Anda di halaman 1dari 18

ORANG ASING

KARYA RUPERT BROOK

JUDUL ASLI : LITUANIA


SADURAN : D. DJAJAKUSUMA
PERAN :

1. ORANG ASING
2. IBU
3. TUKANG WARUNG
4. ANAK TUKANG WARUNG 1
5. ANAK TUKANG WARUNG 2
6. SIMAN
7. BAPAK
8. TONO
9. MINI
10. SUDRO
11. TARJO
12. SINA

INTERIOR SEBUAH RUMAH KAMPUNG. SEBUAH MEJA DITENGAH. DIDINDING BELAKANG


ADA JENDELA, SEBUAH PINTU DIDINDING BELAKANG SEBELAH KANAN. DIDINDING KIRI
ADA DUA PINTU, DEKAT DINDING KANAN DAPUR DAN SEBELAH BELAKANG RAK DENGAN
PINGGAN-PINGGAN DAN LAIN-LAIN.

MALAM HARI DIMUSIM PANCAROBA. DILUAR JENDELA TAMPAK TERANG BULAN,


REMANG-REMANG DIKEJAUHAN TAMPAK POHON CEMARA.
DISEBELAH KIRI MEJA MENGHADAP KESAMPING, DUDUK ORANG ASING SEDANG
MENGHABISKAN MAKANANNYA. SINAH DUDUK DIKURSI. SEMENTARA MENENGOK-
NENGOK KEARAH ORANG ASING. IBU MONDAR-MANDIR ANTARA MEJA, AMBEN DAN RAK
MEMBAWA PIRING-PIRING MAKANAN DAN LAIN-LAIN. SEBUAH LAMPU ADA DIATAS
MEJA.

IBU DAN SINA MELAKUKAN KEGIATAN MASING-MASING

TONO DAN SUDROMEMANGGIL MENGGEDOR RUMAH SINA

TONO DAN SUDRO: Ibu Tuti, ibu , assalamualaiakum. Sina oh sina

IBU : Waalikumssalam. Iya, sebentar (membuka pintu)

TONO dan SUDRO: Malam ibu Tuti, malam Sina

SINAH : Malam.

IBU : Malam, ada apa kalian datang malam –malam kesini


SURTI : Gini ibu tuti (nyelonong masuk) tadi kita bertemu lelaki muda tampan yang tersesat. Dia
ingin kembali tapi hari sudah malam. Dia ingin numpang menginap katanya.

TONO : Iya bu, kita dengan sukarela menghantarnya kesini, karena tidak mungkin kita bawa kerumah
kitakan, takutnya suami orang tua kita marah bu. Walaupun kita sebenarnya mau sih.

SUDRO: Iya. Dia tampan dan sepertinya dia kaya.

IBU : Tampan dan kaya ?? iya.. iya nginap saja dirumah saya, mana orangnya ?

TONO : Sebentar ya bu kita panggil dulu

(MEMANGGIL KELUAR) ehh sini masuk

ORANG ASING : Assalamuaalikum, malam bu , malam dek (menegur sina)

SURTI : Ini bu, tampankan.

TONO : Sudah tampan kaya lagi

IBU : Oh yaya silahkan silahkan duduk (mempersilahkan duduk)

SUDRO DAN TONO JUGA IKUT DUDUK

IBU : Kalian kenapa ikut duduk, pulang sana sudah malam

TONO : Kita ikut bermalam disini ngga apa apa kan bu ?

IBU : sudah sudah ngga usah pada ngawur, pulang sana

SUDRODAN TONO BERDIRI KEMBALI SAMBIL NGEDUMEL

TONO : Gitu amat sih buk, kita kan tamu juga!

SUDRO : Iya bener, bukan berterima kasih sama kita, karena sudah dihantar kan tamu kaya dan tampan
lagi. Malah kita diusir. Uhh sebel

IBU : Iya, iya saya berterima kasih sudah mengantrkan dia kerumh. Sudahkan sudah , pulang sana.

ORANG ASING : Ehh iya saya juga berterima kasih sudah diantar kan kesini.

TONO : Iya sama- sama tampan. Nanti… besok mampir ya kerumah saya ya, saya kenalin sama adik saya
mini namanya

SUDRO: ehh kamu bilang apa ?

TONO :jika aku tidak bisa memiliki, paling tidak jadi adik ipar gitu. Ya tampan,

SUDRO: adik aku mau kamu kemanain, kan kita mau jodohon mini sama siman

TONO : ohh iya ya aku lupa, kalau kita bakal jadi iparan

IBU : Sudah –sudah sana pulang. (membuka kan pintu )

SUDRO: (BERBALIK KEBELAKANG) Ehh sina jangan coba –coba ganggu dia ya, dia milik saya, saya
ingin jdohin sama mini jadi suaminya yang ke 2

TONO : Jangan ngawur kamu adikku ngga mau dimadu, ya kali perempuan suaminya 2 sekaligus
IBU : Sudah sana pulang (MENDORONG PERGI DAN MENUTUP PINTU) (MENDEKATI ORANG
ASING ) Silahkan , silahkan dimakan tuan tak banyak makanan dirumah ini tuan. Semoga tuan suka

ORANG ASING : Terima kasih atas makanannya, bu. (MENDORONG KURSINYA KEBELAKANG
DAN MENGHABISKAN MINUMANNYA) Enak, enak sekali. Sungguh, makanan ini mengingatkan aku
dengan masakan ibu sendiri. (MENGHELA NAPAS) Aku lelah sekali habis jalan kaki lewat hutan itu.
Untungnya aku dibawa kesini

IBU : Jika tuan mau menunggu sebentar, suami saya segera datang dari ladang

ORANG ASING : (BERDIRI) Apakah ibu tidak takut sendiri dirumah terpencil seperti ini, hanya dua
perempuan. Malam-malam seperti ini...

IBU : Apa yang akan kami takutkan, tuan? Apa yang akan dirampok dari kami? Jika pun ada, Sinah akan
menghajar mereka. Ia lebih kuat dari kebanyakan lelaki.

ORANG ASING : (MEMBUNGKUK DENGAN PERASAAN TIDAK ENAK) wah, benarkah?

IBU : Dia kuat. Dia sejak kecil sudah bekerja diladang dengan ayahnya.

ORANG ASING : Tetapi, saya kira berat, untuk mengurus segalanya hanya dengan seorang lelaki dalam
keluarga atau... (JELAS) ibu punya anak laki-laki tentunya. (MENYINDIR)

IBU : Tidak, dulu ada seorang. Ia minggat waktu berumur tiga belas tahun.

ORANG ASING : (DENGAN TERTAWA KECIL, SOPAN DAN AGAK GUGUP) Sayang, aku sangka
wanita ingin ada orang yang akan melindunginya. Dan kini sebagai seorang ibu, ibu tentu akan menerima
kembali anak itu bila ia pulang kerumah untuk menolong ibu dihari tua, bukan?

IBU : (RAGU-RAGU) Ah, tidak tahu....

SINAH : Ia tenggelam. (JENGKEL)

ORANG ASING : Tenggelam? Oh, maaf.. Jadi bapak selalu pulang larut malam ya bu?

TERDENGAR SUARA BAPAK DARI KEJAUHAN

IBU : Itu, dia. Biar saya sambut dia. Silahkan tuan tunggu sebentar. Sebaiknya tuan bertemu dia sebelum
pergi tidur. (IBU KELUAR)

ORANG ASING : (JALAN AGAK KAKU MENDEKATI SINAH) Aku kira seorang SINAH muda dan
manis seperti kau, kadang-kadang tentu akan merasa jemu, hidup kerja terus-menerus ditempat seram seperti
ini...

SINAH : (SETENGAH PADA DIRI SENDIRI) Saya punya kegembiraan sendiri.

ORANG ASING : Lebih enak dikota besar. Jalan-jalan terang benderang. Darahmu akan mengalir lebih
cepat. Sayang sekali kau tak akan tahu. Tak sadarkah kau hanya akan jadi kasar dan tua disini. Tiap hari
akan makin kaku dan bodoh, karena kerja, kerja, dan kerja, kemudian kau akan seperti ibumu yang akhirnya
kerdil dan jelek, yah kemudian mati. Nah, apa katamu (KETAWA SEDIKIT HISTERIS) bila mendadak
datang seorang satria (MELIHAT KEPADA SINAH) dan berjanji akan membawa kau ke kota besar dan
kemudian memperlihatkan segala sesuatu yang indah kepadamu... membelikan pakaian dan perhiasan... dan
memberikan padamu segala yang terbaik, seperti seorang putri...
SINAH : (BERDIRI CEPAT DAN BERJALAN MENUJU ORANG ASING, AGAK PINCANG) Aku
pincang, digigit anjing, tuan ingin lihat? (DIA MENGANGKAT KAINNYA DAN MENUNJUKKAN
TEMPAT DIBAWAH LUTUT) Apakah ada seorang putri seperti ini? Lihat bekas ini.
(MEMPERLIHATKAN TANGANNYA) luka ini gara-gara sebuah paku besar ini. (LUTUT KIRI ORANG
ASING DIPIJAT DENGAN TANGANNYA DAN MENENGOK KEATAS, SENYUM SEDIKIT. ORANG
ASING TERIAK SEDIKIT DAN MELANGKAH MUNDUR AGAK KAGET) Pernah tuan rasakan tangan
seorang putri seperti ini? (DIAM SEJENAK, SINAH JALAN MENUJU KEARAH SEBELAH KIRI LALU
MASUK)

ORANG ASING DUDUK, TANGAN DIKAKINYA. MASUK AYAH DAN IBU

IBU : Ini suami saya, tuan. (ORANG ASING MENGHAMPIRI AYAH, AGAK GUGUP)

ORANG ASING : Apakah bapak tuan rumah disini? Apa kabar, pak? Istri bapak sangat baik,
memperbolehkan aku tidur disini. Aku tersesat dihutan dan kemalaman. Tapi aku sangat beruntung
menemukan rumah ini.

AYAH : Bagaimana tuan sampai dalam hutan dengan pakaian seperti itu?

ORANG ASING : (AGAK BINGUNG) Aku kesasar. Aku hanya ingin berjalan-jalan sebentar, karena hari
sangat cerah... aku suka betul jalan kaki dan kebetulan aku mengelilingi kota kecil daerah ini, ada... urusan...
ya, urusan pemerintahan.

AYAH : Kota kecil? Wah, Tuan terlalu nyasar dari jalan besar. Tuan tentunya lelah, tuan sebaiknya segera
beristirahat. (MELIHAT KOPER) kenapa tuan jalan-jalan membawa koper itu. Bahaya, tuan. Bisa-bisa tuan
akan dirampok.

ORANG ASING : (MEMBUKA KOPERNYA) Ah, tak banyak isi koper ini, pak. hanya kertas-kertas saja,
yah seperti ini (MEMPERLIHATKAN UANG) Tetapi, dengan kertas ini saya bisa membelikan rumah
sepuluh kali lebih besar dari rumah ini lengkap dengan isinya. Lihat saja lebih dekat pak, tidak apa-apa.
Saya yakin, bapak belum pernah melihat uang sebanyak ini, bukan?

AYAH : (TERCENGANG MEMANDANG ORANG ASING) Benar tuan, saya belum pernah melihatnya.
(HENING SEJENAK)

IBU : Tidak aman jalan dalam hutan membawa uang sebanyak itu tuan.

ORANG ASING : Tidak ada seorang manusia pun yang aku jumpai hari ini, selain 2 ibu-ibu yang
menghantarkan aku kesini tadi. Bahkan aku tak bertemu sebuah rumah. Inilah rumah pertama yang aku
temui. Karena itu aku langsung menuju kemari, dari hutan sebelah barat sana. Aku merasa bersyukur bisa
diterima di rumah ini.

HENING SEJENAK. SINAH DATANG LAGI DIAM-DIAM MELALUI BELAKANG DAN DUDUK,
SEMENTAR ITU ORANG ASING BICARA.

ORANG ASING : Sangat sunyi dan mengerikan disini. Aku kira orang bisa jadi gila karenanya...
mendengarkan bunyi angina yang bertiup di pepohonan, menyaksikan malam yang begitu sunyi.
(BERBALIK LIHAT ORANG-ORANG) Saya saja sudah hampir gila berjalan di di dalam hutan ini.
Apakah ibu dan bapak tidak merasakannya? Kenapa bapak dan ibu tidak pindah saja ke kota?

AYAH : Di sini memang sepi tuan, tetapi di sana, di dekat lembah. Ada beberapa rumah di sana. Tentu tuan
tidak lewat sana, bukan? Disana sudah banyak orang tuan.
IBU : (MENYIAPKAN MAKANAN LAGI) Dia barangkali memang mau kesana, pak. Bagaimana kalau
bapak mengantarkannya ke sana?

AYAH : (MENGHELA NAPAS) Aku lelah, bu. Banyak pekerjaan di ladang hari ini.

ORANG ASING : Bagaimana keadaan ladang, pak? Apakah baik-baik saja?

AYAH: Yah, seperti itulah tuan.

ORANG ASING: Tetapi di musim hujan keadaan menjpadi lebih sulit, bukan?

AYAH : Ya, benar tuan. Terlebih musim hujan memang sudah dekat.

ORANG ASING : Saya pikir, memang susah bergantung hidup kepada lading dan hutan pak. Lebih baik
bapak pinah ke kota, di sana banyak sekali pekerjaan.

AYAH : Ke kota tuan? Bagi keluarga kami, pergi ke kota sama saja seperti menunggu emas tiba tiba jatuh
di depan pintu rumah kami tuan. Itu mustahil!

IBU : Bapak, jangan berbicara seperti itu kepada tamu.

AYAH: Bukankah itu kenyataannya bu! Musim hujan ini akan membuat kita mati kelaparan!

IBU: Ayah seperti apa yang tega membuat keluarganya mati kelaparan?

AYAH : Ladang dan hutan sudah tidak bisa kita harapkan lagi?

IBU: Setidaknya jangan menyerah! Kau harus lebih keras bekerja!

AYAH: Sudahlah, aku sangat lelah hari ini!

ORANG ASING : Maaf pak, bu. Aku juga sangat lelah karena berjalan kaki sepanjang hari. Saya rasa,
malam juga semakin larut. Jam berapa sekarang?

AYAH : Kira-kira jam delapan lewat, tetapi tepatnya saya tidak tahu tuan, maklumlah di rumah ini tidak ada
jam.

ORANG ASING : Rumah ini seharusnya ada jam pak, agar kita tahu jam berapa mesti pergi tidur. Baiklah,
saya pinjamkan arloji ini untuk semalam.

AYAH: Itu emas asli, tuan?

ORANG ASING: Oh, tentu pak.

AYAH: Bolehkan saya memegangnya, tuan.

ORANG ASING: Oh tentu pak, jika bapak mau, bapak juga boleh memilikinya.

SINAH DIBELAKANGNYA MEMANDANG IBU, IBU PADA SINAH, AYAH MEMANDANG SATU
PERSATU.

IBU : (MENGANGKAT LAMPU) Boleh saya mengantar tuan kekamar?

ORANG ASING : Tentu. Aku benar-benar harus tidur. Selamat malam, pak, buk. Dik. (KEPADA BAPAK)
saya takut sebagian besar dari makanan bapak telah saya habiskan. Saya minta maaf. Tapi tentunya, saya
pasti akan membalas kebaikan bapak dan ibu.
AYAH : (PADA ORANG ASING) Ah, makanan orang miskin, Tuan. Tapi saya senang jika tuan suka.

IBU : (DIDEPAN PINTU) Kamarnya sangat jelek, tuan. Kami tidur di kamar sebelah, tuan tak usah takut
akan terganggu kami.

SINAH BERDIRI DEKAT API. AYAH DUDUK DIUJUNG MEJA.

AYAH : Eh, Sinah. Kau selalu bicara tentang laki-laki. Nah sekarang, itu ada seorang laki-laki untuk mu.
Kenapa kau diam saja? Dia kelihatannya menyukaimu Sinah dan yang terpenting dia kaya.

SINAH : Aku tidak suka pak! Laki-laki lemah. Tangannya saja seperti perempuan. Wajahnya juga jelek.
Aku tidak mau pak!

AYAH : Sinah, Sinah. Kau tidak suka? Sudahlah, kau itu hanya takut. Kau memang selalu takut dengan
laki-laki.

SINAH : Dia bukan laki-laki. Dia banci, lemah dan cerewet seperti bapak.

SINAH MENUJU KEDEPAN DAN DUDUK, IBU DATANG BAWA LAMPU DIMEJA DAN
DIMATIKANNYA.

IBU : Apa yang kau bawa dari hutan, pak?

AYAH : Tidak bawa apa-apa. Hutan terkutuk. Tak ada kijang dan tak ada burung. (SEMUA DIAM MATI)

IBU : (DUDUK SEBELAH AYAH) Kita tak punya apa-apa. Bagaimana jika nanti hujan mulai datang.

AYAH : Aku lapar. Lebih baik kau siapkan makan malam untukku.

IBU: Makanan untuk malam ini sudah habis oleh orang asing itu.

AYAH: Tak pernah cukup makanan dirumah setan ini! Lalu bagaimana aku makan malam ini?

IBU : Pak, aku memberikan makan kepadanya karena aku yakin dia kaya. Dia pasti akan membalas
kebaikan kita. Jika dia telah membalasnya, tentunya makan kita akan aman selama setahun.

AYAH : Lalu, untuk malam ini?

IBU : Bukankah kita selalu bisa menahan lapar.

AYAH : Ibu itu memberikan makan kepada orang gila! Siapa yang pernah mendengar cerita tentang orang
kaya yang suka jalan-jalan, tetapi tersesat di hutan? Mana pernah juga ada orang pergi ke hutan membawa
uang yang sebegitu banyaknya itu? Dia gila kataku!

SINAH : Pak! Tak ada satu orang pun yang melihat dia datang kemari!

IBU : Jika dia gila, kita bisa dapat hadiah karena telah memelihara dia. Orang tuanya tentu kaya raya.

AYAH : Tunggu, tidak tidak. dia tidak gila, tetapi aneh. Menggunakan pakaian mahal dan membawa uang
banyak untuk pergi jalan-jalan ke hutan. Dia sangat aneh. Tunggu, dia juga sangat mencurigakan. Apakah
kau yakin, semua barang ini adalah miliknya?

IBU DAN SINAH SALING MEMANDANG SEDANG MENGGERAKKAN KEPALANYA.

IBU : Jika bukan kepunyaannya...


AYAH : Dia pasti maling. Lihatnya gaya bicaranya, pasti dia maling! Pastas dia pergi ke hutan ini, pasti dia
ingin melarikan diri.

SINAH : Pak! Tak ada seorangpun tahu, kalau dia kesini.

IBU : Kalau dia maling, kita akan dapat hadiah jika melaporkan dia.

AYAH : (MENGAMBIL ARLOJI) Barang emas ini dan uang itu. Apa haknya barang ini. Mungkin banyak
orang kelaparan karena dia mencuri. Semakin banyak saja orang kelaparan di dunia ini karena dia!

SINAH : Dia kurus, dan lemah, pak!

AYAH : (BERSANDAR DEKAT MEJA) Aku bekerja, keluar masuk hutan. Bekerja sekuat tenaga agar kita
tidak mati kelaparan. Tetapi dia memiliki banyak uang! Pasti dia maling! Kenapa ibu menerima maling
untuk meminta makan di rumah kita!

IBU : Pak?

AYAH : (SEPERTI TAK SUKA DAN MAKIN KERAS) Aku tidak bisa makan malam hari ini karena
semua persediaan makanan dihabiskan oleh maling yang sedang melarikan diri!

IBU : Hesstt... jangan keras-keras pak, nanti dia bangun.

AYAH : (KURANG KERAS) Peduli apa kalau dia dengar

SINAH : Dia tidur dengan nyenyak. Mungkin karena terlalu lelah. Lagi pula tidak ada orang yang tahu
kalau dia datang ke rumah kita.

AYAH : Apa maksudmu?

IBU : (MEMERAS TANGANNYA MENDEKATI DAPUR) Benar kata Sinah, pak. Kau harus berbuat
sesuatu agar kita tidak mati kelaparan di musim hujan nanti.

AYAH : (GEMETAR) Apa yang kalian pikirkan? Kenapa kau memandangku seperti itu Sinah?

IBU : Kau belum mengerti juga pak? Aku saja paham apa yang Sinah maksud?

AYAH: Katakan yang jelas Sinah!

SINAH: Bukankah dia hanya maling, pak!

AYAH: Lalu?

SINAH: Lalu tidak ada yang melihatnya datang ke mari!

AYAH: Iya, lalu?

SINAH: Lalu kenapa tidak kita bunuh saja dia pak! Kita bisa ambil semua uang dan barang berharganya.

IBU: Benar pak, dia hanya maling! Kita tidak terlalu berdosa jika membunuh seorang maling!

AYAH : Apa maksud kalian? Membunuh? Apakah kalian sudah gila!

IBU: Kita akan mati kelaparan pak!

SINAH: Dia itu lelaki lemah pak, pasti akan sangat mudah untuk membunuhnya.
AYAH: Tidak tidak! Aku tidak berani! Aku belum pernah membunuh orang sekalipun.

IBU: Lalu bagaimana kita akan makan di musim hujan pak?

AYAH: Setidaknya biarkan aku berpikir terlebih dahulu.

SINAH : Kau harus membunuhnya sekarang, pak! Besok dia akan pergi dari rumah kita!

AYAH : Dia adalah tamu kita!

IBU : Dia adalah maling, pak! (DIAM SEJENAK, SINAH PASANG LAMPU)

IBU : (DENGAN SUARA RENDAH CEPAT) Dia sudah tidur. Ia tidak akan melawan dan dia akan mati
denga mudah. Ayolah pak, kita harus mendapatkan uangnya.

SEMENTARA ITU AYAH AMBIL PISAU YANG TERSELIP DIDINDING, AMBIL LAMPU DARI

TANGAN SINAH DENGAN TAK SADAR DAN MAJU BEBERAPA LANGKAH MENUJU KAMAR
ORANG ASING. KEDUA WANITA MENGIKUTINYA.

AYAH : Aku tak bisa.

SINAH: Kalau begitu, biar aku saja yang membunuhnya!

AYAH: Tidak! Aku tidak ingin tangan kau kotor, baiklah tunggu disini. Kau tak boleh menyentuhnya,
biarkan aku saja! (CEPAT MASUK KAMAR TAMU)

SINAH BERDIRI DEKAT KAMAR ORANG ASING. IBU KEMBALI KEDAPUR. HENING SEJENAK,
LAMA SUARA TERDENGAR TAK TERANG, PELAN-PELAN SINAH MELANGKAH DEKATI
PINTU. MENDADAK AYAH, LAMPU DI TARUH DIMEJA. DUDUK LEMAS PADA MEJA,
GEMETAR. IBU MENDEKAT. AYAH MENGGELENG.

IBU: Bagaimana keadaannya?

SINAH : Tidak ada darah di pisaunya!

IBU : Sudah beres, Pak

AYAH : Aku... (MERINGKUS) tidak. Aku tidak bisa. Aku rasa mau muntah, mungkin karena aku telah
bekerja seharian. Besok saja.

IBU : Pak, harus mala mini!

AYAH : Aku tak bisa!

SINAH: Biar aku saja yang membunuhnya!

AYAH: Tidak!, biar aku saja! Tetapi aku harus mambuk terlebih dahulu!

IBU : Setelah mabuk, kau harus melakukannya, pak!

AYAH TERHUYUNG-HUYUNG KEDINDING BELAKANG DAN MENGENAKAN BAJU.

AYAH : (MEROGOH KANTONGNYA) Aku akan ke warung untuk mabuk. Aku tidak akan bisa
membunuh jika aku belum mabuk. Ya, Tuhan. (TEGAKKAN BADANNYA DAN BICARA LEBIH
TERATUR) Jika aku kembali nanti, lihatlah aku akan siap menikam maling itu! Aku akan segera kembali.
Aku bersumpah, akan aku membunuhnya. (KELUAR)
BAYANGAN NAMPAK DIBALIK JENDELA KEKIRI. JALAN AGAK CEPAT, IBU DAN SINAH
IKUTI IA LEWAT KEMUDIAN MENDENGAR SEBENTAR. TAK DENGAR SUARA-SUARA DARI
KAMAR ORANG ASING. IBU MATIKAN LAMPU. MEREKA DUDUK MASING-MASING DIDEKAT
API. SINAH BESARKAN API DENGAN MENARUH BEBERAPA POTONG KAYU DIAPI.

IBU : Baiklah, kita harus menunggu bapakmu kembali.

SINAH : Dia itu pengecut, bu! Dia tidak akan pernah berani!

IBU : Dia bukan pengecut. Dia hanya terlalu banyak berpikir. Kau tidak tahu saja kalau dia sudah mabuk,
pasti semua akan beres.

SINAH : Untuk membunuh lelaki lemah seperti itu, aku tidak perlu mabuk terlebih dahulu bu!

IBU : Kita tunggu saja bapakmu kembali.

SINAH : Dia hanya akan mabuk, tetapi pasti tidak akan berani untuk membunuh.

IBU : Dia tidak akan terlalu mabuk, karena uangnya pasti tak akan cukup untuk mabuk. Dia pasti akan
kembali dan dia tahu apa yang harus dilakukan, kita tunggu saja.

SINAH : Jika dia tidak punya uang, berarti dia keluar untuk lari. (DIAM SEJENAK) aku tak betah
menunggu!

IBU : Dia akan melakukannya jika kembali. (BERDIRI KEARAH PINTU ORANG ASING. KEMUDIAN
KEMBALI KETEMPAT SEMULA, BERDIRI) (MENGAMBIL ARLOJI DAN MENGAMAT-
AMATINYA) Apa kau kira dia pencuri?

SINAH : Aku tak tahu dan tidak perduli, pokoknya dia harus mati dan kita akan jadi kaya.

IBU : (MENGGANTUNG KEMBALI ARLOJI) Kau benar, Sinah. Kita tidak akan mati kelaparan.

SINAH : Tapi aku kesal menunggu, bu. Kitaharus melakukannya segera. Tak usah banyak pikir lagi, itu
hanya akan mempersulit saja. Kita tidak perlu menunggu bapak, kalau kita bisa melakukannya sendiri!

IBU : (PERGI PERLAHAN-LAHAN KEJENDELA TERANG DILUAR, TIBA-TIBA) Tak seorangpun


yang lihat dia datang kemari bukan? (BERBALIK)

SINAH : Tidak! Ayolah, bu! Kita harus melakukannya sekarang!

IBU: Kita tunggu saja bapakmu! Jangan sekarang, nanti ada orang yang datang!

SINAH: Tidak akan ada orang yang datang malam-malam seperti ini!

IBU : Tidak ada yang datang malam-malam? Bukankah pemuda kampung ini sering mampir ke rumah kita
malam-malam?

SINAH : Apa maksud ibu? Ibu pasti cemburu padaku.

IBU : Cemburu!? Ketika aku masih SINAH, berpuluh-puluh pemuda mengikuti aku.

SINAH : Sudah tua, tetapi tetap saja pencemburu.

IBU : Bukan aku yang pencemburu, tetapi kau yang selalu membenciku!

SINAH : Ibu yang benci padaku! Sejak kecil, aku tidak pernah dirawat dengan kasih sayang!
IBU : Kau tahu bagaimana menjadi ibu? Kau tidak akan pernah tau! (MUNCUL ORANG ASING, IBU
DAN SINAH AGAK KAGET) ada apa tuan?

ORANG ASING : Oh, apakah suami ibu tidak ada?

IBU : Ia sedang keluar sebentar. Ada sesuatu yang mengganggu tuan?

ORANG ASING : Tidak. Aku hanya ingin berbicara dengan bapak. Awalnya saya ingin membicarakannya
besok pagi, tetapi saya kira malam ini adalah waktu yang terbaik. Tapi tak apalah. Kapan suami ibu akan
kembali?

IBU : Saya, tidak tahu tuan?

SINAH : Mungkin dia akan kembali terlambat, tuan.

ORANG ASING : (MAJU BEBERAPA LANGKAH) Oh, kalau begitu lebih baik besok saja.

IBU : (PERGI CEPAT KEJENDELA) Diluar sangat dingin. Kita akan segera tidur. Dan pintu-pintu akan
kukunci. Biar bapak nanti menyusul. Ada sesuatu yang tuan inginkan?

ORANG ASING : Ah, tidak. Saya kira bapak ada. Ada sesuatu yang ingin saya jelaskan, sebelum saya
tidur. Tapi biarlah. (MAU KEMBALI KEKAMARNYA)

IBU : Apakah pembicaraan kami tadi menggangu tuan?

ORANG ASING : Oh, tidak. Tidak apa-apa. Tadi saya tidur sebentar dan tiba-tiba terbangun. Saya ingat
kalau ada sesuatu yang penting yang harus saya sampaikan kepada bapak.

IBU : Maaf tuan, kami tidak akan ribut lagi. Tuan bisa tidur dengan tenang, tuan tidak akan terganggu oleh
kami lagi.

ORANG ASING : (MENDADAK) Ya, maafkan saya jika membuat kalian terkejut. Baiklah kalau begitu,
selamat beristirahat bu, dik. (KEMBALI KEARAH KAMARNYA)

IBU : (MASIH DIDEPAN JENDELA) Ya, tuan tentu sangat lelah. (SINAH BERDIRI,ORANG ASING
MASUK KAMARNYA. IBU MELANGKAH KEDEPAN)

IBU DAN SINAH BISIK-BISIK.

IBU : Apa yang dia maksud? Kenapa dia keluar?

SINAH : Entahlah, itu tidak penting bu!

IBU : Apakah dia mendengar semua rencana kita?

SINAH : Aku kira tidak. Dia hanya terbangun, bu!

IBU : Kelakuannya aneh-aneh saja sejak dia datang.

SINAH : Dia itu gila, bu!

IBU : Laki-laki memang selalu berbuat aneh-aneh.

SINAH : Tetapi dia harus kita bunuh malam ini juga bu!
IBU : Kalau dia bangun lagi bagaimana? Akan kacau jadinya. (KETUKAN DI PINTU, MEREKA
SALANING BERDEKAPAN, MEREKA MEMANDANG KELILING. KETUKAN LAGI, IBU
BERBISIK.

IBU : Siapa itu?

SINAH MENGANGGUK CEPAT. SINAH PERGI KEDEKAT API. AMBIL ARLOJI YANG
DIMASUKKAN KEDALAM KUTANG IBU PELAN-PELAN BUKA PINTU MENGINTIP, BUKA
PINTU LEBAR.

IBU : Ah, kau Siman. Masuklah. (IA SONGSONG SESEORANG SIMAN, MEMBAWA SESUATU.
SIMAN MEMBERSIHKAN KAKI) Kok datang malam-malam?

SIMAN : Belum terlalu malam, bu. Saya mampir sebentar saja.

IBU : Kami sudah berkemas-kemas mau lekas tidur.

SIMAN : Saya cuma singgah untuk memberikan ini. (MELETAKKAN BARANG ITU)

IBU : Kau terlalu baik, Siman. (MEMPERHATIKAN BARANG ITU)

SIMAN : Saya mau berdisini sebentar, bu. Di luar sangat dingin.

IBU : Aku mau tidur. (ANGKAT LENTERA DAN MENUJU KEKAMARNYA, TERTUJU KEPADA
SINAH) Lekas menyusul, Sinah. (IBU MASUK KAMAR PINTU KEDUA, SINAH MEMPERHATIKAN
BARANG ITU)

SIMAN : Disini hangat, di luar sangat dingin. Dimna ayahmu, Sinah?

SINAH : Dia pergi minum.

SIMAN : Ibumu baik dan bijaksana, ya Sinah, meninggalkan kita berdua di suhu yang dingin ini.

SINAH : tapi dia belum tidur.

SIMAN : (TERSENYUM) Dia tak akan mengintip, bukan? Dia pasti sudah tidur, tidak terdengar lagi
suaranya.

SINAH : Pulanglah, hari sudah malam.

SIMAN : Aku tak mengerti, mengapa engkau tidur begitu cepat.

SINAH : Aku sudah sangat mengantung, Siman!

SIMAN : Aku membawakan ubi untukmu. Aku baru saja memanennya dari lading.

SINAH : Hari sudah malam, Siman. Ibu pasti mau mengunci pintu.

SIMAN : Apa kau tidak senang aku datang?

SINAH : Ah, aku sangat lelah dan aku ingin tidur?

SIMAN : Apa kau tidak keladang siang tadi? Aku mencari mu.

SINAH : Aku di rumah saja, banyak pekerjaan rumah. (MENDEKATI SIMAN) Siman, pergilah sekarang.
Datanglah lagi besok atau kapan saja. (MENDADAK BURU-BURU) Pergilah dulu!
SIMAN : (MELETAKKAN TANGANNYA DIBAHU SINAH) Kenapa kau mengusirku, Sinah? Aku tidak
mengerti!

SINAH : (MELEPASKAN DIRI DARI SIMAN) Pergilah sekarang!

SIMAN : Kalau aku tak mau?

SINAH : (MENDORONG) Pergi kataku!

SIMAN : (TERJATUH) Aku akan datang lagi.

SINAH : Ya, datanglah besok!

SIMAN : Aku datang agak siang, jumpai aku di ladang...

SINAH : Baik.

SIMAN : Ada yang ingin kukatakan.

SINAH : Pergilah! Aku harus tidur sekarang.

SIMAN : Salaman dulu (SINAH MENOLAK) Selamat tidur. (SIMAN KELUAR, SINAH MENUTUP
PINTU PERLAHAN-LAHAN)

BUNYI KETUKAN PINTU KEMBALI

SINAH : Siman aku sudah bilang pulang lah (MEMBUKA PINTU) Ternyata mamang, ada apa mang ?

TARJO : tadi siapa kau bilang ? siman? Siman calon mantuku itu

SINAH : ngga mang –mamang salah dengar tadi, ada apa mang datang malam –malam kesini ?

TARJO: aku datang kesini bermaksud bertemu bapak mu. Mana bapakmu ?

SINAH: Bapak ngga ada dirumah mang, barusan saja keluar

TARJO: Keluar ? Aduh gimana bapakmu ini tadi di ladang dia suruh datang kesini katanya mau minum
tuak bersama-sama di rumahmu ini

SINAH: dia saja mungkin minum tuak diwarung mang, sudah mamang susul saja bapak kewarung

TARJO: Benarkan bapakmu keluar ? nggga Taunya ada di dalam karenatakut ketemu mamang

SINAH : ngga ada mang.. Benaran bapak keluar mang, lagian kenapa juga bapak haru sembunyi dari
mamang

TARJO : Karna selain ingin memenuhi undangan bapak mu untuk minum tuak mamang juga bermaksud
untuk menagih hutang pada bapakmu tadi mau dikasih malam ini katanya

SINAH: Oh gitu mang, tapi beneran mang bapak ngga ada dirumah, mamang susul saja dia, mungkin dia
ada diwarung tuak

TARJO : ya sudah, awas ya kamu bohong sama mamang. Mamang mau nyusul bapak mu dlu ke warung
kalau ngga ada, mamang kembali lagi kesini loh

SINAH : iya mang, saya ngga bohong, cepat mamang pergi menyusul (membukakan pintu)
TARJO : Kenapa kamu seakan –akan mengusir mamang dan juga kelihatan panik

SINAH : Nngga ko mang, mungkin efek mengantuk mang, selamat malam mang (langsung menutup pintu)

IBU : (CEPAT KELUAR KAMARNYA) Sudah pergi mereka? (SINAH MENGGANGGUK,) Ah,
bagaimana kalau dia keluar tadi!

SINAH : Jika kita tidak melakukannya sekarang, orang lain pun akan bisa datang dan kita akan ketahuan!

IBU : Itu karena kau selalu menggoda semua pemuda di kampung ini!

SUDRO : SIMAN ! SIMAN ! pulang ! kamu pasti didalam ya (MENGGEDO PINTU DAN NYELONONG
MASUK) Mana Siman!?

IBU : Siapa lagi itu (MEMBUKA PINTU) Dia tidak ada disni.

TONO: Jangan berbohong, kalian pasti umpetkan Siman disini, Adikku Mini tak sengaja melihat Siman
pergi mengarah kesini.

SINA : Dia tidak ada disini !

MINI : Itu bang Sina, sinah gatal yang ingin merebut bang Siman dariku.

TONO : Jadi kau sina gadis gatal itu sina. Ehh sadar diri kau itu cacat. Eh Sudro, mau kaupunya
adik ipar cacat seperti dia ?

SUDRO: Ihh, amit amitt punya adik miskin dan menantu cacat seperti mereka.

SINA : Berhenti ! Berhenti menghina keluarga kami. Pergi dari sini!

MINI : Siman ! kamu didalam ?? (INGIN MASUK KE KAMAR)

IBU : Sudah saya bilang Siman tidak ada disini !

MINI : Saya tidak percaya, kalian pasti umpatkan Siman didalam kamarkan.

IBU : Tidak, Siman tidak ada di dalam!

SINA : Berhenti! saya bilang berhenti !! (MENGACUNGKAN PISAU) Mau saya bunuh !

SUDRO : Sinah cacat jangan bermimpi kamu jadi adik ipar saya ya, Siman hanya untuk Mini

MINI : Iya Siman hanya untuk aku seorang, Jangan menggodanya dia hanya mencintai aku.

SINA : Ohh ya, tapi buktinya Siman lebih memilih aku.

MINI : (INGIN MENAMPAR) Kurang ajar !!

SINA : (MENGACUNGKAN PISAU LEBIH DEKAT) Apa ! Keluar !! Ingin saya bunuh ! (terus
mengacungkan pisau smapai keluar pintu)

IBU : Sombong sekali mereka! Tapi mana ayah mu ini ??

SINAH : Tidak tahu, Ah, gila! Aku sudah tidak tahan lagi! kita kita harus membunuhnya. Aku mau pergi
dari sini.
IBU : Kau pergi ke mana? Ke kota? Kau kira orang akan memperhatikan kau dikota? SINAH kota cantik-
cantik.

SINAH : Kenapa ayah belum kembali juga? (DUDUK) Sudah lebih dari satu jam!

IBU : Baru lima menit. (MENDADAK BANGUN) Apa itu?

SINAH : Apa?

IBU : Langkah orang.

SINAH : Dimana?

IBU : Diluar, ayahmu, barangkali.

SINAH : Aku tak dengar apa-apa.

IBU : Itu pasti ayahmu! Dia pasti akan melakukan tugasnya!

SINAH : Dia itu pengecut, bu!

IBU : (BERUBAH) Seperti ada yang mengintip kita.


SINAH BERDIRI DAN BERJALAN KEARAH SEBUAH PETI DIDEKAT API, MENCARI-CARI
DIDALAMNYA.

IBU : Sedang apa kau?

SINAH : Lihat pisau ini? Biarkan aku saja yang menyelesaikannya!

IBU : Duduk saja kau. Ayahmu segera kembali.

SINAH : (SEDANG MENCARI SESUATU DALAM PETI LAIN) Aku bisa gila, menunggu, bu!
(BERDIRI DENGAN KAMPAK DITANGANNYA) Pisau ini tidak begitu tajam, tetapi cukup kuat untuk
membunuh.

IBU : Apa maksudmu?

SINAH : (PASANG LAMPU DIMEJA) Diam, kita bereskan sendiri saja.

IBU : (BANGUN) Kita tunggu saja, Sinah! Jangan gegabah! Dia itu laki-laki!

SINAH : Dia kurus dan lemah. Ibu ambil saja sarung itu, lemparkan diatas kepalanya dan sekap agar dia
tidak bersuara. Tahan yang kuatA (IBU MENGAMBIL SARUNG, SINAH MENGANGKAT LAMPU)
Biar aku yang akan menusuknya!

IBU : (JALAN KEARAH KAMAR ORANG ASING) ibu takut, Sinah! Ya tuhan!

SINAH : Ibu diam sajalah! (PELAN-PELAN MEREKA MASUK KEDALAM KAMAR)

SINAH DIDEPAN, TERDENGAR GERAK-GERIK PELAN-PELAN. TERIAKAN, PUKULAN,


RINTIHAN YANG BERHENTI KERENA PUKULAN. (PUKULAN YANG KUAT BERTUBI-TUBI
SELAGI INI BERLAKU. IBU KELUAR KAMAR, MENGELUH. PUKULAN BERHENTI)

IBU : (HABIS TENAGA, JATUH DIKURSI DISAMPING MEJA) Ya, Tuhan, berhenti, sinah! Berhenti,
demi Tuhan....
SINAH KELUAR KAMAR PELAN-PELAN, LAMPU DITANGAN KIRI, PISAU DITANGAN KANAN
DIPEGANG KUAT. NAFAS TERENGAH-ENGAH.

IBU : (HENTIKAN KELUHANNYA) kau gila, sinah!

SINAH : Ibu, tanganku gemetar!

IBU : Kau gila! kau terus saja tusuk dia! Tetapi apakah kau mendengar dia berteriak?

SINAH: Entahlah, aku sudah tidak bisa mendengar apa-apa lagi.

IBU: Saat aku menyekapnya dan kau menusuknya, dia berteriak ibu! Ibu! Ibu!

SINAH : (BERDIRI) Entahlah, itu tidak penting sekarang!

IBU : Dia mungkin memanggil ibunya. Sayangnya, ibunya tak akan pernah tahu.

(HENING SEJENAK)

IBU: kau gila Sinah! Kau biadab! Kau terus menusuknya!

SINAH : Aku tidak bisa mengendalikan diriku sendiri, bu.

IBU : Aku benci padamu.

SINAH : Aku tahu! Aku juga membencimu!

IBU : Kenapa kau masih saja pegang pisau itu?

SINAH LEMPARKAN PISAU KEDALAM PETI. IA MEMBALIK DAN DUDUK DIKURSINYA.

IBU : Sudahlah. Dia takkan lagi bergerak. Ayahmu mesti kubur dia dihutan sekarang. Atau besok. Kita akan
pergi dari sini. Sebelum musim hujan. Kita tak akan miskin lagi. (TERDENGAR SAYUP-SAYUP
DILUAR, AGAK JAUH) Apa itu? Ayahmu pulang. (SUARA BERTAMBAH KERAS) Siap-siaplah. Ia
tidak sendiri. Pasti dia bersama temannya. Kau simpan pisau itu!

SINAH : (CEPAT BERDIRI DAN MENYIMPAN PISAU) Kita katakana kepada ayah bahwa kerja sudah
selesa! Kita akan kaya raya, bu!

IBU : (MENYELA) Lihat ayahmu! Siapa bersama dia! Dasar gila! Kenapa dia membawa orang lain ke
rumah kita!

SINAH : Dia mabuk berat (ORANG KETUK-KETUK PINTU)

IBU : Atau dia ditangkap, pasti ada orang yang telah tahu rencana kita, bagaimana ini Sinah?

SINAH: Sudahlah bu, buka saja pintunya!

IBU: (KEPINTU DAN MEMBUKANYA)

AYAH MASUK DALAM KEADAAN MABUK BERAT DIRANGKUL OLEH TUKANG WARUNG
BERSAMA ANAKNYA

ANAK 1: Selamat malam, bu. Kami bawa pulang suamimu.

IBU : Pak...?
TUKANG WARUNG : Dia mabuk berat di warung saya dan kelihatannya dia tidak bisa pulang sendiri,
karena itu aku mengantarnya. Dia dari tadi selalu bilang harus pulang karena ada pekerjaan penting. Jadi
saya ingin membantunya pulang.

AYAH TERTIDUR, TERJATUH DILANTAI DEKAT KAMAR.

TUKANG WARUNG : Dia hanya mabuk saja, kasih saja air seteguk, setelah itu biarkan dia istirahat.

ANAK TW 2: Kenapa bapak ingin mabuk, bu? Bukankah hari ini adalah hari bahagia?

TUKANG WARUNG : Benar, kenapa harus mabuk ke warung saya? Kenapa dia tidak merayakan hari
bahagia bersama kalian di rumah?

IBU : Hari bahagia, maksudnya?

ANAK TW 1 : Sebenarnya kita sudah tahu dari siang tadi, bu. Awalnya saja juga terkejut.

ANAK TW 2: Benar bu kita juga sudah tahu, bahkan kita yang pertama kali mengenalinya, karena kita
adalah temannya saat kecil.

IBU : (PADA TUKANG WARUNG) jadi kalian semua sudah tahu?

TUKANG WARUNG : Benar bu, kami sudah tahu.

IBU : Tenang saja pak, bapak tentunya akan mendapatkan bagiannya.

TUKANG WARUNG : Tidak perlu bu, kami sudah ikut gembira jika ibu gembira.

IBU : Tidak! Tidak! Kau harus mendapatkan bagiammu agar kau bisa tetap diam. Tapi bagaimana ceritanya
kau bisa tahu? Apakah suamiku yang menceritakan semuanya?

TUKANG WARUNG : Tidak bu, saya tahu sendiri. Siang tadi dia datang ke warungku, aku tidak
mengenalinya, tetapi anak-anakku mengenalnya.

ANAK TW 1: Benar bu. kita adalah temannya kecil, jadi kita tidak lupa dengan wajahnya. Dia juga
bercerita dengan kitatentang rencananya untuk mengejutkan kalian?

IBU: Rencana yang akan mengejutkan kami? Apa maksudnya?

TUKANG WARUNG: Ah itu tidak penting sekarang bu, yang terpenting adalah selamat atas kembalinya
anak laki-laki kalian.

ANAK TUKANG WARUNG MELAMBAI-LAMBAI DENGAN GELASNYA, BICARA BERRAHASIA.

IBU : (TAK SADAR) Anak, anak laki-laki. (TERJATUH)

SINAH: Anak laki-laki? Apa maksud kalian?

ANAK TW 2: Bukankah kalian semua sudah tahu?

SINAH: Maksudnya?

ANAK TW 1: Dia ingin mengejutkan kalian dengan berpura-pura sebagai orang kaya yang tersesat di
hutan.

SINAH: Siapa yang kau maksud? Dia itu siapa?


IBU MENUNDUK MELIHAT KEARAH MEJA

IBU: (DENGAN NANAR) Anak laki laki?

ANAK TW 1 : (KERAS) Kenapa kalian bingung?

ANAK TW 2 : iya kenapa kalian bingung ? apa dia tak datang kemati?

SINAH : Dia datang. (JATUH)

TUKANG WARUNG : Kenapa kalian tidak gembira?

IBU : Ia berteriak “IBU.” Ia terus berteriak “IBU”!

TUKANG WARUNG : Tentu dia akan berteriak, dia pasti merindukanmu!

IBU: Dia terus memanggil ibu! Kau terus saja menusuknya sinah!

SINAH : Berhenti, ibu!

TUKANG WARUNG : Ada apa ini, apa yang telah kalian lakukan? (TUKANG WARUNG DAN
ANAKNYA MUNDUR) Kenapa kau memandang seperti itu? Apakah dia tidak menceritakan bahwa dia
anakmu?

SINAH : Tidak.

ANAK TW 1 : Apa yang telah kalian lakukan? Dimana dia sekarang?

IBU : Dia berteriak “IBU”! Dia memanggil ibunya! Dia memanggilku!

ANAK TW 2: Apa yang kalian telah lakukan? Kalian telah... (TUKANG WARUNG MEMANDANG,
TERUS MUNDUR PERGI)

ANAK TW 1: (MELIHAT SINAH) Lihat tangannya, ayah! Tangannya penuh darah!

TUKANG WARUNG : Apa yang telah kalian lakukan! (LARI)

IBU: Dia memanggilku! Dia membanggilku “IBU”, anakku! Ini ibumu nak!

SINAH : Berhenti ibu!

IBU: tidak!!!!
TAMAT.

Anda mungkin juga menyukai