Anda di halaman 1dari 9

NASKAH DRAMA 1 BABAK

“BAPAK”

Adaptasi dari Naskah “Ayahku Pulang” Karya Usmar Ismail.

Tokoh
- Saleh (Bapak)
- Tina (Ibu)
- Narti
- Munah
- Asih

SEBUAH RUANG TAMU DI RUMAH SEDERHANA. PERABOTAN MEJA KURSI


SEADANYA. SENJA ITU, MALAM HARI RAYA IDUL FITRI. SETELAH ADZAN
MAGHRIB, TERDENGAR SUARA TAKBIR BERSAHUTAN. SESEKALI TERDENGAR
SUARA GELUDUK, TANDA AKAN HUJAN.
TERLIHAT ASIH BERPAMITAN KEPADA IBU UNTUK MENGANTARKAN PESANAN
KUE. SEMENTARA IBU SIBUK MEMINDAHKAN KUE DARI LOYANG KE TOPLES.
SESEKALI, IBU TERLIHAT MELAMUN. MATANYA KOSONG. TIDAK LAMA
KEMUDIAN, NARTI MASUK RUMAH.

Narti : Assalammualaikum..

Ibu : Wa alaikummussalam..

NARTI MASUK KAMARNYA UNTUK GANTI BAJU. LALU KEMBALI MASUK RUANG
TAMU.

Ibu : Besok kamu libur ?

Narti : Narti shift siang bu.. Alhamdulillah..

IBU MENGHENTIKAN KEGIATANNYA, DIA BERJALAN MENUJU PINTU. MATANYA


MENERAWANG SENDU.

Ibu : Pada malam lebaran inilah, bapakmu pergi.. tanpa meninggalkan sepatah
katapun.

Narti : (hanya menghela nafas)

Ibu : Esoknya.. setelah sholat, ku ampuni dosa dosa.

Narti : Tiap malam lebaran ibu pasti begini.. selalu mengenang orang yang sudah lupa
pada kita.

Ibu : Ibu rasa, bapakmu masih ingat kepada kita.

1
Narti : (mengalihkan pembicaraan) Asih kemana, bu..?

Ibu : Mengantarkan kue pesanan bu Lurah.

Narti : hhh.. harusnya Asih tidak perlu lagi bersusah payah di malam lebaran ini.

Ibu : Biarkan adikmu belajar mencari nafkah. Kelak, dia bisa membantu suaminya.

Nari : Bagaimana dengan lamaran calonnya Asih, bu ?

Ibu : Asih tidak mau melangkahimu & Munah. Tapi pihak keluarga pacarnya, sudah
mendesak.

Narti : Apa salahnya, bu ? Mereka kan banyak uang.

Ibu : (bernada agak keras) Uang, narti ? ...

MEREKA TERDIAM SEJENAK. NARTI MENUNDUK.

Ibu : Bapakmu seorang hartawan.. tanah dimana mana.. punya uang banyak. Kami
bahagia sewaktu kawin dulu.. Seperti pohon yang sudah besar.. kemudian runtuh.. karena.. Uang,
Narti ! Tidak.. aku tidak mau adikmu bersuamikan seorang hartawan.. cukup aku saja yang
mengalami derita ini.. Biarlah Asih bersuamikan orang biasa, tapi memiliki kebaikan budi..

Narti : Tapi kalau bisa dapat dua duanya bu ? ada harta.. ada budi.

Ibu : Mau nyari dimana ? Adikmu hanya gadis biasa.. kita orang susah. Kamu tahu
sendiri kan, berapa sisa tabungan kita ?

Narti : (menggeleng) Ini semua terjadi gara gara Bapak. Hingga adik adiku harus
menderita. Tapi kita harus mengalahkan kesulitan ini.. ini kewajiban Narti, bu.. Narti akan
berusaha keras.

Ibu : Tapi kamu juga wajib memikirkan masa depanmu. Munah & Asih nunggu kamu
kawin.

Narti : ( sambil mengambil air minum) Narti belum mau mikirin itu bu.. sebelum Ibu &
adik adik bahagia merasakan hasil jerih payahku.

NARTI KELUAR RUANG TAMU SEJENAK. IBU KEMBALI MENERAWANG DEKAT


PINTU. NARTI KEMBALI MASUK.

Ibu : (kembali sedih) Waktu Bapakmu pergi di malam lebaran itu.. kupeluk kalian,
anak anakku.. hatiku hancur..

2
Narti : Sudahlah bu.. buat apa terus mengenang orang itu. Kita juga tidak tahu.. apakah
dia masih hidup atau sudah mati.

Ibu : Siapa tahu, Bapakmu masih hidup.

Narti : (mengecap) hhh...

MUNAH MASUK RUANG TAMU. WAJAHNYA TERLIHAT GEMBIRA. DIA MEMBAWA


BARANG BELANJAAN.

Munah : Assalammualaikum..

IBU & NARTI MENJAWAB SALAM BERSAMAAN.

Narti : Tumben pulang telat, Mun ?

Munah : Tadi lembur sebentar, Mbak.. trus aku ke pasar.. Bu, besok Munah libur.

Ibu : Alhamdulillah..

MUNAH KELUAR UNTUK GANTI BAJU. IBU KEMBALI MENERAWANG DEKAT


PINTU. SUARA TAKBIR TERDENGAN SEDIKIT LEBIH KERAS.KEMUDIAN MUNAH
KEMBALI MASUK. DIA DUDUK MENDEKATI NARTI.

Munah : Mbak.. tadi pas di pasar.. aku sekilas melihat orang tua yang mirip banget sama
bapak.

Narti : (agak cuek) oh gitu,..

Munah : Tadi aku juga ketemu pak Tirto.. Pak Tirto cerita, beliau juga melihat seorang
tua yang mirip Bapak.. Pak tirto mau menghampiri, tapi orang tua itu menghilang di antara
kerumunan.

Narti : Ah.. tidak mungkin dia ada di sini.

IBU MENOLEH. KEMUDIAN IKUT BICARA.

Ibu : Ibu pernah dengar kabar. Bapakmu hidup di Singapur..dia punya toko kain.. Ibu
dengar kabar juga.. katanya, hidupnya mewah.

Narti : (ketus) Tapi di sini, anaknya makan lumpur.

GERIMIS MULAI TURUN. IBU MENUJU PINTU. DIA KELUAR RUMAH.

Nari : (mendekat ke munah) Beneran, Mun. Pak Tirto melihat orang tua itu ?

3
Munah : Iya, Mbak. Pak Tirto yakin, kalau orang itu adalah Bapak..kan Pak Tirto teman
Bapak. (diam sejenak) Kamu masih ingat wajah Bapak, mbak ?

Narti : (hanya menggeleng)

Munah : Harusnya kamu masih ingat.. aku saja masih ingat betul wajah Bapak.

Narti : (ketus) Sudah kupaksa diriku untuk melupakannya.

IBU KEMBALI MASUK. MATANYA SEMBAB.

Ibu : Kalau saja Bapakmu pulang malam ini.. Tentu, dia bisa berlebaran dengan kita
semua.

Narti : Itu mustahil terjadi, bu..

ASIH MASUK RUMAH.

Asih : Assalammualaikum..

IBU, NARTI & MUNAH MENJAWAB SALAM BERSAMAAN.

Asih : Bu.. Mbak..Dekat jembatan situ.. Asih tadi lihat ada seorang bapak tua. Dia terus
melihat ke arah rumah kita.. dia berteduh di bawah pohon mangga. Sepertinya di seorang
pengemis... Asih ajak bapak itu kemari untuk makan bersama kita..

ASIH KEMBALI KELUAR. MEMANGGIL SESEORANG. MUNAH SEGERA MENGIKUTI


ASIH
TIBA TIBA SUASANA HENING. SUARA TAKBIR BERCAMPUR GERIMIS.
TERDENGAR SUARA PRIA BATUK BATUK. LALU, ASIH MASUK KEMBALI
BERSAMA SEORANG PRIA TUA.

Saleh : Assalammualaikum..

MUNAH MENDEKAT KE SALEH. BERSIMPUH, LALU MENCIUM TANGANNYA.

Munah : Bapak.. ini munah pak...

Saleh : Munah.. waktu aku pergi dulu.. kamu masih kecil sekali.. (membelai rambut
munah)

Ibu : Saleh.. ? (mata berkaca kaca)

Saleh : Tina... ?

4
Asih : Ibu... mba munah sudah kenal ..? (bingung)

Ibu : Kau kah itu, Saleh ..?

SALEH MEMANDANGI SEMUA ANAK ANAKYA. MATA NARTI MENATAP LEKAT,


TAPI KEMUDIAN DIA LANGSUNG MEMBUANG MUKA. MUNAH SEAKAN TIDAK
PERCAYA DENGAN APA YANG DILIHATNYA.ASIH NAMPAK AGAK BINGUNG.

Ibu : Kau banyak berubah, Saleh..

Saleh : (gemetar) Ya, Tina.. dua puluh tahun perceraian telah merubah semuanya..
(kembali memandangi anak anaknya) ... ini.. anak anak kita ?

Ibu : Mereka sudah besar.. Mari duduk..

Saleh : (gugup) Apa ? .. aku boleh duduk ..?

Ibu : Duduklah.. (kepada anak anak) Nak, Bapakmu pulang..

ASIH IKUT MENDEKAT & MENCIUM TANGAN SALEH.

Saleh : (agak bingung, tanya kepada ibu) Ini siapa ?

Ibu : Asih.. sebelum kau pergi.. aku telah mengandungnya.. aku belum sempat bilang
padamu..

Saleh : Ya Allah... kamu cantik.. seperti ibumu... (gugup, gemetar) aku tidak tahu harus
berkata apa lagi.. terlalu bahagia..

Ibu : (haru) ya.. aku kira, inilah bahagia yang paling besar.. Anak anak sudah punya
pekerjaan sendiri.. Narti kerja di pom bensin.. Munah jadi kasir.. dan asih membantuku
menerima pesanan kue.

Saleh : (batuk batuk) Sepuluh tahun aku menjadi seorang saudagar besar di singapur.
Aku punya toko kain dengan pegawai berpuluh-puluh orang... Tapi malang bagiku, toko itu
habis terbakar.. Lalu., saham-saham yang ku beli merosot semua nilainya sehabis krisis ini.
Sesudah itu . segala yang ku kerjakan tak ada lagi yang sempurna.,, Sementara aku sudah mulai
tua.. lalu tempat tinggalku, keluargaku, anak, istriku tergambar kembali di depan mata dan
jiwaku... kalian .. (batuk keras)

SALEH MEMANDANG NARTI.

Saleh : Narti.. maukah kamu memberikan bapak segelas air.. ?

NARTI HANYA DIAM.

5
Ibu : Narti, harusnya kamu gembira, nak.. Bapakmu ini..

NARTI HANYA MELIRIK. MUNAH LALU BANGKIT MENGAMBILKAN MINUM.

Narti : Munah !! .. kapan kita punya seorang bapak ?!

MUNAH BERHENTI SEJENAK. LAU TETAP MENGAMBIL MINUM.

Ibu : Jaga bicaramu, Narti.

Munah : Mbak ..

Narti : Kita tidak punya bapak, Mun !! .. Kalau kita punya bapak., lalu apa perlunya
kita membanting tulang selama ini?.. Jadi budak orang!.. Waktu aku berumur delapan tahun, aku
dan Ibu hampir saja terjun ke dalam laut, untung Ibu cepat sadar. Dan kalau punya bapak., lalu
apa perlunya aku jadi anak suruhan waktu aku berumur sepuluh tahun ?! Kita tidak punya
bapak, Mun !! ..kita besar dalam keadaan sengsara. Rasa gembira didalam hati sedikitpun tidak
ada. Dan kamu,. Lupakah kamu waktu menangis di sd dulu? Karena kamu tidak bisa membeli
boneka seperti kawan-kawanmu yang lain... Dan kamu pergi ke sekolah dengan pakaian yang
sudah robek.. tambalan sana-sini? Itu semua, terjadi karena kita tidak punya bapak !!

IBU & ASIH MULAI MENANGIS. GERIMIS SEDIKIT LEBIH DERAS.

Munah : Mbak.. ibu saja sudah memafkan bapak.. kenapa kita tidak ?

Narti : Itu urusan ibu !! Asal kamu tahu, Mun.. Waktu aku kecil dulu, aku pernah
menangis dipangkuan Ibu karena lapar, dingin dan penyakitan.., dan Ibu selalu bilang “Ini semua
adalah kesalahan Bapakmu.., ” Lalu kemudian aku jadi budak suruhan orang!. Dan Ibu jadi babu
mencuci pakaian kotor orang lain ! ..Tapi aku berusaha bekerja sekuat tenagaku !.. Aku buktikan
kalau aku dapat memberi makan keluargaku ! Aku berteriak kepada dunia, aku tidak butuh
pertolongan orang lain ! Ya !!.. orang yang meninggalkan anak dan isterinya dalam keadaan
sengsara... Waktu aku berumur delapan belas tahun,. yang selalu terbayang di ruang mataku
hanya gambaran Bapak ku yang telah sesat !.. Dia melarikan diri dengan seorang pelacur, yang
lalu menyeretnya kedalam lembah dosa !! Dia lupa pada anak dan isterinya !. Hutangnya yang
ditinggalkan kepada kita bertumpuk tumpuk !.. Sampai-sampai buku tabunganku yang disimpan
Ibu, ikut hilang juga bersama Bapak yang minggat itu !!
NARTI LEBIH MENDEKAT KE MUNAH.

Narti : Kamu rasakan sendiri kan ? .. masa kecil kita sangat tersiksa. Jadi.. kalau kita
punya bapak, Mun !! .. Bapak itulah musuhku yang paling besar !!

Ibu : Ya Allah.. Narti

Asih : (menangis) Mbak...

Munah : Mbak.. ! lihat Bapak yang sekarang.. bapak sudah tua mbak..

6
Narti : Sering benar kamu ucap “bapak” kepada orang yang tidak berarti ini ?!! Hanya
gara gara, ada seorang tua yang datang kemari.. trus dia ngaku ngaku bapak kita.. terus kamu
sebut dia Bapak ?!! .. (menarik munah) Lihat !! .. apa kamu benar bisa merasakan, kalau kamu
sedang berhadapan dengan Bapak mu ?!! ..

Munah : (mulai menangis, tapi berusaha tegar) Kita adalah darah dagingnya, Mbak..
seburuk apapun kelakuannya.. kita tetap anaknya yang harus merawatnya.

Narti : Ooooh.. jadi ini kewajiban kita ?.. saat dia sudah tua.. sudah kere pula.. kita yang
merawatnya? enak betul !!

Ibu : (keras, sambil menangis) Sampai hati benar kamu berkata seperti itu pada Bapak
kandung mu.. !

Narti : Bapak kandungku sudah mati !!

Ibu : (terkejut, mendekat) Apa, Narti ?!

Narti : Mati !! .. Mati dua puluh tahun yang lalu !!

IBU MENAMPAR NARTI DENGAN KERAS. NARTI SEMPAT TERSUNGKUR.


SUASANA HENING. GERIMIS MENJADI HUJAN. SUARA TAKBIR MEREDUP.

Saleh : (batuk) Aku memang berdosa dulu itu..Aku mengaku..itulah sebabnya aku
kembali pada hari ini... Pada hari tuaku untuk memperbaiki kesalahan dan dosaku. Tapi ternyata
sekarang.... yah, benar katamu Narti. Aku seorang tua.. dan aku tidak bermaksud untuk
mendorong-dorongkan diri.. agar diterima di tempat yang tidak menginginkanku..

SALEH BERDIRI. BERJALAN TERSEOK MENDEKATI NARTI.

Saleh : Tahukah kau Narti., bagaimana sedih rasa hatiku.. Aku yang pernah dihormati,
orang kaya yang punya uang berjuta-juta banyaknya, sekarang diusir layaknya pengemis oleh
seorang anak kandungnya sendiri.... Baiklah.. aku akan pergi .. aku tidak akan mengganggu
kalian lagi.

SALEH MELANGKAH MENUJU PINTU. MUNAH SEGERA MENAHAN SALEH.

Munah : Bapak .. !! kalau mbak Narti tidak mau menerima Bapak.. Munah yang akan
menerima Bapak.. Munah tidak peduli..

MUNAH MENAHAN TANGAN SALEH. NARTI MENDEKAT, MELEPASKAN


GENGGAMAN TANGAN MUNA DARI TANGAN SALEH.

Narti : Munah !! apa kamu pernah mendapatkan kebaikan dari orang tua ini ?!! Aku
sering mendapatkan tamparan juga tendangan dari dia !! .. Ingat.. ! siapa yang membesarkan

7
kamu ?! .. kamu lupa ?! .. akulah yang membiayaimu selama ini.. dari penghasilanku sebagai
kacung suruhan.. !! Bapak mu yang sebenarnya adalah aku !!

Asih : Kamu menyakiti hati Ibu, Mbak.. (menangis tambah keras)

Narti : (makin kalap) Kamu juga ikutan membela dia ?! .. Sedangkan buatmu.. aku juga
bertindak sebagai bapakmu selama ini !! .. Baiklah.. pelihara orang tua itu.. kalau kalian memang
cinta padanya..

TANGISAN IBU & ASIH SEMAKIN KERAS. HUJAN PUN IKUT DERAS.

Saleh : Aku tidak ingin kalian bertengkar.. aku saja yang pergi... bagiku, tidak ada jalan
untuk kembali..

SALEH SEMAKIN DEKAT KE PINTU. MUNAH & ASIH MENGHAMPIRI.

Munah : Apa bapak punya uang..? Bapak sudah makan..?

Asih : Kemana bapak akan pergi ? (terisak)

Saleh : Tepi jalan.. atau dalam sungai sekalian.. sama saja.. Aku cuma pengemis
sekarang.. Seharusnya, aku malu untuk masuk kedalam rumah ini lagi.. Ya, sudah tiga hari aku
berdiri di depan sana,.. tapi aku malu.. tak sanggup sebenarnya untuk masuk kesini. Aku sudah
tua, dan .... (saleh membelai kepala munah & asih) Asslammualaikum..

SALEH KELUAR RUMAH. SUARA BATUKNYA LENYAP DITELAN HUJAN & SUARA
TAKBIRAN. MUNAH BERTERIAK MEMANGGIL SALEH.

Ibu : (menangis) malam hari raya dia pergi.. lalu datang untuk pergi lagi.. Ya Allah..

Asih : (tersedu sesak) Besok hari raya, Mbak.. ! Tidak bisakah mbak Narti memaafkan
Bapak ?!

Munah : (menangis keras) Dalam hujan lebat seperti ini.. Mbak Narti usir Bapak pergi..
kemana Bapak akan pergi setua itu ?!

Narti : Jangan kalian melihat aku sebagai terdakwa !! .. kenapa kalian cuma
menyalahkan aku saja ?!! .. Aku sudah hilangkan semua rasa itu.. Sekarang kalian harus pilih..
dia atau aku !!

Munah : (meledak marahnya) Tidak !! .. aku akan panggil kembali Bapakku pulang..
Bunuh aku kalau mbak Narti mau.. ! Bapakku pulang ! ..

MUNAH BERLARI KELUAR RUMAH. ASIH MENGEJAR. IBU BERLARI KE ARAH


PINTU, TAPI TERLALU LEMAH.

8
Ibu : Munaaah... !! Asihhh..!! Ya Allah.. (menangis sejadinya) Ampuni anak anakku
ya Allah.. Ampuni keluargaku.... Ya Allah..

IBU MASIH TERUS MENANGIS. NARTI HENDAK KELUAR MENGEJAR, TAPI BATAL.
DIA MASUK KEMBALI. MUNCUL RAUT PENYESALAN DI WAJAHNYA. HUJAN
MASIH DERAS. SUARA TAKBIR MASIH SALING MENYAHUT. KEMUDIAN
TERDENGAR SUARA TANGIS MUNAH & ASIH. MEREKA MASUK RUMAH.
MEMELUK KOPIAH SALEH.

Narti : (menahan air mata) Bapak dimana.. ?

Ibu : Mana Bapakmu, Nak.. ?

Asih : (menangis) Kami terlambat..

Munah : (jerit tangis) Bapak terjun kedalam sungai !! ..

Ibu : (berteriak sejadinya) Saleh !! .. Saleehh !! .. Ya Allah..

IBU PINGSAN. MUNAH & ASIH MENJERIT PANIK. NARTI LEMAS SEKETIKA. ASIH
IKUT PINGSAN.

Narti : (menangis penuh penyesalan) Dia tidak tahan menerima penghinaan dariku.. Dia
yang biasa dihormati.. (mengambil kopiah saleh & memeluknya) Dia yang angkuh.. ya.. angkuh
seperti diriku.. Bapakku.. !! Aku telah membunuh Bapak ku.. !! Bapaaakk !! Bapaaakk !!

NARTI BERLARI KELUAR RUMAH SAMBIL BERTERIAK TERIAK SEPERTI ORANG


GILA.
TERIAKAN MUNAH MENUTUP KISAH INI.

Anda mungkin juga menyukai