Anda di halaman 1dari 8

Judul Buku : Pemenang Di Atas Pemenang

Pengarang : Ahmad Saiful Islam


Penerbit : Elex Media Komputindo
Tahun Terbit : 2013
Tebal Halaman : ix + 202 halaman

Sinopsis Buku
Buku ini membahas tentang bagaimana seorang pemenang berpikir,
bagaimana cara seorang pemenang beraksi, bagaimana cara seorang
pemenang menyikapi keadaan di lingkungan sekitar. Dimana
masyarakat harus dapat merubah mind set, tidak hanya yang kaya yang
dapat berkuasa yang mempunyai harta dapat bebas membeli segalanya.

Namun masyarakat biasa bahkan kalangan bawah juga dapat menjadi


penguasa yang mempunyai tahta dan harta. Karena dengan tekad dan
usaha, kita dapat mencapai apa yang kita inginkan. Kita juga harus
berfikir think out of the box . Jika seseorang ingin meraih kesuksesan
penting untuknya keluar dari zona nyaman atau kebiasaan yang selalu
dilakukan.

Dan tidak semua hal dipandang ketika telah menjadi sebuah hasil, kita
juga memerlukan latihan. Latihan itu berupa proses menuju kesuksesan,
tidak ada manusia yang secara tiba-tiba bisa menjadi sukses tanpa
adanya proses perjalanan panjang kecuali mereka yang berlatar belakang
mempunyai kekayaan berlebih.

Bayangkan saja jika seorang David Beckam yang sekarang telah sangat
sukses dalam bidang olah raga sepak bola. Namun dia selalu melakukan
Free Kick 700 kali per hari, proses itulah yang membuat dia menjadi
pemain sepak bola hebat.

Untuk menuju kesuksesan seseorang dirasa memerlukan penasihat untuk


dirinya, namun tidak semua nasihat baik dan harus kita ikuti. Kita
sendiri juga harus pandai menyikapi hal ini. Apakah nasehat yang
diberikan orang lain itu baik untuk diri kita sendiri atau malah lebih baik
memilih keputusan terbaik sendiri tanpa nasehat orang lain?

Di zaman teknologi yang semakin menjamur ini mengharuskan kita


untuk berpikir lebih cerdas dan kreatif. Bagaimana cara menyikapi
persaingan teknologi yang ada di lingkungan sekitar. Tidak hanya
kreativitas yang dapat dituntut dalam menyikapi hal tersebut namun
sikap ikhlas membuat kreativitas semakin meningkat.

Ketika seseorang memulai sebuah perbuatan dengan ikhlas pasti akan


ada penyelesaiannya. Di saat itu kita telah dapat menyikapi pertumbuhan
dan perkembangan teknologi pada lingkungan sekitar. Kita pasti tahu
kebutuhan apa saja yang diperlukan untuk lingkungan sekitar. Setelah
kita tahu apa kebutuhan tersebut tinggal bagaimana cara kita menyikapi
hal tersebut dan mengembangkan ide untuk mengimplementasikannya.

Secara umum, buku ini membahas tentang dasar-dasar dari cara


seseorang menjadi sukses. Mulai dari cara menyelesaikan permasalahan
real pada kehidupan. Cakupan yang ada di dalam buku ini dapat
diimplementasikan oleh semua kalangan mulai dari kalangan menengah
kebawah, mahsiswa. Di Dunia ini ada banyak para pemenang namun
masih banyak yang menjadi pemenang di atas para pemenang.

Pada bab tujuh ini anggaplah yang menjadi sebagai pemenang di atas
pemenang itu ialah diri kita,

“Kalau Kita terlahir miskin bukan salah Kita, tapi kalau Kita mati
miskin, itulah salah Kita”. So, Don’t give to live this life, there’s a
will there’s a way .

ingatlah bahwa Allah berfirman dalam QS.13; AL-RA’AD ayat 11:

“sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum kecuali


kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka.”

Saya yakin dan percaya dengan adanya buku ini mampu menyadarkan
para pembaca untuk selalu berusaha menjadi pemenang di atas
pemenang, dengan membaca buku ini, kita dapat berpikir ulang
mengenai masa depan.
Kekurangan Buku: Ada beberapa penggunaan kata yang kurang tepat
contoh “saat saya usia 21 tahun” sebaiknya menjadi “ saat saya berusia
21 tahun atau saat usia saya 21 tahun”, ada juga beberapa bahasa yang
kurang dimengerti dan tidak ada footnote/catatan kaki.

Kelebihan Buku: Dapat memberikan motivasi kepada para pembaca,


banyak gambar di dalam buku ini, covernya juga menarik minat
pembaca, kertas dan cetakannya bagus dan menarik.
Judul novel : Rindu

Pengarang : Darwis Tere Liye

Penerbit : Republika

Tahun terbit : 2014

Tebal buku : 544 halaman

Sinopsis

“Apalah arti memiliki, ketika diri kami sendiri bukanlah milik kami?

Apalah arti kehilangan, ketika kami menangis terluka atas perasaan yang
seharusnya indah? Bagaimana mungkin, kami terduduk patah hati atas
sesuatu yang seharusnya suci dan tidak menuntut apapun?
Wahai, bukankah banyak kerinduan saat kami hendak melupakan? Dan
tak terbilang keinginan melupakan saat kami dalam rindu? Hingga rindu
dan melupakan jaraknya setipis benang saja.”

Novel ini bercerita tentang perjalanan panjang sebuah kerinduan.


Perjalanan kerinduan yang membawa banyak hal yang terbeban di hati.
Mulai dari bagaimana ia menghadapi perjalanan dengan penuh dosa di
masa lalu. Lalu seseorang yang melakukan perjalanannya dengan penuh
kebencian. Ada punya dia yang kehilangan cintanya menjadi sebab
mengapa ia melakukan perjalanan ini.

Cerita berlatar waktu pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Yakni


pada masa ketika Belanda masih menduduki Indonesia. Pada masa itu,
pemerintah Hindia Belanda memberikan layanan perjalanan haji untuk
rakyat pribumi yang memiliki cukup uang. Perjalanan dilakukan lewat
laut yakni menggunakan kapal uap besar yang merupakan
perkembangan teknologi transportasi tercanggih pada masa itu. Salah
satu kapal yang beroperasi untuk melakukan perjalanan haji ini adalah
Blitar Holland. Di kapal besar inilah segala kisahnya dimulai.

Tere Leye meracik cerita dengan begitu menarik. Belum lagi dengan
nuansa latar yang berbeda seperti kehidupan di atas kapal uap besar. Di
atas kapal juga terjadi interaksi sosial antar penumpang kapal. Juga
terdapat fasilitas-fasilitas umum seperti kantin, masjid, dan tukang jahit
kapal.

Diceritakan mengenai keluarga Daeng Andipati yang terdiri orang tua,


seorang pembantu rumah tangga, serta dua anak yang mengikut
perjalanan haji ini, yakni Anna dan Elisa. Mereka menjalani lamanya
waktu perjalanan haji dengan riang gembira. Seakan tidak pernah
mengerti tentang apa yang terpendam di hati Daeng, ayah mereka.

Ada pula tokoh yang bernama Ambo Uleng. Dia adalah seorang pelaut.
Hampir seluruh hidupnya dihabiskan di atas lautan. Ambo Uleng
rupanya menuruni sifat ayahnya yang seorang pelaut juga. Ia menaiki
kapal Blitar Holland tidak dengan tujuan apapun. Tidak untuk bekerja,
mengumpulkan uang, atau apapun. Ia hanya ingin pergi sejauh-jauhnya
meninggalkan tanah Makassar yang ia jalani melalui kisah pilunya.

Di sisi lain, ada seorang keturunan Cina. Ia sering mengajari ngaji anak-
anak di mushola kapal sepanjang perjalanan haji. Anak-anak biasa
memanggilnya Bonda Upe. Bonda Upe ini rupanya sedang memendam
masa lalunya sebelum memeluk Islam. Hingga tiap malam ia selalu
menangisi dosa-dosanya yang dulu.

Dari sini pula diceritakan Gurutta Ahmad Karaeng, ulama tersohor asal
Makassar yang mengikuti perjalanan haji. Beliau rutin melaksanakan
solat berjamaah bersama penumpang lain. Secepat itu pula Gurutta
meminta izin kepada kapten untuk mengadakan pengajian di atas kapal.
Beliau adalah sosok yang selalu memberikan jawaban terbaik atas
pertanyaan orang-orang. Namun ternyata ia sendiri telah memendam
lama sebuah pertanyaan yang tak mampu seorang pun menjawab.
Kelebihan dan kekurangan buku

Adapun kelebihan buku ini adalah alur ceritanya yang begitu menarik
dan mengalir untuk dibaca. Juga menyajikan nuansa latar yang berbeda.
Yakni peristiwa kehidupan yang terjadi di atas kapal ibarat kapal uap
besar itu adalah sebuah kampung. Sedang kekurangan buku ini terletak
pada sampul buku yang kurang begitu menarik. Tidak sebanding dengan
isinya yang begitu menarik untuk dibaca.

Anda mungkin juga menyukai