Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS PUISI KARAWANG-BEKASI KARYA CHAIRIL ANWAR MELALUI

PENDEKATAN EKSPRESIF
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori Sastra

Dosen Pengampu:

Muyyasaroh, S.S., M.Pd

Disusun oleh:

Nur Muhammadah A 126210203114

Selvia Eva Novaliana 126210203115

Septina Nur Kholifah 126210203116

Asma Malee 126210205139

JURUSAN TADRIS BAHASA INDONESIA

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG

JULI 2021
ABSTRAK

Banyak beberapa masyarakat yang tentunya sudah mengenal tentang sebuah puisi
yang berjudul “Karawang-Bekasi” karya Chairil Anwar. Meski demikian tidak banyak yang
mengetahui latar belakang dari sosok pencipta puisi Karawang-Bekasi yakni Chairil Anwar.

Kita dapat memahami serta memaknai puisi Karawang-Bekasi karya Chairil Anwar,
sehingga kita dapat mengetahui gambaran pada saat itu, masyarakat Karawang-Bekasi
didalam mempertahankan kemerdekaan untuk melawan NICA (Nederlans Indies Civil Affair
Officier). Puisi yang diciptakan oleh Chairil Anwar merupakan bentunk luapan
pengungkapan isi batin dari Chairil Anwar, sehingga beliau menumpahkan isi pikirannya
kedalam puisi yang berjudul Karawang-Bekasi tersebut. Puisi tersebut bukan hanya sekedar
karya sastra semata, tetapi dibalik itu ada sebuah penggambaran tentang sebuah kejadian atau
peristiwa yang telah terjadi pada Karawang-Bekasi pada masa itu, didalam berusaha
mempertahankan kemerdekaannya.

Kata kunci: Analisis, puisi, Karawang-Bekasi

PENDAHULUAN

Karya sastra adalah sebuah wujud luapan perasaan manusia yang dituang dalam
bentuk karya yang memiliki tujuan untuk menghibur atau sekedar memunculkan sebuah
karya yang indah untuk dinikmati. Karya sastra tersebut dibagi dalam dimensi waktu yakni
karya sastra lama dan karya sastra baru. Karya sastra lama memiliki kekuatan dalam
mengungkapkan bahasa dan karya sastra baru memiliki kelebihan berupa keberanian dalam
mengungkapkan pendapat dalam bentuk karya sastranya.

Dalam pembelajarannya sastra memiliki banyak arti. Salah satunya pembelajaran


bahasa, yakni berupa rangkaian pendapat, cara, hukum, asas, atau aturan yang merupakan
hasil temuan dari sebuah argumentasi yang dapat menghasilkan sebuah ilmu sehingga
muncul perubahan sikap atau respon terhadap sebuah lambing bunyi yang kerap digunakan
kelompok tertentu dalam berkomunikasi.1 Puisi merupakan salah satu bentuk pembelajaran
bahasa. Puisi merupakan bentuk luapan perasaan yang mendalam seorang penyair dengan

1
Wulandari (2019)
bentuk kata yang indah, di mana dalam hal ini puisi digunakan untuk mengungkapkan suatu
peristiwa dalam bentuk karya tulisan.2

Teori genre merupakan Prinsip keteraturan sastra dan sejarah sastra yang diklasifikasi
tidak berdasarkan waktu dan tempat (periodik) melainkan berdasarkan tipe struktur atau
susunan tertentu. Semua studi kritik sastra atau pun penilaian karya sastra tentunya terkait
dengan struktur semacam itu. Misalnya, penilaian terhadap puisi, tentu ditentukan oleh
pengalaman dan konsepsi yang deskriptif maupun normatif tentang puisi. (Di lain pihak
konsepsi tentang puisi juga diubah oleh pengalaman dan penilaian tentang puisi-puisi
tertentu).3

Puisi merupakan karya sastra yang memiliki ciri khas yakni bahaasanya padat,
sedangkan prosa memiliki kekuatan dari alur cerita, sedangkan drama pada dialoknya. Dalam
lingkupnya puisi mengungkapkan watak pengarang dengan kuat tidak hanya sekedar
memunculkan keindahannya saja. Dalam penciptaan puisi, mengutamakan aspek-aspek yang
dapat memunculkan keindahan dan berkesan. Untuk memperoleh keindahan dan
mengesankan perlulah unsur-unsur kuat dalam kebahasaan, tanda baca, paduan bunyi dan
lain sebagainya. Unsur-unsur btersebut merupakan hal yang akan dianalisis dalam sebuah
puisi.

Berdasarkan pertimbangan hal-hal di atas dipilihlah puisi berjudul “Krawang-Bekasi”


karya Chairil Anwar untuk dianalisis. Chairil Anwar merupakan sosok penyair yang berperan
besar dalam perkembangan puisi di Indonesia utamanya pada era 45. Keberhasilan Chairil
Anwar dalam menulis puisi memiliki warna tersendiri dalam dunia sastra di Indonesia.
Beberapa faktor yang menjadi keberhasilan puisi Chairil Anwar diantaranya sebagai berikut,
1) representasi visual melalui komposisi, susunan baris dan bait, 2) efesiensi bahasa,
penggunaan kata-kata secara singkat sederhana, tetapi penuh energi, 3) pembawa aliran baru,
sebagai ekspresionisme, 4) kebaruan isi, yaitu nasionalisme, 5) keberhasilannya dalam
menggugah emosi pembaca. Dengan demikian, keindahan puisi pada dasarnya membentuk
suatu pesan dan gaya bahasa tersendiri memberikan wujud keindahan karya sastra.

Penelitian ini, menganalisis puisi Chairil Anwar yang berjudul “Krawang-Bekasi”


menggunakan pendekatan ekspresif. Rumusan masalah yang peneliti gunakan adalah,
bagaimana analisis ekspresif pada puisi berjudul “Krawang-Bekasi” karya Chairil Anwar?

2
Somad (Sulkifli, 2016, hlm. 4)
3
Renne Wellek, Austin Warren, Teori Kesusastraan, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama) hal. 276
Dengan tujuan untuk 1). Menemukan makna atau nilai yang terkandung dalam puisi
“Krawang-Bekasi”, 2). Apa yang melatarbelakangi dari puisi “Krawang-Bekasi”.

METODE

Metode yang digunakan adalah metode ekspresif. Pendekatan ekspresif adalah


pendekatan yang mencari hubungan antara karya sastra dan pengarangnya. Pendekatan ini
sangat penting karena menghubungkan sebuah karya sastra dengan pengarang karya sastra
tersebut karena karya sastra tersebut merupakan sebuah ekspresi dari pengarangnya.
Pendekatan ekspresif merupakan pendekatan terhadap karya sastra yang menitikberatkan
pada ekspresi, perasaan, atau tempramen penulis (Abrams, 1981:189). Pada pendekatan
ekspresif memiliki hubungan yang eret kaitannya dengan sebuah kajian karya sastra sebagai
karya sastra yang dekat dengan sejarahnya, terutama sejarah yang bersangkut-paut dengan
pengarangnya dan hubungannya dengan sebuah karya sastra yang diciptakannya tersebut.
Pada karya sastra tersebut merupakan sebuah gambaran kepribadian dari pengarangnya itu
sendiri dari imajinasi dan pikiran yang ada dalam lubuk hati pengarang karya sastra tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Puisi karya Chairil Anwar

“ KARAWANG-BEKASI ”

Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi

Tidak bisa berteriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi

Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami

Terbayang kami maju dan mendegap hati?

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi

Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.


Kenang, kenang lah kami.

Kami sudah coba apa yang kami bisa

Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa

Kami cuma tulang-tulang berserakan

Tapi adalah kepunyaanmu

Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan

Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan, kemenangan dan harapan,

Atau tidak untuk apa-apa

Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata

Kaulah sekarang yang berkata.

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi

Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kenang, kenang lah kami

Teruskan, teruskan jiwa kami

Menjaga Bung Karno

Menjaga Bung Hatta

Menjaga Bung Sjahrir


Kami sekarang mayat

Berikan kami arti

Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian

Kenang, kenang lah kami

Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu

Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi

ANALISIS PUISI KRAWANG-BEKASI

Berdasarkan penjelasan pendekatan ekspresif yang telah dijelaskan diatas. Pada bait
pertama disini pengarang menceritakan bahwa sepanjang Karawang-Bekasi dan para
pahlawan yang telah dimakamkan disana, mereka seakan-akan sudah tidak dapat berteriak
lagi. Namun, mereka tetap yakin bahwa ada semangat yang selalu menderu dan tidak akan
pernah dilupakan perjuangannya dalam medan perang. Pada baris ke-3 “deru” disini
pengarang menggambarkan segala harapan dari pengarang sendiri dan seluruh isi hantinya
yang tidak bisa disampaikan dengan kata-kata lagi.

Pada bait kedua disini pengarang menceritakan bahwa meskipun mereka meninggal di
umur yang masih muda, tetapi semangat mereka tetap sangat membara. Dan terus membara
dilangit malam yang sepi. Para pahlawan yang telah gugur pada masa itu berharap bahwa
pada suatu malam-malam yang sepi dan hening, keberadaan mereka nantinya tetaplah
terkenang di negara Indonesia ini sebagai sosok-sosok pejuang yang tidak pernah berhenti
untuk memperjuangkan kemerdekaan NKRI. Para pejuang yang telah gugur mereka
menyadari bahwa hanyalah tulang-tulang yang berserakan, dan nantinya kita lah yang
menentukan arti nilai dari tulang-tulang tersebut.

Pada bait ketiga pengarang juga menggambarkan sebuah pesan tersirat dari puisi
tersebut bahwa sampai kapanpun semangat mereka tetaplah bergelora, walau pada akhirnya
para pejuang harus gugur terlebih dahulu pada saat masih muda. Akan tetapi semangat
perjuangan mereka tak. Setiap waktu saat peperangan rasanya mereka tetaplah bangkit dan
ikut berjuang didalam medan perang. Para pahlawan tersebut sudah berusaha sekuat
tenagannya untuk nagaranya ini, meskipun akhirnya ajal sudah menjemput mereka terlebih
dahulu.

Selanjutnya bait keempat Chairil Anwar sang pengarang menuliskan bahwa, kenang
lah kami (para pahlawan yang telah gugur) merupakan harapan yang sangat tulus. Mereka
berharap bahwa keberadaan mereka nantinya tetap dikenang serta tidak dilupakan begitu saja
di negeri ini meskipun mereka sudah gugur.

Pada bait kelima pengarang Chairil Anwar menceritakan bahwa pengharapan untuk
para pahlawan tidak akan pernah ada batasnya. Mereka tetap berharap untuk menjaga Bung
Karno, menjaga Bung Hatta, menjaga Bung Sjahrir. Mereka ingin bahwa semoga para
pemimpin dinegeri ini tidak mengalami hal-hal buruk yang tidak mereka inginkan. Oleh
karena itu, mereka berdoa dan berharap agar para pemimpin tetaplah terjaga.

Selanjutnya bait yang terakhir pengarang memberi pesan bahwa meskipun para
pejuang yang telah gugur tersebut dimedan perang yang pemakamannya disepanjang
Karawang-Bekasi tersebut dan mereka hanyalah tinggal tulang dan belulangnya saja, tetapi
semangat mereka sampai kapanpun tidak akan pernah redup dan tidak akan pernah terlupakan
semangat mereka yang selalu membara tersebut semangat yang tidak akan pernah ada
habisnya sampai kapanpun.

Ekspresi sang pengarang pada saat itu yaitu pengarang yang sudah berjuang sekuat
tenaga dan pikiran pada saat itu untuk kemerdekaanya, meskipun masih belum berhasil juga
pada masa itu. Chairil Anwar, dalam puisinya tersebut, berusaha untuk mengenang peristiwa
pembantaian tersebut untuk mengenang para pahlawan dan pejuang yang telah gugur pada
saat itu. Pada puisi yang berjudul Karawang-Bekasi ini juga menggambarkan sebuah
semangat untuk mempertahankan NKRI serta semangat yang tetap hidup didalam jiwa
pejuang-pejuang yang lainnya. Puisi ini selain menggambarkan tentang perjuangan para
pahlawan untuk meraih kemerdekaan tetapi mereka rela untuk berkorban jiwa dan raganya.
Meskipun belum sampai kemerdekaan mereka harus gugur dalam medan perang.

Dari puisi yang sudah dituliskan diatas tadi bahwa suatu peristiwa pada masa itu serta
kondisi keadaan masyarakat di Karawang-Bekasi khususnya pada saat karya sastra tersebut
diciptakan oleh pengarangnya. Dalam puisi tersebut “Karawang-Bekasi” karya Chairil Anwar
ini sudah bisa lihat bahwa dari judulnya ini merupakan tempat peristiwanya, yaitu di daerah
Karawang-Bekasi. Puisi tersebut ditulis oleh Chairil Anwar pada tahun 1948, pada saat
setahun setelah dari peristiwa Karawang-Bekasi tersebut terjadi. Apa yang terjadi pada saat
itu di Karawang-Bekasi? Yang terjadi pada masa itu di Karawang-Bekasi didesa Rawagede
Jawa Barat adalah peristiwa pembantaian yang dilakukan oleh pasukan Belanda (NICA)
secara besar-besaran. Pembantaian terbesar yang dilakukan oleh tentara Belanda di Sulawesi
Selatan. Pesan dalam puis karya Chairil Anwar ini yang berjudul Karawang-Bekasi memberi
pesan untuk generasi muda dan penerus bangsa untuk selalu mengenang jasa-jasa para
pahlawan kita yang telah gugur mendahului kita serta melajutkan perjuangan para pahlawan
yang telah gugur tersebut. Walaupun untuk saat ini tidak dengan berperang seperti pada masa
itu, tetapi dengan memajukan negara yaitu dengan melakukan apa yang diperintahkan negara
dan mematuhi peraturan-peraturanya serta belajar yang rajin agar kelak menjadi generasi
penerus yang baik.

KESIMPULAN

Chairil Anwar merupakan tokoh yang berperan dalam kesusastraan Indonesia,


khususnya dalam bidang puisi. Ia juga memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan
sastra Indonesia secara keseluruhan. Suksesnya karya-karya Chairil Anwar memberikan
warna tersendiri terhadap penciptaan karya sasta di Indonesia. Berdasarkan hal tersebut,
keberhasilan puisi Chairil Anwar dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, 1) representasi
visual melalui komposisi, susunan baris dan bait, 2) efesiensi bahasa, penggunaan kata-kata
secara singkat sederhana, tetapi penuh energi, 3) pembawa aliran baru, sebagai
ekspresionisme, 4) kebaruan isi, yaitu nasionalisme, 5) keberhasilannya dalam menggugah
emosi pembaca. Dengan demikian, keindahan puisi pada dasarnya membentuk suatu pesan
dan gaya bahasa tersendiri memberikan wujud keindahan karya sastra.

Berdasarkan pengkajian pada permasalahan di atas melalui pendekatan ekspresif,


maka sajak yang telah diciptakan Chairil Anwar berjudul “Karawang-Bekasi” bukan hanya
sekedar mencipta suatu karya sastra saja, namun dibalik itu merupakan penggambaran
(realitas) suatu peristiwa pembantaian yang dilakukan oleh pasukan Belanda (NICA) secara
besar-besaran di daerah Karawang-Bekasi tepatnya didesa Rawagede Jawa Barat. Peristiwa
tersebut merupakan pengorbanan dan usaha para pejuang beserta warga sekitar Karawang
Bekasi dalam semangat mempertahankan kemerdekaan, meskipun mereka harus mati muda.
Peristiwa yang terjadi di desa Rawagede pada 9 Desember 1947, Karawang, Jawa
Barat merupakan suatu peristiwa pembantaian terbesar setelah pembantaian di Sulawesi
Selatan. Peristiwa pembantaian Rawagede terjadi akibat dari Agresi Militer 1 Belanda yang
ingin menanamkan kembali kolonialisasinya di Indonesia.

SARAN

Diharapkan para pembaca nantinya dapat mengatahui dan mengenal secara lebih jauh
mengenai sastrawan Indonesia., yaitu Chairil Anwar. Beliu merupakan salah satu tokoh
kesustraan yang sangat terkenal di Indonesia. Dari penulisan ini penulis juga berharap agar
pembaca bisa lebih mengatahui sejarah khususnya puisi yang berjudul “Karawang-Bekasi”.
Semoga dari penulisan ini nantinya dapat menguntungkan bagi diri kita sendiri dan orang
lain.

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Rizky. (2019). Mimetik Karawang-Bekasi, http://id.scribd.com> document Rizky


Akbar Mimetik Karawang-Bekasi-Scribd. Diakses pada tanggal 9 Juli 2021

Cahyani, Monicha. 2020. Menelaah Puisi “Aku” Karya Chairil Anwar Melalui Pendekatan
Ekspresif dan Pragmatik. http://zonalingua.unja.ac.id > 2020/03 Menelaah Puisi
“Aku” karya Chairil Anwar Melalui Pendekatan. Diakses pada 11 Juli 2021

REFERENSIKarya Sastra Menurut Teori Abrams | English Dept of Fkipn Unlam.


http://pbingfkipunlam.wordpress.com. Diakses 9 Juli 2021

“ANALISIS PUISI” SENJA DI PELABUHAN KECIL” KARYA CHAIRIL ANWAR


DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN MIMETIK”
http://journal.ikipsiliwangi.ac.id/index.php/parole/article/view/5697

Anda mungkin juga menyukai