Anda di halaman 1dari 14

Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS)

Universitas Lampung
www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

NYANYIAN ANGSA
Karya: Anton Chekov
Saduran: Djohan A. Nasution

Para Pelaku;
Vasili Svietlovidoff ( Seorang Komedian, 68 tahun )
Nikitushka Ivanitch ( Seorang Prompter/Pembisik, tua )

Skema ini terjadi di atas pentas sebuah teater daerah, malam hari, setelah pementasan
selesai. Di sebelah kanan keadaannya tak teratur, dan ada pintu-pintu usang tak bercat
ke kamar-kamar pakaian. Di sebelah kiri dan di latar belakang pentas disesaki oleh
macam-macam barang usang. Sedang di bagian tengah ada sebuah kursi polos
terjungkir.

Svietlovidoff : (dengan lilin di tangannya, keluar dari kamar pakaian


dan tertawa).
Ya,ya. . . Ini gila sekali! Sungguh ini lelucon yang bagus! Aku . . .
jatuh tertidur di kamar pakaian setelah pementasan habis. Dan di
situ aku dengan tenang mengorok setelah semua orang
meninggalkan gedung teater ini.
Ah! Aku memang orang tua yang tolol, si tua yang sialan!
Kiranya aku telah minum lagi, sehingga aku jatuh tertidur di
dalam sana, tergeletak. Sungguh pintar! Selamatlah kau pemuda
gaek !.
(memanggil) Yegorka! Petrushka! Di mana kalian setan?!
Petrushka!, Kedua bajingan itu tentulah sudah tertidur, dan

1
Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS)
Universitas Lampung
www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

meskipun gempa takkan membangunkan mereka sekarang!


Yegorka!.
(mengambil kursi polos, lalu duduk setelah meletakkan lilin di
atas lantai)
Tak ada suara! Hanya gema yang menyahut aku. Aku beri
Yegorka dan Petrushka persen setiap hari, dan sekarang mereka
telah hembus dan mungkin sekali telah mengunci teater ini.
(mengoyang-goyangkan kepalanya)
Aku mabuk! Ugh!. Pementasan malam ini sangat menggembirakan
dan alangkah gilanya jika dipikir berapa banyak bir dan anggur
yang telah kutuang kedalam tenggorokan untuk menghormati
peristiwa ini. Luar biasa! Rasanya tubuhku ikut tenggelam
seluruhnya dan kurasa macam ada duapuluh lima lidah dalam
mulutku.
Sungguh gila! Tolol sekali! Si jahanam yang malang dan gaek ini
telah mabuk lagi, dan bahkan tidak tahu apa sebenarnya yang dia
rasakan! Ugh!. Kepalaku remuk, seluruh tubuhku menggeletar,
dan aku merasa gelap lagi dingin macam di dalam kolong di
bawah tanah. Bahkan jika aku tidak lupa hancurnya kesehatanku,
semestinyalah aku harus ingat umurku, betul-betul sigaek yang
tolol aku ini! Ya, umurku telah tua! Tak ada guna lagi.
Dan aku berlakon tolol, pongah dan pura-pura muda, padahal
hidupku sekarang telah usai. Kuciumi juga tanganku yang telah
enam puluh tahun berlalu dan yang tak mungkin dapat kulihat
kembali! Aku kekosongan botol itu, hanya tinggal beberapa tetes
lagi didasar, itupun Cuma kerak-keraknya, ya, demikianlah
halnya, Vasili, pemuda gaek. Waktu telah tiba bagimu untuk

2
Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS)
Universitas Lampung
www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

melatih peranan sebagai seorang mummy, biar kau sukai itu atau
tidak. Kematian kini sedang di perjalanan menujumu.
(melotot keatas) Aneh sekali, meskipun aku telah berada di
pentas empat puluh tahun selama ini, tetapi baru untuk pertama
kali inilah aku menyaksikan gedung teater ini malam hari, setelah
lampu-lampunya dipadamkan. Untuk pertama kalinya!
(berjalan bangkit ke arah lampu kaki) alangkah gelapnya disini.
Aku tak dapat melihat apa-apa. Oh,ya aku dapat juga melihat
lobang tempat si pembisik dan mejanya, terbaring di dalam liang
yang gelap, hitam, tak berdasar, macam kuburan dimana maut
mungkin lagi bersembunyi . . . . .rrr. betapa dinginnya ini, angin
berhembus dari teater kosong ini seperti keluar dari terowongan
batu. Ini tempatnya hantu! Tengkukku menjadi bergidik.
(memanggil) Yegorka! Petrushka! Dimana kalian berdua?!. Apa
yang menyebabkan aku merasa benda-benda di sekitar ini
menyeramkan ha?. Aku mestinya diberi minuman, aku seorang
tua, aku takkan tahan hidup lebih lama lagi. Pada usia 68 tahun
orang pergi ke gereja dan bersiap-siap untuk kematian, tetapi aku
di sini, ya Tuhan! Anak yatim tua ini mabuk dalam pakaian
tololnya – aku tak pantas kelihatan begini. Aku mesti pergi untuk
menukarnya sekali………. Ini memang tempat maut, dan aku
tentu mampus ketakutan ketakutan kalau duduk di sini
semalaman ini.
(keluar menuju kamar pakaian, dan di waktu itu jugalah
Nikitushka Ivanitch tiba-tiba muncul dengan berpakaian serba
putih dari luar pakaian di ujung pentas. Svietlovidoff yang
melihat, Ivanitch menjerit kaget sambil mundur kebelakang):

3
Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS)
Universitas Lampung
www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

Siapa kau? Apa? Apa perlu kau? (menghentakkan kaki) Siapa kau?
Ivanitch : Ini Aku, tuan……..
Svietlovidoff : Siapa kau?
Ivanitch : (datang mendekati perlahan) ini aku, Tuan,
si Pembisik, Nikitushka Ivanitch. Ini aku, tuan, aku!
Svietlovidoff : (Terhenyak doyong ke kursi, bernafas sesak
dan menggeletar hebat).
Ya, Tuhan! Siapakah kau! Itu . . . kau, kaukah Nikitushka? Apa
yang kau perbuat di sini?
Ivanitch : Aku menginap malam ini di dalam kamar
pakaian. Mohon sekali, jangan kau beritahukan kepada Alexi
Fomitch. Aku tak punya tempat lain untuk menginap malam ini,
sungguh-sungguh, tak punya.
Svietlovidoff : Ah! Kiranya kau itu Nikitushka, bukan?.
Cobalah pikir, menyeruku enambelas kali. Mereka memberikan
tiga bungkus bunga dan banyak lagi benda-benda yang lain.
Antusias mereka sudah melonjak-lonjak, namun telah tiada
sebuah hatipun datang setelah pementasan selesai untuk
membangunkan orang tua yang malang dan mabuk ini, lalu
membawanya pulang kerumah. Dan akulah orang tua itu
Nikitushka! Aku telah berumur enampuluh delapan tahun, sakit-
sakitan lagi, dan aku tak punya harapan lagi untuk hidup.
(jatuh memeluki leher Nikitushka Ivanitch lalu menangis)
Jangan pergi jauh Nikitushka. Aku sudah uzur. Tak ada harapan
lagi, dan kurasa inilah saatnya aku mati. Oh, ini sangat
mengerikan, mengerikan sekali!
Ivanitch : (Kasihan dan penuh rasa hormat) Tuanku,

4
Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS)
Universitas Lampung
www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

Kini sebaiknya kau pulang saja, tuan.


Svietlovidoff : Aku tak mau pulang, aku tak punya rumah, tidak, tidak, sekali
lagi tidaak!
Ivanitch : Oh, tuan! Masak kau lupa di mana kau
tinggal?.
Svietlovidoff : Aku tak mau pulang ke sana, aku tak mau!.
Aku cuma sendirian di sana, aku tak punya keluarga, Nikitushka.
Tak punya isteri – tak punya anak. Aku seperti angin yang
berhembus lintas di padang-padang yang sepi. Aku akan mati dan
tak seorangpun akan mengingatku. Sungguh mengerikan
sendirian ini. . . tak ada orang membahagiakan aku, tak ada yang
mengasihi aku, tak ada yang mau menolong aku ke tempat tidur
kalau aku mabuk. Punya siapa aku ini? Siapa yang membutuhkan
aku? Dan siapakah yang mencintaiku? Tak sebuah hatipun,
Nikitushka.
Ivanitch : (Menangis) Penonton mencintai kau, tuan.
Svietlovidoff : Penontonku sudah pulang. Mereka semua
sudah tidur dan telah melupakan si-badut tua-nya! Tidak, tak
seorangpun membutuhkan aku, tak ada yang mencintaiku, aku tak
punya isteri dan tak punya anak.
Ivanitch : Oh, tuanku, tuanku, jangan jadi begitu
murung karenanya!.

Svietlovidoff : Tetapi aku seorang laki-laki. Dan aku masih hidup, segar, darah
masih terus mengalir dalam nadi-nadiku, darah warisan
bangsawan.
Aku seorang aristokrat, Nikitushka. Aku telah mengabdi dalam
ketentaraan, artileri, sebelum aku jatuh begini hina. Dan betapa

5
Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS)
Universitas Lampung
www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

gagahnya aku dulu dimasa muda! Tampan, gagah dan berani.


Kemanakah perginya itu semua? Apa jadinya semua itu di masa
tua? Tentulah ada liang yang telah menelan itu semua! Aku
kenang semua itu sekarang. Empat puluh lima tahun hidupku
tenggelam di situ. Dan hidup apa itu, Nikitushka?! Aku sekarang
dapat melihat dengan jelas seperti wajahmu; remaja yang riang,
bersemangat, gairah, pujaan wanita, wanita, Nikitushka!
Ivanitch : Sebaiknya sekarang kau pergi tidur saja,
tuan.
Svietlovidoff : Ketika aku baru-baru naik ke pentas,
semasih gairah remaja bergejolak, aku ingat ada seorang wanita
yang jatuh cinta karena acting-ku. Dia sangat cantik, tinggi
semampai, muda, tak bercela, suci dan berseri-seri laksana fajar
musim panas, semuanya dapat tembus menyinari kegelapan
malam. Masih kuingat ketika sekali aku pernah berdiri di
depannya seperti sekarang aku berdiri di depanmu.
Dia kelihatan seperti tidak begitu mencintaiku seperti
kenyataanya kemudian, maka berkatalah dia padaku, supaya sama
memandang dengan pandangan: yang demikian! Pandangan yang
tak dapat kulupakan, tidak, bahkan tidak sampai ke liang kubur
sekalipun. Begitu kasih, begitu lembut, begitu dalam, begitu
bersinar ceria! Dengan sangat riang, mabuk kepayang, aku duduk
berlutut di hadapannya, lalu aku mohon demi kebahagiaan, dan
berkatalah dia:”Tinggalkan pentas!” Tinggalkan pentas! Kau
mengerti? Dia dapat mencintai seorang aktor, tetapi buat
mengawininya – tidak! Aku sedang berlakon pada suatu ketika, ya,
kuingat – aku berperan sebagai badut yang tolol setelah berlakon,

6
Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS)
Universitas Lampung
www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

aku merasa mataku menjadi terbuka, karena kulihat apa yang ku


anggap pemujaan kepada seni begitu suci sebenarnya adalah
khayalan dan impian kosong belaka. Bahwa aku adalah budak,
yang tolol dan jadi barang permainan orang-orang asing yang sia-
sia. Akhirnya aku mengerti kepada penontonku, dan sejak hari itu
aku tak percaya lagi kepada tepukan-tepukan mereka atau kepada
bungkusan bunga mereka, atau kepada minat mereka.
Svietlovidoff : Ya, Nikitushka!, orang memuji aku, mereka
beli gambarku, tetapi aku tetap asing bagi mereka. Mereka tak
mengenalku, dan aku laksana debu di bawah kaki mereka.
Mereka memburu-buru agar bisa bertemu aku, tetapi melarang
putri atau adiknya mengawiniku, seorang yang hina dina, Tidak!
Aku tak yakin lagi kepada mereka. (terhenyak ke dalam kursi
polos), tak yakin lagi kepada mereka.
Ivanitch : Oh, tuan! Kau kelihatan begitu pucat pasi,
kau menakuti aku dengan kematian! Ayolah pulang, kasihanilah
aku. . . .!
Svietlovidoff : Ketika itu aku telah mengetahui segala-
galanya. Dan pengetahuan itu telah dibeli dengan tunai,
Nikitushka! Setelah itu . . . . . jika . . . gadis itu . . . nah.
Kumulailah pengembaraan tanpa tujuan hidup dari hari ke hari
tanpa peduli apa-apa. Akupun mengambil peranan pelawak
murahan, kubiarkan diriku menjadi hancur.
Oh, mesti dulu aku adalah seorang artis yang besar, namun
perlahan-lahan kubuang jauh-jauh bakatku, lalu memainkan
banyolan-banyolan tolol kehilangan pegangan, kehilangan
kekuatan ekspresi-diri, lalu akhirnya hanya menjadi seorang banci

7
Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS)
Universitas Lampung
www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

Herry Andrew dari pada seorang laki-laki. Aku telah ditelan


seluruhnya kedalam liang besar yang gelap. Aku tak pernah
menyadari itu sebelumnya. Tetapi malam ini, ketika aku
terbangun melihat kebelakang dan di mana di sampingku
terbentanglah waktu enam puluh delapan tahun. Barulah aku
menyadari betapa lamanya itu sudah! Dan semua itu telah berlalu
... (tersedu-sedu) semuanya telah berlalu. . .
Ivanitch : Di sana, di sana tuan! Diamlah . . . .
mudah-mudahan (memanggil) Petrushka! . . . Yegorka. . . .!
Svietlovidoff : Tetapi betapa jeniusnya aku! Aku tak bisa
membayangkan betapa kemampuanku, betapa fasih, bagaimana
menariknya aku, betapa peka dan hebat tali senar (menepuk-
nepuk dada) . . . . menggetar di dalam dada ini! Sungguh
mendebarkan perasaanku memikirkannya! Dengarlah sekarang,
tunggu, biar aku tarik nafas tahan, yaaah. .. . .
Sekarang dengarkan ini;

“Berlindung darah Ivan kini kembali


terkipas dari bibirku pemberontakan berkobar
akulah dimitri yang buta! Di dalam kobaran api
Boris akan musnah di atas tahta yang kutuntut
Cukup! Pewaris Tsar tak lagi tampak
Berlutut ke sana Ratu Polandia yang congkak!”
(dari Boris Gadunov, karya: Puskhin).

Jelekkah itu, ha? (cepat) Tunggu, nah, ini sesuatu dari Raja Lear.
Langit gelap, kelihatan? Hujan turun deras, guruh

8
Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS)
Universitas Lampung
www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

mengguntur, kilat …zzzz…zzz zz- menerangi seluruh langit, dan


dengarlah :

“ Tiuplah, angin, hancurkan pelipismu! Amuk! Tiuplah !


Kau hujan dan badai meluncurlah
Sehingga kau basahi puncak menara kami, Dan gada-gada.
Kau api belerang, pikiran pasti membakar
Bangga kenyataan pohon cemara, puntung
Disambar petir,
Hanguskan kepalaku yang ubanan!
Dan kau segala guruh yang menggelegar
Pukul ratakan bentuk dunia yang gemuk!
Hancurlah kesuburan dunia,
Segala kecambah leburkan kembali,
Itulah yang membuat orang tak bersyukur!”

(Tak sabar) sekarang, peran sitolol (menghentakan kakinya) lekas


ambil peran sitolol! Cepat aku tak bisa menunggu !
Ivanitch : (mengambil peran Si tolol)
“O, Uncle/paman, air suci istana di dalam rumah gersang lebik
baik dari air hujan di luar rumah ini. Bagus paman, masuklah.
Mintalah anugerah puterimu: ini adalah malam belas kasihan baik
bagi orang-orang bijaksana maupun orang-orang tolol”
Svietlovidoff : “Menggunturlah sesuka hatimu! Muntahkan,
bakar! Luncurkan hujan! Bukan Cuma hujan angin, tetapi puteri-
puteriku.

9
Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS)
Universitas Lampung
www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

Aku bukan menuntutmu, kau anasir-anasir, dengan kejahatan,


aku tak pernah beri kau kerajaan, kunamakan juga anak-anak
nada”
Ah! Sungguh mampu dan sungguh berbakat kau! Dan aku
memang artis ulung! Selanjutnya kini, inilah sesuatu lagi yang
macam tadi. Untuk mengembalikan masa mudaku lagi.
Umpama, ambilah ini, dari Hamlet, aku akan mulai. . . biarkan
aku, bagaimana mulainya?.
Ooh ya, inilah dia (Mengambil peran Hamlet):
“Oh! Para pencatat, biarkan aku sendirian. Kembalilah kalian.
Mengapa kalian bermaksud mencari bauku, sehingga-kalian
mendesak aku ke dalam jebakan?”.
Ivanitch :“O, tuanku, jikalau tugasku begitu
garang, maka kekasihku begitu curang?”.
Svietlovidoff :“Aku sungguh-sungguh tak mengerti itu.
maukah kau meniup suling ini?”.
Ivanitch : “Tuanku, aku tak pandai”
Svietlovidpoff : “Kuharap Kau”
Ivanitch : “Percayalah, aku tak pandai”
Svietlovidoff : “Aku mohon padamu”
Ivanitch : “Aku tak pandai memegangnya, tuanku”

Svietlovidoff : “Ini mudah saja seperti berbaring-baring, tutuplah lobang-


lobang itu dengan jari dan ibu jari, keluarkan nafas dari mulutmu,
dan anti akan terdengar musik yang sangat merdu, Perhatikan, itu
penutupnya”.
Ivanitch : “Tetapi yang itulah aku tak bisa
memakainya agar caranya cocok; aku tak ahli”.

10
Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS)
Universitas Lampung
www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

Svietlovidoff : “Mengapa, ingatlah, betapa tak berguna


yang kau lakukan untukku. Kau mestinya meniupkan untukku,
kau harus nampak paham akan istirahatku, kau harus bisa
menangkap hakikat dari kegaibanku, kau harus mendengar dari
catatanku yang mula-mula, sehingga puncak pedomanku. Dan di
situlah terdapat berbagai musik, suara yang indah di dalam alat
yang kecil ini meskipun kau tak bisa meniupnya sehingga
berbunyi.
Astaga! Kau pikir aku hanya mudah meniup suling ini saja?
Sebutlah instrumens mana yang kau kehendaki, meskipun kau tak
yakin kepadaku, kau memang tak bisa melakukannya untukku. . . .
.!”.
(tertawa dan bertepuk) Hebat! (Tembak). Hebat sekali! Di
manakah setan yang bersarang di dalam usia tua itu? aku bukan
orang tua, semuanya itu omong kosong, arus tenaga masih
mengalir di dalam diriku, inilah hidup, gairah dan muda! Usia tua
dan jenius tentulah tidak berdampingan bersama-sama.
Kau nampak membisu saja, Nikitushka.
Tunggulah sejenak sampai kekuasaanku pulih kembali. Oh,
rumah! Sekarang, perhatikan! Pernahkah kau mendengar begitu
lembut seperti musik? Pelan-pelan.
“Bulan telah lenyap. Tiada lagi cahaya, mendampingi gugusan
bintang kesepian yang meratap pucat
dicakrawala, ada tiba-tiba yang bercahaya
bunga bersih ditengah lembah
bunga mawar disusupi kunang-kunang,
yang cahayanya suram berkedip-kedip,

11
Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS)
Universitas Lampung
www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

bagai harapan yang enggan menjelma


(suara pintu-pintu terbuka terdengar)
Apakah itu?.
Ivanitch : Itu tentu Petrushka dan Yegorka pulang. Ya, engkau memang
jenius, tuan.
Svietlovidoff : (memanggil ke arah suara-suara)
Kesinilah. . . anak-anak!! (kepada Ivanitch) ayolah kita pergi
tukar pakaian. Aku bukan tua, semua itu tolol, omong kosong!
(tertawa gembira) Apa yang kau tangisi? Kau si kakek tua yang
malang, kau, betapa keadaannya sekarang!
Ini bukan kemauan! Ya, ya, segalanya ini bukan kemauan! Mari,
mari orang tua, jangan berbeliak begitu. Apa sebabnya kau
terbeliak seperti itu? Ya, ya, (memeluknya sambil menangis)
Jangan menangis! Di mana ada seni dan jenius di situ tentu tidak
ada segala ketentuan, kesepian atau penyakitan . . . hanya
kematian itu yang makin dekat (tersedu-sedu) Tidak, tidak,
Nikitushka!
Segalanya itu telah berlalu dari kita sekarang! Betapa jeniusnya
aku! Aku seperti ruap lemon, botol pecah, dan kau – kau adalah
tikus tua gedung teater ... pembisik!
Ayolah. . .! (mereka pergi) aku bukanlah jenius. Aku hanyalah
cocok disamakan dengan Fortinbras, bahkan untuk itu aku terlalu
tua . . . Ya . .Kau ingatkah baris-baris ini dari Othello, Nikitushka?:

“Selamat tinggal kenangan damai!


Selamat tinggal Jiwa!
Selamat tinggal pasukan seragam

12
Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS)
Universitas Lampung
www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

Dan maha perang


Yang mengalahkan nafsu pingin unggul!
O, selamat tinggal!
selamat tinggal ringkik kuda,
dan sangkakala terompet,
pukulan genderang bersemangat,
suling yang menembus pendengaran,
bendera kerajaan dan segala makna,
kebanggaan, upacara, dan segala
Kejayaan perang ! “.

Ivanitch : Oh! Kau memang jenius, jenius!


Svietlovidoff : Dan ini lagi :
“Jauh! Sawang menggelap di bawah bulan
awan segera menghisap cahaya suram
terakhir dari malam
Jauh ! kumpulan angin segera nanti
Menyeru gelap
Dan dinihari yang larut
Menyelimuti sinar terang dari surgawi”.

(Mereka keluar bersama-sama, layar turun perlahan-lahan).

THE END

13
Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS)
Universitas Lampung
www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com

14

Anda mungkin juga menyukai