Anda di halaman 1dari 25

A.

Konsep Evaluasi KTSP

1. Pengertian Evaluasi

Evaluasi merupakan salah satu komponen kurikulum. Dalam pengertian terbatas, evaluasi kurikulum
adalah proses penilaian tingkat ketercapaian tujuan-tujuan pendidikan yang ingin diwujudkan melalui
kurikulum bersangkutan. Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas evaluasi kurikulum merupakan
penilaian kinerja kurikulum secara keseluruhan ditinjau dari berbagai kriteria. Indikator kinerja yang
dievaluasi tidak hanya terbatas pada efektifitas saja, namun juga relevansi, efisiensi, kelaikan (feasibility)
dari program.

Selain itu ada berbagai pendapat yang menjelaskan tentang definisi evaluasi kurikulum, antara lain
mengukur tingkatan pencapaian hasil belajar siswa berdasarkan tujuan yang telah ditentukan,
membandingkan antara hasil belajar siswa dengan standar tertentu, menggambarkan dan menilai
kurikulum, mengidentifikasikan bagian tertentu dari kurikulum yang bertujuan untuk membuat
keputusan, memilih dan menganalisa bagian yang relevan, dan menilai proses belajar yang sedang
berlangsung dengan menggunakan pengetahuan professional.

Komite Evaluasi Studi Nasional Phi Delta Kappa (1971) mendefinisikan bahwa evaluasi adalah proses
menggambarkan, mendapatkan, dan menyediakan informasi yang berguna untuk pertimbangan
pengambilan keputusan.

Dari beberapa pengertian evaluasi di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi KTSP adalah penelitian
yang sistematik tentang manfaat, efektifitas, efisiensi dan feasibility dari KTSP yang diterapkan di satuan
pendidikan untuk membuat keputusan tentang kurikulum yang sedang berjalan atau telah dijalankan.
Evaluasi kurikulum ini dapat mencakup keseluruhan kurikulum atau masing-masing komponen
kurikulum seperti tujuan, isi, atau metode pembelajaran yang ada dalam kurikulum tersebut.

2. Fungsi dan Tujuan Evaluasi


Mengutip uraian Oemar Hamalik (2008) fungsi dari penilaian kurikulum adalah:

a. Edukatif, untuk mengetahui kedayagunaan dan keberhasilan kurikulum dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan dan latihan

b. Instruksional, untuk mengetahui pendayagunaan dan keterlaksanaan kurikulum dalam rangka


pelaksanaan proses belajar mengajar dalam proses kediklatan

c. Diagnosis, untuk memperoleh informasi masukan dalam rangka perbaikan kurikulum

d. Administrative, untuk memperoleh informasi masukan dalam rangka pengelolaan program diklat

Evaluasi kurikulum sangat penting dilakukan mengingat bahwa dengan dilaksanakannya evaluasi
kurikulum dapat menyajikan informasi mengenai manfaat, efektifitas, efisiensi dan kesesuaian
kurikulum tersebut terhadap tujuan yang ingin dicapai dan ketepatan penggunaan sumber daya serta
metode yang dipergunakan sebagai bahan pembuat keputusan apakah kurikulum tersebut masih bias
dijalankan tetapi perlu direvisi atau kurikulum tersebut harus diganti dengan kurikulum yang baru.
Evaluasi kurikulum juga penting dilakukan dalam rangka penyesuaian dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, kemajuan teknologi dan kebutuhan pasar yang berubah agar penyelenggaraan pendidikan
beserta outcome yang dihasilkannya selalu relevan dengan perkembangan zaman.

Pendekatan terhadap evaluasi kurikulum akan dipengaruhi oleh cara seseorang mendefinisikan
kurikulum, dan pada akhirnya akan mempengaruhi tujuan evaluasi kurikulum itu sendiri. Misalnya, jika
kurikulum didefinisikan sebagai tingkatan keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan, maka tujuan
berupa tingkah laku harus dicantumkan dan dievaluasi berdasarkan tujuan tersebut, jika evaluasi
didefinisikan sebagai pertimbangan professional maka kurikulum harus dievaluasi oleh ahli kurikulum,
dan guru yang berpengalaman akan mengumpulkan informasi yang berhubungan sebagai
pertimbangan. Berdasarkan itu seorang evaluator bisa menggunakan berbagai jenis pendekatan untuk
mengevaluasi kurikulum tergantung dari tujuan yang hendak dicapai.
Tujuan dari penilaian kurikulum adalah untuk memperoleh informasi yang akurat sebagai bahan
pertimbangan untk membuat keputusan tentang kurikulum (Oemar hamalik: 2008) yang meliputi:

a. Keputusan tentang perencanaan kurikulum yang mengarah ke pencapaian tujuan umum dan tujuan
khusus.

b. Keputusan tentang komponen masukan kurikulum, seperti: ketenagaan, sarana prasarana, waktu dan
biaya.

c. Keputusan tentang impementasi kurikulum yang mengarahkan kegiatan-kegiatan pengajaran dan


latihan.

d. Keputusan tentang produk kurikulum yang menyangkut efek dan dampak program pendidikan

Ada beberapa tujuan pokok yang ingin dicapai melalui kegiatan evaluasi KTSP di satuan pendidikan,
yaitu:

1. Mengukur efek pengajaran. Memperoleh gambaran tentang efek atau pengaruh dari pengajaran yang
telah diberikan terhadap penguasaan, kemampuan yang ingin dicapai dalam suatu mata pelajaran. Efek
atau pengaruh tersebut dapat diketahui bila dilakukan perbandingan antara hasil yang dicapai peserta
didik sebelum dan sesudah pengajaran diberikan

2. Memperbaiki pengajaran. Setelah mengetahui efek dari pengajaran tersebut maka dilakukan upaya
perbaikan terhadap program pendidikan.

Berdasarkan uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa tujuan dilaksanakannya evaluasi KTSP adalah
untuk mengetahui sejauh mana efektifitas, efisiensi dan kelaikan kurikulum tersebut, ketercapaian
prinsip-prinsip dalam pengembangan KTSP serta terlaksana atau tidaknya implementasi KTSP
berdasarkan acuan operasional dalam penyusunan KTSP.

3. Sasaran Evaluasi

Sasaran evaluasi dapat dilihat berdasarkan adaptasi dari pendapat Oemar Hamalik (2008), yaitu:

a. Proses pengembangan komponen-komponen kurikulum baik secara sendiri-sendiri maupun secara


keseluruhan

b. Aspek-aspek perencanaan (silabus) tiap mata pelajaran berdasarkan standar isi dan dan standar
kelulusan yang ditetapkan pemerintah.

c. Implementasi kurikulum, baik di lingkungan pendidikan maupun di lapangan

d. Perbaikan kurikulum pada tingkat mata pelajaran, dan paket program pendidikan

e. Model ini bertitik tolak pada pandangan bahwa keberhasilan progran pendidikan dipengaruhi oleh
berbagai faktor, seperti : karakteristik peserta didik dan lingkungan, tujuan program dan peralatan yang
digunakan, prosedur dan mekanisme pelaksanaan program itu sendiri.

Evaluasi model ini bermaksud membandingkan kinerja (performance) dari berbagai dimensi program
dengan sejumlah kriteria tertentu, untuk akhirnya sampai pada deskripsi dan judgment mengenai
kekuatan dan kelemahan program yang dievaluasi. Model ini kembangkan oleh Stufflebeam (1972)
menggolongkan program pendidikan atas empat dimensi, yaitu : Context, Input, Process dan Product.
Menurut model ini keempat dimensi program tersebut perlu dievaluasi sebelum, selama dan sesudah
program pendidikan dikembangkan. Penjelasan singkat dari keempat dimensi tersebut adalah, sebagai
berikut :
B. Aspek-aspek Kurikulum yang Dievalusi

Aspek-aspek kurikulum yang perlu dinilai adalah isi dari kurikulum itu sendiri yang terdiri dari struktur
dan muatan yang ada pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yang tertuang dalam SI meliputi
lima kelompok mata pelajaran sebagai berikut.

1. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia

2. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian

3. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi

4. Kelompok mata pelajaran estetika

5. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan

Kelompok mata pelajaran tersebut dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan pembelajaran
sebagaimana diuraikan dalam PP 19/2005 Pasal 7.

Muatan KTSP meliputi sejumlah mata pelajaran yang keluasan dan kedalamannya merupakan beban
belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan. Di samping itu materi muatan lokal dan kegiatan
pengembangan diri termasuk ke dalam isi kurikulum.

1. Mata pelajaran

Mata pelajaran beserta alokasi waktu untuk masing-masing tingkat satuan pendidikan berpedoman
pada struktur kurikulum yang tercantum dalam SI.
2. Muatan Lokal

Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan
dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak sesuai menjadi
bagian dari mata pelajaran lain dan atau terlalu banyak sehingga harus menjadi mata pelajaran
tersendiri. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan, tidak terbatas pada mata
pelajaran keterampilan. Muatan lokal merupakan mata pelajaran, sehingga satuan pendidikan harus
mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk setiap jenis muatan lokal yang
diselenggarakan. Satuan pendidikan dapat menyelenggarakan satu mata pelajaran muatan lokal setiap
semester. Ini berarti bahwa dalam satua tahun satuan pendidikan dapat menyelenggarakan dua mata
pelajaran muatan lokal.

3. Kegiatan Pengembangan Diri

Pengembangan diri adalah kegiatan yang bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat, setiap
peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan/atau dibimbing
oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan
ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dapat dilakukan antara lain melalui kegiatan pelayanan
konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi, kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan
karier peserta didik. Sedangkan untuk kegiatan ekstrakurikuler dapat dilakukan antara lain melalui
kegiatan kepramukaan, kepemimpinan, dan kelompok ilmiah remaja.

Khusus untuk sekolah menengah kejuruan pengembangan diri terutama ditujukan untuk pengembangan
kreativitas dan bimbingan karier.

Pengembangan diri untuk satuan pendidikan khusus menekankan pada peningkatan kecakapan hidup
dan kemandirian sesuai dengan kebutuhan khusus peserta didik.

Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran. Penilaian kegiatan pengembangan diri dilakukan
secara kualitatif, tidak kuantitatif seperti pada mata pelajaran.
4. Pengaturan Beban Belajar

a. Beban belajar dalam sistem paket digunakan oleh tingkat satuan pendidikan SD/MI/SDLB,
SMP/MTs/SMPLB baik kategori standar maupun mandiri, SMA/MA/SMALB /SMK/MAK kategori standar.

Beban belajar dalam sistem kredit semester (SKS) dapat digunakan oleh SMP/MTs/SMPLB kategori
mandiri, dan oleh SMA/MA/SMALB/SMK/MAK kategori standar.

Beban belajar dalam sistem kredit semester (SKS) digunakan oleh SMA/MA/SMALB/SMK/MAK kategori
mandiri.

b. Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran pada sistem paket dialokasikan sebagaimana tertera
dalam struktur kurikulum. Pengaturan alokasi waktu untuk setiap mata pelajaran yang terdapat pada
semester ganjil dan genap dalam satu tahun ajaran dapat dilakukan secara fleksibel dengan jumlah
beban belajar yang tetap. Satuan pendidikan dimungkinkan menambah maksimum empat jam
pembelajaran per minggu secara keseluruhan. Pemanfaatan jam pembelajaran tambahan
mempertimbangkan kebutuhan peserta didik dalam mencapai kompetensi, di samping dimanfaatkan
untuk mata pelajaran lain yang dianggap penting dan tidak terdapat di dalam struktur kurikulum yang
tercantum di dalam Standar Isi.

c. Alokasi waktu untuk penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur dalam sistem paket
untuk SD/MI/SDLB 0% - 40%, SMP/MTs/SMPLB 0% - 50% dan SMA/MA/SMALB/SMK/MAK 0% - 60% dari
waktu kegiatan tatap muka mata pelajaran yang bersangkutan. Pemanfaatan alokasi waktu tersebut
mempertimbangkan potensi dan kebutuhan peserta didik dalam mencapai kompetensi.

d. Alokasi waktu untuk praktik, dua jam kegiatan praktik di sekolah setara dengan satu jam tatap muka.
Empat jam praktik di luar sekolah setara dengan satu jam tatap muka.

e. Alokasi waktu untuk tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur untuk
SMP/MTs dan SMA/MA/SMK/MAK yang menggunakan sistem satuan kredit semester (sks) mengikuti
aturan sebagai berikut.
§ Satu sks pada SMP/MTs terdiri atas: 40 menit tatap muka, 20 menit kegiatan terstruktur dan kegiatan
mandiri tidak terstruktur.

§ Satu sks pada SMA/MA/SMK/MAK terdiri atas: 45 menit tatap muka, 25 menit kegiatan terstruktur
dan 25 menit kegiatan mandiri tidak terstruktur.

5. Ketuntasan Belajar

Ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara
0-100%. Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator 75%. Satuan pendidikan harus
menentukan kriteria ketuntasan minimal dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata
peserta didik serta kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran. Satuan
pendidikan diharapkan meningkatkan kriteria ketuntasan belajar secara terus menerus untuk mencapai
kriteria ketuntasan ideal.

6. Kenaikan Kelas dan Kelulusan

Kenaikan kelas dilaksanakan pada setiap akhir tahun ajaran. Kriteria kenaikan kelas diatur oleh masing-
masing direktorat teknis terkait.

Sesuai dengan ketentuan PP 19/2005 Pasal 72 Ayat (1), peserta didik dinyatakan lulus dari satuan
pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah setelah:

a. menyelesaikan seluruh program pembelajaran;

b. memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran kelompok mata
pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata
pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan;
c. lulus ujian sekolah/madrasah untuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi; dan

d. lulus Ujian Nasional.

7. Penjurusan

Penjurusan dilakukan pada kelas XI dan XII di SMA/MA. Kriteria penjurusan diatur oleh direktorat teknis
terkait.

8. Pendidikan Kecakapan Hidup

a. Kurikulum untuk SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/ SMALB, SMK/MAK dapat memasukkan


pendidikan kecakapan hidup, yang mencakup kecakapan pribadi, kecakapan sosial, kecakapan akademik
dan/atau kecakapan vokasional.

b. Pendidikan kecakapan hidup dapat merupakan bagian integral dari pendidikan semua mata pelajaran
dan/atau berupa paket/modul yang direncanakan secara khusus.

c. Pendidikan kecakapan hidup dapat diperoleh peserta didik dari satuan pendidikan yang bersangkutan
dan/atau dari satuan pendidikan formal lain dan/atau nonformal.

9. Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan Global

a. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global adalah pendidikan yang memanfaatkan keunggulan
lokal dan kebutuhan daya saing global dalam aspek ekonomi, budaya, bahasa, teknologi informasi dan
komunikasi, ekologi, dan lain-lain, yang semuanya bermanfaat bagi pengembangan kompetensi peserta
didik.
b. Kurikulum untuk semua tingkat satuan pendidikan dapat memasukkan pendidikan berbasis
keunggulan lokal dan global.

c. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global dapat merupakan bagian dari semua mata pelajaran
dan juga dapat menjadi mata pelajaran muatan lokal.

d. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dapat diperoleh peserta didik dari satuan pendidikan formal lain
dan/atau nonformal yang sudah memperoleh akreditasi.

Selain struktur dan muatan kurikulum KTSP aspek-aspek lain dari kurikulum yang perlu dinilai menurut
Oemar Hamalik (2008) terdiri dari:

Kategori Masukan, meliputi:

a. Ketercapaian target kurikulum yang telah ditentukan

b. Kemampuan awal (entry behavior) pada peserta didik program pendidikan

c. Derajat kemampuan profesional tenaga pelatih/pembimbing/guru

d. Kuantitas dan mutu sarana dan prasarana kelembagaan

e. Jumlah dan pemanfaatan waktu yang tersedia untuk kegiatan-kegiatan ekstra kurikuler

f. Penyediaan dan pemanfaatan sumber informasi bagi pelaksanaan kurikulum

Kategori Proses, meliputi:


a. Koherensi antara unsur-unsur dalam program pengajaran

b. Kedayagunaan dan keterlaksanaan program pengajaran dalam proses belajar mengajar

c. Perumusan isi kurikulum

d. Pemilihan dan penggunaan strategi belajar mengajar dan media pengajaran

e. Pengorganisasian kurikulum

f. Prosedur evaluasi

g. Bimbingan, penyuluhan dan pengajaran remidi

Kategori Produk/lulusan, meliputi:

a. Kuantitas dan kualitas kemampuan yang didapat oleh peserta didik

b. Jumlah lulusan program pendidikan

c. Karya yang dibuat oleh lulusan

d. Keterlaksanaan dan dampak program pendidikan


C. Model Evaluasi yang dipergunakan

Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengemukakan

beberapa model evaluasi kurikulum, diantaranya :

1. Model CIPP

a. Context; yaitu situasi atau latar belakang yang mempengaruhi jenis-jenis tujuan dan strategi
pendidikan yang akan dikembangkan dalam program yang bersangkutan, seperti : kebijakan
departemen atau unit kerja yang bersangkutan, sasaran yang ingin dicapai oleh unit kerja dalam kurun
waktu tertentu, masalah ketenagaan yang dihadapi dalam unit kerja yang bersangkutan, dan
sebagainya.

b. Input; bahan, peralatan, fasilitas yang disiapkan untuk keperluan pendidikan, seperti : dokumen
kurikulum, dan materi pembelajaran yang dikembangkan, staf pengajar, sarana dan pra sarana, media
pendidikan yang digunakan dan sebagainya.

c. Process; pelaksanaan nyata dari program pendidikan tersebut, meliputi : pelaksanaan proses belajar
mengajar, pelaksanaan evaluasi yang dilakukan oleh para pengajar, penglolaan program, dan lain-lain.

d. Product; keseluruhan hasil yang dicapai oleh program pendidikan, mencakup : jangka pendek dan
jangka lebih panjang. Secara skematik keempat dimensi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: :

CONTEXT

INPUT

PROCESS

PRODUCT
2. Model C – I – P – O – I

Model pendekatan ini diadopsi dari CIPP-nya Daniel L. Stufflebeam (1971) yang menyatakan bahwa
evaluasi dapat membantu proses pengambilan keputusan dalam pengembangan program. Model
pendekatan ini terdiri dari :

a. Context Evaluation (C); evaluasi untuk menganalisa problem dan kebutuhan dalam suatu sistem.
Kegiatan evaluasi dimaksudkan untuk dilakukan dengan tidak melepaskan diri dari konteks yang
membentuk sistem itu sendiri dalam upaya pencapaian tujuan program.

b. Inputs Evaluation (I); mengevaluasi strategi dan sumber-sumber yang diperlukan untuk mencapai
tujuan program. Hasil input evaluation dapat membantu pengambil keputusan untuk memilih strategi
dan sumber terbaik dalam keterbatasan tertentu untuk mencapai tujuan program

c. Process Evaluation (P); evaluasi dilakukan dengan maksud memonitor proses pelaksanaan program,
apakah kegiatan berjalan sesuai dengan perencanaan sehingga mengarah pada pencapaian tujuan
program.

d. Outputs Evaluation (O); evaluasi dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa jauh hasil yang
diperoleh oleh program yang telah dikembangkan. Tentu saja, hasilnya dapat digunakan untuk
mengambil keputusan apakah program diteruskan, diberhentikan atau secara total diubah.

e. Impacts Evaluation (I); evaluasi dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana program yang telah
dikembangkan memberikan dampak yang positif dalam jangka waktu yang lebih panjang. Pemaparan di
atas kiranya dapat digambarkan sebagai berikut:

CONTEXT

INPUTS

PROCESS

OUTPUTS
IMPACTS

3. Model I – P – O

Penerapan model I – P – O pada sistem pembelajaran kiranya dapat digambarkan sebagai berikut :

INPUT

PROCESS

OUT PUT

4. Model I – P – O – I

Penerapan model I – P – O – I pada sistem pembelajaran kiranya dapat digambarkan sebagai berikut :

INPUT

PROCESS

OUT PUTS

IMPACTS

5. Model 3 P (Program – Proses – Produk)

Model pendekatan ini merupakan model yang diadopsi dari model yang dikembangkan oleh Raka Joni
(1981); esensi dari pendekatan evaluasi model ini, adalah sebagai berikut :
a. Evaluasi Program; yakni merupakan evaluasi yang lebih memfokuskan diri pada evaluasi perencanaan
program, dengan demikian evaluasi dilakukan sebelum program dilaksanakan untuk menetapkan
rasional kelompok sasaran (targetted groups) serta mengidentifikasi kebutuhan (needs assessment) dan
potensi yang ada padanya di samping mengkaji dibelakang meja kesesuaian, perangkat kegiatan
program dengan tujuan-tujuan yang ditetapkan untuk dicapai. Dengan demikian maka evaluasi
perencanaan program merupakan bagian integral dari pada pengembangan program.

b. Evaluasi Proses yaitu evaluasi yang cenderung mengarah pada bentuk monitoring yang dilakukan
pada saat kegiatan-kegiatan program berlangsung dan dimaksudkan untuk menjawab dua kelompok
pertanyaan : apakah kegiatan-kegiatan program dilakukan atau diwujudkan sesuai dengan spesifikasi
yang ditetapkan di dalam desain program ? apakah program secara efektif mencapai kelompok sasaran
yang telah ditetapkan ?. Model evaluasi ini sangat penting untuk pengembangan program sebab tidak
dengan sendirinya pelaksanaan kegiatan-kegiatan program sesuai dengan tujuan serta niat yang semula
ditetapkan. Dalam bahasa analisis sistem, evaluasi ini dinamakan evaluasi proses.

c. Evaluasi Produk merupakan evaluasi terhadap aspek hasil ditujukan kepada pencapaian tujuan
program baik jangka pendek (hasil antara), maupun jangka panjang (hasil akhir). Maka, yang hendak
dinilai adanya kesesuaian antara tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dengan hasil-hasil yang diperoleh.
Di samping itu hasil-hasil sampingan baik yang dikehendaki maupun yang tidak dikehendaki, dapat
dideteksi melalui evaluasi ini.

Model evaluasi kurikulum jenisnya cukup banyak, tetapi dari sejumlah teori dapat dikelompokkan atas
dua model yaitu model kuantitatif dan kualitatif (Hasan,1988). Model kuantitatif merentang dari Model
Tyler, model Sistem Alkin, Model Countenance Stake, model CIPP (Context, Input, Process, dan Product),
dan model ekonomio mikro. Sebaliknya, menurut Sukmadinata (2004) terdapat empat jenis model yang
paling menonjol yaitu model: (1) Discrepancy evaluation Model, yaitu pendekatan yang membandingkan
pelaksanaan dengan standar baik disain, pelaksanaan program, biaya dan lain-lain, (2) Contingency
Congruence Model, yaitu menilai kesesuaian antara rancangan, pelaksanaan dan hasil ideal dengan yang
nyata/teramati, (3) EPIC (Evaluation Programs fot Innovative Curriculum), dan (4) model CIPP (Context,
Input, Process, dan Product).

Menurut hemat penulis model yang dianggap terbuka dan sesuai dalam mengevaluasi kurikulum KTSP
adalah model CIPP. Sesuai dengan namanya, model ini terbentuk dari 4 jenis evaluasi yaitu evaluasi
Context, Input, Process, dan Product yang dikembangkan kali pertama oleh Stufflebeam. Keempat
evaluasi ini merupakan suatu rangakaian keutuhan yaitu:
• Evaluasi konteks ditujukan untuk menilai keadaan yang sedang dilakukan oleh suatu lembaga
pendidikan. Evaluasi ini dilakukan dari keadaan awal sebelum suatu inovasi kurikulum direncanakan,
bahkan adalah fungsi dari evaluasi konteks untuk melihat apakah diperlukan adanya suatu inovasi atau
tidak. Evaluasi ini juga menilai situasi dan latar belakang yang mempengaruhi jenis-jenis tujuan dan
strategi pendidikan yang akan dikembangkan dalam program satuan pendidikan, seperti: kebijakan
departemen atau satuan pendidikan yang bersangkutan, sasaran yang ingin dicapai dalam kurun waktu
tertentu serta masalah ketenagaan yang dihadapi

• Evaluasi input orientasinya untuk mengemukakan suatu program yang dapat mencapai apa yang
diinginkan lembaga tersebut. Program yang dimaksudkan adalah program yang membawa perubahan
berskala penambahan dan pembaharuan. Evaluasi masukan tidak hanya melihat apa yang ada pada
lingkungan lembaga tersebut tetapi juga harus dapat memperkirakan kemungkinan-kemungkinan yang
akan dihadapi di waktu mendatang ketika suatu inovasi kurikulum dilaksanakan. Selain itu bahan,
peralatan, fasilitas yang disiapkan untuk keperluan pendidikan, seperti: dokumen kurikulum KTSP,
materi pembelajaran yang dikembangkan, media pendidikan yang digunakan, metode yang dipakai, staf
pengajar, sarana dan pra sarana merupakan bagian yang penting juga untuk dievaluasi

• Evaluasi proses adalah evaluasi mengenai pelaksanaan dari suatu inovasi kurikulum. Evaluasi ini baru
dapat dilakukan apabila inovasi kurikulum tersebut telah dilaksanakan di lapangan bukan pada waktu ia
dirancang.

Evaluasi ini diarahkan pada bentuk monitoring yang dilakukan pada saat seluruh kegiatan program
berlangsung dan dipersiapkan untuk menjawab beberapa pertanyaan: apakah kegiatan program
dilakukan atau diwujudkan sesuai dengan spesipikasi yang ditetapkan dalam disain program? Apakah
program secara efektif mencapai kelompok sasaran yang telah ditetapkan.

• Evaluasi hasil (product) bertujuan untuk menentukan sampai sejauh mana kurikulum yang
diimplementasikan tersebut telah dapat memenuhi kebutuhan kelompok yang mempergunakannya
serta tujuan pendidikan yang telah dicanangkan. Evaluasi hasil memperlihatkan pengaruh program yang
tidak hanya bersifat langsung tapi juga yang berpengaruh tidak langsung. Pengaruh tersebut tidak saja
yang bersifat positif tetapi juga pengaruh negarif dari kurikulum tersebut.
Keseluruhan hasil yang dicapai oleh program pendidikan, mencakup hasil untuk jangka pendek dan
jangka penjang

D. Teknik-teknik Evaluasi

Beberapa teknik evaluasi secara umum adalah sebagai berikut :

Daftar pertanyaan, daftar pertanyaan adalah salah satu cara terbaik untuk menentukan bagaimana
seseorang berpikir, merasakan dan mengapa seseorang berpikir dan merasakan. Hal itu memaksakan
suatu struktur yang tertentu, sehingga pengembang pastilah sangat jelas untuk mengumpulkan
informasi dari para guru, para siswa, dan masyarakat sekolah secara umum.

Wawancara, wawancara adalah suatu percakapan yang penuh arti antara sejumlah stake holder di
satuan pendidikan maka itu memungkinkan pewawancara untuk menetapkan hubungan dengan subyek
dan dengan demikian menimbulkan jawaban yang lebih tulus.

Buku harian dan Pembukuan, Buku harian adalah jalan yang bagus untuk memulai pengumpulan data.
Data seperti itu adalah sering subjektif atau impressionistic.

Tingkatan, tingkatan digunakan untuk menilai keefektifan guru-guru, capaian siswa, atau banyak aspek
pada organisasi di sekolah dengan jalan yang sistematik. Evaluator harus menyadari bahayanya
menggunakan skala tingkatan. Pengamatan kelas yang sistematik, pengamatan digunakan untuk
menentukan adakah perilaku yang tertentu terjadi. Guru-guru mungkin dapat mengembangkannya
sendiri, tergantung pada tujuan evaluasi.

Guru/evaluator membutuhkan kesadaran akan pembedaan antara pengambilan kesimpulan yang tinggi
dan pengambilan kesimpulan yang rendah ketika mengembangkan kategori untuk pengamatan. Jika ada
banyak kategori kesimpulan yang tinggi daftar pengamatan adalah lebih sedikit yang dapat dipercaya
pada sisi lain, suatu jadwal berisi kategori kesimpulan yang rendah mungkin mengabaikan perilaku yang
penting.

Arsip anekdot, arsip anekdot adalah diskripsi dari kejadian-kejadian yang diamati. Pengamat mencatat
pengamatannya, ditulis secara berkelanjutan. Catatan dibuat segera mungkin setelah terjadi periatiwa.
Hal ini adalah suatu usaha dibuat untuk menyimpan fakta dan pemisahan penafsiran .

Melakukan test catatan kemampuan, ini digunakan oleh evaluator ketika suatu ukuran dari capaian
siswa diperlukan. Mereka dirancang untuk mengukur prestasi siswa atau kecakapannya.
Melakukan teknik catatan sendiri, alat ini meliputi inventaris minat, skala sikap dan daftar pertanyaan.
Sebuah capaian yang terbaik tidak diharapkan. Evaluator menggunakan rancangan untuk
mengumpulkan informasi tentang minat atau sikap dari siswa atau guru-guru. Dua pensil dan
catatan/kertas diri melaporkan alat dari minat tertentu adalah perbedaan yang semantik dan teknik Q-
sort . Diferensial yang semantik menggunakan arti tambahan dari kata-kata untuk mengungkapkan
perasaan seseorang. Tingkatan dilakukan pada pada tujuh titik skala, dan orang didukung untuk
merekam kesan yang pertama. Teknik Q-sort memerlukan orang-orang untuk menilai satu rangkaian
ungkapan deskriptif yang akurat menurut yang paling banyak dan uraian paling sedikit. Ungkapan yang
deskriptif diperkenalkan pada kartu individu, dan orang harus menempatkan kartu di (dalam) tumpukan
dengan kartu paling deskriptif pada sisi kanan dan kartu paling sedikit deskriptif pada sisi kiri. Banyaknya
kartu dan banyaknya tumpukan dapat bertukar-tukar. Para guru yang ingin menggunakan dua laporan
diri pertama perlu mengkonsultasikan pekerjaan, (Osgood et al. 1957 dan Stephenson ,1953).

Arsip anekdot, arsip anekdot adalah diskripsi dari kejadian-kejadian yang diamati. Hal ini tidak
melibatkan pengembangan dari suatu daftar pengamatan ( seperti pada no.5), meskipun mungkin
membantu guru untuk merekam pengamatan . Jika guru-guru mangenalkan sebuah kurikulum baru,
kemudian satu peristiwa menjamin pengamatan yang dekat adalah siswa reaksi ke stimuli prestasi
seperti perintah untuk melaksanakan tugas tertentu.

Guru dan catatan tambahan siswa pada materi, catatan tambahan dari materi dan pengalaman
pelajaran yang dilibatkan dalam penyediaan kurikulum evaluator dengan tinjau ulang kritikan yang
relevan. Keterlibatan dari para siswa dalam catatan tambahan tergantung atas sifat alami materi dan
karakteristik siswa.

Analisa dari kerja siswa, ini melibatkan pengujian dari buku catatan siswa dan pekerjaan praktis.
Menyediakan informasi yang sangat menolong tentang respon siswa pada materi dan pengalaman
belajar

Diskusi, evaluator mestinya tidak melewatkan teknik informal tentang evaluasi yang termasuk diskusi
informal dan grup tanya jawab antara siswa dan para guru.

Jejak fisik, bukti fisik yang tertulis berdasarkan suatu pengalaman pelajaran mungkin menyediakan
informasi tentang reaksi siswa pada kurikulum. Bukti fisik ini mungkin meliputi banyaknya kursi yang
dikelompokkan di sekitar tertentu belajar pengalaman, menyelinap tanda di atas lantai, atau seberapa
baik material kurikulum .

Rekaman pribadi , arsip/catatan ini meliputi informasi yang tidak dicari dalam daftar pertanyaan, skala
pengharkatan, test atau mewawancarai. Catatan lebih umum dibanding suatu pengujian dari kerja siswa
yang mungkin termasuk catatan ketidakhadiran, mutu dari tugas, jumlah buku meminjam dari
perpustakaan, tindakan disipliner, mengamati keikutsertaan kelompok.

Pengamatan yang diusahakan, tidak sama dengan observation, yang diusahakan pengamatan kelas yang
sistematis melibatkan penggunaan dari alat perangkat keras seperti audiotape untuk merekam reaksi
yang tulus tentang para siswa di (dalam) kerja kelompok.
E. Evaluator

Evaluator adalah tenaga yang mendapat tugas atau memiliki kewenangan untuk melaksanakan penilaian
terhadap kurikulum yang dipergunakan di suatu satuan pendidikan. Di satuan pendidikan evaluator yang
dimaksud adalah komite sekolah, kepala sekolah, guru dan masyarakat pengguna jasa di satuan
pendidikan tersebut. Untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, evaluator perlu
memiliki/menguasai kemampuan-kemampuan yang memadai dalam bidang evaluasi seperti yang
dikemukakan Oemar Hamalik (2008) :

1. Pengetahuan tentang inovasi. Pengetahuan ini perlu untuk mengadakan tindakan perbandingan,
pengajuan saran perbaikan, merancang mekanisme pengumpulan data, mengorganisasi dan memimpin
tenaga professional

2. Hubungan masyarakat. Kemampuan ini berkenaan dengan keterampilan menggunakan media


komunikasi untuk menyajikan hasil-hasil penelitian

3. Kemampuan memproses data. Kemampuan ini berkenaan dengan desain bank data, prosedur
pengolahan data

4. Kemampuan dalam bidang pengukuran. Kemampuan dalam penyusunan dan pengembangan


instrument pengukuran, seperti membuat dan memilih tes

5. Administrasi penilaian. Kemampuan mencari dan menghidupkan duungan politis bagi evaluasi,
mengembangkan program evaluasi dan teknik review, organisasi penilaian dan lain-lain

6. Kemampuan menghubungkan penilaian dengan disiplin lainnya. Kemampuan ini berguna dalam
membuat analisis korelasi antara evaluasi dengan disiplin ilmu lainnya, seperti: ekonomi-sosiologi, politi,
pendidikan, teori nilai dan teori pengembangan
7. Komunikasi. Kemampuan ini berguna dalam rangka penyajian hasil evaluasi baik secara tertulis
maupun melalui media non cetak, dan untuk mendesiminasikan system evaluasi secara jelas dan mudah
dipahami oleh orang lain/masyarakat

8. Analisis desain penelitian. Kemampuan ini berguna antara lain, untuk mendesain riset-eksperimen
melakukan review literature dan menulis laporan, dan sebagainya.

Selain hal-hal yang diutarakan di atas sangatlah penting bagi evaluator untuk mengetahui hakikat dari
KTSP, prinsip prinsip pengembangannya, acuan opreasional dari KTSP, memahami tujuan satuan
pendidikan beserta visi dan misinya serta menguasai struktur dan muatan KTSP yang dikembangkan dan
diterapkan di satuan pendidikan tersebut

Konsep Dasar Evaluasi Dalam Kurikulum 2013

Ada tiga istilah yang sering digunakan dalam evaluasi, yaitu tes, pengukuran dan penilaian. (tes,
measurement, and assessment). Tes merupakan salah satu cara menaksir besarnya kemampuan
seseorang secara tidak langsung, yaitu melalui respons seseorang terhdap stimulus atau pertanyaan. Tes
merupakan salah satu alat untuk melakukan pengukuran, yaitu alat untuk mengumpulkan informasi
karakteristik suatu objek.[6]

Pengukuran (measurement) dapat didefinisikan sebagai the process by information about the attributes
or characteristic of thing are determinied and differentiated. Pengukuran dinyatakan sebagai proses
penetapan angka terhadap individu atau karakteristinya menurut aturan tertentu.[7] Pengukuran adalah
suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu. Kata “sesuatu” bisa berarti peserta
didik, guru, gedung sekolah, meja belajar, white board, dan sebagainya.[8]

Penilaian (assessment) memiliki makna yang berbeda dengan evaluasi. The Task Group on Assessment
and Testing (TGAT) mendiskripsikan asesmen sebagai semua cara yang digunaka untuk menilai unjuk
kerja individu atau kelompok, dalam konteks pendidikan asesmen sebagai sebuah usaha secara formal
untuk menentukan status siswa berkenaan dengan berbagai kepentingsn pendidikan.[9] Processes that
provide information about individual students, about curricula or programs, about institutions, or about
entire systems of institutions.[10] Melihat dari penjalasan diatas dapat di katakana bahwa penilaian
adalah sebagai peroses yang menyediakan informasi tentang individu siswa, tentang kurikulum atau
program, tentang institusi atau segala sesuatu yang berkaitan dengan sistem institusi, selain itu dapat
disimpulkan bahwa assessment atau penilaian sebagai kegiatan mengumpulkan data hasil pengukuran
berdasarkan kriteria dan aturan-aturan yang sudah ditentukan sehingga menjadi sebuah kesimpulan
akhir atau bisa juga dikatakan penialain adalah sebuah jalan untuk mentafsirkan data yang sudah
ditemukan.

Evaluasi memiliki makna yang berbeda dengan penilaian, pengukuran maupun tes. Evaluasi merupakan
suatu proses menyediakan informasi yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk menentukan
haraga dan jasa (the worth ant merit) dari tujuan yang dicapai, desain, implementasi dan dampak untuk
membantu untuk membuat keputusan, membantu pertanggungjawaban dan meningkatkan
pemahaman terhadap fenomena.[11] Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa sebuah evaluasi
mempunyai inti yaitu, penyediaan informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam
mengambil sebuah keputusan.

Jelas sekali dari penilain dan evaluasi itu berbeda namun sebenarnya juga ada persamaannya, bila
dicermati lebih mendalam maka dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa persamaan dari keduanya
adalah mempunyai pengertian menialai atau menetukan nilai sesuatu dan juga alat yang digunakan
untuk mengumpulkan datanya juga sama yaitu menggunakan tes. Sedangkan sebuah perbedaannya
terlihat jelas pada ranah ruang lingkup antara keduanya dan juga pelaksanaannya. Ruang lingkup
penilaian dapat dikatakan lebih sempit dan kebiasaannya hanya terbatas pada salah satu komponen
atau aspek saja, seperti misalnya prestasi belajar peserta didik, dalam pelaksanaannya juga biasanya
dilakukan dalam konteks internal yakni orang-orang yang menjadi bagian yang terlibat dalam proses
pembelajaran. sedangkan evaluasi mempunyai ruang lingkup yang lebih luas, yaitu mencakup semua
komponen dalam sistem.

Komonen dalam sistem yang dimaksud diatas mempunyai isi didalamnya, yaitu sebuah sistem
pendidikan, sistem kurikulum, sistem pembelajaran dan dapat dilakukan. Menurut Zainal Arifin
komponen dalam sistem tersebut dapat dilakukan tidak hanya pihak internal (evaluasi internal) tetapi
juga pihak eksternal (evaluasi eksternal), seperti konsultan mengavaluasi sesuatu program atau
kurikulum.[12]

Prinsip Penilaian Kurikulum 2013

Penilaian dapat disebut sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur
pencapaian hasil belajar Peserta Didik (Permendikbud No. 66 Tahun 2013). Penilaian merupakan
serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil
belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi
informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Penilaian dapat dilakukan selama
pembelajaran berlangsung (penilaian proses) dan setelah pembelajaran usai dilaksanakan (penilaian
hasil/produk).

Permendikbud Nomor 66 tahun 2013 lebih lanjut menjelaskan bahwa Penilaian hasil belajar peserta
didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut.[13]

1. Objektif, berarti penilaian berbasis pada standard an tidak dipengaruhi faktor subjektivitas penilai.
2. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana, menyatu dengan kegiatan
pembelajaran, dan berkesinambungan.

3. Ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
pelaporannya.

4. Transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengabilan keputusan dapat
diakses oleh semua pihak.

5. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak internal sekolah maupun
eksternal untuk aspek teknik, prosedur dan hasilnya.

6. Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru.

Pendekatan Penilaian Kurikulum 2013

Ruang Lingkup Penialaian Kurikulum 2013

1. Sikap:

a. Observasi

b. Penilaian diri

c. Penilaian antar peserta didik

d. Jurnal

2. Pengetahuan:

a. Tes Tulis

b. Tes Lisan

c. Penugasan

3. Keterampilan:

a. Tes Praktek

b. Projek

c. Portofolio

Karakteristik penilaian kurikulum 2013

Dalam permendikbud nomor 81A tentang implementasi kurikulum 2013, disebutkan beberapa
karakteristik penilaian yang harus diperhatikan guru yaitu:
1. Belajar Tuntas

Untuk kompetensi pada kategori pengetahuan dan keterampilan (KI-3 dan KI-4), peserta didik tidak
diperkenankan mengerjakan pekerjaan berikutnya, sebelum mampu menyelesaikan pekerjaan dengan
prosedur yang benar dan hasil yang baik. Asumsi yang digunakan dalam belajar tuntas adalah peserta
didik dapat belajar apapun, hanya waktu yang dibutuhkan yang berbeda. Peserta didik yang belajar
lambat perlu waktu lebih lama untuk materi yang sama, dibandingkan peserta didik pada umumnya.[14]

Penilaian ketuntasan belajar ditetapkan berdasarkan kriteria ketuntasan minimal (KKM) dengan
mempertimbangkan tiga komponen yang terkait dengan penyelenggaraan pembelajaran. Ketiga
komponen tersebut adalah (1) kompleksitas materi dan kompetensi yang harus dikuasi, (2) daya dukung,
dan (3) kemampuan awal peserta didik (intake). Sekolah secara bertahap dan berkelanjutan perlu
menetapkan dan meningkatkan KKM untuk mencapai ketuntasan ideal.[15]

2. Otentik

Otentik adalah suatau penilaian belajar yang merujuk pada situasi atau konteks dunia nyata yang
memerlukan berbagai macam pendeketan untuk memecahakan masalah yang memberikan
kemungkinan bahwa satu masalah bisa mempunya lebih dari satu macam pemacahan. Dalam suatu
proses pembelajaran, penilain otentik mengukur, memonitor, dan menilai semua aspek hasil belajar
(yang tercakup dalam dominan kognitif, dan psikomotorik), baik yang tampak sebagai hasil akhir dari
suatu proses pembelajaran, maupun berupa perubahan dan perkembangan aktivitas, dan perolehan
belajar selama proses pembelajaran di dalam kelas dan di luar kelas.[16]

Melihat dari uraian diatas tentang penilaian otentik maka dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa
penilaian otentik harus mencerminkan masalah dunia nyata, bukan dunia sekolah. Menggunakan
berbagai cara dan kriteria holistik (kompetensi utuh merefleksikan pengetahuan, keterampilan, dan
sikap). Penilaian otentik tidak hanya mengukur apa yang diketahui oleh peserta didik, tetapi lebih
menekankan mengukur apa yang dapat dilakukan oleh peserta didik.

3. Berkesinambungan

Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran yang utuh mengenai perkembangan hasil belajar
peserta didik, memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil terus menerus dalam bentuk penilaian
proses, dan berbagai jenis ulangan secara berkelanjutan (ulangan harian, ulangan tengah semester,
ulangan akhir semester, atau ulangan kenaikan kelas).

4. Berdasarkan acuan kriteria

Pembuatan kriteria harus mengacu pada ketentuan-ketentuan yang selama ini dinyatakan baik, baik
dalam arti efektif untuk keperluan penilain hasil belajar. Ketentuan-ketentuan itu antara lain, (1) harus
dirumuskan secara jelas, (2) singkat padat, (3) dapat diukur dan karenanya harus dipergunakan kata-kata
kerja oprasional, (4) manunjuk pada tingkah laku hasil belajar, apa yang mesti dilakukan dan bagaimana
kualitas yang dituntut, dan (5) sebaiknya ditulis dalam bahasa yang dipahami oleh subjek didik.
Perumusan kriteria yang jelas dan oprasional akan memudahkan kita, para guru, untuk melakukan
kegiatan penilaian.[17]

Kemampuan peserta didik tidak dibandingkan terhadap kelompoknya, tetapi dibandingkan terhadap
kriteria yang ditetapkan, misalnya ketuntasan minimal, yang ditetapkan oleh satuan pendidikan masing-
masing.

5. Menggunakan teknik penilaian yang bervariasi

Teknik penilaian yang dipilih dapat berupa tertulis, lisan, produk, portofolio, unjuk kerja, projek,
pengamatan, dan penilaian diri.

Teknik dan Instrument Penilaian Kurikulum 2013

Penilaian hasil belajar peserta didik dalam konteks kurikulum 2013 mencakup kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara berimbang sehingga dapat digunakan untuk
menentukan posisi relative setiap peserta didik terhadap standar yang telah ditetapkan. Dalam
Permendikbud No. 66 Tahun 2013 dinyatakan bahwa cakupan penilaian merujuk pada ruang lingkup
materi, kompetensi mata pelajaran/kompetensi muatan/kompetensi program, dan proses. Sejalan
dengan cakupan tersebut, teknik dan instrument yang digunakan untuk penialain kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan adalah sebagai berikut.

1. Penilaian Kompetensi Sikap

Permendikbud No. 66 tahun 2013 menjelaskan bahwa pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap
melalui observasi, penilain diri, penilaian “teman sejawat” (peer evaluation) oleh peserta didik, dan
jurnal. Instrument yang digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian antarpeserta didik
adalah daftar cek atau sekala penilaian (reting scale) yang disertai rubric, sedangkan pada jurnal berupa
catatan pendidik.[18]

a. Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan


menggunakan indra, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan pedoman
observasi yang berisi sejumlah indicator perilaku yang diamati.

b. Penialain diri merupakan teknik penilain dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan
kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi. Instrument yang digunakan
berupa lembar penilaian diri.

c. Penilaian antarpeserta didik merupakan teknik penilaian dengan capa meminta peserta didik untuk
saling menilai terkait dengan pencapaian kompetensi. Instrument yang digunakan berupa lembar
penilaian antarpeserta didik.

d. Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi hasil
pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaiatan dengan sikap dan perilaku.

2. Penilaian Kometensi Pengetahuan


Permendikbud No. 66 tahun 2013 menjelaskan bahwa pendidik menilai kompetensi pengetahuan siswa
melalui tes tulis, tes lisan, dan penugasan. Instrument tes tulis yang bisa digunakan guru berupa soal
pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan, dan uraian yang dilengkapi pedoman
penskoran; instrument tes lisan berupa daftar pertanyaan; dan instrument penugasan berupa pekerjaan
rumah dan/atau proyek yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik
tugas.[19]

Berkaitan dengan tes penugasan khususnya penugasan berupa pekerjaan rumah perlu disadari bahwa
pemberian tugas pekerjaan rumah harus dilakukan atas beberapa prinsip penting sebagai berikut.

a. Materi yang digunakan dalam PR adalah materi yang benar-benar telah dikuasai oleh siswa, bukan
materi yang tidak selesai dikerja siswa di dalam kelas yang belum diketahui mampu atau tidaknya siswa
menguasai materi tersebut.

b. Jenis tugas PR hendaknya mempertimbangkan tingkat kemempuan siswa sehingga tidak semua siswa
mendapatkan jenis tugas yang sama dengan tingkat kesulitan yang sama. Ingat PR berfungsi sebagai
pengayaan bukan sebagai sarana pembelajaran.

c. Tugas dalam PR hendaknya tidak banyak menuntut keterlibatan orang tua untuk mengerjakan.

d. PR hendaknya benar-benar dibahas dan nilai bukan hanya ditandatangani pasca dikerjakan oleh
siswa.

e. Hasil penilain tugas PR hendaknya tidak dijadikan satu-satunya alat ukur kompetensi siswa karena
proses pengerjaannya tidak diketahui secara pasti apakah benar-benar hasil kerja anak atau bukan.

Anda mungkin juga menyukai