Anda di halaman 1dari 35

PERJUANGAN HIDUP TOKOH

DALAM NOVEL SIRKUS POHON KARYA ANDREA HIRATA

SKRIPSI

OLEH
HELENA DODOK
NPM 1504080125

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS WISNUWARDHANA MALANG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sastra adalah hasil karya manusia baik lisan dan non lisan (tulisan) yang

menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki nilai enstetik

(keindahan bahasa) yang dominan. Sastra lisan adalah suatu karya sastra yang

masih hidup dalam masyarakat, seperti: mithe, legenda, dan dongeng. Sastra

tulisan adalah suatu hasil karya sastra yang sudah di cetak atau didokumentasikan

seperti, puisi, pantun, novel, dan cerpen. Sastra adalah seni bahasa. Maksudnya

adalah lahirnya sebuah karya sastra untuk dapat di nikmati oleh pembaca, supaya

dapat menikmati sebuah karya sastra dengan sungguh-sungguh maka pembaca

memerlukan pengetahuan yang cukup tentang sastra dan mampu memahami

dengan tepat. Karya sastra bukanlah ilmu. Karya sastra adalah seni, banyak unsur

kemanusiaan yang masuk didalamnya, khususnya perasaan, sehingga sulit

diterapkan untuk metode keilmuan. Perasaan, semangat, kepercayaan, keyakinan

sebagai unsur karya sastra sulit dibuat batasannya.

Menurut Jakob Sumardjo dan Saini K.M. (1991:2 - 3) ada beberapa

pengertian sastra. Pertama, sastra adalah seni bahasa. Kedua, sastra adalah

ungkapan yang spontan dari perasaan yang mendalam. Ketiga, sastra adalah

ekspresi pikiran, semua kegiatan mental manusia dalam bahasa. Keempat, sastra

adalah inspirasi kehidupan yang diungkapan dalam bentuk keindahan. Kelima,

sastra adalah semua buku yang memuat perasaan kemanusiaan mendalam dan

kebenaran moral dengan sentuhan kesucian, keuasan pandangan, dan bentuk


memesona. Sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,

pemikiran, semangat, dan keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkret yang

membangkitkan pesona dengan alat bahasa.

Sastra dapat berfungsi sebagai karya seni yang bisa digunakan sebagai

sarana menghibur diri pembaca. Hal ini sesuai dengan pendapat Warren (dalam

Nurgiyantoro, 2007:3) yang menyatakan bahwa membaca sebuah karya sastra

fiksi berarti menikmati cerita dan menghibur diri untuk memperoleh kepuasan

batin.

Karya sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,

pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran

kehidupan, yang dapat membangkitkan pesona dengan alat bahasa dan dilukiskan

dalam bentuk tulisan. Jakob Sumardjo (1986) dalam bukunya yang berjudul

apresiasi kesusastraan mengatakan bahwa karya sastra adalah sebuah usaha

merekam isi jiwa sastrawannya. Rekaman ini menggunakan alat bahasa. Sastra

adalah bentuk rekaman dengan bahasa yang akan di sampaikan kepada orang lain.

Pada dasarnya karya sastra sangat bermanfaat bagi kehidupan, karena karya sastra

dapat memberi kesadaran kepada pembaca tentang kebenaran-kebenaran hidup,

walaupun dilukiskan dalam bentuk fiksi. Karya sastra dapat memberikan

kegembiraan dan kepuasan batin. Hiburan ini adalah jenis hiburan intelektual dan

spiritual. Karya sastra juga dapat dijadikan sebagai pengalaman untuk berkarya

karena siapapun bisa menuangkan isi hati dan pikiran dalam sebuah tulisan yang

bernilai seni.

Novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita

kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak


dan sifat setiap pelaku. Novel merupakan bentuk sastra yang populer di dunia.

Dari sudut pandang Seni, Waluyo (2002:36) menyatakan bahwa novel adalah

lambang kesenian yang baru yang berdasarkan fakta dan pengalaman

pengarangnya. Susunan yang digambarkan novel adalah suatu yang realistis dan

masuk akal. Kehidupan yang dilukiskan bukan hanya kehebatan dan kelebihan

tokoh (untuk tokoh yang dikagumi), tetapi juga cacat dan kekurangannya. Novel

bukan alat hiburan, tetapi juga sebagai bentuk seni yang mempelajari dan melihat

segi-segi kehidupan dan nilai baik-buruk dalam kehidupan dan mengarahkan

kepada pembaca tentang budi pekerti yang baik dan budi yang luhur Waluyo

(2002:37).

Tokoh adalah para pelaku yang terdapat dalam sebuah fiksi, sedangkan

karakter merujuk pada istilah watak yang berarti kondisi jiwa atau sifat dari tokoh

tersebut. Jadi tokoh adalah pelaku yang berada dalam karya fiksi, sedangkan

karakter atau watak adalah perilaku yang mengisi diri tokoh tersebut.

Novel karya Andrea Hirata dengan judul Sirkus Pohon mengkaji tokoh

Sobrinudin yang banyak menggambarkan wujud perjuangan kehidupan sebagai

makhluk individu dan makhluk sosial. Perjuangan hidup merupakan sebuah

usaha atau upaya yang dilakukan seseorang atau kelompok orang untuk mencapai

sesuatu yang di inginkan melalui proses dan rintangan yang dihadapi yang ada

pada lingkungan masyarakat. Kebutuhan-kebutuhan di tingkat rendah harus

terpenuhi atau paling tidak cukup terpenuhi dahulu sebelum kebutuhan-kebutuhan

di tingkat lebih tinggi menjadi hal yang memotivasi. Teori hierarki kebutuhan

Maslow dalam Motivation and Personality (2010) yang terdiri dari beberapa aspek

yaitu kebutuhan akan aktualisasi diri, kebutuhan akan penghargaan, kebutuhan


akan rasa ingin memiliki dan kasih sayang, kebutuhan akan rasa aman, dan

kebutuhan fisiologi. Hal ini menjadi alasan penulis untuk memilih novel Sirkus

Pohon karya Andrea Hirata sebagai bahan proposal skripsi dengan teori Hirarki

kebutuhan menurut Maslow (2010) Kebutuhan-kebutuhan di tingkat rendah harus

terpenuhi atau paling tidak cukup terpenuhi dahulu sebelum kebutuhan-kebutuhan

di tingkat lebih tinggi menjadi hal yang memotivasi teori hierarki kebutuhan, dan

terdiri dari aspek-aspek aktualisasi diri, penghargaan, kasih sayang, rasa aman,

dan kebutuhan fisiologi.

Alasan peneliti menggunakan teori Hirerki kebutuhan menurut Maslow

(2010) Kebutuhan-kebutuhan di tingkat rendah harus terpenuhi atau paling tidak

cukup terpenuhi dahulu sebelum kebutuhan-kebutuhan di tingkat lebih tinggi

menjadi hal yang memotivasi teori hierarki kebutuhan, dan terdiri dari aspek-

aspek aktualisasi diri, penghargaan, kasih sayang, rasa aman, dan kebutuhan

fisiologi. Karena tori ini sangat cocok dikaji dengan pendekat psikologi sastra dan

sangat pas jika digunakan untuk meneliti novel Sirkus Pohon karya Andrea

Hirata.

Perjuangan dalam hidup seseorang sangatlah diperlukan dalam kehidupan

seseorang manusia yang hidup dialam nyata sehingga bisa dikatakan bahwa dalam

kehidupan seseorang haruslah berjuang. Secara sederhana novel sirkus pohon ini

kembali mengajarkan kita bahwa hidup harus berjuang.

Berdasarkan pengumpulan data penelitian ini belum pernah dilakukan

sebelumnya. Ditemukan dua penelitian yang sejenis. Yaitu yang pertama yang

dilakukan oleh Siti Sudusiah (2015) Analisis Wacana Makna Perjuangan Hidup

dalam Film Tampan Tailor Karya Guntur Soerjanto. Penelitian ini bertujuan
untuk memperoleh kognisi sosial yang melatarbelakangi penulis scenario dalam

membuat naska film Tampan Tailor, dan mengetahui tentang wacana seputar

perjuangan hidup yang ditampilkan dalam film Tampan Tailor karya Guntur

Soejanto.

Penelitian yang kedua yang dilakukan oleh Ulvadisa Santora (2012)

Perjuangan Hidup dan Kemandirian Tokoh Utama dalam Novel Padang Bulan

karya Andrea Hirata Sebuah Tinjauan Psikologi Sastra. Penelitian

mengungkapkan kaitan antara unsur truktus dan mengungkapkan aspek psikologi

yang lebih khusus kepada kepribadiannya dalam novel Padang Bulan.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu terletak pada objek

yang diteliti. Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu terletak pada

perjuangan hidup tokoh dalam novel dan Film.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis akan mengkaji Perjuangan

Hidup Tokoh dalam Novel Sirkus Pohon Karya Andrea Hirata. Pemilihan novel

ini sebagai objek pnelitian ini didasarkan atas suatu pemikiran bahwa novel ini

diangkat dari seorang yang bernama Sobrinudin tentang Kisah pohon delima

yang ternyata didalamnya ada filosofi. Pohon delima tersebut terkadang musuh,

terkadang pembawa kenangan, dan terkadang pembawa cinta. Andrea Hirata

berhasil mengemas semua itu secara apik dalam sebuah novel.

Di dalam novel ini menceritakan tentang sebuah keluarga dengan 5

bersaudara. Tokoh utamanya bernama Sobrinudin. Dia adalah anak ke-4 dari 5

bersaudara. Kakak-kakaknya adalah orang sukses yang mempunyai pekerjaan

tetap, dan adiknya adalah perempuan yang lulus secara cemerlang tingkat SMA.

Sobrinudin sendiri adalah pengangguran. Jangankan pekerjaan, ijazah saja hanya


ijazah SD. Ia hanya lulusan SD yang putus sekolah saat duduk di bangku kelas 2

SMP, itu semua berawal dari pertemanannya dengan Taripol, sahabat kecilnya.

Ternyata Taripol adalah ketua geng atau mafia. Ia buronan para polisi. Namanya

telah ternodai setelah terlibat kasus dengan sahabatnya, Subrinudin pun harus

mencari makan dan tempat tinggal. Ia membutuhkan sebuah pekerjaan tetap

namun tidak ada yang mau menerimanya karena namanya telah tercemar sebagai

komplotan pencuri.

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk mengadakan

kajian guna mengungkapkan perjuangan hidup tokoh dalam novel Sirkus Pohon

karya Andrea Hirata.

1.2 Rumusan Masalah

Untuk mendapatkan hasil peneltian yang terarah, maka diperlukan suatu

perumusan masalah. Terdapat tiga rumusan masalah dalam penelitian ini.

1) Bagaimanakah wujud kerja keras dan kegigihan tokoh dalam Novel Sirkus

Pohon Karya Andrea Hirata?

2) Bagaimanakah wujud ketabahan dan keyakinan tokoh dalam Novel Sirkus

Pohon Karya Andrea Hirata?

3) Bagaimanakah wujud usaha tokoh untuk mencapai sebuah kesuksesan dalam

Novel Sirkus Pohon Karya Andrea Hirata?

1.3 Tujuan Penilitian

Tujuan suatu penelitian haruslah jelas mengingat penelitian harus

mempunyai arah dan sasaran yang tepat. Terdapat tiga tujuan dalam penelitian

ini.
1) Mendeskripsikan wujud kerja keras dan kegigihan tokoh dalam Novel Sirkus

Pohon Karya Andrea Hirata.

2) Mendeskripsikan wujud ketabahan dan keyakinan tokoh dalam Novel Sirkus

Pohon Karya Andrea Hirata.

3) Mendeskripsikan wujud usaha tokoh untuk mencapai sebuah kesuksesan

dalam Novel Sirkus Pohon Karya Andrea Hirata.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berhasil dengan baik, yaitu dapat mencapai

tujuan secara optimal, menghasilkan laporan yang sistematis dan dapat

bermanfaat secara umum. Ada dua manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian

ini, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan keilmuan sastra

Indonesia terutama dalam pengkajian novel dengan judul Perjuangan Hidup

Tokoh.

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat memperluas cakrawala apresiasi pembaca sastra

Indonesia terhadap aspek perjuangan dalam sebuah novel. Hasil penelitian ini

dapat menambah referensi penelitian karya sastra di Indonesia dan dapat dijadikan

sebagai acuan bagi peneliti sastra selanjutnya.

Harapan peneliti dalam meneliti novel Sirkus Pohon Karya Andrea Hirata

dengan judul perjuangan hidup tokoh dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

1) Bagi peneliti
Diharapkan dapat mengembangkan wawasan dan pengalaman peneliti dalam

menganalisis karya sastra.

2) Bagi pembaca diharapkan dapat membantu pembaca dalam mengungkapkan

makna yang terkandung dalam novel tersebut.

1.4.3 Definisi Istilah.

Untuk menghindari adanya kesalahan dalam menafsirkan judul skripsi

dalam penelitian ini, maka peneliti perlu memberikan definisi atau pengertian

pada istilah-istilah mengenai judul yang diteliti.

1) Novel adalah karangan prosa yang pamjang mengandung rangkaian cerita

kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan

watak dan sifat setiap pelaku.

2) Tokoh adalah para pelaku yang terdapat dalam sebuah fiksi yang mengalami

peristiwa atau perlakuan dalam berbagai peristiwa pada sebuah cerita.

3) Perjuangan hidup adalah usaha atau upaya yang dilakukan seseorang atau

kelompok orang untuk mencapai sesuatu yang di inginkan melalui proses dan

rintangan yang dihadapi.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

Berdasarkan landasan teori yang digunakan dalam Perjuangan Hidup Tokoh

dalam novel Sirkus Pohon Karya Andrea Hirata dan mengkaji kebutuhan

fisiologi, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa memiliki dan kasih

sayang, kebutuhan akan penghargaan, dan kebutuhan akan aktualisasi diri, dalam

novel Sirkus Pohon Karya Andrea Hirata.

1.1 Novel

Novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita

kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak

dan sifat setiap pelaku. Novel merupakan bentuk sastra yang populer di dunia.

Dari sudut pandang Seni, Waluyo (2002: 36) menyatakan bahwa novel adalah

lambang kesenian yang baru yang berdasarkan fakta dan pengalaman

pengarangnya. Susunan yang digambarkan novel adalah suatu yang realistis dan

masuk akal. Kehidupan yang dilukiskan bukan hanya kehebatan dan kelebihan

tokoh (untuk tokoh yang dikagumi), tetapi juga cacat dan kekurangannya. Novel

bukan alat hiburan, tetapi juga sebagai bentuk seni yang mempelajari dan melihat

segi-segi kehidupan dan nilai baik-buruk dalam kehidupan dan mengarahkan

kepada pembaca tentang pekerti yang baik dan budi yang luhur Waluyo

(2002:37).

Novel karya Andrea Hirata dengan judul Sirkus Pohon mengkaji tokoh

Sobrinudin yang banyak menggambarkan wujud perjuangan kehidupan sebagai

makhluk individu dan makhluk sosial. Perjuangan hidup merupakan sebuah


usaha atau upaya yang dilakukan seseorang atau kelompok orang untuk mencapai

sesuatu yang diinginkan melalui proses dan rintangan yang dihadapi yang ada

pada lingkungan masyarakat. Kebutuhan-kebutuhan di tingkat rendah harus

terpenuhi atau paling tidak cukup terpenuhi dahulu sebelum kebutuhan-kebutuhan

di tingkat lebih tinggi menjadi hal yang memotivasi teori hierarki kebutuhan

Maslow dalam Motivation and Personality (2010). Aspek-aspek teori hirarki

kebutuhan yaitu aktualisasi diri, penghargaan, kasih sayang, rasa aman, dan

kebutuhan fisiologi. Hal ini menjadi alasan penulis untuk memilih novel Sirkus

Pohon karya Andrea Hirata sebagai bahan penelitian dalam bentuk skripsi dengan

teori hirarki kebutuhan menurut Maslow (2010) Kebutuhan-kebutuhan di tingkat

rendah harus terpenuhi atau paling tidak cukup terpenuhi dahulu sebelum

kebutuhan-kebutuhan di tingkat lebih tinggi menjadi hal yang memotivasi teori

hierarki kebutuhan, dan terdiri dari aspek-aspek aktualisasi diri, penghargaan,

kasih sayang, rasa aman, dan kebutuhan fisiologi.

1.2 Perjuangan Hidup

Perjuangan hidup adalah sebuah usaha atau upaya yang dilakukan seseorang

atau keompok orang untuk mencapai sesuatu yang di inginkan melalui proses dan

rintangan yang dihadapi yang ada dalam lingkungan masyarakat tersebut.

Perjuangan dalam hidup seseorang sangatlah diperlukan dalam kehidupan

seseorang manusia yang hidup di alam nyata sehingga bisa dikatakan haruslah

berjuang atau berusaha untuk mencapai keinginan atau cita-cita yang ingin di

capai baik itu dalam bidang materi maupun imateri.

Hidup adalah sebuah perjuangan, artinya bahwa dalam hidup ini harus ada

sebuah usaha dari kita untuk bisa maju. Ketika seseorang sudah tidak memiliki
semangat untuk maju maka bisa dipastikan orang itu akan menjadi pecundang

seumur hidupnya. Orang tersebut hanya bisa menyalahkan keadaan, diri sendiri,

dan orang lain. Untuk itu siapapun kita, jika kita ingin sukses maka haruslah ada

perjuangan dalam hidup ini.

Melihat pengertian di atas jika kita kaji lebih dalam alangkah lebih baiknya

kita harus berjuang dengan semaksimal mungkin untuk mencapai keberhasilan

yang ingin kita raih sering juga kita dengar kata-kata seperti berjuanglah sampai

pada titik penghabisan, maksud dari kata-kata seperti itu kita harus berjuang

semaksimal mungkin dalam hidup sehingga kita dapat memetik buah keberhasilan

yang kita tanam pada masa kita berjuang.

1.3 Motivasi Hidup

Motivasi hidup sangat penting dimiliki oleh seseorang. Orang akan

memiliki motivasi yang berbeda-beda dalam hidupnya. Semua itu tergantung pada

apa yang ingin ia raih dalam hidupnya, yang jelas motivasi ini akan

mempengaruhi hidupnya secara keseluruhan. Bagaimana ia menjalani hidupnya,

dan apa yang ia kerjakan tergantung pada motivasinya.

Motivasi adalah dorongan atau semangat. Sehingga yang di maksud dengan

motivasi hidup adalah dorongan atau semangat untuk hidup. Dengan adanya

dorongan tersebut maka manusia akan menjalani hidupnya sesuai dengan

motivasinya tersebut. Motivasi dalam hidup manusia bermacam-macam dan

berbeda-beda pada setiap orang. Seperti apa motivasi hidup ini akan tergantung

pada seperti apa seseorang memaknai hidupnya atau bagaimana seseorang

mendifinisikan arti hidupnya. Itulah mengapa setiap motivasi dalam hidup


seseorang berbeda-beda. Setiap orang wajib memiliki motivasi karena dengan

begitu hidupnya akan lebih bermakna.

Motivasi dibutuhkan oleh setiap manusia, dan manusia itu sangat

memerlukan motivasi didalam hidupnya karena setiap manusia pasti pernah

mengalami beberapa masalah, kegagalan, tantangan, atau hal sejenisnya

dimanapun itu bisa saja akan membuat mereka jatuh dari keterpurukan. Masalah,

kegagalan, atau tantangan itu akan membuat mereka kehilangan semangat

hidupnya sehingga mereka perlu segera bangkit untuk melanjutkan hidupnya.

Caranya adalahdengan memiliki motivasi dalam hidupnya. Memiliki motivasi

dalam hidup sangat penting karena akan memberi dorongan atau semangat untuk

hidup yang lebih baik.

Dengan memiliki motivasi dalam diri seseorang maka dapat dipastikan itu

adalah satu kekuatan dalam hidupnya untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan

berjalan maju kedepan. Motivasi dalam hidup akan sangat berpengaruh pada apa

yang akan dihasilkan nanti, bagaimana keinginan, impian, dan bagaimana bisa

mencapai semua itu tergantung pada motivasi dalam hidup seseorang.

Jadi kehidupan seseorang dihadapkan pada banyak tantangan hidup maka

orang tersebut memiliki alasan yang tepat mengapa ia menjalani hidup selama ini

dan melakukan hal-hal ia lakukan sekarang. Ketika seseorang mampu memotivasi

diri dengan benar maka hasil yang ia dapatkan akan menjadi maksimal. Karena

motivasi yang tepat akan menuntun manusia menuju jalan yang benar dan

motivasi yang salah akan membawa manusia tersebut kejalan yang salah. Jadi,

setiap orang sangat perlu memiliki motivasi hidup tetapi tidak hanya sekedar

motivasi biasa tetapi motivasi hidup sejati.


1.4 Teori Hirarki Kebutuhan

Maslow (2010) beranggapan bahwa kebutuhan-kebutuhan di tingkat rendah

harus terpenuhi atau paling tidak cukup terpenuhi terlebih dahulu sebelum

kebutuhan-kebutuhan di tingkat lebih tinggi menjadi hal yang memotivasi.

Konsep hirarki kebutuhan dasar ini bermula ketika Maslow melakukan observasi

terhadap perilaku monyet. Berdasarkan pengamatannya didapakan kesimpulan

bahwa beberapa kebutuhan lebih diutamakan dibandingkan dengan kebutuhan

yang lain. Contohnya jika individu merasa haus maka individu trsebut akan

cenderung untuk mencoba memuaskan dahaga. Individu dapat hidup tanpa

makanan selama berminggu-minggu. Tetapi tanpa air individu hanya dapat hidup

selama beberapa hari saja karena kebutuhan akan air jauh lebih kuat daripada

kebutuhan akan makan.

Kebutuhan-kebutuhan ini sering disebut oleh Maslow sebagai kebutuhan-

kebutuhan dasar yang digambarkan sebagai sebuah hirarki atau tangga yang

menggambarkan tingkat kebutuhan. Terdapat lima tingkat kebutuhan dasar, yaitu:

(1) kebutuhan fisiologis, (2) kebutuhan akan rasa aman, (3) kebutuhan akan rasa

memiliki dan kasih sayang, (4) kebutuhan akan penghargaan, (5) kebutuhan akan

aktualisasi diri. Maslow memberi hipotesis bahwa setelah individu memuaskan

kebutuhan pada tingkat paling bawah, individu akan memuaskan kebutuhan pada

tingkat berikutnya. Jika pada tingkat tertinggi tetapi kebutuhan dasar tidak

terpuaskan, maka individu akan memuaskan pada tingkan yang berikutnya. Jika

pada tingkat tertinggi tetapi kebutuhan dasar tidak terpuaskan, maka individu

dapat kembali pada tingkat kebutuhan yang sebelumnya.


Menurut Maslow (2010), pemuasan berbagai kebutuhan tersebut didorong

oleh dua kekuatan yakni motivasi kekurangan (Deficiency Motivation) dan

motivasi perkembangan (Growth Motivation). Motivasi kekurangan bertujuan

untuk mengatasi masalah ketegangan manusia karena berbagai kekurangan yang

ada. Sedangkan motivasi pertumbuhan didasarkan atas kapisitas setiap manusia

untuk tumbuh dan berkembang. Kapasitas tersebut merupakan pembawaan dari

setiap manusia. Menurut Maslow Teori hirarki kebutuhan terbagi atas lima bagian

yaitu.

1.4.1 Kebutuhan Fisiologis (Physiological Needs)

Kebutuhan paling dasar pada setiap orang adalah kebutuhan fisiologis yakni

kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya secara fisik. Kebutuhan-kebutuhan

itu seperti kebutuhan akan makanan, minuman, tempat berteduh, tidur dan

oksigen (sandang, pangan, papan). Kebutuhan-kebutuhan fisiologis adalah potensi

paling dasar dan besar bagi semua pemenuhan kebutuhan diatasnya. Manusia

yang lapar akan selalu termotivasi untuk makan, bukan untuk mencari teman atau

dihargai. Manusia akan mengabaikan atau menekan dulu semua kebutuhan lain

sampai kebutuhan fisiologisnya itu terpuaskan. Dimasyarakat yang sudah mapan,

kebutuhan untuk memuaskan rasa lapar adalah sebuah gaya hidup. Mereka

biasanya sudah memiliki cukup makanan, tetapi ketika mereka berkata lapar maka

yang mereka pikirkan adalah citarasa maanan yang hendak dipilih, bukan rasa

lapar yang dirasakannya. Seseorang yang sungguh-sungguh lapar tidak akan

terlalu peduli dengan rasa, bau, temperature ataupun tekstur makanan.

Kebutuhan fisiologis berbeda dari kebutuhan-kebutuhan lain dalam dua hal.

Pertama, kebutuhan fisiologis adalah satu-satunya kebutuhan yang bisa


terpuaskan sepenuhnya atau minimal bisa diatasi. Manusia dapat merasakan

cukup dalam aktifitas makan sehingga pada titik ini, daya penggerak untuk makan

akan hilang. Bagi seseorang yang baru saja menyelesaikan sebuah santapan besar,

dan kemudian membayangkan sebuah makanan lagi sudah cukup untuk

membuatnya mual. Kedua, yang khas dalam kebutuhan fisiologis adalah hakikat

pengulangannya. Setelah manusia makan, mereka akhirnya akan menjadi lapar

lagi dan akan terus-menerus mencari makanan dan air lagi. Sementara kebutuhan

ditingkatan yang lebih tinggi tidak terus-menerus muncul. Sebagai contoh

seseorang yang minimal terpenuhi sebagian kebutuhan untuk dicintai dan dihargai

akan tetap merasa yakin bahwa mereka dapat mempertahankan pemenuhan

terhadap kebutuhan tersebut tanpa harus mencari-carinya lagi.

1.4.2 Kebutuhan akan Rasa Aman

Setelah kebutuhan-kebutuhan fisiologis terpuaskan secukupnya muncullah

apa yang disebut Maslow sebagai kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman.

Kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman ini diantaranya adalah rasa aman fisik,

stabilitas, ketergantungan, perlindungan dan kebebasan dari daya-daya

mengancam seperti kriminalitas, perang, teorisme, penyakit, takut, cemas, bahaya,

kerusuhan dan bencana alam. Serta kebutuhan secara psikis yang mengancam

kondisi kejiwaan seperti tidak di ejek, tidak direndahkan, tidak stres, dan lain

sebagainya. Kebutuhan akan rasa aman berbeda dari kebutuhan fisiologis karena

kebutuhan ini tidak bisa terpenuhi secara total. Manusia tidak pernah dapat

dilindungi sepenuhnya dari ancaman-ancaman meteor, kebakaran, banjir atau

perilaku berbahaya orang lain.


Menurut Maslow, orang-orang yang tidak aman akan bertingkah laku sama

seperti anak-anak yang tidak aman. Mereka akan bertingkahlaku seakan-akan

selalu dalam keadaan terancam besar. Seseorang yang tidak aman memiliki

kebutuhan akan keteraturan dan stabilitas secara berlebihan serta akan berusaha

keras menghindari hal-hal yang bersifat asing dan yang tidak diharapkannya.

1.4.3 Kebutuhan akan Rasa Ingin Memiliki dan Kasih Sayang (Social Needs)

Jika kebutuhan fisiologis dan kebutuhan akan rasa aman telah terpenuhi,

maka muncullah kebutuhan akan cinta, kasih saying dan rasa memiliki-dimiliki.

Kebutuhan-kebutuhan ini meliputi dorongan untuk dibutuhkan oleh orang lain

agar ia dianggap sebagai warga komunitas sosialnya. Bentuk akan pemenuhan

kebutuhan ini seperti bersahabat, keinginan memiliki pasangan dan keturunan,

kebutuhan untuk dekat pada keluarga dan kebutuhan antarpribadi seperti

kebutuhan untuk memberi dan menerima cinta.

Seseorang yang kebutuhan cintanya sudah relatif terpenuhi sejak kanak-

kanak tidak akan merasa panik saat menolak cinta. Ia akan memiliki keyakinan

besar bahwa dirinya akan diterima oleh orang-orang yang memang penting bagi

dirinya. Ketika ada orang lain menolak dirinya, ia tidak akan merasa hancur. Bagi

Maslow, cinta menyangkut suatu hubungan sehat dan penuh kasih mesra antara

dua orang, termasuk sikap saling percaya. Seringkali cinta menjadi rusak jika

salah satu pihak merasa takut jika kelemahan-kelemahan serta kesalahan-

kesalahannya. Maslow juga mengatakan bahwa kebutuhan akan cinta meliputi

cinta yang memberi dan cinta menerima. Kita harus memahami cinta, harus

mampu mengajarkannya, menciptakannya dan meramalkannya. Jika tidak, dunia

akan hanyut kedalam gelombang permusuhan dan kebencian.


1.4.4 Kebutuhan akan Penghargaan (Esteem Needs)

Setelah kebutuhan dicintai dan dimiliki tercukupi, selanjutnya manusia akan

bebas untuk mengejar kebutuhan egonya atas keinginan untuk berprestasi dan

memiliki prestise. Maslow mengemukakan bahwa setiap orang yang memiliki dua

kategori mengenai kebutuhan penghargaan, yaitu kebutuhan yang lebih rendah

dan lebih tinggi. Kebutuhan yang rendah adalah kebutuhan untuk menghormati

orang lain, kebutuhan akan status, ketenaran, kemuliaan, pengakuan, perhatian,

reputasi, apresiasi, martabat, bahkan dominasi.

Kebutuhan yang tinggi adalah kebutuhan akan harga diri termasuk perasaan,

keyakinan, kompetensi, prestasi, penguasaan, kemandirian dan kebebasan. Sekali

manusia dapat memenuhi kebutuhan untuk dihargai, mereka sudah siap untuk

memasuki gerbang aktualisasi diri, kebutuhan tertinggi yang dikemukakan

Maslow.

1.4.5 Kebutuhan akan Aktualisasi Diri (Self-Actualization Needs)

Tingkatan akhir dari kebutuhan dasar Maslow adalah aktualisasi diri, yaitu

kebutuhan untuk membuktikan dan menunjukkan dirinya kepada orang lain. Pada

tahap ini, seseorang mengembangkan semaksimal mungkin segala potensi yang

dimilikinya. Kebutuhan aktualisasi diri adalah kebutuhan yang tidak melibatkan

keseimbangan, tetapi melibatkan keinginan yang terus-menerus untuk memenuhi

potensi.

Maslow (2010) melukiskan kebutuhan ini sebagai hasrat untuk semakin

menjadi diri sepenuh kemampuannya sendiri, menjadi apa saja menurut

kemampuannya. Awalnya Maslow (2010) berasumsi bahwa kebutuhan untuk

aktualisasi diri langsung muncul setelah kebutuhan untuk dihargai terpenuhi.


Akan tetapi selama tahun 1960-an, ia menyadari bahwa banyak anak muda di

(brandeis) memiliki pemenuhan yang cukup terhadap kebutuhan-kebutuhan lebih

rendah seperti reputasi dan harga diri, tetapi mereka belum juga bisa mencapai

aktualisasi diri.

1.5 Tokoh dan Penokohan

1.5.1 Tokoh

Tokoh cerita adalah pelaku dalam sebuah cerita novel Sirkus Pohon Karya

Andrea Hirata, baik fiksi maupun nonfiksi yang dapat dibedakan atas beberapa

jenis penamaan berdasarkan dari sudut mana penamaan itu dilakukan yakni tokoh

utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel Sirkus Pohon

Karya Andrea Hirata yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak

diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian.

Tokoh protogonis merupakan tokoh yang mewakili yang baik atau terpuji

sehingga biasanya menarik simpati pembaca dalam novel Sirkus Pohon Karya

Andrea Hirata. Sebaliknya tokoh antagonis adalah tokoh yang mengimbangi atau

membayang-bayangi bahkan menjadi musuh pelaku dan merupakan tokoh yang

memiliki sifat yang jahat sehingga dibenci oleh pembaca novel Sirkus Pohon

Karya Andrea Hirata.

Tokoh bulat adalah tokoh yang mengungkap berbagai kemungkinan sisi

kehidupannya dan jati dirinya, Sedangkan tokoh sederhana adalah tokoh yang

hanya memiliki suatu kualitas pribadi tertentu.

Tokoh statis memiliki sikap dan watak yang relatif tidak berkembang, sejak

awal maupun akhir cerita berbeda dengan tokoh berkembang, sedangkan tokoh
perkembangan adalah tokoh cerita yang mengalami perubahan dan perkembangan

perwatakan sejalan dengan perkembangan peristiwa plot dikisahkan.

Tokoh tipikal adalah penggambaran, pencerminan atau tenunjukan terhadap

orang, atau kelompok orang yang terikat dalam sebuah lembaga atau seorang

individu bagian dari suatu lembaga. Tokoh netral adalah tokoh yang hanya hidup

dan berekstensi dalam cerita itu sendiri.

1.5.2 Penokohan

Penokohan adalah sifat atau ciri khas pelaku yang diceritakan. Masalah

penokohan atau perwatakan merupakan salah satu diantara beberapa unsur dalam

karya fiksi yang kehadirannya sangat memegang peranan penting, dikatakan

demikian karena tidak akan mungkin ada cerita tanpa adanya tokoh yang

diceritakan dan tanpa adanya tokoh yang bergerak dan akhirnya membentuk alur

cerita. Menurut Suroto (1989:22) penokohan adalah bagaimana pengarang

menampilkan tokoh-tokoh tersebut tampil berarti ada dua hal penting, yang

pertama hubungan dengan teknik penyampaia sedangkan yang kedua hubungan

dengan watak kepribadian tokoh yang ditampilkan. Kedua hal tersebut memiliki

hubungan yang sangat erat.

Penokohan sebagai salah satu unsur pembangun lainnya. Jika fiksi yang

bersangkutan merupakan suatu karya yang berhasil, penokohan pasti terjalin

secara harmonis dan saling melengkapi dengan unsur lain.

Penilaian terhadap cerita merupakan ukuran tentang berhasil tidaknya

pengarangnya mengisi cerita itu dengan karakter-karakter yang menggambarkan

manusia sebenarnya supaya pembaca dapat memahami ide dan emosinya.


Menurut Aminuddin (1991:80) pembaca dapat menelusuri karakter

melalui beberapa hal, antara lain:

1) Lewat tuturan pengarang terhadap karakteristik pelakunya. Pelaku yang

mengedepan peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa mampu meniru

atau menjalin suatu cerita disebut dengan tokoh sedangkan cara pengarang

menampilkan tokoh atau pelaku disebut penokohan.

2) Gambaran yang diberikan pengarang lewat penggambaran lingkungan

kehidupan maupun cara berpakaiannya dalam novel Sirkus Pohon Karya

Andrea Hirata.

3) Menunjukkan bagaimana pelakunya.

4) Melihat bagaimana tokoh itu berbicara tentang dirinya sendiri.

Karya prosa adalah karangan yang bersifat menerang jelaskan secara terurai

mengenai suatu masalah atau hal peristiwa dan lain-lain. Dengan demikian,

karangan bentuk ini jelas tidak bisa disingkat dan pendek karena harus

menerangkan secara panjang lebar dan sejelas-jelasnya akan sesuatu. Itulah

sebabnya ketetapan dari kejelasan kalimat menjadi sangat penting.


Bagan Kerangka Teori

Karya Sastra

Novel Sirkus Pohon Karya Andrea Hirata

Teori Abraham Maslow (2010)

Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan akan rasa Kebutuhan akan Kebutuhan akan


fisiologis akan rasa ingin memiliki dan penghargaan aktualisasi diri
aman kasih sayang

Berdasarkan kerangka teori yang telah dipaparkan bahwa novel sirkus

pohon karya Andrea Hirata mengangkat topik sirkus pohon tentang kehidupan

keluarga Sobrinuddin yang tokoh utamanya adalah Sobrinuddin sendiri.

Sobrinuddin ini adalah anak ke-4 dari lima bersaudara yang hanya memiliki ijazah

SD dan bekerja serabutan, sedangkan kakak-kakaknya dan adiknya yang bungsu

memiliki pekerjaan tetap karena mereka rata-rata lulusan SMA yang cemerlang.

Sobrinuddin ini berhenti menempuh pendidikan pada saat duduk di bangku kelas

VIII SMP. Semua berawal dari pertemanannya dengan Taripol sahabat kecilnya

yang tidak lain adalah ketua geng granat atau mafia, ia buronan para polisi dan

akhirnya nama Sobrinuddin pun ternodai setelah terlibat kasus dengan sahabat

masa kecilnya, disinilah Sobrinuddin mulai berjuang dan harus mencari makan

dan tempat tinggal sendiri. Ia membutuhkan sebuah pekerjaan tetap sama seperti

kakak-kakak dan adiknya Azizah namun tidak ada yang mau menerimanya karena

namanya telah tercemar sebagai komplotan pencuri.


Dalam novel ini cenceritakan tentang kehidupan tokoh yang begitu

berjuang untuk memenuhi setiap kebutuhan yang merupakan tuntutan hidup.

Cerita dalam novel ini semakin menarik untuk dibaca karena pengarang

menceritakan bahwa di dalam novel ini menceritakan tentang kisah kehidupan

manusia, hewan, tumbuhan, yang melibatkan percintaan dan politik yang tidak

lepas dari setiap cerita memiliki konflik sehingga membuat rasa penasaran

pembaca untuk terus menerus membaca isi dari novel sirkus pohon karya Andrea

Hirata.

Tokoh utama dalam novel sirkus pohon karya Andrea Hirata adalah

Sobrinuddin adalah tokoh yang berjuang untuk mendapatakan apa yang menjadi

kebutuhan hidupnya agar terpenuhi dan ia harus berusaha dan bekerja keras untuk

mencapai semua itu.

Dalam penelitin ini peneliti menggunakan teori hirarki kebutuhan manusia

menurut Abraham H. Maslow (2010) yang disesuaikan dengan fokus penelitian

yang meliputi kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan

rasa ingin memiliki dan kasih sayang, kebutuhan akan penghargaan, kebutuhan

akan aktualisasi diri. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan psikologi

sastra. Maslow berasumsi bahwa kebutuhan-kebutuhan ditingkat rendah harus

terpenuhi atau paling tidak cukup terpenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan-

kebutuhan ditingkat lebih tinggi menjadi hal yang memotivasi.


Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan tentang perjuangan hidup

tokoh dalam novel sirkus pohon karya Andrea Hirata:

1) Kebutuhan paling dasar pada manusia adalah kebutuhan fisiologis yang

meliputi:

(1) kebutuhan pakaian

(2) kebutuhan makanan

(3) kebutuhan minuman

(4) kebutuhan tempat tinggal atau rumah

2) kebutuhan akan rasa aman

(1) bebas dari bahaya

(2) terlindungi atau tersembunyi

3) kebutuhan akan rasa ingin memiliki dan kasih sayang

(1) perasaan cinta

(2) perasaan kasih sayang

(3) perasaan suka

(4) perasaan ingin memilik

4) kebutuhan akan penghargaan

(1) kehormatan

(2) martabat

(3) rasa percaya diri

(4) penghargaan dari orang lain atas prestasi yang dicapai

5) kebutuhan akan Aktualisasi diri

(1) peristiwa yang betul-betul terjadi

(2) kondisi dimana orang bisa berkreasi


(3) memecahkan masalah

(4) menerima kondisi orang lain.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Strategi Penelitian

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode kualitatif.

Penerapan metode kualitatif ini bersifat deskriptif yang berarti data yang

dihasilkan berupa kata-kata dalam bentuk kutipan. Menurut Moleong (dalam

Arikunto, 2002:6), metode kualitatif yang bersifat deskriptif dimaksudkan adalah

bahwa data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka.

Penelitian kualitatif bersifat deskriptif lebih mengutamakan proses daripada hasil,

analisis data cenderung induktif, dan makna merupakan hal yang esensial Semi,

(1993:59). Proses dalam penelitian kualitatif lebih diutamakan karena hubungan

antar bagian-bagian yang sedang diteliti jauh lebih jelas apabila diamati dalam

proses, dalam pelaksanaannya metode deskriptif kualitatif menuntut peneliti

untuk menangkap aspek penelitian secara akurat serta memperhatikan secara

cermat apa saja yang menjadi fokus penelitian sehingga pemberian interpretasi

dapat lebih mendalam.

3.2 Data dan Sumber Data

Data merupakan bahan yang sesuai untuk memberi jawaban terhadap

masalah yang dikaji Subroto (dalam Al-Ma’ruf, 2009:11). Data penelitian sastra

adalah unsur-unsur sastra yang terdapat dalam teks sastra yang berkaitan langsung

dengan masalah penelitian. Data penelitian demikian substansinya dipandang

berkualifikasi valid (shahih) dan reliable (terandal) (Al-Ma’ruf, 2009:11). Data


dalam penelitian ini berupa paparan bahasa (teks tertulis) yaitu kata-kata, frasa,

kalimat yang terdapat dalam novel Sirkus Pohon Karya Andrea Hirata.

Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh

Arikunto, (2002:107). Sumber data dalam penelitian ini berupa teks novel Sirkus

Pohon Karya Andrea Hirata yang diterbitkan oleh penerbit Tiga Kelana tahun

2017. Sumber acuan yang erat kaitannya dengan permasalahan yang peneliti

peroleh dalam penelitian ini dapat dirincikan sebagai berikut.

Judul Buku : Sirkus Pohon

Penulis : Andrea Hirata

Penerbit : Bentang Pustaka

Tahun Terbit : 2017

Jumlah Halaman : 430

3.3 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen adalah peneliti sendiri

karena peneliti memegang peranan penting sebagai pengamat penuh, dan

instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah kertas pencatat, dan alat

tulis. Kertas pencatat digunakan untuk mencatat seluruh data yang berupa

kutipan-kutipan dalam novel Sirkus Pohon Karya Andrea Hirata.

Peneliti kualitatif sebagai human instrumen, berfungsi menetapkan fokus

penelitian, memilih informasi sebagai sumber data, menafsirkan data dan

membuat kesimpulan atas temuannya. Dalam penelitian kualitatif segala sesuatu

yang akan dicari dari obyek penelitian belum jelas dan pasti baik dari

masalahnya, sumber datanya, maupun hasil yang diharapkan belum jelas.


Rancangan penelitian ini masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah

peneliti memasuki obyek penelitian.

Nasution (1988) menyatakan bahwa dalam penelitian kualitatif, tidak ada

pilihan lain selain menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian yang utama.

Alasannya ialah bahwa, segala sesuatu belum mempunyai bentuk yang pasti.

Mulai dari masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang

digunakan, bahkan hasil yag diharapkan. Itu semua tidak dapat ditentukan secara

pasti dan jelas. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian.

Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas, tidak ada pilihan lain dan

hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya.

Instrument pengumpulan data berupa dokumen yang bersifat perjuangan

hidup yaitu berupa buku-buku yang berkenaan dengan yang diteliti, dengan

menggunakan alat berupa tabel yang berisi kolom pertama, variabel, kolom

kedua, indikator, dan kolom ketiga deskripsi dan data.

Variabel Indikator Deskripsi dan Data


1. Kebutuhan 1. Rumah Sobrinuddin pun harus mencari makan dan tempat tinggal
fisiologis 2. Pakaian setelah namanya ternodai karena terlibat kasus sahabatnya
3. Makanan yang bernama Taripol. Ia membutuhkan sebuah pekerjaan
4. Minuman tetap namun jarang ada yang mau menerimanya.
2. Kebutuhan 1. Bebas dari Terkejut aku macam kena setrum. Sejak kecil aku
akan rasa bahaya berkawan dengannya, tapi baru sekarang kudengar soal mafia
aman 2. Terlindungi ini. Aku gamang, apa lagi yang aku tak tahu tentang taripol?
atau Setelah mengingatkan agar aku jangan terlibat lagi dengan
Tersembunyi mafia geng Granat, Inspektur menyuruhku pulang. Sampai di
rumah, aku kena beredel Azizah.
3. Kebutuhan 1. Perasaan cinta Cinta itu milik seseorang yang sebelum berjumpa
rasa ingin 2. Perasaan kasih dengannya kuduga kebahagiaan berada di balik kaki langit
memiliki sayang dan harus kuarungi tujuh samudera untuk menggapainya.
dan kasih 3. Perasaan suka Sejak pertama melihatnya dipertandingan voli karyawan PN
sayang 4. Perasaan ingin Timah vs LLAJ tempo hari, hatiku telah tertambat pada
memiliki Dinda. Saban malam perasaanku tak karuan dibuat sipu
malunya itu. Lewat kawan-kawannya aku berkirim salam
kepadanya, tak ada respons. Aku maklum siapa yang mau
menerima seorang maling?
4. Kebutuhan 1. Kehormatan Sobrinuddin berusaha untuk mendapatkan pekerjaan yang
akan 2. Martabat layak, namun ia hanya memiliki ijazah SD. Ia termotivasi dari
penghargaan 3. Rasa percaya kata-kata adik perempuannya yang bernama Azizah “Lelaki
diri itu harus bekerja tetap! Harus punya pekerjaan tetap yang
4. Penghargaan berwibawa! Lelaki itu harus bekeja di kantor desa, di pemda,
dari orang lain di toko, di rumah sakit, di restoran, di pabrik, di kapal, di PN
atas prestasi Timah, di kantor syahbandar. Ada jam kerjanya, ada tas
yang di capai. kerjanya, ada seragamnya, ada pulpen di sakunya!” dan iya
mendapatkan pekerjaan tersebut.
Kupandangi ibu yang menghargai dan berjiwa humor ini.
Tiba-tiba aku merasa gamang, merasa tak patut untuknya,
untuk segala hal yang telah kulakukan dan dan mungkin akan
kulakukan, dan untuk segala harapannya yang mungkin tak
dapat kupenuhi. Ibu ini terlalu baik untukku. Aku ingin
bersikap adil kepadanya.
5. Kebutuhan 1. Peristiwa yang Sering kulihat wajahku di depan kaca, tapi pantulan kaca
akan betul-betul rupanya tak berjiwa. Barangkali karena karena manusia
Aktualisasi terjadi berkaca hanya untuk satu tujuan, yaitu ingin melihat dirinya
diri. 2. Kondisi indah. Sebaliknya lukisan tara menceritkan segala hal
dimana orang tentangku, bahkan tentang hal-hal yang aku sendiri tak tahu.
bisa berkreasi Dia menangkap setiap tarikan nafasku, memetakan nasibku
3. Memecahkan dalam garis lurus, lengkung, arsiran, dan membunyikan hal-
masalah hal yang tersembunyi dalam kalbuku: janji-janji, mimpi-
4. Menerima mimpi, penyesalan, dan kerinduan. Melihat lukisan itu aku
kondisi orang merasa untuk kali pertama bertemu dengan diriku sendiridan
lain. aku gembira karena ternyata ada kebaikan dan harapan dalam
diriku meski hal itu hanya dilihat oleh seorang anak kecil.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang dilakukan untuk mengumpulkan

data yang diperlukan dalam penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan

membaca novel Sirkus Pohon Karya Andrea Hirata secara cermat, terarah, dan

teliti. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data mengacu pada penlitian

kualitatif bahwa dalam pengumpulan data ada beberapa teknik pengumpulan data

yang dapat digunakan yaitu: (1) membaca novel Sirkus Pohon Karya Andrea

Hirata, (2) mencatat data-data tentang Perjuangan Hidup Tokoh yang ditemukan

dalam novel Sirkus Pohon Karya Andrea Hirata, (3) penggunaan dokumen

Maslow (2010). Data-data yang berkaitan dengan wujud kerja keras, wujud

ketabahan, dan wujud usaha yang ditemukan dalam novel tersebut sebagai berikut
1) Sobrinuddin pun harus mencari makan dan tempat tinggal setelah namanya

ternodai karena terlibat kasus sahabatnya yang bernama Taripol. Ia

membutuhkan sebuah pekerjaan tetap namun jarang ada yang mau

menerimanya.

2) Cinta itu milik seseorang yang sebelum berjumpa dengannya kuduga

kebahagiaan berada di balik kaki langit dan harus kuarungi tujuh samudera

untuk menggapainya.

3) Sobrinuddin berusaha untuk mendapatkan pekerjaan yang layak, namun ia

hanya memiliki ijazah SD. Ia termotivasi dari kata-kata adik perempuannya

yang bernama Azizah “ Lelaki itu harus bekerja tetap! Harus punya pekerjaan tetap
yang berwibawa! Lelaki itu harus bekeja di kantor desa, di pemda, di toko, di rumah sakit, di

restoran, di pabrik, di kapal, di PN Timah, di kantor syahbandar. Ada jam kerjanya, ada tas

kerjanya, ada seragamnya, ada pulpen di sakunya!” dan iya mendapatkan pekerjaan

tersebut.

Langkah-langkah dalam penelitian ini dapat dipaparkan sebagai berikut

Sutopo, (2002:87).

1) Pengumpulan data, yaitu pengumpulan data dengan membaca novel, dan

mencatat dokumen.

2) Reduksi data, yaitu sebagai proses seleksi pemfokusan, pengabstrakan, dan

transformasi data kasar yang ada dalam lapangan langsung dan diteruskan

pada pengumpulan data.

3) Sajian data yaitu, suatu rakitan organisasi informasi yang memungkinkan

kesimpulan penelitian dilakukan.


Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk penyajian analisis data

sebagai berikut ( Cresswell, 2014:276):

1. Mengolah dan mempersiapkan data untuk dianalisis

2. Membaca keseluruhan data

3. Menganalisis lebih detail dengan meng-coding data

4. Terapkan proses coding untuk mendeskripsikan tema-tema yang akan

dianalisis. Deskripsi ini melibatkan usaha penyampaian informasi secara detil

mengenai masalah penelitian.

5. Menunjukkan deskripsi dalam narasi atau laporan kualitatif

6. Menginterpretasi atau memaknai data.

7. Menyimpulkan.

3.5 Teknik analisis data

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan

teori hirarki kebutuhan manusia oleh Abraham H. Maslow (2010). Adapun

langkah-langkah yang digunakan oleh peneliti dalam menganalisis data

diantaranya sebagai berikut ini.

1) Peneliti mengklasifikasikan data sesuai dengan indicator dari masing-

masing variabel.

2) Peneliti mendeskripsikan data dengan menggunakan teori yang relevan

dengan penelitian yang akan dilaksanakan yaitu teori hirarki kebutuhan

manusia oleh Abraham H. Maslow (2010).

3) Peneliti akan mengolah data, menganalisis data, dan menginterpretasikan

data sehingga mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.


3.6 Pengecekan keabsahan data

Pengecekan keabsahan data yaitu dengan validasi dan reliabilitas. Data

yang telah di telaah dikumpulkan dikumpulkan, dianalisis yaitu dengan cara

menafsirkan data yang berupa unit-unit kata, kalimat, maupun wacana sesuai

dengan konteks yaitu yang berkaitan dengan perjuangan hidup tokoh dalam

novel sirkus pohon karya Andrea Hirata. Secara reliabilitas intrarater yaitu

dengan cara melakukan kegiatan membaca secara berulang-ulang agar

memperoleh data yang akurat sesuai dengan indikator dari masing-masing

variabel. Peneliti akan selalu mengkonsultasikan kepada orang yang memiliki

keahlian dalam bidang tersebut yaitu dosen pembing I dan dosen pembing II

untuk memperoleh pemahaman yang lebih akurat dengan penelitian yang akan

dilaksanakan oleh peneliti.

Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain. Teknik trianggulasi yang paling banyak

digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber lainnya. Trianggulasi data

merupakan pengecekan data dengan menggunakan berbagai sumber, teknik,

dan waktu. Hal ini digunakan untuk mengecek apakah data tersebut sudah

akurat atau tidak.

Keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan teknik trianggulasi.

Menurut Sutopo (2002:7 - 8) menyetakan bahwa trianggulasi merupakan cara

yang paling umum digunakan bagi peningkatan validasi dalam penelitian

kualitatif. Menurut Patton (dalam Sutopo, 2002:27) menyatakan bahwa ada

empat macam teknik trianggulasi, yaitu


1) Trianggulasi data yaitu dalam mengumpulkan data peneliti harus

menggunakan beragam sumber dan data yang berbeda.

2) Trianggulasi metode yaitu cara yang digunakan peneliti untuk menguji

keabsahan data dengan mengumpulkan data sejenis tetapi dengan

menggunakan teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda.

3) Trianggulasi peneliti yaitu hasil penelitian baik data ataupun simpulan

mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya bisa diuji validasinya dari

beberapa peneliti.

4) Trianggulasi teori yaitu dalam menguji keabsahan data menggunakan

perspektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan-

permasalahan yang dikaji sehingga dapat dianalisis dan ditarik kesimpulan

yang lebih utuh dan menyeluruh.

Berdasarkan penjelasan diatas tentang keabsahan data maka penelitian ini

dengan judul perjuangan hidup tokoh dalam novel sirkus pohon karya Andrea

Hirata, peneliti menggunakan teknik trianggulasi teori. Teknik trianggulasi

teori dilakukan dalam menguji keabsahan data menggunakan perspektif lebih

dari satu dalam membahas permasalahan-permasalahan yang dikaji sehingga

dapat dianalisis dan ditarik kasimpulan yang lebih utuh dan menyeluruh.

3.7 Tahap-tahap penelitian

Tahap-tahap dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahap diantaranya sebagai

berikut.

1) Tahap persiapan
Pada tahap persiapan ini peneliti akan menemukan masalah-masalah yang

berkenaan dengan perjuangan hidup tokoh dalam novel sirkus pohon karya

Andrea Hirata setelah itu akan merujukan kepada tujuan penelitian dan mencari

teori-teori yang relevan yang akan digunakan dalam pengkajian penelitian

tersebut.

2) Tahap pelaksanaan

Pada tahap ini akan melalui beberapa tahap di antara tahap pengumpulan

data, yaitu mengumpulkan seluruh data yang berkenaan dengan perjuangan hidup

tokoh dalam novel sirkus pohon karya Andrea Hirata dilanjutkan tahap analisis

data dengan menggunakan teori hirarki kebutuhan manusia oleh Abraham H.

Maslow (2010).

3) Tahap penyelesaian

Pada tahap terakhir ini peneliti akan menyusun dalam bentuk laporan,

mengkonsultasikan pada dosen pembimbing I dan pembimbing II. Terakhir

dilanjutkan dengan penulisan dalam bentuk skripsi sebagai karya ilmiah akhir dan

disusun dengan sistematis penulisan karya ilmiah yang telah di tentukan oleh

lembaga dan universitas.


DAFTAR PUSTAKA

Abraham H. Maslow, 2010, Motivation And Personality. Rajawali, Jakarta.

Al-Ma’ruf, Ali Imron. 2009. Metode Penelitian Sastra: Sebuah Pengantar. Hand
Out Kuliah. Surakarta: FKIP – UMS.

Arikunto, Suharsini. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.


Jakarta: Rineka Cipta.

Cresswell, J. W. 2014. Desain Penelitian : Kualitatif , Kuantitatif dan Pendekatan


Metode Campuran : Sage Publications,Inc.

Hirata, Andrea. 2017. Sirkus Pohon. Yogyakarta: Bentang Pustaka.

Lexy J. Moleong. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya Media.

Nasution, S. 1988. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Tarsito

Nugraheni, Eko Wardani. 2009. Makna Totalitas dalam Karya Sastra. Surakarta:
LPP UNS dan UNS Press.

Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press.

Semi, Atar. 1993. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa

Sumardjo, Jacob dan Saini K.M. 1991. Apresiasi Kesusastraan Jakarta: Gramedia.

Sutopo. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif : Dasar Teori dan Terapannya


dalam Penelitian. Surakarta: Sebelas Maret University Press.

Waluyo. 2002. Prosa Fiksi dalam Sastra Indonesia. Yogyakarta: Hanindita


Graha Widia.

Waluyo, H. J. 2002. Pengkajian Sastra Rekaan. Salatiga: Widya S. Press.

Anda mungkin juga menyukai