Anda di halaman 1dari 3

Naskah Monolog Pendek

Galery
Adhy Pratama, Teater Petass

Cerita ini diangkat dari kisah salah satu penipuan terbesar dunia oleh Han Van Meergeren.
Berawal dari frustasi dan sakit hati, seniman ini akhirnya melakukan penipuan dengan
memalsukan lukisan dari pelukis legendaris dunia.

Setting :

Sebuah penjara, seorang tahanan dari dalam sel hanya duduk diam. Music intro lagu “Deep
Kick” 10 detik awal diulang-ulang. Suara vocal mendayu-dayu.

(suara) : Hai Jahanam! Ketahuilah, kau sudah melakukan dosa besar dalam sejarah republic ini!
Kau telah melakukan penggelapan atas karya pelukis-pelukis legendaris dan menyeludupkannya
keluar negeri!

Pelukis (p) : (diam)

(Suara) : tidakkah kau tahu? Penggelapan karya pelukis legendary dalam negeri yang merupakan
kekayaan sejarah dan kebudayaan bangsa keluar negeri itu sama saja dengan perbuatan makar.
Kau bias dijatuhi hukuman mati atau penjara seumur hidup.

P : (terkejut, menganggkat kepala, kembali menundukkan, diam)

(Suara) : Dimana cintamu terhadap Negara, bajingan! Kau khianati negeri ini!

P : (mengangkat kepala, tertawa) hahahahaha, aku tidak pernah mengkhianati Negara ini, meski
menyedihkan, masih ada setitik rasa nasionalis dalam diriku. Asal kalian tahu, kalian semua
kutipu. (kembali tertawa)

- Pelukis tertawa terbahak-bahak hingga mengeluarkan air mata. P Mengusap airmatanya,


kemudian kembali tertawa.

P : Asal kalian tahu, lukisan legendaries yang kini dibeli oleh orang luar negeri itu bukan karya
Veermer. Aku sendiri yang melukisnya! Aku sendiri dengan tanganku sendiri!

- Pelukis tiba-tiba terdiam, telingannya seperti mendengarkan dengan seksama.

P : Kalian tidak percaya! Hah! Kalian tidak percaya! Bahkan lukisan legendaries yang kini
terpampang di pusat museum nasional itu juga karyaku! Aku yang melukisnya! Bukan Veermer!
Hahahaha.
- Pelukis kembali terdiam, telinganya kembali seperti mendengarkan.

P : Oh! Kalian tambah tidak percaya! Atau takjub! Periksa dengan sinar X, lukisan dibwah
lukisanku itu, kalian akan menemukan lukisan yang asli! Kemudian periksa dilaboratorium,
dilukisan itu akan kalian temukan senyawa fenol yang bahkan belum ditemukan pada zaman
Veermer masih hidup dulu!

P : baiklah, aku masih dengan bangga menerima hukuman 20 atau 30 tahun penjara atas dasar
pemalsuan! Jangan pernah kalian menuduhku sebagai pengkhianat Negara lagi! Aku cinta
negaraku!

(layar tertutup)

Setting : Disebuah studio lukisan, banyak lukisan tergantung, seorang pelukis sedang melukis.
Meja penuh dengan cat dan kuas, serta minuman.

Pelukis (P) : (melempar kuas ke canvasnya) Akh!! Aku benar-benar sedang frustasi! Benar-benar
frustasi!! Bila sedang begini, jangankan wajah, setitikpun tak sanggup aku menggoresnya!
(menutup wajah dengan tangan).

- Pelukis perlahan mengangkat kepala dan menghembuskan nafas panjang. Kemudian


melirik kembali canvasnya

P : ada apa dengan diriku? Mengapa akhir-akhir ini gairah melukisku terus berkurang? (berdiri,
melihat sekeliling berjalan menuju salah satu lukisan)

P : uh, lukisan ini (pause, mengambil lukisan dan memandang dengan seksama) apa yang kurang
dari lukisan ini? (pause, kembali ketempat duduk) kalau saja kritikus-kritikus itu tidak
memandang rendah karyaku, lukisan-lukisan ku pasti sudah terjual mahal. Siapa pelukis terbesar
abad ini? Picaso? Aku bahkan bias melukis lebih baik dari dia dengan mata tertutup!

- Pelukis kembali menghembuskan nafas panjang, kemudian berjalan kearah minumannya


dan minum seteguk air. Kembali duduk, kemudian berfikir.

P : Seharusnya bila ada lukisan yang bagus, katakana bagus siapapun penulisnya! Tetapi mereka
bahkan memuji sketsa dungu, apabila pelukisnya terkenal. Kritikus macam apa itu? Baik, aku
mampu menciptakan lukisan. Giliran aku bereksperimen, tentu aka nada zat kimia yang akan
tahan dibakar sehingga membuat lukisanku menjadi berusia lebih dari ratusan tahun! Nama-
nama besar seperti Veermer akan hidup kembali ditanganku, dengan tanganku sendiri! Aku mau
lihat sebatas mana otak kalian para kritikus! (out)

(layar tertutup)
Setting : Masih disebuah studio lukisan, banyak lukisan tergantung, seorang pelukis sedang
melukis. Meja penuh dengan cat dan kuas, serta minuman. Pelukis sedang memegang sebuah
lukisan mahakaryanya sendiri.

Anda mungkin juga menyukai