Anda di halaman 1dari 5

Judul:Saya Takut

Karya: Mowone Ihsan

Naskah Monolog ini adaptasi dari cerpen Lamsjijan memutuskan menjadi gila karya Asef
Saeul Anwar

Setting: Penjara

Ketakutan tidak hanya dimiliki orang-orang kecil, orang-orang yang tertindas, ketakutan
juga ada di benak orang-orang kaya, orang-orang penguasa. Karena ketakutanlah orang-
orang akan mulai berhati-hati dalam hidup, tapi ketakutan membuat orang mati.

Seorang mantan Kepala Desa sedang ngrundel gara-gara seseorang yang membuatnya sekarang
ada di penjara. Ia selalu menyalahkan Lamsijan, Padahal sebelumnya mereka adalah komplotan
lintah

Tiba-tiba terdengar Hp berdering. Lalu di ikuti suara umpatan dari penghuni penjara yang lain

“Goblok”

Si mantan kepala desa itu mencari hpnya yang berdering (move). Akhrinya ia temukan dari balik
celananya

“Ada apa? Apa sudah beres? Yah. Gampang soal bayaran itu gampang. Sudah aku anggarkan itu.
Begini saja nanti kamu urus dengan anakku. Tentang Warga? Lho, kemarin rembugannya gimana?
Wes, begini saja, soal warga yang berangkat di pengadilan besok tolong belikan apa-apa yang
mereka mau, ciu atau apalah yang penting besok di pengadilan bangku bangku di pengadilan
jangan sampai kosong”, lalu tertawa cekikian.

Lho, ada apa? Kok diam? Hallo? Jo? Hallo? Jo? Paijo? Ada masalah apa? Pak Hakim? Lho,
rembugannya kemarin gimana dengan calonya? Beres to? Jo? Jo? Paijo?

Tiba-tiba HPmilik mantan Kepala Desa terputus.


Mantan kepala desa itu mulai panik, Ia berjalan ngalor ngidul mencoba menenangkan diri.

Tiba-tiba ia tertawa cekikkan lalu menghentikan langkahnya

Yang penting saya sudah suruh anak saya untuk cari calo, saya harus berpikir positif. Ya, saya harus
berpikir positif. Saya harus percaya dengan anak saya. Hanya gara-gara HP mati masa saya harus
panik, hahaha. Goblok.

(Move) Sebentar lagi saya akan keluar dari tempat yang kumuh ini. Hahaha. Ya. Sebentar lagi.
Tinggal melalui pengadilan nanti, saya bisa keluar. Karena bukti-bukti, sudah saya hilangkan, yah,
warga sudah saya suap. tinggal menyuap pak hakim yang perutnya gendut itu. Hahaha. Yah,
sebenarnya saya tak pantas masuk sini. Hanya gara-gara Lamsijan ngedan, saya dijebloskan ,ke
penjara. Sebenarnya saya tidak menuduh Lamsijan, tapi setelah obrolan saya dengannya dulu dua
hari berikutnya saya dijebloskan ke penjara. Saya tidak mau menuduh siapapun, karena saya kepala
desa yang baik.

Sebenarnya saya kepala desa yang baik karena saya selalu melayani warga dengan baik. Terutama
itu si Lamsijan. Bahkan saya sudah menjabat dua periode. Bagi saya dia warga yang paling tekun.
Gimana ndak tekun, dia paling banyak bertemu dengan saya dari pada pegawai-pegawai bawahan
saya di balai desa. Lamsijan itu pialang yang ulung, mungkin lebih ulung dari pialang-pialang yang
sering bekerja sama dengan saya. Pokoknya Lamsijan yang paling tahu apa guna jabatan yang saya
punya daripada saya sendiri yang menjabatnya.

Dia, dia datang beberapa kali kepada saya untuk membuat duplikat-duplikat KTP dan surat-surat
berharga lainnya.

“Assalamualaikum, Bapak Kepala Desaku yang dermawan”

“Walikummuslam, dek Lamsijan”

“Pak, ini saya bawa order lagi”, sambil menjulurkan map

“Wah, Jan, gimana ya? Sebenarnya saya takut lho, kalau kerjasama ini ketahuan bawahanku

“Tenang Pak, ini saya sudah atur agar bapak tidak terkena masalah. Tinggal bapak tanda tangani.
Lalu dapat, duwit”
Lama saya berpikir, tapi saya akhirnya menandatangani map itu.

Awalnya saya menolak. Tapi, Lamsijan mampu meyakinkan saya kalau ada apa-apa, saya tidak
kenapa-kenapa . Saya setuju hingga mulailah kerja sama yang berlangsung terus menerus sampai
hal-hal yang menyangkut kepentingan pribadi.

Apa yang paling saya suka dari ide Lamsijan adalah membagi keuntungan dari kerja sama kami
kepada warga. Tentu dalam jumlah kecil-kecilan saja, ibarat zakat yang sedikit membersihkan harta
banyak. Misalnya dengan mengadakan pengajian, ya pengajian, Sempat saya mengadakan pengajian
di rumah saya. Untung saya dikenalkan Lamsijan ustad yang bisa diajak kong kalikong untuk
mendukung pemerintahan saya.

Bahkan dulu saya juga pernah mengadakan lomba-lomba bagi warga, dan hadiah bagi warga
teladang dengan beberapa ketegori. Biasanya pemuda kampung selalu datang kerumah minta
sumbangan untuk lomba tujuh belasan. Saya kasihlah beberapa lembar uang bergambar Pak
Karno, tapi saya minta harus menjadi penyokong dana terbanyak dan nama saya harus selalu
disebutkan. Pikir saya, ini sebagai timbal balik karena sudah saya kasih uang banyak.

Lebih senang lagi, kalau keuntungan itu kami nikmati di lokalisasi.

Ya. Lamsijan, Lamsijan itu yang paling tahu selera saya berkaitan dengan wanita. Dia sering
menggumam ;Bapak suka dangdut, jadi saya tahu selera Bapak, yaitu semok: seksi dan montok. Ah,
rasa-rasannya , Lamsijan lebih tahu selera saya daripada istri saya, bahkan sampai gaya bercinta
yang paling lezat bagi saya. Tapi setiap kami di lokalisasi dia selau bilang: Pak kalau nanti sudah
tungklik, nanti bapak sms saya ya? saya ada urusan sebentar. Biar bapak gak kecele. Tapi setelah
ngomong itu, ia lalu pinjam uang, yah saya kasihlah karena saya Kepala desa yang baik hati.

Memang, Lamsijan banyak hutang. Saya dengar itu. Beberapa warga mengeluhkannya,
melaporkannya maksud saya. Mereka tidak tahu kerja sama saya dengan Lamsijan. Lamsijan
memang penjaga rahasia yang baik. Saya terima saja keluhan, eh laporan warga. Saya jawab bahwa
Lamsijan sudah gila jadi tidak patut menuntut terlalu banyak dari dia. Mengenai, mengenai hak
rumah dan tanah yang dijadikan jaminan leh Lamsijan, saya putuskan untuk dibangun gedung
PAUD saja. Warga akhirnya setuju. Padahal itu gagasan Lamsijan sebelum memutuskan menjadi
gila. Ia menjadi gila dan meninggalkan banyak hutang, saya disuruh membangun gedung PAUD di
bekas rumahnya. Jadi, saya tidak percaya kalau Lamsijan memutuskan menjadi gila hanya karena
hutang
Lamsijan mampu merahasiakan dengan baik apa tujuannya menjadi gila. Seperti, seperti yang
sudah saya bilang tadi, dia benar-benar penjaga rahasia yang baik.

Tiba-tiba mantan kepala desa merasa kurang puas setelah bercerita tentang Lamsijan.

Ia lantas gelisah wira-wiri di ruangan itu…

Langkahnya mulai cepat ditambah emosinya naik.

Tiba-tiba ia teringat mantan istrinya yang mati bunuh diri

(ini gara-gara Lamsijan, jika saya tidak terpengaruh bujukan Lamsijan untuk pergi ke
lokalisasi saya tidak cekcok dengan mantan istri saya. Istri saya menuduh saya sudah tidak
perkasa seperti dulu awal kami menikah, Hingga suatu ketika saya diberitahu oleh anak
buah saya jika istri saya menyeleweng dengan si Penarik Perahu, Saya marah pada waktu
itu, Lantas saya suruh anak buah saya untuk menghabisi si Penarik Perahu, Sebenarnya ini
bukan hanya alasan dia main mata dengan istri saya tapi dia sudah mengendus kebusukan
saya terkait pembangunan jembatan itu,

Tapi, bagaimana jika rencana nanti gagal?

Dua hari ini sudah membuat saya tidak betah. Bagaimana jika lebih dua hari?

Bagaimana jika pak hakim tidak bisa di suap?

Tidak, saya percaya , anak saya sudah menyuapnya, tapi bagaimana kalau gagal?

Ini bukan karena mimpi semalam. Ya, ini bukan karena mimpi semalam.

Si mantan kepala desa itu menampar wajahnya berulang kali

Ini, bukan karena mimpi semalam.

Tiba-tiba terdengar suara besi penjara.

“Mobil, Pengadilan Sudah tiba

Tidak, saya tidak takut…

Saya takut.

Black out.
Selesai

Anda mungkin juga menyukai