Anda di halaman 1dari 5

Nama : Nizar Eksa Destari

Kelas : XI MIPA 5

Kisah Hidup Chairil Anwar, Si Binatang Jalang

Identitas Buku
Judul Buku :Aku Ini Binatang Jalang
Nama Pengarang : Chairil Anwar
Nama Penerbit:PT Gramedia Pustaka Utama
Ketebalan Buku : 111 halaman
Tahun Terbit : 2004
ISBN : 978-979-22-7277-2

Pendahuluan
Terinspirasi dari frasa “ibadah puasa”, Joko Pinurbo alias Jokpin lantas mengubahnya
dengan membentuk “ibadah puisi”. Puisi atau berpuisi diartikan juga sebagai bagian dari
ibadah. Joko Pinurbo adalah penyair sekaligus sastrawan kelahiran Pelabuhan Ratu,
Sukabumi, 11 Mei 1962. Menyelesaikan pendidikan terakhirnya di IKIP/Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta. Kegemarannya berpuisi ditekuninya sejak di SMA. Kepenyairannya
mulai dikenal setelah ia menerbitkan kumpulan puisi “Celana” (1999). Sejak itu buku-buku
puisinya berlahiran.

Selamat Menunaikan Ibadah Puisi adalah buku puisi kesekian Joko Pinurbo. Puisi-
puisi dalam buku ini terdiri dari 121 puisi yang merupakan puisi-puisi Joko Pinurbo dari
tahun 1989-2012. Dalam bukunya Joko Pinurbo menampilkan puisi-puisi yang sangat
sederhana. Diksi-diksi yang mudah dimengerti pembaca dan tentu saja makna-makna
tersembunyi dalam setiap puisinya tak sulit untuk diterka pembaca. Joko Pinurbo seakan
mengajak pembaca untuk larut dalam pesan-pesan puisinya yang sarat makna menyindir,
namun tetap berunsur humor.

Isi Resensi

Buku kumpulan puisi berjudul “Aku ini Binatang Jalang” yang dikarang oleh Chairil Anwar
ini merupakan kumpulan puisi sejak tahun 1942 sampai tahun 1949 dengan 80 puisi beserta 2
puisi saduran. Pada tahun 1942, Chairil Anwar memulai dengan puisinya yang berjudul
“Nisan” dan yang terakhir pada tahun 1949, Chairil Anwar mengakhiri buku kumpulan
puisinya dengan puisi yang berjudul “Aku Berada Kembali”. Namun adapula catatan kecil
dari editor yang terdapat pada halaman ix, di halaman tersebut editor mengulas tentang
berbagai karya Chairil Anwar yang memiliki banyak versi. Puisi - puisi yang memiliki
banyak versi tersebut antara lain dalam puisi berjudul “Aku” dan “Sajak Putih.”

Dalam menyusun buku ini, editor menyusun puisi – puisinya secara kronologis. Selain itu,
dalam buku ini editor juga menambahkan dua buah sajak saduran yang ada pada halaman 107
– 108 dan juga memuat surat – surat pendek Chairil kepada Jassin yang dimuat secara
lengkap pada halaman 111 yang inti dari surat-suratnya adalah kemauan Chairil untuk
totalitas dalam berkarya sebagai seniman. Kemudian buku ini ditutup dengan bibliografi
mengenai Chairil Anwar dan karyanya serta biografi Chairil Anwar.

Unsur yang Membangun Puisi

STRUKTUR FISIK

a. Tipografi

Tipografi merupakan bentuk fisik atau penyusunan baris-baris dalam puisi. Peranan tipografi
dalam puisi adalah untuk menampilkan aspek artistik visual dan untuk menciptakan nuansa
makna tertentu. Selain itu, tipografi juga berperan untuk menunjukan adanya loncatan
gagasan serta memperjelas adanya satuan-satuan makna tertentu yang ingin dikemukakan
penyair.

Chairil Anwar pun menulis puisi ini dengan konsisten. Yaitu dengan menempatkan huruf
kapital pada setiap baris dalam puisi.

b. Diksi (Pemilihan Kata)

Diksi, yaitu pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi
adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-kata dapat mengungkapkan banyak hal, maka
kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya
dengan makna, keselarasan bunyi, dan urut puisinya.

c. Pengimajian

Imaji, yaitu kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi,
seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji dapat dibagi menjadi tiga, yaitu imaji
suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji
dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, medengar, dan merasakan seperti apa
yang dialami penyair.

Dalam puisi-puisinya, Chairil Anwar tidak memunculkan teknik imaji yang dominan. Hanya
saja dengan kelebihannya, Chairil Anwar masih saja mampu membuat pembaca merasakan
apa yang ia rasakan.

d. Kata Kongkret

Kata kongkret, yaitu kata yang dapat ditangkap dengan indera yang memungkinkan
munculnya imaji. Kata-kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Misal kata
kongkret “salju: melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll., sedangkan kata
kongkret “rawa-rawa” dapat melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan,
dll.

Dalam setiap penulisan puisinya, Chairil Anwar selalu memunculkan kata konkret sebagai
ciri khasnya.

e. Gaya Bahasa

Penyair menggunakan bahasa yang bersusun-susun atau berpigura sehingga disebut bahasa
figuratif. Bahasa figuratif menyebabkan puisi menjadi prismatis artinya memancarkan banyak
makna atau kaya akan makna. Bahasa figuratif ialah bahasa yang digunakan penyair untuk
mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak langsung
mengungkapkan makna. Kata atau bahasanya bermakna kias atau makna lambang.

f. Rima dan Irama

Rima adalah persamaan bunyi pada puisi, baik di awal, tengah, dan akhir baris puisi.
Sedangkan irama adalah lagu kalimat yang digunakan penyair dalam mengapresiasikan
puisinya.

STRUKTUR BATIN

a. Tema
Media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka
puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan. Dalam
kumpulan puisi Chairil Anwar, sebagian puisinya berkisah tentang pengalaman pribadinya,
percintaan dengan kekasihnya, dan perenungan – perenungan eksistensialnya tentang
kehidupan, ibu, pemberontakan, individualisme, dan terlebih lagi tentang kematian.

b. Rasa

Rasa merupakan salah satu unsur isi yang dapat mengungkapkan sikap penyair pada pokok
persoalan puisi. Puisi Chairil Anwar merupakan eskpresi jiwa penyair yang menginginkan
kebebasan dari semua ikatan.

c. Nada

Nada merupakan unsur isi yang menggambarkan sikap penyair kepada pembacanya. Puisi
Chairil menunjukkan betapa tidak pedulinya Chairil dengan semua orang yang pernah
mendengar atau pun membaca puisinya, entah itu baik, atau pun buruk. Disamping Chairil
ingin menunjukkan ketidakpeduliannya kepada pembaca, dalam puisinya juga terdapat pesan
lain dari Chairil, bahwa manusia itu adalah makhluk yang tak pernah lepas dari salah.

Kelebihan Buku

Warna sampul buku sesuai dengan ciri-ciri Chairil Anwar yang suka berkarya tentang
kematian dan kegelapan. Chairil juga mati muda, seolah-olah dia tahu dia tak hidup lama.
Jadi, penggunaan warna huruf merah dan hitam, sampul buku abu-abu dan ilustrasi wajah
Chairil di tengah-tengah memberi makna yang sesuai untuk menarik perhatian pembaca.

Jenis kertas yang tebal juga jenis huruf yang pas membuat pembaca nyaman. Terdapat
footnote pada sajak-sajak. Sajak juga disusun dengan baik, jarak antara tulisan juga tak
mengundang gangguan sekalipun ukuran huruf kecil.

Apa yang menarik tentang buku ini ialah surat karangan Chairil kepada sahabatnya.
Walaupun sekedar surat, penggunaan surat tersebut sangat puitis dan bisa dibilang sebagai
sajak walaupun Chairil menyebut dalam suratnya "masih beberapa tingkat percobaan musti
dilalui dulu, baru terhasilnya sajak-sajak sebenarnya."

Buku ini mengandung banyak frasa inspirasi, perincian dari Chairil yang menarik perhatian
penulis luar untuk mengkaji dan menerbitkan semula karyanya dalam bahasa yang berbeda.

Kekurangan Buku
Pemilihan kata atau diksi yang digunakan penulis dalam buku ini bisa saja
menciptakan keremangan dan kerentanan daya tangkap pembaca. Meskipun memang, pesan
tersurat tidak sama dengan yang tersirat. Karena itu, pembaca perlu menghayati atau ambil
bagian di dalamnya.

Kesimpulan

Aku Ini Binatang Jalang merupakan kumpulan puisi-puisi dari pujangga era 45 yaitu Chairil
Anwar. Puisi – puisi yang berada di sini kebanyakan berisikan semangat untuk tetap mencintai
Indonesia dan tetap berjuang demi Indonesia. Buku ini sangat cocok bagi nasionalis yang ingin
mengetahui pandangan era 45 melalui sisi pandang seorang pujangga seperti Chairil Anwar. Buku ini
juga sangat wajib punya untuk orang-orang yang mencintai sastra.

Anda mungkin juga menyukai