Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KONTEKS SITUASIONAL WACANA


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis Wacana

Dosen Pengampu :
Khairun Nisa, M.Pd

Disusun Oleh : Kelompok 2


Nama/Npm: 1. Ilham Triawan/ 20053029
2. Titin Nadya/ 20053052
3. Rizki Rahma Wanti/ 20053113
4. Septia Wulandari/ 20053003
5. Yulia Rahma/ 20053019
Kelas : 6 A
Semester: 6

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA


INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ASAHAN
TAHUN 2022/ 2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan segala
rahmat serta karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini dengan
judul Konteks Situasional Wacana. Shalawat beriring salam kami hadiahkan kepada Nabi Besar
Muhammad SAW semoga di yaumil mahsyar kelak kita mendapatkan syafaatnya, aamiin ya
rabbal alamin. Hormat kami kepada ibu Khairun Nisa, M.Pd selaku dosen pengampu mata
kuliah Analisis Wacana yang selalu membimbing dalam penulisan makalah ini hingga selesai.
Pada makalah ini, dipaparkan secara berturut dan terperinci pembahasan mengenai
Hakikat Konteks Situasional, Macam-macam Konteks dalam Wacana, dan Ciri-ciri Konteks
Situasi. Makalah ini kami susun bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis
Wacana’’. Kami juga berharap nantinya makalah ini dapat dijadikan referensi tambahan bagi
pembaca yang membutuhkan informasi mengenai materi atau pembahasan yang tertera didalam
makalah ini.
Berhubung kami masih pada tahap belajar, dan kami yakin dalam makalah ini masih
terdapat kekurangan. Maka dari itu kami memerlukan kritik dan saran pembaca yang
diharapkan nantinya untuk memotivasi agar dapat memperbaiki kekurangan pada makalah ini
dan bisa jauh lebih baik lagi. Penulis ucapkan banyak terimakasih Khairun Nisa, M.Pd yang
telah membimbing dalam menyusun makalah ini, beserta rekan-rekan tim kelompok yang sudah
membantu baik segi waktu, materi serta tenaganya untuk mensuport pembuatan makalah ini
hingga selesai. Kami ucapkan banyak ribuan terimakasih.

Kisaran, Maret 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... i

DAFTAR ISI .............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

A. Latar Belakang................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 2

C. Tujuan .............................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................... 3

1. Hakikat Konteks Situasional ........................................................................... 3

2. Macam-macam Konteks dalam Wacana ......................................................... 4

3. Ciri-ciri Konteks Situasi .................................................................................. 5

BAB III PENUTUP ................................................................................................... 8

A. Simpulan .......................................................................................................... 8

B. Saran ................................................................................................................ 8

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Analisis wacana adalah ilmu baru yang muncul beberapa tahun belakangan ini.
Aliran-aliran linguistik selama ini membatasi penganalisisannya hanya kepada soal
kalimat dan barulah belakangan ini sebagian ahli bahasa memalingkan perhatiannya
kepada penganalisisan wacana (Lubis, 1991:2). Wacana merupakan susunan bahasa
yang di dalamnya terdapat suatu pesan sesuai dengan keadaan atau domain-domain
yang sesuai dengan kehidupan sosial kita. Maksudnya bentuk dari wacana tersebut
tergantung dari pembuat wacana tersebut, sehingga melahirkan berbagai bentuk wacana
seperti wacana medis dan wacana politik (KOBAYASHI & Itoh, 1991).
Analisis wacana digunakan untuk membongkar makna atau pesan komunikasi
yang terdapat dalam suatu teks baik secara tekstual maupun kontekstual. Sebuah wacana
memiliki dua unsur pendukung utama, yaitu unsur dalam (internal) dan unsur luar
(eksternal). Unsur internal berkaitan dengan aspek formal kebahasaan, sedangkan unsur
eksternal berkenaan dengan hal-hal di luar wacana itu sendiri. Unsur internal dan unsur
eksternal membentuk satu kepaduan dalam suatu struktur yang utuh dan lengkap yang
mana nantinya menjadi konteks situasional.
Konteks situasional mencakup bagaimana situasi atau keadaan lingkungan yang
menjadi tempat lahirnya sebuah teks. Terkait dengan konteks situasioanal wacana
tentunya menggambarkan bagaimana situasi atau keadaan lingkungan yang mana jika
dikaitkan dengan analisis wacana maka menjadi sebuah uraian atau kalimat yang
mendukung kejelasan sebuah makna atau situasi yang berhubungan dengan suatu
kejadian yang kemudian digunakan untuk membongkar makna atau pesan komunikasi
yang terdapat dalam suatu teks baik secara tekstual maupun kontekstual.
Komunikasi secara tekstual yaitu memiliki kekuatan pada isi yang berupa teks (
tulisan). Peran bahasa dalam komunikasi tekstual sangat besar yaitu untuk
mendeskripsikan, menggambarkan, pembahasan, dan lainnya. Untuk komunikasi
kontekstual sendiri atau sering dikenal dgn intrapersonal communication
yakni komunikasi yg terjadi dengan diri sendiri, baik kita sadari atau tidak. Merupakan

1
landasan atau dasar untuk berkomunikasi dengan orang lain, atau bentuk komunikasi
lainnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Hakikat Konteks Situasional?
2. Apa Saja Macam-macam Konteks dalam Wacana?
3. Apa Saja Cir-ciri Konteks Situasional?

C. Tujuan
1. Mengetahui Hakikat Konteks Situasional.
2. Mengetahui Macam – macam Konteks Dalam Wacana.
3. Mengetahui Ciri – ciri Konteks Situasional.

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Hakikat Konteks Situasional


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), konteks adalah uraian atau
kalimat yang mendukung kejelasan sebuah makna atau situasi yang berhubungan
dengan suatu kejadian. Sedangkan dalam bahasa inggris, istilah konteks atau context ini
berarti bagian dari kata atau kalimat yang dapat menjelaskan sebuah makna dalam
pembicaraan. Berdasarkan pengertian tersebut, bisa dikatakan konteks adalah sebuah
kalimat pendukung yang digunakan untuk menambah kejelasan makna. Misalnya,
ketika si A berbicara dengan si B, maka A akan melihat hubungan percakapan yang
dituturkan oleh B maupun sebaliknya. Mulai dari memahami tempat, subjek,
pengetahuan, serta waktu dari percakapan tersebut. Sehingga percakapan dapat
dimengerti oleh kedua belah pihak. Jika tidak mengetahui konteks dari sebuah
pembicaraan, maka kesalahpahaman akan sangat mungkin terjadi. Dengan demikian,
bisa dikatakan konteks memang cukup kompleks karena konteks mencakup berbagi
pengetahuan yang diperlukan oleh pendengar.
Secara umum dapat dikatakan bahwa hakikat konteks situasional yaitu situasi
atau keadaan lingkungan yang menjadi tempat lahirnya sebuah teks, sedangkan Kalman
dan Tron mendefinisikan konteks situasional sebagai situasi komunikasi berarti
keseluruhan keadaan di mana suatu komunikasi berlangsung. Konteks situasional
menurut Mulyana dianggap sebagai sebab terjadinya suatu dialog atau pembicaraan itu
sendiri. Konteks situasional biasanya dianggap sebagai jenis konteks yang
sesungguhnya sesuai definisi. Konteks situasional bisa sangat kompleks dalam hal
komponennya. Menurut Coseriu, komponen tersebut bisa terdiri atas komponen fisik,
empiris, alami, praktis, historis, budaya. Di antara komponen konteks situasional seperti
status sosial, peran sosial, tradisi, pengalaman, keakraban, umur, jenis kelamin,
pengetahuan yang dimiliki, dan tujuan pembicaraan umumnya dapat menentukan laras
bahasa yang digunakan oleh pembicara, laras yang memanifestasikan dirinya melalui
kosakata dan juga melalui fitur-fitur kebahasaan lainnya.

3
Dalam latar belakang sosial budaya yang tinggi, komunikasi yang sangat sopan,
pidato dan lainnya ada kemungkinan seseorang akan mengadopsi ragam bahasa yang
bersifat formal. Antara orang-orang yang tidak saling kenal, mereka yang terjadi kontak
dalam kehidupan sehari-hari (kontak dengan administrasi, hubungan profesional, dll),
atau antara orang-orang yang saling mengenal tetapi tidak dekat satu sama lain, baik
mereka berada atau tidak di tingkat hierarki yang sama, mereka memilih ragam bahasa
formal sebagai gantinya.

2. Macam-macam Konteks dalam Wacana


Adapun macam – macam konteks dalam wacana meliputi yaitu aspek-aspek
internal wacana dan segala sesuatu yang secara eksternal melingkupi sebuah wacana
(Sumarlam, dkk. 2008: 47). Berdasarkan pengertian tersebut maka konteks wacana
secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu :
a. Konteks bahasa
Konteks secara penggunaan bahasa merupakan kendala relevan dari situasi
komunikatif yang mempengaruhi penggunaan bahasa, variasi bahasa, dan ringkasan
wacana. Konteks bahasa disebut dengan ko-teks, Konteks bahasa adalah bagian suatu
uraian atau kalimat yang dapat mendukung atau menambah kejelasan makna situasi
yang ada hubungannya dengan suatu kejadian. Konteks bahasa sangat berpengaruh
terhadap kelancaran sistem komunikasi. Perbedaan konteks bahasa dapat menyebabkan
makna bahasa menjadi berbeda pula. Konteks bahasa sangat berpengaruh terhadap
kelancaran sistem komunikasi. Perbedaan konteks bahasa dapat menyebabkan makna
bahasa menjadi berbeda pula. Misalnya pada kalimat “Operasi akan dilaksanakan
malam ini”. Kalimat tersebut mempunyai struktur gramatikal yang sama. Akan tetapi,
kalimat tersebut dapat berbeda maknanya jika diucapkan oleh dua orang dalam situasi
dan kondisi yang berbeda. Jika kalimat tersebut diucapkan oleh dokter, kalimat tersebut
mengacu pada bidang kesehatan, seperti operasi jantung, operasi ginjal, operasi usus
buntu, dan sebagainya. Lain halnya jika kalimat tersebut diucapkan oleh seorang polisi.
Kalimat tersebut akan mengacu pada kegiatan polisi yang akan melakukan suatu operasi
keamanan, misalnya operasi penyakit masyarakat (Pekat).

b. Konteks luar bahasa

4
Konteks luar bahasa disebut dengan konteks situasi dan konteks budaya atau
konteks saja. Konteks luar bahasa ialah unsur di luar tuturan yang mempengaruhi
maksud tuturan.Maksud tidak bisa dilihat dari bentuk dan makna saja, tetapi juga dari
tempat dan waktu berbicara, siapa saja yang terlibat, tujuan, bentuk ujaran, cara
penyampaian, alat berbicara, norma-norma, dan genre.
Tanpa memperhatikan konteks bahasa, dapat terjadi kesalahpahaman dalam
komunikasi. Maksud suatu ujaran dari seseorang dapat diketahui dengan melihat
konteks bahasa. Misalnya ada suatu ujaran “Saya tidak mau dipanggil Pak Guru”.
Dalam konteks yang berbeda, ujaran tersebut mempunyai dua maksud. Pertama, orang
yang mengucapkan ujaran tersebut tidak mau dipanggil dengan sebutan “Pak Guru”.
Kedua, orang yang mengucapkan ujaran tersebut tidak mau memenuhi panggilan Pak
Guru. Dalam berbahasa seseorang harus memperhatikan konteks bahasa agar dapat
memahami maksud suatu kalimat atau ujaran dengan jelas. Dengan adanya pemahaman
yang jelas mengenai konteks bahasa, kecil kemungkinan terjadi kesalahpahaman antara
penutur dan lawan tutur.

3. Ciri – ciri Konteks Situasional


Konteks situasi lebih mengacu kepada lingkungan secara keseluruhan. Tiga
unsur dalam konteks situasi, yaitu medan wacana (permainan) ini ialah jenis kegiatan,
sebagaimana dikenal dalam kebudayaan, yang sebagian diperankan oleh bahasa
(memprakirakan makna pengalaman), pelibat wacana (pemain) ini merupakan sipelaku
atau peran interaksi antara yang terlibat dalam penciptaan teks (memprakirakan makna
antar pelibat), sarana wacana (bagian) ialah fungsi khas yang diberikan kepada bahasa,
dan saluran retorisnya (memprakirakan makna tekstual) (Ryan et al., 2013).
Dijabarkan sebagai berikut tentang bagaimana dan apa saja ciri-ciri konteks
situasional:
a. Pembicara/Penulis (Addressor )
Pembicara atau penulis adalah seseorang yang memproduksi/menghasilkan
suatuucapakan. Mengetahui si pembicara pada suatu situasi akan memudahkan untuk
menginterpretasi pembicaraanya. Umpanya saja seseorang mengatakan “operasi harus
dilakukan”. Kalau kita ketahui si pembicara adalah dokter, tentu kita akan paham yang
dimaksud dengan “operasi”. Operasi ini memiliki arti pembedahan atau operasi

5
terhadap manusia atau hewan. Tetapi jika yang berbicara adalah ahli ekonomi, kita akan
paham bahwa yang dimaksud dengan operasi adalah mendistrubusikan beras ke pasar
dari pemerintah untuk menstabilkan harga. Beda pula ketika mengatakan adalah
pencuri, perampok, dan polisi. Jadi, jelas sekali bagaimana pentingnya mengetahui si pe
mbicara demi menafsikan pembicaraannya. Kalau tidak diketahui siapa pembicaranya,
maka akan sulitlah untuk memahami kata-kata yang diucapkan atau dituliskan.
b. Pendengar/pembaca ( Addresse)
Pendengar/pembaca adalah seseorang yang menjadi mitra tutur/baca dalam suatu
kegiatan berkomunikasi atau dapat dikatakan seseorang yang menjadi penerima
(recepient) ujaran. Kepentingan mengetahui si pembicara sama pentingnya dengan
mengetahui si pendengar, terhadap siapa ujaran tersebut ditujukan akan memperjelas
ujaran itu. Berbeda penerima ujaran, akan berbeda pulalah tafsiran terhadap apa yang
didengarnya.
c. Topik pembicaraan (Topic )
Dengan mengetahui topik pembicaraan, akan mudah bagi seseorang
pendengar/pembaca untuk memahami pembicaraan atau tulisan.
d. Saluran (Channel )
Selain partisipan dan topic pembicaraan, saluran juga sangat penting di dalam
menginterpretasikan makna ujaran. Saluran yang dimaksud dapat secara lisan atau
tulisan.
e. Kode (Code)
Kode yang dimaksud adalah bahasa, dialek atau gaya bahasa seperti apa yang
digunakan didalam berkomunikasi. Misalnya, jika saluran yang digunakan bahasa lisan,
maka kode yangdapat dipilih adalah dialek bahasa. Seseorang yang mengungkapkan isi
hatinya dengan bahasa daerah kepada temannya akan merasa lebih bebas, akrab, dan
lain sebagainya dibandingkan dengan menggunakan Bahasa Indonesia.
f. Bentuk Pesan (Message Form)
Pesan yang disampaikan haruslah tepat, karena bentuk pesan ini bersifat penting.
Menyampaikan tentang ilmu pasti misalnya, dengan rumus-rumus tertentu, pastilah
berbeda dengan menyampaikan ilmu sejarah atau ilmu bahasa. Bentuk penyampaian
pesan juga dapat beragam. Seperti lewat khotbah, drama, puisi, surat-surat cinta, dan
lainnya.

6
g. Peristiwa ( Event )
Peristiwa tutur tentu sangat beragam. Hal ini ditentukan oleh tujuan pembicaraan
itu sendiri.Peristiwa tutur seperti wawancara atau dipengadilan akan berbeda dengan
peristiwa tutur di pasar.
h. Tempat dan waktu (Setting)
Keberadaan tempat, waktu, dan hubungan antara keduanya, dalam suatu
peristiwa komunikasi dapat memberikan makna tertentu. Di mana suatu tuturan itu
berlangsung di pasar, di kantor, dan lainnya. Demikian juga, kapan suatu tuturan itu
berlangsung pagi hari, siang hari, suasana santai, resmi, tegang, dan lainnya.

7
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Konteks adalah uraian atau kalimat yang mendukung kejelasan sebuah makna
atau situasi yang berhubungan dengan suatu kejadian. Di antara komponen konteks
situasional seperti status sosial, peran sosial, tradisi, pengalaman, keakraban, umur, jenis
kelamin, pengetahuan yang dimiliki, dan tujuan pembicaraan umumnya dapat
menentukan laras bahasa yang digunakan oleh pembicara, laras yang memanifestasikan
dirinya melalui kosakata dan juga melalui fitur-fitur kebahasaan lainnya. Konteks luar
bahasa Konteks secara penggunaan bahasa merupakan kendala relevan dari situasi
komunikatif yang mempengaruhi penggunaan bahasa, variasi bahasa, dan ringkasan
wacana. Konteks bahasa disebut dengan ko-teks, sedangkan konteks luar bahasa disebut
dengan konteks situasi dan konteks budaya atau konteks saja. Ciri – ciri Konteks
Situasional meliputi Pembicara/penulis (Adressor), pendengar/pembaca (adresse),topik
pembicaraan (topic), saluran (channel), kode (code), bentuk pesan (message form),
peristiwa (event).

B. Saran
Demikianlah makalah ini kami susun dengan sebaik-baiknya, tentunya kami
menyadari jika dalam penyusunan makalah di atas masih banyak ada kesalahan serta
jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya kami akan melakukan perbaikan susunan
makalah itu dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa
membangun dari para pembaca.

8
DAFTAR PUSTAKA

KOBAYASHI, S., & Itoh, H. (1991). No Title‫و ال كام لة ال م تحرك ة ال ت عىي ضات‬
‫ال ىجه ية ال ف ك ية ال ت عىي ضات‬. ‫مم‬
‫مممممم‬
‫مممم مممم‬, 1999(December), 1–6.
Ryan, Cooper, & Tauer. (2013). 済無No Title No Title No Title. Paper Knowledge .
Toward a Media History of Documents, 12–26.
Zulfa Ardhini.detik.com (2023, 08 Februari) Diakses pada 19 Maret 2023.
https://www.detik.com/bali/berita/d-6558526/konteks-adalah-jenis-dan-contohnya.
id.wikipedia (2023, 20 Januari) Diakses pada 19 Maret 2023.
https://id.wikipedia.org/wiki/Konteks:text=Kontekssecarapenggunaanbahasa.
Sastrawan.id (2018, 02 Februari) Diakses pada 18 Maret 2023.
https://www.sastrawacana.id/2018/02/pengertian-pragmatik-menurut-para-ahli.
=Konteksluarbahasa.
Dapurimajinasi.com (2011, Desember) Diakses pada 19 Maret 2023.
https://www.dapurimajinasi.com/2011/12/konteks-bahasa.html
https://www.academia.edu/37888980/Ciriciri_konteks
https://irwansahaja.blogspot.com/2016/04/pengertian-kontek-dan-hubungan-antara.html

Anda mungkin juga menyukai