H A H
BAGIAN PERTAMA
_______________________________________________________________
TETANGGA :
( meludah dengan dahsyat ) Yang bener aja ! Jangan pura-pura lupa lagi. Kalau berani berbuat
harus berani bertanggungjawab.
TETANGGA :
Kita sama-sama cari makan. Kita sama-sama punya anak.
TETANGGA :
Kita sama-sama makan nasi. Kalau besok pagi masih mungkir lagi kita panggil polisi!
TETANGGA :
Betul panggil polisi saja !
TETANGGA :
Anaknya makin rusuh. Semuanya doyan nyolong. Lengah sedikit, jemuran kabur.
TETANGGA :
Baru noleh sedikit semuanya amblas ! Apa-apaan ini sekarang ?!
2
TETANGGA :
Sejak kamu tinggal di sini, gang ini mesum.
TETANGGA :
Masih kecil-kecil begitu, putingnya saja belum mekar sudah diajar cari tamu. Bejat !
TETANGGA :
Kalau kata kagak bisa kasih makan siapa nyuruh bikin anak seperti babi ?!
TETANGGA :
Pokoknya kalau besok pagi duit kita belum dibalikin nggak tahu dah. Masuk masuk bui biarin,
mau digampar juga nggak apa !
TETANGGA :
Jangan pura-pura nggak denger lhu, brengsek!
TETANGGA :
Hhh kuno! Boleh mewek tapi hutang tetap hutang ! Bayar!
TETANGGA :
Jangan belagak pilon!
TETANGGA :
Main sandiwara terus !
TETANGGA :
( kepada penonton ) Kalau belum tahu kelakuannya memang ini bisa memfitnah.Dikiranya kita
yang kejam makan darah orang yang tidak punya.( menoleh ) Begitu mau kamu ya ?!
TETANGGA :
Kelakuannya memang najis. Padahal dia sendiri yang sudah mengadu domba kita sampai
cakar-cakaran sama tetangga yang beda agama. Padahal dulu kita rukun sama-sama menunaikan
ibadah masing. Tolong-menolong. Sekarang … ihh
TETANGGA :
Dia yang merusak anak kita yang sedang giat-giatnya belajar, kok orang yang tadinya bener
diajak main judi.
TETANGGA :
Anak gue diajarin nyuntik, diajak main perempuan. Kurangajar.
TETANGGA :
Kalau belum tahu memang, kelihatan alim. Kalau sudah tahu, ihhhh, ngeri, ini setan !
( meraih batu dan hendak melempar tapi tak jadi )
3
TETANGGA :
Lempar saja biar mampus!
TETANGGA :
(Tak jadi melempar) Ihhhhh ! Kesel gua, kesel !
TETANGGA :
Lempar dong kalau kesel.
TETANGGA :
Masak dia mengadu sama RW katanya kita ( tak jelas apa ) Hhh! Fitnah! (Berbisik)!
TETANGGA :
Kurang ajar ! Pantesan ! ( melempar )
TETANGGA :
Eeeeeee perek! ( melempar )
TETANGGA :
Awas dia pakai pisau ! ( tidak jadi melempar )
ISTRI :
Saya kan sudah ngaku. Betul. Itu salah anak-anak saya.Ya salah saya. Salah suami saya. Ya salah
saya. Memang betul salah saya. Tapi saya kan sudah minta maaf. Sudah minta maaf berkali-kali.
TETANGGA :
Minta maaf tapi kamu lakukan lagi ! Sama juga cipoa !
ISTRI :
Ya saya minta maaf lagi.
TETANGGA :
Minta maaf saja tidak cukup ! Kayak pemimpin saja kamu. Kalau salah minta maaf tapi terus
saja nginjek
ISTRI :
Habis bagaimana lagi ?
4
TETANGGA :
Kok enak ?! Habis nyolong, habis berbuat mesum, habis bikin apa begitu memangnya cukup
minta maaf ?
ISTRI :
Mestinya bagaimana lagi ?
TETANGGA :
Ya bagaimana-bagaimana dong, kok malah tanya. Enak di kau, brengsek! Gebukin aja!
ISTRI :
( mengulurkan pisau ) Nggak tahu lagi saya harus bagaimana.Sudah begini saja. Bunuh saja dah
sekarang daripada begini salah, begitu salah. Ini. Bunuh saja, nggak akan ngelawan saya.
TETANGGA :
Eeeeee, kok enak. Habis ngutang mau mati. Lunasi dulu, nanti kalau sudah beres mau mati atau
mau apa begitu terserah !
ISTRI :
( masih mengacungkan pisau ) Ini, bunuh, bunuh saja. Siapa ? Daripada dihina, disakiti terus
lebih baik mati !
TETANGGA :
Lho kok dibalik! Kamu yang menghina bukan kita !
ISTRI :
( menangis ) Saya sudah minta maaf saya sudah nyembah-nyembah, saya sudah mau apa saja,
kok terus saja diinjak-injak. Matiin saja sekalian, ayo potong saja ini (menarik dadanya mau
memotong, semua mundur karena kaget) daripada disakiti begini. Ayoooo, siapa siapa yang mau
moton g ini ?! ( maju mendesakkan pisau itu )
ORANG-ORANG MUNDUR.
ISTRI:
Kenapa jijik ya? Apa saya saja yang motong? (mau melaksanakan sendiri)
TETANGGA :
Lho, lho kok jadi begini lagi sekarang. Heeeeee! Jangannn! Sialan! Bisa kita yang salah ini
TETANGGA :
Ayo, yo ntar kita lagi yang kena getahnya !
ISTRI :
(membuka pakaiannya) Biar impas, ambil saja dua-duanya. (merogoh dadanya mau memotong)
5
TETANGGA :
Heeeee jangan!
TETANGGA:
Wah, wah kumat lagi !
ISTRI :
Potong ini, potong manusia yang laknat ini, iris-iris, supaya semuanya lega! (nekat mau
memotong)
TETANGGA:
Jangan!!!!!!! (melempar)
ISTRI:
Supaya impas. (memotong)
ISTRI :
Tolongggggg! Tolongggggg! Aku mau dibunuhhhhh!
TETANGGA :
Nah lhu! Sialan! Lariii!
ISTRI:
Aduhhhhhhhhh!
ISTRI :
Ember! Dikira gampang bunuh orang ? ( keras ) Dikira gampang bunuh orang ? Ayo bunuh sini !
Bunuh sini! Lhu kalau betul berani, jangan ngangkang-ngangkang di belakang pantat. Sini lhu
kalau berani ! (Meludah) Pengecut! Tukang rampok! (melihat kepada penonton. ketawa sinis)
Habis kalau tidak begituan kagak mau pergi.
DUA
6
NENEK :
( terbangun ) Sapa yang nggak mau pergi?
ISTRI :
Nggak.
NENEK :
Malam-malam kok ngomel sendiri seperti orang edan.
ISTRI :
Sudah tidur lhu tua bangka, mau ikut campur saja !
NENEK :
Daripada ngomel cari duit begitu, kan bisa makan.
ISTRI :
Orang sudah hampir mati begini, kok maunya makan melulu !
NENEK :
Kalau banyak dosa memang matinya cepat, aku tidak ada dosa jadi nggak mati-mati. Mestinya
kamu yang mati duluan
ISTRI :
Diem lhu monyet ompong! Ntar gua sumpal sama kotoran mulut kamu yang becek itu. Hati gua
udah mendidih ini. Kalau begini terus, memang jadi kepingin bunuh orang.
NENEK :
Wong edan ! ( tidur lagi )
ISTRI :
Apa ?
ISTRI HENDAK MENARIK KAKI NENEK, KEBURU PINTU DIGEDOR DARI LUAR.
PINCANG :
Pian, Pian !
PINCANG :
( menggedor ) Pian ! Awas kamu ! Kalau besok tidak dibagi, mati kamu ! Makan sendiri,
curang ! Besok pagi-pagi gua tunggu di warung Hasan .Bawa semua kalau mau selamet !
Sialan ! ( menendang pintu ).
7
ISTRI :
Kalau mau bunuh, bunuh saja, jangan pakai nendang-nendang pintu !
PINCANG :
( terdengar menjauh ) Besok pagi- pagi atau buntut lhu kita kerjain lagi !
ISTRI :
Bangsat !
NENEK :
( terbangun ) Siapa bangsat ? Kamu yang bangsat ! Kalau tidak bisa cari makan jangan maki-
maki orang tua ! ( ngomel ) Dasar perempuan sembarangan ( ngedumel tak jelas ).
ISTRI :
Tiap malam ngomel aja! Cepetan mati dong! Sudah tua masih ngerepotin aja!
NENEK :
( ngomel )
ISTRI :
Diam ! Lagi pegang pisau ini !
NENEK :
( tetap tiduran ) Jangan main-main, pisau itu, nanti terlanjur, masuk bui kamu !
TIGA
ISTRI :
Mau ke mana ?
ANAK :
Nggak.
ISTRI :
Nggak apa ! Jangan ke situ !
ANAK :
Nggak!
ISTRI :
Jangan jual murah !
ANAK :
Jual apa ? Orang mau ke situ kok .
ISTRI :
Ke situ ke mana ? Nyabo ?!
ANAK :
Nggak usah ya !
ISTRI :
Jangan macem-macem lhu! Tiap hari dikasih makan dicebokin, giliran sudah gede, malah
ngelawan.
ANAK :
Sapa ngelawan ?
ISTRI :
Jangan ke situ !
ANAK :
Siapa yang ke situ!
ISTRI :
Jangan nyabo sama Hansip.
ANAK :
Apaan ! Ihhh! ( pergi juga ke depan )
ISTRI :
Hansip punya apa ? Itu juga motor dinas ! Jangan mau dicipoain. Jangan keras kepala lhu ! Kalau
mau pacaran cari mahasiswa, kalau mau nyabo lihat dompetnya jangan cari tampang bisa-bisa
9
kamu yang bayar. Hee Lusi, buntet kuping lhu ya ! Bulu baru lima lembar juga sudah bertingkah.
Jelek lhu !
ANAK :
Biarin kok sewot !
ISTRI :
Jangan mau kamu dikerjain, Hansip itu bokek kena AIDS !
ANAK :
Kok tahu ?
ISTRI :
Tahu aja !
ANAK :
Bilang saja cemburu !
NENEK TERTAWA.
ISTRI :
Tua bangka diam !
NENEK :
Orang ketawa kok salah.
ISTRI :
Jangan kebiasaan ketawa di belakang pantat sialan !
NENEK :
Orang mimpi sendiri kok kagak boleh.( ngomel )
ISTRI :
Yang tua bangka yang pricil-pricil sama saja, busuk !
ANAK :
Ikut Oom !
ISTRI :
Rasain !
10
HANSIP :
Mau ke mana ?
ANAK :
Ke mana saja mau.
HANSIP :
Nanti kena marah orang rumah ?
ANAK :
Biarin. Udah biasa. ( langsung naik ke boncengan ) Ngebut ya ! ( memeluk ) Ayo Oom !
HANSIP :
Upahnya apa ?
ANAK :
Apa saja deh !
HANSIP :
Tapi tiga kali !
ANAK :
Sip
ISTRI HANSIP :
Lonte ! Kecil-kecil sudah gatal begini, besar-besar kamu jadi peyeum ! Setan ! ( meludahi )
ISTRI HANSIP :
Bilangin Mak kamu, kalau mau merebut laki orang terang-terangan! Kita selesaikan secara
jantan! ( meludah lagi )
HANSIP :
Dia Cuma mau num ... ( langsung dihajar lagi )
ISTRI HANSIP :
Pulang ! Cepat pulang ! Dasar lelaki, bisa saja cari alasan. Dinas kek, lembur kek, tahunya cuma
mau nyuci barang. Sudah layu begitu masih saja bertingkah ! Minggat ! ( Hansip mendorong
11
motornya dengan gugup ) Belum kapok kamu ya ! Satu kali lagi coba-coba ganggu laki gua awas
barang kamu tak robek sampai jebol ! Kalau ada modal sih mendingan. Ini udah gembrot
( maksudnya memaki, ternyata ia menyebutkan ciri-ciri phisik dirinya sendiri), beser, bau, kok
genitnya minta ampun !
TETANGGA :
Ada apa ?
ISTRI HANSIP :
Biasa !
TETANGGA :
Memang ! Masak ya, kita susah-susah kumpulin dari sekepeng-sekepeng tahu-tahu datang
lakinya, nyolong habis semuanya. Coba kalau pemerintah tidak kasihan sudah lama dia masuk
Nusa Kambangan.
TETANGGA :
Tapi pikir-pikir kalau diseret, ntar kita juga yang susah, siapa yang kasih makan anak-anaknya
yang saban tahun tambah terus seperti anjing itu ?
ISTRI HANSIP :
Bener, kalau tidak kasihan, sudah lama tak gasak.Tahu kan ? Bukan hanya anak perempuannya,
yang laki-laki juga sudah rusak semua. Masak dari kecil bukannya di sekolahin begitu, biar tidak
rusak seperti bapaknya. Malah diajarin nyolong.
ISTRI :
(nyeletuk) Habis kalau sekolah memangnya bisa cari makan ?
TETANGGA :
Orang sekolah bukan untuk cari makan tapi cari kepintaran supaya tidak ngaco, bego!
ISTRI :
Buat apa pintar kalau kalau akhirnya nyolong juga? Lebih baik langsung saja nyolong
ISTRI HANSIP :
Dengar. Dengar tidak ? Sadar dia. Sadar dia bejat. Itu suara setan!
ISTRI :
Daripada mati kelaparan lebih baik bejat.
TETANGGA :
Gila ! Kalau sudah begini harus depetrus juga biar jangan jadi penyakit.
12
ISTRI HANSIP :
Lho, jadi kamu sadar kamu mendidik anak kamu jadi lonte, jadi maling ? Sadar ya !
ISTRI :
Habis mau jadi apa lagi ?
ISTRI HANSIP :
Tuh dengar, dia sadar !
TETANGGA :
Tidak bisa diajak berunding lagi kalau sudah begini. Sudah nekat ! Sikat saja!
ISTRI :
Anak banyak begini bagaimana kasi makan kalau tidak maling? Banting-tulang sudah bosan,
nggak ada hasilnya..
TETANGGA :
Habis elhu bukan banting tulang, lhu mengunyah tulang orang lain. Rumah-tangga orang lhu
brengsekin. Dosa !
ISTRI :
Kamu semua kan makannya berlimpah, diambil sedikit tidak akan mati.
ISTRI HANSIP :
Mati sih belum.Tapi sakitnya itu. Kekinya.Ya kalau cuma harta, ini laki kita. Cinta kata orang itu
tidak bisa diukur. Pokoknya kalau kamu mau ngapa-ngapain sama suami orang, terserah, asal
jangan coba-coba dengan laki kita. Bisa mampus kamu gua piting!
ISTRI :
Mampus lebih baik. Daripada begini. Apa sih enaknya hidup begini.( mengulurkan pisau ) Nih.
Mau ? Tolong potongin biar cepetan dikit tamatnya. Udah bosan ini!
ISTRI HANSIP :
Gelo ! ( lari )
ISTRI :
Nih, mau ?! ( melempar pisau ke Tetangga )
PARA TETANGGA:
( terkejut dan lari ) Tolongggg !
13
EMPAT
ISTRI :
Makanya jangan suka mengejek orang. Kalau orang sudah miskin pasti dijadikan bulan-bulanan.
Ada yang kecolongan mesti kita yang dituduh pencurinya. Ada yang cakar-cakaran sama bini,
mesti kita dibilang cabonya. Sialan! Kita mau nyanggah dia malah tambah getol membetot.
Giliran kita pasrah eeeee dianya pontang-panting seperti diuber tsunami. .Orang kalau sudah
kenyang memang buntet palanya. Mampus aja lhu semua !
NENEK :
( bangun ) Apa ?
ISTRI :
Nggak !
NENEK :
Jangan bilang mampus-mampus sama gua. Kalau mau mampus, mampus aja sendiri ! ( ngomel )
ISTRI :
( menirukan omelan itu )
NENEK :
Apa ?
ISTRI :
Kalau mau mampus, lhu aja mampus sendiri!
NENEK :
( ketawa )
ISTRI :
Ketawa lagi?! Jelek lhu!
NENEK :
Sapa ketawa! Cabo!
ISTRI :
Kalau bukan gua jadi bini anak elhu, udah dulu elhu jadi mummi. Edan!
NENEK:
Apa?
14
ISTRI:
Nggak!
EMPAT
ISTRI :
( berdiri ) Boy !
ISTRI :
Kenapa lhu ?
ANAK :
Degebukin.
ISTRI :
Digebukin sapa ?
ANAK :
Biasa.Hansip.
ISTRI :
Ketahuan lagi ?
ANAK :
Nggak.
ISTRI :
Habis kenapa debukin?
ANAK :
Bininya.
ISTRI :
Kamu gangguin ? Rasain lhu! Emangnya nggak ada kerjaan. Drum beser kayak itu mau kamu
apain.
15
ANAK :
Anaknya ngadu.
ISTRI :
Si Ana ? Kenapa memang ? Bunting ?
ANAK :
Kena.
HANSIP :
Setan ! Sepilis ! Berani lagi dekat-dekat Si Ana gue, mampus kamu ! ( memukul dengan
bambunya ) Biar mampus kamu ! ( melempar bambunya ) Bilangin Nyak lhu, tujuh kali lagi
kamu hidup tidak bakalan jadi mantu gua!
ISTRI HANSIP :
Jangan pura-pura, ketahuan akal kamu !
HANSIP :
Mau ambil bambunya ! ( meraih bambunya )
ISTRI HANSIP :
Masih aja coba-coba.Tahu diri kamu. Ntar kena AIDS bary nyahok! ( tiba-tiba dia nungging dan
mengangkat roknya ke arah Istri dan ketut besar ) Mampus kamu !
ISTRI HANSIP MENYERET HANSIP AGAR PULANG. BOY BANGUN DENGAN SUSAH
PAYAH.IA BERJALAN NGANGKANG KESAKITAN. ISTRI MENADAHKAN TANGAN.
ISTRI :
Mana ?
ISTRI :
Tiga hari hilang cuman dapat beginian ?
BOY :
Habis lagi ada halangan. ( berjalan ngangkang kesakitan ) Aduh, kiamat ini. Mau putus rasanya
Mak.
ISTRI :
Hhhh ! Apaan ini ! ( membanting uang ke lantai ) Jangan tidur di situ. Di bawah saja, nanti kena
16
NENEK :
Bau apa ini ? Ada tikus mati ?
BOY :
Ya.
NENEK :
Dasar cucunya kakek ! Jangan dekat gua, di situ saja !
BOY :
Tolong Nek. Aduh.
NENEK :
Mampuslah, makanya jangan diumbar !
BOY:
Habis pingin
LIMA.
PINCANG :
Pian ! Pian ! Jangan makan sendiri lhu! Curang lhu Bopeng!
PINCANG :
Kembalikan !
ISTRI :
Kembalikan apa ?
PINTU DITENDANG.
PINCANG :
Mana Pian ?
ISTRI :
Belum pulang.
17
PINCANG :
Bohong !
ISTRI :
Boleh periksa.
PINCANG YANG BERTAMPANG SEREM DAN MISTERIUS MASUK BAWA SENJATA API
YANG SEREM. IA MEMERIKSA RUANGAN.
PINCANG :
Kamu tidak bisa lari Bopeng. Jangan coba-coba nipu Pincang.
ISTRI :
Sumpah mati dia belum pulang sejak satu bulan.
PINCANG :
Kamu kira gua bisa lhu kerjain ? Dulu itu kasihan gua lihat lhu belepotan begitu.Sekarang tidak
bisa lagi. Ayo keluar !
ISTRI :
Habis kalau nggak ada bagaimana keluar ?
PINCANG :
Suruh dia keluar !
ISTRI :
Nggak ada .
PINCANG :
Pasti ada ! Di warung Hasan kagak ada, di Pasar Burung nggak ada, mesti di sini ! Keluar, keluar
kampret. Kalau kagak keluar gua tembak. Gua obrak-abrik semuanya di sini.
ISTRI :
Boleh.Tapi Pian memang kagak ada, mau apa. Sudah sebulan tidak pulang.
NENEK :
Seminggu.
ISTRI :
Satu bulan! Kali di tangkap di Pos. Atau udah mati.
PINCANG :
Bopeng!!!
NENEK;
18
Berisik!
PINCANG:
Hee ! Bongkok! Tikus busuik nggak usah ikut campur ! Mau dipatahin lagi ya ?
NENEK :
Orang cuma ngasi tahu, seminggu bukan setahun Pian belum pulang.
PINCANG :
Diam lhu ! ( mengokang senjatanya ) Ini senjata pinjaman. Yang punya lagi tiduran sama jande
tukanmg tahu di pasar. Tapi kalau gua tembak, pale lhu pecah juga jadi seribu. Jangan ikut
campur, Hantu!
NENEK :
( ngomel )
PINCANG :
Berisik! Kalau Bopeng kagak ada di sini, mana barangnya?
ISTRI :
Nggak tahu
NENEK :
Di Pasar Burung kali.
PINCANG :
Bangsat! Diam! Aku tidak cari burung! Morfin! Mana ?
NENEK :
{ketawa} Kalau burung gua tahu!
PINCANG :
Gua bunuh juga baru kapok ! Ngomong lagi! ( menodongkan lop senjata ke mulut NENEK.
NENEK diam) Gua sebel ini, tahu!. Dapat apa-apa bukannya dibagi, tapi dimakan sendiri, itu
namanya tidak Pancasilais. Mestinya kan Gotong-royong. Nantang. Nanti kalau udah kepepet
barfu datang nyembah-nyebah, minta ampun. Brengsek ! Mana laki lhu?
ISTRI :
Belum pulang.
PINCANG:
Bohong!
NENEK:
Sumpah belum pulang.
19
PINCANG :
Lhu jangan ikut campur!
ISTRI :
Sumpah mati belum pulang kok.
PINCANG :
Kenapa belum pulang ?
ISTRI :
Nggak tahu ? Kita juga bingung !
PINCANG :
Bohong !
ISTRI :
Nggak percaya cari sendiri.
PINCANG :
Bopeng! Lhu jangan bikin gua kalap ! Mana bagian gua! Jangan makan sendiri lhu!
ISTRI :
Sudah dibilangin nggak ada kok
PINCANG :
Mesti ada ! Gua obrak-abrik rumah ini sekarang.kalau dia nggak (memukul dan menendang)
Bopenggggggg !
PINCANG :
Heee! Sundel Bolong, jangan kabur. Kembali! Lhu tiduran aja, Bongkok ! ( Nenek kembali
tiduran ) Lhu pikir gua bisa ditipu lagi? Ntar lagi bapak yang punya senjata ini tahu senjatanya
gua bawa. Kalau dia sampai datang ke mari habis kamu. Lhu kenapa diam aja?
ISTRI :
Tadi katanya diam. Sekarang udah dkiam ditanya kenapa diam
PINCANG :
Berisik ! ( seperti mau menampar dengan popor senjata, ISTRI menjerit )
PINCANG :
(KETAWA} Lhu semua jangan coba-coba sama Pincang. Lhu memngaum juga kagak bakal ada
yang dagtang nolongin. Jangan betingkah gua tembak satu-satu titit lhu baru tahu rasa. Belum
20
kenal Pincang ya ! Mana si Bopeng ? Kenapa lama banget?! Sembunyi di mana-mana kek pasti
gua ketemu. Langsung gua betot tititnya!
ANAK :
( menjerit )
PINCANG :
Bangsat ! Jangan pura-pura. Sama Hansip itu lhu kok mau diapa-apain ! Ini senjata betulan
tahu?! Gua udah sering bunuh orang!
ISTRI :
Kasih saja ! Kalau dia memang mau, asal bisa bayar!
PINCANG :
Bangsat, lhu pikir gua doyan daging busuk ? Pincang tidak sembarangan cari perempuan. Tahu.
Palng nggak peragawati, cover Girl atau pemain sinetron. Tutup lagi, begitu kok dipamerin, bau
bacin lhu ! Mana Boy ?
BOY :
( mengerang ) Aduhhh .
PINCANG :
( meludah lalu mendekati BOY dan menariknya ) Gua bawa dia ini, kalau Bopeng pulang suruh
jemput di warung Hasan.
ISTRI :
Bawa saja tapi jangan lupa kasih obat.
PINCANG :
Berisik !
ISTRI :
( kepada anaknya ) Jangan mau kalau tidak dikasih uang !
PINCANG :
Dasar cabo !
ISTRI :
Jangan mau enaknya aja !
21
PINCANG :
Ayo !
PINCANG:
Ayo! Mau mampus kamu ? ( menarik dengan kasar ) Suruh Bopeng bawa barangnya ke warung
Hasan, baru bangsat ini gua balikin!
ISTRI :
Ambil saja. Nggak dikembalikan juga nggak apa. Dari pada nularin di sini. Masih banyak ini !
PINCANH:
(menutup hidung) Sialan lhu kena ya! Bangsat! (melepaskan Boy, lalu menggaet anak yang satu
lagi} Udah lhu aja!
ISTRI :
Nonton apaan itu. Ayo tidur lagi semua!
ISTRI :
Ke mana lagi itu ? Jangan ikut campur urusan orang.
NENEK :
Orang mau kencing, ikut campur apaan!
ISTRI:
Alasan!
NENEK:
Kalau kagak boleh kencing di luar, apa mau di sini apa ? ( langsung mengangkat kainnya dan
nungging )
ISTRI :
Heee di luar ! Pikun !
NENEK :
Makanya ! Bludrek ! ( keluar, anak-anak ketawa )
ISTRI :
22
( berbalik , semua anak-anak berhenti tertawa dan tidur lagi ) Tutup mata kamu, besok semua
harus kerja, nggak ada beras lagi. Bapak kamu sudah setahun kabur.
NENEK :
( dari luar ) Sebulan.
ISTRI :
Besok semua kerja kalau mau makan ! Sabet apa saja. Belajar sama pemimpin-pemimpin kitya
itu. Wakil-wakil rakyat Sudah kenyang mereka masih ngerampok orang miskin. Jangan main
melulu. Di Pasar Burung, di perempatan, banyak orang lengfah yang bisa diembat, asal lhu
berani aja, jangan takut. Jangan cuma berani sama tetangga, paling banter kamu cuma kebagian
jemuran, di loak juga percuma, ngabis-ngabisin tenaga saja. Kalau nyolong jangan tanggung.
Seratus trilyun. Masuk bus kek cari dompet. Ngompas toke-toke. Atau cari anjing di kompleks
perumahan orang kaya. Lama-lama nanti ada pengalaman dikit, ntar baru nyolong anak, besar
tadahannya sekarang. Kita bisa beli rumah di Pondok Indah. Daripada nyabo, badan capek,
modal nggak balik, akhirnya penyakitan. Terus begini lama-lama kita mati.
NENEK :
Lumayan.
ISTRI :
Apa itu ?
NENEK :
Nggak ! ( menyembunyikan ) Mau tahu aje!
ISTRI :
Mau digolok apa ? Yang punya sudah ngancam-ngancam kemaren, kalau ayamnya hilang lagi,
dia mau main bakar rumah kita. Jangan cari penyakit.
NENEK :
Ayam apaan ?
ISTRI :
Lepas lagi! Jangan cari perkara !
NENEK :
Apaan sih ? Mesti ngomel !
ISTRI :
( keras ) Lepas !
NENEK :
23
ISTRI :
Bandel ! Lepas, mau lepas tidak ?
NENEK :
Apaan ?
ISTRI :
Ntar digolok baru kapok.Terserah kalau mau mampus. Asal tanggung sendiri.
NENEK :
Mesti ngomel. Orang kencing dikira curi ayam. Apa-apa nggak boleh. Orang mau tidur
salah. Bludrek !
ISTRI :
Lepas !
NENEK :
Edan ! ( tidur memeluk barang itu tapi tiba-tiba teriak ) Makderodok ! ( selimutnya tersingkap
dan kelihatan seekor ayam menggelepar ditangannya )Bangsat ! Bangsat ! Enak saja berak ini
selendang baru tahu! ( bergegas keluar dan membuang ayam itu kehalaman ) Sialan ! Ayam
keparat ! Dasar ayam colongan lhu ! ( di luar ) Hee ayam siapa ini, kurangajar berak seenaknya
di rumah orang. Tak sembelih baru kapok ya ! Kalau punya ayam masukin kurungan jangan
berakin rumah orang. Sialan ! Makderodok ! (kedengaran mengumpat menjauh ).
BOY :
Mak, sakit Mak
ISTRI :
Diam ! Berisik !
BOY :
Sakit Mak.
ISTRI :
Rasain !
BOY :
Boy nggak sengaja.
ISTRI :
Dasar lelaki, kalau sudah bonyok baru nggak sengaja.
24
BOY :
Betul Mak.
ISTRI :
Betul apaan !
BOY :
Boy nggak kuat.
ISTRI :
Ya sudah mampus saja.
BOY :
Boy mau hajar dia !
ISTRI :
Jangan mulut besar !
BOY :
Bener. Boy lihat sendiri.
ISTRI :
Diam !
BOY :
Bapak juga lihat, tapi tidak peduli.
ISTRI :
Lihat apa ?
BOY :
Bapak juga lihat!
ISTRI :
Bapakmu ? Ada bapakmu? Di mana dia?
BOY :
Di proyek.
ISTRI :
Kapan ?
BOY :
Tadi.
ISTRI :
25
BOY :
Sudah.
ISTRI :
Terus ?
BOY :
Tapi dia sama gendaknya.
ISTRI :
Sama Janda Gembrot itu lagi ?
BOY :
Bukan.
ISTRI :
Habis sama siapa ?
BOY :
Yang lain !
ISTRI :
Sapa ?
BOY :
(mengatakan sesuatu tapi tak terdengar karena waktu itu Nenek masuk agak ribut membawa
jemuran masuk berikut besi-besinya, ia menariknya dengan susah payah ke sudutnya )
ISTRI :
Bangsat !
NENEK :
Bangsat apa ! Ini ditinggal di situ. Masak ada jemuran malam-malam di perempatan. Salah
sendiri kenapa ditinggal di situ. Ini dapat munggut kok ! Kok bangsat ! Bangsat apa ? Kamu
bangsat ! Kamu yang bangsat ! Kalau Pian dulu kawin sama anaknya Pak Rt, tidak bakal sial
terus begini, buat makan saja tersendat-sendat.. Pian dulu kan sudah ogah. Lhu aja kegenitan.
Pakai aksi mau gantung diri, bagaimana orang tidak kasihan. Anak gua si Pian kan begitu
orangnya, suka cepat kasihan. Begini sekarang. Bini nggak bisa apa-apa.Tahunya ngomel
melulu. Coba kawin sama anak anak Rt, barangkali Pian jadi direktur sekarang. Paling sedikit su
dah punya colt. ( ngomel terus sambil mematut-matut jemuran curiannya )
ENAM
NENEK :
( ketawa bangga ) Pian memang laris kok. Pacarnya di mana-mana. Bintang film pernah melamar
dia. Sepuluh juga kalau dia mau masih bisa. ( ketawa lalu kembali ke balai-balai ) Makanya tahu
diri sedikit. Ntar ditinggal baru kapok lhu!
BOY BANGKIT DAN MENCOBA HENDAK MENDEKAT. TAPI DIA KESAKITAN. LALU
DUDUK LAGI MENGERANG. DIA HANYA BISA MERAIH APA YANG ADA DI DE
KATNYA DAN BERUSAHA MELEMPARI PIKIRAN-PIKIRAN IBUNYA YANG
BERSERAKAN ITU. NAMUN KEGIATAN DANGDUT ITU MENJADI-JADI. PARA
TETANGGA IKUT DAN BERSUKA-RIA. PIKIRAN ISTRI MENGUASAI SEGALANYA.
TUJUH
PINCANG :
Pian ! Pian Bopeng! Brengsek kamu !
PINCANG :
Brengsek ! Daging busuk ! Bilangin Pian ! Gua tunggu di warung Hasan ! ( pintu ditendang lagi
menutup )
ANAK :
Mak ! Capek.
ISTRI :
27
ANAK :
Nggak.
ISTRI :
Sialan ! Berapa orang ?
ANAK :
Sepuluh. Dobel semua.
ISTRI :
Kurang ajar. Gigit saja bisa putus.
ANAK :
Nggak mau lagi Mak.
ISTRI :
Habis mau ngapain kamu ? Bisa apa kamu?
ANAK :
( bangun ) Habis masak disuruh datang lagi besok.
ISTRI :
Bangsat !
ANAK :
Katanya bapak hutang banyak !
ISTRI :
Mereka yang hutang bukan kita ! Masak anak gua dikerjain tidak dibayar !
ANAK :
Hitung-hitung nambah pengalaman katanya!
ISTRI :
Pengalaman buat siapa! Kita makan tai !
ANAK :
Ya, cari kenalan dulu, nanti kalau sudah ketagihan kan bisa kita peres !
ISTRI :
Bilang saja kamu yang ketagihan !
ANAK :
Habis lama-lama enak juga !
28
ISTRI :
Bangsat !
ANAK ITU BANGUN NGIKIK LALU MENARUH SEJUMLAH UANG DEKAT MAKNYA.
ANAK :
Kuat-kuat nariknya. Mak.
ISTRI :
( meraih uang ) Berapa sih ini. Kerja jam-jaman cuma seperak-seperak begini !
NENEK :
Kalau ada rezeki jangan lupa siapa yang kasih jalan dulu.
ANAK :
Tak usah ya .
ISTRI :
Cuci dulu sana, jorok !
ANAK :
Ah capek ah ! ( terus membanting tubuhnya ke tempat tidur )
NENEK :
Anak baik-baik kok diajar nyabo.
ISTRI :
Tapi ikut makan juga kan !
NENEK :
Ajarin kek yang bener. Masak anak bagus-bagus begitu disuruh jadi
ANAK :
Jadi apa ? Bencong ? Kalau ngak ada bencong ini juga nggak ada yang makan di sini. Jangan
anggap remeh aku. Mesti, mesti bikin sakit hati. Maunya nyinggung perasaan. Kita udah capek
bating tulang, terus saja dilipet kayak lumpia. Lama-lama bunuh diri juga gua kebanyakan
frustasi. Badan sudah ringsek begini, kasih kek penghargaan sedikit. Kok malah dihina terus.
Memangnya ini comberan tempat berak ? Tak usah ya ! Kalau memang nggak butuh biar gua
minggat sekarang biar tahu rasa ! Biar kapok ! ( meloncat bangun )
ISTRI :
Ke mana itu ? ( Nenek juga kaget, bangun ) Jangan!!!!
ANAK :
Katanya nyuci, kan risih ini ! Ya sudah nggak usah (meloncat lagi langsung ke balai-balai )
29
NENEK :
Sialan, kirain mau gantung diri ( ngomel ).
ISTRI :
Jangan ngomel terus !
NENEK :
Siapa yang ngomel !
ISTRI :
Sudah tua tidur saja !
NENEK :
Kalau Pian tidak ada mesti aku disalah-salahin terus. Lama-lama sebel. Sebel ! Kamu pikir aku
takut ya ! Kamu pikir aku ( Istri melempar sisir ke dinding dekat Nenek, langsung orang tua itu
diam membisu dan tidur ).
ISTRI :
Gustiii …. aku tidak kuat lagi. Makin lama kok makin berat saja. Semua menyalahkan aku.
Suami nggak karuan aku yang salah. Anak rusak, aku yang salah.Tetangga mati aku yang salah.
Ini bagaimana mestinya sekarang ? Perempuan selalu jadi bulan-bulanan dari dulu. Aku mesti
bilang apa kalau tukang kredit datang besok ? Bagaimana kalau rumah dibongkar ? ( ngomel tak
jelas apa yan dikatakannya, tertutup oleh suara musik dangdut,tapi mulutnya terus kelihatan
komat-kamit ) Kamu sih tahunya makan, ngomel, berak, kentut
NENEK :
Ayo teruskan. Kenapa berhenti ?!
SEMUANYA TERDIAM.
NENEK :
Teruskan ! Kenapa berhenti ?
NENEK :
Tendang saja ini, beres. Perlu aku bantu ? (Menggerak-gerakkan bangku ) Perlu dibantu ?
NENEK :
Kalau mau mati, mati saja cepat, jangan ngerepotin. Biar Pian bisa kawin lagi. Ayo ! Kok ragu-
ragu !
NENEK :
Sudah tunggu apa lagi ? Cepetan. Kita semua mau tidur ini ! Capek ! Ya nggak ?! Ayo cepetan !
Begitu saja ragu-ragu ! Kaya orang mau beli lotre !
NENEK :
Ntar nggak jadi lagi seperti dulu ! Ah ? Ya sudah kalau nggak ya nggak, jangan suruh kita
nonton. Capek, capek, tahu nggak ?! Capek ! Ah ?
NENEK :
Sialan ! Semua mesti aku juga yang mutusin.Ya udah tak bantuin.Brengsek ! ( mau mengambil
ancang-ancang untuk menonjok bangku itu dengan tongkatnya, tiba-tiba terdengar suara ketukan
dari luar )
PINCANG :
Bukaaaa ! Buka !
PINCANG :
Kurangajar ! Pian dapat lotre satu milyar! Si Bopeng menang!
NENEK :
Apa ?
PINCANG :
Kurangajar ! Sialan ! Kampret ! ( menendang dan mengobrak-abrik sesuatu, lalu jatuh )
NENEK :
Apa ? Lotre satu milyar? ( terkencing-kencing )
ISTRI :
( terkejut mencoba melepaskan ikatan stagen ) Tolongg ! Tolongggg ! ( anak-anak sudah telanjur
keluar )
ISTRI :
Tolong ! ( menggapai-gapai kalap tapi kursi itu kan tertendang,badannya tergantung )
Tolongggggggg ……
NENEK :
Satu milyar, o Gusti ! Berapa itu? Ada setengah juta?
PINCANG :
Bangsat ! Bopeng bangsat ! Kenapa elhu yanmg menang bukan gua!
32
HAH
tontonan oleh :
Putu Wijaya
BAGIAN KEDUA
_________________________________________________________________
PINCANG :
Satu milyar itu nolnya berapa, coba ? ( tidak ada yang menjawab ) Semilyar itu berapa,tahu
nggak ?( tak ada yang menjawab ) Satu milyar itu berapa, tahu nggak ?! ( tak ada yang
menjawab, semua orang memandang keluarga Pian yang makan ) Satu milyar itu berarti cjukup
beli rumah, beli mobil, beli sawah, beli tv, beli video, beli motor, beli kuda, bisa nyabo sam
pai kenyang, bisa kawin sekaligus sembilan, cari babu limapuluh orang. Satu milyar itu bisa buat
sakau sampai mampus. Dengan satu milyar bisa jadi dewa. Bangsat ! Di mana si Bopeng beli
nasib. Bangsat ! Bopeng ! Bangsat ! Bangsat kamu ! ( melempar-lempar ke dalam rumah Pian )
Lhu curang ! Matek lhu cepetan. Matek lhu kebanyakan makan morfin!
HANSIP :
Hee ! Heeeee ! Jangan mengganggu tetangga !
PINCANG :
Sialan dia dapat satu milyar !
HANSIP :
Itu rezeki orang !
PINCANG :
Ngapain dia yang dapat bukan kita !
33
HANSIP :
Beli lotre ngggak ?
PINCANG :
Kalau tahu dapat, gua beli semua !
HANSIP :
Sudah pergi sana jangan mabok di sini !
PINCANG :
Dia yang curang! Habis masak dia dapat satu milyar, beli loter juga kagak pernah!.
HANSIP :
Kalau mau dapat lotre berhenti mimun, jadi orang baik, sembahyang. nanti dapat.Tapi beli lotre
dulu. Kalau tidak pernah beli mana bisa dapat !
PINCANG :
Dia juga kagak pernah beli, kok dapat ?
HANSIP :
Itu rezeki orang Cang !
PINCANG :
Curang ! ( mau melempar lagi )
HANSIP :
Kalau sabar, nanti pasti dapat ! ( memegang, lalu kepada yang lain ) Saya minta jangan kumpul-
kumpul di sini, mengganggu ketengan orang lain yang mau istirahat. Silakan meneruskan urusan
masing-masing. Ayo bubar, jangan ganggu tetangga ! ( meniup sempritan )
HANSIP :
Hayo ! Mau dipentung lagi apa ?!
NENEK :
( mendekat ke depan ) Bagus, bagus Pak Hansip.
HANSIP :
Sip.
NENEK :
Laler kalau lihat makanan pasti semliwer.
34
HANSIP :
Laler apa ?
NENEK :
Orang-orang itu, pasti mau minta bagian uang denger. Sekarang baik-baik semua. Kemaren-
kemaren semua mau makan kita
HANSIP :
Itulah hidup, Mak
NENEK :
Siapa bilang ?
HANSIP :
Hidup di kota memang kejam tidak seperti di kampung.
NENEK :
Ah sama saja. Mau Mas ? ( mengulurkan makanan )
HANSIP:
Apa itu?
NENEK:
Pisa
HANSIP :
Ada rokok nggak ?
NENEK :
Ini lagi. Dikasih makanan enak, minta rokok. Nanti aja kalau sudah sepi, minta persen, sekarang
yang lain bisa iri.
HANSIP :
Pian sudah beli apa saja ?
NENEK :
Mana tahu kita. Orang tua pasti disepelekan.Bininya judes, dompet Pian dia pegang. Kita kagak
dapat apa-apa! Padahal kalau tidak ada kita Pian juga kagak ada.
HANSIP :
Suruh beli colt, nanti aku jadi supirnya.
NENEK :
Nggak tahu deh. Mau beli Mersi katanya. Berapa sih harga mersi.
HANSIP :
35
NENEK :
Nggak tahu. Satu milyar itu berapa ?
HANSIP :
Banyak.
NENEK :
Tapi berapa ?
HANSIP :
Dimakan satu kampung tiap orang nambah tiga kali selama satu tahun, juga belum habis.
NENEK :
Wah banyak juga. Pantesan sekarang Pian makan terus.
ANAK :
Nekkkk ! Dipanggil !
NENEK :
Sudah dulu ya ! ( bergegas datang, kemudian dibisikin oleh Anak )
ANAK :
Jangan pergi-pergi nanti orang-orang datang ke mari, biar kita kompak.
NENEK :
Kenapa memang, aku tidak mau dikompak-kompak. Suka-suka sendiri dong !
ANAK :
Kalau tidak kompak bisa diadu domba.
NENEK :
Boleh, boleh coba.
ANAK :
Bukan begitu. Nanti orang-orang pasti minta-minta sumbangan.
NENEK :
Kasih saja. Satu milyar kan banyak. Sampai mampus tidak habis dimakan ! Kata Pak Hansip Lho
!
ANAK :
Memangnya kita cuma ngurus makan ?
36
ANAK :
Kita kan juga perlu pendidikan.
ANAK :
Dan biaya ke dokter. Sakit ini. Belum kawin lagi.
NENEK :
Dan beli mobil, masak naik bus melulu, bosan, sekali-sekali ngerasain pakai mobil sendiri kek.
Mersi begitu.
ANAK :
Makanya, uang harus dijaga.
ANAK :
Jadi kalau mereka datang kita harus ladeni tapi tidak boleh royal !
NENEK :
Tahu! Tak usah ngotot, serahkan semua sama aku.
ANAK :
Mak bilang, Nenek jangan
NENEK :
Mak, Mak dari tadi lhu Mak-Mak terus, ini kan duit Pian, anak gua !
ANAK :
Nah itu kan sudah mulai!
NENEK :
Mulai apa ?!
ANAK :
Jangan bilang kita banyak duit nanti gampang diadu domba.
NENEK :
Aku tidak suka diperintah !
ISTRI :
Terserah mau bantu atau tidak. Kalau tidak mau baik kalau mau baik.Terserah. Suka-suka situ
saja ! Tapi ini duit di tanganku, mau apa ?! Mau jadi musuh baik, mau jadi kawan mari. Mau
ngomong apa juga semua di tangan gua ! Dulu Pian anakmu, sekarang suami gua!
TETANGGA :
37
Spada !
ISTRI :
Cepat sembunyikan, sembunyikan !
NENEK :
Sembunyikan apa ?
ISTRI :
Makanan umpetin.
NENEK :
Aku tidak setuju. Mereka harus dikasih tahu sekarang kita juga bisa makan pisa.
ISTRI :
Mereka sudah tahu, karena itu datang !
NENEK :
Biar dilihat dengan mata kepala mereka sendiri kita bisa membuang-buang duit, bukan cuma
mereka.
ISTRI :
Kalau cuma dilihat bagus, tapi kalau mereka juga minta makan dan bagian mau dikasih apa, ini
duit masih belum di tangan.
NENEK :
Satu milyar, masak kasih makan bakmi satu kampung saja tak bisa.
ISTRI :
Satu milyar tapi duitnya belum di tangan, ini yang dimakan kan duit pinjaman. Hadiahnya belum
keluar !
NENEK :
Tidak. Pokok aku akan unjukin ama orang sekarang aku bisa aku buang-buang duit biar mereka
jangan nyepelekan kita lagi!
PINTU DIKETUK
TETANGGA :
Pian, Pian !
TETANGGA :
Buka pintu Warni, ini Pak RW !
NENEK :
Sebentar, lagi disembunyikan !
ISTRI :
Sialan! Bukain saja !
ISTRI HANSIP :
Mana ktanya ada tugas-tugas, termnyata di sin i, pakai ngintip segala !
HANSIP :
Mereka datang.
ISTRI HANSIP :
Peduli amat !
HANSIP :
Kamu nggak ikutan ke situ? !
ISTRI HANSIP :
Ngapain.Gengsi dong !
HANSIP :
Barangkali mau kecipratan.
ISTRI HANSIP :
Kamu yang mau ke situ kan !
HANSIP :
Lihat !
ISTRI HANSIP :
Biar kata semua orang ke situ, aku nginjak tanahnya saja muak.
HANSIP :
Jangan begitu, siapa tahu dapat bagian, Pian kan pernah kita tolong, pasti dia ingat kita sekarang.
ISTRI HANSIP :
39
Lha kamu ditolong, aku yang dipentung. Lhu jangan macem-macem lagi di sini. Ayo pulang !
HANSIP :
Tapi tugas ini
ISTRI HANSIP :
Tugas atau cinta yang penting ?! ( galak dan menarik suaminya ) Entar kita beli lotere sendiri !
NENEK :
Silakan duduk seadanya. Tidak ada apa-apa. Malu jadinya kita ini. Pak Rt, Pak RW, Pak Mantri
lho, lho kok semuanya ada di sini. Ada apa ? Kecuali Pak Hansip.
HANSIP :
Saya ada kok.
NENEK :
O Pak Hansip juga. Lengkap ini. Ada apa, kok repot repot. Silakan. Tapi di mana ya.Wah malu
jadinya Ini. Kok ya pada datang ada apa, kok mau-maunya datang ke gubuk kami. Pian kan
kecoak, bukan orang sekolahan kok ya pada datang. Malu juga jadinya ini. Apa Pian ada salah
lagi ? Lihat dia sudah dua harian ini teler saja minum, dasar tak punya tanggungjawab memang
maunya mikirin kesenangan sendiri. Atau anu, itu kali, jemuran pakaian itu ? Ya itu ? Itu saya
dapat nemu kok malam-malam. Kirain dibuang, jadi dipungut saja, daripada diambil maling.
Siapa punya itu, apa ada yang punya begitu ? O maaf ya, nenek sudah tua, ntar tak kembalikan.
Masih kok, masih untuk semua. Mana-mana ? Ambil Boy !
BOY MUNCUL MENYERET BESI JEMURAN ITU DENGAN BEBERAPA PAKAIAN TER
GANTUNG.
NENEK :
Ini ya ? Punya siapa sih ?
TETANGGA :
Nggak apa-apa, kalau memang perlu pakai saja.
NENEK :
O begitu. Ya sudah simpan lagi Boy ! Kebetulan.
ISTRI :
Maaf sudah tua, suka pikun.
TETANGGA :
Ah tidak apa, biasa.Nenek kami juga, lebih ngaco lagi, semua ayam tetangga ditangkap dikira
ayamnya sendiri.
TETANGGA :
Yah hidup di kampung memang banyak suka-dukanya. Kita harus saling mengerti dan tolong
menolong. Kalau tidak sebentar-sebentar salah paham, bisa berantem terus.
HANSIP :
Itu sebabnya Hansip perlu digalakkan.( ketawa )
TETANGGA :
Kami mengucapkan selamat atas kemenangan dik Warni. Kalau kata perlu apa-apa, bahan-bahan
bangunan begitu untuk rumah, bilang saja. Kalau perlu bisa kami borong sekalian dengan
gambarnya. Ini ada contohnya. ( menyerahkan )
TETANGGA :
Kalau perlu tv, video, boleh.. Ambil saja dulu nanti gampang, saya kasih potongan istimewa.Tapi
kalau mau colt, ini adik saya bisa menghubungkan.
TETANGGA :
Ya. Jangan mau sistim kredit, itu jatuhnya mahal. Kalau memang ada duit kas sudah saja bi
saya antar besok.Warnanya pilih yang apa biar tidak bingung nanti .
TETANGGA :
Saya sih mau daftar kalau memang mau cari mandor. Nanti harga bisa diatur ber
RW :
Sebentar, sebentar.Tertib sedikit. Hansip !
HANSIP :
Coba tenang, Pak RW mau bicara.
RW :
Begini ya, kami ikut bangga karena salah seorang warga kita sudah mendapat pahala, sebagai
masyarakat yang gotong-royong kita semua ikut merasakan hikmahnya. Saya hanya
mengharapkan saudara Pian
HANSIP :
Masih mabok Pak.
41
RW :
Dalam hal ini istrinya
NENEK :
Neneknya nggak disebut ya !
RW :
Ya semua wakilnya begitu,nanti jangan lupa pada rukun kampung, para tetangga, tempat kita
hidup sehari-hari.Coba rambu-rambu beton dalam gang sudah kropos, selokan macat, banyak
lagi yang memerlukan uluran kedermawanan. Ini supaya jangan dilupakan.
RT :
( berbisik )
RW :
Pak Rt berbisik ingin menambahkan.
RT :
( batuk ) Juga sumbangan untuk membuat seragam Hansip. Syukur kalau bisa menyumbangkan
HP dan motor China untuk kelancaran tugas. Kas kita agak kosong padahal perayaan peringatan
Hari Tujuh Belas Agustus untuk menyelenggarakan karnaval, pasar murah, perlombaan
memasak, kontes Ratu Kebaya dan pameran lukisan para remaja putus sekolah yang total
memerlukan pembiayaan setengah juta plus ( terus membacakan ) biaya-biaya tak terduga
PINCANG :
Bopeng! Bopeng! Bangsat kamu ! Aku yang kerja keras kamu yang dapat. Sini bagi. Bagi dua !
Kalau tidak awas bini kamu. Kapan kamu beli lotre ? Duit siapa kamu pakai. Itu duit gua. Kalau
dapat itu juga duit gua, lhu jangan main rampok ! Bopeng !
TETANGGA :
Ini to the point saja. Uang itu barang yang ajaib. Mau dihabiskan sekali juga bisa, tapi mau
diternakkan sampai berlipat ganda juga bisa, asal tahu rahasianya. Saya usulkan kalau mau
menyimpan uang itu di perusahaan. Dalam hal ini perusahaan kami yang kebetulan memang
sedang menanjak. Dalam tempo dua tahun, akan jadi dua kali lipat. Tapi terserah yang punya
uang di situ. Ini supaya jadi bahan pemikiran saja dulu. Ini kartu saya. Kalau perlu apa-apa
bilang saja. ( menyerahkan kartu )
HANSIP MUNCUL HENDAK MASUK KEMBALI KE RUMAH PIAN, TAPI TEPAT WAKTU
ITU ISTRINYA MASUK JUGA. IA KONTAN BERBALIK SERIBU
42
ISTRI HANSIP :
( menyalami istri Pian ) Maaf sebesar-besarnya kalau selama ini ada salah pengertian.
NENEK :
Terus terang saja kalau saya bisa pinjam baranr seratus ribu rupiah sekarang, nanti bulan depan
TETANGGA :
Saya juga kalau bisa limapuluh ribu saja
TETANGGA :
Kalau boleh duaratus
RT :
Sebentar-sebentar ini kok seperti pasar. Nanti dulu yang penting kepentingan masyarakat dulu,
jangan pribadi-pribadi. Ini belum selesai. Kita belum membicarakan soal sumbangan ( agak
bising )
ISTRI :
Pak !
TETANGGA :
O ! ( berhenti ) Bagaimana ?
ISTRI :
Jadi kalau ditaruh di situ duitnya bisa jadi dua kali lipat ?
TETANGGA :
Mungkin tigakali lipat tergantung dari perkembangan keadaan.Ya kan ?
TETANGGA :
Kami tidak janji tapi ini pasti.
ISTRI :
Kalau semilyar jadi berapa begitu ?
TETANGGA :
43
Ya kalau dua kali jadi dua milyar, kalau tigakali jadi tiga milyar. Apa tidak hebat.
ISTRI :
Jadi dah, daripada dihambur-hambur nanti.
TETANGGA :
Bagus. Itu pikiran sehat. Nanti kita urus surat-suratnya. Salaman dulu.
ISTRI :
Pakai salaman?
TETANGGA :
Ini namanya gentleman agreement.
TETANGGA :
Selamat. Mulai sekarang kita partner.
ISTRI :
Tapi bisa pinjam dulu nggak, ini semua tetangga pada minta sumbangan, kasihan kalau tidak
diladei, namanya tetangga. Belum lagi keluarga nanti datang minta ini-itu.
TETANGGA :
Gampang. Perlu berapa ?
ISTRI :
Sepuluh ribu saja.
TETANGGA :
Cukup ?
ISTRI :
Ya duapuluh. Atau dualima boleh nggak ?
TETANGGA :
( ketawa ) Beres. Dualima tidak cukup. Kasih saja seratus.
ISTRI :
Seratus ? Masak seratus bisa beli apa ? Duapuluhlima ribu boleh nggak ? Atau sepuluh ribu saja.
TETANGGA :
( membuka tas dan memberikan uang ) Ini
ISTRI:
( Istri Pian trkejut dan mau meraih) Seratus?
TETANGGA:
44
NENEK :
Sudah-sudah sekarang sudahan dulu. Uangnya belum ada kok sudah ribut. Nanti habis dibagi
belum ada apa-apa. Coba dari dulu baik-baik begini kan kita bisa baik-baikan. Mana lakonnya ini
kok hilang.
ANAK :
Ada di luar.
NENEK :
Panggil ! Tamu banyak begini kok kabur, nanti dikira kita sok tahu.
ANAK :
Makkk !
NENEK :
Jangan mondar-mandir kayak opelet, ini tetangga menunggu semua. Pada minta cipratan. Aku
juga.
ISTRI :
Maaf. Ya namanya saja rezeki nomplok jadi bingung. Malah repot. Biasa tidak punya apa-apa,
sekarang dapat satu milyar malah bingung. Sampai di mana tadi ?
TETANGGA :
Kalau bisa kami dikasih pinjam dua ribu dulu.
RT :
Tapi yang harus diprioritaskamn harus proyek bersama. Kalau sudah ini baru yang lain. Bukan
begitu Pak RW ?
RW :
Sebagai RW saya hanya bisa bersyukur, kalau ada warga yang berhasil tapi masih ingat sama
tetangga di masa-masa susah. Saya anjurkan sesuai dengan
PINCANG :
Bopeng! Bopeng! Bangsat ! Bohong kamu !
45
PINCANG :
Pian !
PIAN :
( suaranya tercekik jauh di dalam perutnya ) Apaan Cang ???
PINCANG :
Kamu bangsat !
PIAN :
Kamu mau apa ?
PINCANG :
Bagi dua !
PIAN :
Apanya dibagi.
PINCANG :
Lotre, kamu dapat lotre ! Apa kau kira aku bego tidak tahu?! Hasil jualan bulan lalu juga belum
kamu setor.Curang kamu !
PIAN :
Siapa bilangin elhu gua dapat lotre?
PINCANG :
Bangsat! Jangan pura-pura bego! Nggak perlu ada yang bilangin, gua udah tahu! Semua bilang.
Itu lihat rumah kamu penuh orang minta sumbangannya dong!
PIAN :
Masak begitu?
PINCANG:
Ah prek! Jangan berlagak pilon. Sumpah! Tuh lihatin sendiri!
PIAN MELIHAT.
PIAN:
Sialan ! Kalau gua dapat sekepeng juga semua tahu, semua minta bagian. Sial ! Giliran
kelaparan, semua lari.
PINCANG :
46
Aku tidak lari kan, aku selalu kasi lihat kamu semua. Sekarang mana, kembalikan semua !
PIAN :
Ah lhu juga tampang orang baik-baik, tapi di belakang nembak. Lhu apain anak-anak gua.
PINCANG :
Gua rawat
PIAN :
Rawat pale lhu ! ( pergi )
PINCANG :
Pian ! Pian !
NENEK :
Bagus.Begitu baru Hansip. Nanti dibelikan sempritan baru.
HANSIP :
Seragam dan HP!
NENEK :
Motor sekalian !
HANSIP :
Sip.( tertawa sambil menggebrakkan sepatunya ke sisi Pincang seakan-akan menyiksanya )
ISTRI :
Saya tidak bisa bilang apa-apa. Sekarang saya merasa baru punya saudara lagi. Hidup memang
seperti roda pedati yang masuk lobang, selalu di bawah, sekarang roda kami memang lagi di atas
NENEK :
Makanya pintar-pintar megganjal roda pakai batu.supaya jangan turun-turun lagi. Satu milyar
buat beli batu segede apa juga bisa. Mana pizzanya tadi, buang saja kalau kurang enak, jangan
sungkan-sungkan, masih banyak duit buat beli yang lain kok !
RT :
Pak Pian mana ini ?
47
ISTRI :
Biasa lagi mabok. Sekarang bukan TKW lagi maunya Johny Walker dan Smirnof
NENEK :
Biar saja nanti kan datang sendiri bawa lotre lagi. Semilyar lagi. Makan saja, masih banyak.
ISTRI HANSIP :
Boyyyyyyyy !
NENEK :
Boy dipanggil !
ISTRI HANSIP :
Boy, ini Ana anak Mama mau ketemu katanya mau belajar baca puisi sama kamu.
BOY :
Lho kemaren katanya tidak boleh lagi
ISTRI HANSIP :
Ah lain kemaren lain sekarang. Pokoknya zaman sekarang kalau memang suka sama suka tancap
saja buat apa lagi pikir panjang malah lepas. Ayo baca-baca apa itu. Sana. Ajarin biar pintar Boy.
Nggak pulang juga nggak apa.
BOY :
Betul?
ISTRI HANSIP:
Masak kagak?
BOY:
Betul Ana ?
ANA :
Ya Boy.
BOY :
Tapi Boy tidak bisa baca puisi.Boy cuma bisa bisa main bola sodok. Mau?
ANA :
Apa kata Boy, Ana oke-oke saja.
48
ISTRI HANSIP :
Sudah jangan banyak omong. Praktek situ.
ORKES MULAI MAIN. BOY DAN ANA BERPEGANGAN TANGAN. BERJOGET. TAPI
BOY TIBA-TIBA KESAKITAN. LAMPU REDUP PERLAHAN-LAHAN. TERDENGAR
SUARA ORKES SAJA. LALU ENTAKAN KAKI. PIAN MUNCUL TERGESA-
GESA.NAFASNYA TERSENGAL-SENGAL. CAHAYA MEMUSAT KEPADA PIAN.
PIAN :
Satu milyar! Satu milyar! Gua dapat satu milyar, kata Pincang!Untuk apa duit sebanyak
itu.Terlalu banyak.Gua kagak mau.Gua perlu seceng doang. Seceng doang sekarang, sialan !
Kebanyakan ini. Bagaimana nyimpannya ! Tiap hari gua bisa dirampok ini. Semuanya datang
minta ini, itu, pusing gua.
PINCANG :
Bopeng!
PIAN :
Aduh! Itu dia ! ( mau lari )
PINCANG :
Bangsat ! Pengkhianat kamu ! Bagi!
PIAN :
Antara kita tidak ada apa-apa lagi !
PINCANG :
Siapa bilang ! Kita dari dulu cs, kamu jangan coba-coba ngabur !
PIAN :
Siapa yang ngabur, gua cuma mabur angin-angin !
PINCANG :
Jangan merat lhu !
PIAN :
Buat apa merat, gua sudah capek dikejar-kejar orang nagih hutang!.
PINCANG :
Bagi dua! Kalau lhu macem-macem buntut lhu gua kerjain terus.
PIAN :
Biarin kerjain saja, ntar kalau gua sudah di atas gua balas. Sekarang lhu lhu bilang apa juga gua
ikutin.Tapi gua sudah mimpi dicium Dewi Supraba gua mau dapat rezeki gede. Ntar lagi, ntar
lagi gua injak-injak semuanya, gua makan semuanya, baru tahu rasa lhu. Jangan kirain Si Pian
49
Cuma bisa ngompol Pian juga bisa berak emas. Pian juga bisa makan manusia mentah-mentah.
Bisa potong sembilan Lhu baru nyahok. Tak kunyah kepala lhu baru sadar! Ngerti ? Ente mesti
sabar Pincang bangsat!
PINCANG :
Tapi lhu mesti bagi rata.
PIAN :
Ngapain ! Sekepeng buta juga gua kagak mau kasih orang, gua sudah diinjek-injek begini,
ngapain.
PINCANG :
Bajingan, pengkhianat kamu ! Jahat!
PIAN :
Memang gua jahat, dari dulu, tapi belum dapat kesempatan, kirain lhu aja yang punya taring !
Brengsek !
PINCANG :
Brengsek, jangan kabur ! Bopeng ! ( mengejar )
PINCANG :
Bopeng ! Mana kamu ! Mana kamu bangsat ! Jangan lari dimakan sendiri, kamu awas !
Bopenggggggggg !
50
HAH
tontonan
Putu Wijaya
BAGIAN KETIGA
TETANGGA :
Belum satu minggu yang lalu masih makan tai, seka rang sudah punya semuanya.TV, radio,
kulkas, apalagi itu ? Antene parabola.
TETANGGA :
Yang di sudut itu apa ya ? ( menunjuk ke sudut yang tertutup ) Besar sekali.Paling sedikit itu ya,
apa ?
TETANGGA :
Duit.
TETANGGA :
Apa ?
TETANGGA :
Satu milyar kalau ditukar wah ….. banyak kali. Semua jadi kepengan ya sebesar itu, goblok !
TETANGGA :
Bukan ! Itu syarat ! Sajen barangkali ! Masak tidak pernah beli lotre, tahu-tahu beli sekali dapat..
Kita tigapuluh tahun beli terus, kalah melulu. Barangkali kalau dikumpulin lebih dari tiga ratus
juta dolar. tu pasti sajen buat jin. Kaau tidak ditolong jin mana bisa narik.
NENEK :
51
Mana sajen buat jin ? Itu ? ( menunjuk ke sudut ). Jangan ngomong sembarangan. Kalau orang
ada senang sedikit, tetangga pasti ribut.
TETANGGA :
Habis digede-gedein begitu ?
NENEK :
Ya apa ya, suka-suka orang dong.
TETANGGA :
Duit ya !
NENEK :
Mau tahu aja lhu, sana ke pasar dulu jangan ngurus tetangga.
TETANGGA :
( berbisik ) Jemuran kita hilang lagi kemarin. Itu kali. Dasar tukang nyolong ! Sudah kaya juga
terus aja maling!
NENEK :
Eee enak saja, masak orang punya duit semilyar nyolong, buat apa. Tak usah ya !
TETANGGA :
Iya, ya, ayam kita hilang lagi satu kandang, itu pasti. Lihat ada kandangnya di situ.( menunjuk )
Ya kan ?
NENEK :
Yang bener saja, orang sudah punya tv, radio, kulkas, naik mobil buat apa nyolong jemuran.
Ayam lagi, memang mau diberaki ayam terus ? Pakai otak sedikit ! ( mendekat ke sudut ) Lihat
bungkusan begini, kalau suka ngintip mata bisa hijo. Ini kan bahan-bahan mobil, orang kepingin
beli mersi kok. Bener nggak ?!
ANAK :
Ya.
NENEK :
Kok ayam ! ( sambil menendang kandang ayam yang menonjol supaya terlimndung dalam
selimut, tapi justru ayamnya menggelepar keluar dengan ribut ) Waduh ! ( ribut mau menangkap,
selimut terbuka, kelihatan jemuran milik tetangga , Nenek repot menutupi dan jatuh ke dalam )
TETANGGA :
Lihat ! Betul !
TETANGGA :
Sudah dapat semilyar masih nyolong, terlalu, lapor Hansip !
52
TETANGGA :
Hansip !
HANSIP :
Minggir, minggir ! Para warga, Ali minta minggir, jangan mengganggu tetangga ! Hormatilah
hak orang lain ! ( mengajak orang pergi )
ISTRI HANSIP :
Ya, ya, bagaimana sih. Orang kok tidak boleh seneng. Kasih kesempatan dong mereka
beristirahat. Boy, sudah bangun belum ya ? Ini Ana minta diajar baca puisi lagi. Hajar saja terus
sampai tuntas Boy. Boy, sudah bangun belum ?
ISTRI HANSIP :
Boyyyyyy ! ( pada anaknya ) Ayo panggil, nanti direbut orang baru tuman ! Boyyyy ! Ayo !
ANNA :
Boy !
ISTRI HANSIP :
( dilagukan ) Boyyyyyyyyy !
HANSIP :
Orang masih tidur barangkali.
ISTRI HANSIP :
Sok tahu, kok tidur, ini jam berapa coba !
HANSIP :
Orang kaya namanya, bangunnya kan harus telat !
ISTRI HANSIP :
Jangan ikut campur ! Urus keamanan saja. Boyyyyy !
ANA :
Boy !
ISTRI HANSIP :
Janjinya jam berapa ? Sekarang kan ! Ini sudah telat dua jam.Terlalu. Kalau orang sudah kaya
begini ini, semuanya berubah. Kampret juga. Besok kalau kita giliran kaya, rasain ya, kita obrak-
abrik semua nya. Mentang-mentang perempuan mahluk lemah ditindas tewrus. ( mengubah
suaranya jadi halus ) Boyyyyyyyyyyyyyyy!
ANA :
Boyyyyyyy ! (menirukan maknya)
HANSIP :
( mencoba melagukan ) Boyyyyyyyyyy !!”
ISTRI HANSIP :
Hus diam ! Ini bukan niup sempritan, terkejut orangnya kalau dipanggil begitu. Ntar diputusin
lagi cinta Ana. Ada caranya ngomong sama orang kaya. Kita harus bisa berkorban, nahan
perasaan. Mereka senang kalau kita merendah. Tapi jangan terlalu rendah nanti malah
diinjak.Yang pas begitu. Sulit memang ! (mengubah suara lagi ) Boyyyyyyyyyyyy !
HANSIP :
Boyyyyyyy.
ISTRI HANSIP :
Diemm !
ANA MENANGIS.
ISTRI HANSIP :
Jangan nangis, ini percobaan !
ANA :
Ana malu.
ISTRI HANSIP :
Cinta tidak mengenal malu, Ana !
ANA :
Tapi Ana tidak mau dijual ! ( lari )
ISTRI HANSIP :
Ana ! ( kepada suaminya ) Kamu sih, kagak bisa mendidik anak ! Bisa hancur kalau begini !
( mengubah suara ) Boyyyyy ! ( tak ada jawaban meskipun Boy mencoba menjawab, tapi ia
hanya bisa kesakitan, Istri Hansip marah ) Brengsek ! (keras ) Boyy!!! ( terus pergi mengejar Ana
diikuti oleh Hansip )
BOY KESAKITAN, MAU MEMANGGIL TAPI TAK BISA LALU JATUH. NENEK
54
DATANG.
NENEK :
(mengangkat Boy dan menjelaskan ) Ini penyakit orang kaya, tidak usah malu Boy ! ( menarik
Boy ke belakang ).
HANSIP :
( melagukan ) Boyyyyyyyyyyyyyy ! Boyyyyyyyyy !
HANSIP :
( melagukan ) Boyyyyyyyyy !
ANAK :
Siapa itu pagi-pagi sudah ngebet. Bung Ali ya.
HANSIP :
( belum sadar ) Boyyyyyyy.
ANAK :
Boy sakit.Yang lain boleh kan.
HANSIP :
Boyyyyyyyyy.
ANAK :
( memegang ) Ini Boy.( Hansip terkejut )
HANSIP :
Boy, Boy sudah bangun ?
ANAK :
Boy sudah dari tadi bangun. Ayo. ( menarik )
HANSIP :
Ke mana ?
ANAK :
Ke mana saja Ente mau !
HANSIP :
Tapi Ali jaga keamanan
55
ANAK :
Menolak ? ( memanggil Nenek ) Nek !
HANSIP :
Bukan
ANAK :
Kalau begitu, ayo.
HANSIP :
Tapi
ANAK :
Menolak ?
HANSIP :
Ya sudah.
ISTRI HANSIP :
Ali ! Ke mana lhu!
ANAK :
Pinjam sebentar ya Tante !
ISTRI HANSIP :
( ramah-tamah ) O silakan Dik.
ANAK :
Ayo !
HANSIP :
Tapi pelan-pelan ya !
ISTRI HANSIP :
( ngumpat ) Sialan ! Mau mancing kena pancing ! Dasar goblok! ( serombongan pengemis
muncul ) Lho, lho ini kok banyak kere sekarang di sini. Bau ! Ayo Ana ! Ntar kena penyakit
kamu ! ( menarik anaknya pergi)
ENAM
KELUARGA :
( berbicara di dalam bahasa daerah )
KELUARGA :
Benar, meskipun jauh, tapi segala perkembangan kalian di kota dari dulu selalu kami ikuti.Kami
ikut bersyukur atas rakhmat yang kalian terima.
KELUARGA :
Rasanya tidak cukup dari jauh, sehingga kami sampai menjual padi supaya bisa datang ke mari.
KELUARGA :
( bicara lagi dalam bahasa daerah )
KELUARGA :
Jadi maafkan kalau selama ini kita ada sedikit salah paham. Sekarang semuanya jadi jelas,itu
karena fitnah orang luar yang tidak suka keluarga kita bersatu. Sekarang semuanya sudah beres.
(ketawa ramah berlebihan)
KELUARGA :
Karena hidup di desa sulit sekarang,ya tak segan-segan lagi, habis kepada siapa lagi kalau bukan
keluarga sendiri, ya nggak
KELUARGA :
Ya
KELUARGA :
Dari kecil kamu memang kata orang-orang tua, akan menjadi juru selamat kita semua. Kepada
kamulah kita semua harus mencari perlindungan.Anak-anak membutuhkan sekolah ini ada yang
mau berobat di sini.Juga ada kakekmu yang lumpuh, susah merawatnya di kampung, kami bawa
semua ke mari. Pendeknya kami menyerahkan diri untuk diarahkan oleh kamu
KELUARGA :
( berbisik dalam bahasa daerah )
KELUARGA :
O ya, ini ada surat dari Pak RT, Lurah, kawan-kawan dan orang-orang yang dulu menolong kamu
di desa. Mereka tidak bisa datang, tapi pesannya, jangan sampai lupa kacang pada
kulitnya.
KELUARAG:
Kalau kacang lupa kulitnya namanya kualat
KELUARGA :
57
PINCANG :
Goblok kenapa di sini. Percuma.Masuk ! Masuk saja ke dalam, minta bagian kamu. Siapa dulu
yang melindungi dia waktu dikejar-kejar Tibun. Kamu kan ! Masuk saja masuk !
PINCANG :
Paling sedikit sepuluh ribuan tiap orang dapat. Lihat itu orang desanya datang dari Jawa. Semua
dikasih. Kemarin semua tetangga kebagian limaribu. Kamu semua lebih berhak dong. Kita cs
nya waktu zaman susah malah tidak kebagian. Ayo rebut. Rebut sana goblok, nanti malah habis,
nyesel kamu ! Ayo ! Kamu juga bisa nyanyi kan! Ayo bukan congor kamu!
PINCANG :
Kampret, goblok semua ! Pantesan jadi kere terus. Sudah puluhan tahun lhu di sini, kalau terus
saja goblok mati di selokan paling banter. Lihat ! ( mengeluarkan bungkusan kertas, tapi
kemudian beberapa recehan ikut gemerincing ) Lihat ! Gua baru dikasih satu juta kemarin. Mau
nggak, Satu juta bisa nyabo satu tahun. Mau nggak ? ( mengulurkan,beberapa orang mencoba
meraih,dengan gesit Pincang menariknya ) Enak aja. Ini punya gua. Lhu ambil bagian lhu di
dalam, ambil sudah disediain. Nggak mau ? Tolol. Guan ambil buat gua ya ! ( mau masuk,tapi
dipegang orang-orang itu ) Makanya masuk, nanti direbut gembel-gembel itu !
NENEK:
Heeee! Eeeeeee ! Satu-satu, satu-satu ngomong nanti semua kebagian !
PINCANG :
Denger tidak ?! Semua kebagian.Ambil !
NENEK :
Tapi sudah terlambat, kita sudah mau beli mersi !
PINCANG :
Belum terlambat. Cepat, cepat ! Goblok ! ( memelopori masuk,tapi dipegang oleh orang-orang
itu dan mereka menyerbu masuk, Pincang memandang sambil menggalakkan ) Serbu
saja,serbu !
58
TUJUH
NENEK :
Ini banjir kiriman dari mana. Sampah dari mana ini. Ah ?! Apa-apan ini ? Apa-apaan ini !
PINCANG :
Serbu saja, serbu !
PINCANG :
Bopeng! Bopeng! Pian ! Pian ! Kamu jangan curang,kamu mau makan sendiri ! Pengkhianat !
DALAM KEADAAN KACAU ITU PIAN DIAM-DIAM BANGKIT DAN KELUAR. LAMPU
MENGGELAP DI DALAM.
PIAN :
Satu milyar, yailah satu milyar bukannya kebanyakan. Habis semua gua beli duitnya masih num
puk. Kagak tak usah semilyar, satu juta saja. Seribu juga cukup !
PINCANG :
Pian !
PIAN :
Hee Pincang ! Kamu ngaco, kamu bilang apa sama mereka, aku dapat lotere satu mulyar? Lihat
rumah gua berantakan sekarang !
PINCANG :
Bopeng kamu jangan lari, bagi dua !
PIAN :
Bagi dua palemu ! Gua tidak kuat dikerjain begini, gua modar !
PIAN :
59
PINCANG :
Bagi dua ! Kalau tidak, gua lapor polisi sekarang.
PIAN :
Lhu ngerjain terus !
PINCANG :
Bagi sama rata Bopeng! ( kepada orang yang merebut harta Pian ) Ambil, ambil semua sampai
ludas ! Dia punya satu milyar!
PIAN :
Setan !
PINCANG :
Bopeng ! Jangan lari lhu! Bagi, bagi ! Bopenggggg !
PINCANG :
( di luar ) Bopeng jangan kabur, jangan ngabur lhu !
NENEK :
Satu milyar rasanya kok begini bener, sepet.
PINCANG :
Bopeng!!!! Jangan kabur lhu. Bopeng!
PIAN :
Aku tidak ngabur. Siapa bilang aku ngabur ! ( cahaya mengabur tapi ditahan Pian ) Tunggu !
Tunggu dulu, gua belum selesai bicara ! ( cahaya lebih terang lagi ) Warni, Pian tidak ngabur,
jangan percaya Pincang, jangan percaya mulut orang, percaya sama Pian.Gua bersumpah, gua
bersumpah untuk terakhir kali sekarang. Pian beli lotre lagi besok. Pasti sekali ini akan beneran
dapat, pasti dapat War. Bukan cuma dua ribu, tapi dua juta, bahkan duaratus juta bahkan dua
milyar. Pasti ! Aku sudah dapat nomornya sekarang, aku sudah tahu rahasianya sekarang, tapi
harus dibeli dulu baru dicarikan dukun, bukan tunggu dapat baru dibeli ! Aku tidak ngabur lagi
sekarang. Gua di sini ! Pian di sini ! Jangan takut !
PIAN :
( mengumpulkan keluarganya ) Sini kumpul semua. Gua sudah insaf sekarang. Gua sudah
kapok.Gua kagak mau minum lagi.Gua mulai sekarang.Sini, rapat ke mari jangan gentayangan di
luar rumah, sudah malam. Cari ilmu. Dengerin kata nenek. Bantu ibu kamu. Sini masuk rumah,
biar bau, ini rumah kamu sendiri ! Ini nenek kamu, ini Mak kamu, ini babe kamu ! ( melempar ke
samping ) Heeee ! Jangan nyabo di situ pulang ! Kamu jadi orang biasa saja sudah bagus, jangan
mau mati di selokan. Kembali ! Mau kembali kagak ?!
PIAN :
Ini rumah lhu bukan di jalanan. Ayo ayo ! Jangan pedulikan tetangga, biar mereka ngintip. Biar
semua orang ngintil. Aku di sini, aku tidak ngabur lagi. Pian sudah insaf ! Besok kita beli lotre.
Kita beli semua supaya hadiahnya semua buat kita, yang lain biar kagak kebagian, peduli amat !
PINCANG :
( di kejauhan ) Pian! Bopeng! Jangan ngabur lhu !
PIAN :
( teriak ) Bangsat ! Siapa bilang gua ngabur ! ( menuntun tangan istrinya menuju ke bawah tali
stagen ) Masak orang terus menerus bodoh, seteler teler orang, ini kan manusia juga.
NENEK :
Kalau diasah terus gunung batu juga bisa jadi jarum.
PIAN :
Benar. Hanya oang-orang sirik yang tidak mau kita insaf. Mereka mau kita jadi kecoak terus.
61
Kalau kita pintar mereka tidak bisa kaya. Pian tidak sebodoh itu, dulu memang.
NENEK :
Semua orang kalau laris memang suka ngawuran, tapi langit saja ada batas, manusia namanya,
mesti punya pikiran.
PIAN :
Biar tidak sekolahan, tapi Pian tahu mana bener mana salah.
NENEK :
Itu, cucu nenek, begitu.
PIAN :
Kita sudah notok sekarang.
NENEK :
Biar orang-orang itu mengejek terus, tapi kita diam-diam saja bergerak, bergerak diam-diam,
tahu-tahu semilyar, tahu-tahu naik mersi.Tahu-tahu separuh telanjang begini. Permainan orang
kaya ya begini
PIAN :
Pokoknya mulai sekarang. Mulai sekarang. Pian bersumpah mulai sekarang ini ke depan
semuanya akan beres. Pian tidak judi lagi, tidak nyabo, tidak minum. Hanya beli lotre.
NENEK :
Biar dapat lagi dua milyar. Tapi beneran!
PIAN :
Kalau kita mau berusaha kata orang, apa-apa juga pasti bisa.Tuh lhu lihat sendiri yang penting
ada lah kemauan, ya kan Nek.
NENEK :
Bener. ( menyanyikan sebuah tembang daerah )
PINCANG :
( Sambil menendangi pintu ) Pian ! Pian ! Lhu jangan ngabur ! Pian ! Piannnnnnn !
PINCANG :
Pian ! Pian ! Bangsat ! Lhu jangan ngabur ! ( ia memunggut bangku dan nyaris hendak
melemparkannya ke dalam rumah )
HANSIP :
Tenang, tenang !
PINCANG :
Pian ! Bangsat ! Lhu jangan ngabur !
HANSIP :
Kapok ! ( memborgol Pincang )
PINCANG :
Pian lhu jangan ngabur !
PIAN :
Siapa bilang gua kabur.Gua ada di sini sekarang. Gua di sini !!
HANSIP :
( meniup sempritan sehingga semua diam ) Tidak punya uang susah,punya uang jadi begini
akibatnya. Kirain gampang jadi orang kaya. Ayo bubar semua. Bubar, ini bukan urusan kita lagi !
Bubar ! Susah jadi juragan, tahu nggak, kalau nggak kuat ya kayak begini jadinya. Berabe
nggak ?!
63
PINCANG :
Curang ! Lhu jangan ngabur, lhu jangan ngabur Pian!
PIAN :
Makderodok ! Siapa bilang gua ngabur, siapa bilang gua kabur siapa ....
ISTRI:
(bicara, mulutnya begerak-gerak)
DAN SETERUSNYA