Anda di halaman 1dari 12

Deiksis

p-ISSN 2085-2274, e-ISSN 2502-227X


Vol. 15 No. 2, Mei-Agustus 2023
hlm. 145-158
DOI: 10.30998/deiksis.v15i2.16939

PSIKOLOGI HUMANISTIK DALAM NOVEL


ANGSA DAN KELELAWAR KARYA KEIGO
HIGASHINO SERTA IMPLIKASINYA
TERHADAP PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA

Adhitya Bagus Pradhana, Muhammad Afif Permana, Vincentius Dwi Surya


Putra.

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Indraprasta PGRI
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Indraprasta PGRI
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Indraprasta PGRI

adhityaabangnyatubagus@gmail.com, permanamuhammadafif@gmail.com,
kuliahapanii@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisis serta mendeskripsikan tema, tokoh dan
penokohan, alur, konsep psikologi humanistik yang tercermin di dalamnya, serta pemahaman
psikologi humanistik terhadap karakter dan tema dalam novel "Angsa dan Kelelawar" terhadap
pembelajaran sastra di SMA. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Data dalam
penelitian ini berupa bahasa tulis meliputi kata, kalimat, paragraf dan dialog yang terdapat dalam
novel "Angsa dan Kelelawar" karya Keigo Higashino. Penulis akan mengumpulkan data dengan
teknik pustaka dan selanjutnya menggunakan teknik catat. Didapatkan lima data: (1) Penyelidikan
Misteri dan Kompleksitas Interpersonal diangkat menjadi tema dengan alas an dalam novel
tersebut banyak menyiratkan konflik dan rintangan dalam mengungkap kebenaran melalui misteri,
pertempuran antara keadilan dan ketidakpastian, pertentangan keluarga, dan elemen misteri
kriminal., (2) tokoh-tokoh seperti Nakamachi, Godai Tsutomu, Yamada Yuta, Ayako, Shiraishi
Mirei, Kuraki Tatsuro, Anzai Hiroki, dan Tomoki menggambarkan kompleksitas karakter yang
terlibat dalam cerita. Setiap tokoh mencerminkan lapisan psikologis yang mendalam, termasuk
keinginan akan rasa aman, perasaan harga diri, penolakan terhadap bantuan, pembelaan terhadap
orang terkasih, dan usaha untuk menebus kesalahan masa lalu, (3) alur mengikuti pengembangan
kasus pembunuhan pengacara Shiraishi Kensuke, yang melibatkan pengakuan palsu pembunuh,
konflik penyelidikan yang rumit, dan akhirnya mengungkapkan kebenaran tersembunyi dengan
melibatkan unsur intrik dalam lingkup keluarga korban, (4) Psikologi humanistik dalam "Angsa
dan Kelelawar" mencerminkan hierarki Maslow, dengan karakter-karakter seperti Godai yang
mengekspresikan kebutuhan harga diri, Kuraki yang mencerminkan rasa aman dan hubungan
positif, serta Tomoki yang mencakup kebutuhan hubungan, rasa aman, dan aktualisasi diri. Tema
kejahatan dan misteri pembunuhan dalam cerita juga mempertegas kebutuhan akan rasa aman,
pengetahuan, dan harga diri, dan (5) Implikasi psikologi humanistik dalam "Angsa dan Kelelawar"
memperkaya pembelajaran sastra di SMA dengan mengeksplorasi dimensi hubungan manusiawi,
pencarian makna hidup, keterlibatan emosional, autonomi, pertumbuhan karakter, dan
pembelajaran moral melalui konflik dalam karya sastra.

Kata Kunci: Psikologi Humanistik, Novel, Pembelajaran

Abstract

This research aims to analyze and describe the themes, characters, plot, and the reflection of
humanistic psychology concepts in the novel "Swan and Bat" by Keigo Higashino, particularly its
implications for literature learning in high school. The study employs a qualitative descriptive
method, utilizing written language data from the novel through library research and note-taking
techniques. The findings encompass five key aspects: (1) The Mystery Investigation and
Interpersonal Complexity emerge as central themes, portraying conflicts and obstacles in
uncovering the truth through mysteries, the battle between justice and uncertainty, family conflicts,
Deiksis | Vol. 15 No.2 | Mei-Agustus 2023: 145-158
and criminal mystery elements. (2) Characters such as Nakamachi, Godai Tsutomu, Yamada Yuta,
Ayako, Shiraishi Mirei, Kuraki Tatsuro, Anzai Hiroki, and Tomoki depict the complexity of
characters involved in the story, reflecting deep psychological layers, including the desire for
security, self-esteem, rejection of assistance, defense of loved ones, and efforts to redeem past
mistakes. (3) The plot follows the development of the murder case of lawyer Shiraishi Kensuke,
involving false confessions, intricate investigation conflicts, and ultimately revealing hidden truths
by engaging family elements. (4) Humanistic psychology in "Swan and Bat" reflects Maslow's
hierarchy, with characters like Godai expressing self-esteem needs, Kuraki reflecting safety and
positive relationships, and Tomoki encompassing the needs for relationships, safety, and self-
actualization. The crime and murder mystery themes in the story also emphasize the need for
security, knowledge, and self-esteem. (5) The implications of humanistic psychology in "Swan and
Bat" enrich literature learning in high school by exploring dimensions of human relationships, the
search for meaning in life, emotional involvement, autonomy, character growth, and moral
learning through conflicts in literature.

Keywords: Humanistic Psychology, Novel, Learning.


Psikologi Humanistik dalam Novel "Angsa dan Kelelawar" karya Keigo Higashino serta Implikasinya terhadap
Pembelajaran Sastra di SMA
(Vincentius, Afif, Adhit.)

PENDAHULUAN
Pendidikan sastra di tingkat Sekolah Menengan Atas memegang peran penting
dalam membentuk pemahaman mendalam siswa terhadap karya sastra. Namun, terkadang
pengajaran sastra di sekolah lebih terfokus pada analisis teks secara klasik dan kurang
mempertimbangkan dimensi psikologis serta keunikan individu siswa. Padahal Karya
sastra dapat dijadikan media pendidikan untuk mengembangkan, mentransformasi,
membentuk karakter, dan sikap peserta didik(Sukirman, 2021). Oleh karena itu,
mempertimbangkan pendekatan psikologi dalam pembelajaran sastra bisa menjadi
langkah yang menarik untuk memberikan wawasan yang lebih mendalam bagi siswa.
Salah satu karya sastra yang mendukung untuk membentuk karakter dan sikap peserta
didik adalah novel, sebab novel biasanya menceritakan tentang kehiduan manusia dengan
bermacam-macam masalah dalam interaksinya dengan lingkungan dan
sesamanya(Saputri & Laeliyah, 2020).
Keigo Higashino adalah seorang penulis Jepang yang terkenal dengan karyanya
yang kaya akan karakter kompleks dan konflik psikologis. Salah satu novelnya, "Angsa
dan Kelelawar," tidak hanya menghadirkan cerita menarik tetapi juga menggali dalam
karakter-karakternya. Pendekatan psikologi humanistik, yang menghargai aspek-aspek
individualitas, pengembangan diri, dan potensi manusia, dapat digunakan untuk
memahami karakter-karakter dalam novel ini secara lebih mendalam(Sumantri & Ahmad,
2019).
Penerapan pendekatan psikologi humanistik dalam pembelajaran sastra di
Sekolah Menengah Atas memiliki potensi besar untuk meningkatkan pemahaman siswa
tentang karakter dalam karya sastra. Hal ini juga dapat membantu siswa memahami nilai-
nilai pribadi yang tercermin dalam cerita dan mengaitkannya dengan pengalaman mereka
sendiri. Selain itu, pemahaman psikologi humanistik dapat berkontribusi pada
peningkatan literasi emosional siswa, yang merupakan keterampilan kunci dalam
membaca dan memahami karya sastra dengan lebih baik.
Berdasarkan penjelasan di atas, novel "Angsa dan Kelelawar" dipilih karena
Keigo Higashino adalah seorang penulis terkenal dalam genre misteri dan psikologi.
Karyanya sering kali menggambarkan karakter yang kompleks, motivasi, dan dilema
moral, yang membuatnya menjadi subjek yang tepat untuk penelitian ini. Dalam
kurikulum di Sekolah Menengah Atas, sastra merupakan bagian penting yang
memungkinkan siswa untuk mengasah keterampilan membaca, analisis, dan pemahaman
juga merupakan sebuah pengalaman, pemikiran atau perasaan manusia yang kreatif,
reaktif, dan produktif terhadap sekitarnya dengan media bahasa(Huda, 2021). Memahami
implikasi psikologi humanistik dalam sastra dapat meningkatkan pengajaran dan
pembelajaran sastra di sekolah menengah atas.
Semoga penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan metode
pembelajaran sastra yang lebih berdampak dan memperkaya pemahaman siswa terhadap
kedalaman karakter dan tema dalam karya sastra, khususnya novel "Angsa dan
Kelelawar" karya Keigo Higashino.

METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif secara
kualitatif. Peneliti sengaja memilih metode tersebut karena penelitian kualitatif
merupakan penelitian yang bersifat deskriptif juga analisis(Waruwu, 2023), dalam
penelitian ini peneliti mendeskripsikan data yang akan dianalisis berupa aspek psikologis
dalam novel "Angsa dan Kelelawar" karya Keigo Higashino berdasarkan kajian
psikologi humanistik Abraham Maslow, serta peneliti akan menjelaskan semuanya
dengan kata-kata atau kalimat bukan menggunakan angka-angka(Ariyanti, 2019). Kajian
Deiksis | Vol. 15 No.2 | Mei-Agustus 2023: 145-158
psikologi humanistik Abraham Maslow sengaja dipilih karenasSalah satu teori
kebutuhan yang paling populer dibangun dan dikembangkan oleh Abraham Maslow.
Menurut Maslow tingkah laku manusia ditentukan oleh kecenderungan individu untuk
mencapai tujuan agar kehidupan si individu lebih berbahagia dan sekaligus
memuaskan(Rostanawa, 2018).
Analisis dan pembahasan yang dilakukan dapat dikemukakan sebagai berikut:
pembahasan tema, tokoh dan penokohan, serta alur dalam novel Angsa dan Kelelawar karya Keigo
Higashino. Tidak ketinggalan, konsep psikologi humanistik tercermin dalam karakter dan
tema yang ada dalam novel "Angsa dan Kelelawar" karya Keigo Higashino juga akan di
deskripsikan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Bagian ini menjadi bagian paling penting dalam penelitian. Pembahasan merujuk
pada masalah yang sudah diungkapkan pada bagian sebelumnya. Untuk memaparkannya
akan disajikan subbab dalam rangka mempermudah pembahasan dan dapat memperjelas
posisi penelitian ini. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini, adalah: 1) bagaimana
tema dalam novel Angsa dan Kelelawar karya Keigo Higashino; 2) bagaimana tokoh dan penokohan
dalam novel Angsa dan Kelelawar karya Keigo Higashino; 3) bagaimana alur dalam novel Angsa dan
Kelelawar karya Keigo Higashino; 4) bagaimana konsep psikologi humanistik yang tercermin dalam
novel Angsa dan Kelelawar karya Keigo Higashino; dan 5) apa saja dampak atau implikasi penelitian ini
terhadap pembelajaran sastra di SMA. Dengan demikian, pembahasan akan menjawab rumusan
masalah yang telah disajikan.

Tema dalam Novel Angsa dan Kelelawar karya Keigo Higashino


Novel ini mengikuti penyelidikan kasus pembunuhan pengacara bernama
Shiraishi Kensuke. Pada awalnya, muncul kebingungan atas siapa yang mungkin
membunuhnya, dan para karakter termasuk Yamada-san dan Nagai Setsuko tidak bisa
mempercayai bahwa seseorang bisa membenci Shiraishi-sensei. Dalam perkembangan
cerita, misteri terus berkembang dengan temuan mayat Shiraishi di mobilnya dan motif
pembunuhan yang tidak jelas.
Kasus ini melibatkan beberapa elemen kriminal, seperti penyelidikan polisi,
analisis motif pelaku, dan pertimbangan mengenai kemungkinan dendam. Terdapat juga
misteri psikologis ketika Nagai Setsuko mencoba memahami kemungkinan dendam atau
motivasi pribadi yang mungkin menjadi penyebab pembunuhan. Tim penyidik
menghadapi kesulitan dalam mengumpulkan bukti yang kuat, dan beberapa pertanyaan
belum terjawab, meninggalkan ketidakpastian dalam penyelesaian kasus.
Cerita memperkenalkan karakter Godai dan Nakamachi, dua detektif yang
berusaha mengungkap misteri pembunuhan ini. Terdapat juga pertarungan antara
kepercayaan dan kecurigaan, dengan Godai mengembangkan dugaan bahwa Kuraki
Tatsuro adalah pelaku pembunuhan berdasarkan serangkaian kejadian mencurigakan.
Konflik antara keadilan dan ketidakpastian menjadi semakin kuat ketika bukti-
bukti yang mendukung pengakuan Kuraki dipertanyakan. Misteri pembunuhan
terpendam muncul saat cerita mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan yang belum
terjawab mengenai keputusan polisi yang tidak menangkap Kuraki 33 tahun lalu.
Dalam aspek interpersonal, novel menggali konflik keluarga antara Mirei dan
putra Kuraki, menambah lapisan emosional dan kompleksitas pada cerita. Sementara itu,
percakapan antara Godai dan Tsutsui menghadirkan pertentangan pendapat dan
ketidakpastian dalam menghadapi kasus ini.
Secara keseluruhan, tema utama dalam novel "Angsa dan Kelelawar" karya Keigo
Higashino adalah "Penyelidikan Misteri dan Kompleksitas Interpersonal." Cerita
Psikologi Humanistik dalam Novel "Angsa dan Kelelawar" karya Keigo Higashino serta Implikasinya terhadap
Pembelajaran Sastra di SMA
(Vincentius, Afif, Adhit.)

mengambil fokus pada upaya penyelidikan kasus pembunuhan Shiraishi Kensuke, yang
membawa pembaca melalui serangkaian peristiwa misterius dan kompleks. Di samping
itu, tema ini juga menyoroti konflik interpersonal, seperti pertentangan keluarga antara
karakter Mirei dan putra Kuraki. Dengan membahas motif, ketidakpastian, dan konflik
antar karakter, novel ini menjelajahi kedalaman tema penyelidikan misteri dan dinamika
hubungan manusia.

Tokoh dan Penokohan dalam Novel Angsa dan Kelelawar karya Keigo
Higashino

Nakamachi
"Seingat saya, ada minimarket di dekat sini. Nanti saya segera pergi beli
payung kalau hujan mulai turun."

Analisis:
Nakamachi tampaknya menyuarakan kebutuhan akan rasa aman dengan
menyebutkan minimarket di dekatnya dan rencananya untuk membeli
payung jika hujan turun. Ini mencerminkan keinginan untuk terhindar dari
bahaya cuaca dan menjaga kesejahteraan fisiknya.

Godai Tsutomu
"Tidak usah. Tidak usah sampai repot begitu."

Analisis:
Respon Godai Tsutomu yang menolak bantuan dan menyatakan "Tidak
usah. Tidak usah sampai repot begitu" mungkin merasa bahwa menerima
bantuan akan merendahkan martabatnya atau membuatnya merasa
tergantung pada orang lain.

Yamada Yuta
"Entahlah, tapi saya yakin tidak ada. Kalaupun ada, dia pasti orang tolol.
Orang tolol, brengsek, dan pantas mati. Pokonya mustahil ada yang
membenci orang sebaik Shiraishi-sensei."

Analisis:
Pernyataan Yamada Yuta menunjukkan penolakan dan pembenaran
terhadap kemungkinan adanya orang yang membenci Shiraishi-sensei,
menyebutnya sebagai "orang tolol, brengsek, dan pantas mati."

Ayako
"Tidak, saya sama sekali tidak tahu apa-apa." Sahut Ayako tegas. "Saya
yakin suami saya tidak melakukan satu hal pun yang membuat orang lain
dendam padanya. dia selalu melakukan tugasnya dengan jujur dan tulus.
bahkan suami saya beberapa kali menerima surat ucapan terima kasih dari
klien-kliennya."

Analisis:
Ayako dengan tegas membela suaminya, Shiraishi Kensuke, dan
meyakinkan bahwa dia tidak melakukan hal yang bisa membuat orang
dendam padanya. Dia menyoroti prestasi dan integritas suaminya,
terutama dalam menerima surat ucapan terima kasih dari klien-kliennya.
Deiksis | Vol. 15 No.2 | Mei-Agustus 2023: 145-158

Shiraishi Mirei
"Mungkin dari sudut pandang korban, Ayah memang musuh mereka, tapi
menurut saya bukan berarti Ayah asal membela terdakwa. Walau di rumah
Ayah tidak pernah membahas kasus yang sedang ditangani, dia sering
membicarakan etos kerjanya sebagai pengacara. Prinsipnya dalam bekerja
bukan hanya mengupayakan keringanan hukum bagi terdakwa. Yang
utama adalah membuat terdakwa sendiri menyadari seberapa berat
kesalahan yang diperbuatnya. Menurut Ayah, landasan utama seorang
pengacara adalah mendalami kasus secara cermat agar bisa menilai berat
kesalahan terdakwa dengan tepat. saya pikir mustahil Ayah yang
wataknya seluruh itu bisa membuat seorang begitu dendam sampai tega
membunuhnya." Seakan terbawa emosi, suara Mirei mendadak meninggi.
Matanya juga sedikit memerah.

Analisis:
Mirei menyelidiki dan menggambarkan etos kerja Ayahnya, Shiraishi
Kensuke, sebagai seorang pengacara. Dia berbicara tentang prinsip-
prinsipnya, yang melibatkan pemahaman mendalam terhadap kasus dan
tujuannya untuk membuat terdakwa menyadari kesalahan mereka.

Kuraki Tatsuro
Kuraki yang sudah mendengar keseluruhan ceritanya dari anzai
tomoki(yang membunuh Shiraishi-sensei) lantas berpikir dia harus
melindungi anak itu entah bagaimanapun caranya." "sebab Dia
beranggapan bahwa semua ini disebabkan oleh kesalahan yang
dilakukannya lebih dari 30 tahun lalu ya?"
"Kuraki-san juga berpikir demikian, bahwa Shiraishi-san hendak menebus
dosanya di masa lalu dengan melindungi anzai tomoki. Karena itulah,
kuraki-san berusaha menghormati keinginan Shiraishi-san. sewaktu
didatangi detektif dari Tokyo bernama Godai, kuraki-san berpikir hanya
masalah waktu sebelum perhatian polisi tertuju kepadanya dan asunaro.
lantas dia membulatkan tekad untuk mengaku sebagai si pelaku
menggantikan anzai tomoki begitu kecurigaan mengarah pada dirinya.
Kuraki-san pun berusaha keras mengarang cerita tak tergoyahkan,
sekalipun kepolisian berusaha mencari-cari celah untuk menyanggahnya."

Analisis:
Kuraki merasa perlu melindungi anak, Anzai Tomoki, setelah mendengar
keseluruhan ceritanya dari Anzai Tomoki. Dia mungkin percaya bahwa
tindakan ini adalah cara untuk menebus dosa masa lalu dan memastikan
keamanan dan perlindungan bagi Anzai Tomoki.

Anzai Hiroki
Ada dua macam kesan yang ditangkap Godai dari jawaban anzai. pria ini
cerdas dan berkepala dingin. namun, sebagai seorang ayah, dia mengalami
kesulitan dalam mendidik putranya.

Analisis:
Anzai Hiroki terlihat sebagai seorang yang cerdas dan berkepala dingin,
mencerminkan upayanya untuk mengoptimalkan kemampuan diri dan
Psikologi Humanistik dalam Novel "Angsa dan Kelelawar" karya Keigo Higashino serta Implikasinya terhadap
Pembelajaran Sastra di SMA
(Vincentius, Afif, Adhit.)

mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan yakni tidak mau anaknya terseret


kasus.

Tomoki
"Tomoki bilang, 'Apa pun yang terjadi, aku ingin membalas perbuatan
Shiraishi-san. Aku sudah lama sekali menderita karena dicap sebagai cucu
seorang pembunuh, gara-gara itu aku juga tidak bisa lagi tinggal bersama
ibu. Ayah memang sudah menikah lagi, tapi aku tidak bisa menganggap
istri barunya sebagai ibu, anak-anak yang dilahirkannya juga bukan
adikku. Aku sudah pasrah menerima nasibku sebagai cucu pembunuh, tapi
setelah membaca email dari orang bernama Kuraki-san, aku tahu ternyata
tuduhan itu tidak benar. Pengacara bernama Siraishi itu sudah membuat
keluarga kita berantakan. Pikiran itu membuatku tidak bisa menahan diri
lagi."

Analisis:
Tomoki mengalami penderitaan dan dampak negatif dalam kehidupan
pribadinya akibat tuduhan palsu terhadap kakeknya.

Alur dalam Novel Angsa dan Kelelawar karya Keigo Higashino

Awal
Kisah diawali dengan temuan mayat seorang pengacara di Tokyo yang
teridentifikasi bernama Shiraishi Kensuke. Godai dan Nakamachi, detektif
yang bertugas menyelesaikan kasus ini bertemu dengan orang-orang yang
terakhir bertemu korban dan dekat dengan korban.

Pengungkapan kejadian
Kuraki, seorang pria di kota lain, mengaku sebagai pembunuh pengacara
tersebut. Ia juga mengaku sebagai pelaku dari kasus pembunuhan yang tidak
selesai beberapa tahun sebelumnya.

Konflik
Dari kasus penyelidikan beberapa tahun lalu, Kuraki bukanlah dalang
dari pembunuhan. Hal tersebut membuat para detektif menyelidiki dari kasus
ke kasus. Meminta keterangan bantuan dari detektif-detektif lainnya.

Klimaks
Kasus tidak dapat diandalkan hanya melalui kepolisian. Maka pihak
keluarga pengacara dan anak pelaku mencari fakta-fakta kebenaran dari suatu
kebohongan pelaku. Kemudian mereka mendapatkan hal-hal ganjil yang dapat
menyelesaikan masalah.

Akhir(penyelesaian konflik)
Pada bagian akhir cerita, kebenaran kasus terungkap pada rapat
kepolisian. Ternyata dalang pembunuhannya terdapat di satu lingkup keluarga
korban. Tokoh yang sepanjang penyelidikan hanya angin lalu. Hanya sesekali
muncul di permukaan. Tokoh yang membunuh dengan motif baik namun salah
caranya.
Deiksis | Vol. 15 No.2 | Mei-Agustus 2023: 145-158
Psikologi Humanistik berdasarkan Hierarki Maslow yang tercermin dalam
karakter dan tema pada Novel Angsa dan Kelelawar karya Keigo Higashino

Godai Tsutomu
Respon Godai Tsutomu yang menolak bantuan dan menyatakan "Tidak
usah. Tidak usah sampai repot begitu" dapat dikaitkan dengan kebutuhan harga
diri (nomor 4) dalam hierarki Maslow. Tsutomu mungkin merasa bahwa
menerima bantuan akan merendahkan martabatnya atau membuatnya merasa
tergantung pada orang lain.
Analisis singkat menunjukkan bahwa Godai Tsutomu fokus pada
kebutuhan tingkat empat dalam hierarki Maslow, yaitu kebutuhan akan
dihargai, dihormati, dan memiliki rasa otonomi.

Kuraki Tatsuro
Pernyataan Kuraki Tatsuro mencerminkan kebutuhan akan rasa aman
(nomor 2) dan kebutuhan untuk memiliki dan dicintai (nomor 3) dalam hierarki
kebutuhan manusia menurut Maslow. Kuraki merasa perlu melindungi anak,
Anzai Tomoki, setelah mendengar keseluruhan ceritanya dari Anzai Tomoki.
Dia mungkin percaya bahwa tindakan ini adalah cara untuk menebus dosa masa
lalu dan memastikan keamanan dan perlindungan bagi Anzai Tomoki.
Analisis singkat menunjukkan bahwa Kuraki Tatsuro fokus pada
kebutuhan tingkat dua dan tiga dalam hierarki Maslow, yaitu kebutuhan akan
rasa aman dan kebutuhan untuk memiliki hubungan yang positif. Pernyataannya
juga mencerminkan pemahaman mendalam tentang keinginan dan tindakan
Shiraishi-san, serta usahanya untuk melindungi Anzai Tomoki.

Tomoki
Berdasarkan pernyataan Tomoki, kita dapat mengaitkannya dengan
beberapa tingkat kebutuhan dalam hierarki Maslow. Terutama, Tomoki
tampaknya mencerminkan kebutuhan untuk memiliki dan dicintai (nomor 3)
karena ia merasakan ketidakmampuan untuk tinggal bersama ibunya setelah
tuduhan pembunuhan terhadap kakeknya. Ia juga menggambarkan
ketidakmampuannya menganggap istri baru ayahnya sebagai ibu dan anak-
anaknya sebagai saudara kandung.
Pernyataan Tomoki juga mencerminkan kebutuhan akan rasa aman
(nomor 2), karena ia mengalami penderitaan dan dampak negatif dalam
kehidupan pribadinya akibat tuduhan palsu terhadap kakeknya. Selain itu,
keinginan Tomoki untuk membalas perbuatan Shiraishi-san dapat dihubungkan
dengan kebutuhan aktualisasi diri (nomor 7), yaitu dorongan untuk
mengoptimalkan kemampuan diri dan mencapai tujuan-tujuan pribadi.
Analisis singkat menunjukkan bahwa Tomoki fokus pada beberapa
tingkat kebutuhan dalam hierarki Maslow, terutama kebutuhan untuk memiliki
hubungan positif, rasa aman, dan upaya mencapai potensi diri.

Tema Kejahatan
Sangat disayangkan, penyelidikan kasus pembunuhan Pengacara
Shiraishi bisa dikatakan masih jalan di tempat. Selain model pisau yang menjadi
senjata pembunuhan dijual bebas di toko-toko, di TKP pembunuhan pun tidak
ditemukan barang yang diduga milik pelaku. Sampai sekarang, pihak kepolisian
tidak kunjung mendapatkan informasi yang berguna dari rekaman kamera
Psikologi Humanistik dalam Novel "Angsa dan Kelelawar" karya Keigo Higashino serta Implikasinya terhadap
Pembelajaran Sastra di SMA
(Vincentius, Afif, Adhit.)

pengawas di sekeliling TKP. Tim pengumpul informasi yang sukses


mengungkap fakta bahwa Kuraki kerap pergi ke Asunaro, juga belum
mendapatkan hasil apapun lagi sejak itu.

Analisis:
Teks di atas lebih mencerminkan kebutuhan nomor dua dalam hierarki
Maslow, yaitu "Kebutuhan akan rasa aman." Fokus pada pembunuhan,
penyelidikan yang mandek, dan ketidakpastian dalam cerita menciptakan
atmosfer yang menekankan kebutuhan akan keamanan dan kesehatan, di mana
karakter-karakter berusaha mencari kepastian dan menghindari bahaya.

Tema Pengungkapan Misteri


"Semua pihak terkait yang kita datangi mengucapkan hal yang sama."
Nakamachi membuka notes sambil mendesah.

"Mustahil ada orang yang dendam pada Shiraishi-sensei. Tapi, kupikir


kenyataannya memang begitu. Seperti yang dikatakan Nagai-san, Shiraishi-san
selalu menangani kasus apa pun dengan jujur dan tulus. Profesi seperti
pengacara rawan mengundang antipati dari orang Iain. Dulu aku juga pernah
menyelidiki kasus pembunuhan pengacara, tapi kenyataannya jarang sekali ada
pembunuhan yang dilatarbelakangi dendam kesumat. ladí, kurasa sebaiknya
kita kesampingkan saja faktor dendam."

Analisis:
Teks tersebut lebih terkait dengan kebutuhan nomor lima dalam hierarki
Maslow, yaitu "Kebutuhan untuk tahu dan mengerti." Dalam konteks ini,
karakter Nakamichi yang berpengalaman dalam menyelidiki kasus pembunuhan
mengejar pemahaman dan pengetahuan lebih lanjut tentang misteri yang
melibatkan tokoh-tokoh hukum. Dorongan untuk mencari tahu dan memperoleh
pemahaman merupakan aspek dari kebutuhan ini dalam hierarki Maslow.

Tema Misteri pembunuhan terpendam


Keterangan dari Kuraki memang menjawab banyak tapi meninggalkan
sebuah tanda tanya besar.

Kenapa Kuraki tidak ditangkap 33 tahun lalu? Kenapa namanya dicoret


dari daftar tersangka? Saksi pertama yang menemukan mayat korban
seharusnya menempati urutan teratas dari daftar kecurigaan.

Namun, Kuraki sendiri hanya mengaku tidak tahu alasannya.

Apakah kasus ini benar-benar terpecahkan? Ataukah pihak kepolisian


justru tanpa sadar kembali diarahkan ke jalan buntu? Godai berusaha keras
mengenyahkan keresahan itu dari benaknya.

Analisis:
Teks tersebut dapat dikaitkan dengan kebutuhan nomor empat dalam
hierarki Maslow, yaitu "Kebutuhan harga diri." Pencarian kebenaran terkait
dengan misteri pembunuhan yang terpendam menciptakan ketegangan dan
keingintahuan, yang pada gilirannya dapat memenuhi kebutuhan seseorang
Deiksis | Vol. 15 No.2 | Mei-Agustus 2023: 145-158
untuk dihargai, dihormati, dan memperoleh pemahaman mengenai dirinya
sendiri dan lingkungannya.

Implikasi Psikologi Humanistik dalam Novel Angsa dan Kelelawar karya


Keigo Higashino terhadap Pembelajaran Sastra di SMA

Pemenuhan Kebutuhan Sosial


Karakter seperti Tomoki dan Kuraki mencerminkan kebutuhan manusia
akan hubungan positif dan koneksi emosional. Ini dapat membuka diskusi
tentang hubungan antar-karakter dan dampaknya terhadap psikologi
individu.

Dampak:
Memahami kompleksitas hubungan manusiawi dapat membantu siswa
mengenali dan meresapi dimensi emosional dalam karya sastra,
memperkaya interpretasi mereka.

Pencarian Makna Hidup


Tema misteri pembunuhan dan keingintahuan karakter mencerminkan
kebutuhan akan aktualisasi diri, yaitu mencapai tujuan pribadi dan makna
hidup.

Dampak:
Pembaca dapat merenungkan makna hidup karakter dan bagaimana
pencarian makna ini dapat menjadi elemen penting dalam karya sastra. Ini
memotivasi siswa untuk merenungkan makna hidup melalui literatur.

Keterlibatan Emosional
Karakter yang mengalami penderitaan dan ketidakpastian dapat
membangkitkan empati dan keterlibatan emosional.

Dampak:
Pembelajaran sastra dapat menjadi sarana untuk mengembangkan empati
dan keterlibatan emosional terhadap karakter, mengaitkan teks dengan
pengalaman dan emosi pribadi.

Autonomi dan Harga Diri


Respon Godai Tsutomu menolak bantuan mencerminkan kebutuhan akan
otonomi dan harga diri.

Dampak:
Siswa dapat memahami kompleksitas karakter yang berusaha
mempertahankan harga diri dan otonomi, merangsang diskusi tentang
dilema psikologis dalam karya sastra.

Pertumbuhan dan Perkembangan Karakter


Pemahaman mendalam terhadap motivasi karakter, seperti perubahan
dalam pandangan hidup Kuraki Tatsuro, mencerminkan pertumbuhan dan
perkembangan psikologis.
Psikologi Humanistik dalam Novel "Angsa dan Kelelawar" karya Keigo Higashino serta Implikasinya terhadap
Pembelajaran Sastra di SMA
(Vincentius, Afif, Adhit.)

Dampak:
Menyoroti perubahan karakter memungkinkan siswa untuk memahami
konsep perkembangan psikologis dan bagaimana literatur mencerminkan
perubahan individu.

Pembelajaran dari Konflik


Konflik internal dan eksternal karakter menciptakan peluang
pembelajaran moral dan etika.

Dampak:
Siswa dapat mengidentifikasi nilai dan etika yang muncul dalam cerita,
membuka diskusi tentang konflik moral dan pengambilan keputusan
dalam konteks sastra.

SIMPULAN
Berdasarkan paparan dan pembahasan di atas, simpulan pada penelitian mengenai
"Psikologi Humanistik dalam novel Angsa dan Kelelawar karya Keigo Higashino serta
implikasinya terhadap pembelajaran sastra di SMA" membawa kita ke dalam penggalian
terhadap dimensi psikologis karakter, hubungan sosial, dan pertumbuhan pribadi. Novel
ini, karya Keigo Higashino, secara khas menciptakan representasi kehidupan manusia
yang kompleks, dan pemahaman akan aspek psikologi humanistik dalam karya sastra
memberikan kontribusi signifikan terhadap pengembangan pemahaman siswa di tingkat
SMA. (1) Tema Penyelidikan Misteri dan Kompleksitas Interpersonal tercermin dalam
misteri pembunuhan Shiraishi Kensuke, melibatkan konflik keadilan dan ketidakpastian,
pertentangan keluarga, dan elemen misteri kriminal. Dialog dan tindakan tokoh-tokoh
membuktikan kompleksitas interpersonal, (2) Tokoh-tokoh seperti Nakamachi, Godai
Tsutomu, Yamada Yuta, Ayako, Shiraishi Mirei, Kuraki Tatsuro, Anzai Hiroki, dan
Tomoki menggambarkan lapisan psikologis yang mendalam. Mereka mencerminkan
kebutuhan akan rasa aman, harga diri, penolakan terhadap bantuan, pembelaan terhadap
orang terkasih, dan usaha untuk menebus kesalahan masa lalu, (3) Alur cerita mengikuti
perkembangan kasus pembunuhan, dengan pengakuan palsu pembunuh, konflik
penyelidikan, dan pengungkapan kebenaran tersembunyi melalui unsur intrik dalam
keluarga korban, (4) Terdapat implementasi hierarki Maslow melalui karakter Godai yang
mengekspresikan kebutuhan harga diri, Kuraki yang mencerminkan rasa aman dan
hubungan positif, serta Tomoki yang mencakup kebutuhan hubungan, rasa aman, dan
aktualisasi diri, dan (5) psikologi humanistic dalam novel Angsa dan Kelelawar karya
Keigo Higashino ini memperkaya pembelajaran sastra dengan mengeksplorasi dimensi
hubungan manusiawi, pencarian makna hidup, keterlibatan emosional, autonomi,
pertumbuhan karakter, dan pembelajaran moral melalui konflik.

DAFTAR PUSTAKA
Ariyanti, R. (2019). Analisis Kesalahan Penggunaan Huruf Kapital, Tanda Baca, dan Penulisan Kata
pada Koran Mercusuar. Jurnal Bahasa Dan Sastra, 4(4), 12–28.
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/BDS/article/view/12178/9361
Huda, M. (2021). Pemetaan Materi Sastra Dalam Buku Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah
Menengah Pertama. KREDO : Jurnal Ilmiah Bahasa Dan Sastra, 4(2), 293–310.
https://doi.org/10.24176/kredo.v4i2.5900
Deiksis | Vol. 15 No.2 | Mei-Agustus 2023: 145-158
Rostanawa, G. (2018). Hirarki Kebutuhan Tokoh Utama dalam Novel Pulang dan Laut Bercerita
Karya Leila S. Chudori (Kajian Psikologi Humanistik Abraham Maslow). ELite Journal:
International Journal of Education, Language, and Literature, 1(2), 58–67.
Saputri, L. C., & Laeliyah, Y. N. (2020). Nilai Pendidikan Karakter pada Novel Perahu Kertas Karya
Dewi Lestari. KLITIKA: Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 2(2), 1–13.
Sukirman. (2021). Karya Sastra Media Pendidikan Karakter bagi Peserta Didik. Konsepsi, 10(1),
17–27. https://p3i.my.id/index.php/konsepsi/article/view/4
Sumantri, B. A., & Ahmad, N. (2019). Teori Belajar Humanistik dan Implikasinya terhadap
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Fondatia, 3(2), 1–18.
https://doi.org/10.36088/fondatia.v3i2.216
Waruwu, M. (2023). Pendekatan Penelitian Pendidikan: Metode Penelitian Kualitatif, Metode
Penelitian Kuantitatif dan Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Method). Jurnal Pendidikan
Tambusai , 7(1), 2896–2910.

Anda mungkin juga menyukai