Anda di halaman 1dari 9

NOVEL SIRKUS POHON KARYA ANDREA HIRATA

SEBAGAI MATERI AJAR SASTRA: ANALISIS PSIKOLOGI SASTRA


DAN NILAI PENDIDIKAN KARAKTER

Sedyaningrum Pujawati, Nugraheni Eko Wardhani, Budi Waluyo


Universitas Sebelas Maret
Surel: sedyaningrumpuja@gmail.com

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: (1) struktur novel Sirkus Pohon
karya Andrea Hirata; (2) id, ego, dan superego tokoh utama novel Sirkus Pohon; (3) nilai
pendidikan karakter yang terkandung dalam novel Sirkus Pohon; dan (4) relevansi novel Sirkus
Pohon sebagai materi pembelajaran sastra di SMA. Penelitian ini dilakukan dengan metode
kualitatif deskriptif dan menggunakan pendekatan psikologi sastra. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa: (1) setiap unsur novel memiliki keterkaitan dengan unsur yang lain sehingga
membuat cerita yang padu; (2) masing-masing tokoh memiliki karakter yang berbeda-beda
sehingga menjadikan mereka memiliki keseimbangan id, ego, dan superego yang berbeda pula; (3)
nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam novel meliputi jujur, disiplin, kerja keras,
tanggung jawab, menghargai prestasi, kreatif, peduli sosial, peduli lingkungan, dan bersahabat;
dan (4) novel Sirkus Pohon relevan dijadikan materi pembelajaran jika dilihat dari aspek isi,
penyajian, bahasa, dan kegrafikan.

Kata kunci: unsur intrinsik, psikologi sastra, novel Sirkus Pohon, nilai pendidikan karakter,
relevansi dengan pembelajaran

SIRKUS POHON NOVEL BY ANDREA HIRATA AS LITERATURE LEARNING


MATERIALS: STUDY OF LITERATURE PSYCHOLOGY
AND THE VALUE OF CHARACTER EDUCATION

Abstract: The purposes of this research are to describe: (1) structure of novel Sirkus Pohon by
Andre Hirata; (2) id, ego, and superego of the main character novel Sirkus Pohon; (3) the value of
character education in the novel Sirkus Pohon; and (4) the relevance of novel Sirkus Pohon as
material of learning literature in senior high school. This research was conducted by descriptive
qualitative method and psychology of literature. The result show that: (1) every elements of novel
have in relation to the elements of other to make a story that a solid; (2) each of the characters has
the character of different so that make them have balance id, ego, and superego different also; (3)
the value of education character contained in the novel covering honest, discipline, hard work, the
responsibility, appreciate the achievements, creative, care social, caring environment, and friends;
and (4) novel Sirkus Pohon relevant made learning materials if viewed from aspects of the
contens, presenting, language, and graph.

Keywords: the elements of intrinsic, psychology of literature, novel Sirkus Pohon, educational
value, relevance with learning

PENDAHULUAN
Bentuk dasar sastra diberi bentuk yang berguna dan menyenangkan (dulce et
terikat “su” sehingga menjadi “susastra” utile). Selain bersifat estetis, menghibur,
atau “kesusastraan” yang berarti segala dan menyenangkan, sastra juga harus
tulisan yang baik dan indah (Wibowo, berguna atau bermanfaat bagi penikmatnya
2013: 13). Ismawati (2013: 115) sehingga dapat dijadikan sebagai sarana
mengatakan bahwa sastra diakui juga edukasi.
sebagai salah satu alat untuk Sastra dibagi menjadi tiga, yaitu
menyampaikan pengajaran (pendidikan) prosa fiksi, puisi, dan drama. Waluyo

BASASTRA Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya


Volume 7 Nomor 2, Oktober 2019, ISSN 2302-6405 179
(2011: 30) mengatakan bahwa dalam setelah membaca dan memahami sebuah
mengapresiasi sastra, khususnya prosa novel. Melalui novel, peserta didik dapat
fiksi, terlebih dahulu harus gemar belajar memahami kehidupan orang lain,
membacanya. Namun, pada kenyataannya bukan hanya dunia mereka sendiri. Oleh
minat membaca masyarakat Indonesia karena itu, tidak menutup kemungkinan
masih tergolong rendah. Berdasarkan hasil melalui psikologi sastra seorang pendidik
studi “Most Littered Nation In the World” dapat menanamkan nilai-nilai pendidikan
yang dilakukan oleh Central Connecticut karakter yang terdapat dalam novel.
State University pada Maret 2016 lalu, Novel Sirkus Pohon karya Andrea
Indonesia dinyatakan menduduki peringkat Hirata berkisah tentang perjuangan
ke-60 dan 61 pada minat membaca. seseorang dalam menemukan kemampuan
Padahal, pemahaman akan isi karya sastra dalam dirinya. Novel ini memuat nilai-nilai
merupakan bekal yang paling baik untuk pendidikan karakter. Isi ceritanya tidak
mengapresiasi sastra. mengandung unsur SARA maupun
Nurgiyantoro mengatakan bahwa pornografi sehingga sesuai dengan kriteria
novel merupakan sebuah karya sastra fiksi buku nonteks berdasarkan Permendikbud
yang menawarkan sebuah dunia yang Nomor 8 Tahun 2016.
berisi model kehidupan yang diidealkan, Berdasarkan uraian di atas, peneliti
dunia imajinasi, yang dibangun melalui bermaksud untuk mengkaji karakter tokoh-
berbagai unsur intrinsiknya (2005: 4). tokoh dalam novel Sirkus Pohon karya
Novel menyajikan berbagai kisah yang Andrea Hirata dengan pendekatan
bisa membuat pembaca berimajinasi dan psikologi sastra dan mencari nilai
masuk dalam cerita novel tersebut. Cerita pendidikan karakter novel serta
dalam novel dapat hidup dengan kehadiran relevansinya sebagai materi pembeljaran
tokoh-tokoh dengan berbagai sastra di SMA.
karakteristiknya. Dengan kata lain,
pembaca dapat mengerti isi cerita ketika METODE PENELITIAN
mengetahui kondisi psikologis tokoh Penelitian ini dilaksanakan selama
dalam novel. Oleh karena itu, hubungan enam bulan, yaitu dari bulan November
antara sastra dan psikologi sangat erat 2017 sampai dengan April 2018. Penelitian
sehingga melebur dan melahirkan ilmu ini merupakan penelitian kualitatif
baru disebut psikologi sastra. deskriptif dengan menggunakan
Psikologi sastra adalah analisis teks pendekatan psikologi sastra. Data dan
dengan mempertimbangkan relevansi dan sumber data yang digunakan adalah
peranan studi psikologi (Budiantoro & ungkapan-ungkapan dalam novel Sirkus
Mardianto, 2016: 47). Tujuan psikologi Pohon karya Andrea Hirata yang
sastra adalah memahami aspek-aspek menunjukkan kepribadian tokoh dan hasil
kejiwaan yang terkandung di dalam suatuu wawancara dengan beberapa siswa dan
karya (Minderop, 2013: 54). Emzir dan guru SMA Negeri 5 Surakarta serta dosen.
Rohman mengatakan bahwa analisis Pengambilan subjek penelitian dilakukan
psikologi terhadap karya sasta, terutama dengan teknik purposive sampling.
fiksi dan drama, tidak terlalu berlebihan Pengumpulan data dilakukan dengan
karena baik sastra maupun psikologi sama- analisis dokumen dan wawancara. Uji
sama membicarakan manusia (2013: 186). validitas dalam penelitian ini
Novel sebagai salah satu bentuk menggunakan triangulasi sumber data dan
karya sastra dapat digunakan sebagai triangulasi metode. Teknik analisis data
media untuk mengungkapkan nilai-nilai yang digunakan adalah teknik analisis
yang terdapat dalam masayarakat.tidak model mengalir yang dikemukakan oleh
sedikit pembaca novel yang mengikuti Miles dan Huberman.
gaya bicara, busana, atau perilaku tokoh

BASASTRA Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya


Volume 7 Nomor 2, Oktober 2019, ISSN 2302-6405 180
HASIL DAN PEMBAHASAN kemari mencari pekerjaan. Tara dan Ibu
Bos bekerja keras untuk membayar utang-
Struktur Novel Sirkus Pohon Karya utang mereka pada Gastori. Berikut salah
Andrea Hirata satu cuplikan yang menggambarkan hal
Novel sebagai karya sastra fiksi tersebut.
memiliki unsur-unsur pembangun yang Karena Ibu banyak melamun,
meliputi tema, tokoh dan penokohan, alur Tegar harus pula mengambil alih
atau plot, latar, sudut pandang, dan amanat. pekerjaan dapur. Dibantu adik
Berikut struktur yang dianalisis dalam perempuannya yang telah beranjak
novel Sirkus Pohon. remaja, dia belanja, bersih-bersih,
mencuci pakaian, dan memasak. ...
Tema Pulang dari sekolah, dia tak
Untuk mengetahui tema dalam bermain-main seperti remaja
sebuah novel harus dilihat dari keseluruhan seusianya. Dia makan siang
cerita, tidak hanya dari potongan-potongan sebentar, berganti pakaian, lalu
cerita. Tema yang diangkat dalam novel bergegas ke pinggir kota, ke
Sirkus Pohon adalah perjuangan seseorang bengkel Masa Depan, demikian
dalam menemukan kemampuan dirinya. nama bengkel sepeda peninggalan
Hal ini dapat dilihat dari kisah beberapa ayahnya itu. (Hirata, 2017: 67)
tokoh yang pada akhirnya menemukan
dunia yang berbeda dalam sebuah sirkus. Tokoh utama antagonis, si Gastori
Hal tersebut dapat terlihat pada cuplikan memiliki watak yang ambisius. Dia sangat
berikut. berambisi memenangkan pemilihan kepala
Sirkus telah membuatku gembira desa. Gastori menghalalkan segala cara
bekerja dan membuatku melihat untuk memenangkan dirinya dalam
kebaikan dalam diriku sendiri. pemilihan, seperti pada cuplikan berikut.
(Hirata, 2017: 192) Hari-hari berikutnya, Gastori
Sobrinudin yang bermodal ijazah menagih utangnya dengan cara
SD, sebelumnya bekerja serabutan di yang brutal, mengancam menuntut
pasar. Pengalaman dan juga semangat secara hukum dan mengerahkan
kerja membuat Sobrinudin diterima orang-orang yang kasar ke sirkus.
menjadi pegawai tetap di sirkus keliling Ibu Bos kena intimidasi. (Hirata,
sebagai badut sirkus. Menjadi bagian dari 2017: 191)
sirkus seolah hal yang selama ini dicari. Tokoh bulat yang terdiri dari Taripol
dan Abdul Rapi, memiliki perlaku yang
Tokoh dan Penokohan tidak terduga. Pada awal cerita, mereka
Berdasarkan perannya, tokoh dalam dikisahkan memiliki sikap yang sangat
novel terdiri dari tokoh utama dan tokoh buruk, seperti bekerja sama menjual
tambahan. Namun, dalam penelitian ini barang curian. Namun, di akhir cerita
peneliti fokus meneliti penokohan pada ternyata mereka bekerja sama membantu
tokoh utama. Tokoh utama dalam novel Ibu Bos melunasi utang-utang kepada
Sirkus Pohon meliputi tokoh utama Gastori.
protagonis (Sobrinudin, Tegar, Tara, Ibu
Bos), tokoh utama antagonis (Gastori), dan Alur atau Plot
tokoh bulat (Taripol, Abdul Rapi). Cerita dalam novel Sirkus Pohon
Tokoh utama protagonis dalam dibagi menjadi dua, yaitu dari tentang
novel Sirkus Pohon memiliki watak yang Sobrinudin dan Tegar. Cerita Sobrinudin
sama, yaitu pekerja keras dan bertanggung menggunakan alur campuran, sedangkan
jawab. Sobrinudin dan Tegar dengan cerita Tegar menggunakan alur maju.
modal pendidikan terakhir mereka, ke sana Penggunaan tahapan alur dalam novel
dilakukan secara bertahap, mulai dari

BASASTRA Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya


Volume 7 Nomor 2, Oktober 2019, ISSN 2302-6405 181
situation, generating circumstances, rising Latar atau Setting
action, climax, dan denouement. Latar tempat yang digunakan dalam
Alur campuran banyak digunakan di novel Sirkus Pohon tidak disebutkan
awal cerita, bab 1 sampai bab 19. secara pasti terletak di mana karena
Pengarang menceritakan Sobrinudin yang penyebutan namanya tidak berdasarkan
sedang mendeskripsikan pohon delima nama sebenarnya. Berikut cuplikan yang
yang berada di pekarangan rumahnya. menunjukkan latar tempat terjadinya suatu
Kemudin, pada bab berikutnya peristiwa.
menceritakan Sobrinudin yang masih Pernah kutemukan sebuah buku di
seorang pengangguran dan masih tinggal kios uku Junaidi, Lantai 2, los
bersama ayahnya. Setelah itu, cerita Pasar Dalam, Tanjong Lantai.
beralih pada ingatan Sobrinudin ketika (Hirata, 2017: 3)
masih berteman baik dengan Taripol.
Cerita berlanjut menggunakan alur maju, Tak sabar masyarakat Ketumbi
menceritakan pada akhirya Sobrinudin dan menunggu debat radio itu. (Hirata,
Taripol bekerja di sirkus keliling. 2017: 216)
Sedangkan, alur maju dari Tegar
menceritakan tokoh Tegar dari masih Latar waktu yang terdapat dalam
duduk di bangku kelas 5 SD saat pertama novel Sirkus Pohon menunjukkan suatu
kali bertemu dengan Tara, hingga akhirnya massa tertentu, yaitu sekitar tahun 1990
Tegar bergabung dengan sirkus keliling. hingga awal tahun 2000-an. Hal ini
Tahap situation merupakan bagian ditandai dengan maraknya motor bebek,
pengenalan situasi dan latar belakang potongan rambut mohawk, dan
tokoh-tokoh yang terlibat, seperti penggunaan jasa mat kodak (jasa tukang
Sobrinudin, Taripol, dan Tegar, hingga foto).
mereka semua tergabung dalam sebuah Kabar buruk tak hanya bagi Tegar,
sirkus keliling. Pada tahap generating tapi juga bagi siapa saja yang
circumstances, kemunculan konflik punya bengkel sepeda. Usaha itu
ditandai dengan munculnya tokoh Gastori lambat laun habis napas. Sebab,
yang tiba-tiba datang ke sirkus dan dewasa ini, tanpa uang muka,
memaksa Ibu Bos melunasi utang- hanya bermodal surat tanah, KTP,
utangnya. Konflik semakin meningkat surat kawin, bahkan surat cerai,
pada tahap rising action. Pada tahap asli atau fotokopi, orang bisa dapat
tersebut, Gastori mengetahui adanya pohon kreditan motor bebek. (Hirata,
delima sakti miliki Sobrinudin yang dapat 2017: 137)
mengabulkan permintaan. Konflik Cukup sulit Gastori dan mat kodak
mencapai puncaknya ketika pohon delima Syamsudin mencerna maksud
Sobrinudin menjadi rebutan orang-orang. Abdul Rapi. Namun, akhirnya
Bahkan, Gastori memberikan banyak uang didapat foto yang hebat. (Hirata,
untuk menguasai pohon itu. Pada tahap 2017: 231)
denouement, konflik mulai mereda. Taripol Latar sosial yang digunakan dalam
menunjukkan sikap tidak terduganya. Dia novel menggambarkan kondisi masyarakat
diduga membawa uang sogokan Gastori Melayu yang meliputi kebiasaan dan
untuk Sobrinudin. Namun, ternyata dia kepercayaan yang mereka anut. Selain itu,
menggunakannya untuk melunasi utang latar masyarakat Melayu juga ditunjukkan
Ibu Bos sehingga sirkus dapat dibuka dengan bahasa yang digunakan, seperti
kembali. pada cuplikan berikut.
“Apa yang kau bawa tu, Sobri?”
lembut saja Inspektur bertanya dan

BASASTRA Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya


Volume 7 Nomor 2, Oktober 2019, ISSN 2302-6405 182
naluriku langsung berkata bahwa Amanat dalam novel Sirkus Pohon dapat
aku celaka. (Hirata, 2017: 31) terlihat dari dialog tokoh dan
penggambaran tokoh, atau dari peristiwa
“Banyak sekali pengunjung, hidup yang dialami tokoh. Amanat tersebut
baguskan lukisan yang dipamerkan disampaikan secara langsung dan juga
ni, Bang?” Tegar bertanya. (Hirata, tidak langsung.
2017: 172) “Orang-orang yang berkata tentang
Dari cuplikan di atas dapat dilihat diri mereka sendiri, melebih-
adanya logat bicara orang Melayu, lebihkan, orang-orang yang
misalnya dengan menggunakan kata tu berkata tentang orang lain,
untuk menyebutkan itu dan ni untuk mengurang-ngurangi.” (Hirata,
menyebutkan ini. 2017: 51)
Cuplikan di atas menunjukkan
Sudut Pandang amanat untuk tidak menyombongkan diri
Sudut pandang yang digunakan dan tidak merendahkan orang lain. Ketika
dalam novel Sirkus Pohon adalah sudut bercerita tentang diri sendiri maupun orang
pandang orang pertama dan ketiga lain hendaknya tidak belebihan. Secara
(campuran). keseluruhan, amanat yang terdapat dalam
Sereta-merta Ayah bangkit dari novel Sirkus Pohon antara lain: jadilah
tempat duduk dan bertepuk tangan orang yang memiliki sikap jujur, kerja
keras sekali demi melihat jurus keras, tanggung jawab, menghargai, dan
ekor nagaku itu. Ayah rendah hati.
menggeleng-geleng kagum Sesuai dengan pendapat Teeuw
padaku. Aku senang karena saat itu (2013: 97) yang mengatakan bahwa proses
aku tahu, akhirnya Ayah mengakui interpretasi yang bertangga berdasarkan
pekerjaanku sebagai badut sirkus. asumsi atau konvensi ataupun aksioma
(Hirata, 2017: 101) bahwa teks yang dibaca mempunyai
Gara-gara pecah kongsi sama kesatuan, keseluruhan, kebulatan makna
suami, ibu Tegar mengerang, dan koherensi intrinsik. Unsur-unsur yang
meradang, lalu patah hati, lalu membangun cerita dalam novel Sirkus
melamun sepanjang hari. Hobi Pohon karya Andrea Hirata memiliki
membuat kue dan menanam bunga keterkaitan yang padu sehingga
dinonaktifkan. Dapur sunyi menjadikan novel ini sebagai karya sastra
senyap, pekarangan merana. yang baik. Hubungan unsur pembangun
(Hirata, 2017: 65) dalam novel memberikan pemahaman
Sudut pandang orang pertama yang yang utuh bagi pembaca.
digunakan adalah “Aku” sebagai tokoh
utama. Tokoh utama dalam novel Sirkus Id, Ego, dan Superego Tokoh Utama
Pohon yang dimaksud adalah Sobrinudin. Novel Sirkus Pohon Karya Andrea
Sedangkan sudut pandang orang ketiga Hirata
yang digunakan adalah “Dia” maha tahu. Dalam novel ini, peneliti mengkaji
Di sini narator menampilkan tokoh-tokoh kejiwaan tokoh-tokoh utama yang terdapat
dengan menyebut nama atau kata gantinya, dalam novel. Tokoh-tokoh yang terdapat
seperti ia, dia, dan mereka. dalam novel Sirkus Pohon, khususnya
tokoh utama, memiliki karakter yang
berbeda-beda. Jika ditinjau dari psikologi
Amanat
Untuk mengetahui amanat yang sastra menggunakan teori Sigmund Freud,
terkandung dalam sebuah novel, tidak bisa perwatakan mereka tidak terlepas dari
didapat hanya dari sepenggal saja tetapi adanya id, ego, dan superego. Tokoh
harus membaca novel secara keseluruhan. utama yang terdapat dalam novel Sirkus

BASASTRA Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya


Volume 7 Nomor 2, Oktober 2019, ISSN 2302-6405 183
Pohon terbagi menjadi tokoh protagonis, Mengingat suami Ibu Tara memiliki utang
tokoh antagonis, dan tokoh bulat. Masing- yang sangat banyak kepadanya, maka dia
masing tokoh tersebut memiliki unsur berniat meminta Ibu Tara melunasi
kepribadian yang berbeda-beda. semuanya saat itu juga. Kemudian Gastori
Tokoh utama protagonis memiliki datang ke sirkus Ibu Tara dan memaksanya
ketiga unsur kepribadian id, ego, dna untuk melunasi utangnya. Bukan hanya
superego. Keinginan dan tindakan mereka sekali, Gastori datang lagi dengan
selalu diimbangi dengan hadirnya membawa orang-orang yang kasar untuk
superego. Oleh karena itu, tokoh menakuti-nakuti Ibu Tara (ego).
protagonis dalam novel Sirkus Pohon lebih Tokoh bulat dalam novel adalah
berhati-hati dalam bertindak dan lebih Taripol dan Abdul Rapi. Kedua tokoh ini
mempertimbangkan baik dan buruknya. pada awalnya memiliki unsur kepribadian
Hal tersebut dapat dilihat pada cuplikan yang tidak seimbang, yaitu id dan ego saja.
berikut. Namun, seiring berkembangnya cerita,
Setelah itu, tak ada hal lain yang karakter mereka semakin terlihat. Butuh
kukerjakan, kecuali mencari kerja banyak waktu untuk bisa melihat sisi lain
tetap. Kerja tetap sesuai kriteria dari kedua tokoh ini. Hal ini memberikan
Azizah dan terutama sesuai efek kejutan bagi pembaca karena kedua
keinginan Dinda. (Hirata, 2017: tokoh tersebut menampilkan watak yang
45) sebelumnya tidak pernah digambarkan.
Cuplikan di atas menggambarkan Dibalik id dan ego yang terlihat dari
keinginan Sobrinudin untuk melamar perilaku mereka, ternyata tersembunyi
Dinda. Sobrinudin tertambat hatinya pada superego dalam diri mereka.
Dinda (id) dan memberanikan diri untuk
mengutarakan perasaannya (ego). Setelah Nilai Pendidikan Karakter dalam Novel
itu, Dinda bersedia dilamar apabila Sirkus Pohon Karya Andrea Hirata
Sobrinudin sudah memiliki pekerjaan Novel sebagai karya sastra yang
tetap. Tak ada hal lain yang dikerjakan baik hendaknya bersifat dulce et utile
Sobrinudin selain mencari pekerjaan tetap seperti yang dikatakan Ismawati (2013:
(superego) sesuai keinginan Dinda. 115) bahwa sastra diakui sebagai salah satu
Sedangkan, tokoh utama antagonis alat untuk menyampaikan pengajaran
memiliki dua unsur kepribadian, yaitu id (pendidikan) yang berguna dan
dan ego. Hal ini mengakibatkan tokoh menyenangkan (dulce et utile). Selain
antagonis berbuat semaunya sendiri tanpa memberikan kesenangan, novel juga harus
memedulikan orang-orang di sekitarnya memiliki nilai kebermanfaatan, salah
dan mengabaikan baik atau buruk satunya memberikan nilai pendidikan
tindakannya tersebut. Tokoh antagonis karakter bagi pembaca.
dalam novel Sirkus Pohon yaitu Gastori, Novel Sirkus Pohon karya Andrea
menghalalkan segala cara untuk mencapai Hirata dapat dikatakan sebagai karya sastra
tujuannya menjadi kepala desa seperti pada yang dulce et utile jika dilihat dari nilai
cuplikan berikut. pendidikan karakter yang terkandung di
Hari-hari berikutnya, Gastori dalamnya. Dari 18 nilai pendidikan
menagih utangnya dengan cara karakter yang tercantum dalam
yang brutal, mengancam menuntut Kemendiknas tahun 2010, terdapat 9 nilai
secara hukum dan mengerahkan pendidikan karakter yang terdapat dalam
orang-orang yang kasar ke sirkus. novel Sirkus Pohon. Nilai-nilai tersebut
(Hirata, 2017: 191) meliputi: jujur, disiplin, kerja keras,
Id Gastori yaitu ingin mencalonkan tanggung jawab, menghargai prestasi,
diri menjadi kepada desa sehingga kreatif, peduli sosial, peduli lingkungan,
membutuhkan uang yang banyak. dan bersahabat atau komunikatif. Berikut

BASASTRA Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya


Volume 7 Nomor 2, Oktober 2019, ISSN 2302-6405 184
beberapa cuplikan yang menunjukkan dan siswa juga dapat menggunakan buku
adanya nilai pendidikan karakter dalam nonteks untuk memperluas pemahaman
novel Sirkus Pohon. materi pembelajaran.
Jujur Materi pembelajaran yang baik
“Ijazah terakhir kalau boleh tahu?” harus relevan terhadap tujuan instruksional
“SD.” yang harus dicapai; sesuai dalam taraf
“Lumayan juga, ya.” (Hirata, kesulitannya dengan kemampuan siswa;
2017: 49) dapat menunjang motivasi siswa; dan
harus membantu untuk melibatkan diri
Disiplin secara aktif, baik dengan berpikir sendiri
Dia datang lebih pagi daripada maupun dengan melakukan berbagai
siapa pun dan pulang paling akhir. kegiatan (Winkel, 2007: 332).
Kata Ibu Bos, dalam waktu dua Berdasarkan hal di atas, materi
bulan dia sudah bisa ditampilkan. pelajaran harus sesuai dengan tujuan
(Hirata, 2017: 190) instruksional, maka dapat dikaitkan dengan
Kerja Keras kompetensi yang harus dicapai oleh siswa.
Tegar berlatih keras, seakan tak Kesesuaian tersebut dapat dilihat dalam
ada hari esok. Setiap hari dia Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016
gembira membalas impian yang tentang KI dan KD Pelajaran Kurikulum
sempat tertunda untuk menjadi 2013 untuk siswa SMA kelas XII. KD 3.9
aktor sirkus. (Hirata, 2017: 376) berbunyi “Menganalisis isi dan kebahasaan
novel”.
Tanggung Jawab Selain itu, novel ini juga tidak
Karena Ibu banyak melamun, mengandung nilai-nilai penyimpangan
Tegar harus pula mengambil alih yang dapat memberikan pengaruh negatif
pekerjaan dapur. Dibantu adik kepada siswa. Nilai-nilai yang terkandung
perempuannya yang telah beranjak di dalamnya merupakan nilai-nilai positif
remaja, dia belanja, bersih-bersih, dan memuat pendidikan karakter yang
mencuci pakaian, dan memasak. dapat memotivasi siswa.
(Hirata, 2017: 67) Hal ini sejalan dengan pendapat
Mulat Ngesti Sawiji selaku guru Bahasa
Nilai pendidikan karakter ini dapat Indonesia mengenai relevansi novel Sirkus
dijadikan sebagai pedoman siswa untuk Pohon karya Andrea Hirata yang cocok
mengembangkan perilaku positif. Nilai digunakan sebagai materi pembelajaran
pendidikan karakter yang terdapat dalam sastra karena nilai-nilai positif yang
novel dapat dilihat dari perwatakan dan terdapat di dalamnya, seperti pada
perilaku tokoh. ungkapan berikut.
Bahasanya ringan, isinya mudah
Relevansi Novel Sirkus Pohon Karya dimengerti, mendidik karena
Andrea Hirata sebagai Materi terdapat nilai yang mengandung
Pembelajaran Sastra di SMA pendidikan karakter. Jadi, cocok
Dalam pembelajaran, sekolah atau dan relevan untuk digunakan
guru sering menentukan buku teks yang sebagai media pembelajaran di
akan digunakan sebagai sumber materi sekolah.
pembelajaran. Penggunaan buku teks
tersebut disesuaikan dengan kurikulum Kelayakan sebuah novel untuk
yang berlaku. Ketika terjadi perubahan dijadikan sebagai materi pembelajaran
kurikulum maka diikuti pula perubahan sastra di SMA khususnya sebagai buku
buku teks pelajaran. Namun, buku teks nonteks pelajaran dapat dilihat dari empat
bukanlah satu-satunya sumber materi segi, yaitu (1) kelayakan isi/materi, (2)
pembelajaran yang dapat digunakan. Guru kelayakan penyajian, (3) kelayakan bahasa,

BASASTRA Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya


Volume 7 Nomor 2, Oktober 2019, ISSN 2302-6405 185
dan (4) kelayakan kegrafikan sesuai yang Freud menyebutkan dalam diri mausia
tertuang dalam Permendikbud Nomor 8 terdapat tiga komponen kejiwaan, yaitu id,
Tahun 2016. ego, dan superego. Dalam novel Sirkus
Jika dilihat dari keempat aspek Pohon ini tokoh utama protagonis yang
tersebut, menurut Mulat Ngesti Sawiji meliputi Sobrinudin, Tegar, Tara, dan Ibu
novel Sirkus Pohon dapat dikatakan layak Bos lebih dominan pada superego. Tokoh
apabila digunakan sebagai materi antagonis si Gastori lebih dominan id.
pembelajaran sastra di sekolah. Seperti Tokoh bulat yang terdiri dari Taripol dan
yang diungkapkan Mulat Ngesti Sawiji Abdul Rapi memiliki kesamaran antara
berikut. ego dan superego karena wataknya yang
Jika diliihat dari empat sisi, novel tidak terduga.
Sirkus Pohon sangat layak karena dapat Novel Sirkus Pohon karya Andrea
memotivasi siswa, menimbulkan sifat Hirata merupakan karya sastra yang dulce
gotong royong, dan menghargai perbedaan. et utile, yaitu menghibur dan mendidik.
Aspek penyajian tidak mengandung unsur Selain ceritanya yang menarik dan
SARA dan relevan dengan kehidupan menghibur, juga terkandung nilai-nilai
sehari-hari. Bahasanya komunikatif, pendidikan karakter. Nilai pendidikan
santun, dan tidak provokatif. Buku karakter tersebut meliputi jujur, disiplin,
dikemas dengan menarik. kerja keras, tanggung jawab, menghargai
prestasi, kreatif, peduli sosial, peduli
SIMPULAN lingkungan, dan bersahabat. Nilai-nilai
Berdasarkan pada penelitian yang tersebut dapat ditemui pada perwatakan
telah dilakukan mengenai struktur, kajian maupun perilaku tokoh dalam novel.
psikologi sastra, nilai pendidikan karakter, Novel Sirkus Pohon karya Andrea
dan relevansi novel Sirkus Pohon karya Hirata relevan bila digunakan sebagai
Andrea Hirata sebagai materi pembelajaran materi pembelajaran sastra di sekolah
sastra di Sekolah Menengah Atas dapat menengah atas karena sesuai dengan
ditarik beberapa simpulan. kompetensi dasar yang ada. Hal ini
Struktur novel Sirkus Pohon terdiri menunjukkan bahwa novel Sirkus Pohon
dari tema, tokoh dan penokohan, alur atau relevan dengan tujuan instruksioanl yang
plot, latar atau setting, sudut pandang, dan harus dicapai. Sebagai buku nonteks
amanat. Masing-masing unsur tersebut pelajaran, novel Sirkus Pohon memiliki
memliki keterkaitan dengan unsur yang kelayakan dari aspek isi/materi, penyajian,
lain sehingga menjadikan novel Sirkus bahasa, dan kegrafikan.
Pohon karya Andrea Hirata sebagai karya Dari hasil penelitian ini, peneliti
sastra yang baik. Keterpaduan tersebut menyarankan guru-guru Bahasa Indonesai
memberikan pemahaman yang utuh bagi untuk menggunakan novel Sirkus Pohon
para pembaca. karya Andrea Hirata sebagai materi
Masing-masing tokoh memiliki pembelajaran sastra di sekolah. Selain itu,
perwatakan yang berbeda-beda. Hal ini baik guru maupun sekolah, perlu
yang menjadikan kondisi psikologi mereka menyediakan bahan bacaan yang sesuai
juga berbeda. Teori psikologi Sigmund dengan perkembangan usia anak.

REFERENSI

Budiantoro, W. & Wiwit M. (2016). B.S.). Purwokerto: Penerbit


Aplikasi Teori dan Psikologi Kaldera.
Sastra (Kajian terhdap Puisi dan
Kehidupan Penyair Abdul Wachid

BASASTRA Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya


Volume 7 Nomor 2, Oktober 2019, ISSN 2302-6405 186
Emzir & Saifur R. (2015). Teori dan Teeuw, A. (2015). Sastra dan Ilmu Sastra:
Pengajaran Sastra. Jakarta: PT Pengantar Teori Sastra. Bandung:
RajaGrafindo Persada. PT. Dunia Pustaka Jaya.
Ismawati, E. (2013). Pengajaran Sastra. Waluyo, H.J. (2011). Pengkajian dan
Yogyakarta: Penerbit Ombak. Apresiasi Prosa Fiksi. Surakarta:
Minderop, A. (2013). Psikologi Sastra: UNS Press.
Karya Sastra, Metode, Teori, dan Wibowo, A. (2013). Pendidikan Karakter
Contoh Kasus. Jakarta: Yayasan Berbasis Sastra. Yogyakarta:
Pustaka Obor Indonesia. Pustaka Belajar.
Nurgiyantoro, B. (2005). Teori Pengkajian Winkel, W. S. (2009). Psikologi
Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada Pengajaran. Yogyakarta: Media
University Press. Abadi.

BASASTRA Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya


Volume 7 Nomor 2, Oktober 2019, ISSN 2302-6405 187

Anda mungkin juga menyukai