Anda di halaman 1dari 33

”PAMAN VANYA”

Karya : Anton Chekov


Terjemahan oleh : Suyatna Anirun

Naskah ini merupakan versi ke dua (1973)


Perbaikan dari versi pertama (1960)

Dramatic Personal
1. ALEXANDER SEREBRAKOFF (SERE)
SEORANG PROFESOR. PENSIUNAN
2. HELENA (HELEN)
ISTERINYA, UMUR 27 TAHUN
3. SONIA (SONI)
PUTRI PROFESOR DARI ISTERI
4. NY. VOITSKAYA (NY.V)
JANDA SEORANG ANGGOTA
DEWAN, ISTERI PERTAMA PROFESOR
5. IVAN (VANYA) VOITSKY (VOIT) ANAKNYA
6. MICHAEL ASTROFF (ASTR) SEORANG DOKTER
7. ILYA (BAPEL) TELEGIN (TELE)
PEMILIK TANAH YANG MISKIN
8. SEORANG PEKERJA.

CERITA INI TERJADI DI RUMAH SEREBRAKOFF DI SUATU DAERAH PEDALAMAN DI RUSSIA

PAMAN VANYA/STUDI ARTISTIK TEATER STSI BANDUNG 1


BABAK I

(Sebuah rumah di daerah pedalaman. Di atas sebuah teras. Di depannya ada sebuah kebun. Di
sebuah jalan yang dibatasi oleh deretan pepohonan, di bawah sebuah pohon “poplar” tua, ada
sebuah meja yang telah di persiapkan untuk minum teh, dengan sebuah samovar (Teko teh Rusia)
dan sebagainya. Di dekat meja itu ada beberapa buah bangku dan kursi. Di atas salah satu kursi
itu ada sebuah gitar. Di dekat meja itu tergantung pula sebuah ayunan. Ketika itu jam tiga sore dan
cuacanya mendung).
(Marina, seorang perempuan tua bertubuh kecil yang tenang dan rambutnya berwarna kelabu,
nampak sedang duduk di dekat meja itu sambil merenda sebuah kaos kaki, Astroff kelihatan
berjalan mondar mandir di dekatnya).

MARI : (Sambil menuangkan teh ke dalam sebuah gelas) Minumlah teh barang sedikit,
anakku.
ASTR : (Dia mengambil gelas itu dengan perasaan enggan) Entah bagaimana, aku tak
punya selera untuk minum.
MARI : Apakah kau ingin minum wodka sebagai penggantinya?
ASTR : Tidak. Aku tidak saban hari minum vodka.Lagi pula udaranya terlalu panas sekarang
(Hening sejurus) Tolong katakan, mak, sudah berapa lama sebenarnya kita
berkenalan?
MARI : (Berpikir keras) Tunggu dulu, berapa lama ya? Ya Tuhan, aku harus mengumpulkan
ingatanku dulu. Kau pertama kali datang ke sini, ke daerah kami kapan ya? Ibu
Sonya masih hidup ketika itu. Dua kali musim dingin sebelum ia meninggal. Itu
terjadi sebelas tahun yang lalu (Berpikir keras) Boleh jadi lebih lama lagi dari itu.
ASTR : Banyakkah aku berubah sejak waktu itu?
MARI : Oh, ya. Waktu itu kau masih tampan dan muda, dan sekarang kau sudah jadi laki-
laki tua dan tidak tampan lagi. Kau juga suka minum.
ASTR : Benar, masa sepuluh tahun telah membuatku jadi manusia lain. Dan apakah
sebabnya? Karena aku terlalu keras bekerja. Aku kerja dari fajar hingga senja. Aku
tak pernah istirahat, malam-malam aku menggigil di bawah selimut karena takut
diseret keluar untuk mengunjungi orang sakit, aku membanting tulang tanpa istirahat
dan aku tak pernah bebas satu haripun sejak aku mengenalmu, bukankah aku tak
bisa berbuat apa-apa kalau aku jadi tua karenanya? Dan lagi, kehidupan di sini
menjemukan, hidup kita di sini tak kenal perasaan, kumuh dan mencekam. Setiap
orang di sekitar sini amat bersahaja, dan setelah hidup bersama mereka selama dua
atau tiga tahun kita juga jadi amat bersahaja. Ini tidak bisa di elakkan (Dia memilin-
milin kumisnya) Lihatlah, betapa panjang kumisku ini. Kumis yang panjang dan
pandir. Benar, aku sama bersahajanya seperti yang lain-lainnya, tetapi aku tidaklah
sebodoh mereka, tidak, aku tidak menjadi bodoh. Aku bersyukur kepada Tuhan
bahwa otakku belum menjadi rusak, meskipun perasaanku telah menjadi tumpul.
Aku tak minta apa-apa, aku tak memerlukan apa-apa, aku tak mencintai siapapun,
selain dirimu (dia mencium kepala Marina) aku pernah mempunyai pengasuh seperti
kau semasa kanak-kanak.
MARI : Tidakkah kau ingin makan sesuatu?
ASTR : Tidak. Semasa minggu ketiga musim semi aku pernah mengunjungi daerah wabah
di Malitskoi. Wabah typus sedang merajalela di situ. Para petani semuanya tidur
berdampingan dalam gubuk-gubuk mereka, lembu-lembu muda dan babi-babi
berlarian di lantai di antara orang-orang yang sakit, di situ sangat kotor dan penuh
asap! Bukan main! Aku kerja keras di tengah orang-orang itu sepanjang hari tanpa

PAMAN VANYA/STUDI ARTISTIK TEATER STSI BANDUNG 2


sebutir makananpun masuk mulut, tetapi setelah aku pulang masih juga aku tidak
bisa beristirahat seorang penjaga wesel telah di bawa orang kerumahku dari jalan
kereta api, dia kubaringkan di atas meja operasi dan kemudian dia mati dalam
pelukanku di bawah chloroform, dan sesudah itu perasaanku yang telah membeku
itu menjadi tergugah kembali, hati nuraniku merasa tersiksa seolah-olah aku telah
membunuh orang itu. Aku pergi duduk dan memejamkan mataku--- seperti ini--- dan
berpikir apakah keturunan kita dua ratus tahun kemudian yang jalannya telah dirintis
oleh kita, akan teringat untuk menyampaikan ucapan yang ramah kepada kita?
Tidak, mak, mereka pasti akan melupakannya.
MARI : Manusia memang pelupa, tetapi Tuhan akan selalu ingat.
ASTR : Terima kasih atas ucapanmu. Kata-katamu mengandung kebenaran. (Voitsky
masuk dari arah rumah. Dia baru bangun tidur setelah makan, dan nampak kusut
masai. dIa duduk di atas bangku dan meluruskan leher bajunya).
VOIT : Hemmm. Ya (Hening sejurus) Ya
ASTR : Kau habis tidur?
VOIT : Ya, begitulah (Dia menguap) Semenjak profesor dan isteriya itu datang, hidup kita
sehari-hari telah kehilangan arahnya. Aku tidur pada saat yang salah, minum anggur
dan makan segala macam tek tek bengek pada waktu makan malam. Ini tidak sehat.
Sonya dan aku biasa bekerjasama dan tak pernah menyia-nyiakan waktu, tetapi kini
Sonya bekerja sendirian dan aku hanya minum dan tidur. Ada sesuatu yang tidak
beres di sini.
MARI : (Menggeleng-gelengkan kepalanya) Rumah ini telah kacau balau! Profesor bangun
jam dua belas. Samovar terus di didihkan sepanjang pagi, dan segala sesuatunya
mesti menunggu dia. Sebelum mereka datang kemari, kita biasa makan siang jam
satu, sama seperti orang lainnya, tetapi sekarang kita makan siang jam tujuh.
Semalam-malaman profesor duduk menulis dan membaca, dan tiba-tiba jam dua
terdengar bunyi bel berdering! Masya Allah, ada apa kiranya? Ternyata sang
profesor ingin minum teh! Bangunkan para pelayan hangatkan samovarnya! Ya
Tuhan, alangkah kacaunya!
ASTR : Akan lamakah mereka di sini?
VOIT : Seratus tahun! Sang profesor telah memutuskan untuk menetap di sini.
MARI : Sekarang lihatlah ini! Samovar itu sudah dua jam lamanya bercokol di atas meja,
dan mereka semua sedang pergi ke luar jalan-jalan.
ASTR : Sudahlah, kita tak perlu marah-marah. Mereka sudah datang. (Terdengar suara-
suara mendatangi.SEREBRAKOFF, HELENA, SONIA dan TELEGIN masuk dari
arah kebun. Mereka pulang berjalan-jalan)
SERE : Bukan main! Bukan main! Alangkah indahnya pemandangan di sini!
TELE : Pemandangannya memang luar biasa sekali, Yang Mulia.
SONY : Besok kita akan pergi jalan-jalan kehutan, bukan begitu ayah?
VOIT : Nyonya-nyonya dan Tuan-tuan, tehnya sudah siap menunggu
SERE : Maukah kau menyuruh orang mengantarkan tehku ke perpustakaan? Aku masih
punya pekerjaan yang harus di selesaikan.
SONY : Aku yakin ayah akan menyukai hutan itu . (HELENA, SEREBRAKOFF, dan SONIA
masuk ke dalam rumah. TELEGIN duduk di dekat meja di samping MARINA).
VOIT : Lihatlah, cendekiawan kita yang bijaksana, dalam hari yang seterik ini, dia
mengenakan sebuah mantel dan sepatu kayu dan membawa sebuah payung.
ASTR : Dia berusaha untuk menjaga baik-baik kesehatannya.
VOIT : Alangkah jelita isterinya! Alangkah jelita! Seumur hidupku tak pernah aku melihat
perempuan yang lebih cantik dari dia.

PAMAN VANYA/STUDI ARTISTIK TEATER STSI BANDUNG 3


TELE : Ketahuilah, Marina, bahwa selagi aku berjalan di ladang-ladang atau di kebun yang
teduh, selagi aku memandang ke arah meja ini, hatiku mengembang dengan
kebahagiaan tanpa tepi. Cuacanya amat menggairahkan, burung-burung bernyanyi,
kita semua hidup dalam damai dan sejahtera--- apalagi--- yang dikehendaki oleh
jiwa selain itu? (Dia mengambil segelas teh).
VOIT : (Melamun) Matanya begitu indah--- seorang wanita yang sangat cantik
ASTR : Ayo, Ivan, berceritalah kepada kami
VOIT : (Dengan malas) Apakah yang harus kuceritakan pada kalian?
ASTR : Tidak adakah kabar baru untuk kami?
VOIT : Tidak ada. Semuanya sudah basi. Aku masih tetap seperti biasa, atau mungkin
keadaanku semakin buruk, sebab aku telah menjadi malas. Tidak ada yang
kukerjakan sekarang selain menguak seperti gagak tua. Ibuku, murai tua itu masih
tetap berceloteh tentang emansipasi wanita, dengan matanya yang sebelah
memandang ke arah kuburan, dan matanya yang lain ke arah buku-bukunya yang
cendekia. Dalam buku-buku itu dia selalu mencari-cari fajar dari suatu kehidupan
baru.
ASTR : Dan profesor itu?
VOIT : Profesor itu selalu duduk di perpustakaan dari pagi hingga malam, seperti biasa--
Memusatkan pikiran, mengerutkan dahi, kami menulis, menulis, menulis, tanpa
istirahat atau mengharap pujian di hari nanti ataupun kini”. Kertas yang malang! Dia
mesti menulis riwayat hidupnya, dia akan merupakan bahan yang betul-betul bagus
untuk sebuah buku! Cobalah bayangkan, kehidupan dari seorang profesor pensiun,
yang telah menjadi apak seperti biskuit yang telah keras membatu, dan dia tersiksa
oleh sakit pinggang, sakit kepala dan encok, sedang limpanya telah meletus oleh
rasa cemburu dan iri hati dan dia hidup di rumah isteri pertamanya meskipun dia
benci kenyataan ini, sebab dia tidak sanggup hidup di kota. Dia terus menerus
mengeluhkan nasibnya yang buruk, padahal sebenarnya dia sangat beruntung. Dia
anak seorang pembantu pendeta biasa dan dia berhasil menjangkau kedudukan
profesor dan menjadi menantu seorangsenator dan biasa dipanggil “Yang Mulia” dan
sebagainya. Tetapi akan kuceritakan satu hal padamu. Orang yang telah menulis
tentang seni selama dua puluh lima tahun itu, sebenarnya tidak tahu apa-apa
tentang seni. Selama jangka waktu dua puluh lima tahun itu dia telah memamah
pendapat orang-orang lain mengenai realisme, naturalisme dan segala kekonyolan
lainnya yang serupa, selama dua puluh lima tahun dia telah membaca dan menulis
hal-hal yang lama sebelumnya telah diketahui oleh para cerdik pandai dan tidak
menarik perhatian buat orang-orang bodoh! Selama dua puluh lima tahun dia telah
menyamardalam baju kepalsuan dan kini dia telah mengundurkan diri, dan dia sama
sekali tidak dikenal seorang manusiapun, namun lihatlah dia sekarang! Dengan
langkah-langkah panjang dia menjelajahi bumi seperti dewa kemanusiaan!
ASTR : Aku kira kau iri hati kepadanya.
VOIT : Benar. Lihatlah, betapa berhasilnya dia dengan kaum wanita! Don Yuan sekalipun
tidak akan bisa mengunggulinya. Isterinya yang pertama, yang kebetulan adalah
saudara perempuanku, adalah seorang yang cantik, lemah-lembut dan sama
murninya seperti langit biru di atas kita itu, ia sangat berbudi hatinya lapang, para
pengagumnya lebih banyak dari jumlah murid-muridnyadan saudaraku mencintainya
tidak ubahnya seperti orang-orang yang berjiwa murni seperti malaikat dapat
mencintai orang-orang yang sama murni dan sama cantiknya seperti mereka sendiri.
Mertua perempuannya, ibuku sendiri, memuja orang itu sampai hari ini, dan orang
itu masih tetap merupakan sumber rasa hormat yang penuh pemujaan bagi ibuku.
Isteri keduanya, seperti kau lihat sendiri, cantik luar biasa. Ia mengawininya dalam

PAMAN VANYA/STUDI ARTISTIK TEATER STSI BANDUNG 4


usia lanjut dan ia telah menyerahkan seluruh kecantikannya dan kebebasannya
kepada orang itu, mengapa? Untuk apa?
ASTR : Apakah ia setia kepada suaminya?
VOIT : Ya, sayangnya ia setia.
ASTR : Mengapa “sayangnya”?
VOIT : Sebab kesetiaan itu adalah palsu dan tidak wajar, sampai ke dasar-dasarnya.
Kedengarannya memang bagus, tetapi tidak masuk akal. Untuk seorang wanita
dianggap tidak bermoral untuk menipu seorang suami tua yang dibencinya, namun
adalah sangat bermoral baginya untuk membelenggu masa remajanya yang malang
di dalam dadanya dan kemudian mengasingkan setiap hasrat hidupnya dari hati
sanubarinya.
TELE : (Dengan suara sedih) Vanya, aku tak suka mendengar kau bicara seperti itu.
Dengarlah, Vanya, setiap orang yang mengkhianati suami atau isterinya adalah
murtad, dan dia akan bisa juga mengkhianati tanah airnya.
VOIT : (Dengan nada marah ) Diam kau, Bapel.
TELE : Tidak, ijinkan aku, Vanya. Isteriku melarikan diri dengan kekasihnya sehari setelah
pernikahan kami, karena keadaan lahiriahku yang tidak menarik hati. Sejak waktu itu
aku tak pernah gagal dalam tugasku. Aku mencintainya dan masih tetap setia
padanya sampai hari ini. Aku membantunya sedapat-dapatnya dan telah kuserahkan
harta kekayaanku untuk mendidik anak perempuan yang diperolehnya dari
kekasihnya itu. Aku telah kehilangan kebahagiaanku tetapi aku masih memiliki harga
diriku. Dan ia? Masa remajanya telah sirna, kecantikannya telah memudar sesuai
dengan hukum alam, dan kekasihnya telah meninggal. Apakah yang masih
digenggamnya kini? (HELENA dan SONIA muncul, dibelakang mereka menyusul
NYONYA VOITSKAYA, sambil membawa sebuah buku. Ia duduk dan mulai
membaca bukunya. Seseorang memberikan segelas teh kepadanya yang
diminumnya tanpa menoleh).
SONI : (Dengan terburu-buru kepada MARINA) Di luar ada beberapa petani sedang
menunggu. Pergilah lihat apa yang mereka inginkan. Aku akan menuangkan teh
(Dia menuangkan teh ke dalam beberapa gelas. MARINA pergi keluar. HELENA
mengambil sebuah gelas dan menghirupnya sambil duduk di atas ayunan).
ASTR : Saya datang untuk memeriksa suami anda. Dalam surat anda, anda mengatakan
bahwa dia menderita encok dan entah apalagi, dan bahwa dia sakit parah tetapi
kelihatannya dia sehat wal’afiat tadi.
HELE : Kemarin malam dia sangat murung dan dia mengeluh bahwa kedua kakinya sakit
tetapi sekarang dia nampaknya sudah sembuh.
ASTR : Dan dari jarak 20 mil saya datang kemari dengan kecepatan yang bisa mematahkan
tulang leher! Namun, tidak apa, ini bukan untuk pertama kalinya. Akan tetapi, setelah
tiba di sini, saya akan terus tinggal di sini sampai besok, dan biar bagaimanpun saya
perlu tidur secukupnya.
SONI : Bagus sekali. Anda jarang sekali menginap di tempat kami. Sudahkah anda makan?
ASTR : Belum.
SONI : Bagus. Kalau begitu anda akan makan bersama kami. Sekarang kami makan jam
tujuh. (Ia menghirup air tehnya) Teh ini dingin!.
TELE : Betul . samovarnya sudah jadi dingin.
HELE : Tidak apa, Tuan Ivan, kalau begitu kita minum saja teh dingin.
TELE : Maaf, nama saya bukan Ivan, tetapi Ilia, nyonya,--- Ilia Telegin, atau Bapel sebab
kadang-kadang saya dipanggil begitu karena muka saya yang bopeng oleh cacar ini.
Saya, ayah angkat Sonia, dan Yang Muli, suami nyonya, kenal baik pada saya.

PAMAN VANYA/STUDI ARTISTIK TEATER STSI BANDUNG 5


Sekarang saya tinggal bersama anda, di rumah ini, dan barangkali ada baiknya juga
anda mengetahui bahwa saya saban hari makan bersama anda.
SONI : Dia adalah penolong kami yang besa, dia tangan kanan kami (Dengan nada mesra)
Ayah angkatku sayang, biarlah kutuangkan teh untukmu.
NY.V : Oh! Oh!
SONI : Ada apa nek?
NY.V : Aku telah melupakan mengatakan pada Alexander--- aku tidak ingat tadi--- hari ini
aku telah menerima surat dari Paul Alexevitch di Kharkov. Dia telah mengirimi aku
sebuah berkala baru.
ASTR : Menarikkah isinya?
NY.V : Ya, tetapi ganjil. Dia telah menyangkal sendiri teori-teori yang tujuh tahun yang lalu
dia pertahankan. Sangat mengherankan!
VOIT : Tidak perlu diherankan. Minumlah tehnya. Ibu.
NY.V : Nampaknya kau tak pernah mau mendengarkan apa yang kukatakan. Maafkan,
Jean tetapi engkau telah berubah begitu dalam tahun-tahun terakhir ini sehingga aku
hampir-hampir tidak mengenalmu lagi. Biasanya pendirian-pendirianmu teguh dan
kau punya kepribadian yang cerah.
VOIT : Oh, memang. Aku punya kepribadian yang cerah, yang tidak memberi kecerahan
kepada siapapun (Hening sejurus) Aku punya kepribadian yang cerah! Tidak ada
yang bisa menusuk lagi dari pada apa yang ibu katakan itu. Umurku sekarang 47
tahun. Seperti ibu tahu sendiri, sampai tahun lalu, aku berusaha keras untuk
membutakan mataku dengan sikap ibu yang terlalu keguru-guruan terhadap
kebenaran-kebenaran hidup. Tetapi sekarang--- ah, andaikata ibu tahu saja!
Andaikata ibu tahu bagaimana aku malam-malam berbaring tanpa dapat tidur,
bagaimana aku merasa sakit hati dan marah, memikirkan betapa bodohnya aku
telah menyia-nyiakan waktuku pada waktu mana sebenarnya aku bisa menikmati
segala sesuatunya dari kehidupan yang sekarang ini terlarang buatku mengingat
usiaku yang sudah lajut.
SONI : Paman Vanya, alangkah getirnya!
NY.V : Kau bicara seolah-olah pendirianmu yang terdahululah yang harus dipersoalkan
Tetapi kau sendirilah yang salah , bukannya pendirian-pendirian itu. Kau lupa bahwa
suatu pendirian pada hakekatnya, bukanlah apa-apa, cuma kata-kata mati belaka.
Sebenarnya kau harus berusaha melakukan sesuatu.
VOIT : Melakukan sesuatu! Tidak setiap orang mampu menjadi seorang penulis yang selalu
indah seperti Tuan Profesormu itu.
NY.V : Apa yang kau maksudkan dengan itu ?
SONI : (Dengan nada bermohon) Nenek! Paman Vanya! Saya mohon!
VOIT : Aku akan diam. Aku minta maaf dan aku akan diam (Hening sejurus).
HELE : Alangkah bagusnya hari ini! Tidak terlalu panas (Hening sejurus).
VOIT : Hari yang bagus untuk menggantung diri. (TELEGIN menyetel gitarnya. Marina
muncul di dekat rumah, dan memanggil-manggil anak-anak ayam).
MARI : Kuurr, kuurr, ceekkk, ceekk, kuurr!
SONI : Apakah yang dikehendaki petani-petani itu, mak?
MARI : Soal yang biasa juga. Omong kosong yang biasa juga. Kuurr, ceekkk, ceekk.
SONI : Kenapa kau panggil anak-anak ayam itu?
MARI : Induk ayam yang berintik itu telah menghilang bersama anak-anaknya. Saya takut
mereka disambar elang. (TELEGIN memainkan sebuah polka. Semuanya
mendengarkan dengan hening. Seorang PEKERJA muncul)
PKRJ : Apakah dokter ada di sini? (Kepada ASTROFF) Maafkan saya tuan, tetapi saya
disuruh kemari untuk menjemput anda.

PAMAN VANYA/STUDI ARTISTIK TEATER STSI BANDUNG 6


ASTR : Darimana kau?
PKRJ : Dari pabrik.
ASTR : (Dengan perasaan kesal) Terima kasih. Tetapi saya tidak bisa berbuat lalai selain
pergi memenuhi permintaannya (Dia memandang ke sekitar untuk mencari penutup
kepalanya) Keparat, sungguh mengesalkan!
SONI : Ya, sungguh sayang sekali. Setelah dari pabrik, anda mesti kembali ke……... untuk
makan bersama-sama.
ASTR : Tidak mungkin, saya tak bisa melakukannya. Akan terlalu terlambat. Nah, mana dia,
mana--- (Kepada PEKERJA) Ke sini, bung, maukah kau mengambilkan segelas
wodka untukku? (PEKERJA keluar) Mana dia--- mana dia--- (Akhirnya ditemukan
yang dicarinya) Salah seorang pelaku dalam karya sandiwara ………..adalah
seorang laki-laki yang berkumis panjang dan beringatan pendek, persis seperti saya.
Tetapi, kini biarlah kuucapkan selamat tinggal kepada tuan-tuan dan nyonya-nyonya
(Kepada HELENA) Saya akan sungguh-sungguh merasa senang sekali jika anda
bersama nona Sonia sudi berkunjung ketempatku pada suatu hari. Tempat
kediamanku kecil, akan tetapi jika anda merasa tertarik kepadanya, saya ingin
memperlihatkan kepada anda sekalian sebuah tempat perawatan edan persemaian
yang tidak akan anda jumpai persamaannya dalam jarak1000 mil dari sini. Tempatku
dikelilingi oleh hutan-hutan negara. Pengawas hutannya sudah tua dan sakit-sakitan,
oleh karenanya saya hampir selalu mengawasi seluruh pekerjaannya itu sendirian.
HELE : Saya selalu mendengar bahwa anda sangat menyukai hutan-hutan. Tentu saja,
orang bisa banyak berbuat kebaikan dengan membantu memeliharanya, akan tetapi
tidakkah pekerjaan itu mengganggu pekerjaan yang menjadi panggilan anda yang
sesungguhnya?
ASTR : Hanya Tuhanlah yang tahu apa yang merupakan panggilan yang sesungguhya dari
seseorang.
HELE : Dan apakah pekerjaan itu menarik hati buat anda?
ASTR : Ya, sangat menarik hati.
VOIT : (Dengan nada mengejek) Oh, luar biasa sekali.
HELE : Anda masih muda, belum lagi lebih dari 36 atau 37 tahun, saya kira, dan hutan itu
menurut hematku tidak sebegitu menarik buat anda seperti apa yang dikatakan oleh
mereka. Hutan-hutan itu saya kira akan membuat anda jemu.
SONI : Tidak, pekerjaan itu menggairahkan. Dr. Astroff mengawasi seluruh hutan-hutan itu
dan dia melakukan penanaman-penanaman baru setiap tahun, dan dia telah
menerima sebuah medali perunggu untuk itu. Jika anda mau mendengarkan apa
yang bisa diceritakannya, anda akan seluruhnya sependapat dengan dia. Dia
berkata bahwa hutan-hutan merupakan perhiasan dari bumi ini, bahwa hutan-hutan
mangajar manusia untuk memahami apa arti keindahan dan menyesuaikan jiwanya
kepada perasaan-perasaan yang luhur. Hutan-hutan membuat iklim yang kejam
menjadi lembut, dan di negeri-negeri yang beriklim lebih lembut, tenaga diperlukan
dalam peperangan melawan alam jumlahnya lebih kecil, dan orang-orangnya ramah
tamah dan lemah lembut. Penduduk di negeri-negeri seperti ini biasanya berwajah
tampan, penurut, perasa dan sangat santun dalam bicara dan sikap. Falsafah hidup
mereka penuh kegembiraan, seni dan ilmu pengetahuan berkembang di tengah-
tengah mereka, perlakuan mereka terhadap kaum wanita penuh dengan kehalusan
yang luar biasa.
VOIT : (Tertawa) Bagus! Bagus! Semuanya itu sungguh indah, akan tetapi juga tidak
meyakinkan. Oleh karenanya, sahabatku (Kepada ASTROFF) engkau mesti
membiarkan aku membakar kayu bakar untuk tungku-tungku dan membangun
gudang-gudangku dari papan.

PAMAN VANYA/STUDI ARTISTIK TEATER STSI BANDUNG 7


ASTR : Kau bisa membakar batubara untuk tungku-tungkumu dan membangun gudang-
gudangmu dari batu. Oh, tentu saja akupun tak keberatan kalau kita menebang
pohon karena kebutuhan, tetapi mengapa hutan-hutan itu harus dirusak? Hutan-
hutan rusia kini tengah gemetar di bawah pukulan kapak. Jutaan pohon telah
musnah. Sar5ang-sarang binatang liar dan burung menjadi sunyi senyap, sungai-
sungai telah menyempit, dan banyak pemandangan-pemandanganyang indah-indah
menjadi lenyap untuk selama-lamanya. Dan kenapa? Karena manusia terlalu malas
dan bodoh untuk membungkuk dan memungut bahan bakar mereka dari dalam
tanah (Kepada HELENA) Salahkah saya? Bukankah hanya seorang biadab yang
tolol yang sampai hati membakar begitu banyak keindahan di dalam tungku-
tungkunya dan menumpas habis apa yang tidak dapat dibuatnya? Manusia
dikaruniai akal dan kekuatan untuk mencipta agar dia dapat memperbanyak apa
yang telah diberikan kepadanya, akan tetapi sampai sekarang ini dia bukanlah
mencipta, melainkan melakukan penghancuran. Hutan-hutan telah mulai lenyap,
sungai-sungai telah mulai jadi kering, binatang perburuan telah sirna, iklimpun telah
jadi semakin koto, dan dari hari ke hari bumi kita jadi semakin miskin dan semakin
jelek (Kepada VOITSKY) Aku melihat ejekan dalam matamu engkau tidak
membenarkan apa yang kukatakandengan sepenuh hati,dan--- dan--- boleh jadi juga
segala apa yang kukatakan itu cuma omong kosong belaka. Tetapi apabila aku
melewati hutan-hutan para petani yang telah kuselamatkan dari hantaman kapak,
atau apabila kudengar gemerisik tumbuh-tumbuhan muda yang kutanam dengan
tanganku sendiri, aku seolah-olah merasa telah memberikan sedikit saham dalam
memperbaiki iklim, dan seandainya umat manusia seribu tahun kemudian dapat
menikmati kebahagiaan maka aku akan merasa telah memberikan sedikit
sumbangan atas kebahagiaan mereka itu. Tatkala aku menanam sebatang pohon
damar yang kecil mungil dan kemudian : kulihat pohon itu tumbuh menjadi sebatang
pohon muda yang melambai-lambai di bawah hembusan angin, hatiku
mengembangkarena perasaan bangga dan aku--- (Dia melihat PEKERJA yang
mengantarkan segelas wodka di atas baki kepadanya) Tetapi--- (Dia minum)
sekarang aku mesti pergi. Memang semuanya mungkin hanya omong kosong
belaka. Selamat tinggal (Dia pergi ke arah rumah. SONIA memegang lengan
ASTROFF dan mereka pergi bersama-sama).
SONI : Kapan anda akan datang berkunjung kemari lagi?
ASTR : Saya belum bisa mengatakannya.
SONI : Mungkinkah dalam sebulan ini? (ASTROFF dan SONIA masuk ke dalam rumah
HELENA dan VOITSKY berjalan melintasi teras).
HELE : Tingkah lakumu kembali mengejutkan. Ivan, apa perlunya kau melukai perasaan
ibumu dan bicara tentang perpetuum mobile? Dan waktu makan pagipun kau sudah
bertengkar lagi dengan Alexander. Sikapmu terlalu picik.
VOIT : Tetapi bagaimana kalau aku membencinya?
HELE : Kau membenci Alexander tanpa alasan, dia sama saja seperti orang lainnya, dan dia
tidak lebih buruk darimu.
VOIT : Jika saja kau bisa melihat wajahmu, dan gerak-gerikmu! Ah, hidupmu pasti
menjemukan sekali.
HELE : Ya, hidupku memang menjemukan dan sedih! Kalian semua menyumpahi suamiku
dan merasa kasihan padaku, kau berpikir “Perempuan malang, ia kawin dengan laki-
laki tua” Aku mengerti betul rasa kasihanmu itu! Seperti dikatakan oleh Astroff tadi,
lihatlah betapa kau telah merusakkan hutan-hutan itu tanpa berpikir panjang,
sehingga sebentar lagi hutan itu tidak ada lagi yang tinggal. Kau juga telah
menghancurkan kemanusiaan dan sebentar lagi kesetiaan, kemurnian dan

PAMAN VANYA/STUDI ARTISTIK TEATER STSI BANDUNG 8


pengorbanan diri akan hilang bersama hutan-hutan itu. Mengapa kau tidak bisa
memandang seorang perempuan dengan tenang kalau ia bukan milikmu? Sebab,
dokter itu benar, kalian semua telah dirasuki oleh setan kehancuran. Kau tidak
menaruh belas kasihan kepada hutan-hutan itu atau kepada burung-burung atau
pada wanita atau kepada sesamamu.
VOIT : Aku tak suka falsafahmu.
HELE : Dokter itu punya wajah perasa, letih--- suatu wajah yang menarik. Soni jelas
menyukainya, dan ia jatuh cinta kepadanya, dan aku mengerti. Ini adalah yang
ketiga kalinya dia datang kemari semenjak aku tiba di sini, dan aku tak pernah bicara
sungguh-sungguh dengan dia dan aku tak pernah melakukannya dengan layak. Dia
mengira aku kurang ramah. Tahukah, Ivan apa sebabnya aku dan kau bersahabat
baik? Kukira hal itu disebabkan karena kita kesepian dan tidak beruntung. Ya, tidak
beruntung. Jangan kau memandangku seperti itu, aku tak suka.
VOIT : Bagaimana aku bisa memandangmu dengan cara lain kalau aku cinta padamu. Kau
adalah kebahagiaanku, hidupku dan keremajaanku. Kutahu bahwa kesempatanku
untuk mendapat balasan cinta sangat kecil sekali, bahkan tidak ada, tetapi aku tak
minta apa-apa padamu. Hanya perkenankanlah aku memandangmu, mendengar
suaramu---
HELE : Hush, orang akan mendengar ocehanmu (Mereka berjalan ke arah rumah)
VOIT : (Sambil mengikuti HELENA) Perkenankanlah aku menyampaikan cintaku padamu,
jangan kau enyahkan daku, dan ini sajapun sudah merupakan kebahagiaanku yang
paling besar!
HELE : Ah! Ini memedihkan hati! (TELEGIN memetik tali gitarnya dan memainkan sebuah
polka. NYONYA VOITSKAYA menuliskan sesuatu di atas lembaran-lembaran
berkalanya).

B A B A K II
(Ruangan makan rumah SEREBRAKOFF. Malam. Terdengar bunyi kentongan penjaga malam di
kebun. SEREBRAKOFF duduk terkantuk-kantuk di atas sebuah kursi bersandaran tangan di dekat
jendela terbuka dan HELENA duduk di sampingnya, ia juga setengah tertidur).

SERE : (Meluruskan tubuhnya) Siapa itu? Engkaukah Sonia?


HELE : Aku.
SERE : Oo, kau Helena. Sakitnya tak tertahankan.
HELE : Selimutmu terlepas (Ia menutupi kedua kaki SEREBRAKOFF dengan selimut) Biar
kututup jendelanya.
SERE : Jangan, biarkan dia terbuka. Aku merasa sesak. Barusan aku mimpi, kaki kiriku
berada pada orang lain, rasanya sakit sekali hingga aku terbangun. Aku kira ini
bukan encok, tetapi lebih mirip rheumatik. Jam berapa sekarang?
HELE : Setengah satu (Hening sejurus).
SERE : Tolong kaucarikan karya-karya Batushka besok di perpustakaan. Aku kira kita
mempunyainya.
HELE : Apa?
SERE : Tolong carikan Batushka besok pagi. Kita punya itu, aku ingat. Mengapa aku sukar
bernafas?
HELE : Kau terlalu letih. Ini malam kedua kau tidak tidur.
SERE : Kata orang Turgienieff mendapat angina di jantung karena encoknya. Aku takut akan
mendapat angina juga. Oh, terkutuklah usia tua yang keparat ini! Sejak aku menjadi

PAMAN VANYA/STUDI ARTISTIK TEATER STSI BANDUNG 9


tua aku merasa muak terhadap diriku, dan aku yakin, kalian semua juga merasa
muak terhadap diriku.
HELE : Kau bicara seolah-olah kami dipermasalahkan atas ketuaanmu.
SERE : Aku lebih memuakkan lagi buat dirimu dari pada buat orang lainnya. (HELENA
bangkit berdiri dan berjalan menjauh dari SEREBRAKOFF, dan kemudian duduk di
tempat yang agak jauh) Sudah tentu, sikapmu benar sekali. Aku bukan orang gila.
Aku bisa memahami sikapmu, sedang aku seorang tua renta, seorang laki-laki yang
sudah hampir mati. Apakah aku tidak tahu akan hal itu? Tentu saja aku sadar bahwa
alangkah tololnya bagiku untuk hidup begitu lama, tetapi tunggulah! Sebentar lagi
akan kubebaskan kalian semua dari diriku. Hidupku tidak dapat lebih lama lagi
merana.
HELE : Kau terlalu melebih-lebihkan daya kesabaranku. Demi Tuhan, diamlah!
SERE : Nampaknya, karena jasaku, daya kesabaran setiap orang telah terlalu melewati
batasnya. Setiap orang merasa tersiksa, hanya akulah yang beruntung dan
berbahagia. Memang, tentu saja!
HELE : Diamlah! Kau menyiksa diriku!
SERE : Aku menyiksa setiap orang. Tentu saja.
HELE : (Menangis) Ini keterlaluan! Katakan, apa yang harus kulakukan untukmu.
SERE : Tidak ada.
HELE : Kalau begitu, diamlah.
SERE : Sungguh menggelikan bahwa setiap orang mau mendengarkan Ivan dan ibu tuanya
yang pandir itu, tetapi sekali aku membuka mulutku kalian semua mulai merasa
diperlakukan secara tidak benar. Bahkan kaupun sudah tidak bisa tahan lagi
mendengar suaraku seandainya aku benar seorang yang memuakkan, seandainya
aku benar seorang yang tiran yang mementingkan diri sendiri, tidakkah aku
mempunyai hak untuk itu pada usiaku yang sudah lanjut ini? Tidak layakkah aku?
Aku tanya padamu, tidakkah aku punya hak untuk dihormati setelah aku sekarang
jadi tua?
HELE : Tidak ada seorangpun yang menyangkal hak-hakmu (Jendela terhempas oleh
angin) Angin sudah mulai kencang, aku mesti menutup jendela (Ia menutup jendela)
Sebentar lagi hari akan hujan. Hak-hakmu tak pernah dipersoalkan oleh siapapun
juga (Penjaga malam dikebun memukul kentongannya).
SERE : Aku telah menghabiskan hidupku dengan bekerja untuk kepentingan ilmu
pengetahuan. Aku bertekun di perpustakaanku dan di ruang kuliah dan dihargai dan
dikagumi rekan-rekanku. Tiba-tiba kini aku menemukan diriku tercampak di tengah-
tengah rimba ini, di mana aku ditakdirkan untuk bertemu dengan orang-orang bodoh
yang sama dari pagi sampai malam dan mendengar percakapan mereka yang tidak
berisi. Aku ingin hidup. Aku mau sukses dan kemashuran dan semarak dunia, dan
kini aku berada disini sebagai orang buangan, oh, aku sungguh merasa ngeri
menghabiskan setiap saat dengan bersedih memikirkan masa silam yang hilang,
sementara melihat sukses orang-orang lain, dan aku sendiri duduk disini tanpa
berbuat sesuatu selain merasa takut akan kematian. Aku tak bisa menderitakannya!
Ini melebihi kekuatanku. Dan kau sendiripun malah tak bersedia mengampuni diriku
karena aku telah jadi tua.
HELE : Tunggu, sabarlah! Dalam empat atau lima tahun ini aku sendiri sudah akan jadi tua
(Sonia masuk ke dalam).
SONIA : Ayah, ayah telah minta Dr. Astroff datang kemari, dan kini setelah dia datang ayah
tidak mau menerimanya. Tidak baik membuat orang bersusah payah secara sia-sia.
SERE : Apa perduliku dengan Astroff? Dia sama baiknya mengenal obat-obatan seperti aku
mengenal astronomi.

PAMAN VANYA/STUDI ARTISTIK TEATER STSI BANDUNG 10


SONI : Bukankah kita tidak bisa menyuruh datang seluruh fakultas kedokteran
untuk………………………..?
SERE : Aku tak mau bicara dengan orang gila itu!
SONI : Terserah ayah, bagi saya sama saja (Ia duduk).
SERE : Jam berapa sekarang?
HELE : Jam satu.
SERE : Di sini sangat pengap. Sonia, berikan botol di atas meja itu.
SONI : Ini, ayah (Ia menyerahkan satu botol obat).
SERE : (Dengan nada marah) Bukan, bukan yang itu! Apakah kau tidak mengerti. Tidak
bolehkah aku menyuruhmu melakukan sesuatu?
SONI : Saya mohon ayah jangan kasar kepadaku. Boleh jadi ada orang yang menyukai
sikap ayah seperti itu, tetapi kecualikan saya dalam hal ini, karena saya tidak
menyukainya. Lagi pula, saya tidak punya waktu, besok kami harus memotong
jerami dan saya mesti bangun pagi-pagi. (VOITSKI masuk dengan mengenakan
gaun panjang dan membawa lilin).
VOIT : Hujan angin sudah mulai bertiup (Kilat berkelebat) Nah itu dia! Pergilah tidur, Helena
dan Sonia. Aku akan menggantikan kalian.
SERE : (Ketakutan) Tidak, tidak, tidak! Jangan tinggalkan aku sendirian dengan dia! Jangan!
Dia akan mulai mengajari aku lagi.
VOIT : Tetapi kau mesti memberi mereka istirahat, barang sedikit. Mereka sudah dua
malam tidak tidur.
SERE : Kalau begitu, suruh mereka tidur. Tetapi kau juga mesti tidur. Terima kasih . Aku
mohon, pergilah kau. Demi persahabatan kita yang lama, janganlah kau
berkeberatan untuk pergi dari sini. Kita bicara lain kali saja.
VOIT : Persahabatan kita yang lama! Persahabatan kita.
SONI : Hush, Paman Vanya!
SERE : (Kepada isterinya) Isteriku sayang, jangan biarkan aku sendirian dengan dia. Dia
pasti akan mulai mengajari aku lagi.
VOIT : Sungguh menggelikan (MARINA muncul dengan membawa sebuah lilin).
MARI : Saya belum mengemasi bekas minum teh. Saya belum bisa tidur.
SERE : Tiada seorangpun yang bisa tidur. Mereka semua kepayahan, hanya akulah yang
menikmati kebahagiaan yang sempurna.
MARI : (Ia berjalan menghampiri SEREBRAKOFF dan berkata dengan lemah lembut) Ada
apa tuan? Sakitkah? Kedua belah kaki sayapun sakit, sakit sekali (Ia membereskan
letak selimut di atas kedua kaki SEREBRAKOFF) Tuan sudah lama sekali menderita
penyakit ini. Ibu Sonia yang telah berpulangpun biasa tidak tidur bersama tuan, dan
membuat dirinya merana untuk kepentingan tuan. Ia sangat mengasihi tuan (Hening
sejurus) Orang-orang tua ingin dikasihani juga seperti orang-orang muda, tetapi
tiada seorangpun mengacuhkan mereka (Ia mencium bahu SEREBRAKOFF) Mari
tuan, akan kuberi tuan teh wangi dan kaki tuan akan kuhangatkan. Saya berdoa
kepada tuhan untuk tuan.
SERE : (Terharu) Mari kita pergi, Marina.
MARI : Kaki saya sendiri juga terasa sakit, oh, sakit sekali! (Ia dan Sonia mulai membimbing
SEREBRAKOFF ke luar) Ibu Sonia biasa menyiksa dirinya dengan duka dan tangis.
Waktu itu kau masih kecil dan bodoh, Sonia, ………, tuan (SEREBRAKOFF, SONIA
dan MARINA keluar).
HELE : Aku telah dibuatnya mati kecapaian oleh dia, aku sudah hampir-hampir tidak bisa
berdiri lagi.
VOIT : Kau dibuat letih oleh dia, dan aku dibuat letih oleh diriku sendiri. Aku sudah tiga
malam tidak tidur.

PAMAN VANYA/STUDI ARTISTIK TEATER STSI BANDUNG 11


HELE : Ada sesuatu yang tidak beres dalam rumah ini. Ibumu membenci segala-galanya
kecuali berkala-berkalanya dan sang profesor, sedang sang profesor merasa kesal,
dia tidak percaya padaku dan merasa takut terhadapmu, Sonia marah-marah saja
pada ayahnya, dan padaku, dan ia sudah dua minggu tidak menyapaku! Kekuatanku
sudah habis dan hari ini sedikitnya aku sudah dua puluh kali hampir mau menangis
sejadi-jadinya! Ada sesuatu yang tidak beres dalam rumah ini.
VOIT : Janganlah kau menduga-duga sendirian secara tidak menentu.
HELE : Kau seorang yang terpelajar dan cerdas, Ivan, dan kau tentunya tahu bahwa dunia
ini bukanlah dihancurkan oleh bajingan-bajingan ataupun kebakaran melainkan oleh
kebencian dan kedengkian dan oleh segala umpatan yang keji adalah kewajibanmu
sekarang untuk menciptakan ketentraman dan janganlah mengomel saja terhadap
segala sesuatu.
VOIT : Tolonglah aku dulu dengan menciptakan ketentraman dalam diriku sendiri kekasihku
(Dia menengkap tangan HELENA).
HELE : Lepaskan (Ia merenggutkan tangannya) Pergi !.
VOIT : Hujan akan segera menjadi reda, dan seluruh alam akan bernafas dan terbangun
dalam keadaan segar kembali. Hanya akulah yang tidak akan menjadi segar kembali
oleh badai. Siang dan malam, pikiran bahwa hidupku telah lenyap untuk selama-
lamanya terus memburuku seperti iblis. Masa silamku tak masuk hitungan, sebab
aku telah menyia-nyiakannya, dan masa kiniku merupakan kegagalan yang
mengerikan!. Apakah yang harus kulakukan dengan hidupku dan cintaku?. Apakah
jadinya dengan mereka?. Perasaaan yang indah dalam diriku ini akan tersia-sia dan
lenyap seperti sekilas sinar matahari yang jatuh ke dalam selat yang gelap, dan
hidupku akan sirna bersamanya.
HELE : Aku seakan-akan terpukau apabila kau bicara tentang cintamu kepadaku, dan aku
tak tahu bagaimana harus menjawabmu. Maafkanlah aku, aku tak bisa
mengatakannya apa-apa kepadamu (Ia berusaha untuk pergi) Selamat malam!.
VOIT : (Menghadang di muka HELENA) Kalau saja engkau tahu bagaimana aku merasa
tersiksa oleh pikiran bahwa disampingku di rumah ini ada hidup lain yang sedang
menghilang untuk selama-lamanya yakni hidupmu!. Apalagi yang engkau tunggu /
falsafah terkutuk apakah yang menghalangi langkahmu?. Oh, kau harus mengerti,
kau harus mengerti ---
HELE : (Menatap VOITSKY) Ivan, engkau mabuk!
VOIT : Boleh jadi, boleh jadi.
HELE : Dimana dokter itu?
VOIT : Di dalam sana. Semalaman ini dia berada bersamaku. Boleh jadi aku mabuk boleh
jadi, tidak ada satu hal pun yang mustahil di dunia ini.
HELE : Apakah kalian tadi habis minum? Mengapa kau melakukannya?
VOIT : Dengan jalan itu aku dapat mencicipi cita rasa hidup. Biarlah aku melakukannnya
Helena.
HELE : Kau tak pernah minum-minum, dan kau tak pernah bicara sebanyak ini. Tidaklah aku
bosan denganmu.
VOIT : (Berlutut di muka HELENA) Kekasihku, juwitaku yang jelita---
HELE : (Marah) Biarkan aku sendiri! Sungguh, ini keterlaluan. (HELENA pergi keluar.
Hening sejurus)\
VOIT : (Sendirian) Ia telah pergi! Aku pertama kali bertemu dengannya sepuluh tahun yang
lalu, di rumah saudara perempuannya, ketika ia masih berumur tujuh belas tahun
dan aku tiga puluh tujuh. Mengapa aku tidak jatuh cinta kepadanya ketika itu dan
melamarnya? Soalnya akan mudah sekali waktu itu! Dan sekarang tentunya ia
sudah akan jadi istriku. Ya, malam ini tentunya kami berdua akan terbangun oleh

PAMAN VANYA/STUDI ARTISTIK TEATER STSI BANDUNG 12


hujan angin, dan ia akan ketakutan, tetapi aku akan memeluknya dan berbisik
“Jangan takut, aku ada disini” Oh, mimpi yang gairah, yang begitu manis sehingga
aku musti tertawa mengenangkannya (Dia tertawa) Tetapi, ya Tuhan kepalaku
berputar-putar! Mengapa aku tua begini? Mengapa ia tidak mengerti aku? Aku benci
segala omong besarnya, mengenai moralitas kemalasan, mengenai ocehannya
yang mengelikan tentang kehancuran dunia--- (Hening sejurus) Oh, aku telah
disesatkannya! Bertahun-tahun lamanya aku telah menguras habis tanah
perkebunan ini untuk kepentingan sang profesor celaka yang di grogoti penyakit
encok itu. Kami telah mempertukarkan mentega, keju, dan kadang-kadang kami
seperti orang-orang kikir, dan kami tak pernah menyisahkan barang sebutir pun
untuk kami sendiri, agar supaya kami dapat memperoleh cukup uang untuk
dikirimkan kepadanya. Aku merasa bangga dengan dia dan dengan ilmu
pengetahuannya. Aku menerima segala ucapan dan tulisannya seperti ilham, dan
sekarang? Sekarang dia telah pensiun, dan apakah makna hidupnya? Kosong sama
sekali! Dia sama sekali tak dikenal orang dan kemashurannya telah meletus seperti
gelembung sabun. Aku telah disesatkan. Sekarang aku tahu, aku telah
disesatkannya secara keji (ASTROFF masuk, dia memakai jas tetapi tanpa rompi
atau kerahnya, dan dia agak mabuk. TELEGIN mengikuti dibelakangnya, dengan
membawa sebuah gitar)
ASTR : Mainlah!
TELE : Tetapi semua orang sedang tidur
ASTR : Mainlah! (TELEGIN mulai memetik gitarnya dengan perlahan-lahan) Apakah kau
sendirian disini? Tidak ada orang perempuan disekitar sini? (Dia bernyanyi dengan
kedua tangan bertolak pinggang dan kedua dagunya menganjur ke depan)
Gubuknya dingin dan apinya tidak menyala. Dimanakah tuanku akan meletakkan
kepala? hujan angin telah membuatku terbangun. Lebat sekali. Jam berapa
sekarang?
VOIT : Hanya iblis yang tahu.
ASTR : Rasanya aku mendengar suara Helena tadi.
VOIT : Sesaaat yang lalu memang dia ada disini.
ASTR : Alangkah cantiknya perempuan itu! (Dia memandang kearah botol-botol obat di atas
meja) Obat, bukan? Amat banyak macamnya, resep-resep dari Moskow, dari
Kharkov, dari Tula! Astaga, dia telah mengganggu semua kota Rusia dengan
encoknya! Apakah dia sakit atau cuma pura-pura sakit?
VOIT : Dia benar-benar sakit.
ASTR : Mengapa kau malam ini? Kau kelihatan sedih adakah sebabnya karena kau
menyesali profesor itu?
VOIT : Jangan ganggu aku.
ASTR : Ataukah kau cinta kepada istri profesor itu?
VOIT : Ia sahabatku.
ASTR : Sudah sejauh itu?
VOIT : Apa maksudmu dengan sudah sejauh itu?
ASTR : Seorang perempuan hanya bisa menjadi sahabat seorang laki-laki setelah dia
menjadi kenalannya dan kemudian ia menjadi kekasihnya--- Dan sesudah itu baru ia
menjadi sahabatnya.
VOIT : Itu filsafat murahan.
ASTR : Apa maksudmu? Ya, memang aku harus mengakui bahwa aku telah menjadi kasar
sekarang, tetapi kau lihat sendiri aku mabuk. Biasanya aku hanya sebulan sekali
minum-minum seperti sekarang ini. Pada saat seperti ini keberanian dan
kegagahanku tidak mengenal batas. Aku merasa sanggup melakukan apa saja. Aku

PAMAN VANYA/STUDI ARTISTIK TEATER STSI BANDUNG 13


mencoba melakukan pembedahan-pembedahan yang paling cemerlang mengenai
masa depan bermunculan dikepalaku. Aku bukan lagi seorang dokter miskin yang
gila, melainkan seorang dermawan terbesar bagi kemanusiaan. Aku
mengembangkan sistem filsafatku sendiri dan kalian semua kelihatan merangkak-
rangkak dikakiku seperti serangga-serangga atau kuman-kuman yang sedemikian
banyak (Kepada TELEGIN) Mainlah, Bapel.
TELE : Anakku sayang, tentu saja aku mau main dengan sepenuh hatiku, tetapi pakailah
otakmu, semua orang di dalam rumah ini sedang tidur.
ASTR : Mainlah! (TELEGIN memetik gitarnya dengan perlahan) Aku ingin minum, mari, kita
masih punya sedikit brendi. Dan sesudah itu, segera setelah hari siang, kau ikut aku
pulang ke rumah (Dia melihat SONIA yang ketika itu masuk ke dalam)
SONI : Paman Vanya, rupanya padam dengan dokter habis minum-minum! Pemuda-
pemuda kita yang baik rupanya sedang ramai-ramai berkumpul! Bagi dia memang
tidak apa-apa, sebab dia selalu melakukannya, tetapi mengapa harus
mencontohnya? Buat orang seusiamu hal itu mencemaskan.
VOIT : Ini tidak ada hubungannya dengan soal usia. Bila seseorang tidak hidup dalam alam
nyata, dia harus membuat khayalan. Itu lebih baik daripada tidak punya apa-apa.
SONI : Jerami kita semuanya sudah dipotong dan telah membusuk karena hujan yang turun
sehari-hari dan sekarang paman berada disini sibuk dengan membuat khayalan-
khayalan! Paman telah mengabaikan sama sekali tanah pertanian kita. Aku telah
melakukan seluruh pekerjaan seorang diri sampai tenagaku habis--- (Ketakutan)
Paman, mata paman penuh dengan air mata!
VOIT : Air mata? Omong kosong, tidak ada air mata dalam mataku. Barusan kau melihat
padaku seperti ibumu yang telah meninggal biasa melihat padaku, sayangku--- (Dia
mencium wajah dan kedua tangan SONIA dengan mesra) Kakakku, kakakku
sayang, dimanakah kau sekarang? Ah, seandainya kau tahu saja, seandainya kau
tahu saja!
SONI : Apa saja yang harus diketahuinya, Paman
VOIT : Hatiku perih sugguh menakutkan. Tetapi, tidak apa-apa. Aku mesti pergi (Dia pergi
keluar)
SONI : (Mengetuk-ngetuk pintu) Dr. Astroff! Anda masih bangun? Sudikah anda datang
kemari sebentar?
ASTR : (Dari balik pintu) Tunggu sebentar. (Dia muncul beberapa saat kemudian. Dia telah
mengenakan kerah baju dan rompinya)
ASTR : Ada apa?
SONI : Anda boleh minum sepuas-puasnya, kalau anda tidak merasa pusing karenanya,
tetapi saya mohon janganlah anda membawa-bawa pamanku. Tidak baik buat dia.
ASTR : Baiklah! Kami tidak akan minum lagi. Saya akan selekasnya pulang. Jadi
persoalannya selesai sudah. Fajar akan segera menyingsing pada waktu kuda-kuda
itu disiapkan.
SONI : Hari masih hujan. Tunggulah sampai pagi.
ASTR : Badai sudah berlalu, hanya tinggal ekornya. Saya mesti pergi. Dan saya mohon nona
jangan menyuruh saya datang kemari lagi untuk menengok ayah nona. Kukatakan
padanya bahwa dia encok, tetapi dia berkata bahwa penyakinya rematik. Kukatakan
padanya agar dia berbaring, tetapi dia malah duduk lurus-lurus. Hari ini dia menolak
bertemu dengan saya sama sekali.
SONI : Dia terlampau dimanja (Dia melihat-lihat ke dalam lemari) Maukah anda makan
sesuatu?
ASTR : Iya, mau juga saya kira.

PAMAN VANYA/STUDI ARTISTIK TEATER STSI BANDUNG 14


SONI : Saya senang makan malam-malam. Saya yakin disini kita akan enemukan sesuatu
yang bisa dimakan. Mereka berkata bahwa ayahku disukai banyak orang dalam
hidupnya dan kaum wanita telah memanjakannya. Ini masih ada sedikit keju untuk
anda (Mereka makan sambil berdiri di dekat lemari)
ASTR : Hari ini saya tidak makan apa-apa. Ayah nona sangat sulit perangainya (Dia
mengambil sebuah botol dari dalam lemari) Bolehkah saya? (Dia menuangkan
segelas wodka untuk dirinya sendiri) Kita sendirian disini dan saya bisa bicara terus
terang. Tahukah nona, bahwa saya tidak akan tahan tinggal di rumah ini walaupun
hanya sebulan? Suasana disini akan menbuat saya sesak nafas. Disini ada ayah
nona yang sama sekali tenggelam ke dalam buku-bukunya dan encoknya, disini ada
pula Paman Vanya nona dengan jiwanya yang murung, dan akhirnya disini ada lagi
ibu tiri nona---
SONI : Bagaimana dengan dia?
ASTR : Seorang manusia sebenarnya harus bagus seanteronya, wajahnya, pakaiannya,
jiwanya, pikiran-pikirannya. Ibu tiri nona memang cantik dipandang, tetapi tidakkah
nona melihatnya? Yang dilakukannya cuma tidur dan makan dan jalan-jalan dan
memukau kita. Cuma itu. Ia tak punya rasa tanggung jawab orang lain mengerjakan
segala sesuatunya untuk dia--- Apakah saya salah? dan hidup yang tersia-sia
bukanlah kehidupan yang sejati (Hening sejurus) Namun, mungkin saya telah
menghukumnya terlalu berat, seperti Paman Vanya nona, saya pun mengalami
kekecewaan, karena kami berdua tukang menggerutu.
SONI : Apakah anda tidak merasa puas dengan hidup ini?
ASTR : Saya menyukai hidup sebagai hidup, tetapi saya benci dan tidak suka kehidupan di
sebuah desa negeri Rusia yang kecil, dan sejauh mengenai kehidupan pribadiku
sendiri, yah, tidak ada lagi yang bisa diselamatkan daripadanya. Tidak pernahkah
nona merasakannya apabila kita tengah mengendarai kuda di tengah hutan yang
gelap pada waktu malam dan kemudian melihat sekilas sinar yang bercahaya di
sebelah depan bagaimana kita lupa akan keletihan kita, dan akan kegelapan dan
akan ranting-ranting tajam yang memukul-mukul muka kita? Saya bekerja, nona
tahu akan hal itu--- tidak seperti orang lainnya di negeri ini. Sang nasib terus-
menerus memukulku tanpa istirahat, kadang-kadang saya tidak bisa menahankan
penderitaannya dan saya tidak melihat ada cahaya disebelah depan. Saya tak
punya harapan, saya tidak suka orang-orang. Waktunya sudah lama sekali berlalu
sejak saya pernah mencintai seseorang.
SONI : Anda tidak mencintai seseorang?
ASTR : Tidak seorang juga. Saya cuma merasakan semacam kemesraan terhadap
pengasuh nona yang tua itu semata-mata karena kenangan akan masa silam.
Petani-petaninya juga serupa saja. Mereka bodoh-bodoh dan kotor, dan orang-orang
terpelajarnya sangat sukar diajak bergaul. Orang merasa bosan terhadap mereka.
Semua sahabat kita yang baik picik-picik dan dangkal dan pandangannya tidak lebih
jauh dari batang hidungnya, dengan satu kata mereka dungu. Mereka yang punya
otak menjadi histeris, mereka tercekam oleh nafsu untuk mengaji diri sendiri. Mereka
merengek, mereka membenci, mereka mengorek-ngorek kesalahan dimana-mana
dengan ketajaman yang tidak sehat. Mereka datang mengendap-ngendap kearahku
dari samping lalu memandang kepadaku dengan sudut matanya dan berkata:
“Orang itu miring otaknya”. “Orang itu tidak berisi” atau, kalau mereka tidak
mengetahui gelar apa yang mesti diberikannya padaku, mereka menyebut saya
seorang aneh. Saya suka hutan-hutan, itu aneh. Saya tidak makan daging itu pun
aneh. Hubungan-hubungan yang wajar dan sederhana antara manusia dengan

PAMAN VANYA/STUDI ARTISTIK TEATER STSI BANDUNG 15


manusia atau antara manusia dengan alam tidak ada sama sekali. (Dia bersiap-siap
untuk pergi keluar. SONIA mencegahnya)
SONI : Saya mohon, janganlah anda minum lagi!
ASTR : Kenapa tidak boleh?
SONI : Itu tidak pantas buat anda. Anda seorang yang berpendidikan baik, suara anda lemah
lembut, bahkan--- lebih dari orang lainnya yang saya kenal--- anda tampan,
mengapa anda ingin menyerupai orang-orang biasa yang gemar minum dan main
kartu? Oh, saya mohon, janganlah anda melakukannya lagi. Anda senantiasa
berkata bahwa orang-orang tak pernah menciptakan seseuatu, mereka hanya bisa
merusak apa yang telah dikaruniakan dari langit kepada mereka. Ah, mengapa, ah,
mengapa anda harus menghancurkan diri sendiri? Oh, saya mohon, janganlah anda
berbuat begitu! Aku mohon!
ASTR : (Dia mengulurkan tangannya) Saya tidak akan minum lagi, janji!
SONI : Anda mesti berjanji.
ASTR : Demi kehormatanku, saya tidak akan minum lagi.
SONI : (Ia meremas tangan ASTROFF) Terima kasih
ASTR : Saya telah merasa cukup dengannya. Nona lihat, saya sudah tenang kembali dan
saya akan terus begitu sampai akhir hidupku (Dia melihat kearlojinya) Tetapi seperti
sudah saya katakan hidup tak berarti apa-apa lagi bagiku, jalanku sudah ku tempuh.
Saya sudah tua saya sudah merasa letih, saya sudah tidak berguna. Perasaanku
sudah mati. Saya tak mungkin bisa menambatkan diriku lagi dengan orang lain.
Saya tidak mencintai siapa pun dantidak akan pernah lagi! Kecantikan saja masih
punya kemampuan untuk menyentuh hatiku. Dia meninggalkan kesan yang
mendalam padaku. Helena dapat membuatku mabuk kepayang dalam satu hari
kalau ia mau, tetapi itu bukan cinta, itu bukan rasa kasih (Dia menggigil dan
menutup mukanya dengan kedua tangannya)
SONI : Ada apa?
ASTR : Tidak apa-apa. Dalam musim semi yang lalu salah seorang pasienku meninggal di
bawah chloroform.
SONI : Sudah waktunya bagi anda untuk melupakan hal itu (Hening sejurus) Katakanlah
dokter, kalau saya punya seorang sahabat atau seorang adik perempuan, dan
kemudian anda tahu bahwa ia, yah--- ia mencintai anda apakah yang akan anda
lakukan?
ASTR : (Dia mengangkat bahunya) Saya tidak tahu. Saya kira saya tidak akan berbuat apa-
apa. Saya mungkin akan mencoba meyakinkanmu bahwa saya tidak bisa menbalas
cintanya---- namun, pikiranku tak pernah menghiraukan lagi soal-soal semacam itu
sekarang. Saya mesti lekas pergi kalau saya masih mau berangkat. Selamat tinggal,
gadisku yang manis. Dengan begini kita akan terus-terusan berdiri disini sampai pagi
(Dia menjabat tangan SONIA) Saya akan keluar melalui ruang tamu sebab saya
takut paman nona akan menahan saya (Dia keluar)
SONI : (Sendirian) Tidak satu patah pun! Hati dan jiwanya masih tertutup untukku, namun
karena salah satu sebab anehnya aku merasa bahagia. Mengapa (Ia tertawa puas)
Kukatakan padanya bahwa dia berpendidikan baik dan tampan, dan bahwa
suaranya lemah lembut. Apakah itu salah? Aku masih bisa merasakan suaranya
bergetar di udara, suaranya membelaiku (Dia meremas-remas tangannya) Oh,
alangkah beratnya berterus terang! Aku telah bicara terus terang, aku tahu itu.
Ketika aku keluar dari gereja Minggu yang lalu, aku mendengar suara perempuan
berkata: “Ia seorang gadis yang baik hari dan berbudi tetapi sayang sekali ia begitu
jelek! Begitu jelek” (HELENA masuk dan membuka jendela)
HELE : Badai telah berlalu alangkah nyamannya udara (Hening sejurus) Dimana dokter?

PAMAN VANYA/STUDI ARTISTIK TEATER STSI BANDUNG 16


SONI : (Hening sejurus) Dia telah pergi.
HELE : Sonia!
SONI : Ya?
HELE : Berapa lama lagi kau akan merajuk terhadapku? Kita tak perlu saling melukai
perasaan masing-masing. Mengapa kita tak mau bersahabat? Mestinya kita sudah
merasa cukup dengan keadaan ini.
SONI : Saya sendiri (Ia memeluk HELENA) Kita harus damai.
HELE : Dengan segala senang hati (Mereka berdua merasa terharu)
SONI : Ayah sedang tidur?
HELE : Belum, dia sedang duduk di ruang tamu. Entah apa sebabnya maka kita tidak saling
menyapa selama berminggu-minggu ini (Ia melihat lemari yang terbuka) Siapa yang
membiarkan lemari itu terbuka.
SONI : Dr. Astroff baru saja makan malam.
HELE : Ada anggur. Mari kita rayakan persahabatan kita.
SONI : Ya, mari kita rayakan.
HELE : Dari satu gelas (Ia mengisi satu gelas anggur) Sekarang kita sudah jadi sahabat,
bukan?
SONI : Ya (Mereka minum dan saling berciuman) Saya juga sudah lama ingin punya
sahabat, tetapi entah bagaimana, saya merasa malu (Ia menangis)
HELE : Mengapa kau menangis.
SONI : Entahlah. Tidak apa-apa.
HELE : Sudah, sudahlah, jangan menangis (Ia terharu) Aneh! Aku juga menangis sekarang
(Hening sejurus) Engkau marah karena menyangka aku kawin dengan ayahmu
untuk mendapatkan uangnya, tetapi aku tidak boleh mempercayai gunjingan yang
kau dengar. Aku bersumpah padamu bahwa aku kawin dengan dia demi cinta. Aku
merasa terpesona oleh kemashuran dan ilmu pengetahuannnya. Sekarang aku tahu
bahwa itu bukan cinta sejati, tetapi ketika itu rasanya seperti cinta sejati. Aku tidak
bersalah, namun matamu yang cerdas dan curiga telah menghukumku ats
kesalahan yang tidak pernah ada sejak aku kawin.
SONI : Damai, damai. Kita harus melupakan apa yang sudah lalu.
HELE : Engkau tidak boleh memandang begitu pada orang. Tidak pantas untukmu. Kau
mesti percaya pada orang, kalau tidak hidup ini tidak akan ada artinya.
SONI : Katakanlah terus terang sebagai seorang sahabat, apakah anda berbahagia?
HELE : Terus terang saja, tidak.
SONI : Saya tahu itu. Satu pertanyaan lagi, apakah anda ingin punya suami yang muda?
HELE : Engkau masih kekanak-kanakan! Tentu saja aku mau. Teruskan, tanyakan lagi yang
lainnya.
SONI : Anda menyukai dokter itu?
HELE : Ya, aku sangat menyukainya.
SONI : (Tertawa) Saya berwajah tolol, bukan? Dia baru saja pergi, dan suaranya masih
mengiang di telingaku. Kudengar langkahnya. Aku melihat wajah nya dalam jendela
yang gelap. Biarlah saya mengatakan apa yang terkandung dalam hatiku! Tetapi
tidak, saya tidak boleh mengatakannya senyaring itu. Saya malu. Marilah ke
kamarku dan saya akan mengatakannya pada anda disitu. Aku kelihatannya tolol,
bukan? Bicaralah tentang dia.
HELE : Apa yang harus kuceritakan.
SONI : Dia seorang pandai. Dia dapat melakukan segala sesuatu. Dia bisa mengobati orang
sakit. dan menanam hutan-hutan.
HELE : Ini bukan soal obat-obatan dan hutan-hutan, sayang, dia seorang besar. Tahukah
kau apa artinya? Artinya, dia seorang yang berani, arif dan pandangannya jernih.

PAMAN VANYA/STUDI ARTISTIK TEATER STSI BANDUNG 17


Dia menanam sebatang pohon dan pikirannya mengembara seribu tahun ke depan,
dan dia melihat bayang-bayang kebahagiaan umat manusia. Orang seperti dia amat
langka dan orang seperti itu haeus dicintai. Apa salahnya kalau dia minum-minum
dan bersikap kasar sesekali? Seorang besar tidak mungkin menjadi seorang suci di
Rusia. Dia hidup disitu, dalam keadaan terputus dari dunia luar oleh kedinginan dan
badai dan jalan-jalan tak berujung yang bergelimang lumpur, dengan dikelilingi oleh
orang-orang kasar yang tertindih oleh kemiskinan dan penyakit, hidupnya adalah
suatu perjuangan tak terputus-putus yang tidak mengenal istirahat barang sehari
pun, bagaimana mungkin seorang manusia dapat hidup seperti itu selama empat
puluh tahun dan menjaga dirinya tetap tenang dan tidak tercela? (Ia mencium
SONIA) Aku mengucapkan selamat berbahagia padamu dengan sepenuh hati,
engkau pantas menerimanya (Ia bangkit) Mengenai diriku, aku seorang perempuan
yang tidak berharga, tidak berguna. Selamanya aku tak pernah berguna, dalam
musik, dalam cinta, dalam rumah suamiku--- dengan satu kata dalam segalanya.
Kalau aku mengenangkan hal itu, Sonia, aku sungguh-sungguh merasa tidak
bahagia (Dia berjalan mondar-mandir dengan perasaan tegang) Kebahagian tak
pernah akan ada buatku di dunia ini. Tidak pernah. Mengapa kau tertawa?
SONI : (Tertawa dan menutup mukannya dengan kedua belah tangan) Saya amat bahagia,
amat bahagia.
HELE : Aku ingin mendengar musik. Aku akan main sedikit.
SONI : Ya, lakukanlah, lakukanlah (Ia memeluk HELENA) Saya tidak mungkin tidur lagi
sekarang ini. Mainlah.
HELE : Ya, aku akan main. Ayahmu masih bangun. Dia merasa sangat terganggu oleh musik
kalau dia sedang sakit, tetapi kalau dia berkata boleh main maka aku main juga
sedikit. Pergilah Sonia, tanyakan kepadanya.
SONI : Baik (Ia pergi keluar. Kentongan PENJAGA MALAM terdengar di kebun)
HELE : Sudah lama sekali aku tak mendengar musik. Dan sekarang, aku akan duduk dan
main, dan menangis seperti orang gila (Ia bicara keluar jendela) Engkaukah yang
membunyikan kentongan itu, Ephim?
SUARA PENJAGA MALAM : Ya, saya.
HELE : Jangan kau bunyikan lagi kentongan itu. Tuanmu sakit.
SUARA PENJAGA MALAM : Saya akan pergi jauh-jauh sekarang ini juga (Dia menyiulkan sebuah
lagu)
SONI : (Ia datang kembali) Jangan, katanya.

BABAK III

( Ruang tamu rumah SEREBRAKOFF. Di situ ada tiga pintu, satu di sebelah kanan, satu
di sebelah kiri dan satu di tengah-tengah ruangan. VOITSKI dan SONIA nampak sedang
duduk di situ. HELENA sedang berjalan mondar-mandir, sibuk dengan pikirannya )
VOIT : Kita diminta prifesor berada di sini pada jam satu ( Dia melihat kearlojinya ) sekarang
jam satu kurang seperempat, kelihatannya dia ingin punya hubungan dengan dunia
luar.
HELE : Mungkin ada urusan penting
VOIT : Dia tak pernah punya urusan penting, dia cuma menulis obrolan-obrolan,
menggerutu dan makan hati karena cemburu. hanya itu lah yang dilakukannya.
SONI : ( Dengan nada menyesali ) paman!

PAMAN VANYA/STUDI ARTISTIK TEATER STSI BANDUNG 18


VOIT : Baiklah aku minta maaf ( Dia menunjukan kepada HELENA ) Lihatlah dia, dia cuma
berjalan bolak-balik karena tidak ada yang dikerjakanya, sungguh suatu
pemandangan yang bagus
HELE : Peran aku, mengapa kau tidak merasa bosan mengerutu terus dengan nada yang
itu-itu juga dari pagi hingga malam ( Dengan nada yang putus asa ) aku bisa mati
karena kamu apa yang harus kulakukan?
SONI : ( Mengangkat bahu ) banyak juga yang bisa kau lakukan kalau mau
HELE : Apa misalnya
SONI : Anda bisa membatu urusan rumah ini, mengajar anak-anak, merawat orang-orang
sakit, apakah itu tidak cukup? sebelum anda dan ayah datang mencari paman
Vanya dan saya bisa pergi ke pasar sendiri utuk menjual terigu.
HELE : Aku tak tahu apa-apa dengan semua itu, lagi pula, tidak menarik hatiku hanya di
dalam buku-buku roman, kaum wanita biasa pergi untuk mengajar dan
menyembuhkan para petani, mana mungkin aku bisa mengerjakannya secara
mendadak?
SONI : Bagaimana anda bisa tinggal di sini dan tidak melakukan pekerjaan semacam itu?
Bersabarlah sedikit, anda akan bisa dengan semua itu ( Ia memeluk HELENA )
Jangnan sedih sayang ( TERTAWA ) Anda merasa malang dan gelisah, dan
nampaknya anda tidak bisa menyesuaikan diri dengan kehidupan di sini, dan
kegelisahan anda seperti penyakit menular, lihatlah paman vanya, tidak ada lagi
yang yang dikerjakannya sekarang selain memburumu seperti bayang-bayang, dan
hari ini aku telah meninggalkan pekerjaanku untuk datang kemari untuk bisa ngobrol
dengan anda, saya telah jadi malas, dan saya tidak mau bermals-malassan. Dr
Astroff biasanya tidak pernah datang ke mari, apa yang bisa kami lakukan ialah
hanya bisa membujuknya agar dia mau mengunjungi kami sekali sebulan. Dan
sekarang dia telah meninggalkan hutan dan prakteknya, dan setiap hari dia datang
kemari. mungkin kau seorang petenungn.
VOIT : Mengapa kau harus merana di sini sayangku, juitaku, gunakanlah akalmu. Rupanya
dalam pembuluh darahmumengalir darah peri air. Ah, apakah kau tidak mau menjadi
peri air? Sekali-sekali biarlah kodrat hidup kehilangan kendali, biarkan dirimu tergila-
gila dengan membuang air yang turun dan terjunlah ke dalam kolam yang dalam
kepala terlebih dahulu sehingga tuan profesarmu dan kami bisa bebes kembali.
HELE : ( Marah ) Jangan ganggu aku! kau kejam sekali! ( Dia berusaha pergi )
VOIT : ( Mencegah Helene ) Sudahlah, sudahlah, Juitaku, aku minta maaf . ( Dia mencium
tangan HELENE ) Maafkanlah aku.
HELE : Berjanjilah bahwa kau mau berusaha untuk bersabar.
VOIT : Sebagai hadiah perdamaian akan kukembalikan beberapa bunga yang telah kupetik
untukmu pagi ini, bunga mawar musim gugur, yang indah penuh duka ( Dia keluar )
SONI : Bunga mawar musim gugur, yang indah penuh duka! ( Ia dan HELENA berdiri
sambil memandang keluar jendela )
HELE : Sudah september lagi! Bagai mana kita akan melewati musim dingin yang panjang
itu di sini? ( Hening sejurus ) Di mana dokter?
SONI : Dia sedang menulis di sebelah kanan paman vanya. saya senang sekali paman
vanya keluar, saya ingin berbicara dengan anda tentang sesuatu
HELE : Tentang apa?
SONI : Tentanng apa? ( Dia meletakan kepalanya di dada Helena )
HELE : ( Sambil mengusap-ngusap rambut SONIA ) Sudah, sudah,cukup sonia. kau tidak
perlu membicaralkannya lagi.
SONI : Saya jelek
HELE : Rambutmmu sangat indah

PAMAN VANYA/STUDI ARTISTIK TEATER STSI BANDUNG 19


SONI : Jangan berkata begitu ( Ia berputar untuk melihat dirinya di depan cermin )jangan,
apa bila ada seorang perempuan yang jelek mereka mereka selalu berkata bahwa
rambutnya atau matanya bagus. saya sudah mencintainya enpat tahun lamanya
sampai sekarang. saya lebih mencintai dari pada orang yang sangat mencintai
ibinya. rasanya setiap saat saya selalu mendengar dia berada di sampingku. saya
merasa tekanan tenaganya dalam tannganku apa bila saya tengahdah, rasanya
saya melihatnya mendatangi, dan seperti anda lihat sendiri, saya lari ketempat anda
untuk bicara tentang dia, sekarang dia setiap hari ada di sini, tetapi dia tidak pernah
menatapku, dia tak pernah memperhatikan kehadiranku, sungguh menyakitkan.
saya sama sekali tak punya harapan, ya tidak punya harapan sama sekali. Oh tuhan
berilah aku kekuatan untuk menanggungkannya. Malam kemarin saya terus
menerus berdoa. saya seringkali pergi ketempatnya untuk bicara dengan dia
memendang kedalam matanya. rasa harga diriku sudah hilang. Saya tak bisa
menguasai diri lagi. Kemarin saya telah menyampaikanya kepada paman vanya.
Saya tak bisa mengendalikan diriku. Dan semua pelayan mengetahuinya. setiap
orang tahu bahwa saya mencintainya.
HELE : Tahukah Dia?
SONI : Tidak, dia tidak pernah memperhatikan diriku.
HELE : ( Berpikir keras ) Dia lelaki yang aneh. dengarlah sonia, bolehkah aku bicara dengan
dia? aku akan berhati-hati, aku hanya akan mengisyaratkannya saja ( Hening
sejurus ) Alangkah sengsaranya berada dalam ketidak pastian selama bertahun-
tahun! Biarlah aku melakukannya ( Sonia mengangguk tanda setuju ) Bagus!
Rasanya tidak sukar untuk mengetahui apakah dia mencintaimu atau tidak. kau tak
perlu merasa malu sayang, janganlah kau merisaukanya. Aku akan berhati-hati, dia
tidak akan tahu apa-apa. Kita hanya ingin mengetahui apakah ia atau tidak bukan?
( Hening sejurus ) Dan seandainya tidak, maka dia tidak boleh datang ke sini lagi
bukan? ( SONIA menganguk ) rasanya akan lebih mudah kalau kau tidak ketemu
lagi dengan dia. Kita tak boleh menunda-nunda lagi ujian ini. Dia pernah berkata
bahwa dia mempunyai sketan yang akan diperlihatkannya padaku. pergilah kau
kepadanya dan katakan ecepatnya bahwa aku ingi bertemu dengan dia.
SONI : ( Dengan penuh perasaan ) maukah anda menyampaikan seluruh kebenaranya
padaku?
HELE : Tentu saja, Aku yakin betapapun jua jawabnya, itu akan lebih mudah
menanggungnya buatmu dari pada ketidak-pastian ini, percayalah padaku sayang.
SONI : Ya, Ya, akan saya katakan bahwa anda ingin melihat sketsanya itu ( Dia keluar
tetapi kemudian berhenti di dekat pintu dan menolek kebelakang ) Tidak, rasanya
lebih baik aku tidak mengetahuinya ---namun---mungkin aku masih punya harapan.
HELE : Apa katamu?
SONI : Tidak apa-apa ( Dia keluar )
HELE : ( Sendiri ) Tidak ada duka yang lebih besar selain mengetahui rahasia orang lain,
sedangkan mau sendiri tidak mampu menolongnya ( Dia tengelam dalam
pikirannya) Dia jelas tidak mencintainya, tetapi tidak mungkin mengawininya? Ia,
memang tidak cantik tetapi dia begitu cerdas dan murni dan baik, dia akan menjadi
isterti yang baik buat seorang dokter pedalaman seumur dia ( Hening sejurus ) Aku
bisa memahami perasaan anak malang itu. Dia tinggal di sini dalam kesunyiaan ini
yang mencekam tanpa seorang pun ada disekitarnya selain bayang bayang tanpa
warna yang mengembarakian kemarin sambil beromong kosong dan tidak tahu apa-
apa kecuali makan-makan, minum, dan tidur. diantara mereka dari saat ke saat. Dr.
Astoff ini nampaknya begitu berlainan, begitu tampan, begitumenarik, begitu
mempesona. Seakan-akan melihat bulan yang terbit di malam gelap. Oh, alangkah

PAMAN VANYA/STUDI ARTISTIK TEATER STSI BANDUNG 20


yamannya rasanya kalau aku menyerapkan diri dalam rangkulannya! Tenggelam
dalam pelukannya! aku sendiri agak cinta kepadanya! Ya, Aku merasa sunyi tanpa
dia, dan bila aku teringat padanya aku tersenyum. Paman Vanya itu berkata bahwa
dalam pembuluh darahku terdapat darah peri air : “Sekali-sekali biarkanlah dirimu
kehilangan kendali” Mungkin ada bainya juga kalau aku melakukannya. Oh,
alangkah nikmatnya, kalau aku bebas laksana burung, terbang jauh dari semua
muka yang mengantuk dan dari obrolanmu dan melupakan sama sekali
kehadiranmu di dunia ini tetapi aku seorang pengecut, aku takut, hati nuraniku
meyiksaku, sekarang dia setiap hari datang kemari. aku dapat menduga apa
sebabnya dan untuk itu saja aku sudah merasa bersalah, ingin rasanya aku berlutut
di kaki Sonia dan mohon maaf kepadanya dan lalu menangis (ASTROFF muncul
sambil membawa teh).
ASTR : Apa kabar? (Dia menjabat tangan HELENA) Apakah anda ingin melihat sketsaku?
HELE : Ya, anda telah berjanji untuk memperlihatkannya padaku apa yang sedang anda
kerjakan. Anda punya waktu sekarang?
ASTR : Tentu saja! (Dia menaruh tas itu diatas meja, dikeluarkannya sketsanya dari dalam
tas, dan kemudian melekatkan sketsa itu di atas meja dengan paku payung) Di
mana anda dilahirkan?
HELE : (Sambil menolong Dr. Astroff) Di St. Petersburg.
ASTR : Dan sekolah anda?
HELE : Di Konservatori di situ.
ASTR : Saya berani bertaruh, bahwa anda tidak merasa tertarik dengan kehidupan di sini,
bukan?
HELE : Oh, mengapa tidak? Memang benar saya tidak begitu mengenal daerah ini, tetapi
saya telah banyak membaca tentangnya.
ASTR : Saya mempunyai meja kerja sendiri di kamar Ivan. Jika saya telah kehabisan tenaga
sama sekali untuk kerja terus maka saya tinggalkan saja semuanya dan lari kemari
untuk melupakan diri dalam pekerjaan ini selama satu atau dua jam. Ivan dan Sonia
biasanya sedang sibuk dengan papan hitung mereka yang gemertak, jangkrik-
jangkrik berderik, dan saya duduk di samping mereka dan menggambar, sehingga
perasaanku terasa hangat dan tenteram. Tetapi saya tidak mampu bermewah-
mewah seperti ini terlalu sering, hanya sekali sebulan. (Dia menunjuk ke arah
gambar) Ini adalah negeri kami pada lima puluh tahun yang lalu. Warna-warna yang
hijau ini, yang hijau tua dan hijau muda, menggambarkan hutan-hutan. Seperti
terlihat, setengah dari peta tertutup oleh warna hijau. Yang hijaunya bergaris-garis
merah, adalah hutan-hutan yang di diami oleh rusa-rusa besar dan kambing-
kambing liar. Di danau ini hidup sekawanan besar burung undan, angsa dan itik,
seperti kata-kata orang tua di situ terdapat kerajaan dari segala jenis burung.
Sekarang mereka sudah musnah seperti awan. Lihatlah di samping kampung-
kampung dan desa-desa itu, disana sini saya telah menandai berbagai daerah
kediaman baru, ladang-ladang pertanian, gua-gua tempat orang mengasingkan diri,
dan kilang-kilang air. Negeri ini banyak sekali menghasilkan ternak dan kuda, seperti
terlihat dari banyaknya warna biru. Sebagai contoh, lihatlah betapa tebalnya warna
itu di bagian sini : Disini mereka terdapat dalam jumlah besar, rata-rata ada 3 ekor
kuda di setiap rumah. (Hening sejurus) Kini, lihatlah di bawah sedikit ini adalah
keadaan negeri ini pada 25 tahun yang lalu hanya sepertiga dari peta ini yang masih
hijau. Di sini sudah tidak ada lagi kambing dan rusa. Warna birunya lebih muda dan
sebagainya, dan sebagainya. Sekarang kita sampai di bagian ke tiga : Keadaan
negeri ini pada waktu sekarang. Kita masih melihat bintik-bintik hijau, tetapi tidak
banyak, rusa, angsa-angsa, ayam hitam sudah lenyap. Secara keseluruhan, ini

PAMAN VANYA/STUDI ARTISTIK TEATER STSI BANDUNG 21


merupakan gambaran dari keruntuhan yang teratur dan perlahan yang hanya
memerlukan waktu 10 atau 15 tahun saja untuk menjadi sempurna. Boleh jadi anda
akan menyangka bahwa hal ini langkah kemajuan, bahwa tata hidup lama mesti
memberi tempat kepada hidup baru, dan mungkin benar jika di tengah-tengah hutan
yang telah hancur itu di buat jalan-jalan atau jika pabrik-pabrik dan sekolah-sekolah
telah menggantikan tempatnya. Dengan begitu penduduknya akan lebih baik
pendidikannya dan lebih sehat dan lebih kaya, tetapi seperti keadaannya, hal-hal
serupa ini tidak kita dapati, karena masih mendapati rawa-rawa yang sama dengan
nyamuk-nyamuknya. Penyakit dan kemiskinan yang sama : Typus, dipteri, desa-
desa yang terbakar. Kita di hadapkan pada kehancuran negeri kita, yang timbul oleh
pergulatan yang sengit demi kelangsungan hidup umat manusia. Ini merupakan
akibat dari kebodohan dan ketidak sadaran dari kemanusiaan yang kelaparan,
menggigil dan sakit, yang untuk menyelamatkan anak-anaknya, telah secara
naluriah merenggutkan segala sesuatu yang dapat membuatnya hangat dan
menghilangkan rasa laparnya. Begitulah dia menghancurkan segala sesuatu yang
terjangkau oleh tangannya tanpa mengingat hari esok. Dan hampir segala-galanya
telah sirna, dan tidak ada satupun yang dibuat untuk menggantikan tempatnya
(dengan nada tawar) Tetapi dari wajahmu kulihat, uraianku ini rupanya tidak menarik
hatimu.
HELE : Saya hanya sedikit sekali tahu tentang hal-hal serupa itu! Apa maksudmu?
ASTR : (Tertawa) Kau manusia yang licik! Kuakui Sonia memang menderita, tatapi apa
maksudmu dengan ujian ini? (Dia mencegah maksud HELENA untuk menjawab dan
bicara cepat-cepat) Kumohon kau janganlah seheran itu : Kau tahu betul apa
sebabnya aku datang kemari saban hari. Ya, kau tahu betul sebabnya dan untuk
siapa aku datang! Oh, macan betinaku yang manis! Jangan kau memandangku
seperti itu : Aku belum tua!
HELE : (Terpukul) Macan betina? Aku tak mengerti.
ASTR : Macan betina yang cantik dan licin, kau mesti mendapatkan korban-korbanmu!
Sebulan lamanya aku tak pernah berbuat apa-apa selain rindu untuk bertemu
denganmu. Telah kulemparkan segalanya untuk kepentinganmu, dan kau senang
melihatnya. Nah sekarang, aku yakin kau telah mengetahui segalanya tanpa harus
menghadapkan aku pada ujian (Dia berpeluk tengan dan menunduk) Aku menyerah.
Kau telah mendapatkan diriku--- kini--- makanlah aku.
HELE : Kau gila!!
ASTR : Kau takut!!
HELE : Aku seorang perempuan yang lebih baik dan lebih berani dari yang kau sangka.
Selamat tinggal. (Ia berusaha meninggalkan ruangan)
ASTR : Mengapa selamat tinggal? Jangan mengatakan selamat tinggal, jangan membuang-
buang perkataan, oh, alangkah cantiknya kau--- alangkah indah tanganmu! (Ia
mencium kedua tangan HELENA)
HELE : Cukup sudah!! (Dia melepaskan tangannya) Tinggalkanlah kamar ini!! Kau telah lupa
akan dirimu.
ASTR : Katakanlah, katakanlah, di mana kita akan bertemu besok? (Dia merangkul
HELENA) Bukankah kita mesti bertemu, bukankah ini tidak bisa di elakkan? (Dia
menciumnya. VOITSKY masuk kedalam dengan membawa setangkai bunga mawar
dan berhenti di pintu)
HELE : (Dia tidak melihat VOITSKY) Kasihanilah aku! Tinggalkanlah aku! (Ia meletakkan
kepalanya di bahu ASTROFF) Jangan! (Ia berusaha melepaskan diri dari rangkulan
ASTROFF)

PAMAN VANYA/STUDI ARTISTIK TEATER STSI BANDUNG 22


ASTR : (Sambil memeluk pinggang HELENA) Kuharap kau datang ke hutan besok jam dua.
Maukah kau? Maukah kau?
HELE : (Ia melihat VOITSKY sekarang) Biarkan aku pergi! (Ia berjalan ke arah jendela
dengan perasaan amat malu) Sungguh mengerikan!
VOIT : (Dia melempar bunga-bunganya ke atas sebuah kursi, dan bicara dengan sangat
gugup, sambil menyeka mukanya dengan sapu tangan) Tidak apa, ya, ya, tidak apa.
ASTR : Cuaca sangat nyaman hari ini Ivanku yang baik, tadi pagi mendung dan seperti akan
hujan, tetapi sekarang matahari sudah kembali bersinar. Sungguh, kita telah
menikmati musim gugur yang sangat indah dan gandumnya kelihatan baik sekali
(Dia memasukkan kembali petanya kedalam tas) Tetapi hari-harinya akan menjadi
singkat. (Dia keluar)
HELE : (Menghampiri VOITSKY dengan cepat) Kau mesti berusaha sebaik-baiknya kau
mesti menggunakan segala kemampuanmu untuk menyuruh suamiku dan aku pergi
dari sini hari ini juga! Kau dengar? Hari ini juga, kataku.
VOIT : (Menyeka-nyeka mukanya) Oh! Ah! Oh! Baiklah! Helena, aku--- telah melihat
semuanya!
HELE : (Dengan sangat tegang) Kau dengar aku? Aku mesti pergi dari sini hari ini juga
(SEREBRAKOFF, SONIA, MARINA dan TELEGIN masuk ke dalam)
TELE : Saya sendiri merasa kurang sehat, Yang Mulia. Sudah dua hari ini jalan saya
pincang dan kepalaku---
SERE : Mana yang lain-lainnya? Aku benci rumah ini. Seperti lingkaran setan. Setiap orang
selalu terserap dalam kamar raksasa yang 26 buah, kita sukar sekali bertemu
dengan orang. (Membunyikan bel) Suruh isteriku dan nyonya Voitsky datang kemari!
HELE : Aku sudah ada di sini.
SERE : Silahkan duduk semuanya.
SONI : Anda nampak terharu (Ia melihat dengan cepat dan penuh perhatian ke arah
HELENA) Saya mengerti, dia berkata bahwa dia takkan datang kemari lagi. Katakan,
bukankah dia berkata begitu? (HELENA mengangguk)
SERE : (Kepada TELEGIN) Pada akhirnya, orang bisa dengan kehidupan di daerah
pedalaman seperti di sini, cara-caranya mencekik tenggerokanku dan aku betul-
betul merasa seperti dilemparkan dari bumi ini dan kemudian mendarat di sebuah
planet asing, silahkan duduk, nyonya-nyonya dan tuan-tuan. Sonia! (Sonia tidak
mendengar. Ia berdiri dengan kepala menunduk sedih ke dadanya) Sonia! (Hening
sejurus) Ia tidak mendengar kata-kataku. (Kepada MARINA) Kau juga duduk, mak
(MARINA duduk dan mulai merenda kaos kakinya) Aku mohon pertimbangan
nyonya-nyonya dan tuan-tuan, gantungkanlah telingamu pada sangkutan perhatian,
kalau aku boleh mengatakannya begitu. (Dia tertawa).
VOIT : (Mendongkol) Mungkin kau tidak memerlukan aku--- bolehkah aku pergi?
SERE : Kini kau lebih diperlukan dari yang lainnya.
VOIT : Apa yang kau inginkan dari aku?
SERE : Kau--- tetapi mengapa kau marah-marah? Kalau ada kesalahanku, kuminta kau
memaafkannya
VOIT : Oh, sudahlah. Kemukakan saja persoalannya, apa yang kau kehendaki? (Nyonya
VOITSKY masuk)
SERE : Nah, ibu sudah datang, nyonya-nyonya dan tuan-tuan aku mulai saja. Kuminta
kalian berkumpul di sini, kawan-kawan, untuk membicarakan persoalan yang amat
penting aku mau meminta bantuan dan nasehat kalian, dan karena aku tahu
kebaikan hati tuan yang tulus, kukira aku dapat mengharapkan kedua-duanya. Aku
seorang kutu buku dan ilmuwan, dan aku tak tahu apa-apa mengenai soal-soal
praktis. Dalam hal ini, aku tahu aku tak dapat melepaskan bantuan orang-orang

PAMAN VANYA/STUDI ARTISTIK TEATER STSI BANDUNG 23


bijaksana seperti kau, Ivan, dan kau, Telegin, dan ibu juga. Sesungguhnya, manet
omnes una nox, artinya hidup kita berada di dalam tangan Tuhan, dan karena aku
sudah tua dan sakit-sakitan, aku insaf bahwa waktunya sudah tiba bagiku untuk
mengatur harta milikku sesuai dengan kepentingan keluargaku. Hidupku sudah
hampir berakhir, dan aku tidak lagi memikirkan diri sendiri, akan tetapi aku
mempunyai seorang isteri yang masih muda dan seorang anak perempuan. (Hening
sejurus) Aku tidak bisa terus hidup di daerah pedalaman : Kami tidak di takdirkan
untuk bisa hidup di daerah pedalaman namun kamipun tidak sanggup hidup di kota
dari penghasilan yang berasal dari tanah perkebunan kita di sini. Kita bisa saja
menjual kayu-kayuan, tetapi ini tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan setiap
tahun. Kita harus menemukan cara untuk mendapat hasil tahunan yang sedikit
banyak lebih mantap untuk menjamin hidup kita. Mengingat hal ini, aku mempunyai
suatu rencana yang dengan segala kerendahan hati akan kusampaikan kepada
kalian untuk dipertimbangkan. Aku hanya akan memberikan gambaran kasarnya
saja. Tanpa perinciannya. Tanah perkebunan kita pukul rata--- tidak menghasilkan
dari dua persen dari uang yang ditanam di dalamnya. Aku mengusulkan untuk
menjualnya saja apabila kemudian menanam modal kita dalam obligasi, maka kita
akan mendapat empat sampai lima persen, dan mungkin kita akan memperoleh
beberapa ribu rubel lebih sebagai kelebihannya, yang bisa kita pergunakan untuk
membeli rumah di musim panas di Finlandia.
VOIT : Tunggu dulu! Ulangi lagi apa yang baru kau katakan itu. Rasanya aku kurang jelas
mendengarnya.
SERE : Kukatakan agar kita menanam uang itu dalam obligasi dan kemudian membeli
rumah di Finlandia dari kelebihannya.
VOIT : Bukan, bukan Finlandia--- kau mengucapkan kata-kata yang lain tadi.
SERE : Aku mengusulkan untuk menjual tempat ini.
VOIT : Ha! Itu dia! Jadi kau bermaksud untuk menjual tempat ini? Bagus sekali. Suatu
gagasan yang amat cemerlang. Dan apa yang akan kau usulkan dengan ibuku yang
sudah tua, dan aku, dan Sonia?
SERE : Itu akan diputuskan pada waktunya. Kita tidak bisa melakukan semuanya sekaligus.
VOIT : Tunggu! Jelas bahwa hingga saat ini aku tidak pernah punya sebutir otakpun dalam
kepalaku. Aku selalu cukup bodoh untuk mengira bahwa tanah perkebunan ini milik
Sonia. Ayahku telah membelinya sebagai hadiah pernikahan untuk saudara
perempuanku, dan secara tolol sekali aku mengangan-angankan bahwa, mengingat
bahwa hukum-hukum kita ini dibuat untuk bangsa Rusia dan bukannya untuk
bangsa Turki, tanah perkebunan saudara perempuanku itu akan jatuh pada
anaknya.
SERE : Tentu saja tanah milik Sonia. Adakah orang yang menyangkalnya? Aku tak mau
menjualnya tanpa persetujuan Sonia, sebaliknya malah apa yang akan kulakukan itu
adalah untuk kebaikan Sonia juga.
VOIT : Aku sungguh-sungguh tidak mengerti. Mungkin aku telah menjadi gila,--- atau---
atau---
NY.V : Jean, janganlah kau membantah Alexander. Percayalah padanya. Dia lebih tahu
mana yang benar dan mana yang salah dari pada kita.
VOIT : Aku tidak mau. Beri aku air. (Dia minum) Teruskanlah! Katakanlah apa yang kau
suka--- apa saja!!
SERE : Aku tidak mengerti mengapa kau jadi begitu marah. Aku tidak punya anggapan
bahwa rencanaku ini sempurna, dan jika kalian semua menentangnya akupun tidak
akan memaksa. (Hening sejurus)

PAMAN VANYA/STUDI ARTISTIK TEATER STSI BANDUNG 24


TELE : (Dengan malu-malu) Yang Mulia, saya tidak hanya menaruh hormat kepada ilmu
pengetahuan, tapi saya juga tertarik padanya karena ikatan keluarga. Saudara laki-
lakiku Gregori yang mungkin juga tuan kenal bernama Konstantine Lakedemonoff,
dan dia pernah menjadi hakim.
VOIT : Diamlah, Bapel. Ini soal penting, tunggulah sebentar, kita akan membicarakan hal itu
kemudian. (Kepada SEREBRAKOFF) Nah, sekarang tanyakan kepadanya
bagaimana pendapatnya, tanah ini dibeli dari pamannya.
SERE : Ah! Mengapa aku harus mengajukan pertanyaan-pertanyaan, apa gunanya?
VOIT : Harganya 95 Rubel. Ayahku telah membayarnya 70 ribu rubel dan meninggalkan
hutang sebesar 25 ribu rubel. Sekarang dengar! Tempat ini tidak mungkin terbeli
kalau aku tidak melepaskan hak warisku untuk kepentingan saudara perempuanku,
yang sangat kucintai--- dan tambahan pula, aku sepuluh tahun lamanya bekerja
seperti kerbau untuk membayar lunas hutang itu.
SERE : Aku telah menyesal memulai pembicaraan ini.
VOIT : Semata-mata karena jerih payahkulah sendiri tempat ini bebas dari segala hutang,
dan kini setelah aku menjadi tua, kau mau melemparkan aku keluar, dalam keadaan
telanjang bulat!!
SERE : Aku tidak mengerti apa yang kau maksudkan.
VOIT : Sudah 25 tahun lamanya aku mengurus tempat ini dan aku telah mengirimkan
penghasilannya padamu seperti hamba-hamba yang paling jujur, dan kau tidak
pernah menyampaikan rasa terima kasih padaku atas pekerjaanku itu, tidak sepatah
katapun--- baik dahulu sewaktu aku masih muda maupun sekarang, kau memberiku
gajih kecil sebanyak 500 rubel setahun sama dengan pendapatan pengemis, dan tak
pernah terpikir olehmu untuk menambahnya 1 rubel sekalipun.
SERE : Apakah yang kuketahui tentang hal-hal itu, Ivan? Aku bukan seorang yang praktis
dan aku tidak mengerti semuanya itu. Kau sebenarnya harus berusaha memenuhi
sendiri segala kebutuhanmu.
VOIT : Ya, mengapa aku tidak mencuri saja? Bukankah kalian mencela aku kenapa aku
tidak mencuri, padahal yang menjadi persoalan adalah rasa keadilan dan dengan
demikian memang akupun tidak akan jadi pengemis seperti sekarang!
NY.V : (Dengan nada menghardik) Jean!
TELE : (Dengan terharu) Vanya, janganlah bicara seperti itu. Mengapa kita harus merusak
hubungan yang baik. (Memeluk VOITSKY) Sudahlah!
VOIT : 25 tahun lamanya aku duduk di sini bersama ibuku seperti tikus dalam lubang, satu-
satunya yang menjadi pikiran dan harapan adalah kau dan hanya kau. Dengan
bangga kami saban hari berbicara tentang kau dan pekerjaanmu, dan menyebut
namamu dengan penuh pujaan, malam-malam kami habiskan dengan membaca
buku-buku dan kertas-kertas yang kini kubenci dengan seluruh jiwaku.
TELE : Jangan, Vanya, jangan. Aku tak tahan mendengarnya.
SERE : (Dengan gusar) Astaga, apa sebenarnya yang kau inginkan?
VOIT : Kami biasa memandangmu hampir seperti dewa, tetapi kini tabir telah tersingkap
dari mataku dan aku melihatmu sebagaimana kau adanya! Kau menulis tentang seni
tanpa tahu apa-apa tentangnya. Buku-buku yang biasa ku kagumi tidak berharga
satu kopek tembagapun. Kau seorang penipu!!
SERE : Tidak adakah orang yang bisa menghentikannya? Kalau begitu aku akan pergi!!
HELE : Ivan, kuperintahkan kau untuk segera menghentikan ocehanmu! Kau dengar.
VOIT : Aku tidak mau! (SEREBRAKOFF berusaha keluar dari ruangan, tapi VOIT
menghalanginya) Tunggu!! Aku belum lagi selesai! Kau telah menghancurkan
hidupku. Aku merasa tak pernah hidup. Tahun-tahunku yang terbaik telah tersia-sia
telah dihancurkan olehmu. Kau adalah musuhku yang paling besar!!

PAMAN VANYA/STUDI ARTISTIK TEATER STSI BANDUNG 25


TELE : Aku tak tahan lagi. Aku tak tahan lagi. Aku akan pergi. (Dia keluar)
SERE : Tetapi apa sebenarnya yang kau inginkan? Apakah hakmu untuk mengatakan
kalimat-kalimat itu kepadaku? Penghancuran! Kalau tanah ini milikmu ambillah, dan
biarlah aku yang menjadi hancur!!
HELE : Aku akan pergi dari neraka ini sekarang juga (Ia menjerit) Ini keterlaluan!!
VOIT : Hidupku telah gagal. Aku seorang cerdas, berani dan kuat. Seandainya aku hidup
secara wajar aku mungkin akan menjadi Schopenhauer atau Bostoysvski yang lain.
Aku telah kehilangan kepalaku! Aku telah jadi gila! Ibu, aku telah putus asa! Oh, ibu.
NY.V : (Dengan nada kecut) Dengar, Alexander! (Sonia jatuh berlutut disamping MARINA
dan mendekapnya)
SONI : Oh, mak, mak.
VOIT : Ibu! Apa yang harus kulakukan? Tetapi, janganlah bicara! Aku tahu apa yang harus
kulakukan (Kepada SEREBRAKOFF) Dan kau baru akan mengerti aku! (Dia keluar
melalui pintu tengah ruangan dan Nyonya Voitsky mengikutinya)
SERE : Katakan, apa artinya semua ini? Bawa pergi orang gila itu dari depanku! Aku tak
mungkin bisa hidup bersama dia di bawah atap yang sama. Kamarnya (Dia
menunjuk ke pintu tengah) Hampir bersebelahan dengan kamarku. Suruh dia tinggal
di kampung atau di sayap rumah, atau aku akan pergi dari sini selekasnya. Aku tidak
bisa tinggal bersama dia dalam satu rumah.
HELE : (Kepada suaminya) Kita harus meninggalkan rumah ini hari ini juga. Kita harus
segera mempersiapkan keberangkatan kita.
SERE : Dia telah membuat orang mati ketakutan!
SONI : (Sambil berlutut di samping MARINA dan menghadap ke ayahnya. Dia bicara
dengan penuh perasaan) Ayah mesti baik kepada kami. Paman Vanya dan saya
betul-betul tidak berbahagia (Ia berusaha menahan kesedihannya) Kasihanilah kami.
Ingatlah bagaimana Paman Vanya dan Nenek biasa menyalin dan menterjemahkan
buku-buku ayah setiap malam untuk ayah--- tiap-tiap malam. PamanVanya telah
membanting tulang tanpa kenal lelah. Dia tak pernah memakai uang satu senpun,
kami mengirimkan semua uang yang ada kepada ayah. Kami makan karena jerih
payah kami sendiri. Sebenarnya saya tak suka mengatakan hal ini, tetapi ayah mesti
menaruh belas kepada kami.
HELE : (Dengan perasaan tegang, kepada suaminya) Demi Tuhan, Alexander, kau mesti
pergi kepadanya dan bicaralah dengan dia--- jelaskan padanya!
SERE : Baiklah, aku akan bicara dengan dia, tetapi aku tidak mau minta maaf. Aku tidak
marah kepadanya, tetapi kau mesti mengakui bahwa kelakuannya aneh, setidak-
tidaknya. Maafkan aku, aku akan pergi kepadanya. (Dia keluar melalui pintu tengah)
HELE : Baik-baiklah kau kepadanya usahakan supaya dia tenang (Ia mengikuti suaminya)
SONIA : ( Ia mendekap MARINA lebih kuat) Mak, oh, mak.
MARINA : Semuanya akan beres, anakku. Setelah angsa-angsa itu selesai menguak
segalanya akan sunyi lagi. Mula-mula mereka menguak kemudian mereka berhenti.
SONI : Mak!
MARI : Sekujur tubuhmu menggigil, seolah-olah kau kedinginan. Minumlah, anak yatim yang
mungil. Tuhan Maha Pengasih. Seteguk the wangi akan membuat segalanya
berlalu. Jangan menangis, manis (Dengan marah ia melihat ke arah pintu di tengah-
tengah ruangan) Lihatlah, angsa-angsa itu telah pergi semuanya sekarang. Iblis
telah membawa mereka pergi (Tiba-tiba terdengar bunyi tembakan. HELENA
kedengaran menjerit-jerit di belakang layar. SONIA gemetar)
MARI : Tam! Apa itu?
SERE : (Dia terhuyung-huyung ketakutan) Tangkap dia! Tangkap dia! Dia telah jadi gila!
(HELENA dan VOITSKI kelihatan bergulat di ambang pintu)

PAMAN VANYA/STUDI ARTISTIK TEATER STSI BANDUNG 26


HELE : (Dia berusaha merebut pistol dari tangan VOITSKI) Berikan padaku, berikan padaku,
kataku.
VOIT : Lepaskan aku, Helena, lepaskan aku! (Dia berhasil lepas dan masuk menyerbu dan
mencari-cari SEREBRAKOFF ke setiap penjuru) Di mana dia? Nah, itu dia (Dia
menembak SEREBRAKOFF) (Hening sejurus) Tidak kena. Lulus lagi? (marah)
Terkutuk! Terkutuk! Persetan dengan dia! (Dia melempar pistolnya ke lantai, dan
menyembunyikan dirinya ke atas kursi.SEREBRAKOFF berdiri terpukau. HELENA
bersandar ke dinding, hampir pingsan)
HELE : Bawa aku pergi! Bawa aku pergi! Aku tak tahan tinggal di sini. Aku tidak tahan!
VOIT : (Putus asa) Oh, apa yang harus kulakukan? Apakah yang harus kulakukan.
SONI : (Dengan perlahan) Oh, mak, mak!

B A B A K IV

( Kamar tidur VOITSKI yang juga merupakan tempat kerja. Ada sebuah meja di dekat jendela, di
atas meja itu terletak buku-buku besar alat-alat penimbang surat, dan bermacam-macam kertas. Di
dekatnya ada pula meja yang lebih kecil kepunyaan ASTROFF, dengan cat-cat dan alat-alat
gambarnya. Pada dinding juga ada sebuah peta Afrika yang jelas tidak ada gunanya bagi
siapapun, pada dinding juga tergantung sebuah sangkar yang berisi burung beo. Di situ ada pula
sebuah sofa besar yang ditutup dengan kain linen yang kaku . sebuah pintu di sebelah kiri menuju
ke ruangan dalam. Pintu di sebelah kanan menuju ke serambi depan, dan di muka pintu itu ada
sebuah keset untuk berdiri para petani yang memakai sepatu boot yang berlumpur. Ketika itu
malam musim gugur. Suasana sunyi senyap. TELEGIN dan MARINA duduk berhadapan, sedang
menggulung wool).

TELE : Cepat, Marina, atau sebentar lagi kita akan dipanggil untuk menyampaikan selamat
jalan sebelum kau selesai. Keretanya sudah disuruh siap.
MARI : (Berusaha menggulung lebih cepat) Aku agak letih.
TELE : Mereka akan pergi ke Kharkov untuk menetap di sana.
MARI : Mereka lebih baik pergi.
TELE : Mereka ketakutan. Isteri profesor itu tidak mau lebih lama tinggal di sini meski cuma
satu jam. “Kalau kita memang mesti pergi, marilah kita berangkat secepatnya”
Katanya” Kita sebaiknya pergi ke Kharkov untuk melihat-lihat keadaan dan sesudah
itu kita suruh kirimkan barang-barang kita.” Mereka pergi tanpa membawa banyak
brang. Marina, rupanya …………… telah menjatuhkan putusan pada mereka untuk
tidak menetap di sini.
MARI : Dan memang itu yang paling baik, mereka telah mendatangkan badai yang begitu
dahsyat, sungguh memalukan.
TELE : Memang. Peristiwa itu cukup berharga untuk sapuan kwas Aiba.
MARI : Alangkah lebih baik kalau aku tak pernah bertemu dengan mereka (Hening sejurus)
Sekarang kita akan mengalami segalanya seperti sediakala, minum teh jam delapan,
makan siang jam satu, dan makan malam pada waktu malam, segalanya akan
berlangsung dengan teratur seperti orang-orang sopan, seperti halnya orang Kristen
(Ia menarik nafas) Aku sudah lama sekali tidak makan mie kuah.
TELE : Ya, rasanya sudah berabad-abad kita tidak makan mie kuah (Hening sejurus) Sudah
berabad-abad rasanya. Ketika aku jalan-jalan ke desa tadi pagi, Marina, salah
seorang tukang……… itu memanggilku “Hai! Pembonceng!” Hatiku merasa pedih.

PAMAN VANYA/STUDI ARTISTIK TEATER STSI BANDUNG 27


MARI : Jangan pedulikan mereka, tuan, kita semuanya hamba Tuhan. Kau dan Sonia dan
kita semua. Setiap orang harus bekerja tidak seorangpun boleh bermalas-malasan.
Di mana Sonia?
TELE : Di kebun dengan dokter, mereka sedang mencari Ivan. Mereka takut kalau-kalau dia
berbuat nekad.
MARI : Di mana pistolnya?
TELE : (Berbisik) Kusembunyikan dalam gudang di bawah tanah. (VOITSKI dan ASTROFF
masuk ke dalam)
VOIT : Tinggalkan aku sendirian (Kepada MARINA dan TELEGIN) Pergilah kalian! Pergilah
dan biarkan aku sendiri, walaupun hanya untuk sejam. Aku tak suka kalian
memandangku seperti itu.
TELE : Baik, baik Vanya (Dia pergi keluar dengan bersijingkat)
MARI : Angsa jantan menguak, ha, ha, ha (Ia mengumpulkan woolnya dan pergi keluar)
VOIT : Tinggalkan aku sendirian!
ASTR : Aku akan melakukannya dengan segala senang hati. Mestinya aku sudah lama
pergi, tetapi aku tidak akan pergi sebelum kau mengembalikan apa yang telah kau
ambil dariku.
VOIT : Aku tak mengambil apa-apa darimu
ASTR : Aku tidak berolok-olok, jangan menghambatku, aku betul-betul mesti pergi.
VOIT : Aku tidak mengambil barang kepunyaanmu.
ASTR : Betul-betul tidak? Baiklah, aku akan menunggu lebih lama sedikit, dan sesudah itu
kau harus memaafkan aku kalau aku terpaksa menggunakan kekerasan, kami
mungkin harus mengikatmu dan menggeledahmu. Aku bersungguh-sungguh.
VOIT : Berbuatlah sesukamu (Hening sejurus) Oh, alangkah tololnya aku! Aku sudah
menembak dua kali tetapi kedua-duanya tidak kena! Aku tidak bisa mengampuni
diriku lagi.
ASTR : Kalau hasratmu untuk menembak timbul lagi, akan sama baiknya kalau kau
menembakkan peluru itu kedalam kepalamu sendiri.
VOIT : (Dia mengangkat bahu) Aneh! Aku telah mencoba melakukan pembunuhan, tetapi
aku tidak ditangkap atau diajukan ke muka pengadilan. Itu berarti mereka
menyangkaku gila (Dengan terasa getir) Aku! Aku gila, dan mereka yang
menyembunyikan kedangkalannya, kedunguannya, dan kekejamannya yang lantang
di buat kedok seorang profesor adalah orang-orang waras! Aku melihat kau
menciumnya. Aku melihat kalian berpelukan.
ASTR : Ya,tuan, aku telah menciumnya, begini (Dia meletakkan ibu jarinya pada hidungnya)
VOIT : (Matanya memandang ke arah pintu) Tidak, bumilah yang telah jadi gila, sebab dia
masih menerima kita dalam haribaannya.
ASTR : Itu omong kosong.
VOIT : Kenapa? Bukankah aku orang gila, dan karenanya tidak bisa dikenakan tanggung
jawab? Tidak adakah hakku untuk beromong kosong.
ASTR : Sungguh lucu! Engkau tidak gila, kau cuma seorang tolol yang menggelikan. Aku
biasa menyangka bahwa seorang tolol tidak punya pikiran, tetapi kini kulihat sendiri
bahwa ketiadaan pikiran adalah sifat manusia yang normal, dan kau normal
sepenuhnya.
VOIT : (Menutup mukanya) Oh, seandainya kau tahu betapa malunya aku! Tusukan-
tusukan rasa malu ini tiada bandingnya di dunia (Dengan suara putus asa) Aku tidak
sanggup menanggungkannya! (Dia bersandar kemeja) Apa yang bisa kuperbuat.
Apa yang bisa kuperbuat?
ASTR : Tidak apa-apa

PAMAN VANYA/STUDI ARTISTIK TEATER STSI BANDUNG 28


VOIT : Katakanlah sesuatu padaku! Oh, Tuhanku! Umurku sudah 47 tahun. Aku akan bisa
hidup sampai 60 tahun, aku masih punya 13 tahun lagi, alangkah lamanya! Mana
mungkin aku sanggup hidup sampai 13 tahun? Apa yang akan kulakukan? Dengan
apa aku harus mengisinya? Oh, tidak dapatkah kau melihatnya? (Dia
menggenggam tangan ASTROFF kuat-kuat) Lihatlah, kalau saja aku dapat
menempuh sisa hidupku dengan cara baru! Kalau saja aku pada suatu pagi yang
tenang dan cerah bisa bangun merasa bahwa hidupku telah mulai kembali, bahwa
masa silam telah dilupakan dan lenyap bagaikan asap (Dia menangis) Oh, aku akan
menempuh hidup baru! Katakanlah, katakanlah bagaimana aku harus memulainya.
ASTR : (Marah) Omong kosong semata-mata! Hidup baru macam apa yang masih bisa di
harapkan oleh kau dan aku? Kita tak mungkin ada harapan.
VOIT : Tidak mungkin?
ASTR : Tidak, aku yakin akan hal itu
VOIT : Katakanlah apa yang harus kulakukan (Dia meletakkan tangan di dadanya) Aku
merasa sangat sakit di sini.
ASTR : (Dia berteriak marah) Diam! (Kemudian dengan nada lembut) Mungkin anak cucu
kita, yang akan merasa muak terhadap hidup kita yang buta dan tolol, akan
menemukan jalan ke arah kebahagiaan, tetapi kita--- kau dan aku--- hanya punya
satu harapan saja, yakni harapan bahwa kita mungkin masih akan di datangi oleh
khayalan-khayalan, barangkali juga khayalan-khayalan indah, selagi kita terbaring
lama di dalam …….. kita (Dia menghela nafas) Ya, saudara, di negeri ini hanya ada
dua orang yang terhormat dan cerdas, yakni kau dan aku. Kurang lebih 10 tahun
dari hidup kita, hidup kita yang merana ini, telah menjerumuskan kita ke bawah, dan
kita telah menjadi sama hina dan rendahnya seperti orang lain. Tetapi janganlah kau
mencoba mengalihkan perhatianku dari maksudku semula! Maukah kau
mengembalikan apa yang telah kau ambil dariku?
VOIT : Aku tak mengambil apa-apa dari kau.
ASTR : Kau telah mengambil satu botol kecil morphine dari dalam tas obatku (Hening
sejurus) Dengarkan! Kalau kau betul-betul sudah memutuskan untuk mengakhiri
hidupmu, pergilah ke hutan dan tembak dirimu. Berikan morphine itu sebab kalau
tidak di luar akan tersiar desas desus dan dugaan yang bukan-bukan. Mereka akan
mengira aku telah memberikan morphine itu padamu. Aku tak punya keinginan untuk
memeriksa mayatmu. Apakah kau mengira aku akan senang melakukannya?
(SONIA masuk ke dalam)
VOIT : Tinggalkan aku sendiri.
ASTR : Sonia, pamanmu telah mencuri sebotol morphine dari dalam tas obatku dan dia tak
mau mengembalikannya. Katakanlah padanya bahwa tindakannya itu--- yah, tidak
bijaksana. Saya tak punya waktu, saya harus segera pergi.
SONI : Paman Vanya, apakah paman telah mengambil morphine itu?
ASTR : Ya, dia telah mengambilnya (Hening sejurus) Saya yakin sekali akan hal itu.
SONI : Kembalikanlah. Mengapa paman harus membuat kami takut? (Dengan lemah
lembut) Kembalikanlah, paman Vanya! Kemalanganku boleh jadi lebih besar dari
kemalanganmu, dan saya akan menanggungnya (Hening sejurus) Kembalikanlah.
Paman Vanya tercinta. Kembalikanlah (Ia menangis) Paman begitu baik, saya yakin
paman akan mengasihi kami dan akan mengembalikannya. Paman mesti
menanggungkan dukamu, paman mesti menanggungkannya (VOITSKI mengambil
sebotol obat dari laci meja dan menyerahkan kepada ASTROFF)
VOIT : Ambillah (Kepada SONIA) Dan sekarang, kita harus segera kerja, kita harus
mengerjakan sesuatu, kalau tidak aku tak dapat menanggungkannya.

PAMAN VANYA/STUDI ARTISTIK TEATER STSI BANDUNG 29


SONI : Ya, ya, mari kita bekerja! Segera setelah kita mengantar mereka pergi, kita akan
bekerja (Jangan gugup ia membentangkan kertas-kertas itu diatas meja) Segalanya
serba kacau…….
ASTR : (Memasukkan botol morphine ke dalam tas obatnya) Sekarang aku sudah bisa
berangkat (HELENA masuk ke dalam)
HELE : Kau di sini, Ivan? Sebentar lagi kami akan berangkat. Pergilah kepada Alexander,
dia ingin bicara denganmu.
SONI : Pergilah, Paman Vanya. Ia memegang…………………….. dengan ayah mesti
damai, ini penting sekali (SONIA dan VOITSKI keluar).
HELE : Aku mau berangkat (Ia mengulurkan tangannya kepada ASTROFF) Selamat tinggal.
ASTR : Begitu cepat?
HELE : Keretanya sudah menunggu.
ASTR : Selamat jalan.
HELE : Kau telah berjanji padaku bahwa kau sendiri akan pergi hari ini juga.
ASTR : Aku tidak lupa. Aku akan segera berangkat (Hening sejurus) Takutkah kau? Apakah
begitu mengerikan? Tidak mungkinkah kau tinggal? Tidak mungkinkah? Besok- di
dalam hutan---
HELE : Tidak. Segalanya telah selesai, dan itulah sebabnya mengapa aku berani menatap
wajahmu. Keberangkatan kami sudah putus. Ada satu hal yang ingin kuminta
padamu, janganlah kau menyangka terlalu buruk tentang diriku, aku akan merasa
senang kalau kau menaruh hormat padaku.
ASTR : Ah! (Dengan sikap tidak sabar) Kumohon, tinggallah kau di sini. Akuilah bahwa tak
ada satupun yang harus kau kerjakan di dunia ini. Kau tak punya tujuan dalam
hidup, tidak ada satupun yang akan mengikat perhatianmu, dan cepat atau lambat
perasaanmu mesti menguasai dirimu. Ini tidak bisa di elakkan. Akan lebih baik
halnya kalau ini terjadi bukannya di Kharkov atau di Kursk tetapi di sini, di atas
pangkuan alam. Dengan begitu rasanya paling tidak akan puitis, bahkan indah. Di
sini ada hutan-hutan, rumah-rumah setengah roboh seperti yang di tulis oleh
Turgenieft.
HELE : Kau lucu sekali : Aku marah padamu namun aku akan selalu mengingatmu dengan
gembira. Kau menarik dan murni. Kau dan aku takkan mungkin bertemu lagi dan
karenanya akan kukatakan padamu--- mengapa aku harus menyembunyikannya
bahwa aku sedikit cinta padamu. Marilah, kita berjabat tangan sekali lagi untuk
penghabisan kali, dan sesudah itu kita berpisah sebagai sahabat. Marilah kita
tinggalkan itikad buruk kita masing-masing.
ASTR : (Dia menggenggam tangan HELENA) Ya, pergilah (Berpikir) Kelihatannya kau ingin
jujur dan baik, namun masih ada suatu kegelisahan yang aneh di sekitar
kepribadianmu. Baru setelah kau dan suamimu datang kemari, setiap orang yang
semula kau jumpai sedang sibuk dan giat mengerjakan sesuatu telah di paksa untuk
meninggalkan pekerjaannya dan selama musim panas menyerahkan dirinya kepada
encok suamimu dan dirimu. Kau dan dia telah menularkan kemalasan kepada kami.
Aku telah kehilangan tempat berpijak, aku telah tidak melakukan apa-apa selama
berminggu-minggu, sedang pada waktu itu penyakit sedang merajalela di kalangan
penduduk, dan para petani telah mengembalakan ternak mereka di hutan-hutan dan
di atas tanaman-tanamanku yang masih muda. Pergilah keman kau suka, kau dan
suamimu akan membawa kehancuran. Tentu saja aku sedang bergurau, ……..
anehnya merasa yakin jika seandainya kau akan tinggal di sini kita akan di cekam
oleh kesepian yang amat dahsyat. Dan aku akan menuju kepada kehancuran,
sedang kau--- kaupun tidak akan berbahagia. Maka dari itu, pergilah! E tinita la
comeci.

PAMAN VANYA/STUDI ARTISTIK TEATER STSI BANDUNG 30


HELE : (Mengambil sebuah potlot dari atas meja ASTROFF, dan menyembunyikannya
dengan cepat) aku akan membawa potlot ini sebagai kenangan!
ASTR : Bukan main anehnya. Kita bertemu, dan lalu8 dengan tiba-tiba rasanya kita mesti
berpisah untuk selama-lamanya. Demikianlah adat dunia. Selagi kita berada
sendirian, sebelum Paman Vanya datang membawa seberkas bunga--- bolehkah
aku--- menciummu sebagai tanda perpisahan? ( Dia mencium pipi HELENA) Begitu!
Bagus sekali!
HELE : Semoga kau berbahagia (Ia melihat berkeliling) Hanya sekali dalam hidupku aku
akan mencaci segala akibatnya (Ia mencium ASTROFF dengan penuh perasaan,
dan kemudian mereka berpisah dengan cepat) Aku mesti pergi.
ASTR : Ya, pergilah. Kalau keretanya sudah ada, pergilah dengan segera (Mereka berdiri
mendengarkan) E finita!
(VOITSKI, SEREBRAKOFF, NYONYA VOITSKAYA dengan bukunya, TELEGIN dan
SONIA masuk ke dalam
SERE : (Kepada VOITSKI) Tercelalah orang yang menanggung dengki terhadap masa
silam. Banyak sekali yang kualami pada saat-saat terakhir ini sehingga aku merasa
sanggup untuk menulis sebuah kupasan yang lengkap mengenai pergaulan hidup
sebagai pedoman bagi anak cucu kita. Dengan senang hati kusambut permintaan
maafmu, dan aku sendiri juga minta maaf padamu.
(Dia mencium VOITSKI tiga kali. HELENA memeluk SONIA)
VOIT : Kalian akan menerima jumlah yang sama secara teratur. Segala sesuatunya akan
berjalan seperti sediakala.
SERE : (Dia mencium tangan NYONYA VOITSKAYA) Ibu!
NY.V : (Ia mencium SEREBRAKOFF) Suruh buat fotomu, Alexander, dan kirimkan satu
untukku. Kau tahu betapa sayangnya aku padamu.
TELE : Selamat jalan Yang Mulia. Jangan lupa kepada kami.
SERE : (Dia mencium SONIA) Selamat tinggal, selamat tinggal semuanya i Banyak terima
kasih atas kehadiranmu yang menyenangkan. Aku sangat menghargai pendapat-
pendapat dan semangat-semangatmu, namun perkenankanlah aku sebagai orang
tua memberimu nasihat sebelum berpisah, berbuatlah sesuatu, kawan! Bekerjalah!
Berbuatlah sesuatu! (Mereka semua membungkukkan badan) Semoga kalian semua
berbahagia (Dia pergi keluar, di susul oleh NYONYA VOITSKAYA dan SONIA)
VOIT : (Dia mencium tangan HELENA dengan mesra) Selamat jalan--- maafkanlah aku.
Kau dan aku takkan bertemu lagi!
HELE : (Terharu) Selamat tinggal, anak manis. (Ia mencium kepala VOITSKI sekilas pada
waktu dia ini membungkuk ke arah tangannya dan kemudian pergi keluar)
ASTR : Suruh mereka mengangkati barang-barangku, Bapel.
TELE : Baik, sobat.
(VOITSKI dan ASTROFF ditinggal sendirian. ASTROFF mengumpulkan cat-cat dan
alat-alat gambarnya yang berada di atas meja dan membenahinya dalam sebuah
peti)
ASTR : Mengapa kau tidak mengantar mereka?
VOIT : Biarlah mereka pergi! Aku--- aku tak bisa pergi keluar. Aku terlalu sedih. Aku mesti
bekerja selekasnya. Bekerja! Bekerja! (Dia membolak-balik kertas-kertas yang
berada di atas meja, hening sejurus. Terdengar lonceng berdenting ketika kuda-
kuda itu mulai berderap)
ASTR : Mereka sudah berangkat! Profesor itu merasa senang bisa pergi lagi dari sini, aku
kira. Sekarang dia tidak mungkin kembali lagi karena tergoda oleh kekayaan.
(MARINA masuk)

PAMAN VANYA/STUDI ARTISTIK TEATER STSI BANDUNG 31


MARI : Mereka sudah berangkat (Dia duduk di atas kursi bersandaran tangan dan merenda
kaos kakinya. SONIA masuk ke dalam sambil menyeka matanya)
SONI : Mereka sudah berangkat. Semoga Tuhan menyertai mereka (Kepada pamannya)
Dan kini, Paman Vanya, mari kita mengerjakan sesuatu!
VOIT : Bekerja! Bekerja!
SONI : Kita sudah lama sekali tidak duduk bersama-sama di dekat meja ini (Ia menyalakan
lampu di atas meja) Tidak ada tinta (Ia membawa tempat tintanya ke lemari dan
mengisinya dengan tinta dari botol tinta) Hatiku sedih sekali melihat mereka
berangkat! (NY.V masuk ke dalam dengan perlahan-lahan)
NY.V : Mereka sudah berangkat. (Ia duduk dan sesaat kemudian ia sudah asyik lagi
dengan bukunya. SONIA pun duduk di dekat meja dan melihat-lihat ke dalam buku
kas)
SONI : Pertama, Paman Vanya, kita mesti lebih dulu menuliskan jumlah-jumlahnya.
Semuanya dalam keadaan terbengkalai. Mari kita mulai. Paman mengambil buku
yang satu dan saya akan mengambil buku yang lainnya.
VOIT : Jumlahnya menjadi---(Mereka duduk menulis tanpa berbicara)
MARI : (Menguap) Sang kantuk mulai tiba.
TELE : Bukan main sunyinya. Pena-pena mereka gemersik, jangkrik-jangkrik berderik,
suasananya begitu hangat dan nyaman. Aku malas pergi dari sini (Terdengar
denting lonceng)
ASTR : Keretaku telah tiba. Bagianku sekarang hanyalah mengucapkan selamat tinggal
kepadamu, kawan-kawan, dan kepada mejaku ini dan sesudah itu--- akupun
berangkat (Dia memasukkan petanya dalam tas)
MARI : Jangan terburu-buru, duduklah sebentar lagi bersama kami.
ASTR : Tidak mungkin.
VOIT : (Sambil menulis) Dan dikurangi dulu dengan hutang lama sebesar 275--- (Pekerja
masuk ke dalam)
PKJR : Kereta tuan sudah siap menunggu.
ASTR : Baik (Dia menyerahkan tas obat, tas surat, dan petinya kepada PEKERJA itu) Hati-
hati, jangan kau remas surat itu!
PKJR : Baik, tuan (Dia keluar)
SONI : Kapan kita akan bertemu lagi?
ASTR : Rasanya tipis kemungkinannya sebelum musim panas nanti. Tetapi agaknya juga
tidak mungkin dalam musim dingin sekarang ini. Tentu saja, kalau ada sesuatu yang
terjadi di sini, kuharap nona suka memberi kabar (Dia berjabatan tangan dengan
mereka semua) Terima kasih atas kebaikan, atas keramahanmu, atas semuanya!
(Dia berjalan menghampiri MARINA lalu mencium kepalanya) Selamat tinggal, mak.
MARI : Apakah kau pergi tanpa minum teh lebih dulu?
ASTR : Tidak ada seleraku untuk itu, mak.
MARI : Tidak inginkah kau minum vodka?
ASTR : (Ragu-ragu) Ya, boleh juga. (Setelah sejurus) Entah mengapa kudaku yang kanan
pincang. Aku baru melihatnya kemarin ketika Peter membawanya ke tempat minum.
VOIT : Engkau harus mengganti ladamnya.
ASTR : Dalam perjalanan pulang aku akan mampir dulu ke pandai besi. Tidak boleh tidak.
(Dia berdiri sambil memandang ke arah peta Afrika yang tergantung pada dinding)
Kukira sekarang ini sedang panas terik di Afrika.
VOIT : Ya, kukira begitu (MARINA datang kembali dengan membawa sebuah baki yang
berisi segelas wodka dan sepotong roti)
MARI : Silakan (ASTROFF minum) Untuk kesehatanmu! (Ia membungkuk dalam-dalam)
Makanlah rotinya sekalian.

PAMAN VANYA/STUDI ARTISTIK TEATER STSI BANDUNG 32


ASTR : Tidak, aku biasa minum ini tanpa apa-apa. Dan sekarang, selamat tinggal (Kepada
MARINA) Kau tak perlu mengantarku keluar, mak. (Dia pergi keluar. SONIA
mengikutinya dengan membawa lilin untuk menerangi jalannya kereta. MARINA
duduk lagi di atas kursinya yang bersandaran tangan)
VOIT : (Sambil menulis) Tanggal 2 Pebruari, 20 pon mentega, tanggal 16, 20 pon mentega
lagi. Tepung terigu (Hening sejurus. Terdengar lonceng berdenting)
MARI : Dia sudah berangkat (Hening sejurus. SONIA masuk ke dalam dan meletakkan
tempat lilin itu di atas meja)
SONI : Dia sudah berangkat.
VOIT : (Dia menambah dan menulis) Jumlah, 15--- 25--- (SONIA duduk dan mulai menulis)
MARI : (Ia menguap) Oh, semoga Tuhan mangampuni kita semua. (TELEGIN masuk ke
dalam dengan bersijingkat, lalu duduk di dekat pintu dan mulai menyetel gitarnya)
VOIT : (Kepada SONIA, sambil membelai rambut SONIA) Oh, anakku aku begitu sedih,
kalau saja kau tahu betapa sedihnya aku!
SONI : Apa yang mesti kita lakukan? Kita mesti menghidupi hidup kita (Hening sejurus) Ya,
kita akan hidup, Paman Vanya. Kita akan hidup melalui iring-iringan siang yang
panjang di depan kita, dan melalui malam-malam yang panjang, kita akan dengan
sabar menanggungkan cobaan yang dibebankan nasib kepada kita, kita akan
bekerja untuk orang-orang lain tanpa kenal lelah, baik sekarang maupun nanti
setelah kita tua, dan apabila saat ajal kita telah tiba, kita akan menyambutnya
dengan rendah hati,dan di sana, di balik nisan kita akan berkata bahwa kita telah
menderita dan menangis bahwa hidup kita akan menyaksikan kehidupan yang cerah
dan indah itu, kita akan merasa girang dan kita akan menoleh kembali kepada
kesengsaraan kita di sini, kita akan senyum mesra dan--- kita akan istirahat. Aku
memiliki kepercayaan. Paman, kepercayaan yang teguh dan bergelora (SONIA
berlutut di muka pamannya dan menaruh kepalanya kedua tangan VOITSKI. Ia
berbicara dengan suara letih) Kita akan istirahat (TELEGIN memetik gitar pelan-
pelan) Kita akan istirahat. Kita akan mendengar suara malaikat-malaikat. Kita akan
menyaksikan surga kemilau laksana biduri. Kita akan melihat segala kejahatan dan
segala kepedihan kita tenggelam sirna di dalam kasih besar yang meliputi
dunia.hidup kita akan damai dan mesra dan nikmat laksana belaian. Aku memiliki
kepercayaan, aku memiliki kepercayaan (Ia menyeka air matanya) Pamanku,
pamanku yang malang, paman menangis (Ia menangis) Paman tidak pernah tahu
apa arti kebahagiaan, tetapi tunggu, Paman Vanya, tunggu! Kita akan istirahat (Ia
memeluknya) Kita akan istirahat (Kentongan Penjaga malam terdengar di kebun,
TELEGIN memetik gitarnya pelan-pelan, Nyonya VOITSKAYA menuliskan sesuatu
di tepi berkalanya, MARINA asyik merenda kaos kakinya) Kita akan istirahat. Kita
akan istirahat.

***

SELESAI

PAMAN VANYA/STUDI ARTISTIK TEATER STSI BANDUNG 33

Anda mungkin juga menyukai