Anda di halaman 1dari 10

KRITIK SASTRA

PENERAPAN TEORI OBJEKTIF DALAM CERPEN “SEPOTONG BIBIR DI

JALAN RAYA” KARYA AGUS NOOR

Dosen pengampu :

Dra. Sri Yanuarsih, M,pd.

Oleh :

Siti Alfiyanti (1105200007)

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PGRI RONGGOLAWE TUBAN

TAHUN 2022
TAHAPAN DASAR DALAM KRITIK SASTRA

1. TAHAP DESKRIPSI

Agus Noor lahir di Tegal, Jawa Tengah, 26 Juni 1968. Setelah lulus SMA, ia melanjutkan
studinya di Jurusan Institusi Seni Indonesia, Yogyakarta. Bergaul dalam lingkungan seniman di
kota Gudeg tersebut secara tidak langsung membentuknya untuk berpikir di luar kebiasaan.
Hidup dalam lingkungan seniman juga mendidiknya untuk memiliki jiwa “memberontak”, tak
terkecuali kritis terhadap kebijakan-kebijakan rezim. Namun ia sadar bahwa ada keterbatasan
dalam menyampaikan kritik. lahir di tahun 1968, Agus merasakan pengalaman berkarya yang
berbeda-beda di setiap era pemerintahan, dimulai dari orde baru. Kala itu, tekanan-tekanan
vertikal dalam menyatakan kritik dan pendapat begitu terasa, terlebih ia juga aktif dalam
pergerakan mahasiswa. Walau demikian, hal itu justru membuatnya bergairah untuk menulis.
Dari situlah karya-karya satir sosial politiknya. Salah satunya adalah cerpen “Sepotong Bibir di
Jalan Raya” ini.

2. TAHAP PENAFSIRAN

SINOPSIS
Cerpen sepotong bibir karya Agus Noor menceritakan tentang peristiwa kerusuhan yang
terjadi pada tanggal 27 juli, atau peristiwa ini sering di sebut dengan peristiwa KUDATULI.
Nana atau tokoh dalam cerpen sepotong bibir ini merupakan saksi mata dari peristiwa tersebut,
Nana yang menjadi saksi mata kemudian di lenyapkan bersamaan dengan saksi-saksi yang lain
namun dalam cerpen ini hanya satu saksi yang di bahas. Dalam cerpen ini pengarang mengemas
dengan cerita yang sangat menarik sehingga tidak mudah dalam memahaminya. Seperti pada
paragraf pertama pengarang memang tidak langsung menjelaskan siapakah Nana? dan apa
maksud dari sepotong bibir yang di temukan oleh Nana.
Malam hari setelah nana menemukan sepotong bibir itu, bibir itu terus bersuara lirih
seperti ingin minta tolong. Nana jadi teringat seseorang yang diikat di kursi lunglai tak berdaya
pada peristiwa kerusuhan yang terjadi pada 27 juli tiga hari yang lalu.
Semenjak saat itu setiap malam Nana mendengar suara rintihan minta tolong, bahkan
dimanapun Nana berada terdengar desas-desus semuanya berbicara minta tolong, hingga pada
saat Nana melintasi jalan raya dengan menaiki taksi Nana merasa ada yang menguntit, ketika
Nana melintasi jalan Diponegoro potongan bibir itu kian lebat seperti hujan yang berjatuhan.
Nana begitu ketakutan hingga demam sampai kemudian Nana membuang potongan bibir itu.
Namun nihil potongan bibir itu kian berjatuhan dari langit. Nana semakin bingung dan bertanya-
tanya siapakah pemilik ini yang sebenarnya?. Bibir indah yang sebelumnya belum pernah ia
jumpai, kemudian bibir indah itu kini membesar seperti goa, desas-desus yang memprovokasi
Nana untuk masuk kedalam goa tersebut kian terdengar hingga berhasil membuat Nana masuk.
Dan disana Nana menjumpai beberapa tentara yang berjaga.
Namun, setelah kejadian itu Nana tak terlihat lagi. Lia sahabat Nana pun mulai cemas
dengan hilangnya Nana. Lia mencoba mencari dan menghubungi keluarganya. Hak itu membuat
Lia menjadi teringat tentang hal yang di ceritakan Nana kepadanya, tentang penemuan sepotong
bibir dan ada seseorang yang mungtit. Semenjak Nana menghilang terdengar suara minta tolong.
Apakah itu suara Nana? Suatu hari ketika Lia melihat potongan bibir seperti yang pernah ia
lihat,namun bibir itu terlihat lusuh daranya mengering dan di kerubungi semut. Lia bergegas
untuk pergi, ia tak mau bernasib sama seperti sahabatnya Nana.

3. TAHAP ANALISIS
Dalam menganalisis ragam narativ seperti cerpen dan novel, Rene Wellek dalam bukunya
tersebut menyarankan tiga aspek utama yang perlu diperhatikan diantaranya ialah :
1) Alur sebagai struktur naratif
2) Penokohan sebagai penentu peristiwa
3) Latar sebagai tempat bermainya peristiwa (wellek, 1989:276-297)
Namun Wellek dan Warren (dalam Nurgiyantoro, 2018) juga berpendapat bahwa unsur
intrinsik merupakan unsur pembentuk karya sastra yang berasal dari dalam karya itu
sendiri. Dalam cerpen dan novel unsur intrinsiknya adalah :
1). tema
2). Alur
3). Penokohan
4). Latar
5). sudut pandang
6). gaya bahasa, dan
7). pesan moral.

1) TEMA
Judul “Sepotong Bibir di Jalan Raya” terlihat jelas menyebutkan satu bagian tubuh
manusia, yaitu bibir. Bibir dalam susunan tubuh secara total berfungsi sebagai organ atau alat
untuk menyampaikan sesuatu yang ingin dibicarakan. Dalam cerpen ini yang ingin dibicarakan
adalah tentang isu politik pada masa itu.
Jadi tema cerpen “Sepotong Bibir di Jalan Raya” adalah sosial politik. Yang mengangkat isu
sosial politik pada masa itu.

2) ALUR

Alur adalah urutan peristiwa dalam sebuah cerita yang sambung-menyambung berdasarkan
hubungan sebab-akibat. Untuk mengetahui alur apa yang terdapat dalam cerpen sepotong bibir di
jalan raya ini, saya menggunakan tahapan alur menurut Tarigan yang terdiri dari :
a) Eksposisi : Tahap penulisan dengan tujuan untuk menjelaskan atau memberikan
pegertian.
b) Komplikasi : Terjadinya sebuah masalah yang dihadapi oleh sang tokoh dalam cerita.
c) Resolusi : Cerita dimana sang tokoh utama mendapatkan ide untuk memecahkan masalah yang
berada dalam komplikasi.
d) Klimaks : Tahap dimana puncak konflik terjadi yang menentukan perubahan penting
mengenai nasib beberapa tokohnya.
Cerita sepotong bibir di jalan raya ini diawali dengan kasus yang terjadi pada tanggal 27 Juli
yang kemudian :
- Tiga hari setelah kerusuhan 27 Juli, Nana menemukan sepotong bibir di jalan raya
- Malamnya Nana kian jelas menangkap suara yang muncul dari bibir itu, lirih dan perih.
- Nana bertanya-tanya apakah bibir itu milik salah seorang yang ditangkap dalam
kerusuhan hari sabtu lalu ?
- Sejak itu Nana sering mendengar suara rintihan minta tolong dan suara itu terus
berdesakan di telinganya.
- Ketika Nana menaiki taksi dan melintas di jalan Diponegoro, Nana mendapati potongan-
potongan bibir itu berjatuhan kian lebat sepanjang jalan pulang.
- Lia menasihati Nana untuk membuang bibir itu agar tidak menjadi barang bukti yang bisa
mencelakakan Nana dan menjerat Nana, serta tidak usah mengurusi politik yang tidak
dimengerti Nana.
- Nana menuruti omongan Lia, tapi setiap Nana membuang bibir itu jauh-jauh, setiap kali
pula Nana menemukan bibir itu sudah nongkrong di meja riasnya dan menghiba padanya.
- Bibir itu seakan menyimpan sebuah dunia, dengan gerimis dan senja jalin-menjalin
spanjang waktu, juga burung-burung dan semak perdu, bunga bakung di telaga pelangi
membayang di ufuk cakrawala.
- Suatu hari, bibir itu membesar, terkuak seperti gua meminta Nana masuk agar memahami
setiap peristiwa yang terjadi, dan Nana masuk ke dunia yang telah lama menggodanya.
- Sejak itu Nanatak pernah kelihatan, membuat Lia cemas.
- Suatu hari Lia melihat bibir tergeletak di jalan raya, ia langsung teringat Nana. Sejenak
ia tertegun, tetapi segera bergegas pergi. Sungguh ia tak mau bernasib konyol seperti
Nana.
Dari cerpen sepotong bibir di jalan raya diatas, dapat disimpulkan bahwa alur yang
digunakan adalah alur Step by Step. Karena penyajian cerita berjalan runtut mulai dari bagian
awal yaknieksposisiberupa informasi tokoh,waktu kejadian dan pengenalan masalah: waktu tiga
hari setelah peristiwa kerusuhan 27 juli,pengenalan tokoh Nana dan Lia, penemuan bibir yang
menjadi titik awal terjadinya konflik.yang kemudian bagian kedua komplikasi, konflik yang
menimpa sang tokohterus ditampilkan mulai dari: bibir yang memunculkan suara rintihan minta
tolong, tokoh yang melihat bayangan orang yang ditangkap dalam kerusuhan terikat di kursi,
lunglai, tak berdaya. Tokoh yang merasa ada seseorang yang mengutitnya hingga ia melihat
pasukan tentara berjaga-jaga di pinggir jalan hendak meledakan bom, melihat banyak bibir yang
berjatuhan dari langit, bibir yang tiap kali dibuang namun selalu kembali.Bagian ketiga
yakniresolusi/penyelesaian: akibat masalah yang menimpa Nana, membuat Nana Masuk ke
dalam mulut karena ingin mengetahui masalah yang menimpanya.Pada bagian akhir yakni
klimaks: setelah Nana masuk ke dalam bibir yang menyebabkanNana hilang, membuat Lia
cemas. Sampai saat giliran Lia yang melihat bibir tergeletak di pinggir jalan, kotor dan berdebu
juga darah yang mengering di sekelilingnyadengan sekawanan semut yang menggerumut, namun
Lia akhirnya bergegas pergi karena tidak mau bernasib konyol seperti Nana.

3) PENOKOHAN

 Tokoh
- Lia
- Nana
 Penokohan
 Tokoh Nana
Nana adalah tokoh utama dalam cerpen ini, Nana adalah perempuan yang menjadi saksi
pada peristiwa kerusuhan yang terjadi pada tanggal 27 juli, atau peristiwa ini sering disebut
dengan KUDATULI. Nana sang tokoh terlibat dalam peristiwa itu karena sifatnya yang ingin
tahu, mudah tergoda, penakut, overthinking dan ceroboh membuatnya membahayakan dirinya
sendiri.
- Ingin tahu :
Nana memungutnya dengan gemetar, teringat pada berita penangkapan dan penahanan
orang-orang yang terlibat kerusuhan itu. Apakah ini bibir salah satu orang yang
ditangkap itu?
- Takut :
Nana bergidik, ketika mendadak berkelebat bayangan orang terikat di kursi, lunglai tak
berdaya....
- Overthinking ;
Ia malah merasa, ada seseorang yang mengikutinya. Mungkinkah dia pemilik bibir yang
ditemukan itu...

- Ceroboh ;
Sampai suatu hari, ketika Nana memandang bibir itu seperti biasanya, mendadak bibir
itu perlahanlahan membesar, terkuak, seperti gua yang mendadak muncul di
hadapannya. “Masuklah,”...
...Dan Nana pun masuk ke dalam bibir yang menganga itu, masuk kedunia yang telah
lama menggodanya
 Tokoh Lia
Lia dalam cerpen merupakan teman Nana, dalam cerpen tersebut Lia memiliki sifat yang
hampir sama dengan tokoh Nana seperti pada kutipan di bawah ini :

- Cemas :
Sejak saat itu Nana tak pernah kelihatan. Lia cemas dan mencoba menghubungi kenalan,
kerabat dan keluarga Nana
- Takut ;

Nana lenyap entah kemana, membuat Lia teringat cerita Nana tentang orang yang selalu
menguntitnya...
- Overthinking ;

Lia membayangkan, suatu malam Nana diculik beberapa orang tak dikenal, disergap
dan dibawa naik mobil, entah ke mana...
- Hati-hat ;

Ketika suatu hariLia melihat sepotong bibir tergeletak di jalan raya, ia langsung teringat
Nana...Sejenak ia tertegun, tetapi segera bergegas pergi. Sungguh ia tak mau bernasib
konyol seperti Nana

4) LATAR

 Latar tempat;
- Jalan raya, terdapat pada kutipan;
...Nana menemukan sepotong bibir tergeletak di jalan raya...
- Tempat tidur,
...Ia duduk mencakung di tempat tidur...
- Di dalam taksi,
...Dari dalam taksi yang meluncur...
- Kota,
...Nana mendapati kota yang ganjil...
- Jalan Diponegoro,
...Ketika taksi melintas Jalan Diponegoro...
- Rumah,
Di rumah, ia langsung membenamkan tubuh dalam selimut...
- Luar rumah,
...Sementara itu, setiap kali keluar rumah..
 Latar waktu;
- Malam,
Malamnya, Nana kian jelas menangkap suara yang muncul dari bibir itu...
 Latar suasana;
- Tegang, menggambarkan perasaan tertekan.
...Nana kian jelas menangkap suara yang muncul dari bibir itu, lirih, perih. “Help me
please....” Takut, menggambarkan keadaan takut atau merasa kesulitan.
“Kamu Cuma ketakutan, Na,” ujar Lia. “Lagi pula, kenapa tak kamu buang saja bibir
itu...”
- Seram, menggambarkan keadaan menyeramkan atau menakutkan.
Ia malah merasa, ada seseorang tengah mengintainya. Mungkinkah dia pemilik bibir yang
ditemukannya itu..
Dari kutipan-kutipan di atas, dapat kita simpulkan bahwa cerpen “Sepotong Bibir di
Jalan Raya” memiliki kecocokan bahasa dalam menggambarkan karakter tokoh dan setting.

5) SUDUT PANDANG

Pada cerpen “Sepotong Bibir di Jalan Raya” yang digunakan adalah sudut pandang
orang ketiga serba tahu. Dimana penulis menggunakan nama tokoh dan kata ganti ia untuk
tokohnya. penulis menceritakan apa saja terkait tokoh utama, seolah penulis seperti orang yang
maha tahu tentang watak, pikiran, perasaan, kejadian, bahkan latar belakang yang mendalangi
sebuah kejadian.

6) GAYA BAHASA

Gaya bahasa/majas adalah pemanfaatan ragam kekayaan bahasa, untuk memperoleh efek-
efek tertentu yang membuat sebuah karya sastra semakin hidup. Gaya bahasa/majas merupakan
sarana strategis yang banyak dipilih pengarang untuk mewujudkan estetikanya dalam
mengungkapkan pengalaman kejiwaannya. Berikut adalah majas yang terkandung dalam cerpen
sepotong bibir di jalan raya :
 Majas Alegori, adalah Majas yang menyatakan sesuatu hal dengan perlambang.
- Sepotong Bibir di Jalan Raya (judul cerpen).

 Majas Simile, adalah Majas yang membandingkan sesuatu dengan hal lainnya, sesuai
dengan keadaan, gambaran dan sifatnya, dan sesuatu yang dibandingkan disebutkan secara
eksplisit/terang-terangan tanpa perlu memaknai sendiri.
- Bibir itu menggeliat, mirip ekor cicak putus (paragraf 1, baris 20).
- Mencorong bagai mata naga (paragraf 2, baris 7).
- Nana sering mendengar suara rintihan minta tolong, bagai gelombang radio gelap
yang memenuhi udara (paragraf 4, baris 1).
- Bibir berjatuhan dari langit kelabu, seperti buah arbai yang berguguran (paragraf 5,
baris 6).
- Menjatuhkan potongan-potongan bibir itu, seperti seorang petani tengah menebarkan
benih gandum (paragraf 7, baris 9).

 Majas Hiperbola, adalah majas yang dipakai untuk melukisakan suatu keadaan secara
berlebihan daripada yang sesungguhnya.
- Bunga-bunga itu melayang-layang beberapa lama, kemudian pecah pyarr, gaib di udara
(paragraf 1, baris 22).
- Ada yang hendak meledakkan bom, hingga udara penuh kecemasan (paragraf 5, baris
4).
- Bunga bakung di telaga pelangi membayang di ufuk cakrawala (paragraf 8, baris 9).

 Majas Enumerasia, adalah majas penegasan dengan melukiskan suatu peristiwa agar
keseluruhan maksud kalimat lebih jelas dan lugas.
- Keresek daun gugur, membuat malam jadi lebih dalam (paragraf 3, baris 5).

 Majas Personifikasi, adalah majas yang membandingkan benda mati seolah-olah bernyawa.
- Manekin-manekin itu memanggilnya (paragraf 4, baris 4).
- Ikan-ikan di kotak pendingin, mendesis-desis minta tolong (paragraf 4, baris 5).
- Nana menemukan bibir itu sudah nongkrong di meja riasnya (paragraf 7, baris 2).
 Majas Asosiasi, adalah majas yang membandingkan sesuatu dengan hal lainnya, sesuai
dengan keadaan, gambaran dan sifatnya, dan sesuatu yang dibandingkan disebutkan secara
implisit/tidak terang-terangan. Pembaca akan memikirkan “sisi kesamaannya apa ?”.
- Bibir itu seakan menyimpan sebuah dunia (paragraf 8, baris 7).
 Majas Metafora, adalah majas perbandingan akan tetapi tidak menggunakan kata
pembanding.
- Nana mendapati kota yang ganjil (paragraf 5, baris 1).
 Majas Anapora, adalah majas yang menggunakan kata yang sama di depan larik-larik.
- “Masuklah,” bisik sebuah suara, “agar kau mendengar setiap kata, setiap desah,
setiap suara. Masuklah, agar kau mengerti makna setiap kata. Agar kau memahami
setiap peristiwa. Masuklah.” (paragraf 9, baris 3).
-
7) PESAN MORAL

Puncak filosofi dari setiap prosa fiksi adalah pesan. Artinya, di balik prosa fiksi sejorok
apapun, pasti tersembunyi pesan yang menarik untuk di renungkan. Bergulatlah dengan prosa
fiksi memetik makna kehidupan paling dalam. Silahkan mengalir untuk memetik mutiara
kehidupan di serambi imajinasi anda. Jangan takut berapresiasi, karena pada hakikatnya semua
penafsiran itu benar dalam pendangan teori resepsi sastra.Jadi dari teori di atas, pesan dan nilai
yang terdapat pada cerpen “Sepotong Bibir di Jalan Raya” adalah;

 Nilai moral;
- Sebagai manusia, makhluk sosial yang berbudi kita harus tahu batasan dan tidak serta
merta ikut campur dalam urusan orang lain. terlebih sesuatu hal yang bahkan tidak kita
ketahui. Ini terdapat pada kutipan:
- “Kamu Cuma ketakutan, Na,”... Kamu mggak usah ngurusi politik yang tak kamu
mengerti.” Dikompresnya kening Nana.
 Nilai agama;
- Kita tidak boleh berprasangka buruk (suudzon) terhadap suatu hal.Ini terdapat pada
kutipan;
- ...Ah, pemilik bibir itu mungkin memang terlibat kerusuhan, dan kini tengah disiksa di
sebuah tempat entah dimana. Tapi bisa jadi, bibir itu milik seorang pelacur yang pulang
kemalaman, dan mendadak disergap beberapa orang mabuk..
 Nilai pendidikan:
- Kita harus bisa belajar dari pengalaman, sebab pengalaman adalah guru terbaik. Ini
terdapat pada kutipan;
- Ketika suatu hari Lia melihat sepotong bibir tergeletak di jalan raya, ia langsung teringat
Nana... Sejenak ia tertegun, tetapi segera bergegas pergi. Sungguh, ia tak mau bernasib
konyol seperti Nana.

4. TAHAP EVALUASI
Cerpen yang berjudul sepotong bibir di jalan raya karya Agus Noor merupakan
sebuah cerpen yang didalamnya bertema tentang politik, dimana cerpen ini menceritakan
kejadian pada zaman dahulu yang peristiwa ini sering disebut peristiwa KUDATULI.
Namun peristiwa ini tidak dijelaskan secara rinci, hanya mengenai beberapa orang yang
terlibat didalamnya. Dengan kata lain bahwa cerpen ini adalah gambaran kecil dari
peristiwa KUDATULI. Meski begitu dari cerpen ini para pembaca pasti telah
mempunyaai gambaran betapa kejamnya politik pada zaman dahulu, konflik yang
dialami tokoh dalam cerpen ini, membuat pembaca bergidik ngeri.
Amanat yang terkandung dalam cerpen ini bahwa sebuah perbuatan buruk tidak
akan abadi pasti akan terbongkar dengan seiring berjalannya waktu, namun cara
penyelesaiannya tidak harus dengan kekerasan atau menghilangkan nyawa. Karena
bentuk kemunisiaan aadalah tentang bagaimana kita memperlakukan orang lain dan
menganggap keberadaan manusia.

Anda mungkin juga menyukai