Ide Cerita
1. A. Kori Ali
Penulis
Imron Supriyadi
—————————————————————————————
Adegan 2
Lampu penggung gelap. Lambat laun terang. Tampak kemudian suasana dusun Tanjung Iran, tempat
kelahiran Putri Dayang Rindu. Suasana masih hening. Suara jangkrik sayup-sayu masih terdengar.
Tetapi kesunyian itu kemudian dipecah oleh suara Tangis bayi, yang ditingkahi dengan suasana
kegembiraan keluarga Rie Carang, Nenek Dayang Rindu.
Suara tangisan Dayang Rindu, kemudian diiringi dengan suasana warga, keluar dari rumahnya.
Suasana warga demikian gembira, mendengar kelahiran Dayang Rindu. Semua orang seperti ingin
memberi kabar tentang kelahiran Cucu Rie Carang ini.
2. WARGA
Cucu Rie carang lahir. Cucu Rie Carang Lahir. Rie Carang Punya Cucung.
Dari balik panggung Rie Carang yang gagah perkasa muncul dengan sangat bahagia, dengan
mengendong Cucu tercintanya.
Warga kemudian mengerumuni, dan melihat wajah Cucu Rie Carang. Satu persatu saling tarik, untuk
melihat cucu Rie Carang.
4. Rie Carang
semua. Rie Carang, Tetua adat Dusun Tanjung Iran, kini memiliki
Para warga masih termangu mendengarkan kalimat Rie Carang. Sementara Rie Carang masih
terlarut dengan kebahagiaannya.
5. Rie Carang
Dan kalian bisa melihat sendiri. Cucuku ini, bukanlah perempuan
6. Ria Carang
Tanda ini, akan menjadi simbol kebesarannya ketika ia dewasa.
7. Rie Carang
(terkejut)
Salah satu warga kemudian mencoba memberi pengertian kepada Rie Carang.
8. Warga 1
Rie Carang, kalau boleh saya memberi saran, sebaiknya Cucumu ini
Jangan terlalu banyak terkena angin di luar. Tak baik bagi bayi
Suara tangis Dayang masih terus terdengar. Rie Carang kemudian masuk ke balik panggung, diikuti
oleh beberapa warga lainnya.
Adegan 2
Suara tangis dayang Rindu terdengar lagi. Lambat laun, hilang, secara perlahan. Rie carang muncul
dari balik panggung. Ia tampak gelisah. sebentar-sebentar berdiri, sebentar duduk. Seperti ada sestau
yang sedang ia pikirkan.
Tiba-tiba dari arah luar, ada kurir masuk, mengahadap Rie Carang.
9. Kurir
11. Kurir
Belum sempat Kurir berbalik. Rasakadim sudah muncul. Kurir Hilang di kegelapan panggung.
12. Rasakadim
(bahagia / hormat)
14. Rasakadim
Maaf, kalau aku baru datang hari ini. Aku ingin mengucapkan
Tapi kemudian, Rie Carang mengalihkan perhatiannya. Ia menerawang. Rasakadim menatap heran.
16. Rasakadim
18. Rasakadim
(heran)
20. Rasakadim
(menerawang)
Sudah hampir tujuh purnama cucuku lahir. Tapi, tangisan itu setiap
22. Rasakadim
Kalau kemudian, aku baru datang sekarang, karena aku harus lebih
(serius)
24. Rasakadim
(serius)
Name cucu kamu tu, belum ada yang cocok dengan kata hatinya.
(serius)
Maksudmu?
26. Rasakadim
(serius)
Ada nama, yang aku usulkan. Dan ini sudah meminta persetujuan
dari Rubiah Sanggul Gelung.
(gembira)
(penasaran)
(memanggil)
Nyi…! Nyi…! Bawa Cucuku kemari! Kita sudah temukan nama
Istri Rie Carang tergopoh-goppoh masuk dengan membawa Dayang Rindu dalam gendongan. Suara
tangisan bayi kemudian kembali memecah kesunyian.
(gembira)
31. Rasakadim
(agak ragu)
Tapi sebelumnya, aku dan juga Rubiah Sanggul Gelung tidak
Aku yakin, nama dari kalian berdua dapat segera mengentikan
tangisan cucuku.
32. Rasakadim
(bahagia)
Bang Lay Remas nama cucuku. Bang Lay Remas, adalah cucu Rie
Carang.
Suara Rie carang kemudian lenyap secara perlahan. Lampu kemudian secara perlahan terang.
Adegan 3
34. Narator :
Sejak Bang Lay Remas menjadi nama Cucu Rie Carang. Tangisan itu sudah jarang terdengar. Namun,
terhentinya tangisan Bang Lay Remas, ternyata tidak lama. Baru satu pekan, nama itu diresmikan dengan
memotong Lembuare – seekor sapi yang istimewa, tangisan Bang Lay Remas kembali memecah
kesunyian. Hingga, suatu ketika, Rie Carang menggelar Sayembara, untuk memberi nama cucunya. Dari
Sayembara inilah, nama Cucu Rie Carang, yang sebelumnya Bang Lay Remas, menjadi Dayang Rindu.
Kini dayang Rindu, sudah menjadi seorang gadis yang cantik jelita.
Dari belakang panggung, dayang Rindu muncul. Ia anggun, tetapi tidak dengan pakaian yang norak.
Rambutnya panjang mengurai. Tinggi semampai. Kulitnya putih. Dayang Rindu bergaul sebagaimana
gadis-gadis lain didesanya. Dan seiring dengan itu, beberapa gadis lain juga mengikuti dari
belakangnya. Mereka bermain se-adanya.
Adegan 4
(Dalam adegan ini, bisa dirangkai sedemikian rupa, dengan mainan dusun sebagaimana gadis dusun di
Sumsel umur 16 tahun-an), sebagian lagi duduk di Pance sambil bercerita se-adanya, sebagaimana
cerita gadis dusun.
Dayang Rindu hanya duduk di Pance, bersama beberapa gadis lainnya. Mereka bercengkrama.
35. Perempuan 1
Para perempuan lainnya, girang terkejut. Ada yang mengeledek. Dayang hanya tersenyum simpul.
36. Perempuan 2
37. Perempuan 1
Kalau tiba saatnya, kallian pasti tahu. Yang pasti menikah dengan laki2.
38. Perempuan 2
Perempuan lainnya, bersorak, mengetahui bagaimana kegirangan sepasang suami-istri pada malam
pengantin. Tiba-tiba Perempuan 2bertanya pada Dayang Rindu…
39. Perempuan 2
40. Perempuan 3
Waaaah, kalau Dayang menikah, laki-laki-nya harus pejabat kerajaan. Sebab, Dayang kan cucu-nya Rie
Carang pembesar di wilayah ini.
41. Dayang
Eeeh, jangan meledek. Yang penting seorang lelaki, baik-baik dan bertanggungjawab.
Adegan 5
Pembicaraan para gadis itu, kemudian terhenti, ketika sekelompok pemuda datang di hadapannya.
Mereka Datang dengan hobi mereka menyambung ayam. Beberapa bujang itu, ada Naring Cili, salah
satu laki-laki yang kelak tertarik dengan Dayang Rindu. Naring Cili tidak ikut nyabung ayam. Ia hanya
berdiri melihat permainan. Di samping Naring, ada bujang, yang matanya kesana kemari. Seakan
mencari pemandanagn lain, diluar permainan. Sementara para gadis agak menjauh dari kerumunan.
Para bujang itu asyik menyabung ayam.
42. Bujang 1
Naring Cili, ikut menikmati, beberapa gadis cantik yang masih asyik bermain di seberang
jalan. Bujang1 terheran, ketika Naring Cili melihat dengan tajam kepada salah satu gadis yang
berambut panjang itu. Bujang1 heran.
43. Bujang 1
(agak gugup)
45. Bujang 1
Bujang1 kemudian, berteriak, mengajak bujang-bujang lain yang masih asyik mengadu ayam, untuk
pulang.
47. Bujang 1
Musik mengalun.
Gadis dan bujang yang sebelumnya diatas panggung hilang ke balik panggung.
Adegan 6
48. NARATOR
Begitulah pertemuan pertama, antara Naring Cili dengan Dayang Rindu. Sejak pertemuan itu, hati
narang Cili, seakan terpaut terus dengan Dayang Rindu. Bahkan, setiap kali Naring Cili bertemu dengan
Dayang Rindu, setiap kali pula, Narang Cili Jatuh sakit. Tapi, setelah bertemu dengan Dayang Rindu,
penyakit Narang Cili dapat sembuh dan sehat sebagaimana sebelumnya. Dari sinilah, Naring Cili
memutuskan, untuk melamar Dayang Rindu. Maka, Naring Cili, datang ke rumah Rie Carang yang
merupakan nenek Dayang Rindu…
Rie Carang masih berada di rumah. Ia tampak bercengkrama dengan perkututnya. Tiba-tiba dari arah
luar, ada kurir masuk, mengahadap Rie Carang.
49. Kurir
51. Kurir
Ada Bujang dari dusun Galang Tinggi. Namanye Naring Cili.
Narang Cili, masuk dari balik panggung. Tapi, belum sempat membuka kata, Rie Carang sudah dulu
menyapanya…
(masih membelakangi)
(sopan)
(tertawa)
(tegas)
Bagus. Itu artinya, kamu siap segala risiko, jika kamu ingin
Narang Cili kemudian membuka bungkusan kain yang memang sudah dibawanya sejak ia datang. Rie
Carang hanya mengamati. Setelah dibuak semua…
Naring Cili, beberapa syarat yang mesti kau penuhi, sudah cukup.
perhiasan, ini sudah cukup. Hanya satu yang belum kau bawa.
Sebab, sekalipun aku katakan hari ini. Syarat yang satu ini,
Tidak bisa kau penuhi dalam sekejap. Kau perlu tujuh purnama,
Nah, itu bisa kau penuhi, Dayang Rindu akan menjadi milikmu
Sepenuhnya.
Naring Cili tertegun sejenak. Tetapi, sebagai pemuda yang tangguh, Naring Cili tetap siap mencari
tanduk lembuare..
Aku mohon diri, Rie. Usai tujuh purnama, aku akan kembali
Musik mengalun.
Adegan 7
63. Perempuan 2
64. Perempuan 5
Ketika mereka sedang mandi, Dayang kemudian berteriak, karena bokor yang berisi ubo rampe mandi
hanyut, terbawa arus…
65. Dayang
Sontak saja, para gadis yang sedang mandi terkejut. Dan mereka mencoba mengambil bokor yang
hanyut. Tapi para gadis tak berhasil mengambilnya. Dayang kecewa. Ia sedih.
66. Perempuan 5
Sudalah, Dayang.
Kita berdoa saja, semoga bokor itu ditemukan oleh orang baik2.
Dalam kondisi seperti itu, Dayang kemudian mengajak para gadis dusun, pulang. Dan gadis dusun pun
mengiringi Dayang…
Adegan 8
Para Gadis dan Dayang Hilang. Lampu redup. Kemudian terang kembali. Setelah sebelumnya Narator
membacakan lanjutan cerita.
67. Narator
Sejak hanyutnya bokor, dayang Rindu dan teman-temannya, tak pernah lagi mandi di sungai. Mereka
khawatir, hanyutnya bokor itu sebagai pertanda buruk bagi kampung mereka.
Palembang berhasil menemukan tempat tinggal Dayang Rindu. Sunan Palembang pun, mendatangi
rumah Dayang Rindu.
Tampak kemudian, Rie Carang sedang berada di rumah. Ia tidak tampak Sibuk. Ia sesekali hanya,
mengelus pedang pusakanya.
68. Sunan
69. Sunan
Balasan ini kemudian, disambut dengan tertawa angkuh oleh Sunan Palembang dan kedua
pengawalnya.
70. Sunan
Tuan Rie,
Sebagai manusia biasa, Rie Carang agak tersinggung. Tapi ia tetap bisa menjaga wibawanya.
72. Sunan
73. Rie
(menjaga wibawa)
74. Sunan
Kalaulah Sunan asal Palembang ini, tak jua berhasil membawa putri Dayang, dengan berat hati, kami
harus memaksa.
Rie Carang terkejut. Tetapi Rie tetap sabar. Kewibawaannya sebgaia Tetua Adat masih terjaga. Dan
ketika itu, Putri Dayang keluar dati balik panggung…
Adegan 9
75. Dayang
76. Sunan
77. Sunan
(mendekati Dayang)
Dayang,
78. Dayang
(tegas)
79. Sunan
Tidak Dayang, hari ini juga kau harus ikut aku ke Palembang.
Rie Carang agak tersinggung, ketika tangan Sunan mencoba menarik tangan Dayang. Bersamaan
dengan kemarahan Rie, Dayang kemudian masuk ke balik panggung….
Sunan !
(tertawa meremehkan)
Ha…ha….ha…
Baik, Rie. Hari ini aku gagal. Tapi besok atau sore ini juga
Aku harus membawa putri Dayang.
Sunan Palembang bersama dua pengawalnya keluar dari pangung dengan langkah lebar.
Tetapi belum lagi sempta meredakan amarah. Dari balik panggung jeritan perempuan, minta tolong.
Rie terkejut, ketika tiba-tiba seorang perempuan keluar dari balik panggung…
82. Perempuan 1
84. Perempuan 1
Rie Carang benar-benar marah. Dadanya penuh. Matanya merah. Sampai gugu gerahamnya
menggeretek, sambil berkata
(marah)
Sunaaaaaan.
Adegan 10
Dua pengawal terlihat keluar ke panggung, baru saja menyeret Dayang Rindu. Setelah itu, Sunan mucul
dengan bangganya, tertawa puas, karena sudah berhasil menculik Dayang ke Singgasananya di
Palembang…
86. Sunan
Ha….ha…haa..
Ha…ha…..
87. Sunan
Sunnan, kemudian masuk ke balik panggung. Diikuti Pengawal yang menarik Putri Dayang.
Musik mengiringinya…
Adegan 11
Lain di Istana Sunan Palembang, lain pula di rumah Rie Carang. Suasana masih duka. Sebab Dayang
Rindu di culik Sunan Palembang. Rie Tampak sedih. Ia termangu, mencari jalan keluar untuk
mengambil Dayang Rindu…
89. Narator
Naring Cili, yang masih tampak gagah itu muncul di rumah Dayang Rindu. Sementara Rie Carang
terkejut dengan kedatangan Naring Cili…
Spontan, Rie terkejut. Ia kemudian segera menetralisasi kepedihannya. Dan menyambut Naring Cili
dengan hangat, layaknya ketemu dengan cucunya sendiri…
Naring Cili heran. Matanya menatap Rie Carang yang masih membelakangi.
(masih penasaran)
Ya, itu dulu. Tapi sekarang ceritanya jadi lain.
Belum lagi, Rie Carang sempat melanjutkan kalimatnya. Naring Cili sudah lebih dulu emosi dan
mohon diri…
99. Rie Carang
Adegan 12
Lampu dinamis bersilang-silang. Adegan perkelahian, antara pasukan, Naring Cili dengan pasukan
Sunan Palembang. Satu persatu terkapar bersimbah darah. Ratusan orang sudah terkapar. Dan ketika
banyak pasukan sudah terbunuh, Naring Cili, keluar dari balik panggung menantang Sunan
Palembang, dengan berteriak memanggil…
101. Sunan
(menyambut tantangan dengan angkuh)
103. Sunan
(tertawa) ha…ha….
Adegan 13
Dayang Rindu keluar dari balik panggung. Keluar dan melerai pertengkaran Naring Cili dan Sunan
Palembang…
105. Dayang
(memotong tiba-tiba)
Hanya karena ulah kalian, rakyat tak bersalah juga menjadi korban.
106. Dayang
107. Sunan
108. Dayang
(tegas)
109. Sunan
(memohon)
110. Dayang
(tegas)
Dayang kemudian menuju sebuah bilik. Sementara Nariing Cili kemudian mengiringi dari belakangnya.
Sunan hanya terpaku, melihat adegan itu.
Dari balik sinar yang memancar, terlihat kelebatan pedang Naring Cili memotong tubuh Dayang. Dan
dikain putih, tersemburat cairan merah darah Dayang Rindu.
Perlahan, lampu redup. Tinggal bercak merah darah. Naring Cili keluar dari balik panggung,
membawa dua bagian tubuh Dayang.
SELESAI. !