkapi satu
sama lain, dan oleh karenanya Asa bahagia. Dari berburu ikan di sungai sampai
masak di api unggun, ia jalani dengan senyum. Setelah perempuan pujaannya tewas
tersambar petir, Asa tak lagi nampak tersenyum. Ia selalu menanti untuk digenapi
oleh orang lain—yang ibu Asa coba isi dengan seorang lelaki pilihan dan institusi
pernikahan.

Dari perjalanan Asa pula, kita mendapati perkembangan menarik dari cara
tutur Ismail Basbeth. Film-film pendek Basbeth cenderung berkomunikasi secara
kontekstual, selalu ada kesempatan bagi penonton untuk mencari padanan dari apa
yang penonton lihat dengan hal di luar sana. Film selalu bermula dengan sebuah
kejadian sehari-hari, yang saking biasanya kejadian itu kita sebagai penonton sudah
punya prasangka sendiri—laki-laki dan perempuan asyik masyuk di kursi belakang
bus dalam Shelter, perselingkuhan di sebuah hotel dalam Ritual, debat persiapan

86
nikah dalam 400 Words, dan percakapan saat nonton film dalam Who the Fuck is
Ismail Basbeth?. Beberapa menit dan trik visual kemudian, barulah kita penonton
diminta atau dipaksa untuk berpikir ulang tentang prasangka kita di awal film.

Dalam Another Trip to the Moon, Ismail Basbeth dengan tegas


menggariskan bahwa filmnya terjadi dalam realita sendiri yang terpisah dari realita
kita sehari-hari. Ia campurkan artefak-artefak budaya pop dengan legenda
nusantara, tanpa memberi satupun penjelasan dalam film. Ia comot sana-sini lalu
sambung sesuka hati untuk menyusun realita Another Trip to the Moon. Basbeth
nampaknya sadar betul bahwa sinema adalah realita bentukan; bahwasanya ketika
pembuat film merekam subjek yang sangat riil sekalipun, pada akhirnya subjek itu
tetap dibingkai dalam perspektif yang pembuat film inginkan.

Memang ada saja elemen-elemen dalam Another Trip to the Moon yang
mengingatkan kita akan hal-hal di luar sana. Anjing-setengah-manusia yang
mengintai Asa mengingatkan akan legenda Dayang Sumbi, UFO yang mengangkat
jenazah Laras mengingatkan akan gambaran superior being dalam film-film sains-
fiksi, ritual pemanggil petir yang dilakukan ibu Asa mengingatkan akan ritual santet
di nusantara, dan sebagainya. Tapi, dalam Another Trip to the Moon, semuanya
hadir tanpa beban-beban kontekstual tersebut. Mereka hadir sebagai dirinya sendiri
dan tidak merujuk ke mana-mana, kecuali ke dunia yang dibangun Ismail Basbeth.

Konsekuensinya bercabang. Pada satu sisi, realita manasuka Another Trip


to the Moon memungkinkan penjelajahan estetis seliar-liarnya. Dunia sendiri,
logikanya so pasti beda lagi. Penonton jadinya tidak perlu repot bertanya kenapa
begini kenapa begitu, cukup fokus pada beragam rasa yang Asa lalui sepanjang
petualangannya. Penonton tak perlu ambil pusing kenapa setelah kematian Laras
kelinci yang Asa buru di hutan mendadak jadi kelinci mainan, cukup selami rasa
kehilangan Asa pasca ditinggal kekasihnya. Tanpa si dia, santapan sehari-hari tak
lagi terasa sama. Tidak usah juga bingung-bingung dengan kemunculan bus
pariwisata tepat ketika Asa keluar dari hutan, cukup ikuti gegar budaya yang Asa
alami ketika harus terpaksa keluar dari zona nyaman di hutan untuk masuk dalam
kehidupan domestik. Puitis, melankolis.

87
Tak dapat dipungkiri bahwa realita manasuka dalam Another Trip to the
Moon, entah sengaja atau tidak, menghadirkan suaka tersendiri bagi pembuat film.
Segala upaya pemaknaan akan selalu kandas pada alasan “ah itu kan permainan
simbolik saja” atau “kembali ke penonton masing-masing”. Pada akhirnya, satu-
satunya hal yang semua penonton bisa nikmati dari Another Trip to the Moon
adalah perpaduan gerak pemain dan elemen sinematik yang memang apik itu. Lebih
dari itu, ya, kembali ke penonton masing-masing.

Film ini menghadirkan pemikiran dan perpaduan ilmu yang menghasilkan


suatu karya yang unik dan syarat akan makna dan perasaan yang hebat.

B. Pembahasan
2.5 Ciri-ciri Kesedihan Puisi “CINTA YANG MARAH” fragmen 7

Hubungan antara puisi dengan benang merah disini tuh dapat dilihat dari
beberapa diksi yang ada diantaranya: airmata, perpisahan, dan meninggalkan. Dari
keempat diksi disini termasuk ke dalam tentang tema kesedihan, jadi puisi tersebut
mengandung kesedihan karena adanya diksi Kesedihan yang terdapat pada puisi
"Cinta Yang Marah" pada fragmen ketujuh ini terdapat pada kalimat ketiga "aku
membayangkan sepotong langit akan menyerap air mata kau" dan kalimat keempat
"sementara air mata akan menguap ke langit yang sepotong lagi sesaat kemudian
hujan berjatuhan karena sedih" kalimat ini tertuju kepada seseorang yang sedang
merasakan kesedihan pada dirinya yang hendak ditinggalkan oleh kekasihnya.

2.6 Ciri-ciri Kesedihan Puisi “Menikmati Akhir Pekan”

Ciri kesedihan pada puisi menikmati akhir pekan terdapat dilihat pada
kalimat pertama yang berbunyi / aku benci berada diantara orang-orang yang
bahagia/ pada kalimat tersbut sebenarnya mengandung makna kesedihan yang
ditunjukkan aku lirik yang tidak senang akan keberadaan orang-orang bahagia.
Mengapa demikian, karena menurut aku lirik orang-orang yang bahagia banyak
melakukan sandiwara seakan-akan dia merupakan sutradara kehidupan. Hal
tersebut dijelaskan pada bait kedua, ketiga dan keempat (masukkin git). Aku lirik

88
menyampaikan emosionalnya akan kejenuhan terhadap orang-orang yang
memanipulasi keadaan dengan penuh kepura-puraan. Dikaitkan dengan kehidupan
zaman sekarang yang begitu banyak terjadinya perubahan baik dari diri manusia,
tingkah laku, dan lingkungannya yang terbawa arus modernisasi sehingga
melupakan tujuan hidupnya. Kemudian pada kalimat kelima yang berbunyi " aku
senang berada diantara orang-orang yang patah hati menunjukkan kesedihan yang
terdapat didalam kata patah hati. Aku lirik dalam kalimat tersebut menunjukkan
perasaan penyair yang cenderung memperlihatkan bahwa orang-orang yang patah
hati lebih jujur, apa adanya atau tidak mengada-ngada, dan mempunyai tujuan yang
jelas dalam hidupnya. Hal tersebut dijelaskan pada bait keenam Mereka tidak
banyak bicara, jujur dan berbahaya, ketujuh Mereka tahu apa yang mereka cari.,
dan kedelapan Mereka tahu diri mereka ada yang telah dicuri. Aku lirik pada puisi
menganggap bahwa sejujur-jujurnya manusia adalah manusia yang patah hati.
Meskipun orang-orang yang patah hati digelumuti oleh kesedihan, beban hidup,
penderitaan, namun mereka tidak kehilangan tujuan hidupnya serta hidup apa
adanya.

Dengan demikian, dapat ditarik benang merah yang terdapat didalam puisi
menikmati akhir pekan yaitu " kesedihan". Kesedihan yang dotunjukkan penyair
pada aku lirik merujuk kepada keadaan atau perubahan sikap manusia zaman
sekarang yang kehidupannya penuh dengan drama dengan meniadakan kejujuran.

2.7 Ciri-ciri Kesedihan Puisi “AKU TIDAK PERNAH BETUL-BETUL


PULANG”

Ciri kesedihan yang terdapat pada puisi ini, salah satunya ada pada
penggalan kalimat kedua --Ke semua tempat kuseret tubuh sendiri sebagai
petualang tersesat—bahkan di negeri jauh tempat aku lahir dan seorang
perempuan mengajariku tersenyum kepada diri sendiri. Kalimat tersebut dapat
diartikan bahwa seseorang atau diri aku lirik tersebut merasa hidupnya begitu
menyedihkan. Selama hidupnya, ia tak memiliki tujuan. Tujuan untuk menetap
maupun untuk hidup. Yang ia ingat sepenggal pesan daris eorang perempuan yang

89
mungkin pernah hadir dihidupnya dan mengajarkannya untuk tersenyum walaupun
hidup itu menyakitkan.

Tidak hanya itu, di kalimat ketiga pun Tidak pernah ada rumah. Tidak ada.
Cuma ada mimpi buruk yang sekali waktu terburu-buru membangunkan dan
meminta aku pergi. Kalimat ini begitu kentara pada frasa mimpi buruk, seolah aku
lirik benar-benar tak dapat merasa tenang maupun bahagia barang sedikit atau
sebentar pun. Dirinya selalu dikejar-kejar oleh kenangan masa lalu yang pahit yang
entah mengapa tak bisa ia hilangkan ketika ingatan itu datang kembali dalam
tidurnya.

Selanjutnya pada kalimat keempat Membelahku. Mengubah ingatan jadi


hukuman. Meletakkan jiwaku di antara keinginan dan keengganan kembali, di
antara perkara-perkara yang mungkin dan tidak mungkin selesai. Seolah
masalahnya begitu berat, kenangan masa lalu yang mungkin akan terus
mengingatkannya itu seolah berputar-putar dalam pikirannya. Membuat pemiliknya
jengah dan benar-benar merasa pasrah karena menurutnya hal itu percuma, tak kan
mungkin membaik. Akan selamanya seperti ini.

Di kalimat kedelapan ini Setiap hari tumbuh retakan baru di tubuhku


benar-benar memperlihatkan betapa ia merasa lelah dan sakit di setiap harinya. Ia
menganggapnya sebagai suatu retakan karena ingatan-ingatan tersebut begitu
menyakitkan baginya. Seolah hal tersebut dapat membunuhnya kapan saja, karena
semakin hari-begitu semakin sakit bila diingat.

Dan di kalimat kesembilan ini atau kalimat terakhir Kuterima seluruh


seolah kelah terbit matahari lain dari sana. Ribuan matahari terdengar seperti
sebuah harapan yang sebelumnya ia sendiri merasa pasrah pada keadaannya saat
itu. Ia mengharapkan sesuatu yang bahkan mustahil bahwa matahari akan terbit dua
kali di tempat yang sama. Suatu pengharapan yang begitu besar dalam keputus
asaan yang sedang dirasakannya.

90
2.8 Ciri-ciri Kesedihan Puisi “Perempuan yang Mencintai Perempuan
Lain”

Kepergianmu memintaku pulang ke rumah dan rahim yang setengah


mati hendak kusingkirkan dari ingatan. Kesedihan paling dalam dapat dirasakan
dari kalimat di atas dalam fragmen kedua. Seolah-olah hidupnya memang berhenti
ketika dirinya mulai sendirian hidup di hutan. Kesedihan yang amat mendalam,
sehingga hal yang ia benci seolah-olah adalah pilihan terbaik saat itu untuk
melanjutkan kehidupannya.

2.9 Makna Kesedihan dari Empat Puisi

Kesedihan dari empat puisi ini memiliki karakteristik yang berbeda-beda,


dimana di setiap puisi memilik keunikan atau kekhasan dari kesedihannya itu
sendiri. Perbedaan dari setiap puisi dilihat dari konteks bagaimana penyair
menyampaikan perasaan sedihnya seseuai dengan pengalaman hidupnya. Baik
secara internal, maupun eksternal. Maksud dari internal sendiri, lebih kepada apa
yang dialami dalam kehidupannya. Sedangkan eksternal sendiri, mungkin saja apa
yang dialaminya namun hal tersebut berdampak besarnya bagi orang lain. Sehingga
kesedihan tersebut secara dapat ditafsirkan secara luas oleh pengkaji. Artinya,
setiap pengkaji memiliki tafsiran yang berbeda-beda atau multitafsir, sesuai dengan
sudut pandang dalam megkaji puisi tersebut.

91
BAB 3

SIMPULAN

Kesimpulan

Kesedihan merupakan keadaan yang tidak dapar dipungkiri oleh manusia.


Kesedihan menjelma menjadi sosok teman dalam kehidupan. Karakteristik
kesedihan sangat beragam. Kesedihanyang dijadikan sebagai benang merah dari ke
empat puisi karya aan mansyur yang memiliki kesedihan dari berbagai
sudutpandang. Puisi pertama, mengandung kesedihan yang berkaitan dengan
kehidupan masa lalu penyair yang begitu suram. Penyair meratapi masa silam yang
begitu menyesakkan baginya. Puisi ke dua, kesedihan yang terkandung dalam puisi
ini penyair memperlihatkan kesedihannya terhadap manusia-manusia yang hidup
dizaman sekarang yang penuh dengan sandiwara dan melenyapkan sebuah
kejujuran serta kenyataan yang ditunjukkan dengan perbandingan karakteristik
manusia yang beragam. Pada puisi etiga, kesedihan pada puisi ini berkaitan dengan
pengalaman pengarang yang yang pernah ditinggalkan oleh seseorang. Hal tersebut
menjadi sebuah pilu yang menerjang segala harapan. Pada puisi keempat, puisi ini
mengandung kesedihan yang berkaitan dengan tanggapan penyair terhadap keaadan
tanah airnya yang begitu memprihatinkan dan menyedihkan.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kesedihan


yang dijadikan sebagai benang merah dari keempat puisi karya M. Aan Mansyur
memiliki karakteristik yang berbeda dan keunikkannya sesuai dengan konteks
penyair menyedihkan sesuatu hal dengan cara apa dan bagaimana. Kemudian
kesedihan dari keempat puisi ini cenderung menonjol sehingga dapat terlihat secara
gamblang oleh pengkaji. Dengan demikian, hal tersebut dikerucutkan dalam satu
benang merah yaitu kesedihan.

Saran

Puisi merupakan karya sastra yang bersifat multitafsir. Artinya, setiap


peneliti memiliki hak untuk mengemukakan pendapatnya yang berbentuk kajian
dengan berbagai cara menganalisis dari beberapa pendapat para ahli tentunya.

92
Banyak kekurangan dan mungkin terlewat oleh kami sebagai pengkaji.
Bahkan mungkin ada beberapa hal yang menurut pembaca, diluar akal artinya
pembaca memiliki pendapat lain. Semakin banyak kajian yang tercipta dengan
bahan yang sama, semakin banyak pula ilmu yang dapat dikembangkan oleh yang
lainnya.

Kunci berhasil merupakan usaha yang disertai dengan kesungguhan dan


keseriusan, tidak dipungkiri dalam mengerjakan tugas inipun masing-masing
pengkaji memiliki kesulitannya masing-masing. dengan begitu kami pun dapat
menyelesaikan tugas salah satu mata kuliah kami, Kajian Puisi Indonesia.

93
Daftar Pustaka

Pradopo, Rachmat Djoko. 2017. Pengkajian PUISI. Gadjah Mada


University Press: Yogyakarta.
Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra.
PUSTAKA PELAJAR: Yogyakarta.
Ramlan, Prof. Drs. M. 1986. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis. CV.
Karyono: Yogyakarta.
Keraf, Gorys. 1984. Diksi dan Gaya Bahasa. PT. Gramedia Pustaka Utama:
Jakarta.
Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik. PT. Gramedia Pustaka
Utama: Jakarta
Chaer, Abdul. 1989. Penggunaan Imbuhan Bahasa Indonesia. Nusa Indah:
Flores.
Nurgiyantoro, Burhan. 2000. Pengkajian Sastra. Fasindo: Semarang.
Thomas, Jenny. 1995. Meaning in Interaction: an Introduction to
Pragmatics. England: Longman.
Wijana, I Dewa. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. Andi: Yogyakarta.
Verhaar, J.W.M. 2001. Asas-asas Linguistik Umum. UGM: Yogyakarta.
Junus, Umar. 1985. Resepsi Sastra: Sebuah Pengantar. PT. Gramedia
Pustaka Utama: Jakarta.
Mansyur, M. Aan. 2017. Perjalanan Lain Menuju Bulan. PT. Bentang
Pustaka: Yogyakarta.
Mansyur, M. Aan. 2016. Tidak Ada New York Hari Ini. PT. Gramedia
Pustaka Utama: Jakarta.
Mansyur, M. Aan. 2017. Melihat Api Bekerja. PT. Gramedia Pustaka
Utama: Jakarta.
Mansyur, M. Aan. 2009. CINTA YANG MARAH. PT. Gramedia Pustaka
Utama: Jakarta.

94
Lampiran

CINTA YANG MARAH

7
suatu siang di sebuah kamar aku diam di depan sepasang jendela
kembar yang membagi langit berwarna biru cerah menjadi dua
sambil sekali lagi mendengar kau merencanakan perpisahan

aku membayangkan sepotong langit akan menyerap air mata kau,


sementara air mata aku akan menguap ke langit yang sepotong lagi.
Sesaat kemudia hujan berjatuhan karena sedih

membuat kau batal meninggalkan kamar, membuat kau gagal


meninggalkan aku

Menikmati
Akhir
Pekan
Aku benci berada di antara orang- anak kecil dalam diri mereka.
orang yang bahagia. Mereka bicara Aku senang berada di antara
tentang segala sesuatu, tapi kata- orang-orang yang patah hati.
kata mereka tidak mengatakan Mereka tidak banyak bicara, jujur,
apa-apa. Mereka tertawa dan dan berbahaya. Mereka tahu apa
menipu diri sendiri menganggap yang mereka cari. Mereka tahu
hidup mereka baik-baik saja. dari diri mereka ada yang telah
Mereka berpesta dan membunuh dicuri.

AKU TIDAK PERNAH BETUL-BETUL PULANG

Aku tidak pernah betul-betul pulang. Tidak


bisa. Ke semua tempat kuseret tubuh sendiri
sebagai petualang tersesat—bahkan di negeri
jauh tempat aku lahir dan seorang perempuan
mengajariku tersenyum kepada diri
sendiri.

95
Tidak pernah ada rumah. Tidak ada.
Cuma ada mimpi buruk yang sekali waktu
terburu-buru membangunkan dan meminta
aku pergi. Membelahku. Mengubah ingatan
jadi hukuman. Meletakkan jiwaku di antara
keinginan dan keengganan kembali, di antara
perkara-perkara yang mungkin dan tidak
mungkin selesai.

Kulihat diriku tertimbun reruntuhan masa


remajaku di kota yang mencintai para pembenci.
Kulihat ayah di pekarangan memasukkan serpihan-
serpihan kaca jendela ke dalam saku celana. Ibu tidak ada
di dapur dan dimana-mana. Tetapi, di jalan-jalan,
negara melintas sebagai perayaan ringkas
dan huru-hara yang tidak pernah tuntas.

Setiap hari tumbuh retakan baru di tubuhku.


Kuterima seluruh seolah kelak terbit matahari
lain dari sana. Ribuan matahari.

Perempuan yang Mencintai Perempuan Lain


1.
Seberapa jauh aku dan kau harus masuk ke dalam hutan agar
aku bisa menemukan kita? Seberapa jauh aku harus masuk ke
dalam dirimu agar aku bisa menemukan diriku?

Di hutan, katamu, tidak ada masa lalu—dan masa depan, jika kita
kuat, adalah masa kini yang selalu. Orang-orang di luar hutan
berpikir dan hidup dengan cara-cara lama. Aku tidak ingin jadi
batu yang tidak tahu dirinya batu. Aku tidak ingin jadi langit
yang tidak tahu warna dasarnya.

Di hutan tidak ada jarak yang membentang di antara


kebengisan dunia yang menimpa kita dan kata-kata
yang aman diucapkan. Di sini, katamu, kemarahan adalah
kemarahan dan kemurungan adalah kemurungan. Orang-orang
di luar hutan tidak mau mendengar kesedihan yang meledak di
dada kita. Ada dua alasan: mereka ingin terdengar lebih bahagia
dan mereka memiliki kesedihan yang lebih nyaring.

2
2.
Sungai kering. Ranting-ranting pohon kering. Aku berbaring
di atas batu melihat betapa lembut awan-awan yang melintas.
Dan, kekasih, kematian datang kepadamu tiba-tiba hendak
mengusirku dari hutan ini. Tidak. Kepergianmu memintaku
pulang ke rumah dan rahim yang setengah mati hendak
kusingkirkan dari ingatan. Tidak.

Pulanglah! Pulanglah! Pulanglah!

Kudengar jiwamu menyeru dari dalam diriku. Aku merasa


sedang bercinta dengan seseorang yang aku benci. Mengapa
hidup tidak membiarkan aku memilih, bahkan satu penderitaan
yang pantas bagiku?

3.

Kau mati dan menjadi neraka di pikiranku. Menghangatkan


aku pada malam-malam ketika aku sendiri dan musim
begitu kejam—dan melalapku ketika bibirku melafalkan
nama lain. Sepasang mata anjing itu menginginkan perih
yang berbeda dari jiwaku.

Di hutan ini terlalu banyak pohon dan di luar sana tidak ada
yang menunggu selain pengabdian di telunjuk ibuku dan
dendam yang terpendam di dada anjing itu. Anjing itu, anjing
itu, ingin menyeret aku kembali ke masa silam—ia ingin tetap
jadi penguasa demi menyambung hidup dan kehendak lain
yang lebih jahat dalam dirinya

Apakah kau mati atau berada di angkasa menjadi matahari


demi mengeringkan laut dalam tubuhku—agar aku lebih mudah
terbakar dalam kobaran nyala kesediham yang lain? Tanpa
korban dan pengorbanan kobaran api hanya kobaran api.

4.
Aku ingin berhenti berusaha menemukan perbedaan antara
awal dan akhir. Aku ingin tiba di suatu (atau waktu?) di
mana hidupku kehilangan segala dan aku merasa memenangkan
sesuatu.

Tetapi kemenangan, kata ibuku adalah tunas penderitaan yang


lain. Aku ingin mengambil segala yang kucintai darimu dan

3
menemukannya di diri orang lain yang mencintaiku.

Kehidupan telah merampas tidurku dan sedang mengincar


senyumku. Tetapi, di hutan ini, pohon-pohon berbungan untuk
diri mereka sendiri dan jatuh tanpa merasa kehilangan apa
pun. Aku ingin mencintai wajauh yang tersisa di pikiranku seperti
pohon-pohon mengasihi segala yang menginginkan mereka
musnah.

5.

Mereka yang hidup di luar hutan ini menginginkan segala


sesuatu. Mereka tidak tahu apa yang sungguh mereka butuhkan.
Aku ingin mengatakan seluruh kemarahan dan kepedihanku
tanpa dikejar-kejar perasaan bersalah.

Tetapi, kau tahu, menjadi perempuan yang kita inginkan berarti


berhadapan dengan pertanyaan: siapa yang lebih jauh darimu,
dirimu yang pernah atau dirimu yang akan?

Mereka menginginkan jawaban dan segala yang kuucapkan


bukan jawaban—

6.
Kau pergi. Kau meninggalkan aku. Kau telah
mengatakannya dengan jelas:aku ingin kau memiliki
hari-hari ketika kau mencintai dirimu sendiri. Kau
lupa: orang-orang hanya senaggup emncintai diri
sendiri ketika mereka tidak sendiri. Bukan cinta,
bukan cinta, namun kehilangan yang menyatukan.

Mungkin kematian memang indah, tetapi ia


datang pada saat tidak tepat. Setelahnya: hanya
kehilangan. Aku tidak menyebut kata ketakutan.

Ketakutan bukan alasan yang baik untuk


menggenggam atau melepaskan sesuatu.

7.
Ada terlalu banyak luka dalam diriku, tetapi kau bukan salah satu
penyebab. Aku tidak terluka karena kepergianmu. Seseorang
tidak memerlukan luka untuk dicintai. Cinta lahir tidak untuk
membetulkan sesuatu yang telah rusak. Ia datang untuk

4
mencegah hal-hal lain meledak.

Dulu setiap hari aku menyaksikan ibu menyiram sore


di halaman. Ia melakukannya bukan karena melihat waktu layu.
Ia menginginkan pagi mekar lebih cerah.

Apakah kau meninggalkanku untuk tujuan yang sama?

Kadang aku terlalu lelah dan kau terlampau


jauh untuk kujangkau. Kadang-kadang aku terlalu lelah
dan tanganmu benda paling lembut yang pernah menyentuh
rambutku.

8.
Mereka keliru mengira aku menjauhi rumah
untuk mencari diriku. Aku tahu siapa aku.
Perempuan tahu diri mereka perempuan.
Aku bukan pencari. Aku pergi demi merebut
diriku kembali dari tangan para pencuri.
Aku tahu mereka menyembunyikannya di
balik selubung pikiran-pikiran lama dan
siasat jahat.

Aku kehilangan kau, aku tahu karena aku


tidak pernah kehilangan diriku.

Seluruh gerak-gerik pohon adalah nyanyian dari mana


aku senantiasa mendengar suaramu dan namaku. Sungai
mengalirkan cermin bening dimana kau memantulkan bulan
dan wajahmu dari ketinggian.

Aku kehilangan aku, aku tahu, tetapi aku tidak pernah kehilangan
kita.

9.
Aku tidak tahu bagaimana kau melakukannya. Betapa berat
menjadi tetap ada dan tidak terlihat. Kau memindahkan hutan
dan binatang-binatang liar ke dalam diriku. Kau mengubah
mataku menjadi sungai (dan batu-batu pendiam di kedalaman)—
juga langit dan benda-benda penyendiri yang tetap bercahaya
dari ketinggian.

Orang-orang di kota (yang terbuat dari masa lalu) gemar


menyimpulkan perasaan orang lain. Jangan, katamu, menilai
mereka yang berusaha membuat barang-barang indah dari air

5
mata. Kesedihan adalah bumi adalah tempat yang sepi. Biarkan
mereka menghias dan merayakan kesunyian mereka masing-
masing.

Aku tidak tahu bagaimana kau melakukannya. Betapa berat


menjadi tidak terlihat dan tetap menyilaukan pikiranku.

10.

Semua orang hidup untuk menanti. Ibuku memilih hidup di


balik pintu mengisi kekosongan yang ia ciptakan sendiri. Anjing
itu jadi pemburu dan menanti sampai kepadaku. Aku dan
bayangan-bayangan pohon (dan kau di tempat tidak terjangkau)
menunggu waktunya pikiran-pikiran lama membakar dan
mengabukan diri sendiri.

Dalam penantian terus tumbuh pertanyaan: sungguhkah


masa lalu yang menciptakan masa kini dan masa depan—atau
sebaliknya?

Dan, kita tahu selalu tersedia lebih dari satu cara menghancurkan
dan menghidupkan kembali pertanyaan. Tetapi, mereka tidak
berdiam dalam pikiran dan kata-kata

Anda mungkin juga menyukai