Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH PANTUN

Disusun untuk memenuhi penugasan Bahasa indonesia


Guru mata pelajaran Indra Rusyana, S.Pd.

Oleh:
Usnan Ahmadilah
Xll Mipa 1

SMA NEGERI 21 GARUT

Jl. Panorama Cibuungur, Kec. Talegong, Kab. Garut

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya, penyusunan makalah Pantun ini dapat terselesaikan dengan
cukup baik.
Dalam penyelesaian makalah Pantun ini, penulis banyak mengalami kesulitan,
terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun, berkat
bimbingan dan bantuan dari pihak lain, akhirnya makalah Pantun ini dapat terselesaikan.
Karena itu, sudah sepantasnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis setiap saat.
Penulis sadar, sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses pembelajaran,
penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan makalah yang
lebih baik lagi. Harapan penulis, semoga makalah Pantun yang sederhana ini dapat
berguna bagi kita semua.

Garut,16 Januari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar belakang.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................1
C. Tujuan..................................................................................................2
D. Manfaat................................................................................................2
BAB II LANDASAN TEORITIS 3
BAB III PEMBAHASAN 4
A. Pengertian Pantun................................................................................4
B. Sejarah Pantun.....................................................................................5
C. Ciri-ciri Pantun....................................................................................6
D. Peran dan Fungsi Pantun.....................................................................6
E. Struktur Pantun....................................................................................6
F. Jenis jenis pantun.................................................................................7
BAB IV CONTOH PANTUN 8
BAB V PENUTUP 11
A. kesimpulan.........................................................................................11
B. Saran..................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA 12

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pantun merupakan sastra lisan yang dibukukan pertama kali oleh Haji Ibrahim
Datuk Kaya Muda Riau, seorang sastrawan yang hidup sezaman dengan Raja Ali
Haji. Antologi pantun yang pertama itu berjudul Perhimpunan Pantun-pantun melayu.
Genre pantun merupakan genre yang paling bertahan lama.
Mengungkapkan perasaan tidak hanya dapat diceritakan dan ditulis dalam
bentuk prosa. Ungkapan perasaan pun dapat dinyatakan dalam bentuk puisi, seperti
puisi lama yang disebut pantun. Selain pantun, masih ada bentuk puisi lama lainnya,
seperti pantun kilat (karmina), talibun, seloka, gurindam, dan syair.
Pantun sudah dikenal masyarakat Indonesia sejak dahulu. Misalnya,
wawangsalan, paparikan, sisindiran, sesebred dalam masyarakat sunda; pantun
ludruk, dan ga
ndrung dalam masyarakat jawa; serta ende-ende dalam masyarakat Mandailing.
Bahkan, di sebagian daerah Sumatra, masyarakat Minangkabau menggunakan pantun
sebagai pembuka acara di perayaan-perayaan. Selain dibaca, pantun juga kerap
dinyanyikan.
Pantun di Indonesia sangat banyak dan beraneka ragam, untuk itu dengan
mempelajari hakikat pantun akan menambah banyak wawasan mengenai budaya asli
yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Pantun tidak hanya dianggap sebagai warisan
nenek moyang tetapi jika ditelusuri pantun memiliki banyak kegunaan di antara yang
paling penting sebagai saran komunikasi dan pelupapan ekspresi seseorang.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah:
1. Apakah pengertian dan fungsi pantun?
2. Bagaimanakah sejarah dan struktur pantun?
3. Apa sajakah jenis jenis pantun?

1
C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menambah ilmu dan pengetahuan bagi pembaca seputar pantun
2. Untuk bekal bagi para anak remaja khususnya yang masih sekolah dalam
pembelajaran mereka
3. Untuk membangkitkan motivasi orang banyak dalam belajar pantun
4. Menambah minat warga untuk mempelajari kebahasaan

D. Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan pantun yaitu sebagai alat pemelihara
bahasa,pantun berperan sebagai penjaga fungsi kata dan kemampuan menjaga alur
berfikir. Pantun melatih seseorang berfikir tentang makna kata sebelum berujar,ia
juga melatih orang berfikir asosiatif,bahwa suatu kata bisa memiliki kaitan dengan
kata yang lain.

2
BAB II
LANDASAN TEORITIS

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI), pantun adalah bentuk


puisi Indonesia (Melayu), tiap bait (kuplet) biasanya terdiri atas empat baris
yang bersajak (a-b-a-b). Dikutip dari laman Institute Seni Indonesia Denpasar,
pantun memiliki makna yang sama dengan umpama. Sepantun sama artinya
dengan seumpama.
Hidayati (2010) menyatakan bahwa “Pantun merupakan salah satu
jenis puisi Melayu lama yang secara luas dikenal Ditanah Air kita”. Pantun pada
awalnya merupakan sastra lisan, tetapi sekarang banyak dijumpai pantun yang
tertulis.
Budiono (2010) menyatakan bahwa “Pantun adalah suatu bentuk puisi
lama yang khas dari indonesia”. Dalam bahasa Melayu, pantun berarti quatrain,
yaitu sajak yang berbaris empat, yang bersajak a-b-a-b. Kadang-kadang ada juga
ikatan pantun yang terdiri dari enam ada delapan baris dengan persajakan a-b-c-a-
b-c dan a-b-c-d-a-b-c-d. setiap bait pantun isi pokoknya terdapat dalam kedua
baris yang terakhir.

3
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pantun
Dalam pengertian umum, pantun merupakan salah satu bentuk sastra rakyat
yang menyuarakan nilai-nilai dan kritik budaya masyarakat. Pantun adalah puisi
asli Indonesia (Waluyo, 1987: 9). Pantun juga terdapat dalam beberapa sastra
daerah di Indonesia seperti “parika” dalam sastra jawa atau “paparikan” dalam
sastra sunda. Orang yang pertama kali membentangkan pikiran dari hal pantun
Indonesia ini adalah H.C. Klinkert dalam tahun 1868. Karangannya bernama “De
pantuns of minnenzangen der Maleier”. Sesudah itu datang Prof. Pijnapple; juga
beliau memaparkan pikirannya dari hal ini dalam tahun 1883. Pantun tepat untuk
suasana tertentu, seperti halnya juga karya seni lainnya hanya tepat untuk suasana
tertentu pula.
Menurut Surana (2001: 31), pantun ialah bentuk puisi lama yang terdiri
atas 4 larik sebait berima silang (a-b-a-b). Larik I dan II disebut sampiran, yaitu
bagian objektif. Biasanya berupa lukisan alam atau apa saja yang dapat diambil
sebagai kiasan. Larik III dan IV dinamakan isi, bagian subjektif. Sama halnya
dengan karmina, setiap larik terdiri atas 4 perkataan. Jumlah suku kata setiap
larik antara 8-12. Namun, dalam buku Bahan Ajar Sastra Rakyat (2005: 70)
mengatakan bahwa:
Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal
dalam bahasa-bahasa Nusantara. Pantun berasal dari kata patuntun dalam bahasa
Minangkabau yang berarti "petuntun". Dalam bahasa Jawa, misalnya, dikenal
sebagai parikan, dalam bahasa Sunda dikenal sebagai paparikan, dan dalam
bahasa Batak dikenal sebagai umpasa (baca: uppasa). Lazimnya pantun terdiri
atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan), setiap baris terdiri dari 8-12
suku kata, bersajak akhir dengan pola a-b-a-b dan a-a-a-a (tidak boleh a-a-b-b,
atau a-b-b-a). Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan namun sekarang
dijumpai juga pantun yang tertulis.

B. Sejarah Pantun
Pada mulanya pantun merupakan senandung atau puisi rakyat yang
dinyanyikan (Fang, 1993: 195). Pantun pertama kali muncul dalam Sejarah

4
Melayu dan hikayat-hikayat popular yang sezaman dan disisipkan dalam syair-
syair seperti Syair Ken Tambuhan. Pantun dianggap sebagai bentuk karma dari
kata Jawa Parik yang berarti pari, artinya paribahasa atau peribahasa dalam
bahasa Melayu. Arti ini juga berdekatan dengan umpama atau seloka yang
berasal dari India. Dr. R. Brandstetter mengatakan bahwa kata pantun berasal dari
akar kata tun, yang terdapat dalam berbagai bahasa Nusantara, misalnya dalam
bahasa Pampanga, tuntun yang berarti teratur, dalam bahasa Tagalog ada tonton
yang berarti bercakap menurut aturan tertentu; dalam bahasa Jawa kuno, tuntun
yang berarti benang atau atuntun yang berarti teratur dan matuntun yang berarti
memimpin; dalam bahasa Toba pula ada kata pantun yang berarti kesopanan,
kehormatan.
Van Ophuysen dalam Hamidy (1983: 69) menduga pantun itu berasal dari
bahasa daun-daun, setelah dia melihat ende-ende Mandailing dengan
mempergunakan daun-daun untuk menulis surat-menyurat dalam percintaan.
Menurut kebiasaan orang Melayu di Sibolga dijumpainya kebiasaan seorang
suami memberikan ikan belanak kepada istrinya, dengan harapan agar istrinya itu
beranak. Sedangkan R.J. Wilkinson dan R.O. Winsted dalam Hamidy (1983: 69)
menyatakan keberatan mengenai asal mula pantun seperti dugaan Ophuysen itu.
Dalam bukunya “Malay Literature” pertama terbit tahun 1907, Wilkinson malah
balik bertanya, ‘tidakkah hal itu harus dianggap sebaliknya?’. Jadi bukan pantun
yang berasal dari bahasa daun-daun, tetapi bahasa daun-daunlah yang berasal dari
pantun.

C. Ciri-ciri Pantun
adapun ciri ciri pantun yaitu:

5
1. Pantun terdiri dari sejumlah baris yang selalu genap yang merupakan satu
kesatuan yang disebut bait/kuplet.
2. Setiap baris terdiri dari empat kata yang dibentuk dari 8-12 suku kata
(umumnya 10 suku kata).
3. Separuh bait pertama merupakan sampiran (persiapan memasuki isi pantun),
kemudian separuh bait berikutnya merupakan isi (pesan yang mau
disampaikan).
4. Setiap bait terdiri dari 4 baris.
5. Bait pertama dan kedua adalah sampiran.
6. Baris ketiga adalah isi.
7. Bersajak a-b-a-b.

D. Peran dan Fungsi Pantun


Adapun peran dan fungsi pantun yaitu:
1. Sebagai alat pemelihara bahasa, pantun berperan sebagai penjaga fungsi kata
kemampuan menjaga alur berpikir. Pantun terdiri dari sejumlah baris yang
selalu genap, yang merupakan satu kesatuan yang disebut bait/kuplet.
2. Pantun turut berfungsi sebagai media untuk menyampaikan hasrat yang seni
atau rahasia yang tersembunyi melalui penyampaian yang berkias..
3. Pantun sering digunakan dalam upacara peminangan dan perkawinan atau
sebagai pembuka atau penutup bicara dalam majelis-majelis resmi.
4. Pantun sering dijadikan sebagai alat komunikasi.

E. Struktur Pantun
Adapun struktur pantun pada umumnya ialah terdiri dari dua baris
sampiran dan dua baris isi. Sampiran merupakan sandaran dan isi merupakan
saran misi atau pesan.

F. Jenis jenis pantun


Adapun jenis jenis pantun yaitu sebagai berikut
1. Pantun biasa, yaitu pantun yang terdiri dari empat baris tiap bait.
2. Pantun kilat atau kamina, yaitu pantun yang tersusun atas dua baris.

6
3. Pantun berkait,yaitu pantun yang tersusun secara berangkai, saling
mengait antara bait pertama dan bait berikutnya.
4. Talibun, yaiupantun yang terdiri lebih dari enam baris tetapi selalu
genap jumlahnya, separuh merupakan sampiran dan separuh lainya
merupakan isi.
5. Seloka,yaitupantun yang terdiri dari empat baris sebait persajakanya
datar

BAB IV
CONTOH PANTUN
1. Pantun biasa, yaitu pantun yang terdiri dari empat baris tiap bait.
Contoh 1

7
Kalau ada jarum patah
Jangan masukkan ke dalam peti
Kalau ada kata yang salah
Jangan masukkan ke dalam hati
Contoh 2
Duduk manis di bibir pantai
Lihat gadis aduhai tiada dua
Masa muda kebanyakan santai
Sudah renta sulit tertawa

2. Pantun kilat/karmina, yaitu pantun yang hanya tersusun atas dua baris.
Contoh 1
Dahulu parang, sekarang besi
Dahulu sayang, sekarang benci
Contoh 2
Minum jamu makan nagka
Lihat kamu langsung suka

3. Pantun berkait, yaitu pantun yang tersusun secara berangkai, saling


mengait antara bait pertama dan bait berikutnya.
Contoh 1
Lurus jalan ke Payakumbuh
Kayu jati bertimbal jalan
Di mana hati yang tak rusuh
Ibu mati bapak berjalan

Contoh 2
Mangistan namanya kaju
Daunya luruh melentang
Mahkota raja melayu
Turun dari bukit seguntang

8
Daunya luruh menelentang
Daunya puan diraut raut
Turun dari bukit seguntang
Keluar dari dalam laut

4. Talibun, yaitu pantun yang terdiri lebih dari enam baris tetapi selalu genap
jumlahnya, separuh merupakan sampiran, dan separuh lainnya merupakan
isi.
Contoh 1
Kelinci larinya cepat
Konon katanya secepat angin
Lebih cepat dari kura kura
Hidup di dunia ini singkat
Gunakan waktu sebaik mungkin
Sebelum ajal menjemput kita
contoh 2
Berjalan menuju pulau disana
Menerjang ombak di bulan purnama
Bersama nahkoda melempar jala
Agar memiliki gelar sarjana
Belajarlah dengan giat dan seksama
Jangan lupa selalu berdoa

5. Seloka, yaitu pantun yang terdiri dali empat baris sebait tetapi
persajakannya datar (a-a-a-a).
Contoh 1
Lurus jalan ke Payakumbuh
Kayu jati bertimbal jalan
Di mana hati yang tak rusuh

9
Ibu mati bapak berjalan
Contoh 2
Terkelip api atas gunung
Orang memarun sarap balai
Maksud hati memeluk gunung
Apa daya tangan tak sampai

10
BAB V
PENUTUP
A. kesimpulan
Pantun adalah Puisi Indonesia, tiap bait (kuplet) biasa terdiri atas empat
baris yang bersajak (a-b-a-b) tiap larik biasanya berjumlah empat kata; baris
pertama dan baris kedua biasanya tumpuan (sampiran) saja dan baris ketiga
dan keempat merupakan isi; setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata;
merupakan peribahasa sindiran; jawab (pada tuduhan dan sebagainya)
Ciri-ciri pantun dapat dinyatakan yaitu pantun tersusun atas empat baris
dalam tiap baitnya. Baris pertama dan baris kedua berupa sampiran. Baris
ketiga dan keempat merupakan isi/ maksud yang hendak disampaikan. Jumlah
suku kata dalam tiap baitnya rata-rata berkisar delapan sampai dua belas.
Jenis pantun dapat dibedakan berdasarkan tingkatan umur pemakainya,
berdasarkan isinya, dan berdasarkan bentuknya atau susunannya.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan adalah hendaknya ilmu tentang kesusastraan
selalu digali dan dipelajari serta diterapkan, khususnya tentang pantun oleh
para sastrawan, ilmuan, dan lebih spesifik lagi oleh mahasiswa bahasa dan
sastra Indonesia.

11
DAFTAR PUSTAKA

Djoko, Damono. (2004). Puisi Indonesia Sebelum Kemerdekaan. Bandung: PT.


Remaja Rosdakarya.

Gawa,John. 2007. Kebijakan dalam 1001 Pantun. Jakarta: Buku Kompas.

Mafrukhi, dkk. (2006). Kompetensi Berbahasa Indonesia Jilid 3. Jakarta:


Erlangga.

Rosidi, Ajip. (1983). Kapankah Kesusteran Indonesia Lahir?. Jakarta: Gunung


Agung.

Widjoko dan Endang Hidayat. (2007). Teori dan Sejarah Sastra Indonesia.
Bandung: UPI Press.

Anda mungkin juga menyukai