Anda di halaman 1dari 110

MATEMATIKA KOMPUTASI LANJUTAN

UNTUK
ILMU KOMPUTER

Materi diringkas dari :


Kenneth H. Rosen (Discrete Mathematics and Its Applications 7th Edition)
Rinaldi Munir (Dosen ITB)

Sets

Logic

Function

Number

Graph

Dosen Pengampu:
Maxrizal, S.Pd.Si., M.Sc.

JURUSAN SISTEM INFORMASI


STMIK ATMA LUHUR PANGKALPINANG
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Alllah SWT, Tuhan pencipta sekalian alam, yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya. Diktat kuliah ini disusun atas dasar kebutuhan
pengajaran untuk mahasiswa agar dapat menjadi acuan dan motivasi dalam belajar matematika
komputasi lanjutan. Diktat ini merupakan saduran atau ringkasan materi yang diambil dari Buku
Kenneth H. Rosen dan Modul kuliah Rinaldi Munir.
Adapun kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan diktat ini ke
arah yang lebih baik.

Pangkalpinang, 4 Maret 2018

Tim Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................................................. 2


Daftar Isi ....................................................................................................................................... 3
BAB I Matematika Diskrit dan Logika ............................................................................................ 4
BAB II Himpunan dan Fungsi ...................................................................................................... 19
BAB III Induksi & Rekursi ............................................................................................................ 41
BAB IV Teori Bilangan ................................................................................................................ 49
BAB V Aplikasi Teori Bilangan .................................................................................................... 59
BAB VI Prinsip Dasar Menghitung .............................................................................................. 74
BAB VII Pengantar Teori Graf ..................................................................................................... 86

3
BAB I
Matematika Diskrit dan Logika
A. Matematika Diskrit dan Perannya

Sumber: Kenneth H. Rosen (Discrete Mathematics and Its Applications 7th Edition)

Matematika diskrit adalah cabang matematika yang mengkaji objek-objek diskrit. Suatu benda
dikatakan diskrit jika:
a. Terdiri dari sejumlah berhingga elemen yang berbeda, atau
b. Elemen-elemennya tidak bersambungan (unconnected).

Pada prinsipnya, komputer digital bekerja secara diskrit. Informasi yang disimpan dan dimanipulasi
oleh komputer adalah dalam bentuk diskrit sehingga matematika diskrit merupakan ilmu dasar
dalam ilmu komputer. Matematika diskrit memberikan landasan matematis untuk kuliah-kuliah lain
di informatika seperti algoritma, struktur data, basis data, otomata dan teori bahasa formal, jaringan
komputer, keamanan komputer, sistem operasi, teknik kompilasi, dsb. Karena sangat penting dan
krusial, matematika diskrit sering dikatakan matematika-nya orang informatika. Beberapa materi
yang akan dibahas dalam matematika diskrit, yaitu:
a. Logika (logic)
b. Teori Himpunan (set)
c. Relasi dan Fungsi (relation and function)
d. Induksi Matematik (mathematical induction)
e. Teori Bilangan Bulat (integers)
f. Kombinatorial (combinatorics)
g. Teori Graf (graph – included tree)
h. Kompleksitas Algoritma (algorithm complexity)

4
Sumber: Kenneth H. Rosen (Discrete Mathematics and Its Applications 7th Edition)

B. Peran Logika

Sumber: Kenneth H. Rosen (Discrete Mathematics and Its Applications 7th Edition)

Logika merupakan dasar dari semua penalaran (reasoning). Penalaran didasarkan pada hubungan
antara pernyataan (statements).

C. Proposisi

Sumber: Kenneth H. Rosen (Discrete Mathematics and Its Applications 7th Edition)

Pernyataan atau kalimat deklaratif yang bernilai benar (true) atau salah (false), tetapi tidak
keduanya disebut proposisi. Berikut ini beberapa contoh proposisi, yaitu:
1. “ 12  10 “merupakan proposisi bernilai salah.
2. “Sekarang tahun 2015 dan 9  1 “merupakan proposisi bernilai salah.

5
3. “Jangan memakai HP saat kelas sedang berlangsung” bukan merupakan proposisi.
4. “ y  2  5 “ bukan merupakan proposisi.
Suatu proposisi dilambangkan dengan huruf kecil yaitu p, q, r, .

D. Operator Logika
Jika diberikan proposisi p dan q maka berlaku:
1. Ingkaran : tidak p

Sumber: Kenneth H. Rosen (Discrete Mathematics and Its Applications 7th Edition)

Ingkaran dari p dinotasikan p

Sumber: Kenneth H. Rosen (Discrete Mathematics and Its Applications 7th Edition)

2. Konjungsi (conjunction): p dan q

Sumber: Kenneth H. Rosen (Discrete Mathematics and Its Applications 7th Edition)

Dinotasikan : p  q,

Sumber: Kenneth H. Rosen (Discrete Mathematics and Its Applications 7th Edition)

6
3. Disjungsi (disjunction): p atau q

Sumber: Kenneth H. Rosen (Discrete Mathematics and Its Applications 7th Edition)

Dinotasikan : p  q

Sumber: Kenneth H. Rosen (Discrete Mathematics and Its Applications 7th Edition)

4. Implikasi : Jika p maka q

Sumber: Kenneth H. Rosen (Discrete Mathematics and Its Applications 7th Edition)

Sumber: Kenneth H. Rosen (Discrete Mathematics and Its Applications 7th Edition)

Dinotasikan : p  q .

5. Biimplikasi : p jika dan hanya jika q

Sumber: Kenneth H. Rosen (Discrete Mathematics and Its Applications 7th Edition)

7
Dinotasikan : p  q

Sumber: Kenneth H. Rosen (Discrete Mathematics and Its Applications 7th Edition)
6. XOR

Sumber: Kenneth H. Rosen (Discrete Mathematics and Its Applications 7th Edition)

Dinotasikan : p  q .

Sumber: Kenneth H. Rosen (Discrete Mathematics and Its Applications 7th Edition)

Berikut ini disajikan ringkasan tabel kebenaran:

p q p pq pq pq pq


B B S B B B B
B S S S B S S
S B B S B B S
S S B S S B B

Latihan:

Sumber: Kenneth H. Rosen (Discrete Mathematics and Its Applications 7th Edition)

8
E. Operasi Bit dan Logika

Sumber: Kenneth H. Rosen (Discrete Mathematics and Its Applications 7th Edition)

Sumber: Kenneth H. Rosen (Discrete Mathematics and Its Applications 7th Edition)
Contoh:

Sumber: Kenneth H. Rosen (Discrete Mathematics and Its Applications 7th Edition)

9
Exercises
Soal 1

Soal 2

Soal 3

Soal 4

10
Soal 5

F. Aplikasi Logika Proposional

Sumber: Kenneth H. Rosen (Discrete Mathematics and Its Applications 7th Edition)
a. Translating English Sentences

Sumber: Kenneth H. Rosen (Discrete Mathematics and Its Applications 7th Edition)
b. Boolean Search

Sumber: Kenneth H. Rosen (Discrete Mathematics and Its Applications 7th Edition)

11
Contoh kasus:

Sumber: Kenneth H. Rosen (Discrete Mathematics and Its Applications 7th Edition)

c. Logic Circuits

Sumber: Kenneth H. Rosen (Discrete Mathematics and Its Applications 7th Edition)

G. Ekuivalensi logis

Kedua ekspresi logika disebut ekuivalensi logis jika memiliki nilai kebenaran yang sama pada tiap
baris tabel kebenaran.Selanjutnya, ekuivalensi logis disimbolkan dengan “  ”.

Contoh:
1. p  q  q  p ,
2. p  q  q  p .

Beberapa hukum-hukum logika, yaitu:


No. Nama Hukum Logika Ekuivalensi Logis
1 Hukum Negasi Ganda p  p
pq  q p
2 Hukum Komutatif pq  q p
pqq p
3 Hukum Asosiatif  p  q  r  p  q  r 

12
 p  q  r  p  q  r 
p  q  r    p  q   p  r 
4 Hukum Distributif
p  q  r    p  q   p  r 
p p  p
5 Hukum Idempoten p p  p
pS  p
p B  B
6 Hukum Identitas
pS  S
pB  p
p  p  B
7 HukumNegasi
p  p  S
  p  q   p  q
8 Hukum DeMorgan
  p  q   p  q
9 Hukum Kontrapositif p  q  q  p
10 Hukum Implikasi p  q  p  q
11 HukumBiimplikasi p  q   p  q  q  p
p   p  q  p
12 Hukum Absorsi
p   p  q  p

Contoh:
Buktikan sifat ekuivalensi logis dengan menggunakan hukum logika pada ekspresi
 p  q    p  q   p .
Jawab:
 p  q    p  q   p   q  q  (Hukum Distributif)
 pB (Hukum Negasi)
 p≡ p (Hukum Identitas)
Jadi, terbukti  p  q    p  q   p .
Exercise
Soal 1

13
Soal 2

Soal 3

Soal 4 - 10

14
H. Penarikan Kesimpulan Dengan Aturan Inferensi

Selain menggunakan hukum-hukum logika, dalam penarikan kesimpulan, kita membutuhkan


beberapa konsep tambahan, yaitu:
a. Modus Ponens
pq
p

 q
b. Modus Tollens
pq
q

 p
c. Silogisme Hipotetikal
pq
qr

 pr
d. Adisi
p

 pq

e. Simplikatif
pq pq
    atau    
p q
f. Konjungsi
p
q

 pq

Contoh:
Diberikan beberapa premis berikut ini:
P1 : p  q .
P2 : q  r .
P2 : r
C : p .
Apakah penarikan kesimpulan dari premis-premis di atas valid?
Jawab:

15
Langkah ke- Ekspresi Alasan
1 pq Premis 1
2 qr Premis 2
3 r Premis 3
4 pr Langkah 1,2; Silogisme hipotetikal
5 p Langkah 3,4; Modus tollens

Perhatikan bahwa pada langkah 5 telah menunjukkan kesimpulan yang diketahui. Dengan
demikian, argumen yang diselidiki valid.

Contoh:
Diberikan beberapa premis berikut ini:
P1 : Anda pintar membuat program atau merakit hardware komputer.
P2 : Anda tidak pintar membuat program atau mengelola anti virus.
C : Anda pintar membuat program atau mengelola anti virus.
Apakah penarikan kesimpulan dari premis-premis di atas valid?
Jawab:
Sebelumya untuk memudahkan penalaran, premis-premis dan kesimpulan di atas kita ubah ke
dalam simbol, sehingga diperoleh:
P1 : p  q .
P2 : p  r .
C: qr.
Berikut langkah pembuktian:
Langkah ke- Ekspresi Alasan
1 pq Premis 1
2 p  r Premis 2
3 q p Langkah 1; Hukum Komutatif
4 q  p Langkah 3; Hukum Implikasi
5 pr Langkah 2; Hukum Implikasi
6 q  r Langkah 4,5; Silogisme Hipotetikal
7 qr Langkah 6; Hukum Implikasi

Perhatikan bahwa langkah 7 menunjukkan kesimpulan yang diberikan. Jadi, penarikan kesimpulan
dari argumen di atas valid.

16
Exercises
Soal 1

Soal 2

Soal 3

Soal 4

17
Soal 5

18
BAB II
Himpunan dan fungsi

Sumber: Kenneth H. Rosen (Discrete Mathematics and Its Applications 7th Edition)

A. Pengertian Himpunan

Sumber: Kenneth H. Rosen (Discrete Mathematics and Its Applications 7th Edition)

Himpunan (sets) adalah kumpulan objek-objek yang didefinisikan dengan jelas.

Contoh 1:

Contoh 2:

Contoh 3:

19
Kesamaan dua himpunan

Sumber: Kenneth H. Rosen (Discrete Mathematics and Its Applications 7th Edition)

B. Jenis-Jenis Himpunan
a. Himpunan kosong (null sets)
Himpunan kosong adalah himpunan yang tidak memiliki anggota. Notasi untuk himpunan kosong
adalah   atau  .
Contoh:
1. A   x x adalah manusia berkaki empat
2. 
B  x x 2  4 dan x  ganjil 
Jelas bahwa A   , karena tidak ada manusia normal yang berkaki empat. Sedangkan B  
, karena tidak ada angka ganjil yang memenuhi persamaan itu. Nilai x yang mungkin hanyalah
2 atau 2 .

b. Himpunan semesta (universal sets)


Himpunan yang memuat semua anggota yang sedang dibicarakan disebut himpunan semesta.
Contoh:
1. Misalkan A  1,3,5,  atau himpunan bilangan ganjil dan B  2, 4,6,  atau
himpunan bilangan genap. Paling tidak kita bisa memilih himpunan bilangan asli  
sebagai himpunan semesta yaitu S  .
2. Misalkan diberikan beberapa himpunan berikut ini.
A   x x adalah mahasiswaTI STMIK 
C   x x adalah mahasiswa MI STMIK 
Maka dapat dipilih himpunan semesta yaitu S   x x adalah mahasiswa STIMIK  .

c. Himpunan bagian (subsets)


Himpunan A dikatakan himpunan bagian dari himpunan B jika setiap anggota A merupakan
anggota B , yang dinotasikan dengan A  B . Jika paling sedikit ada satu anggota dari A bukan
merupakan anggota B maka A bukan himpunan bagian dari B , dinotasikan A  B .

Sumber: Kenneth H. Rosen (Discrete Mathematics and Its Applications 7th Edition)

Contoh:
1.  merupakan himpunan bagian dari setiap himpunan.

20
2. Misalkan A  2,3 dan B  1,2,3,4 maka jelas A  B .

Perhatikan bahwa A  B dibaca A subset B atau bisa juga dinyatakan sebagai B super set
dari A .
Jika himpunan A memiliki n anggota maka banyak himpunan bagian dari A adalah 2n .
Misalkan A  1, 2,3 maka himpunan bagiannya adalah  , 1 , 2 , 3 , 1, 2 , 1,3
, 2,3 dan 1, 2,3 .

d. Keluarga himpunan (family of sets)


Himpunan A dinamakan keluarga himpunan jika semua elemennya berupa himpunan.
Contoh :

1. A  1 , 1, 2 
2. B x x bilangan genap,a, b, c , 
Selanjutnya C  0, 1 , a, b bukan merupakan contoh keluarga himpunan karena ada satu
anggota yang bukan merupakan himpunan yaitu 0 .

e. Himpunan kuasa (power sets)


Himpunan kuasa  2 A  adalah keluarga himpunan dari semua himpunan bagian dari himpunan A

Contoh:
1. Diberikan A  1, 2 , maka banyak himpunan bagian dari A adalah 22  4 yaitu
, 1 , 2 , 1, 2 .
 
Jadi 2  , 1 , 2 , 1, 2 .
A

2. Diberikan B  a , maka banyak himpunan bagian dari B adalah 21  2 yaitu


, a .

Jadi 2  , a .
B

f. Himpunan terhingga (finite) dan tak terhingga (infinite)


Himpunan terhingga adalah himpunan yang banyak anggotanya berhingga.
Contoh:
1. Himpunan 
2. Himpunan dengan n anggota.
3. M  x x adalah mahasiswa TI STIMIK 
4. P   y y adalah banyak UKM yang ada di STMIK 
Himpunan tak terhingga adalah himpunan yang berkorespondensi satu-satu dengan bilangan asli,
yaitu himpunan yang banyak anggotanya tak terhingga.

21
Contoh:
1. Himpunan bilangan asli.
2. Himpunan bilangan bulat.

g. Himpunan terhitung (countable) dan tak terhitung (uncountable)


Himpunan terhitung adalah himpunan terhingga (finite) atau tak terhingga (infinite).
Contoh:
1. A  a, b, c
2. Himpunan bilangan ganjil.
Himpunan tak terhitung adalah himpunan yang tidak terhitung jumlahnya.
Himpunan bilangan Real   adalah contoh himpunan yang tak terhitung. Hal ini cukup beralasan
karena kita tidak bisa menentukan berapa banyak bilangan Real yang terletak diantara dua
bilangan bulat yang berurutan.

h. Himpunan saling lepas (disjoint sets)


Himpunan A dan B dikatakan saling lepas jika himpunan A dan B tidak memiliki elemen
yang sama.
Contoh:
Misalkan himpunan A  1, 2,3 dan B  a, b maka himpunan A dan B dikatakan saling
lepas.

C. Diagram Venn
Pada diagram Venn, daerah persegi untuk menggambarkan himpunan semesta dan daerah
lingkaran untuk menggambarkan himpunan di dalamnya.

22
Contoh:

D. Cartesian Product

23
Contoh:

Exercises
Soal 1

Soal 2

Soal 3

Soal 4

Soal 5

E. Operasi Pada Himpuan


Jika kita memiliki dua himpunan atau lebih, kita bisa mengoperasikan himpunan-himpunan
tersebut.

24
Beberapa operasi yang dikenakan pada himpunan:
a. Irisan
A  B   x x  A dan x  B

b. Gabungan
A  B   x x  A atau x  B

c. Penjumlahan
A  B  x x  A , x  B , x  A  B

d. Selisih
A  B   x x  A dan x  B

25
e. Komplemen
Ac   x x  A dan x  S 

Contoh:
1. Diketahui S  1, 2, ,10 , A  2,3 dan B  2, 4,6,8,10 maka diperoleh
a. A  B  2
b. A  B  2,3, 4,6,8,10
c. A  B  3, 4,6,8,10
d. A  B  3

26
e. B  A  4,6,8,10
f. Ac  1, 4,5,6,7,8,9,10
g. Bc  1,3,5,7,9
2. Perhatikan diagram Venn berikut ini!

Berdasarkan diagram diperoleh S  a, b, c, d , e, f , g , h


a. A  a, b, f , h
b. B  c, d , g
c. C  d , e, f , g , h
d. A B  
e. A  C   f , h

F. Sifat-Sifat Operasi Himpunan


Beberapa sifat yang berlaku pada operasi himpunan:

27
G. Computer Represntation of Sets

28
Contoh:

Contoh:

Exercises:
Soal 1

Soal 2

Soal 3

29
Soal 4

Soal 5

H. Pengertian Fungsi

Definisi fungsi

30
I. Operasi Pada Fungsi

Contoh:

J. One-to-One Function, Onto Functions and Bijection

31
K. Invers Function and Compositions of Functions

32
Contoh:

33
L. Fungsi Floor dan Ceiling

Contoh:

Contoh:

Exercises
Soal 1

Soal 2

Soal 3

34
Soal 4

Soal 5

M. Barisan Bilangan

Contoh:

35
Contoh:

Contoh:

N. Reccurence Relation

36
Contoh:

Contoh:

Contoh:

Contoh:

37
O. Summations

Contoh:

38
Contoh:

Contoh:

Exercises
Soal 1

Soal 2

Soal 3

39
Soal 4

Soal 5

Soal 6

40
BAB III
INDUKSI & REKURSI
A. Induksi Matematika

41
Prinsip Dasar Induksi Matematis

Prinsip dasar induksi matematika yaitu:


a. Misalkan p(n) adalah pernyataan yang memuat bilangan bulat positif.
b. Kita ingin membuktikan bahwa p(n) benar untuk semua bilangan bulat positif n.
c. Untuk membuktikan pernyataan ini, kita hanya perlu menunjukkan bahwa:
1. p(1) benar, dan
2. jika p(n) benar, maka p(n + 1) juga benar, untuk setiap n  1,

Perhatikan bahwa langkah 1 dinamakan basis induksi, sedangkan langkah 2 dinamakan langkah
induksi. Langkah induksi berisi asumsi (andaian) yang menyatakan bahwa p(n) benar. Asumsi
tersebut dinamakan hipotesis induksi. Bila kita sudah menunjukkan kedua langkah tersebut benar
maka kita sudah membuktikan bahwa p(n) benar untuk semua bilangan bulat positif n.

42
Contoh:
Gunakan induksi matematik untuk membuktikan bahwa jumlah n buah bilangan ganjil positif
pertama adalah n2.
Jawab:
a. Basis induksi:
Untuk n = 1, jumlah satu buah bilangan ganjil positif pertama adalah 12 = 1. Ini benar
karena jumlah satu buah bilangan ganjil positif pertama adalah 1.
b. Langkah induksi:
Andaikan p(n) benar, yaitu pernyataan
1 + 3 + 5 + … + (2n – 1) = n2
adalah benar (hipotesis induksi)
[catatlah bahwa bilangan ganjil positif ke-n adalah (2n – 1)].
Kita harus memperlihatkan bahwa p(n +1) juga benar, yaitu
1 + 3 + 5 + … + (2n – 1) + (2n + 1) = (n + 1)2
juga benar. Hal ini dapat kita tunjukkan sebagai berikut:
1 + 3 + 5 + … + (2n – 1) + (2n + 1) = [1 + 3 + 5 + … + (2n – 1)] + (2n + 1)
= n2 + (2n + 1)
= n2 + 2n + 1
= (n + 1)2
Karena langkah basis dan langkah induksi keduanya telah diperlihatkan benar, maka
jumlah n buah bilangan ganjil positif pertama adalah n2 .

Contoh:
Buktikan jumlah n bilangan bulat positif yang pertama adalah 1 n  n  1 yaitu;
2
1
p  n  :1  2  3   n  n  n  1
2
Jawab:
a. Basis induksi:
Untuk n = 1, maka 1  1 11  1 sehingga p 1 benar.
2
b. Langkah induksi:
Andaikan p(n) benar, yaitu pernyataan
1
1 2  3  n n  n  1
2
adalah benar (hipotesis induksi)
Kita harus memperlihatkan bahwa p(n +1) juga benar, yaitu
1
1 2  3   n   n  1   n  1 n  2 
2
juga benar. Hal ini dapat kita tunjukkan sebagai berikut:

1  2  3   n   n  1   n  n  1   n  1
1
2 
1
  n  n  1  2  n  1 
2
1
  n  1 n  2 
2

43
Karena langkah basis dan langkah induksi keduanya telah diperlihatkan benar, maka
jumlah n bilangan bulat positif yang pertama adalah 1 n  n  1 .
2

Contoh:
Untuk semua bilangan bulat tidak-negatif n, buktikan dengan induksi matematik bahwa 20 + 21 +
22 + … + 2n = 2n+1 - 1
Jawab:
a. Basis induksi.
Untuk n = 0 (bilangan bulat tidak negatif pertama), kita peroleh: 20 = 20+1 – 1.
Ini jelas benar, sebab 20 = 1 = 20+1 – 1
= 21 – 1
=2–1
=1
b. Langkah induksi.
Andaikan bahwa p(n) benar, yaitu
20 + 21 + 22 + … + 2n = 2n+1 - 1
adalah benar (hipotesis induksi). Kita harus menunjukkan bahwa p(n +1) juga benar, yaitu
20 + 21 + 22 + … + 2n + 2n+1 = 2(n+1) + 1 - 1
juga benar. Ini kita tunjukkan sebagai berikut:
20 + 21 + 22 + … + 2n + 2n+1 = (20 + 21 + 22 + … + 2n) + 2n+1
= (2n+1 – 1) + 2n+1 (hipotesis induksi)
= (2n+1 + 2n+1) – 1
= (2 . 2n+1) – 1
= 2n+2 - 1
= 2(n+1) + 1 – 1
Karena langkah 1 dan 2 keduanya telah diperlihatkan benar, maka untuk semua bilangan
bulat tidak-negatif n, terbukti bahwa 20 + 21 + 22 + … + 2n = 2n+1 – 1

Exercises
Soal 1

Soal 2

Soal 3

44
Soal 4

Soal 5

B. Rekursif

45
46
Example 1

Exercises
Soal 1

Soal 2

Soal 3

47
Soal 4

48
BAB IV
Teori bilangan
A. Bilangan Bulat

Misalkan a dan b bilangan bulat, a  0.


a habis membagi b (a divides b) jika terdapat bilangan bulat c sedemikian sehingga b = ac.
Notasi: a | b jika b = ac, c  Z dan a  0.

Contoh:
4 | 12 karena 12:4 = 3 (bilangan bulat) atau 12 = 4  3. Tetapi 4 | 13 karena 13:4 = 3.25 (bukan
bilangan bulat).

B. Teorema Euclidan

Misalkan m dan n bilangan bulat, n > 0. Jika m dibagi dengan n maka terdapat bilangan bulat
unik q (quotient) dan r (remainder), sedemikian sehingga berlaku
m = nq + r
dengan 0  r < n.

49
Contoh:
a. 1987:97 = 20, sisa 47. Jadi dapat dinyatakan 1987 = 97  20 + 47
b. –22/3 = –8, sisa 2. Jadi dapat dinyatakan –22 = 3(–8) + 2
Perhatikan bahwa –22 = 3(–7) – 1 salah, karena r = –1 (syarat 0  r < n) .

C. Bilangan Prima

D. Faktor Persekutuan Terbesar (FPB)

(Teorema 1)
Misalkan a dan b bilangan bulat tidak nol. Faktor persekutuan terbesar (FPB – greatest common
divisor atau gcd) dari a dan b adalah bilangan bulat terbesar d sedemikian hingga d | a dan d | b.
Dalam hal ini kita nyatakan bahwa FPB (a, b) = d.

Contoh:
Faktor pembagi 45: 1, 3, 5, 9, 15, 45;
Faktor pembagi 36: 1, 2, 3, 4, 9, 12, 18, 36;
Faktor pembagi bersama 45 dan 36: 1, 3, 9
Jadi, FPB(45, 36) = 9.

(Teorema 2)
Misalkan m dan n bilangan bulat, dengan syarat n > 0 sedemikian sehingga
m = nq + r ,0r<n
maka FPB(m, n) = FPB(n, r)

Contoh:
Diberikan m = 60, n = 18,
60 = 18  3 + 12

50
maka PBB(60, 18) = PBB(18, 12) = 6

Definisi LCM

Contoh:

E. Algoritma Euclidean

Algoritma Euclidean digunakan untuk mencari FPB dari dua buah bilangan bulat. Penemu
algoritma Euclides, seorang matematikawan Yunani yang menuliskan algoritmanya tersebut dalam
buku, Element.

Misalkan m dan n adalah bilangan bulat tak negatif dengan m  n. Misalkan r0 = m dan r1 = n.
Lakukan secara berturut-turut pembagian untuk memperoleh
r0 = r1q1 + r2 0  r2  r1,
r1 = r2q2 + r3 0  r3  r2,

51

rn– 2 = rn–1 qn–1 + rn 0  rn  rn–1,
rn–1 = rnqn + 0
Menurut Teorema 2,
PBB(m, n) = PBB(r0, r1) = PBB(r1, r2) = … = PBB(rn– 2, rn– 1) = PBB(rn– 1, rn) = PBB(rn, 0) = rn
Jadi, PBB dari m dan n adalah sisa terakhir yang tidak nol dari runtunan pembagian tersebut.
Diberikan dua buah bilangan bulat tak-negatif m dan n (m  n). Algoritma Euclidean berikut mencari
pembagi bersama terbesar dari m dan n.

Secara umum, Algoritma Euclidean yaitu:


1. Jika n = 0 maka m adalah PBB(m, n);
stop.
tetapi jika n  0, lanjutkan ke langkah 2.
2. Bagilah m dengan n dan misalkan r adalah sisanya.
3. Ganti nilai m dengan nilai n dan nilai n dengan nilai r, lalu ulang kembali ke langkah 1.

Contoh:
Diberikan m = 80, n = 12 dan dipenuhi syarat m  n.
80  6. 12    8 
12   1. 8    4 
8   2.  4   0
Sisa pembagian terakhir sebelum 0 adalah 4, maka PBB(80, 12) = 4.

F. Kombinasi Linear

FPB (a,b) dapat dinyatakan sebagai kombinasi linear (linear combination) a dan b dengan dengan
koefisien-koefisennya.

Contoh:
FPB(80, 12) = 4 , dapat dinyatakan sebagai 4 = (-1)  80 + 7  12.

(Teorema 3)
Misalkan a dan b bilangan bulat positif, maka terdapat bilangan bulat m dan n sedemikian sehingga
PBB(a, b) = ma + nb.

Contoh:
Nyatakan FPB(21, 45) sebagai kombinasi lanjar dari 21 dan 45.
Jawab:
45 = 2 (21) + 3
21 = 7 (3) + 0
Sisa pembagian terakhir sebelum 0 adalah 3, maka FPB(45, 21) = 3. Substitusi dengan
persamaan–persamaan di atas menghasilkan:

52
3 = 45 – 2 (21)
yang merupakan kombinasi linear dari 45 dan 21.

Contoh:
Nyatakan FPB(312, 70) sebagai kombinasi lanjar 312 dan 70.
Jawab:
Terapkan algoritma Euclidean untuk memperoleh PBB(312, 70):
312 = 4  70 + 32 (1)
70 = 2  32 + 6 (2)
32 = 5  6 + 2 (3)
6=32+0 (4)
Sisa pembagian terakhir sebelum 0 adalah 2, maka PBB(312, 70) = 2
Susun pembagian nomor (3) dan (2) masing-masing menjadi
2 = 32 – 5  6 (5)
6 = 70 – 2  32 (6)
Suubsitusikan (6) ke dalam (5) menjadi
2 = 32 – 5(70 – 232) = 132 – 570 + 1032 = 11  32 – 5  70 (7)
Susun pembagian nomor (1) menjadi
32 = 312 – 4  70 (8)
Subsitusikan (8) ke dalam (7) menjadi
2 = 11  32 – 5  70 = 11  (312 – 4  70) – 5  70 = 11 . 312 – 49  70
Jadi, PBB(312, 70) = 2 = 11  312 – 49  70

G. Relatif Prima
Dua buah bilangan bulat a dan b dikatakan relatif prima jika PBB(a, b) = 1.

Contoh:
20 dan 3 relatif prima sebab PBB(20, 3) = 1.
Jika a dan b relatif prima, maka terdapat bilangan bulat m dan n sedemikian sehingga
ma + nb = 1
Contoh:
Bilangan 20 dan 3 adalah relatif prima karena PBB(20, 3) =1, atau dapat ditulis
2 . 20 + (–13) . 3 = 1 (m = 2, n = –13)
Tetapi 20 dan 5 tidak relatif prima karena PBB(20, 5) = 5  1 sehingga 20 dan 5 tidak dapat
dinyatakan dalam m . 20 + n . 5 = 1.

Exercises
Soal 1

53
Soal 2

Soal 3

Soal 4

Soal 5

H. Aritmatika Modulo

Misalkan a dan m bilangan bulat (m > 0). Operasi a mod m (dibaca “a modulo m”) memberikan
sisa jika a dibagi dengan m.
Notasi a mod m = r sedemikian sehingga
a = mq + r, dengan 0  r < m.
m disebut modulus atau modulo, dan hasil aritmetika modulo m terletak di dalam himpunan {0, 1,
2, …, m – 1}.

Contoh:
Beberapa hasil operasi dengan operator modulo:
a. 23 mod 5 = 3 (23 = 5  4 + 3)
b. 27 mod 3 = 0 (27 = 3  9 + 0)

I. Kongruen

Misalnya 38 mod 5 = 3 dan 13 mod 5 = 3, maka dikatakan 38  13 (mod 5) .


(dibaca: 38 kongruen dengan 13 dalam modulo 5).
Misalkan a dan b bilangan bulat dan m > 0, maka a  b (mod m) jika m habis membagi a – b. Jika
a tidak kongruen dengan b dalam modulus m, maka ditulis a / b (mod m) .

54
Contoh:
a. 17  2 (mod 3) karena 3 habis membagi 17 – 2 = 15.
b. –7  15 (mod 11) karena 11 habis membagi –7 – 15 = –22
c. –7 / 15 (mod 3) karena 3 tidak habis membagi –7 – 15 = –22.

a  b (mod m) dalam bentuk “sama dengan” dapat dituliskan sebagai


a = b + km (k adalah bilangan bulat)

Contoh:
a. 17  2 (mod 3)  17 = 2 + 5  3
b. –7  15 (mod 11)  –7 = 15 + (–2)11

a mod m = r dapat juga ditulis sebagai a  r (mod m)

Contoh:
a. 23 mod 5 = 3  23  3 (mod 5)
b. 27 mod 3 = 0  27  0 (mod 3)

(Teorema 4)
Misalkan m adalah bilangan bulat positif.
a. Jika a  b (mod m) dan c adalah sembarang bilangan bulat maka
(i) (a + c)  (b + c) (mod m)
(ii) ac  bc (mod m)
(iii) ap  bp (mod m) , p bilangan bulat tak-negatif
b. Jika a  b (mod m) dan c  d (mod m), maka
(i) (a + c)  (b + d) (mod m)
(ii) ac  bd (mod m)

Contoh:
Misalkan 17  2 (mod 3) dan 10  4 (mod 3), maka menurut Teorema 4,
17 + 5 = 2 + 5 (mod 3)  22 = 7 (mod 3)
17 . 5 = 5  2 (mod 3)  85 = 10 (mod 3)
17 + 10 = 2 + 4 (mod 3)  27 = 6 (mod 3)
17 . 10 = 2  4 (mod 3)  170 = 8 (mod 3)

Teorema 4 tidak memasukkan operasi pembagian pada aritmetika modulo karena jika kedua ruas
dibagi dengan bilangan bulat, maka kekongruenan tidak selalu dipenuhi.

Contoh:
a. 10  4 (mod 3) dapat dibagi dengan 2 , karena 10/2 = 5 dan 4/2 = 2, dan 5  2 (mod 3)
b. 14  8 (mod 6) tidak dapat dibagi dengan 2, karena 14/2 = 7 dan 8/2 = 4, tetapi
7 / 4 (mod 6).

J. Kekongruenan Linear

Kekongruenan linear berbentuk:


ax  b (mod m)

55
dengan m > 0, a dan b sembarang bilangan bulat, dan x adalah peubah bilangan bulat.
Solusi dari ax = b + km berbentuk x  b  km .
a
(Cobakan untuk k = 0, 1, 2, … dan k = –1, –2, … yang menghasilkan x sebagai bilangan bulat)

Contoh:
Tentukan solusi dari 4x  3 (mod 9) .
Jawab:
Solusi untuk 4x  3 (mod 9) adalah x  3  k  9 .
4
k = 0  x = (3 + 0  9)/4 = 3/4 (bukan solusi)
k = 1  x = (3 + 1  9)/4 = 3
k = 2  x = (3 + 2  9)/4 = 21/4 (bukan solusi)
k = 3, k = 4 tidak menghasilkan solusi
k = 5  x = (3 + 5  9)/4 = 12

k = –1  x = (3 – 1  9)/4 = –6/4 (bukan solusi)
k = –2  x = (3 – 2  9)/4 = –15/4 (bukan solusi)
k = –3  x = (3 – 3  9)/4 = –6

k = –6  x = (3 – 6  9)/4 = –15

Nilai-nilai x yang memenuhi: 3, 12, … dan –6, –15, …

K. Chinese Remainder Problem

Pada abad pertama, seorang matematikawan China yang bernama Sun Tse mengajukan
pertanyaan sebagai berikut:
“Tentukan sebuah bilangan bulat yang bila dibagi dengan 5 menyisakan 3, bila dibagi 7
menyisakan 5, dan bila dibagi 11 menyisakan 7.”

Misakan bilangan bulat tersebut = x. Formulasikan kedalam sistem kongruen linear:


x  3 (mod 5)
x  5 (mod 7)
x  7 (mod 11)

Teorema 5. (Chinese Remainder Theorem)


Misalkan m1, m2, …, mn adalah bilangan bulat positif sedemikian sehingga FPB(mi, mj) = 1 untuk i
 j. Maka sistem kongruen lanjar
x  ak (mod mk)
mempunyai sebuah solusi unik dalam modulo m = m1  m2  …  mn.

Contoh:
Tentukan solusi dari pertanyaan Sun Tse di atas.
Jawab:
x  3 (mod 5)  x = 3 + 5k1 (i)
Subsitusikan (i) ke dalam kongruen kedua menjadi:

56
3 + 5k1  5 (mod 7)  k1  6 (mod 7), atau k1 = 6 + 7k2 (ii)
Subsitusikan (ii) ke dalam (i):
x = 3 + 5k1 = 3 + 5(6 + 7k2) = 33 + 35k2 (iii)
Subsitusikan (iii) ke dalam kongruen ketiga menjadi:
33 + 35k2  7 (mod 11)  k2  9 (mod 11) atau k2 = 9 + 11k3.
Subsitusikan k2 ini ke dalam (iii) menghasilkan:
x = 33 + 35(9 + 11k3) = 348 + 385k3 atau x  348 (mod 385).
Ini adalah solusinya.
348 adalah bilangan bulat positif terkecil yang merupakan solusi sistem kekongruenan di atas.
Perhatikan bahwa 348 mod 5 = 3, 348 mod 7 = 5, dan 348 mod 11 = 7. Catatlah bahwa 385 = 5 
7  11.

Solusi unik ini mudah dibuktikan sebagai berikut. Solusi tersebut dalam modulo:
m = m1  m2  m3 = 5  7  11 = 5  77 = 11  35.
Karena
77 . 3  1 (mod 5),
55  6  1 (mod 7),
35  6  1 (mod 11),
maka solusi unik dari sistem kongruen tersebut adalah
x  3  77  3 + 5  55  6 + 7  35  6 (mod 385)
 3813 (mod 385)
 348 (mod 385)

Exercise
Soal1

Soal 2

Soal 3

57
Soal 4

Soal 5

58
BAB V
APLIKASI Teori bilangan
A. Fungsi Hash

Tujuan fungsi hash adalah pengalamatan (pengalokasian) di memori. Bentuknya


h(k) = k mod m
m : jumlah lokasi memori yang tersedia
k : kunci (integer)
h(k) : lokasi memori untuk record dengan kunci k

Contoh 1
Diambil m = 11 mempunyai sel-sel memori yang diberi indeks 0 sampai 10. Akan disimpan data
record yang masing-masing mempunyai kunci 15, 558, 32, 132, 102, dan 5.
h(15) = 15 mod 11 = 4
h(558) = 558 mod 11 = 8
h(32) = 32 mod 11 = 10
h(132) = 132 mod 11 = 0
h(102) = 102 mod 11 = 3
h(5) = 5 mod 11 = 5
132 102 15 5 558 32
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

59
Beberapa istilah pada fungsi hash yaitu;
a. Kolisi (collision) terjadi jika fungsi hash menghasilkan nilai h yang sama untuk k yang
berbeda.
b. Jika terjadi kolisi, cek elemen berikutnya yang kosong.
c. Fungsi hash juga digunakan untuk me-locate elemen yang dicari.

Contoh 2

B. Pseudo Random Random

60
C. Universal Product Codes (UPCs)

61
D. ISBN

Kode ISBN terdiri dari 10 karakter, biasanya dikelompokkan dengan spasi atau garis, misalnya
0–3015–4561–9.
ISBN terdiri atas empat bagian kode:
a. kode yang mengidentifikasikan bahasa,
b. kode penerbit,
c. kode unik untuk buku tersebut,
d. karakter uji (angka atau huruf X (=10)).

Karakter uji dipilih sedemikian sehingga


10

 ix
i 1
i  0  mod11
9

 ix  mod11  karakter uji


i 1
i

Contoh:
Diberikan ISBN 0–3015–4561-X
0 : kode kelompok negara berbahasa Inggris,
3015 : kode penerbit .
4561 : kode unik buku yang diterbitkan
8 : karakter uji.
Karakter uji ini didapatkan sebagai berikut:
1  0 + 2  3 + 3  0 + 4  1 + 5  5 + 6  4 +7  5 + 8  6 + 9  1 = 151
Jadi, karakter ujinya adalah 151 mod 11 = 8.
Perhatikan bahwa untuk kode ISBN ini,
10 9

 ixi   ixi + 10x10 = 151 + 10  8 = 231.


i 1 i 1
dan 231 mod 11 = 0 atau 231  0 (mod 11).

62
Exercises
Soal 1

Soal 2

Soal 3

Petunjuk No. 4 dan 5

Soal 4

63
Soal 5

Petunjuk Soal No 6 dan 7

Soal 6

Soal 7

E. Kriptografi

Kriptografi (cryptography) berasal dari Bahasa Yunani yang artinya “secret writing”. Ilmu kriptografi
adalah ilmu dan seni untuk menjaga keamanan pesan.

Berikut diberikan beberapa istilah pada ilmu kriptografi yaitu:


a. Pesan

64
Data atau informasi yang dapat dibaca dan dimengerti maknanya. Nama lain: plainteks
(plaintext). Pesan dapat berupa: teks, gambar, audio, video. Pesan ada yang dikirim atau
disimpan di dalam media penyimpanan.
b. Cipherteks (ciphertext)
Pesan yang telah disandikan sehingga tidak memiliki makna lagi. Tujuannya agar pesan
tidak dapat dimengerti maknanya oleh pihak lain. Cipherteks harus dapat diubah kembali
ke plainteks semula

Contoh:
Plainteks: culik anak itu jam 11 siang
Cipherteks: t^$gfUi89rewoFpfdWqL:p[uTcxZ

c. Enkripsi (encryption): proses menyandikan plainteks menjadi ciphertek.


d. Dekripsi (decryption): Proses mengembalikan cipherteks menjadi plainteksnya.

plainteks chiperteks plainteks semula


enkripsi dekripsi

e. Algoritma kriptografi (cipher):


- aturan untuk enkripsi dan dekripsi
- fungsi matematika yang digunakan untuk enkripsi dan dekripsi.
f. Kunci:
Parameter yang digunakan untuk transformasi enciphering dan dechipering. Kunci bersifat
rahasia, sedangkan algoritma kriptografi tidak rahasia.

F. Aplikasi Kriptografi

Beberapa kegunaan kriptografi yaitu;


a. Pengiriman data melalui saluran komunikasi (data encryption on motion).
b. Penyimpanan data di dalam disk storage (data encryption at rest)

Proses Kriptografi, yaitu


a. Data ditransmisikan dalam bentuk chiperteks. Di tempat penerima chiperteks dikembalikan
lagi menjadi plainteks.
b. Data di dalam media penyimpanan komputer (seperti hard disk) disimpan dalam bentuk
chiperteks. Untuk membacanya, hanya orang yang berhak yang dapat mengembalikan
chiperteks menjadi plainteks.

65
Bebepara contoh enkripsi pada dokumen
Plainteks (plain.txt):

Ketika saya berjalan-jalan di pantai,


saya menemukan banyak sekali kepiting
yang merangkak menuju laut. Mereka
adalah anak-anak kepiting yang baru
menetas dari dalam pasir. Naluri
mereka mengatakan bahwa laut adalah
tempat kehidupan mereka.

Cipherteks (cipher.txt):

Ztâxzp/épêp/qtüyp{p}<yp{p}/sx/•p}âpx;
épêp/|t}t|äzp}/qp}êpz/étzp{x/zt•xâx
}vêp}v/|tüp}vzpz/|t}äyä/{päâ=/\tütz
ppsp{pw/p}pz<p}pz/zt•xâx}v/êp}
v/qpüä|t}tâpé/spüx/sp{p|/•péxü=/]
p{äüx|ttüzp/|t}vpâpzp}/qpwåp/{päâ
/psp{pwât|•pâ/ztwxsä•p}/|tützp=

66
Plainteks (lena.bmp):

Cipherteks (lena2.bmp):

Plainteks (siswa.dbf):
NIM Nama Tinggi Berat
000001 Elin Jamilah 160 50
000002 Fariz RM 157 49
000003 Taufik Hidayat 176 65
000004 Siti Nurhaliza 172 67
000005 Oma Irama 171 60
000006 Aziz Burhan 181 54
000007 Santi Nursanti 167 59

67
000008 Cut Yanti 169 61
000009 Ina Sabarina 171 62

Cipherteks (siswa2.dbf):
NIM Nama Tinggi Berat
000001 tüp}vzpz/|t}äyä/{äâ |äzp} épêp
000002 |t}tâpé/spüx/sp péxü= ztwxsä•
000003 ât|•pâ/ztwxsä•p}/| }/|tü spüx/
000004 épêp/|t}t|äzp}/qpêpz qp}êpz wxsä
000005 étzp{x/zt•xâx}vêp} päâ/psp étzp{
000006 spüx/sp{p|/•péxü=/] xâx}v ttüzp/|
000007 Ztâxzp/épêp/qtüypp}< äzp} }äyä/{
000008 qpwåp/{päâ/psp{pw Ztwxs xâx}v
000009 }t|äzp}/qp}êpz/ép{ qp}êp äzp}/qp

Keterangan: hanya field Nama, Berat, dan Tinggi yang dienkripsi.

C. Notasi Matematis

Misalkan C = chiperteks
P = plainteks
Fungsi enkripsi E memetakan P ke C,
E(P) = C
Fungsi dekripsi D memetakan C ke P,
D(C) = P
Dengan menggunakan kunci K, maka fungsi enkripsi dan dekripsi menjadi
EK(P) = C
DK(C) = P
dan kedua fungsi ini memenuhi DK(EK(P)) = P.

K K

plainteks chiperteks plainteks semula


enkripsi dekripsi

Jika kunci enkripsi sama dengan kunci dekripsi, maka sistem kriptografinya disebut sistem simetri
atau sistem konvensional. Algoritma kriptografinya disebut algoritma simetri atau algoritma
konvensional . Contoh algoritma simetri yaitu DES (Data Encyption Standard) dan Rijndael.

68
Jika kunci enkripsi tidak sama dengan kunci dekripsi, maka sistem kriptografinya disebut sistem
nirsimetri (asymmetric system). Nama lainnya sistem kriptografi kunci-publik, karena kunci
enkripsi bersifat publik (public key) sedangkan kunci dekripsi bersifat rahasia (private key).

Pengirim pesan menggunakan kunci publik si penerima pesan untuk mengenkripsi pesan.
Penerima pesan mendekripsi pesan dengan kunci privatnya sendiri. Contoh algoritma kriptografi
kunci publik adalah RSA.

Kunci publik Kunci privat

plainteks cipherteks plainteks asal


enkripsi dekripsi

D. Caesar Cipher

69
Tiap huruf alfabet digeser 3 huruf ke kanan
pi : A B C D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z
ci : D E F G H I J K L M N O P Q R S T U V W X Y Z A B C

Contoh:
Plainteks: AWASI ASTERIX DAN TEMANNYA OBELIX
Cipherteks: DZDVL DVWHULA GDQ WHPDQQBA REHOLA

Misalkan A = 0, B = 1, …, Z = 25, maka secara matematis caesar cipher dirumuskan sebagai


berikut:
Enkripsi: ci = E(pi) = (pi + 3) mod 26
Dekripsi: pi = D(ci) = (ci – 3) mod 26

p1 = ‘A’ = 0  c1 = E(0) = (0 + 3) mod 26 = 3 = ‘D’


p2 = ‘W’ = 22  c2 = E(22) = (22 + 3) mod 26 = 25 = ‘Z’
p3 = ‘A’ = 0  c3 = E(0) = (0 + 3) mod 26 = 3 = ‘D’
p4 = ‘S’ = 18  c4 = E(18) = (18 + 3) mod 26 = 21 = ‘V’
dst…
Alternatif lain: gunakan tabel substitusi.

Jika pergeseran huruf sejauh k, maka:


Enkripsi: ci = E(pi) = (pi + k) mod 26
Dekripsi: pi = D(ci) = (ci – k) mod 26
k = kunci rahasia

E. Algoritma RSA

Ditemukan oleh tiga peneliti dari MIT (Massachussets Institute of Technology), yaitu Ron Rivest,
Adi Shamir, dan Len Adleman, pada tahun 1976. Termasuk algoritma kriptografi nirsimetri.

70
Setiap pengguna mempunya sepasang kunci:
1. Kunci publik: untuk enkripsi
2. Kunci privat: untuk dekripsi
Kunci publik tidak rahasia (diketahui semua orang), kunci privat rahasia (hanya diketahui pemilik
kunci saja).

Pembangkitan pasangan kunci


1. Pilih dua bilangan prima, a dan b (rahasia)
2. Hitung n = a b. Besaran n tidak perlu dirahasiakan.
3. Hitung m = (a – 1)(b – 1).
4. Pilih sebuah bilangan bulat untuk kunci publik, sebut namanya e, yang relatif prima
terhadap m.
5. Hitung kunci dekripsi, d, melalui d  1 (mod m).

Enkripsi
1. Nyatakan pesan menjadi blok-blok plainteks: p1, p2, p3, … (harus dipenuhi persyaratan
bahwa nilai pi harus terletak dalam himpunan nilai 0, 1, 2, …, n – 1 untuk menjamin hasil
perhitungan tidak berada di luar himpunan)
2. Hitung blok cipherteks ci untuk blok plainteks pi dengan persamaan
ci = pie mod n
yang dalam hal ini, e adalah kunci publik.

Dekripsi
Proses dekripsi dilakukan dengan menggunakan persamaan
pi = cid mod n,
yang dalam hal ini, d adalah kunci privat.

Contoh:
Misalkan a = 47 dan b = 71 (keduanya prima), maka dapat dihitung
n = a  b = 3337
m = (a – 1)(b – 1) = 3220.
Pilih kunci publik e = 79 (yang relatif prima dengan 3220 karena pembagi bersama terbesarnya
adalah 1).
Nilai e dan n dapat dipublikasikan ke umum.
Selanjutnya akan dihitung kunci dekripsi d dengan kekongruenan:
e  d  1 (mod m)
Dengan mencoba nilai-nilai k = 1, 2, 3, …, diperoleh nilai d yang bulat adalah 1019. Ini adalah kunci
dekripsi.
Misalkan plainteks P = HARI INI atau dalam desimal ASCII: 7265827332737873
Pecah P menjadi blok yang lebih kecil (misal 3 digit):
p1 = 726 p4 = 273
p2 = 582 p5 = 787
p3 = 733 p6 = 003
Enkripsi setiap blok:
c1 = 72679 mod 3337 = 215
c2 = 58279 mod 3337 = 776
dst untuk sisa blok lainnya

71
Keluaran: chiperteks C = 215 776 1743 933 1731 158.
Dekripsi (menggunakan kunci privat d = 1019)
p1 = 2151019 mod 3337 = 726
p2 =7761019 mod 3337 = 582
dst untuk sisi blok lainnya
Keluaran: plainteks P = 7265827332737873 yang dalam ASCII karakternya adalah HARI INI.

F. Kekuatan dan Kelemahan RSA

a. Kekuatan algoritma RSA terletak pada tingkat kesulitan dalam memfaktorkan bilangan non
prima menjadi faktor primanya, yang dalam hal ini n = a  b.
b. Sekali n berhasil difaktorkan menjadi a dan b, maka m = (a – 1)(b – 1) dapat dihitung.
Selanjutnya, karena kunci enkripsi e diumumkan (tidak rahasia), maka kunci dekripsi d
dapat dihitung dari persamaan e  d  1 (mod m). Ini berarti proses dekripsi dapat
dilakukan oleh orang yang tidak berhak.
c. Penemu algoritma RSA menyarankan nilai a dan b panjangnya lebih dari 100 digit. Dengan
demikian hasil kali n = a  b akan berukuran lebih dari 200 digit.
d. Menurut Rivest dan kawan-kawan, uasaha untuk mencari faktor bilangan 200 digit
membutuhkan waktu komputasi selama 4 milyar tahun! (dengan asumsi bahwa algoritma
pemfaktoran yang digunakan adalah algoritma yang tercepat saat ini dan komputer yang
dipakai mempunyai kecepatan 1 milidetik).

Exercises
Soal 1

Soal 2

72
Soal 3

Petunjuk Soal 4 dan 5

Soal 4

Soal 5

73
BAB VI
Prinsip dasar menghitung

Kombinatorika adalah cabang matematika untuk menghitung jumlah penyusunan objek-objek


tanpa harus mengenumerasi semua kemungkinan susunannya.

A. Kaidah Dasar Menghitung

Ada 2 jenis kaidah dasar dalam menghitung yaitu:


a. Kaidah perkalian (rule of product)
Percobaan 1: p hasil
Percobaan 2: q hasil
Percobaan 1 dan percobaan 2: p  q hasil

Example:

74
Example:

Example:

b. Kaidah penjumlahan (rule of sum)


Percobaan 1: p hasil
Percobaan 2: q hasil
Percobaan 1 atau percobaan 2: p + q hasil

Example:

B. Perluasan Kaidah Dasar Menghitung

Misalkan ada n percobaan, masing-masing dg pi hasil


1. Kaidah perkalian (rule of product)
p1  p2  …  pn hasil
2. Kaidah penjumlahan (rule of sum)
p1 + p2 + … + pn hasil

75
Contoh:
Bit biner hanya 0 dan 1. Berapa banyak string biner yang dapat dibentuk jika:
(a) panjang string 5 bit
(b) panjang string 8 bit (= 1 byte)
Jawab:
(a) 2  2  2  2  2 = 25 = 32 buah
(b) 28 = 256 buah

Contoh:
Berapa banyak bilangan ganjil antara 1000 dan 9999 (termasuk 1000 dan 9999 itu sendiri) yang
(a) semua angkanya berbeda
(b) boleh ada angka yang berulang.
Jawab:
a. posisi satuan : 5 kemungkinan angka (1, 3, 5, 7, 9)
posisi ribuan : 8 kemungkinan angka
posisi ratusan : 8 kemungkinan angka
posisi puluhan : 7 kemungkinan angka
Banyak bilangan ganjil seluruhnya = (5)(8)(8)(7) = 2240 buah.
b. posisi satuan: 5 kemungkinan angka (yaitu 1, 3, 5, 7 dan 9);
posisi ribuan: 9 kemungkinan angka (1 sampai 9)
posisi ratusan: 10 kemungkinan angka (0 sampai 9)
posisi puluhan: 10 kemungkinan angka (0 sampai 9)
Banyak bilangan ganjil seluruhnya = (5)(9)(10)(10) = 4500

Contoh:
Sandi-lewat (password) sistem komputer panjangnya 6 sampai 8 karakter. Tiap karakter boleh
berupa huruf atau angka; huruf besar dan huruf kecil tidak dibedakan. Berapa banyak sandi-lewat
yang dapat dibuat?
Penyelesaian:
Jumlah karakter password = 26 (A-Z) + 10 (0-9) = 36 karakter.
Jumlah kemungkinan sandi-lewat dengan panjang 6 karakter:
(36)(36)(36)(36)(36)(36) = 366 = 2.176.782.336

Jumlah kemungkinan sandi-lewat dengan panjang 7 karakter:


(36)(36)(36)(36)(36)(36)(36) = 367 = 78.364.164.096

Jumlah kemungkinan sandi-lewat dengan panjang 8 karakter:


(36)(36)(36)(36)(36)(36)(36)(36) = 368 = 2.821.109.907.456

Jumlah seluruh sandi-lewat (kaidah penjumlahan) adalah


2.176.782.336 + 78.364.164.096 + 2.821.109.907.456 = 2.901.650.833.888 buah.

76
Exercises
Soal 1

Soal 2

Soal 3

Soal 4

Soal 5

C. Permutasi

77
Example

Perhatikan percobaan berikut.

Bola:
m b p
Kotak:

1 2 3

Berapa jumlah urutan berbeda yang mungkin dibuat dari penempatan bola ke dalam kotak-kotak
tersebut?

Kotak 1 Kotak 2 Kotak 3 Urutan


M B P MBP
P B MPB
B M P BMP
P M BPM
P M B PMB
B M PBM

Jumlah kemungkinan urutan berbeda dari penempatan bola ke dalam kotak adalah (3)(2)(1) = 3!
= 6.

Secara umum, permutasi adalah jumlah urutan berbeda dari pengaturan objek-objek. Permutasi
merupakan bentuk khusus aplikasi kaidah perkalian.

Misalkan jumlah objek adalah n, maka


a. urutan pertama dipilih dari n objek,
b. urutan kedua dipilih dari n – 1 objek,
c. urutan ketiga dipilih dari n – 2 objek,
d. …
e. urutan terakhir dipilih dari 1 objek yang tersisa.
Menurut kaidah perkalian, permutasi dari n objek adalah n(n – 1) (n – 2) … (2)(1) = n!

78
Contoh:
Berapa banyak “kata” yang terbentuk dari kata “HAPUS”?
Jawab:
Cara 1: (5)(4)(3)(2)(1) = 120 buah kata
Cara 2: P(5, 5) = 5! = 120 buah kata

Contoh:
Berapa banyak cara mengurutkan nama 25 orang mahasiswa?
Jawab:
P(25, 25) = 25!

D. Permutasi r dari n elemen

Ada enam buah bola yang berbeda warnanya dan 3 buah kotak. Masing-masing kotak hanya
boleh diisi 1 buah bola. Berapa jumlah urutan berbeda yang mungkin dibuat dari penempatan bola
ke dalam kotak-kotak tersebut?

Bola:
m b p h k j

Kotak:

1 2 3
Jawab:
Kotak 1 dapat diisi oleh salah satu dari 6 bola (ada 6 pilihan);
Kotak 2 dapat diisi oleh salah satu dari 5 bola (ada 5 pilihan);
Kotak 3 dapat diisi oleh salah satu dari 4 bola (ada 4 pilihan).
Jumlah urutan berbeda dari penempatan bola = (6)(5)(4) = 120

Konsep:
Ada n buah bola yang berbeda warnanya dan r buah kotak (r  n), maka
a. kotak ke-1 dapat diisi oleh salah satu dari n bola  (ada n pilihan) ;
b. kotak ke-2 dapat diisi oleh salah satu dari (n – 1) bola  (ada n – 1 pilihan);
c. kotak ke-3 dapat diisi oleh salah satu dari (n – 2) bola  (ada n – 2) pilihan;

d. kotak ke-r dapat diisi oleh salah satu dari (n – (r – 1) bola  (ada n – r + 1 pilihan)
Jumlah urutan berbeda dari penempatan bola adalah: n(n – 1)(n – 2)…(n – (r – 1)).

DEFINISI

79
Secara umum, permutasi r dari n elemen adalah jumlah kemungkinan urutan r buah elemen yang
dipilih dari n buah elemen, dengan r  n, yang dalam hal ini, pada setiap kemungkinan urutan tidak
ada elemen yang sama.
n!
P(n, r )  n(n  1)(n  2)...(n  (r  1)) 
(n  r )!
Contoh:
Berapakah jumlah kemungkinan membentuk 3 angka dari 5 angka berikut: 1, 2, 3, 4 , 5, jika:
(a) tidak boleh ada pengulangan angka, dan
(b) boleh ada pengulangan angka.
Jawab:
a. Dengan kaidah perkalian: (5)(4)(3) = 120 buah
Dengan rumus permutasi P(5, 3) = 5!/(5 – 3)! = 120
b. Tidak dapat diselesaikan dengan rumus permutasi.
Dengan kiadah perkalian: (5)(5)(5) = 53 = 125.

Contoh:
Kode buku di sebuah perpustakaan panjangnya 7 karakter, terdiri dari 4 huruf berbeda dan diikuti
dengan 3 angka yang berbeda pula?
Jawab:
P(26, 4)  P(10,3) = 258.336.000

Example

Example

E. Kombinasi

Bentuk khusus dari permutasi adalah kombinasi. Jika pada permutasi urutan kemunculan
diperhitungkan, maka pada kombinasi, urutan kemunculan diabaikan.

80
Contoh:
Misalkan ada 2 buah bola yang warnanya sama 3 buah kotak. Setiap kotak hanya boleh berisi
paling banyak 1 bola.
Jawab:
3!
P(3, 2) P(3, 2) 1! (3)(2)
Jumlah cara memasukkan bola ke dalam kotak    3 .
2 2! 2! 2

Contoh:
Bila sekarang jumlah bola 3 dan jumlah kotak 10, maka jumlah cara memasukkan bola ke dalam
kotak adalah
10!
P(10,3) 7! (10)(9)(8)
 
3! 3! 3!
karena ada 3! cara memasukkan bola yang warnanya sama.

Secara umum, jumlah cara memasukkan r buah bola yang berwarna sama ke dalam n buah kotak
adalah
n(n  1)(n  2)...(n  (r  1)) n! n
  C  n, r  atau   .
r! r !(n  r )! r

F. Permutasi dan Kombinasi Bentuk Umum

Misalkan: ada n buah bola yang tidak seluruhnya berbeda warna (jadi, ada beberapa bola yang
warnanya sama - indistinguishable).
n1 bola diantaranya berwarna 1,
n2 bola diantaranya berwarna 2,

nk bola diantaranya berwarna k,
dan n1 + n2 + … + nk = n.
Berapa jumlah cara pengaturan n buah bola ke dalam kotak-kotak tersebut (tiap kotak maks. 1
buah bola)?

Jika n buah bola itu kita anggap berbeda semuanya, maka jumlah cara pengaturan n buah bola
ke dalam n buah kotak adalah:
P(n, n) = n!.
Dari pengaturan n buah bola itu,
ada n1! cara memasukkan bola berwarna 1
ada n2! cara memasukkan bola berwarna 2

81
ada nk! cara memasukkan bola berwarna k
Permutasi n buah bola yang mana n1 diantaranya berwarna 1, n2 bola berwarna 2, …, nk bola
berwarna k adalah:
P(n, n) n!
P(n; n1 , n2 ,..., nk )  
n1 !n2 !...nk ! n1 !n2 !...nk !

Jumlah cara pengaturan seluruh bola kedalam kotak adalah:


C(n; n1, n2, …, nk) = C(n, n1) C(n – n1, n2) C(n – n1 – n2 , n3) … C(n – n1 – n2 – … – nk-1, nk)
n! (n  n1 )! (n  n1  n2 )! (n  n1  n2  ...  nk 1 )!

n1 !(n  n1 )! n2 !(n  n1  n2 )! n3 !(n  n1  n2  nk )! nk !(n  n1  n2  ...  nk 1  nk )!
n!

n1 !n2 !n3 !...nk !

Konsep:
n!
P(n; n1 , n2 ,..., nk )  C (n; n1 , n2 ,..., nk ) 
n1 !n2 !...nk !

Contoh:
Berapa banyak “kata” yang dapat dibentuk dengan menggunakan huruf-huruf dari kata
MISSISSIPPI?
Jawab:
S = {M, I, S, S, I, S, S, I, P , P , I}
huruf M = 1 buah (n1)
huruf I = 4 buah (n2)
huruf S = 4 buah (n3)
huruf P = 2 buah (n4)
n = 1 + 4 + 4 + 2 = 11 buah = | S |

Cara 1: Jumlah string = P(11; 1, 4, 4, 2)


11!
  34650 buah.
(1!)(4!)(4!)(2!)

Cara 2: Jumlah string = C(11, 1)C(10, 4)C(6, 4)C(2, 2)


11! 10! 6! 2!
= . . .
(1!)(10!) (4!)(6!) (4!)(2!) (2!)(0!)
11!
=
(1!)(4!)(4!)(2!)
= 34650 buah

Contoh:
Berapa banyak cara membagikan delapan buah mangga kepada 3 orang anak, bila Billy
mendapat empat buah mangga, dan Andi serta Toni masing-masing memperoleh 2 buah
mangga.

82
Jawab:
n = 8, n1 = 4, n2 = 2, n3 = 2, dan n1 + n2 + n3 = 4 + 2 + 2 = 8
8!
Jumlah cara membagi seluruh mangga =  420 cara
(4!)(2!)(2!)

G. Kombinasi Dengan Perulangan

Misalkan terdapat r buah bola yang semua warnanya sama dan n buah kotak.
(i) Masing-masing kotak hanya boleh diisi paling banyak satu buah bola.
Jumlah cara memasukkan bola: C(n, r).
(ii) Masing-masing kotak boleh lebih dari satu buah bola (tidak ada pembatasan jumlah bola)
Jumlah cara memasukkan bola: C(n + r – 1, r).
dengan C(n + r – 1, r) = C(n + r –1, n – 1).

Contoh:
Pada persamaan x1 + x2 + x3 + x4 = 12, xi adalah bilangan bulat  0. Berapa jumlah kemungkinan
solusinya?
Jawab:
 Analogi: 12 buah bola akan dimasukkan ke dalam 4 buah kotak (dalam hal ini, n = 4 dan r
= 12).
 Bagilah keduabelas bola itu ke dalam tiap kotak. Misalnya,
Kotak 1 diisi 3 buah bola (x1 = 3)
Kotak 2 diisi 5 buah bola (x2 = 5)
Kotak 3 diisi 2 buah bola (x3 = 2)
Kotak 4 diisi 2 buah bola (x4 = 2)
x1 + x2 + x3 + x4 = 3 + 5 + 2 + 2 = 12
Ada C(4 + 12 – 1, 12) = C(15, 12) = 455 buah solusi.

Contoh:
20 buah apel dan 15 buah jeruk dibagikan kepada 5 orang anak, tiap anak boleh mendapat lebih
dari 1 buah apel atau jeruk, atau tidak sama sekali. Berapa jumlah cara pembagian yang dapat
dilakukan?
Jawab:
n = 5, r1 = 20 (apel) dan r2 = 15 (jeruk)
Membagi 20 apel kepada 5 anak: C(5 + 20 – 1, 20) cara,
Membagi 15 jeruk kepada 5 anak: C(5 + 15 – 1, 15) cara.
Jumlah cara pembagian kedua buah itu adalah
C(5 + 20 – 1, 20)  C(5 + 15 – 1, 15) = C(24, 20)  C(19, 15)

83
Exercises
Soal 1

Soal 2

Soal 3

Soal 4
Kursi-kursi di sebuah bioskop disusun dalam baris-baris, satu baris berisi 10 buah kursi. Berapa
banyak cara mendudukkan 6 orang penonton pada satu baris kursi:
(a) jika bioskop dalam keadaan terang
(b) jika bioskop dalam keadaan gelap

Soal 5
Ada 5 orang mahasiswa jurusan Matematika dan 7 orang mahasiswa jurusan Informatika. Berapa
banyak cara membentuk panitia yang terdiri dari 4 orang jika:
(a) tidak ada batasan jurusan
(b) semua anggota panitia harus dari jurusan Matematika
(c) semua anggota panitia harus dari jurusan Informatika
(d) semua anggota panitia harus dari jurusan yang sama
(e) 2 orang mahasiswa per jurusan harus mewakili.

Soal 6
Berapa banyak cara membentuk sebuah panitia yang beranggotakan 5 orang yang dipilih dari 7
orang pria dan 5 orang wanita, jika di dalam panitia tersebut paling sedikit beranggotakan 2 orang
wanita?

84
Soal 7
Ada 10 soal di dalam ujian akhir Matematika Diskrit. Berapa banyak cara pemberian nilai (bilangan
bulat) pada setiap soal jika jumlah nilai keseluruhan soal adalah 100 dan setiap soal mempunyai
nilai paling sedikit 5. (Khusus untuk soal ini, nyatakan jawaban akhir anda dalam C(a, b) saja, tidak
perlu dihitung nilainya)

Soal 8
Di perpustakaan Teknik Informatika terdapat 3 jenis buku: buku Algoritma dan Pemrograman, buku
Matematika Diskrit, dan buku Basisdata. Perpustakaan memiliki paling sedikit 10 buah buku untuk
masing-masing jenis. Berapa banyak cara memilih 10 buah buku?

85
BAB VII
Pengantar teori graf

A. Definisi Graf

Graf G = (V, E), yang dalam hal ini:


V = himpunan tidak-kosong dari simpul-simpul (vertices) = { v1 , v2 , ... , vn }
E = himpunan sisi (edges) yang menghubungkan sepasang simpul = {e1 , e2 , ... , en }
1 1 1
e1 e4 e1 e4
e3 e3
e2 e2
2 3 2 3 2 e8
e6 e6 3
e5 e5
e7 e7
4 4 4

G1 G2 G3
Gambar 2. (a) graf sederhana, (b) graf ganda, dan (c) graf semu

86
Example: Graf Sederhana

Example: Graf dengan Sisi Ganda

Example: Graf dengan Looping

Example: Graf Berarah

87
DEFINISI

B. Jenis-Jenis Graf
Berdasarkan ada tidaknya gelang atau sisi ganda pada suatu graf, maka graf digolongkan menjadi
dua jenis:
1. Graf sederhana (simple graph).
Graf yang tidak mengandung gelang maupun sisi-ganda dinamakan graf sederhana. G1
pada Gambar 2 adalah contoh graf sederhana
2. Graf tak-sederhana (unsimple-graph).
Graf yang mengandung sisi ganda atau gelang dinamakan graf tak-sederhana (unsimple
graph). G2 dan G3 pada Gambar 2 adalah contoh graf tak-sederhana

Berdasarkan orientasi arah pada sisi, maka secara umum graf dibedakan atas 2 jenis:
1. Graf tak-berarah (undirected graph)
Graf yang sisinya tidak mempunyai orientasi arah disebut graf tak-berarah. Tiga buah graf
pada Gambar 2 adalah graf tak-berarah.
2. Graf berarah (directed graph atau digraph)
Graf yang setiap sisinya diberikan orientasi arah disebut sebagai graf berarah. Dua buah
graf pada Gambar 3 adalah graf berarah.
1 1

2 3 2 3

4 4

(a) G4 (b) G5
Gambar 3 (a) graf berarah, (b) graf-ganda berarah

C. Contoh Terapan Graf


1. Rangkaian listrik.

B B
A C A C

F F
E D E D

(a) (b)

88
2. Isomer senyawa kimia karbon

metana (CH4) etana (C2H6) propana (C3H8)

H C H

3. Transaksi konkuren pada basis data terpusat

Transaksi T0 menunggu transaksi T1 dan T2


Transaksi T2 menunggu transaksi T1
Transaksi T1 menunggu transaksi T3
Transaksi T3 menunggu transaksi T2
deadlock!
T1

T3
T0

T2

4. Pengujian program

read(x);
while x <> 9999 do
begin
if x < 0 then
writeln(‘Masukan tidak boleh negatif’)
else
x:=x+10;
read(x);
end;
writeln(x);

89
4

1 2
6 7
3

Keterangan: 1 : read(x) 5 : x := x + 10
2 : x <> 9999 6 : read(x)
3:x<0 7 : writeln(x)
4 : writeln(‘Masukan tidak boleh negatif’);

5. Terapan graf pada teori otomata [LIU85].

Mesin jaja (vending machine)


10

P P P 10
5
5
5 5
10
a b c d
10

Keterangan:
a : 0 sen dimasukkan
b : 5 sen dimasukkan
c : 10 sen dimasukkan
d : 15 sen atau lebih dimasukkan

6. Sosial Network

90
7. Call Graph

8. The Web Graph

Terapan graf lainnya:

91
92
D. Terminologi Graf

1. Ketetanggaan (Adjacent)

Dua buah simpul dikatakan bertetangga bila keduanya terhubung langsung.


Tinjau graf G1 : simpul 1 bertetangga dengan simpul 2 dan 3, simpul 1 tidak bertetangga
dengan simpul 4.

1 1 1

e2
2 e3 5
3 e1

3 e5 3
2 e4 2 4
4

G1 G2 G3

2. Bersisian (Incidency)
Untuk sembarang sisi e = (vj, vk) dikatakan e bersisian dengan simpul vj , atau e bersisian
dengan simpul vk.
Tinjau graf G1: sisi (2, 3) bersisian dengan simpul 2 dan simpul 3,
sisi (2, 4) bersisian dengan simpul 2 dan simpul 4,
tetapi sisi (1, 2) tidak bersisian dengan simpul 4.

1 1 1

e2
2 e3 5
3 e1

3 e5 3
2 e4 2 4
4

G1 G2 G3

3. Simpul Terpencil (Isolated Vertex)


Simpul terpencil ialah simpul yang tidak mempunyai sisi yang bersisian dengannya.
Tinjau graf G3: simpul 5 adalah simpul terpencil.

93
1 1 1

e2
2 e3 5
3 e1

3 e5 3
2 e4 2 4
4

G1 G2 G3

4. Graf Kosong (null graph atau empty graph)


Graf yang himpunan sisinya merupakan himpunan kosong (Nn). Graf N5 :

4 2
5

5. Derajat (Degree)
Derajat suatu simpul adalah jumlah sisi yang bersisian dengan simpul tersebut. Notasi:
d(v)

Tinjau graf G1: d(1) = d(4) = 2


d(2) = d(3) = 3
Tinjau graf G3: d(5) = 0  simpul terpencil
d(4) = 1  simpul anting-anting (pendant vertex)

Tinjau graf G2: d(1) = 3  bersisian dengan sisi ganda


d(3) = 4  bersisian dengan sisi gelang (loop)

1 1 1

e2
2 e3 5
3 e1

3 e5 3
2 e4 2 4
4

G1 G2 G3

94
Pada graf berarah,
din(v) = derajat-masuk (in-degree)
= jumlah busur yang masuk ke simpul v
dout(v) = derajat-keluar (out-degree)
= jumlah busur yang keluar dari simpul v

1 1

2 3 2 3

4 4
d(v) = din(v) + dout(v)

G4 G5
Tinjau graf G4:
din(1) = 2; dout(1) = 1
din(2) = 2; dout(2) = 3
din(3) = 2; dout(3) = 1
din(4) = 1; dout(3) = 2

Teorema: Untuk sembarang graf G, banyaknya simpul ganjil selalu berderajat genap.

Contoh:
Diketahui graf dengan lima buah simpul. Dapatkah kita menggambar graf tersebut jika derajat
masing-masing simpul adalah:
a) 2, 3, 1, 1, 2
b) 2, 3, 3, 4, 4
Jawab:
a. Tidak dapat, karena jumlah derajat semua simpulnya ganjil (2 + 3 + 1 + 1 + 2 = 9).
b. Dapat, karena jumlah derajat semua simpulnya genap (2 + 3 + 3 + 4 + 4 = 16).

95
6. Lintasan (Path)
Lintasan yang panjangnya n dari simpul awal v0 ke simpul tujuan vn di dalam graf G ialah barisan
berselang-seling simpul-simpul dan sisi-sisi yang berbentuk v0, e1, v1, e2, v2,... , vn –1, en, vn
sedemikian sehingga e1 = (v0, v1), e2 = (v1, v2), ... , en = (vn-1, vn) adalah sisi-sisi dari graf G.

Tinjau graf G1: lintasan 1, 2, 4, 3 adalah lintasan dengan barisan sisi (1,2), (2,4), (4,3).
Panjang lintasan adalah jumlah sisi dalam lintasan tersebut. Lintasan 1, 2, 4, 3 pada G1 memiliki
panjang 3.

1 1 1

e2
2 e3 5
3 e1

3 e5 3
2 e4 2 4
4

G1 G2 G3

7. Siklus (Cycle) atau Sirkuit (Circuit)


Lintasan yang berawal dan berakhir pada simpul yang sama disebut sirkuit atau siklus.

Tinjau graf G1: 1, 2, 3, 1 adalah sebuah sirkuit.


Panjang sirkuit adalah jumlah sisi dalam sirkuit tersebut. Sirkuit 1, 2, 3, 1 pada G1 memiliki
panjang 3.

1 1 1

e2
2 e3 5
3 e1

3 e5 3
2 e4 2 4
4

G1 G2 G3

8. Terhubung (Connected)
Dua buah simpul v1 dan simpul v2 disebut terhubung jika terdapat lintasan dari v1 ke v2. Graf G
disebut graf terhubung (connected graph) jika untuk setiap pasang simpul vi dan vj dalam
himpunan V terdapat lintasan dari vi ke vj.
Jika tidak, maka G disebut graf tak-terhubung (disconnected graph).

96
Contoh graf tak-terhubung:
2
5

1 4
6

3 8 7

a. Graf berarah G dikatakan terhubung jika graf tidak berarahnya terhubung (graf tidak
berarah dari G diperoleh dengan menghilangkan arahnya).
b. Dua simpul, u dan v, pada graf berarah G disebut terhubung kuat (strongly connected)
jika terdapat lintasan berarah dari u ke v dan juga lintasan berarah dari v ke u.
c. Jika u dan v tidak terhubung kuat tetapi terhubung pada graf tidak berarahnya, maka u dan
v dikatakan terhubung lemah (weakly coonected).
d. Graf berarah G disebut graf terhubung kuat (strongly connected graph) apabila untuk
setiap pasang simpul sembarang u dan v di G, terhubung kuat. Kalau tidak, G disebut graf
terhubung lemah.
1

2 3
3 4

graf berarah terhubung lemah graf berarah terhubung kuat

i. Cut-Set
Cut-set dari graf terhubung G adalah himpunan sisi yang bila dibuang dari G menyebabkan G
tidak terhubung. Jadi, cut-set selalu menghasilkan dua buah komponen.

Pada graf di bawah, {(1,2), (1,5), (3,5), (3,4)} adalah cut-set. Terdapat banyak cut-set pada
sebuah graf terhubung.
Himpunan {(1,2), (2,5)} juga adalah cut-set, {(1,3), (1,5), (1,2)} adalah cut-set, {(2,6)} juga cut-set,
tetapi {(1,2), (2,5), (4,5)} bukan cut-set sebab himpunan bagiannya, {(1,2), (2,5)} adalah cut-set.
1 2 1 2

5 6 5 6

3 4 3 4

(a) (b)

97
11. Graf Berbobot (Weighted Graph)
Graf berbobot adalah graf yang setiap sisinya diberi sebuah harga (bobot).

10 12
8
e b

15 9
11

d 14 c

E. Graf Khusus
1. Graf Lengkap (Complete Graph)

Graf lengkap ialah graf sederhana yang setiap simpulnya mempunyai sisi ke semua simpul
lainnya. Graf lengkap dengan n buah simpul dilambangkan dengan Kn.
Jumlah sisi pada graf lengkap yang terdiri dari n buah simpul adalah n(n – 1)/2.

K1 K2 K3 K4 K5 K6

2. Graf Lingkaran

Graf lingkaran adalah graf sederhana yang setiap simpulnya berderajat dua. Graf lingkaran
dengan n simpul dilambangkan dengan Cn.

98
3. Graf Roda

4. Graf Teratur (Regular Graphs)

Graf yang setiap simpulnya mempunyai derajat yang sama disebut graf teratur. Apabila derajat
setiap simpul adalah r, maka graf tersebut disebut sebagai graf teratur derajat r. Jumlah sisi pada
graf teratur adalah nr/2.
Contoh:

Berapa jumlah maksimum dan jumlah minimum simpul pada graf sederhana yang mempunyai 16
buah sisi dan tiap simpul berderajat sama dan tiap simpul berderajat ≥ 4 ?
Jawab:
Tiap simpul berderajat sama ----> graf teratur.
Jumlah sisi pada graf teratur berderajat r adalah e = nr/2. Jadi, n = 2e/r = (2)(16)/r = 32/r.
Untuk r = 4, jumlah simpul yang dapat dibuat adalah maksimum, yaitu n = 32/4 = 8.
Untuk r yang lain (r > 4 dan r merupakan pembagi bilangan bulat dari 32):
r = 8 -> n = 32/8 = 4 -> tidak mungkin membuat graf sederhana.
r = 16 -> n = 32/16 = 2 -> tidak mungkin membuat graf sederhana.
Jadi, jumlah simpul yang dapat dibuat adalah 8 buah (maksimum dan minimum).

5. Graf Bipartite (Bipartite Graph)

Graf G yang himpunan simpulnya dapat dipisah menjadi dua himpunan bagian V1 dan V2,
sedemikian sehingga setiap sisi pada G menghubungkan sebuah simpul di V1 ke sebuah simpul di
V2 disebut graf bipartit dan dinyatakan sebagai G(V1, V2).

99
V1 V2
Graf G di bawah ini adalah graf bipartit, karena simpul-simpunya dapat dibagi menjadi V1 = {a, b,
d} dan V2 = {c, e, f, g}

a b

g c
f

e d
G
graf persoalan utilitas (K3,3), topologi bintang
H1 H2 H3

W G E

F. Representasi Graf

1. Matriks Ketetanggaan (adjacency matrix)


Diberikan A = [aij],
1, jika simpul i dan j bertetangga
smathaij = {
0, jika simpul i dan j tidak bertetangga

Contoh:

1 1 1

2 5 2 3
3

3
2 4 4
4

1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4

100
1 0 1 1 0 0
1 0 1 1 0 2 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0
2 1 0 1 1 2 1 0 1 1
 3 1 1 0 1 0 
3 1 1 0 1   3 1 0 0 0
  4 0 0 1 0 0  
4 0 1 1 0 4 0 1 1 0
5 0 0 0 0 0
(a) (b) (c)

Derajat tiap simpul i:


n
(a) Untuk graf tak-berarah d(vi) = a
j 1
ij

(b) Untuk graf berarah,


n
din (vj) = jumlah nilai pada kolom j = a
i 1
ij

n
dout (vi) = jumlah nilai pada baris i = a
j 1
ij

10 12
8
e b

15 9
11

d 14 c

a b c d e
a   12   10
b 12  9 11 8 
c   9  14 
 
d   11 14  15
e 10 8  15  

2. Matriks Bersisian (incidency matrix)


Diberikan A = [aij],
1, jika simpul i bersisian dengan sisi j
aij = {
0, jika simpul i tidak bersisian dengan sisi j

101
e1
1 2
e2
e4 e3
3
e5
4

e1 e2 e3 e4 e5
1 1 1 0 1 0
2 1 1 1 0 0

3 0 0 1 1 1
 
4 0 0 0 0 1

3. Senarai Ketetanggaan (adjacency list)

1 1 1

2 5
3 2 3

3
2 4 4
4

Simpul Simpul Tetangga Simpul Simpul Tetangga Simpul Simpul Terminal


1 2, 3 1 2, 3 1 2
2 1, 3, 4 2 1, 3 2 1, 3, 4
3 1, 2, 4 3 1, 2, 4 3 1
4 2, 3 4 3 4 2, 3
5 -
(a) (b) (c)

G. Graf Isomorfik

Diketahui matriks ketetanggaan (adjacency matrices) dari sebuah graf tidak berarah. Gambarkan
dua buah graf yang yang bersesuaian dengan matriks tersebut.
0 1 0 0 1 
1 0 1 1 1
 
0 1 1 1 0 
 
0 1 1 0 1 

1 1 0 1 0 

102
Jawab:

2
1 2 3

1
3
5 4
5 4

Dua buah graf yang sama (hanya penggambaran secara geometri berbeda)  isomorfik!

Dua buah graf yang sama tetapi secara geometri berbeda disebut graf yang saling isomorfik.
Dua buah graf, G1 dan G2 dikatakan isomorfik jika terdapat korespondensi satu-satu antara simpul-
simpul keduanya dan antara sisi-sisi keduaya sedemikian sehingga hubungan kebersisian tetap
terjaga.
Dengan kata lain, misalkan sisi e bersisian dengan simpul u dan v di G1, maka sisi e’ yang
berkoresponden di G2 harus bersisian dengan simpul u’ dan v’ yang di G2.
Dua buah graf yang isomorfik adalah graf yang sama, kecuali penamaan simpul dan sisinya saja
yang berbeda. Ini benar karena sebuah graf dapat digambarkan dalam banyak cara.

3 d c v w

1 2 a b x y

(a) G1 (b) G2 (c) G3


Gambar. G1 isomorfik dengan G2, tetapi G1 tidak isomorfik dengan G3

a v w
e

c
b d
x y

(a) G1 (b) G2
Gambar Graf (a) dan graf (b) isomorfik [DEO74]

103
H. Graf Planar dan Graf Bidang

Graf yang dapat digambarkan pada bidang datar dengan sisi-sisi tidak saling memotong
(bersilangan) disebut graf planar,
jika tidak, maka ia disebut graf tak-planar.
K4 adalah graf planar:

K5 adalah graf tidak planar:

Graf planar yang digambarkan dengan sisi-sisi yang tidak saling berpotongan disebut graf bidang
(plane graph).

(a) (b) (c)


Tiga buah graf planar. Graf (b) dan (c) adalah graf bidang

I. Aplikasi Graf Planar

Persoalan utilitas (utility problem)

H1 H2 H3 H1 H2 H3

W G E W G E

104
(a) (b)

(a) Graf persoalan utilitas (K3,3), (b) graf persoalan utilitas bukan graf planar.

Aplikasi graf planar yang lain diantaranya:


a. Perancangan IC (Integrated Circuit)
Tidak boleh ada kawat-kawat di dalam IC-board yang saling bersilangan  dapat
menimbulkan interferensi arus listrik  malfunction
Perancangan kawat memenuhi prinsip graf planar

Contoh:
Gambarkan graf (kiri) di bawah ini sehingga tidak ada sisi-sisi yang berpotongan (menjadi graf
bidang). (Solusi: graf kanan)

Sisi-sisi pada graf bidang membagi bidang datar menjadi beberapa wilayah (region) atau muka
(face).
Graf bidang pada gambar di bawah ini terdiri atas 6 wilayah (termasuk wilayah terluar):

R2 R3 R4
R6
R5
R1

Hubungan antara jumlah simpul (n), jumlah sisi (e), dan jumlah wilayah (f) pada graf bidang:
n–e+f=2 (Rumus Euler)

R2 R3 R4
R6
R5
R1

Pada Gambar di atas, e = 11 dan n = 7, f = 6, maka 11 – 7 + 6 = 2.

J. Lintasan dan Sirkuit Euler

Lintasan Euler ialah lintasan yang melalui masing-masing sisi di dalam graf tepat satu kali.
Sirkuit Euler ialah sirkuit yang melewati masing-masing sisi tepat satu kali..

105
Graf yang mempunyai sirkuit Euler disebut graf Euler (Eulerian graph). Graf yang mempunyai
lintasan Euler dinamakan juga graf semi-Euler (semi-Eulerian graph).

Contoh:
2 1 1 2 2 3
(a) (b) (c)
3 5
4 1 4

3 4 5 6 6 7

(d) d b (e) 1 2 (f) a b

e c 4 5 c d e

Lintasan Euler pada graf (a) : 3, 1, 2, 3, 4, 1


Lintasan Euler pada graf (b) : 1, 2, 4, 6, 2, 3, 6, 5, 1, 3
Sirkuit Euler pada graf (c) : 1, 2, 3, 4, 7, 3, 5, 7, 6, 5, 2, 6, 1
Sirkuit Euler pada graf (d) : a, c, f, e, c, b, d, e, a, d, f, b, a
Graf (e) dan (f) tidak mempunyai lintasan maupun sirkuit Euler
(a) dan (b) graf semi-Euler
(c) dan (d) graf Euler
(e) dan (f) bukan graf semi-Euler atau graf Euler

K. Lintasan dan Sirkuit Hamilton

Lintasan Hamilton ialah lintasan yang melalui tiap simpul di dalam graf tepat satu kali.
Sirkuit Hamilton ialah sirkuit yang melalui tiap simpul di dalam graf tepat satu kali, kecuali simpul
asal (sekaligus simpul akhir) yang dilalui dua kali.
Graf yang memiliki sirkuit Hamilton dinamakan graf Hamilton, sedangkan graf yang hanya
memiliki lintasan Hamilton disebut graf semi-Hamilton.
(a) (b) (c)
1 2 1 2 1 2

4 3 4 3 4 3

(a) graf yang memiliki lintasan Hamilton (misal: 3, 2, 1, 4)


(b) graf yang memiliki lintasan Hamilton (1, 2, 3, 4, 1)

106
(c) graf yang tidak memiliki lintasan maupun sirkuit Hamilton

(a) (b)
(a) Dodecahedron Hamilton,
(b) graf yang mengandung sirkuit Hamilton

L. Beberapa Aplikasi Dari Graf Khusus

107
Exercise
Soal 1-3

108
Soal 4-6

Soal 7-9

Soal 10

Soal 11

109
Soal 12

Soal 13

110

Anda mungkin juga menyukai