Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Sastra merupakan ungkapan yang lahir dari pribadi seseorang. Sastra pada
umumnya membicarakan mengenai hidup dan kehidupan, persoalan yang timbul
pada kehidupan sehari-hari, dan lainnya. Namun di sisi lain sastra juga akan
memberikan pemahaman sebagai objek yang bisa dijadikan sebagai cermin
pantulan bagi masyarakat. Menurut (Wellek dan Warren, 2016: 98) sastra
sebagian besar menyuguhkan kehidupan masyarakat yang terdiri dari realitas
sosial, walaupun karya sastra juga “meniru” alam dan dunia yang bersifat
subjektif. Gambaran mengenai persoalan kehidupan seperti inilah dituangkan
melalui imajinasi para penyair lalu jadilah sebuah karya sastra yang populer.
Karya sastra adalah gejala yang muncul secara manusiawi ada berbagai
macam peristiwa di dalamnya. Karya sastra merupakan hasil dari pemikiran
imajinatif para pengarangnya yang bersifat indah sebagai objek kreativitasnya.
Hasil imajinatif penyair berperan sebagai bentuk hiburan yang menggembirakan,
juga bisa digunakan untuk memperbanyak pengalaman bagi para pembacanya. Di
Indonesia karya sastra terdiri dari beragam bentuk, seperti puisi, prosa maupun
drama dan lain-lain. Salah satu jenis karya sastra yakni puisi.
Puisi dasarnya merupakan karya sastra terdiri atas susunan-susunan kalimat
dan memiliki bahasa yang indah juga muncul sebuah makna yang tersurat atau
tersirat. Puisi yakni bentuk sastra yang dilahirkan dari hasil pikiran dan perasaan
seorang penyair. Puisi adalah (the most condensed and concentrated form of
literature) yang bermakna sebuah bentuk sastra yang paling erat dan
terkonsentrasi. Puisi bisa mengutarakan pemikiran yang dapat menumbuhkan
perasaan dan membangkitkan imajinasi panca indera dalam bentuk yang berirama
(Pradopo, 1990: 7). Puisi sebagai karya sasra dapat kita analisis dari berbagai
macam perspektif, karena dalam puisi tersebut muncul unsur-unsur kepuitisannya.
Puisi bisa dianalisis pada bagian struktur unsur-unsurnya. Struktur yang
paling penting dalam membangun puisi yaitu struktur batin dan struktur fisik.
Struktur fisik merupakan gambaran yang tersirat dari puisi tersebut, sedangkan
struktur batin merupakan gambaran tersurat pada puisi tersebut. Struktur fisik
puisi terdiri dari pemilihan kata atau diksi, citraan atau imaji, rima, ritme,
tipografi, kata konkret, dan majas. Sedangkan pada struktur batin atau makna
terdiri dari tema, nada, suasana, dan amanat. Menganalisis dengan tatanan
struktur-struktur akan menghasilkan rangkaian kata-kata yang indah dan
bermakna.
Karya sastra merupakan pandangan terhadap kehidupan lingkungan sosial.
Hal itu terjadi karena pengarang tidak dapat lepas dari ikatan sosial tertentu dalam
masyarakat. Manusia dan masyarakat merupakan sebuah objek yang tidak terlepas
dari sosiologi sastra. Sosiologi sastra yakni sebuah pendeketan karya sastra yang
selalu memikirkan faktor-faktor sosial. Sosiologi sastra merupakan sebuah
“telaah karya sastra yang berkaitan dengan masyarakat” menurut (Ratna,
2004:399). Strategi tersebut dilatarbelakangi oleh fakta-fakta yang menyebutkan
eksistensi karya sastra yang tidak dapat terlepas dari realitas sosial yang ada dalam
kehidupan masyarakat. Berdasarkan keadaan sosial masyarakat, berikut adalah
analisis mengenai hubungan pengarang dengan masyarakat.
Chairil Anwar menjadi pilihan salah satu dari sekian banyak penyair di
Indonesia yang peneliti pilih sebagai acuan, karena Chairil Anwar mampu
menuangkan perasaan, pikiran, bahkan mampu menunjukkan realitas nyata
dengan baik. Chairil Anwar dilahirkan pada tanggal 26 Juli 1922, di Kota Medan.
Chairil Anwar menghembuskan usiannya yang terbilang masih muda yakni 26
tahun pada tahun 1949 ditanggal 28 April dan dimakamkan di kota Jakarta.
Mendalami pendidikannya di HIS dan MULO, walaupun saat menempuh
pendidikan di MULO Chairil Anwar tidak menamatkan pendidikannya tersebut.
Chairil Anwar merupakan tipe pemuda yang lebih suka belajar sendiri dan
memiliki hobi membaca, sehingga ia memiliki kemampuan yang baik dalam setiap
tulisannya. Chairil Anwar juga merupakan pencetus penyair pada angkatan ‘45.
Karya yang dihasilkan Chairil Anwar juga banyak yang diterjemahkan ke dalam
beberapa bahasa asing, seperti bahasa Spanyol, bahasa Jerman, dan bahasa
Inggris. Selain bisa menghasilkan karya berupa sebuah puisi, Chairil Anwar juga
mahir dalam menerjemahkan hasil karya sastra asing ke dalam bahasa Indonesia.
Kumpulan karya yang dihasilkan Chairil Anwar tersebut telah diterbitkan
dalam tiga buku antologi, melingkupi: Kerikil Tajam Yang Terampas dan Yang
Putus (1949), Deru Carnpur Debu (1949). SeLain itu Chairil Anwar juga
menghasilkan karya lain berjudul Tiga Menguak Takdir, buku tersebut merupakan
buku antologi puisi yang dibuat bersama Asrul Sani dan Rivai Apin (1950).
Tulisan yang telah dihasilkan Chairil Anwar berjumlah 96 karya, telah tercatat
sebanyak 70 puisi yang membuat orang takjub dan terpukau.
Penggunaan kata yang digunakan Chairil Anwar memiliki keistimewaan
tersendiri. Chairil Anwar bisa dikatakan sebagai penyair yang besar karena semua
karya yang ia hasilkan selalu menonjolkan ciri individualis, original, dan
kepekaannya terhadap sekitar. Chairil Anwar menggunakan kata-kata kiasan yang
tajam dan menohok dalam setiap karyanya, setiap kata yang ditulis Chairil Anwar
mampu menimbulkan kesan fantasi untuk para penikmatnya. Chairil Anwar juga
menggunakan bahasa yang lugas dan lebih ekspresionis ketimbang menggunakan
kata-kata hiasan yang menurutnya tidak diperlukan. Umumnya karya yang
dihasilkan Chairil Anwar merupakan representasi sikap hidupnya sendiri yang
muncul dari gejolak jiwanya dan dituangkannya ke dalam sebuah karya. Dan yang
terakhir yaitu multi tafsir. Makna puisi yang dihasilkan Chairil Anwar tidak
mudah untuk dipahami, jadi pasti para pembaca juga akan memahami makna yang
ditemukan secara berbeda-beda.
Berdasarkan aspek-aspek yang ada, maka peneliti memilih puisi yang
berjudul Krawang-Bekasi karya Chairil Anwar untuk ditelaah. Puisi Krawang-
Bekasi ini menceritakan makna dari sebuah kejadian yang bersinggungan dengan
suatu lingkungan. Lingkungan sendiri merupakan julukan bagi seseorang yang
bertempat tinggal di sebuah daerah, dalam puisi ini seakan terselip petuah jangan
sampai kita abai terhadap asal usul, daerah, di mana sebuah insiden itu
berlangsung, sekecil apapun daerah, bila terkandung nilai histori harus tetap
dihargai sebagaimana mestinya. Di sudut kota Jakarta terdapat kota kecil yang
bernama Karawang dan Bekasi, namun di sana terdapat sesuatu hal yang ingin di
ungkap oleh Chairil Anwar di mediakan dengan puisi, yaitu makna dari sebuah
pengorbanan dan perjuangan. Dari sudut kota kecil inilah terdapat sebuah entitas
besar yang telah dikorbankan atas nama Kemerdekaan Bangsa Indonesia. Jika
disandingkan dengan Jakarta, Kerawang dan Bekasi ini tidak ada nilainya. Namun
sebaliknya, menurut Chairil Anwar dari arah Kerawang hingga Bekasi ini terdapat
nilai histori yang tercermin dalam puisi Krawang-Bekasi karya Chairil Anwar.
Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi
Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu,
Beribu(-ribu) kami berbaring antara Krawang-Bekasi.

Dapat dilihat dari beberapa larik di atas. Puisi Krawang-Bekasi karya Chairil
Anwar ini secara garis besar mengandung makna banyak dari para pejuang yang
telah berjatuhan di daerah Krawang dan Bekasi. Puisi Krawang-Bekasi karya
Chairil Anwar secara umum mendeskripsikan, menggambarkan mengenai
kejadian maupun peristiwa yang memilukan yakni sebuah pembunuhan (massal)
rakyat Indonesia yang dilakukan militer Belanda bertempat di Rawagede pada
tahun 1947. Puisi Krawang-Bekasi sendiri diciptakan Chairil Anwar di tahun 1948
penciptaan puisi tersebut dilatarbelakangi oleh gerakan hati dan kreativitas Chairil
Anwar mengenai insiden yang terjadi di sepanjang jalan kota Kerawang hingga
Bekasi. Saat itu pasukan Belanda menyerang kota Bekasi, dan masyarakat
berbondong menyelamatkan diri ke arah Kerawang, dan disepanjang Kerawang
hingga Bekasi ini muncul bentrokan, yang menimbulkan ratusan nyawa melayang
berasal dari rakyat desa Rawagede. Pasukan Belanda sampai tanggal 4 Oktober
1948 melangsungkan razia lagi yang bertempat di Rawagede, hal tersebut
menyebabkan tiga puluh lima penduduk yang nyawanya melayang sia-sia.
(Kartikasari, 2014).
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dipaparkan latar belakang alasan
yang telah dimiliki peneliti guna menganalisis puisi Krawang-Bekasi karya Chairil
Anwar dengan menggunakan kajian sosiologi karya sastra. Mendalami sebuah
karya sastra akan membawa masyarakat memahami pentingnya berkomunikasi
dengan baik sehingga dapat terpengaruh kepada hubungan sosial. Dan peneliti
memilih meneliti aspek struktural puisi dan aspek sosiologi pada judul Analisis
Sosiologi Sastra Dalam Puisi Krawang-Bekasi Karya Chairil Anwar.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka permasalahan
yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana bentuk struktur puisi pada puisi Krawang-Bekasi karya Chairil
Anwar
2. Bagaimanakah makna sosial pada puisi Krawang-Bekasi karya Chairil Anwar.

C. Tujuan Penelitian
Sesuain dengan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah.
1. Mendeskripsikan bentuk struktur puisi Krawang-Bekasi karya Chairil Anwar
2. Mendeskripsikan makna sosial yang terkandung dalam puisi Krawang-Bekasi
karya Chairil Anwar

D. Manfaat Penelitian
Sebuah penelitian dikatakan tercapai manakala dapat bermanfaat bagi para
peneliti, sehingga bisa berguna dalam penelitian-penelitian selanjutnya. Pengaruh
penelitian diharapkan mampu bermanfaat baik secara teoretis atau praktis. Adapun
manfaat tertera, sebagai berikut.

1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan bisa memperbanyak pustaka acuan bagi
ilmu sastra dan perkembangannya, khususnya pada pendekatan analisis
struktural sosiologi karya sastra.

2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi Program Studi
Sasyta Indonesia, Fakultas Adab dan Humaniora, dan Universitas Islam Negeri
Sunan Ampel Surabaya guna dapat menambah wawasan kepada para pembaca
dalam menganalisis teori struktural dan sosiologi sastra. Selain itu, penelitian
ini diharapkan dapat dimanfaatkan juga sebagai perbandingan bagi penelitian
berikutnya guna meningkatkan kemampuan dalam mengapresiasikan sebuah
karya sastra.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Biografi Singkat Chairil Anwar


Chairil Anwar dilahirkan di kota Medan tanggal 26 Juli tahun 1922. Chairil
Anwar merupakan anak tunggal dari pasangan suami-isteri yang bernama Toeloes
yang berdarah dari Taeh Baruah, Limapuluh Kota, Sumatera Barat, dan ibunya
Saleha yang berdarah dari Situjuah, Limapuluh Kota. Ayah Chairil Anwar
merupakan salah satu mantan bupati di kabupaten Riau, sebaliknya ibu Chairil
Anwar masih menyandang pertalian saudara dengan Sutan Sjahrir, seorang
Perdana Menteri kesatu di Indoneisa. Chairil Anwar dibesarkan dalam keluarga
yang cukup kacau. Ayah dan ibunya bercerai, dan ayahnya memutuskan untuk
menikah lagi. Chairil Anwar mengenyam pendidikan di HIS (Hollandsch-
Inlandsche School), tempat sekolah yang ditujukan untuk orang-orang pribumi
waktu masa penjajahan Belanda. Kemudian, setelah lulus, Chairil Anwar
melanjutkan sekolah menengah pertamanya di MULO (Meer Uitgebreid Lager
Onderwijs), namun sebelum kelulusan Chairil Anwar memutuskan untuk keluar
dari sekolah. Setelah masalah perceraian itu, selepas Chairil Anwar menempuh
pendidikan sekolah menengah atas, ia mengikuti ibunya pindah ke Jakarta.
Chairil Anwar merupakan tipe pemuda yang lebih suka belajar sendiri dan
memiliki hobi membaca, sehingga ia memiliki kemampuan yang baik dalam setiap
tulisannya.Chairil Anwar saat berusia remaja ia memutuskan untuk menulis,
namun tidak ada satupun puisi awal Chairil Anwar yang dapat ditemukan. Sejak
ke pindahan ke Jakarta bersama ibunya Chairil Anwar mulai bergaul dengan dunia
sastra. Chairil Anwar juga banyak menguasai bahasa asing seperti, bahasa Inggris,
bahasa Jerman, dan bahasa Belanda.
Identitas Chairil Anwar mulai populer dalam dunia sastra sejak tulisannya
dimuat di “Nisan Majalah” pada tahun 1942. Pada saat Chairil Anwar masih
berusia dua puluh tahun. Nyaris semua puisi yang ditulis Chairil Anwar merujuk
pada sebuah kematian. Dulu selama masih masa kolonisasi Jepang di Indonesia,
puisi-puisi Chairil Anwar masih beredar di atas kertas ekonomis dan tidak
diterbitkan hingga tahun 1945. Chairil Anwar merupakan seorang penyair besar
dan menginspirasi usaha perjuangan bangsa Indonesia untuk meloloskan diri dari
jeratan kolonialisme. Peristiwa ini tergambar pada salah satu puisi Chairil Anwar
yang berjudul “Krawang-Bekasi” yang diadaptasi dari puisi berjudul “The Young
Dead Soldiers” karya Archibald Macleish (1948). Chairil Anwar juga menulis
untuk menyuarakan dukungan kepada Bung Karno agar tetap bisa
mempertahankan proklamasi 17 Agustus 1945, tercermin pada puisi yang berjudul
“Persetujuan dengan Bung Karno”. Bahkan puisinya yang berjudul “Diponegoro”
dan “Aku” juga banyak mendapatkan pujian karena dianggap semacam puisi yang
menceritakan perjuangan. Chairil Anwar merupakan seorang penyair yang
legendaris. Ia dikenal dengan sebutan “Si Binatang Jalang” yang terdapat dalam
salah satu karyanya yang sangat fenomenal yaitu karyanya yang berjudul “Aku”.
Ia juga merupakan seorang pelopor angkatan’45 pada periodisasi sastra di
Indonesia. Chairil Anwar bersama dengan Asrul Sani dan Rivai Apin yang
mempioniri puisi modern di Indonesia.
Saat berusia dua puluh tujuh tahun Chairil Anwar sudah mengidap beberapa
penyakit, akibat gaya hidupnya yang telah berantakan. Ia meninggal diusia yang
terbilang masih muda karena penyakit TBC kronis dan sipilis yang telah
dideritanya. Chairil Anwar di makamkan di Pemakaman Umum Karet Bivak,
Jakarta. Di mana tanggal kematian Chairil Anwar tersebut diperingati juga sebagai
Hari Chairil Anwar.
Tulisan yang telah dihasilkan Chairil Anwar berjumlah 96 karya, telah
tercatat sebanyak 70 puisi yang membuat orang takjub dan terpukau. Beberapa
karya-karya yang telah dihasilkan oleh Chairil Anwar, antara Lain: Deru Campur
Debu (1949), KerikiI Tajam dan Yang Terampas dan Yang Putus (1949), Tiga
Menguak Takdir (1950) (bersarna dengan Asrul Sani dan Rivai Apin), “Aku Ini
Binatang JaIang: koIeksi sajak 1942-1949”, diedit oleh Pamusuk Eneste, kata
penutup oIeh Sapardi Djoko Damono (1986), Derai-derai Cemara (1998). Dan
ada puIa karya yang teIah diterjemahkan oleh ChairiI Anwar: PuIangIah Dia Si
Anak HiIang (1948), terjemahan karya Andre Gide, dan Kena Gempur (1951),
terjemahan karya John Steinbeck. Salah satu bukti abadinya karya Chairil Anwar,
pada tahun 2007 ia dianugerahi penghargaan dalam kategori seniman sastra oleh
Dewan Kesenian Bekasi (BKD) Award. Putrinya, Evawani Alissa Chairil Anwar
yang menerima penghargaan tersebut.

B. Deskripsi Teori
1. Pengertian Puisi
Hal pertama dalam menganalisis sebuah puisi kita perlu lebih dulu
memahami secara mendalam mengenai makna sebuah puisi. Puisi merupakan
corak sastra yang mengungkapkan hasil pikiran dan perasaan para penyair.
Puisi pada dasarnya karya sastra yang terdiri atas susunan-susunan kalimat
dan memiliki bahasa yang indah juga muncul sebuah makna yang tersurat
atau tersirat.
Secara etimologi menurut (Aminuddin, 2009: 134), istilah puisi berasal
dari bahasa Yunani, yakni poeima yang bermakna ‘membuat’ atau poesis
bermakna ‘pembuatan’. Sedangkan dalam istilah bahasa Inggris disebut
sebagai poetry atau poem. Karena puisi dapat bermakna ‘membuat’ dan
‘pembuatan’, maka pada dasarnya puisi merupakan karya yang dapat
menciptakan sebuah dunia tersendiri, yang berupa gambaran atau sebuah
pesan tertentu, baik batin maupun fisik.
Menurut Samuel Johnson, puisi merupakan sebuah pencurahan emosi
kuat yang secara spontan memuncak. Emosi tersebut akan berpadu dengan
kedamaian dalam (Tarigan, 1993: 5).
Sedangkan menurut (Waluyo, 1995: 25) puisi merupakan bentuk karya
yang mengungkapkan perasaan dan pikiran sang pengarang secara imajinatif
dikonturksi dengan memusatkan pada semua gaya bahasa dan berpusat pada
struktur fisik dan struktur batinnya.
Puisi menurut yang dikemukakan oleh beberapa ahli dari Suharianto
(2009), Jabrohim (2003), dan (Waluyo 2003) dapat disimpulkan, puisi sejati,
puisi yang dihasilkan secara kreatif berupa gambaran bagaimana pikiran dan
perasaan seorang penyair saat berpautan dengan realitas kehidupan, sehingga
pembaca dapat memahami dan menikmati hasil yang diungkapkan penyair ke
dalam bait-bait puisinya.
Dari beberapa pendapat menurut para pakar yang telah dipaparkan di
atas, maka dapat dipaparkan garis besar pengertian puisi adalah bentuk luapan
perasaan, pikiran, peristiwa atau karya imajinatif penyair yang dituangkan ke
dalam bahasa yang sangat indah dan penuh makna. Selain mengandung
ungkapan perasaan, puisi juga dapat bermakna seperti pengalaman,
semboyan, pengandaian, bahkan doa.

2. Unsur-Unsur Puisi
Unsur pembangun yang terdapat ada pada puisi tidaklah berdiri sendiri,
melainkan merupakan sebuah struktur. Bentuk batin dan fisik merupakan satu
kesatuan yang padu dan tidak dapat dipisahkan menurut (Waluyo, 1987: 25).
I.A. Richards (dalam Al-Ma’ruf dan Nugrahaini, 2017: 38) unsur yang
membentuk sebuah puisi terdiri atas struktur fisik atau bahasa atau metode
dan struktur batin atau makna atau hakikat. Struktur fisik merupakan
gambaran yang tersirat dari puisi tersebut, sedangkan struktur batin
merupakan gambaran tersurat pada puisi tersebut. Untuk mengetahui lebih
jelas mengenai struktur puisi, berikut akan diuraikan mengenai unsur
pembangun dalam puisi.
a. Struktur Fisik
1. Diksi
Unsur yang paling penting dalam sebuah puisi yaitu pemilihan
kata atau diksi. Saat menggunakan pilihan kata yang tepat, pesan pada
puisi tersebut akan disampaikan penyair dan dapat tersampaikan dapat
menyentuh perasaan para pembacanya sesuai dengan apa yang telah
diharapkan oleh penyair. Bahwa untuk mendapatkan diksi yang baik,
seorang penulis harus mencerna secara baik persoalan kata dan makna.
Penulis perlu memperluas dan mendinamiskan kosa kata, dan mampu
memilih penggunaan kata yang baik dan tepat. Pemilihan kata yang
tepat dapat mencerminkan waktu, ruang, nada, amanat, dan efek suatu
puisi dengan tepat menurut (Tarigan, 2011: 30). Melalui uraian singkat
di atas, dijelaskan kembali betapa sangat pentingnya pemilihan kata
atau diksi bagi suatu puisi.

2. Kata Konkret
Jika ada kata yang sama, namun digunakan dalam puisi yang
berbeda, maka bisa memiliki makna yang berbeda juga. Tergantung
pada keadaan dan situasi pemakaiannya. Kata konkret merupakan
pemiliha kata yang memperentarai bentuk, fisik, dan makna yang akan
sesuai dengan latarbelakang puisinya. Tidak lagi berbentuk abstrak.
Menurut (Tarigan, 1984: 32) adanya penggunaan kata konkret, para
penikmat sastra akan menganggap dirinya benar-benar bisa
mendengarkan, melihat, merasakan, dan mengalami setiap kejadian
pada sebuah puisi yang dialami oleh sang penyair.

3. Pencitraan atau imaji


Di semua puisi pasti terdapat sebuah gambaran perasaan penyair
yang dituangkan ke dalam bentuk kata-kata yang bermakna dan indah.
Wujud gambaran itulah yang menghasilkan imajinasi yang dapat
dirasakan oleh panca indra para pembaca, seperti indera penglihatan,
penciuman, pendegaran dan sebagainya. Berikutnya terdapat juga
imaji pendengaran (auditif), imaji cita rasa dirasakan atau disentuh
(taktil) dan imaji penglihatan (visual) menurut (Waluyo, 1991: 79).
Imaji ini seakan-akan membuat para pembaca dapat larut merasakan,
mendengar, dan melihat seperti yang dialami penyair.
Di setiap unsur-unsur yang terdapat dalam puisi pasti akan selalu
berhubungan erat satu sama lain, seperti pada pencitraan atau imaji,
pemilihan kata atau diksi, dan kata konkret. Dimana setiap pemilihan
kata atau diksi yang dipilih akan menghasilkan kata-kata dan kata
tersebut akan menjadi lebih konkret lalu dapat kita rasakan dan
nikmati dalam imaji pendengaran, penglihatan atau cita rasa (Waluyo,
1991: 79).

b. Struktur Batin
1. Tema (sense)
Menciptakan sebuah karya tidak bisa hanya berdasar pada
penggambaran pengalaman. Tentu saja harus memikirkan dahulu
mengenai pokok masalah yang akan dituangkan ke dalam sebuah
karya. Setiap penyair pasti memiliki konsep dalam pembuatan karya-
karyanya. Konsep utama atau ide pokok dalam karya sastra disebut
tema, menurut Cohen (Badrun, 1989: 103). Tema puisi kebanyakan
mengungkapkan mengenai persoalan yang biasa dialami oleh manusia
pada umumnya, yaitu cinta kasih, kebahagian, kesedihan, keadilan,
ketuhanan dan sebagainya. (Tardigan, 1984: 10) mengungkapkan
bahwa penyair sebenarnya ingin menyampaikan pengalaman
pribadinya pada para pembaca yang dituangkan dengan caranya
sendiri yakni menggunakan media puisi. Tema merupakan penjelasan
akan sebuah makna pada teks yang secara khusus memaparkan
sebagian unsurnya dengan cara yang amat sederhana Stanton (dalam
Nurgiantoro, 2005: 70).
Secara garis besar, tema merupakan sebuah gagasan utama yang
berisikan pokok-pokok pikiran, gambaran perasaan dari sang penyair.
Tema melingkupi segala aspek kehidupan manusia. Jika ingin
mengetahui tema yang ada pada sebuah puisi, maka kita harus bisa
menginterpretasikan dan memahami secara keseluruhan tentang puisi
tersebut.

2. Perasaan
Ungkapan-ungkapan (feeling) yang dituangkan penyair ke dalam
puisinya merupakan bentuk nyata dari perasaan sang penyair. Karena
pada setiap pembuataan sebuah puisi suasana hati penyair akan ikut
diekspresikan dan akan menghasilkan pemahaman yang tepat juga
oleh para pembacanya (Waluyo, 1991: 121). Sebanding dengan
anggapan menurut (Taridgan, 1984: 11) rasa merupakan sikap penyair
yang menghadapi suatu permasalahan yang terselip dalam puisinya.
Dalam puisi perasaan dapat diekspresikan dengan perasaan sedih,
senang, gembira, dendam, gelisah, kerinduan dan sebagainya.

3. Nada (tone)
Nada menggambarkan perilaku penyair atas para pembacanya
(Waluyo, 2005: 37). Contohnya seperti nada haru yang diciptakan
penyair akan membangkitkan suasana getir, pedih, pilu bagi hati
pembacannya. Nada gembira yang diberikan penyair akan
membangkitkan suasana riang, sejahtera. Semacam itu dan seterusnya.
Nada pada puisi akan membangkitkan suasana kepada
pembacanya. Nada kadang kala dikaitkan dengan keadaan ataupun
kondisi. Jadi, nada merupakan perilaku penyair terhadap suatu
problem dan perilaku penyair atas para pembacanya, sedangkan
suasana bermakna kondisi yang ditimbulkan oleh perasaan dengan
pengungkapan nada dan lingkungan yang bisa dicerna oleh panca
indera para pembacanya.
4. Amanat
Amanat yakni sebuah pesan, himbauan, atau maksud yang
disampaikan penyair melalui puisi-puisinya. Untuk dapat menemukan
sebuah amanat yang terkandung dalam puisi, hendaknya kita lebih
dulu mengkaji dan memahami tema, perasaan (feeling), dan nada yang
ada dalam puisi tersebut. Amanat memaksa penyair untuk
menciptakan sebuah puisi (Jabrohim, 2009: 67). Oleh karena itu, puisi
selalu mengandung pesan. Sekalipun secara sadar bisa jadi penyair
memberikan sebuah pesan, namun kebanyakan penyair tidak paham
akan pesan yang ia disampaikan (I.A. Richards dalam Waluyo, 1987:
130).
3. Makna
Puisi menggunakan perantara bahasa sebagai karya sastra yang dapat
dinikmati. Makna yang terkandung dalam puisi memiliki identitas yang
berbeda-beda antara satu dengan yang lain, tergantung bagaimana
latarbelakang penyair. Makna yang ada dalam puisi biasanya berbeda dengan
makna yang biasa kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Situasi ini
terjadi karena bahasa yang digunakan dalam puisi merupakan bahasa yang
multitafsir yang dihasilkan dari bahasa-bahasa kiasan. Dalam membuat
sebuah karya sastra, penyair diharuskan dapat memilah dan memilih kata-kata
yang tepat sehingga makna yang terkandung dalam puisi tersebut dapat
tersampaikan kepada para pembacanya.

4. Sosiologi Sastra
a. Pengertian Sosiologi
Auguste Comte dijuluki sebagai the founding fathers dalam bidang
sosiologi, sebab ia telah memadukan dua bidang sociuos (masyarakat)
dan logos (ilmu). Gabungan kata sosio dan logos diperlukan guna untuk
memperhatikan lingkungan sosial dan memper-banyak disiplin baru
dalam suatu pendekatan ilmu sosiologi. Kesusastraan dapat dipelajari
berdasarkan disiplin ilmu mengenai sosial, bisa disebut dengan sosiologi.
Sosiologi lebih ke arah faktual, sedangkan sastra lebih fiktif. Sosiologi
merupakan ilmu yang memahami apa itu pemaparan tentang tindakan
sosiaI yang ada di masyarakat.
Menurut (Soerjono Soekanto, 1990: 4) sosiologi bermakna
“berbicara mengenai masyarakat”. SosioIogi atau iImu masyarakat
merupakan iImu yang menekuni proses sosiaI dan struktur-struktur
sosiaI, termasuk metamorfosis sosiaI yang dikemukakan oleh SeIo
Soemardjan dan SoeIaeman Soemardi (daIam Soerjono Soekanto,
1990: 21).
Menurut Sapardi Djoko Damono (dalam Damono, 1978: 6) sosiologi
mengungkapkan bahwasannya sosiologi merupakaan tinjauan ilmiah dan
dan bersifat rasional yang berkenaan dengan manusia dalam masyarakat,
tentang proses sosiaI.
Pendekatan sosiologi ini bertujuan untuk menjelaskan karya sastra
berupa puisi yang kenyataannya merupakan sebuah gejala sosial dan
tidak hanya penggambaran dan merepresentasikan reaIitas sosiaI yang
banyak terjadi di kalangan rnasyarakat ternpat sebuah karya itu terbentuk,
melainkan juga merupakan persepsi pengarang terhadap realitas sosial
tersebut. Sosiologi berupaya menelusuri bagaimana membuat masyarakat
menjadi mungkin, bagaimana menghadapi masyarakat, dan dengan cara
apa ia melanjutkannya.

b. Pengertian Sastra
Segala sesuatu yang tercatat dan tertera disebut sebagai sastra.
Maksud dari penjelasan tersebut ialah sastra itu sebenarnya tidak terbatas
pada karya yang memiliki estetika yang tinggi, namun sastra dapat
diterima jika berhasil dipahami secara luas. Sastra merupakan ungkapan
yang lahir dari pribadi seseorang. Sastra merupakan ciptaan masyarakat.
Sastra pada umumnya membicarakan mengenai hidup dan kehidupan,
persoalan yang timbul pada kehidupan sehari-hari, dan lain-lain. Namun
di balik itu semua sastra juga akan memberikan pemahaman sebagai
objek yang bisa dijadikan sebagai cermin pantulan bagi masyarakat.
Gambaran mengenai persoalan kehidupan seperti inilah dituangkan
melalui imajinasi para penyair lalu jadilah sebuah karya sastra yang
populer. “Kesusastraan yakni semua karangan manusia ketika berwujud
lisan maupun tulisan yang akan melahirkan rasa keindahan” menurut
Usman Effendi.
(Ratna, 2003: 4) berpendapat bahwa sastra juga memanfaatkan
pikiran, penalaran, namun tetap dipengaruhi oleh emosionalitas.
(Fananie, 2000: 123) mencetuskan mengenai sastra yang merupakan
ekspresi yang diutarakan oleh manusia. Suatu teks bisa dikelompokkan
menjadi teks sastra jika di dalamnya mengandung nilai yang estetik.
(Fananie, 2000: 4) menjelaskan bahwa ada tiga hal mendasar tentang teks
sastra, yakni dapat menyampaikan sesuatu kepada para pembacanya
(decore), dapat menyampaikan sebuah makna melalui unsur estetika
(delectare), dan bisa mendorong para pembacanya untuk bersikap kreatif
(movere).
Menurut (Wellek dan Warren, 2016: 98) sastra sebagian besar
menyuguhkan kehidupan masyarakat yang terdiri dari realitas sosial,
walaupun karya sastra juga “bercermin” pada alam dan dunia yang
bersifat personal.
Sastra melahirkan sebuah karya yang diciptakan pengarangnya
berdasarkan imajinasi atau kejadian nyata yang dihasilkan oleh penyair
dalam kehidupan manusia.

5. Sosiologi dan Sastra


Dengan adanya penggabungan dua disipIin yang berbeda antara
sosioIogi dan sastra, secara harfiah harus disokong oleh dua konsep disiplin
yang berbeda, yakni pendekatan sosioIogi dan pendekatan sastra. Manusia
dan masyarakat merupakan sebuah objek yang tidak terlepas dari sosiologi
sastra. SosioIogi sastra merupakan sebuah pendeketan karya sastra yang
selalu memikirkan karya sastra dan faktor-faktor sosial. Sosiologi sastra
merupakan sebuah “analisis karya sastra yang berkaitan dengan masyarakat”
menurut (Ratna, 2004:399). Pendekatan tersebut memaparkan keberadaan
karya sasrtra tidak akan bisa terlepas dari realitas sosial yang terjadi di
masyarakat.
Menurut Wellek dan Warren (dalam Budiantara, 19909: 111)
mengelompokkan kajian sosioIogi menjadi tiga golongan. Yang pertama
mengenai sosiologi pengarang, pada sosiologi pengarang ini mengkaji tentang
permasalahan status sosial, ideologi politik, dan lain sebagainya. Kedua
mengenai sosiologi karya sastra, pada sosiologi karya sastra kajian ini
difokuskan mengenai permasalahan tentang sebuah karya sastra. Pokok kajian
pada bagian ini difokuskan kepada apa tujuan atau amaran yang bermaksud
disampaikan penyair terhadap para pembaca. Yang ketiga yaitu sosiologi
pembaca, pada sosiologi pembaca kajian ini akan membahas mengenai ter-
pengaruhnya para pembaca terhadap sosial masyarakat.
Sosiologi dan sastra merupakan kedua ilmu yang sama menonjolkkan
kehidupan sosial sebagai objeknya. Mungkin sedikit berbeda cara pandang
antara kedua ilmu tersebut. Pengaruh kedua ilmu kedisiplinan antara sosiologi
dan sastra bisa dilihat dari beberapa pemaparan dari (Suwandi Endaswara,
2003: 77) mengenai perbedaan kedua ilmu sosial dan sastra, yakni memiliki
jangkauan pengkajian yang ditampakkan oleh sosiologi dan sastra.
Berdasarkan melalui pendekatan sosioIogi sastra, hubungan karya sastra
dapat diIihat melalui kenyataan yang tergambar, sejauh mana karya sastra
tersebut dapat mencerminkan sebuah kenyataan. Pada kenyataannya,
fenomena sosiaI itu bersifat nyata atau konkret, bisa terjadi di lingkuan se
keliling kita, dapat diamati, difoto, lalu didokumentasikan. Biasanya, para
pengarang, fenomena tersebut diangkat dan dijadikan sebuah pustaka baru
dengan cara proes kreatif, seperti melakukan pengamatan, lalu dikaji dan
diinterpretasikan, kemudian digambarkan dengan tambahan khayalan dan
yang terakhir diulas apakah karya tersebut sudah baik dan tepat untuk
dipublikasikan untuk para pembacanya dalam bentuk karya sastra puisi.
Sebagaimana ungkapan Marx (dalam Faruk, 1994: 5) mengatakan
bahwa rnanusia harus bisa hidup Iebih dulu sebeIum ia bisa berpikir. Dengan
cara apa mereka pikirkan lalu apa pun yang akan rnereka pikirkan, secara erat
berikatan bagairnana mereka hidup. Lantaran apa yang diekspresikan rnanusia
dan proses pengekspresian bergantung pada apa dan bagaimana rnereka
hidup.
Tujuan sosiologi sastra ialah menumbuhkan pemahaman terhadap
sebuah sastra yang memiliki keterkaitannya dengan sebuah masyarakat. Karya
sastra tentu dapat diinterpretasikan secara imajinatif, namun konteks
irnajinatifnya tidak bisa dipaharni di Iuar konteks empirisnya. Karya sastra
tidak sekedar fakta personalitas, namun juga termasuk fenomena sosial
(Ratna, 2004: 11). Secara garis besar dapat dikatan bahwa sosiologi sastra
bertujuan untuk melatih para pembacanya dalam menerima setiap
permasalahan-permasalahan yang ada dalam masyarakat serta bagaimana cara
menyikapi permasalah-permasalahan yang timbul tersebut.

C. Penelitian yang Relevan


Tinjauan pustaka bertujuan untuk mengetahui keaslian sebuah penelitian.
Agar peneliti dapat memecahkan masalah pada penelitiannya, peneliti perlu
mengumpulkan literatur yang berkaitan dengan masalah yang akan ditelitinya.
Sebagai subjek referensi peneliti mengambil beberapa penelitian yang
menggunakan sosiologi dan struktural dalam teorinya.
Penelitian terdahulu diambil dari Gigih Wahyu (2012), dalam skripsinya yang
berjudul Kajian sastra bandingan Puisi ‘Kerawang-Bekasi’ karya Chairil Anwar
dan Puisi ‘The Young Soldiers’ karya Archibald Macleish. Dalam skripsinya
tersebut Gigih membahas mengenai sastra bandingan, karena pada kedua karya
tersebut memenuhi untuk dijadikan sastra bandingan dan karya tersebut rnerniliki
genre yang sarna, yaitu puisi. Adapun kedua karya tersebut juga rnerniIiki
kesamaan terna, yakni tentang kepahIawanan.
Penelitian yang dilakukan Deasy Tirayoh (2015), menganalisis Kajian
Sosiologi Sastra dalam Puisi Kandai karya Deasy Tirayoh mengungkapkan
bagaimana potret kehidupan kota Kendari melalui konteks sosial pengarang, sastra
sebagai cermin masyarakat dan fungsi sosial yang merujuk pada aspek sosiologi
sastra. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ratna (2004), Wellek dan
Warren (1995), Damono (1989). Menggunakan metode penelitian deskriptif
kualitatif.
Moh. Kafid Fauzi dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Nusantara PGRI Kediri dalam skripsinya tahun 2018 menganalisis Aspek
Struktural Puisi dan Aspek Sosiologi dalam Kumpulan Puisi Aku Ingin Jadi Peluru
karya Wiji Thukul dalam Kajian Sosiologi Sastra mendeskripsikan mengenai aspek
struktural dan aspek sosiologi dalam kumpulan puisi Aku Ingin Jadi Peluru karya
Wiji Thukul. Teori yang digunakan dalam penilitian ini adalah Waluyo (2009),
Ratna (2013), Nurgiantoro (2010), Kasnadi (2009). Penelitian ini menggunakan
metode kualitatif.
Berdasarkan uraian telaan kajian terdahulu, diperoleh persamaan dan
perbedaan dalam penelitian ini. Persamaan tersebut ialah membahas mengenai
aspek sosiologi dalam puisi, namun menggunakan objek penelitian yang berlainan.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis peneIitian ini dilakukan dengan rnenggunakan rnetode penelitian
deskriptif kuaIitatif, dengan memaparkan data-data yang ditemukan dalarn objek
peneIitian ini. Setelah menguraikan hasil data yang ditemukan, selanjutnya
melakukan analisis dalam bentuk deskripsi sesuai dengan konteksnya. Menurut
Ratna (2001: 53) metode deskriptif analitik ialah metode yang dilakukan dengan
cara mendeskripsi fakta yang ada lalu ditambah dengan menganalisis dengan tepat.
Menurut Sutopo (2006: 40) metode deskriptif kualitatif merupakan sebuah
penelitian yang mengimplikasikan ontlogis, data yang terkumpul seperti kata-kata
maupun kalimat yang memiliki makna serta dapat menimbulkan pemahaman yang
lebih nyata daripada hanya membuat sangkaan.
Pendekatan kualitatif suatu pendekatan yang tidak memerlukan perhitungan
dalam data (Krik dan Milter dalam Moleong, 1999: 2). Penggunaaan pendekatan
deskritif kualitatif karena data yang dikaji berupa teks sastra dan menggunakan
media audio-visual yang berupa kalimat dan tidak ada data berupa angka. Penelitian
kualitatif lebih merujuk pada makna. Penelitian ini dimaksudkan untuk memahami
seluruh kata-kata yang ada dalam setiap bait serta representasi makna yang terdapat
dalam puisi ‘Krawang-Bekasi’ karya Chairil Anwar yang merujuk pada aspek
sosiologi sastranya.

B. Data dan Sumber Data


Data pada peneIitian sastra merupakan bahan peneIitian yang terdapat dalarn
sebuah karya sastra yang akan diteIiti (Sangidu, 2004: 61). Data yang terkumpul
dan yang akan dikaji dalarn peneIitian ini merupakan data kualitatif. Data dalam
penelitian ini yakni berupa catatan mengenai data-data yang diperoleh dari puisi
Krawang-Bekasi karya Chairil Anwar berupa unsur pembangun yang ada pada
sebuah puisi, serta kajian mengenai sosiologi sastra, yakni berupa kata, frasa,
maupun larik yang mengandung makna representasi.
Sumber data merupakan hal yang penting yang harus diperhatikan. Puisi yang
berjuduI Krawang-Bekasi karya Chairil Anwar yang ditulis pada tahun 1949.
Barawidjaja, Jilid 7, No 16 Tahun 1957. Krawang-Bekasi merupakan salah satu
karya Chairil Anwar yang mengungkapkan perasaannya atas peperangan
memerangi tentara Belanda. Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan
dengan membaca berulang-ulang karya sastra berupa puisi yang berjudul Krawang-
Bekasi karya Chairil Anwar, dengan melakukan pembacaan berulang dapat
mempermudah saat melakukan proses analasis data. Terdapat dua jenis sumber
data, yakni sumber data primer dan sumber data sekunder. Data primer merupakan
data utama yakni berupa puisi Krawang-Bekasi karya Chairil Anwar. Sedangkan
pada data sekunder penelitian ini diperoleh dari buku maupun literatur, yang dapat
mendukung data primer.

C. Langkah-langkah Penelitian
1. Observasi
Observasi merupakan metode pengumpulan data yang ditujukan untuk
menggabungkan data penelitian menurut Bungin (2007: 115). Pada penelitian
ini dimaksudkan agar memperoleh data yang diingkan berdasar dengan analisis
yang digunakan, ada beberapa tahapan dalam obserasi, yakni:
1) Menentukan tujuan melakukan observasi. Tujuan observasi pada penelitian
ini untuk mendeskripsikan bentuk struktur pada puisi dalam puisi Krawang-
Bekasi karya Chairil Anwar.
2) Menemukan dan menentukan uang merepresentasikan makna yang terdapat
dalam puisi Krawang-Bekasi karya Chairil Anwar.

2. Pengumpulan Data
Penelitian ini merupakan penelitian pustaka literatur. Data dapat ditemukan
dari data prirner dan data sekunder. Data primer berupa proses membaca
berulang-ulang dengan mencatat poin-poin yang penting, sedangkan data
sekunder merupakan pustaka literatur. Teknik pustaka literatur dalam
penelitian ini bertujuan untuk menguraikan data-data yang dicatat, yakni
berupa deskripsi mengenai bentuk struktur yang ada pada puisi dan makna
sosiologis yang terdapat dalarn puisi Krawang-Bekasi karya Chairil Anwar,
lalu mengolah hasil data tersebut dan kemudian memeriksa kembali data yang
terkumpul maka kemudian akan menganalisis.

3. Pengelompokan Data
Data yang sudah ditemukan selanjutnya diidentifikasi atau dikelompokkan.
Proses identifikasi data yakni menganalisis setiap kata, frasa, maupun larik
yang terdapat pada puisi Krawang-Bekasi karya Chairil Anwar agar dapat
mengungkapkan makna sosiologis yang terkandung dalarn puisi Krawang-
Bekasi karya Chairil Anwar. Identifikasi adalah kegiatan yang mencari,
menemukan, mengumpulkan, meneliti, mendaftarkan, mencatat data dan
informasi.

4. Analisis Data
AnaIisis yang digunakan pada peneIitian ini berupa anaIisis deskriptif kualitatif
puisi Krawang-Bekasi karya Chairil Anwar. Setelah mengumpulkan data-data
yang telah ditemukan, selanjutnya mengolah hasil data tersebut lalu memeriksa
kembali data yang terkumpul maka kemudian bisa melakukan proses analisis.
Data yang berhasil ditemukan harus diusahakan kebenarannya, karena itu pada
setiap peneIitian harus dapat rnenentukan cara tepat untuk rnengernbangkan
data yang diperoIeh. AnaIisis data dalarn peneIitian ini rnenggunakan teori
pendekatan struktuaI yang berupa unsur pembangun dalam sebuah puisi yang
meliputi, (1) Struktur fisik terdiri dari diksi, kata konkret, pencitraan atau imaji.
Sedangkan (2) Struktur batin terdiri dari tema, perasaan, nada, dan amanat.
Setelah menggunakan pendekatan struktural, penulis akan mendalami puisi
tersebut dengan menggunakan teori pendekatan sosiologi sastra, hal tersebut
dilakukan agar peneliti dapat mengungkapkan makna sosiologis yang terdapat
dalam puisi Krawang-Bekasi karya Chairil Anwar. Hasil analisis akan
disajikan dalam bentuk paparan.

5. Penyimpulan Data
Pada tahap terakhir dalam langkah-langkah penelitan yakni berupa penarikan
simpulan dari seluruh data yang ditemukan pada hasiI peneIitian. Penarikan
simpulan berdasarkan pada hasil yang diperoleh dalam menganalisis data-data.
Penarikan kesimpulan ini merupakan tahap terakhir dari proses analisis.
Kesimpulan ini akan menjadi data akhir dari pengolahan data yang terkait
dengan objek penelitian si peneliti berupa deskripsi mengenai aspek sosiologis
yang terdapat dalam puisi Krawang-Bekasi karya Chairil Anwar.

Anda mungkin juga menyukai