Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Karya sastra dalam hal ini novel, merupakan sebuah karya sastra dalam bentuk prosa yang bersifat fiksi. Membaca sebuah
karya sastra, pada hakikatnya merupakan kegiatan apresiasi sastra secara langsung. Dengan membaca karya sastra, kita
dapat memahami karya sastra dengan sungguh-sungguh sehingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan kritis yang
baik terhadap karya sastra tersebut.
Dalam membaca sebuah karya sastra, kita akan dapat menganalisis karya sastra secara langsung. Kita dapat memahami
unsur-unsur yang mendukung dalam karya sastra tersebut, seperti unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik terdiri
atas tokoh dan penokohan, alur, latar, sudut, pandang, tema, dan gaya bahasa. Sedangkan unsur ekstrinsik terdiri atas nilai-
nilai atau analisis pragmatik dan unsur sosial budaya.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan, maka dapat di rumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa saja unsur intrinsik dalam novel Keberangkata karya Nh. Dini?
2. Apa saja unsur ekstrinsik dalam novel Keberangkatan karya Nh. Dini?
3. Bagaimana tanggapan atau penilaian terhadap novel Keberangkatan karya Nh. Dini?
4. Apa saja hal-hal yang menarik dalam novel Keberangkatan karya Nh. Dini?

1.3. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini anatara lain:
1. Mengetahui unsur intrinsik novel Keberangkatan karya Nh. Dini.
2. Mengetahui unsur ekstrinsik novel Keberangkatan karya Nh. Dini.
3. Menanggapi atau menilai novel Keberangkatan karya Nh. Dini.
4. Menemukan hal-hal yang menarik dalam novel Keberangkatan karya Nh. Dini.

1.4. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan dan pengalaman dalam mempelajari unsur intrinsik
dan ektrinsik, dapat menanggapi atau menilai, dan menemukan hal yang menarik dari novel Keberangkatan karya Nh. Dini.
Selain itu, juga dapat menambah wawasan atau pengetahuan.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Unsur Instrintik


2.1.1. Tokoh dan Penokohan
1. Elisabeth Frissart
Seorang gadis Indo yang bekerja sebagai pramugari di GIA. Elisa begitu ia suka dipanggil, mempunyai keluarga yang tidak
begitu harmonis.
a) Tidak membeda-bedakan teman dalam bergaul
Bukti kutipan:
“Barangkali mereka tercengang karena aku makan soto bersama pramugari-pramugari darat. Ada semacam rasa tinggi hati
dari rekan-rekanku terhadap pekerjaan di lapangan terbang.” (halaman 22)
Alasan:
Elisa mau berteman dengan siapa saja, baik itu pramugari darat maupun pramugari udara.
b) Suka berbagi
Bukti kutipan:
“… .Demikian pula kadang-kadang kubagikan kepada teman-teman sepondokan. Mereka selalu senang menerimanya. Aku
sendiri gembira dapat membawakan oleh-oleh yang tidak seberapa itu.” (halaman 33)
Alasan:
Sebagai seorang pramugari udara, Elisa mengumpulkan makanan sisa dari para penumpang dan kemudian membagikannya
kepada teman-temannya.
c) Mandiri
Bukti kutipan:
“Kebebasasan yang kuperoleh juga merupakan permulaan tanggung jawab sepenuhnya akan segala tingkah lakuku,
kehidupan, dan keuanganku. Dengan hati-hati, gaji yang kuterima cukup buat hidup anak-anak seumuranku.” (halaman 37)
Alasan:
Dengan umurnya yang masih 17 tahun, Elisa sanggup menghidupi dirinya sendiri dan mengatur keuangan dengan hati-hati.
d) Tidak suka menyakiti hati orang lain
Bukti kutipan:
“Di dalam mobil aku tidak dapat melepaskan pikiran dari kunjungan Rudi yang terpaksa kutolak. Belum pernah itu terjadi. Aku
tidak suka membuat laki-laki merana, karena pamrih kebendaan maupun karena sikapku yang menyakitkan hatinya.” (halaman
58)
Alasan:
Ketika Elisa menolak kunjungan Rudi, teman kecilnya, ia selalu memikirkan sikapnya kepada Rudi malam itu. Dijelaskan juga
pada kalimat “sikapku yang menyakitkan hatinya”.
e) Pendiam
Bukti kutipan:
“Aku bukan anak yang sukar. Aku menjadi pendiam dan dingin karena tidak diberi kesempatan buat mengutarakan isi hati.”
(halaman 95)
Alasan:
Karena selama Elisa tinggal bersama orang tuanya, apapun yang dilakukan Elisa selalu salah dimata ibunya. Maka dari itu,
Elisa menjadi pendiam dibuktikan pada kalimat “aku menjadi pendiam”.
f) Tidak memiliki kegigihan yang kuat
Bukti kutipan:
“Seandainya aku tidak mengenalnya, barangkali aku berhenti dengan apa yang telah ku ketahui. Meskipun dalam hati ada
ketidakpuasan, biasanya aku bukan orang yang memiliki kegigihan yang kuat.” (halaman 97)
Alasan:
“Aku bukan orang yang memiliki kegigihan yang kuat” telah menjelaskan bahwa Elisa tidak memiliki sikap kegigihan yang kuat.
g) Sabar
Bukti kutipan:
“Bahkan pada waktu-waktu memikirkan kebingungan itu, aku menyesali diri sendiri. Keluarganya sudah menerimaku.
Barangkali memang sifat Sukoharjito yang demikian. Aku harus bersabar lagi untuk menerima datangnya pinangan.” (halaman
104)
Alasan:
Kalimat “Aku harus bersabar lagi” menunjukkan bahwa sebenarnya Elisa memang sudah memiliki sifat penyabar, ditambah
kata “lagi” menunjukkan ia harus lebih bersabar.
h) Pemaaf
Bukti kutipan:
“Aku harus lebih berbudi dari mereka. Aku harus memaafkan.” (halaman 149)
Alasan:
Kalimat “Aku harus memaafkan” menunjukkan ia mempunyai sifat pemaaf.
i) Suka berterus terang
Bukti kutipan:
“Aku tidak senang kepada kelancangannya membikin janji untukku. Itu kukatakan kepada Lansih tanpa menyembunyikan rasa
kegusaranku.” (halaman 155)
Alasan:
Kalimat “Itu kukatakan langsung kepada Lansih” membuktikan bahwa Elisa suka berterus terang bahwa ia tidak suka dengan
kelancangan Lansih membuat janji untuknya.
j) Tidak mudah berteman
Bukti kutipan:
“Aku tidak mudah berkawan. Ada kenalanku yang telah bertahun-tahun, tapi tak ada setitik tanda keeratan dari pihakku.”
(halaman 131)
Alasan:
Kalimat “Aku tidak mudah berkawan. … .” menunjukkan bahwa Elisa sulit untuk berteman dengan orang, bahkan dengan yang
telah berkenalan dengan ia selama bertahun-tahun.

2. Ibu Elisa
Seorang ibu yang memperlakukan anak-anaknya dengan keras.
a) Ringan tangan
Bukti kutipan:
“Tangannya ringan, sering jatuh menampar muka atau kepala anak-anaknya.” (halaman 20)
“Ibuku seketika itu juga berada di sisiku, mengangkat tangan kanannya hendak memukulku.” (halaman 39)
Alasan:
Kaliamat “Tangannya ringan” dari pikiran tokoh utama telah membuktikan bahwa Ibunya memang ringan tangan.
b) Pemarah
Bukti kutipan:
“Untuk memuaskan kemarahannya, dia tidak segan-segan mengambil benda pembantu yang ada didekatnya … .” (halaman
21)
“Dari dalam kamar kudengar suaranya yang keras tanpa keseganan melanjutkan cacian yang ganas, … .” (halaman 39)
Alasan:
“Untuk memuaskan kemarahannya” membuktikan bahwa Ibu Elisa mudah marah bahkan di asrama Elisa.
c) Matrealistis
Bukti kutipan:
“Dimatanya haya uang dan kebendaanlah yang terhitung di dunia ini.” (halaman 30)
Alasan:
Pikiran tokoh utama tentang sifat ibunya yang matrelistis dapat dilihat dari kalimat “hanya uang dan kebendahaanlah yang
terhitung di dunia ini”.

3. Ayah Elisa
Tuan Frissart yang sebenarnya bukanlah ayah dari Elisa. Ia adalah paman Elisa.
a) Perhatian
Bukti kutipan:
“Sebentar aku berbicara dengan ayahku mengenai hal-hal yang penting. Diulanginya nasihat-nasihat serta petunjuk caranya
memperoleh surat-surat.” (halaman 12)
Alasan:
Sikap ayah Elisa mengulangi nasihat dan petunjuk memperoleh surat membuktikan bahwa ia orang yang perhatian terhadap
anaknya.
b) Pengecut
Bukti kutipan:
“Dia kelihatan selalu mengalah, terlalu pengecut di hadapan istrinya. … . Dengan tenangnya ayah melihat ibuku memukuli aku.
Tak sepatah kata pun keluar dari mulutnya. Tak selangkah pun dia beranjak dari tempat duduknya buat menolongku.”
(halaman 21)
Alasan:
Pikiran tokoh utama yang mengatakan bahwa ayahnya adalah seorang yang pengecut di hadapan istrinya dengan tidak
menolong ketika Elisa dipukuli oleh ibunya.
4. Lansih
Teman Elisa yang bekerja sebagai pramugari darat. Mereka sudah dua tahun berteman.
a) Suka bergaul
Bukti kutipan:
Dari sana pula aku mengetahui, betapa luasnya pergaulan Lansih. Kenalan dan kawan-kawannya merata dari penjual koran
sampai ke wartawan dalam negeri dan luar negeri, … .” (halaman 47)
Alasan:
Kenalan Lansih yang dari berbagai kalangan menunjukkan bahwa ia suka bergaul dengan siapa saja.
b) Berwawasan luas
Bukti kutipan:
“Sejarah dan kekayaan kebudayaan tanah kelahiranku dibukakan Lansih di depanku.” (halaman 47)
“Dia tidak meluangkan waktu sedikitpun tanpa membaca memegang buku dipangkuannya.” (halaman 47)
Alasan:
Dengan Lansih suka membaca buku dan menjelaskan tentang sejarah Indonesia kepada Elisa, itu membuktikan bahwa Lansih
berwawasan luas.
c) Peduli
Bukti kutipan:
“Mengapa kau tidak membiarkan aku begini saja. Lansih! Aku bosan dengan campur tanganmu mengurusi nasibku.” Kata Elisa
(halaman 155)
“Kau harus bergaul dengan masyarakat, Elisa. Harus! Mulailah lagi menggerombol, menggabung, pergi dengan kami … .”
(halaman 157)
Alasan:
Perkataan Elisa yang menyuruh Lansih untuk tidak mencampuri urusannya dan nasihat Lansih agar Elisa bangkit
menunjukkkan bahwa Lansih peduli dengan keadaan Elisa dan berusaha untuk membangkitkan semangat Elisa.

5. Sukoharjito
Saudara Lansih yang berasal dari Solo dan bekerja di bagian Protokol di istana presiden.
a) Suka ingkar dengan janjinya
Bukti kutipan:
“Menurut rencana, Sukoharjito akan datang pula. Tetapi tiba-tiba dibatalkan.” (halaman 73)
Alasan:
Kaliamat “Tiba-tiba dibatalkan” menunjukkan bahwa Sukoharjito suka membatalkan janji dengan tiba-tiba.
b) Pengecut
Bukti kutipan:
“Melihat sikapnya demikian, bagiku dia pengecut. Tidak berani berterus terang kepadamu.” kata Wati. (halaman 146)
Alasan:
Pendapat Wati mengenai sikap Sukohatjito yang memutuskan hubungan dengan tidak berterus terang menunjukkan
Sukoharjito pengecut.

6. Rama Beick
Seorang pastor berkulit putih. Pernah dipenjara dan kerja paksa pada zaman kedudukan Jepang, dibawa ke Pilipina. Dan
kembali ke Indonesia dengan menumpang perahu nelayan.
a) Religius
Bukti kutipan:
“Tuhan memberi saya kawan, di mana pun. Di mana ada orang beriman, baik Islam maupun Kristen, di situ saya hidup. Semua
manusia adalah makhluk Tuhan, semua negeri adalah bumi Tuhan.” (halaman 81)
Alasan:
Dialog yang diucapkan oleh Rama Beick menunjukkan bahwa ia adalah orang yang religius, dengan mengatakan bahwa
“semua manusia adalah makhluk Tuhan, semua negeri adalah bumi Tuhan”.
b) Penyabar
Bukti kutipan:
“Dengan khidmat dan menundukkan kepala, dia membiarkanku menyelesaikan bicara. Tak sekalipun menyela. Jari-jari kedua
tangannya bertemu merupakan tangkupan yang menunjukkan kesabaran.” (halaman 96)
Alasan:
Sikap Rama Beick yang menunjukkan kesabaran adalah dengan menangkupkan kedua tangannya dan membiarkan Elisa
bercerita sampai selesai.

7. Tuan Sayekti
Seorang teman Talib yang tinggal di Bandung.
a) Baik hati
Bukti kutipan:
“Saya minta dia datang ke Bandung. Tapi tidak mau. Padahal dia tahu, bahwa meskipun dia pergi, kamarnya tetap tidak ada
yang menempati. Saya sengaja buatkan kamar panjang, lebar, sekalian untuk sanggar. … .” (halaman 105)
Alasan:
Perbuatan Tuan Sayekti dengan membuatkan kamar khusus untuk Talib agar ia dapat bebas melukis menunjukkan bahwa
Tuan Sayekti orang yang baik hati.
b) Religius
Bukti kutipan:
“Orangnya ramah dan terbuka. Nampak beribadah dan saleh.” (halaman 161)
Alasan:
Penggambaran tokoh yang religius terbukti pada kalimat “nampak beribadah dan saleh.”

8. Talib
Pelukis yang dibawa oleh Tuan Fissart.
a) Acuh terhadap kesehatannya
Bukti kutipan:
“Lalu dia jatuh sakit tahun yang lalu. Memang tidak pernah hati-hati, masa bodoh dengan kesehatannya. Rokoknya terus
menerus. … .” kata Tuan Sayekti. (halaman 106)
Alasan:
Kalimat yang diucapkan oleh Tuan Sayekti “memang tidak pernah berhati-hati, masa bodoh dengan keshatannya”
menunjukkan Talib adalah orang yang acuh terhadap kesehatannya.
b) Keras kepala
Bukti kutipan:
“… . sudah kukatakan aku tidak mau berobat. Buat apa? Biarkan aku sendirian begini. Jangan datang menggangguku lagi. …
.” (halaman 119)
Alasan:
Kata-kata Talib “sudah kukatakan aku tidak mau berobat” menunjukkan bahwa Talib orang yang keras kepala, tidak mau
berobat untuk menyembuhkan penyakitnya.

9. Gail
Seorang wartawan C.B.S, sebuah pusat siaran radio dan televisi Amerika.
a) Perhatian terhadap wanita
Bukti kutipan:
“Cara bicaranya yang lumrah dan seadanya, perhatiannya yang luar biasa akan kepentingan-kepentingan wanita seperti yang
kudengar dari percakapan waktu itu, menyebabkan aku menyukainya.” (halaman 131)
Alasan:
Pemikiran tokoh utama terhadap sikap Gail yang perhatian terhadap wanita ditunjukkan pada kalimat “perhatiannya yang luar
biasa akan kepentingan-kepentingan wanita”.

2.1.2. Alur
Alur yang terdapat dalam novel Keberangkatan karya Nh. Dini adalah alur campuran, yaitu penggabungan antara alur maju
dan alur mundur.
Bukti kutipan alur maju:
“Beberapa waktu kemudian, aku menentukan hari buat berkunjung ke rumah Rama Beick sebelum dia kembali ke Jawa
Tengah. Tanpa upacara dan rasa segan aku menceritakan semuanya. Kuanggap dia adalah pastor, tetapi juga kawan ayah
yang memberiku nama.” (halaman 96)
“Pekan-pekan selanjutnya, dengan pertolongan pegawai-pegawai bagian pembagian kerja, aku sering mendapat tugas
penerbangan ke Surabaya. Talib masuk ke rumah sakit, mendapat kamar yang menerima perhatian pertama berhubung
keparahan penyakitnya. Kata dokter, dia memerlukan rawatan semestinya sebelum dibawa ke Jakarta.” (halaman 127)
Bukti kutipan alur mundur:
“Pada umurku yang ketujuh belas tahun, aku menerima hajarannya yang terakhir. Aku lari ke rumah seorang kawan,
menunggu di sana beberapa minggu sebelum masuk ke asrama. Berkali-kali ayahku datang menyuruhku kembali. Tetapi aku
tidak ingin terjun ke dalam masyarakat tanpa tujuan sehat, selain perkawinan guna menolongku keluar dari cengekeraman
ibuku. Waktu itu aku sudah bekerja. Sudah dapat hidup sendiri tanpa bantuan siapapun. Dengan umur semuda itu, aku berani
menantang apa yang bakal terjadi. Rumah orang tua bagiku hanya merupakan kungkungan.” (halaman 21)
“Sejak percekcokan itu, ayah memandang semua laki-laki dengan curiga. Dia membenci adiknya, tidak berbicara kepada Talib.
Bahkan tidak mau lagi bermain-main dengan kita. Bagi kita tidak ada perubahan besar, karena lebih sering bersama
pembantu. Dan Talib, sejak kau lahir, hampir selalu dialah yang menjadi pengasuhmu. Kau dibawanya kemana-mana. Di
kebun, kau selalu bersamanya. Pada malam-malam bila kau sakit, bukan ibu yang tidur di sampingmu untuk mengawasi atau
menjagamu. Melainkan pembantu atau Talib.” (halaman 91)
Struktur alur cerita dalam novel Keberangkatan karya Nh. Dini terdiri atas lima tahapan, yaitu eksposisi atau perkenalan, tahap
pemunculan masalah, tahap puncak masalah atau klimaks, tahap antiklimaks atau peleraian masalah, dan tahap solusi atau
penyelesaian masalah. Tahapan alur cerita dalam novel Keberangkatan karya Nh. Dini adalah sebagai berikut:
1. Tahap perkenalan atau eksposisi
Elisabeth Frissart adalah seorang gadis Indo yang bekerja sebagai pramugari di GIA. Elisa, begitu ia biasa dipanggil, memiliki
latar belakang keluarga yang tidak harmonis. Ibunya selalu ringan tangan dan ayahnya selalu mengalah dan pengecut. Elisa
memiliki dua orang adik, Silvi dan Tio. Elisa juga mempunyai sahabat-sahabat yang pengertian dan sekaligus sebagai teman
rumah yaitu Lansih, Anna, dan Wati.
2. Tahap pemunculan masalah
. Pada umur 17 tahu, Elisa pergi dari rumah karena tidak sanggup lagi menerima perlakuan ibunya. Ia kemudian tinggal di
asrama selama empat tahun dan tahun berikutnya ia pindah ke perumahan rajawali dengan ketiga sahabatnya. Elisa
berkenalan dengan Sukoharjito yang merupakan saudara sepupunya Lansih dan berhubungan dekat hingga ia jatuh cinta.
Elisa bertemu dengan Rama Beick yang memberithukan tentang masa kecilnya di Surabaya.
3. Tahap klimaks atau puncak masalah
Elisa bertemu dengan kakak perempuannya yang telah lama meninggalkan rumah orang tuanya. Dari kakaknya ia tahu bahwa
ayah yang selama ini dikenalnya ternyata bukan ayah kandungnya. Ketika Elisa kecil, ibunya sering tidur dengan laki-laki lain
dan itu menyebabkan Elisa tidak tahu siapa ayah kandungnya. Elisa berusaha untuk mencari tahu siapa ayah kandungnya
dengan dibantu oleh Rama Beick dan Tuan Sayekti yang merupakan sahabat Talib, yang kemungkinan besar adalah ayah
kandungnya. Elisa juga mendapatkan pengkhianatan cinta dari kekasihnya, Sukoharjito.
4. Tahap anti klimaks
Elisa pergi menemui Talib dengan bantuan Tuan Sayekti yang memberitahukan kepadanya di mana Talib tinggal. Elisa sedih
karena Talib dalam keadaan sakit dan tidak berdaya. Talib bahkan awalnya tidak mau bertemu dengannya. Elisa berusaha
membujuk Talib agar mau dirawat untuk kesembuhannya. Elisa bertemu dengan Gail, dan sedikit demi berusaha untuk
melupakan pengkhianatan Sukoharjito.
5. Tahap solusi
Talib yang dalam masa perawatan, mulai sembuh dan kembali mendapatkan semangat hidupnya. Elisa yang mulai jatuh cinta
pada Gail, menutuskan untuk pindah ke Belanda. Ia pindah ke Belanda meninggalkan kenangannya bersama Sukoharjito dan
Elisa sudah tidak mempermasalahkan siapa sebenarnya ayah kandungnya.
2.1.3. Latar
1. Latar tempat
a) Di bandara
Bukti:
“Pintu masuk melalui bagian Pabean dan Imigrasi terlalu sempit.” (halaman 12)
“Tidak seperti pengantar-pengantar lain yang menunggu naiknya burung raksasa itu ke udara, aku meninggalkan lapangan
menuju ke gedung.” (halaman 19)
“Tampak Sukoharjito hilir mudik di dekat ruang Pasasi.” (halaman 74)
“Pada suatu hari aku dinas cadangan. Lansih libur. Wati dinas siang. Yang ada di Penerangan tidak kukenal dengan baik.”
(halaman 69)
Alasan:
Latar tempat di bagian Pabean dan Imigrasi, lapangan udara, ruang Pasasi, dan bagian Penerangan, menunjukkan bahwa
kejadian dalam novel ini sebagian besar berlangsung di bandara.
b) Di rumah Sukoharjito
Bukti:
“Keesokannya pagi-pagi, aku pergi ke Jalan Besuki. Dari depan rumah, rumah kelihatan kosong. … . Aku mengikuti pembantu
itu masuk ke dalam sebuah kamar.” (halaman 148)
Alasan:
Jalan Besuki merupakan tempat dimana Sukoharjito tinggal selama ia bekerja sebagai Protokol di istana.
c) Di Perumahan Rajawali
Bukti:
“Pondok kami sering sering menjadi tempat berkumpulnya para pemuda. Baik dari GIA, AURI, maupun kenalan-kenalan lain.”
(halaman 47)
Alasan:
Pondok kami yang dimaksud dalam kalimat tersebut adalah rumah yang berada di Perumahan Rajawali.
d) Di rumah Talib
Bukti:
“Bau cat dan kelembaban bercampur mendesak napasku. Sebentar mataku tidak bisa melihat sesuatu pun dengan jelas. … .
Di dinding bergantung lukisan-lukisan. Banyak lagi yang bersandar begitu saja di atas lantai, bertumpukan tidak teratur.”
(halaman 116)
Alasan:
Bau cat dan lukisan-lukisan telah menunjukkan bahwa kejadian itu berlangsung di rumah Talib yang merupakan seorang
pelukis.

2. Latar waktu
Cerita dalam novel Keberangkatan karya Nh. Dini terjadi selama bertahun-tahun, berhari-hari berganti siang dan malam.
Pergantian waktu antara pagi, siang, dan malam hari telah dijelaskan pada novel ini. Pada umumnya, cerita dalam novel ini
terjadi pada masa pemerintahan Soekarno atau pasca kemerdekaan. Dibuktikan dengan adanya aksi anti Belanda dan anti
Barat atau sentimen terhadap orang Indo masih sangat kuat. Bukti kutipan:
“Tiga minggu telah berlalu sejak pemerintah membuka pintu keluar bagi keluarga-keluarga berbangsa Belanda atau yang
bersimpati kepadanya.” (halaman 26-28)
“Dalam keadaan yang membara, nama-nama seperti Van Hoppe, Frissart, dan Dowes selalu menjadi intaian para pemburu.”
(halaman 27)
“Di ibu kota sendiri kegentingan suasana mulai terasa. Perwakilan Inggris diserbu, dirusak, dan dibakar.” (halaman 128)

3. Latar suasana
a) Kebimbangan ketika Elisa tidak dapat mengetahui siapa ayah kandungnya
Bukti:
“Jadi ada kemungkinan aku anak Talib, pelukis itu?” (halaman 94)
“Masa lampauku bukan merupakan hal yang menyesalkan. Benar aku tidak tau siapa bapakku, tetapi aku memiliki nama.”
(halaman 94)
b) Menyedihkan karena harus putus dengan Sukoharjito dan berpisah dg sahabatnya
Bukti:
“Keesokan harinya, aku tidak dapat menguasai diri untuk menghentikan tangis yang meratapi tangisku.” (halaman 139)
“Wati, Anna, dan Lansih. … . Ya. Merekalah yang memberatkan hatiku pada detik-detik terakhir akan meninggalkan tanah air
ini.”
c) Menegangkan ketika terjadi pemberontakan-pemberontakan aksi anti Belanda dan anti Barat
Bukti:
“Setiap kali kami keluar Rajawali, dengan susah payah mencari jurusan yang tidak dilalui oleh kelompok-kelompok yang
menakutkan itu.” (halaman 128)

2.1.4. Sudut Pandang


Sudut pandang aku sebagai tokoh utama, yaitu tokoh utama sebagai aku menceritakan berbagai kejadian yang dialaminya,
baik yang bersifat batiniah maupun yang bersifat fisik. “Aku” menjadi fokus dan pusat cerita. Segala sesuatu yang diluar diri
tokoh aku, baik iru peristiwa, tindakan, maupun orang, diceritakan hanya jika berhubungan dengan dirinya atau dipandang
penting. Bukti:
“Aku terpaku di pintu muka sebuah bangunan jenis itu. Peci kerja yang melengkapi pakaian seragam ada di tangan kananku.”
(halaman 9)
“Silvi adalah satu-satunya anggota keluarga dan kerabat yang memanggilku tanpa akhiran ye di belakang namaku.” (halaman
11)
“Banyak tamu yang sedang makan. Sukoharjito memberitahuku beberapa nama atau jabatan para pengunjung yang
diketahuinya.” (halaman 58)
2.1.5. Tema
Tema yang terdapat dalam novel Keberangkatan karya Nh. Dini adalah kebimbangan dan cinta yang dikhianati. Terlihat bahwa
Elisa sebagai tokoh utama merasa bimbang dengan ayah kandungnya. ia tidak tahu siapa ayah kandungnya yang sebenarnya.
Selain kebimbangan yang dialaminya, Elisa juga mendapat pengkhianatan cinta dari kekasihnya, Sukoharjito. Kekasih yang
telah ia harapkan untuk menjadi pendampingnya kelak ternyata menikahi gadis lain. Elisa juga merasa kecewa atas
pengkhianatan yang dilakukan oleh ibunya kepada ayahnya. Ibunya yang dulu sering berganti pasangan membuat Elisa tidak
mengetahui siapa ayah kandungnya yang sebenarnya.
Bukti:
“Jadi ada kemungkinan aku anak Talib, pelukis itu?” (halaman 94)
“Masa lampauku bukan merupakan hal yang menyesalkan. Benar aku tidak tau siapa bapakku, tetapi aku memiliki nama.”
(halaman 94)
“Semua nampak tidak berguna lagi bagiku karena masa depanku telah hancur. … . Apa bukti yang bisa kuajukan untuk
mendapatkan kembali cinta laki-laki itu?” (halaman 141-142)

2.1.6. Gaya Bahasa


Gaya bahasa dalam novel Keberangkatan karya Nh. Dini banyak yang menggunakan bahasa sastra dan puitis. Untuk
memperindah kalimat-kalimat dalam ceritanya, Nh. Dini banyak menggunakan majas. Majas yang digunakan seperti majas
personifikasi, hiperbola, metafora, dan alusio. Nh. Dini juga menambahkan bahasa Belanda untuk menguatkan bahwa kejadian
yang ada dalam cerita terjadi pada masa anti Belanda dan anti Barat, seperti kata “dag”, “Oom”, serta panggilan nama yang
diberi imbuhan “ye”. (halaman 10-11, 118)
Gaya bahasa yang terdapat dalam novel Keberangkatan karya Nh. Dini antara lain:
a) Personofikasi adalah gaya bahasa yang menyatakan benda mati seperti makhluk hidup.
Bukti:
“Kulitnya putih kecoklatan, karena terlalu lama dimakan Matahari Kahtulistiwa.” (halaman 13)
“Ranjang itu bergetar seolah-olah mengikuti gerak sisa kehidupan yang masih ketinggalan pada badan tersia itu.” (halaman
122)
“Kota besar yang tidak memiliki wajah berseri sehingga dapat dibedakan dari kota-kota lainnya itu menjadi semakin miskin dan
berjejalan kelihatannya.” (halaman 9)
b) Hiperbola adalah gaya bahasa yang menyatakan sesuatu secara berlebih-lebihan.
Bukti:
“Sentuhan yang perlahan itu membakar seluruh hayatku. Aku memejamkan mata. Terbang hingga ke lapis langit keberapa tak
kuketahui.” (halaman 65)
“Kegagalan tubuh dan wajahnya seakan tercetak tepat untuk menjalankan kerja jabatannya.” (halaman 18)
“Kemeranaan yang menghimpit dada kubawa ke pekerjaan, kujinjing menerusi kehidupan yang semakin tidak ketahuan ke
mana arahnya.” (halaman 152)
c) Metafora adalah kiasan persamaan dengan menggantikan secara langsung sifat atau keadaan benda yang diganti dengan
penggantinya.
Bukti:
“Dengan kepanasan hati yang meluap-luap.” (halaman 39)
“Tubuhnya yang mungil terselip diantara gerombolan itu, seolah-olah sebuah perahu kecil yang terombang-ambing oleh
dahsyatnya arus.” (halaman 13)
d) Retorika adalah sebuah kalimat pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban, karena jawaban telah tersimpul dalam
pertanyaan.
Bukti:
“Haruskah kami menempelkan etiket di punggung dengan penjelasan bahwa kami bukan lagi bangsa Belanda, melainkan
orang Indonesia seperti mereka?” (halaman 28)
e) Simile atau perumpamaan adalah perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berlainan, tetapi sengaja dianggap sama.
Bukti:
“Dia seperti batang pohon yang bagus, tapi tidak rimbun daunnya untuk dapat dipergunakan sebagai penolak panas matahari.”
(halaman 32)
“Aku merasakannya seperti sapuan beledu yang lembut dan hangat.” (halaman 65)

2.2. Unsur Ekstrinsik


a) Nilai Moral
Hormatilah kedua orang tua kita walaupun mereka bukan orang tua kandung atau sering menyakiti kita. Bagaimanapun juga,
orang tualah yang telah mendidik dan membesarkan kita hingga dapat hidup dengan mandiri.
b) Nilai Agama atau Religius
Perbedaan dalam keyakinan itu bukanlah hal yang harus diperdebatkan karena pada dasarnya Tuhan itu hanya ada satu dan
bumi itu adalah bumi Tuhan.
c) Nilai Sosial Budaya
Jagalah hubungan baik antar sesama manusia karena pada dasarnya manusia saling membutuhkan bantuan ketika ia
mendapat kesulitan dalam hidup. Maafkanlah kesalahan orang lain yang telah menyakiti kita agar tidak ada dendam di antara
kita.
d) Kepengarangan
Nurhayati Sri Hardini Siti Nukatin atau lebih dikenal dengan nama Nh. Dini, lahir di Semarang, Jawa Tengah Tengah pada 29
Februari 1936. Nh. Dini sudah tertarik dengan menulis ketika ia duduk di kelas tiga SD. Baginya, menulis merupakan ungkapan
pikiran dan perasaan, serta pelampiasan hatinya.
Di masa remajanya, Nh. Dini merupakan gadis yang mempunyai banyak kesibukan, mulai dari bergabung dengan kelompok
sandiwara radio, menulis naskah, mendirikan sandiwara di sekolahnya, dan menulis cerita pendek. Tulisan karya Nh. Dini
sebagian besar merupakan realita kehidupan, pengalaman pribadi dan kepekaannya terhadap lingkungan.
Hasil karya Nh. Dini yang terkenal, di antaranya Dua Dunia, (1956), Hati yang Damai (1961), Pada Sebuah Kapal (1972), La
Barka (1975), Namaku Hiroko (1977), Keberangkatan (1977), Sebuah Lorong di Kotaku (1978), Langit dan Bumi Sahabat Kami
(1979), Padang Ilalang di Belakang Rumah (1979), Sekayu (1981), Kuncup Berseri (1982), Orang-Orang Trans (1985),
Pertemuan Dua hati (1986), Jalan Bandungan (1989), Tirai Menurun (1993), dan Kemayoran (2000), Dari Parangakik ke
Kamboja (2003), serta karyanya yang lain dalam bentuk kumpulan cerpen, novelet, atau cerita kenangan.
2.3. Tanggapan atau Penilaian terhadap Novel Keberangkatan Karya Nh. Dini
Novel Keberangkatan karya Nh. Dini ini merupakan novel yang ditulis oleh seorang sastrawati sejati. Dalam novelnya, Nh. Dini
menggunakan kalimat-kalimat yang indah dan bahasa yang mudah untuk dimengerti. Ceritanya ringan, mudah dipahami
namun tetap berbobot. Cerita yang disajikan pengarang dekat dengan kehidupan sehari-hari, mengenai cinta, kesetiaan, dan
penghianatan.
Dalam novel ini, Nh. Dini banyak memasukkan kebudayaan, baik itu kebudayaan Jawa, Sulawesi, maupun kebudayaan Barat.
Nh. Dini dapat memadukan perbedaan kebudayaan yang ada dalam cerita menjadi daya tarik tersendiri. Bayangkan saja
seorang Elisa, seorang anak Indo, yang pandai berdansa layaknya anak Indo yang lain namun ia tetap menjaga
keperawanannya sebagaimana budaya yang ada di Indonesia.
Cerita dalam novel ini dikemas dengan begitu ringan, walaupun menggunakan alur campuran, pembaca tidak akan merasa
bingung dengan jalan ceritanya. Jalan cerita yang menarik membuat pembaca semakin penasaran dengan apa yang akan
terjadi selanjutnya. Akhir dari cerita dalam novel ini menggantung sehingga membuat pembaca menafsirkan sendiri apa yang
akan terjadi selanjutnya.

2.4. Hal-Hal yang Menarik


Hal yang menarik dalam novel Keberangkatan karya Nh. Dini adalah ketika Elisa, gadis yang baru saja dikhianati oleh
kekasihnya tanpa berterus terang, datang ke rumah kekasihnya untuk sekadar bertemu adik dari kekasihnya dan
mengembalikan cinta yang diberi kekasihnya.
Bukti:
“Katakan saja, Elisa mengembalikan hadiah ulang tahunnya,” dan aku meneruskan berjalan ke pintu samping untuk keluar ke
jalan. “Kapan dia kawin, Pak? Kabarnya bulan depan. Betul?”
Dan hatiku yang panas menggelegak ingin menambahkan: sudah berapa bulan kadungan bakal istrinya?
Tetapi terbayang olehku pandang Lansih yang mencegat kehendakku. Aku lebih berbudi dari mereka. Aku harus memaafkan.
Alasan:
Menurut saya, bagian ini menarik karena sebagian orang yang sedang patah hati tidak dapat setegar Elisa yang berani
berkunjung ke rumah mantan kekasihnya untuk mengembalikan cincin. Elisa juga tetap menjaga hubungan baik dengan
keluarga kekasihnya walaupun ia telah dikhianati.

BAB III
PENUTUP

Simpulan dari Analisis Novel Keberangkatan Karya Nh. Dini


1. Unsur Inrinsik
1.1. Tokoh dan Penokohan
a) Elisabeth Frissart: tidak membeda-bedakan teman, suka berbagi, mandiri, tidak suka menyakiti hati orang lain, pendiam,
tidak memiliki kegigihan yang kuat, sabar, pemaaf, suka berterus terang, dan tidak mudah berteman.
b) Ibu Elisa: ringan tangan, pemarah, dan matrealistis.
c) Ayah Elisa: perhatian dan pengecut.
d) Lansih: suka bergaul, berwawasan luas, dan peduli.
e) Sukoharjito: suka ingkar dengan janjinya dan pengecut.
f) Rama Beick: religius dan penyabar.
g) Tuan Sayekti: baik hati dan religius.
h) Talib: acuh dengan kesehatannya dan keras kepala.
i) Gail: perhatian terhadap wanita.

1.2. Alur
Novel keberangkatan karya Nh. Dini menggunakan alur campuran, yaitu penggabungan alur maju dan alur mundur.

1.3. Latar
a) Latar tempat: di bandara, di rumah Sukoharjito, di Perumahan Rajawali, di rumah Talib.
b) Latar waktu: pada masa pemerintahan Soekarno atau pasca kemerdekaan.
c) Latar suasana: kebimbangan, menyedihkan, dan menegangkan.

1.4. Sudut Pandang


Dalam novel keberangkatan karya Nh. Dini menggunakan sudut pandang orang pertama sebagai pelaku utama.

1.5. Tema
Tema yang terdapat dalam novel Keberangkatan karya Nh. Dini adalah kebimbangan dan cinta yang dikhianati.

1.6. Gaya Bahasa


Gaya bahasa yang digunakan adalah majas personifikasi, hiperbola, metafora, alusio, dan menggunakan bahasa Belanda.

2. Unsur Ekstrinsik
a) Nilai moral: hormatilah orang tua kita.
b) Nilai agama: Tuhan itu satu dan dunia ini milik Tuhan.
c) Nilai sosial budaya: menjaga hubungan baik antar sesama dan saling memaafkan.
d) Kepengarangan

3. Tanggapan atau Penilaian terhadap Novel Keberangkatan Karya Nh. Dini


Novel Keberangkatan ditulis dengan bahasa yang mudah dipahami dengan cerita yang dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Dalam novel ini, banyak memasukkan kebudayaan barat dan timur (Indonesia).
4. Hal-Hal yang Menarik
Ketika Elisa yang sedang patah hati berani untuk mengembalikan langsung cincin yang diberikan mantan kekasihnya.

DAFTAR PUSTAKA

Dini. Nh. 1977. Keberangkatan. Jakarta : PT. Gramedia

LAMPIRAN

Sinopsis Novel Keberangkatan Karya Nh. Dini

Elisabeth Frissart adalah seorang gadis Indo yang bekerja sebagai pramugari di GIA. Elisa, begitu ia biasa dipanggil, memiliki
latar belakang keluarga yang tidak harmonis. Ibunya selalu ringan tangan dan ayahnya selalu mengalah dan pengecut. Elisa
memiliki dua orang adik, Silvi dan Tio. Elisa juga mempunyai sahabat-sahabat yang pengertian dan sekaligus sebagai teman
rumah yaitu Lansih, Anna, dan Wati.
Pada umur 17 tahu, Elisa pergi dari rumah karena tidak sanggup lagi menerima perlakuan ibunya. Ia kemudian tinggal di
asrama selama empat tahun dan tahun berikutnya ia pindah ke perumahan rajawali dengan ketiga sahabatnya. Elisa
berkenalan dengan Sukoharjito yang merupakan saudara sepupunya Lansih dan berhubungan dekat hingga ia jatuh cinta.
Elisa bertemu dengan Rama Beick yang memberithukan tentang masa kecilnya di Surabaya
Elisa bertemu dengan kakak perempuannya yang telah lama meninggalkan rumah orang tuanya. Dari kakaknya ia tahu bahwa
ayah yang selama ini dikenalnya ternyata bukan ayah kandungnya. Ketika Elisa kecil, ibunya sering tidur dengan laki-laki lain
dan itu menyebabkan Elisa tidak tahu siapa ayah kandungnya. Elisa berusaha untuk mencari tahu siapa ayah kandungnya
dengan dibantu oleh Rama Beick dan Tuan Sayekti yang merupakan sahabat Talib, yang kemungkinan besar adalah ayah
kandungnya. Elisa juga mendapatkan pengkhianatan cinta dari kekasihnya, Sukoharjito.
Elisa pergi menemui Talib dengan bantuan Tuan Sayekti yang memberitahukan kepadanya di mana Talib tinggal. Elisa sedih
karena Talib dalam keadaan sakit dan tidak berdaya. Talib bahkan awalnya tidak mau bertemu dengannya. Elisa berusaha
membujuk Talib agar mau dirawat untuk kesembuhannya. Elisa bertemu dengan Gail, dan sedikit demi berusaha untuk
melupakan pengkhianatan Sukoharjito.
Talib yang dalam masa perawatan, mulai sembuh dan kembali mendapatkan semangat hidupnya. Elisa yang mulai jatuh cinta
pada Gail, menutuskan untuk pindah ke Belanda. Ia pindah ke Belanda meninggalkan kenangannya bersama Sukoharjito dan
Elisa sudah tidak mempermasalahkan siapa sebenarnya ayah kandungnya.

Anda mungkin juga menyukai