Anda di halaman 1dari 13

ARTIKEL ILMIAH

KAJIAN BIOGRAFIS PADA KUMPULAN PUISI AKU INI


BINATANG JALANG KARYA CHAIRIL ANWAR

Untuk memenuhi tugas mata kuliah yang dibina oleh


Dosen pembimbing : Dr. Muakibatul Hasanah, M.Pd.

Disusun oleh Kelompok 2:


Ainun Nihaya Iswoyo (180211604504)
Hanum Lathifah (180211604532)
Madu Trisna Devi (180211604524)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS SASTRA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA
INDONESIA DAN DAERAH
MALANG, 18 NOVEMBER 2019
KAJIAN BIOGRAFIS PADA KUMPULAN PUISI AKU INI
BINATANG JALANG KARYA CHAIRIL ANWAR

Ainun Nihaya Iswoyo, Hanum Lathifah, Madu Trisna Devi


Jurusan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Malang

ABSTRAK
Kajian ini membahas tentang pengaruh kehidupan seorang pengarang
puisi yakni Chairil Anwar dalam kumpulan puisinya berjudul Aku Ini
Binatang Jalang. Melalui kajian biografis ini pembaca akan tahu
bagaimana hubungan biografi pengarang terhadap karya sastranya.
Tujuan dari kegiatan ini adalah mengetahui makna atau isi dari puisi dan
mengetahui latar belakang Chairil Anwar dari aspek biografinya yang
terkait dengan karya puisinya. Langkah-langkah yang digunakan untuk
mengkaji puisi tersebut dibagi menjadi empat tahapan : (1) Memilih puisi
dari buku kumpulan puisi, (2) Memaknai isi puisi, (3) Mencari info
tentang latar belakang penulis, (4) Menghubungkan makna atau isi puisi
dengan info biografi diluar puisi. Dengan kajian biografis akan diketahui
informasi biografi pengarang yang berkaitan dengan isi puisi.

Kata kunci : kajian biografis, Chairil Anwar, karya sastra, puisi

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Berdasarkan buku karya Edraswara (2008:29) yang berjudul “Metodologi
Penelitian Sastra”, pendekatan ekspresif lebih memandang karya sastra sebagai
ekspresi dunia batin pengarang. Karya sastra diasumsikan sebagai curahan
gagasan, angan-angan, cita-cita, citarasa, pikiran, kehendak, dan pengalaman dari
pengarang. Pengalaman pengarang menjadi salah satu pendorong yang kuat dalam
lahirnya beberapa karya sastra. Tentu saja, pengalaman yang diambil merupakan
pengalaman yang sudah terjadi cukup lama dihidup pengarang dan berhasil
dilewati dengan baik.
Oleh karena itu, pendekatan ekspresif lebih mendasar pada aspek latar
belakang pengarang, kepribadian pengarang, dan hal ihwal yang melingkupi
kehidupan pengarang. Hal tersebut yang nantinya akan diungkap pengkaji dengan
tujuan untuk melengkapi pehamannya tentang karya sastra yang telah dihasilkan
pengarang. Untuk itu, jika pengarang masih hidup, pengkaji bisa menanyakan
secara langsung lika-liku proses pembuatan karya sastra sampai terciptanya karya
sastra tersebut. Namun jika pengarangnya sudah meninggal, pengkaji bisa
memanfaat biografi pengarang.
Berdasarkan buku karya Tarigan (2015:221) yang berjudul “Prinsip-
prinsip Dasar Sastra”, tugas pokok kritik biografis menurut Shipley (1962:87)
adalah menentukan hubungan yang signifikan antara pengarang dengan karyanya,
menentukan genesis atau asal usul, kekuatan yang mendorong, ataupun tujuan
konkret dari suatu karya. Menurut Tussa’diah & Hadiningrum (2018) kritik sastra
biografis adalah praktik menganalisis karya sastra melalui lensa pengalaman
penulis.
Hasil penelitian Tussa’diah (2018) dan Hadiningrum (2018 ) menyatakan
bahwa dalam kritik sastra biografis ini, kritikus akan menganalisis bagaimana
sebuah karya sastra tersebut mencerminkan karakteristik, kepribadian,
psikologis
pengalaman hidup, dan dinamika penulis. Sehingga menghasilkan teori
bahwa agar dapat memahami sebuah karya sastra pembaca juga memerlukan
pengetahuan tentang fakta atau pengalaman biografis penulis. Kritik sastra
biografis ini memberikan bantuan secara praktis pada pembaca dalam memahami
makna yang halus pada sebuah karya namun penting untuk dipahami.
Hal-hal tersebut yang mendorong kami untuk melakukan kajian
pendekatan ekspresif biografis pada kumpulan puisi “Aku Ini Binatang Jalang”
karya Chairil Anwar. Karena kumpulan puisi ini diciptakan berdasarkan realita
kehidupan Chairil Anwar. Ada puisi yang bermaksud pemberontakan,
mengungkapkan kegelisahan sang pengarang, dan juga bermaksud sebagai
penyemangat. Chairil Anwar merupakan seorang penyair kelahiran Medan, 26 Juli
1992. Beliau merupakan seorang penyair dari Angkatan ’45 dan dinobatkan oleh
H.B Jassin sebagai pelopor Angkatan ’45 sekaligus puisi modern Indonesia.
Beberapa puisinya berlatar belakang pada kisah-kisah kehidupannya yang tidak
semulus anak tunggal lainnya.

Teori
Pendekatan Ekspresif didefinisikan karya sastra sebagai ekspresi atau curahan,
atau ucapan perasaan, atau sebagai produk imajinasi penyair yang
beroperasi/bekerja dengan pikiran-pikiran, perasaan; kritik itu cenderung
menimbang karya sastra dengan kemulusan, kesejatian, atau kecocokan vision
pribadi penyair atau keadaan pikiran, dan sering kritik ini mencari dalam karya
sastra fakta-fakta tentang watak khusus dan pengalaman-pengalaman penulis,
yang secara sadar ataupun tidak, telah membukakan dirinya dalam karyanya
tersebut (Pradopo, 1997:193).
Model biografis dianggap sebagai pendekatan yang tertua. Pendekatan
biografis merupakan studi yang sistematis mengenai proses kreativitas. Subjek
kreator dianggap sebagai asal usul karya sastra, arti sebuah karya sastra. Penelitian
harus mencantumkan biografi, surat-surat, dokumen penting pengarang, foto, dan
wawancara langsung dengan pengarang (Wellek dan Warren, 1962:75).
Karya sastra pada gilirannya identik dengan riwayat hidup, pernyataan-
pernyataan pengarang dianggap sebagai suatu kebenaran, biografi,
mensubordinasikan karya. Oleh karena itu pendekatan biografis sesungguhnya
merupakan bagian penulisan sejarah, sebagai historiografi (Kutha Ratna,
2004:56).
Pendekatan biografis menyarankan pada perlunya suatu apresiasi terhadap
gagasan-gagasan dan kepribadian pengarang untuk memahami obyek literer. Atas
dasar pendekatan ini, karya seni dipandang sebagai refleksi kepribadian
pengarang, yang atas dasar pengalaman estetis pembaca dapat menangkap
kesadaran pengarangnya dan yang setidak-tidaknya. Sebagian respon pembaca
mengarang kepada kepribadian pengarangnya (Rohrberger dan Woods, 1971:8).
Tujuan
Tujuan melakukan kajian biografis pada kumpulan puisi “Aku Ini
Binatang Jalang” karya Chairil Anwar yaitu sebagai berikut.
1) Mengetahui makna atau isi dari puisi
2) Mengetahui latar belakang Chairil Anwar dari aspek biografinya yang
terkait dengan karya puisinya

Langkah-langkah
Dalam mengkaji biografis pada kumpulan puisi “Aku Ini Binatang Jalang”
karya Chairil Anwar didasarkan pada teori pendekatan biografis menurut
Rohrberger dan Woodes (1971:8) bahwa Pendekatan biografis menyarankan pada
perlunya suatu apresiasi terhadap gagasan-gagasan dan kepribadian pengarang
untuk memahami obyek literer. Atas dasar pendekatan ini, karya seni dipandang
sebagai refleksi kepribadian pengarang, yang atas dasar pengalaman estetis
pembaca dapat menangkap kesadaran pengarangnya dan yang setidak-tidaknya.
Sebagian respon pembaca mengarang kepada kepribadian pengarangnya.

Kajian puisi dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1) Memilih puisi dari buku kumpulan puisi


2) Memaknai isi puisi
3) Mencari info tentang latar belakang penulis
4) Menghubungkan makna atau isi puisi dengan info biografi diluar puisi

PEMBAHASAN

a. Puisi Aku
1. Makna Puisi
Makna dari puisi “Aku” karya Chairil Anwar pada judul
puisi tersebut bermakna aku liris sedangkan bait pertama adalah
jika sudah sampai waktunya aku liris tidak mau siapapun
mempengaruhinya termasuk kau liris, aku liris juga tidak
menginginkan kesedihan. Pada bait kedua puisi tersebut maknanya
adalah aku liris mengakui dirinya berperilaku bebas yang berasal
dari lingkungan yang tersisihkan namun semua rintangan akan
dihadapinya. Dalam bait ketiga maknanya adalah semua rintangan
yang terjadi pada aku liris akan selalu selalu ditentang dan
dibawanya, aku liris pun tidak perduli tentang semua omongan
orang lain namun yang aku liris katakan adalah karyanya akan
tetap ada sampai kapanpun.

2. Informasi tentang penulis pada saat menulis puisi “Aku” bulan


Maret 1943
Pada bulan Maret 1943 keadaan yang terjadi pada Chairil
Anwar adalah Chairil berada di tengah-tengah masa penjajahan
Jepang di Indonesia dimana kondisi masyarakat Indonesia di
sekitar Chairil Anwar sangat buruk yaitu miskin dan menderita.
Pada saat itu semua orang termasuk Chairil Anwar tidak mampu
berbuat apapun untuk kemerdekaannya, yang terjadi hanya
penindasan saja. Chairil Anwar pada saat itu hanya menjadi
seseorang yang berasal lingkungan yang tersisihkan dan tertindas
saja tanpa bisa melakuakan apa-apa. Saat Chairil Anwar
melahirkan puisi “Aku” mendapatkan kecaman dari pemerintahan
Jepang Chairil ditangkap dan dipenjara oleh kompetai Jepang
karena dianggap membangkang pemerintahan Jepang. Hal tersebut
yang menjadi latar belakang Chairil Anwar menulis karya sastra
berupa puisi yang bertajuk membangun semangat walaupun
berasal dari sisi yang tersisihkan.

3. Hubungan Puisi “Aku” dengan biografi atau info penulis


Seorang Chairil menulis puisi “Aku” pada saat berada di
tengah-tengah masa penjajahan Jepang dimana makna puisi
tersebut merupakan suatu semangat untuk menghadapi semua
rintangan yang ada pada masa itu walaupun berasal dari
lingkungan yang tersisihkan. Chairil Anwar berusaha menentang
sensor Jepang sehingga dalam puisi mengakui dirinya sebagai
binatang jalang yang memiliki makna seseorang yang bebas dan
tidak menaati aturan yang ada. Semua hal yang buruk menimpa
dirinya akan selalu dihadapi dan ditentang dengan membangun
semangat pada dirinya sendiri.

b. Puisi Sendiri
1. Makna Puisi
Secara keseluruhan puisi “sendiri” ini menggambarkan jika
ia liris ingin menceritakan bahwa hidupnya semakin sepi dan
kosong, terutama dimalam hari. Ia liris sempat berteriak ketakutan
karena suasana kamarnya yang begitu terasa sangat sunyi. Ia liris
merasa banyak ancaman yang akan datang menyerangnya, ia liris
sangat ketakutan dan menanti datangnya seseorang yang ia liris
panggil. Seseorang yang dinanti kedatangannya oleh ia liris adalah
ibu ia liris.

2. Informasi tentang penulis pada saat menulis puisi “Sendiri”


bulan Februari 1943
Pada Februari 1943 adalah bulan dimana selain menulis
puisi Sendiri Chairil Anwar juga menulis puisi yang berjudul Tak
Sepadan dan Sia-sia. Ketiga puisi tersebut sama-sama
menggambarkan tentang kesunyian yang dialami oleh Chairil
Anwar. Pada Februari 1943 ini memang kebanyanyakan Chairil
Anwar menulis puisi dengan tema kesunyian. Hal ini mungkin
dikarenakan Chairil merasa sunyi dan kesepian setelah ditinggal
pergi ibunya untuk selama-lamanya. 2 wanita yang sangat disayangi
oleh Chairil adalah ibunya dan neneknya. Namun sayangnya, kedua
orang te rsebut sudah beranjak lebih dulu meninggalkan Chairil
untuk selama-lamanya. Hal tersebutlah yang mendasari Chairil
Anwar merasa hidupnya sangat sepi dan sunyi, sehingga
menyebabkan ia banyak menghasilkan karya sastra bertema
kesunyian pada Februari 1943.

3. Hubungan puisi “Sendiri” dengan biografi atau info penulis


Ada satu titik didalam kehidupan Chairil Anwar dimana ia
yang dikenal sangat semangat kini sedang berada dititik terendah
didalam hidupnya. Dimana ia merasa sangat hampa dan sangat
kesepiaan. Hal tersebut dikarenakan ia ditinggal salah satu
perempuan yang sangat dicintainya pergi untuk selama-lamanya,
perempuan tersebut adalah ibunya. Karena ibunya telah meninggal
dunia, Chairil merasa jika hidupnya mulai tidak aman dan terancam.
Hal ini dikarenakan dimana pun dan seburuk apapun keadaannya
jika ada ibu disampingmu maka semua akan aman. Begitu
merindunya Chairil pada ibunya sampai ia merasa sangat lemah dan
lesu, yang hanya bisa ia lakukan hanyalah memanggil ibunya
berharap hal tersebut sedikit dapat mengurangi rasa rindu
padaibunya.

c. Puisi Sorga
1. Makna Puisi
Puisi berjudul “Sorga” karya Chairil Anwar ini
menggambarkan tentang pemikirannya dalam tokoh aku liris yang
memberi pertanyaan seputar surga. Chairil menggunakan kata-kata
mengenai Masyumi dan Muhammadiyah yang melukiskan Islam
dengan Theologi dan Filsafat Tradisionalnya yang terlepas dari
sains. Mengambarkan bahwa tokoh aku liris tidak mempercayai dan
menghargai hal-hal yang supernatural dan ontologi.
2. Informasi tentang penulis pada saat menulis puisi “Sorga”
tahun 1947
Pada saat itu, tepatnya pada tahun 1947 sedang gencar-
gencarnya kisah keagamaan mengenai surga yang berorientasi
keislaman oleh organisasi keislaman yang di dominasi oleh
Masyumi dan Muhammadiyah. Kejadian tahun 1947 itu diangkat
oleh Chairil Anwar yang notabene bersifat otonom sehingga
menciptakan karya “Sorga” yang intinya menyangsikan keberadaan
surga yang telah lama di elu-elukan sejak moyang turunan tujuh
tahun yang lalu.

3. Hubungan puisi “Sorga” dengan biografi atau info penulis


Watak Chairil yang otonom tersurat dan tersirat dalam puisi
“Sorga” tersebut. kejadian di negeri Indonesia 20 tahun yang lalu
tepatnya tahun 1947 memberi ide kepada Chairil untuk menulis dan
mengisyaratkan bahwa Chairil sendiri merupakan orang yang
bersifat otonom, tertuan dalam tokoh aku liris.

KESIMPULAN
Berdasarkan kajian di atas, dapat disimpulkan bahwa puisi adalah
penggambaran kejadian yang dialami oleh seorang pengarang atau keterkaitan
dengan biografi pengarang. Dalam kumpulan puisi Aku Ini Binatang Jalang,
Chairil Anwar banyak mengungkapkan tentang kejadian di Indonesia pada tahun
40 –an. Kajian biografis yang terdapat pada ketiga puisi tersebut diantaranya : (1)
Chairil Anwar berusaha menentang sensor Jepang pada masa itu sehingga dalam
puisi mengakui dirinya sebagai binatang jalang yang memiliki makna seseorang
yang bebas dan tidak menaati aturan yang ada, (2) kesendirian akibat ditinggal
oleh seorang perempuan yang sangat dicintainya yaitu ibunya, (3) kejadian di
negeri Indonesia 20 tahun yang lalu tepatnya tahun 1947 memberi ide kepada
Chairil untuk menulis dan mengisyaratkan bahwa Chairil sendiri merupakan
orang yang bersifat otonom, tertuan dalam tokoh aku liris.
DAFTAR PUSTAKA

Rosidi, Ajip. (2013). Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia. Bandung : PT. Dunia
Pustaka Jaya .
Tarigan, H.G. 2015. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung : Angkasa.
Endraswara, S. 2008. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta : Medpress.
Tussaidiah, H dan Hadiningrum, T. 2018. Analisa Novel Ronggeng Dukuh Paruh
dengan menggunakan Kritik Sastra Biografis. 13 (1), 5—6.
http://jurnal.umsu.ac.id/index.php/kumpulandosen/article/view/2368
Wellek, Rene dan Austin Waren. 1992. Teori Kesusastraan. Diindonesiakan oleh
Melani Budiyanto. Jakarta : PT. Pustaka Jaya.
Pradopo, Rachmat Djoko. 1997. Prinsip-prinsip Kritik Sastra. Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press.
Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
LAMPIRAN
1. Puisi “AKU”
Lirik Puisi Makna Puisi
AKU Aku liris
Kalau sampai waktuku Jika sudah waktunya aku liris pergi maka
Ku mau tak seorang ’kan merayu tidak ingin siapapun mempengaruhinya
Tidak juga kau termasuk kau liris.
Tak perlu sedu sedan itu Tidak perlu ada kesedihan

Aku ini binatang jalang Aku liris menganggap perilakunya bebas yang
Dari kumpulan terbuang berasal dari lingkungan yang tersisihkan.
Biar peluru menembus kulitku Semua menyakiti aku liris akan tetap dihadapi
Aku tetap meradang menerjang dengan berani.

Luka dan bisa kubawa berlari Semua luka dan sakit yang terjadi pada aku
Berlari liris akan ditentang dan dihadapinya.
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak peduli Aku liris tidak memperdulikan sekitarnya dan
Aku mau hidup seribu tahun lagi! ingin tetap ada sampai kapanpun
(Maret 1943)

2. Puisi “Sendiri
Lirik Puisi Makna
Sendiri

Hidupnya tambah sepi, Ia liris merasa hidupnya semakin sepi


tambah dan semakin kosong, terutama saat
hampa malam datang
Malam apalagi
Ia memekik ngeri Penulis berteriak ketakutan karena
Dicekik kesunyian kamarnya suasana yang berada dikamarnya terasa
begitu sunyi
Ia membenci. Dirinya dari
segala Penulis merasa tidak suka
Yang minta perempuan untuk Kepada seseorang yang telah merenggut
kawannya ibunya

Bahaya dari tiap sudut.


Mendekat juga Penulis merasa ancaman yang berasal
dari setiap penjuru mendekat kearahnya
Dalam ketakutan-menanti ia Ia liris merasa ketakutan danmenanti
menyebut satu nama datangnya seseorang yang dipanggil

Terkejut ia terduduk. Siapa Karena ibu ia liris tak kunjung datang, ia


memanggil itu? liris memanggil ibunya.
Ah! Lemah lesu ia tersedu :
Ibu! Ibu!

(Februari 1943)

3. Puisi “Sorga”

Lirik Puisi Makna


Seperti ibu + nenekku juga Aku liris membayangkan ada seseorang
Tambah tujuh keturunan yang yang memanggil namanya, juga
lalu keturunan dan leluhurnya yang berharap
Aku minta pula supaya sampai masuk surga.
di sorga

Yang kata Masyumi + Kelompok organisasi Islam Masyumi dan


Muhammadiyah bersungai Muhammadiyah mengatakan bahwa di
susu surga ada sungai susu dan ada ribuan
Dan bertabur beribu bidadari bidadari di surga.
Tapi ada suara menimbang Aku liris merasa bimbang dan ragu
dalam diriku, dalam dirinya.
Nekad mencemooh : Bisakah Aku liris ragu dan rasa bimbang
kiranya mungkinkah ia bisa masuk surga.
Berkering dikuyup laut biru, Berkering di lautan cinta
Gamitan dari tiap pelabuhan Bagaiman dengan perbuatannya yang
gimana? banyak bermain dengan perempuan.
Lagi siapa bisa mengatakan Siapa yang mengatakan dengan pasti.
pasti
Disitu memang memang ada Jika di surga benar-benar ada bidadari
bidadari
Suaranya berat menelan Bidadari-bidadari itu bukanlah bidadari
seperti Nina, punya kerlingnya yang ada di surga, melainkan perempuan-
jati? perempuan cantik yang ada di dunia,
(Malang, 25 Februari 1947) yang sudah bermain di lautan cinta
bersamanya.

Anda mungkin juga menyukai