Anda di halaman 1dari 12

KEMBARA: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, Oktober 2017

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/
Volume 3, Nomor 2, hlm 123 - 134 kembara/article/view/5137
PISSN 2442-7632 EISSN 2442-9287

KETERKAITAN TEMA DENGAN TOKOH


DALAM NOVEL DADAISME KARYA DEWI SARTIKA

Bungah Wijayanti
Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Muhammadiyah Malang
Jalan Raya Tlogomas 246 Malang, Malang, Indonesia
bungahwijayanti@yahoo.co.id

Abstrak: Novel Dadaisme karya Dewi Sartika merupakan novel yang dominan mengangkat cerita
dari unsur psikologi. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan: (1) keterkaitan tema dengan
tokoh melalui tindakan, (2) keterkaitan tema dengan pikiran tokoh, dan (3) keterkaitan tema dengan
perasaaan tokoh. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan adalah
analisis deskriptif. Jenis data berupa satuan-satuan bahasa seperti kalimat, frasa, dan paragraf yang
berkaitan dengan tindakan tokoh, pikiran tokoh, dan perasaan tokoh. Sumber datanya adalah novel
Dadaisme karya Dewi Sartika yang diterbitkan oleh Matahari pada tahun 2004. Kesimpulan dalam
penelitian ini tema yang dipengaruhi oleh tindakan yang ditentukan bahwa manusia sebagai makhluk
tertinggi, dan keterkaitan tema yang dipengaruhi oleh pikiran yang paling mendominasi ditentukan
bahwa manusia sebagai makhluk sosial, serta keterkaitan tema dengan perasaan ditentukan bahwa
manusia sebagai makhluk individu.

Kata Kunci: Keterkaitan Tema, Tokoh Utama

Abstract: Dadaisme, a novel written by Dewi Sartika, dominantly raises psychological aspects in its
story. The purpose of this study is to describe: (1) the relationship between the theme and the char-
acters through the character’s actions, (2) the relationship between the theme and the character’s
thought, and (3) the relationship between the theme and the character’s feeling. This research used
qualitative approach. The method used was descriptive analysis. The type of data were language
units such as sentences, phrases, and paragraphs which were related to the characters, characters’
thought, and characters’ feeling. The source of the data was Dadaisme novel written by Dewi Sartika
and published by Matahari in 2004. The conclusions in this study revealed that themes influenced by
the character’s action described men as the highest creature, and the theme influenced by the char-
acter’s most dominating thoughts determined that humans as social beings, as well as the themes
influenced by feelings determined that humans as individual beings.
Keyword: relationship, theme, main characters

PENDAHULUAN sastra itu sendiri. Maka dari itu, unsur intrinsik


merupakan isi yang disampaikan oleh penulis
Unsur intrinsik merupakan kekuatan utama kepada pembaca. Melalui unsur intrinsik,
pada penulisan karya sastra. Menurut (Niode, pembaca dapat melakukan berbagai macam
2015:5) unsur intrinsik merupakan hal dasar interpretasi terhadap karya sastra.
dalam menyusun karya sastra. Unsur intrinsik Tema merupakan aspek cerita yang sejajar
sebagai dasar untuk menyusun sebuah karya dengan makna dalam pengalaman manusia;

173
174

sesuatu yang menjadikan suatu pengalaman begitu apa pun status sosialnya, bagaimana pun
diingat. Ada banyak cerita yang menggambarkan perwatakannya, dan permasalan apa pun yang
dan menelaah kejadian atau emosi yang dialami dihada pinya. Singkatnya, pengarang bebas
oleh manusia seperti cinta, derita, rasa takut, untuk menampilkan dan memperlakukan
kedewasaan, keyakinan, pengkhianatan manusia tokoh siapa pun dia orangnya walau hal yang
terhadap diri sendiri atau bahkan usia tua. berbeda dengan dunianya sendiri di dunia nyata
Beberapa cerita bermaksud menghakimi tindakan (Nurgiyantoro, 2013:248).
karakter-karakter di dalamnya dengan memberi Dalam upaya memahami watak pelaku,
atribut baik atau buruk (Stanton, 2012:36). Setiap pembaca dapat menelu surinya lewat (1) tuturan
fiksi harus mempunyai dasar atau tema yang pengarang terhadap karakteristik pelakunya,
merupakan sasaran tujuan. Penulis melukiskan (2) gambaran yang diberikan pengarang lewat
watak para tokoh dalam karyanya dengan dasar gambaran lingkungan kehidupannya maupun
tersebut. Dengan demikian, tidaklah berlebihan caranya berpakaian, (3) menunjukkan bagaimana
bila dikatakan bahwa tema ini merupakan hal perilakunya, (4) melihat bagaimana tokoh itu
yang paling penting dalam seluruh cerita. Suatu berbicara tentang dirinya sendiri, (5) memahami
cerita yang tidak mempunyai tema tentu tidak bagaimana jalan pikirannya, (6) melihat
ada gunanya (Tarigan, 2015:125).
bagaimana tokoh lain berbicara tentangnya,
Tema umunya tidak dinyatakan secara
(7) melihat bagaimana tokoh lain berbincang
eksplisit. Hal itu berarti pembaca yang bertugas
dengannya, (8) melihat bagaimana tokoh-tokoh
menafsirkannya. Usaha penafsiran tema antara lain
dapat dilakukan melalui detail kejadian dan atau yang lain itu memberikan reaksi terhadapnya, dan
konflik yang menonjol. Artinya, melalui konflik (9) melihat bagaimana tokoh itu dalam mereaksi
utama cerita, dan itu berarti konflik yang dialami, tokoh yang lainnya (Aminuddin, 2011:80).
ditimbulkan, atau ditimpakan kepada tokoh Di pihak lain, unsur-unsur tokoh
utama. Artinya, usaha penafsiran tema haruslah dan penokohan, plot, dan latar, dan cerita,
dilacak dari apa yang dilakukan, dipikirkan, dan dimungkinkan menjadi padu dan bermakna jika
dirasakan, atau apa yang ditimpakan kepada diikat oleh sebuah tema. Tema berfungsi memberi
tokoh (Nurgiyantoro, 2013:255). koherensi dan makna terhadap keempat unsur
Peristiwa dalam karya fiksi seperti halnya tersebut dan juga berbagai unsur fiksi yang lain.
peristiwa dalam kehidupan sehari-hari, selalu Tokoh-tokoh cerita, khususnya tokoh utama,
diemban oleh tokoh atau pelaku-pelaku tertentu. adalah pembawa dan pelaku cerita, pembuat,
Pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita pelaku, dan penderita peristiwa-peristiwa yang
fiksi, sehingga peristiwa itu mampu menjalin diceritakan. Dengan demikian, sebenarnya,
suatu cerita disebut dengan tokoh, sedangkan tokoh-tokoh cerita inilah yang bertugas untuk
cara pengarang menampilkan tokoh atau pelaku menyampaikan tema yang dimaksudkan oleh
itu disebut dengan penokohan. Para tokoh yang pengarang (Nurgiyantoro, 2013:122).
terdapat dalam suatu cerita memiliki peranan Novel Dadaisme merupakan novel yang
yang berbeda-beda (Aminuddin, 2011:79). secara universal bertema dengan psikologi
Fiksi mengandung dan menawarkan model tokoh, tetapi tema minornya dapat ditemukan
kehidupan seperti yang disikapi dan dialami oleh melalui tindakan dan cara berpikir tokoh.
tokoh-tokoh cerita sesuai dengan pandangan Menurut Kembuan (2013) pada skripsinya yang
pengarang terhadap kehidupan itu sendiri. Oleh menulis tentang “Keberlangsungan hidup dalam
karena itu, pengarang yang sengaja menciptakan Cerpen the Sawl”, tema dapat dikaitkan dengan
dunia dalam fiksi, ia mempunyai kebebasan tindakan seseorang melalui unsur intrinsik dan
penuh untuk menampilkan tokoh-tokoh cerita ekstrinsik. Novel Dadaisme memiliki daya tarik
sesuai dengan idealismenya, siapa pun orangnya, atas konfliknya yang rumit. Hal ini membuktikan

KEMBARA: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, Volume 3, Nomor 2, Oktober 2017, hlm 173-184
175

bahwa Dewi Sartika penulis novel Dadaisme manusia. Contohnya saja, salah satu tokoh yang
mengaitkan tema dengan unsur intrinsik melalui bernama Nedena salah satu contoh anak-anak
tindakan tokoh. yang mengalami gangguan pada psikologi.
Tema salah satu intrinsik yang tidak Nedena mengalami trauma panjang, sehingga
mudah untuk ditemukan secara cepat, karena menjadikan dia tak dapat berbicara sedikit pun
untuk menemukan tema perlu memahami secara kepada orang lain. Menurut Freud (dalam Yulianti,
komprehensif unsur intrinsik seperti tindakan 2007:140) menunjukkan bahwa psikoanalisis
tokoh, dan pikiran tokoh. Hal ini membuktikan melihat kemampuan hidup yang didapat pada
bahwa yang menjadikan novel lebih menarik yaitu anak usia sampai lima tahun akan mempengaruhi
penyajian tema dan penokohan. Tema merupakan ketika ia dewasa nanti. Dalam penjelasan terkait
inti dasar sebuah karya sastra dan tema juga pendapat Freud mengenai psikologi anak, anak
menjadi landasan utama pengarang ketika akan seusia Nedena jika mengalami trauma pada
membuat cerita. Tokoh yang memiliki karakter, usia tersebut, akan berpengaruh besar dalam
sehingga membuat cerita semakin hidup di mata keberlangsungan hidupnya.
pembaca. Melalui unsur tersebut dapat diketahui Hal yang lebih menarik lagi dalam novel
bagaimana pengarang menggambarkan tokoh- Dadaisme ialah menjelaskan bagaimana ada
tokoh dalam ceritanya. Penokohan yang baik penjelasan terkait psikologi pada hasrat manusia,
ialah penokohan yang berhasil menggambarkan salah satunya adalah birahi dan seksualitas.
tokoh-tokoh dan mengembangkan watak dari Hal ini berkaitan dengan tema organik, yang
tokoh-tokoh tersebut yang mewakili tipe-tipe merupakan dapat ditemukan dalam diri manusia
manusia yang dikehendaki. Perkembangannya melalui tindakan seksualitas. Menurut Raimana
haruslah wajar dan dapat diterima berdasarkan (2012:271)seksualitas merupakan salah satu
fenomena yang hadir dalam karya sastra.
hubungan kausalitas.
Seksualitas merupakan salah satu kegiatan
Alasan peneliti memilih novel Dadaisme
atau aktivitas yang dilakukan sehari-hari dalam
karya Dewi Sartika sebagai subjek penelitian
kehidupan manusia. Hal ini menunjukkan
adalah (1) novel Dadaisme mengandung beberapa bahwa sebuah karya sastra membutuhkan ide
tema yang disampaikan dari pikiran, tindakan, dari proses kreatif tentang fakta dalam sosial.
dan perasaan tokoh, (2) novel Dadaisme sangat Seksualitas merupakan tindakan manusia untuk
khas dan memiliki nilai kehidupan, mengangkat memenuhi kebutuhan birahinya. Novel Dadaisme
kehidupan seorang anak yang berumur 10 merupakan gambaran secara jelas, bahwa nafsu
tahun yang mengalami pembekuan waktu yang dan birahi tidak luput dari kebutuhan manusia,
disebabkan dari trauma, (3) novel Dadaisme novel Dadaisme menggambarkan aktivitas
mengandung nilai mental yang sangat kuat manusia yang butuh birahi dari orang yang
untuk mengajarkan bagaimana bertahan dalam dicintai, meski itu dilakukan dengan hal yang
menghadapi sebuah cobaan, (4) novel Dadaisme tabu, seperti perselingkuhan. Dengan demikian,
mengangkat perjalanan hidup seorang tokoh yang memang tidak mustahil jika manusia belum dapat
mampu memberikan kekuatan atau motivasi mengendalikan nafsu birahi.
bagi pembaca untuk menjadikan diri sendiri Karakter tokoh pada novel Dadaisme dapat
bermanfaat bagi keluarga dan budaya masyarakat. diidentifikasi melalui berbagai macam deskripsi.
Salah satu hal yang menarik dari novel Seperti yang dijelaskan dalam skripsi Kamalia
Dadaisme bahwa gangguan psikologi tidak hanya (2013:4) bahwa karakteristik tokoh mencakup
dialami oleh orang dewasa, namun anak-anak tiga indikator yakni karakteristik fisik, sosial,
juga dapat mengalaminya. Novel Dadaisme dan psikologi. Nedena merupakan anak berusia
menghadirkan kehidupan yang penuh konflik 5 tahun yang memiliki gangguan pada mentalnya
karena mengalami trauma yang besar akibat
terkait dengan keinginan dan trauma dalam diri

Bungah Wijayanti, Keterkaitan Tema dengan Tokoh dalam Novel Dadaisme Karya Dewi Sartika
176

kebakaran di rumahnya. Hal ini diungkapkan erat antara hubungan tema dengan unsur lain,
oleh penulis melalui latar belakang tokoh. baik ia berupa peristiwa, konflik, perwatakan
Begitu juga dengan tokoh Issabella dan Asril tokoh, maupun unsur-unsur lain yang terkait.
yang masih sempat ketemu, karena mereka dari Usaha pembenaran itu biasanya ditandai dengan
dulu saling mendamba, tetapi tidak berjodoh. penampilan kejadian dan penokohan yang terasa
Hal ini membuktikan bahwa keinginan manusia dilebih-lebihkan. Hal demikian menunjukkan
akan berdampak pada psikologi seseorang, di keberadaan tema sangat memengaruhi unsur
mana seseorang saling bergantungan dan saling intrinsik lain agar menjadi makna yang padu.
mendambakan. Asril dan Issabella dulu saling
Maka dari itu, novel Dadaisme merupakan novel
mencintai, tetapi mereka harus ikhlas ketika tidak
yang memiliki banyak makna yang terikat dalam
berjodoh, tidak terlepas dalam hal itu, keinginan
suatu peristiwa.
mereka untuk saling bersama dan mencintai
memengaruhi kehidupan mereka, akhirnya
METODE
terjadilah perselingkuhan.
Karya sastra dengan mengunakan
Metode penelitian ini menggunakan metode
tema utama terkait psikologi memang sangat
deskriptif analisis. Metode deskriptif analisis
menarik. Dengan tema psikologi, penulis
dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-
dapat menggambarkan secara faktual apa yang
fakta yang kemudian disusul dengan analisis.
ada di kehidupan manusia. Menurut Pradita
Metode ini tidak semata-mata menguraikan
(2012:27) melalui tingkah laku dapat diketahui
melainkan juga memberikan pemahaman dan
arti sebenarnya dari wujud kehidupan manusia
dalam konteksnya. Hal ini menunjukkan bahwa penjelasan secukupnya. Sumber data dalam
karya sastra dapat menggunakan kajian psikologi penelitian ini berasal dari novel Dadaisme
sebagai ide kreatifnya dengan bentuk pemahaman yang ditulis oleh Dewi Sartika diterbitkan oleh
melalui tindakan tokoh yang memunculkan Matahari pada tahun 2004. Data yang digunakan
konflik dalam cerita. adalah satuan bahasa yang berupa kalimat,
Novel Dadaisme merupakan fiksi yang frasa, paragraf dan dialog yang ada dalam novel
menggambarkan pada hakikat manusia yang Dadaisme karya Dewi Sartika, satuan cerita yang
berkaitan dengan tokoh, alur atau peristiwa, dan
tidak terlepas dari aspek psikologi dalam
latar. Instrumen penelitian dengan menggunakan
dirinya, dan menceritakan kehidupan manusia
deskripsi berupa interpretasi pada kutipan-
dengan masalah-masalah yang dihadapi. Novel
kutipan teks yang dibutuhkan.
Dadaisme menghadirkan tokoh-tokoh yang
memiliki masalah-masalah yang berbeda dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN
menunjukkan berbagai macam tindakan dan
pikiran. Munculnya malaikat bersayap satu akan Hasil penelitian mencakup deskripsi
membawa pengaruh besar terhadap keterkaitan keterkaitan tema dengan tokoh dalam novel
tema dengan cara tokoh menghadapi masalah Dadaisme karya Dewi Sartika.
melalui tindakan, pikiran, dan perasaan. Oleh
sebab itu, segala peristiwa yang ditulis dalam Keterkaitan Tema dengan Tokoh melalui
novel Dadaisme memunculkan tema baru di Pikiran
antara lain tema fisik, organik, sosial, divine,
dan egois, dengan masalah yang dihadirkan Keterkaitan tema dengan pikiran tokoh
dalam novel, maka banyak sekali kegiatan mencakup cerita yang menunjukkan pikiran
yang dilakukan oleh tokoh dalam novel untuk tokoh yang mengeksplorasi tema apa yang
menyelesaikan masalah. Berbagai peristiwa yang dihadirkan oleh pengarang, bahwasannya
dimunculkan dalam novel Dadaisme, terkait di pikiran tokoh mewujudkan sebuah dunia

KEMBARA: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, Volume 3, Nomor 2, Oktober 2017, hlm 173-184
177

imajinatif atau prasangka terhadap apa yang kepada ciptaan Tuhan. Meski surga belum bisa
telah terjadi dalam dirinya. Tema dalam novel dilihat oleh manusia di dunia, namun Nedena
Dadaisme yang dipengaruhi oleh pikiran tokoh percaya bahwa surga itu benar-benar ada seperti
ditemukan tema di antaranya tema egois, fisik, apa yang digambarkan Allah dalam Qur’annya.
dan divine, tetapi yang paling banyak diwujudkan Nedena sangat beriman kepada Tuhan, salah
melalui tema divine, di mana pikiran tokoh yang satunya melalui pikiran Nedena bahwa surga itu
dipertimbangkan dengan logika dan pengetahuan ada dan memiliki langit seperti di bumi, hal ini
menunjukkan kepercayaan terkait peristiwa menunjukkan tema divine yang esensinya tentang
supranatural yang berhubungan dengan nilai- sesuatu yang berhubungan dengan akhirat.
nilai ketuhanan. Berdasarkan analisis keterkaitan Yossy membayangkan bagaimana suasana surga.
tema dengan pikiran tokoh di antaranya sebagai Perhatikan kutipan berikut yang menggambarkan
berikut. Berikut kutipan yang menjelaskan bahwa Yossy sangat memperhatikan pelajaran
individualitas atau kepribadian Nedena. agama sebagai pedoman hidup.
Sekali lagi dia menggambar langit, dan kini Tapi tiba-tiba Yossy teringat pelajaran
dia mengganti warnanya menjadi Merah dengan agama yang tadi diterimanya. Bu Yeti, guru
matahari berwarna Hijau (Sartika, 2004:2). agama bercerita tentang surga pada murid-murid
Kutipan di atas menunjukkan bahwa kelas 4. Kata Bu Yeti, surga itu adalah tempat
Nedena tidak pernah menggambar serta yang menyenangkan dan hanya untuk orang-
mewarnainya dengan warna Biru, karena Nedena orang baik saja. Sempat tadi Yossy bertanya,
tidak suka warna Biru. Bagi Nedena warna Biru apa di surga ada taman bunga yang banyak, ada
akan membawa kabar buruk, peristiwa 4 tahun rumah mungil yang lucu, dan Bu Yeti tersenyum
yang lalu kebakaran yang menyebabkan ibunya lalu mengangguk (Sartika, 2004:13).
meninggal berawal dari benda berwarna Biru, Guru agamanya bercerita bahwa surga
api yang dimainkan oleh Nedena. Peristiwa itu tempat orang-orang yang baik. Yossy selalu
yang menunjuk pada individualitas seseorang, mengingat akan hal itu. Pikiran Yossy mengenai
menunjukkan Nedena yang tidak suka warna surga terbayang sangat indah. Surga saat itu
Biru, karena warna Biru dapat membawa memenuhi pikiran Yossy, akhirnya Yossy ingat
musibah baginya. Menurut Nedena warna Biru bahwa besok dia akan menggambar surga untuk
tidak menyenangkan, hal ini menunjukkan Bu Dewi, karena menurut Yossy, Bu Dewi
tema egois, tema yang menunjukkan pemikiran adalah orang yang baik, maka Bu Dewi pantas
seseorang, karena bagi Nedena warna Biru digambarkan surga oleh Yossy. Tindakan yang
tidak pernah membawa kabar baik, dikarenakan meyakini bahwa surga adalah tempat yang
Nedena mengalami trauma terkait peristiwa diciptakan oleh Tuhan untuk orang-orang yang
yang membuat dia mengalami resistensi waktu. baik. Yossy mengetahui surga adalah tempat
Perhatikan kutipan berikut yang menggambarkan orang yang selalu beriman kepada Tuhannya,
pikiran Nedena yang mempercayai bahwa surga serta tempat orang yang selalu berbuat kebaikan,
memang ada. sehingga Yossy mempunyai rencana untuk
“Michail, surga itu langitnya berwarna apa? menggambar surga khusus untuk guru yang
Apa berwarna Biru?” “Tidak. Langit di surga dianggapnya baik. Melaui pikiran Yossy yang
berwarna Perak. Kadang berubah menjadi Emas.” sarat dengan bayangan surga menegaskan
(Sartika, 2004:5). adanya tema divine, yakni meyakini bahwa surga
Michail dan Nedena sedang membicarakan adalah tempat untuk orang baik dan bertaqwa.
warna Surga. Nedena bertanya pada Michail Perhatikan kutipan berikut yang menggambarkan
terkait warna Surga, itu artinya kalau Nedena bahwa Aleda berpikir bahwa manusia itu tidak
percaya bahwa surga itu ada, yang berarti beriman luput dari dosa.

Bungah Wijayanti, Keterkaitan Tema dengan Tokoh dalam Novel Dadaisme Karya Dewi Sartika
178

Saya juga menyukai lukisan itu, karena yang baik. Nedena meyakini bahwa surga itu
tampak seperti jiwa yang tak berdosa. Saya diciptakan untuk orang-orang yang berhati mulia.
tertawa dalam hati. Tapi manusia selalu penuh Melalui pikiran Nedena mengandung tema divine
dosa, bukan? Tidak ada manusia yang pernah yang tidak yakin bahwa dia akan melihat surga
lekang dari dosa, dan saya pun sama. Saya pun karena dia juga manusia biasa yang melakukan
seorang pendosa (Sartika, 2004:18). dosa.

Menurut Aleda, memandang lukisan sosok Keterkaitan Tema dengan Tokoh melalui
malaikat itu menyejukkan hati, karena malaikat Tindakan
yang cenderung tidak pernah melakukan dosa
seperti manusia. Aleda merenung sesaat, sejak Keterkaitan tema dengan tindakan tokoh
melihat lukisan itu Aleda tampak berkecil hati, mencakup cerita yang menunjukkan perbuatan
karena dia hanyalah manusia yang penuh dengan atau sikap tokoh yang mengeksplorasi tema apa
dosa. Pikiran yang menunjukkan pada hakikat yang dihadirkan oleh pengarang, bahwasannya
hubungan manusia dengan Tuhan, dan manusia dalam perbuatan atau sikap tokoh mewujudkan
adalah makhluk yang tidak luput dari dosa. Ketika sebuah respon baik atau buruk terhadap apa
Aleda ikut memerhatikan lukisan malaikat setelah yang telah terjadi dalam dirinya. Tema dalam
sekian lama Nedena melihatnya, sekilas dia novel Dadaisme yang dipengaruhi oleh tindakan
teringat sebagai manusia yang tidak pernah luput tokoh ditemukan tema di antaranya tema egois,
dari dosa, terdapat tema divine melalui pikiran sosial, divine, fisik, dan organik, tetapi yang
Aleda bahwa malaikat tidak pernah melakukan paling banyak diwujudkan melalui tema sosial,
dosa, sedangkan manusia adalah makhluk yang di mana tindakan tokoh menunjukkan perbuatan
selalu melakukan dosa. Perhatikan kutipan yang sudah dilakukan untuk menjalin komunikasi
berikut yang menggambarkan bahwa Nedena antara yang satu dengan yang lain. Berdasarkan
meyakini surga itu tempat orang-orang yang baik. analisis keterkaitan tema dengan tindakan tokoh
“Surga tempat manusia-manusia yang baik, di antaranya sebagai berikut. Perhatikan kutipan
kan. Guru agamaku selalu bercerita tentang surga yang menggambarkan tingkah laku orang lain
pada kami. Surga hanya tempat anak-anak yang terhadap Nedena.
manis dan selalu menurut perintah orang tuanya,
surga juga tempat anak-anak manis yang mau Apakah dia terlalu aneh untuk anak seusianya.
belajar dan menjadi anak baik”. “Kau juga anak Dia hanya senang menggambar langit, hanya itu.
yang manis, Nedena. Aku menyukaimu dan kau Tapi seluruh orang dewasa mencemoohnya. Dia
tahu itu, kan?”. Nedena menoleh ke arah Michail, dianggap tidak biasa, bahkan lebih tragis, dia
lalu menggenggam tangan Michail dengan erat. disebut gila (Sartika, 2004:3).
Kemudian ia tersenyum tipis hingga tidak nyata
layaknya sebuah mimpi” (Sartika, 2004:26). Nedena dianggap gila oleh orang-orang
Nedena sadar sepenuhnya bahwa dia juga di sekitarnya. Sebab Nedena tidak pernah
manusia yang memiliki dosa, entah bisa melihat menggambar langit dengan warna biru. Orang-
surga atau tidak. Lalu, Michail menatap wajah orang di sekitar Nedena berasumsi bahwa
Nedena sangat kecewa ketika dia berbicara Nedena gila, selain menggambar tidak pernah
bahwa tidak bisa melihat surga, akhirnya Michail mewarnainya dengan warna biru, Nedena juga
menghibur Nedena dengan mengatakan bahwa tidak bisa berbicara selama 4 tahun ini, maka
Nedena anak manis yang nanti akan bisa melihat orang lain menganggap bahwa Nedena memiliki
surga. Pikiran yang meyakini bahwa surga gangguan jiwa, karena sebelumnya Nedena
memang diciptakan Tuhan untuk orang-orang terlahir sebagai manusia normal. Setiap manusia

KEMBARA: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, Volume 3, Nomor 2, Oktober 2017, hlm 173-184
179

berhak berasumsi dengan apa yang telah dilihat. Nedena yang tegas terhadap Nedena.
Semua orang mencemooh, hal ini menunjukkan
adanya tema egois melalui tindakan dan pikiran “Nedena, kita akan segera berangkat!” “Sudah,
orang tentang Nedena, seseorang berpikir bahwa tinggalkan saja gambar itu. Kau bisa bawa
tingkah laku Nedena tidak wajar. Perhatikan krayonmu, buku gambarmu, segala sesuatu
kutipan berikut yang menggambarkan kepedulian yang ada di kepalamu. Bawa saja mereka!,”
guru terhadap Nedena. bibi Nedena menarik lengan Nedena dengan
kasar hingga Nedena berdiri dengan terpaksa.
“Saya pikir, sebaiknya Nedena dibawa ke “Nedena! Apa yang kau lihat di atas sana. Hei,
psikolog saja. Saya memiliki kenalan di kota. kalau orang bicara dengarkan!,” si bibi tampak
Dia seorang psikolog ahli, dia biasa menangani jengkel dengan tingkah Nedena. “Kau tahu, di
masalah-masalah seperti ini.” Tawar guru kota nanti kau akan diobati. Gilamu akan sembuh
tersebut pada bibi anak itu. “Tapi kami orang dan aku tidak perlu bersusah lagi merawatmu.
miskin. Untuk ke dokter umum saja kami tidak Kau tahu, kau itu hanya menyusahkanku, dan
mampu, apalagi membayar psikolog yang entah Tuhan telah menurunkan kebaikannya padaku.
berapa ratus ribu kami mengeluarkan uang. Sekarang dan yang akan datang nanti kau harus
Tidak biar saja Nedena seperti itu.” Tolak si berlaku layaknya orang normal.” (Sartika,
bibi. “Bu, psikolog itu teman saya waktu SMA, 2004:6-7).
namanya dr. Aleda, dia seorang psikolog yang
cukup ahli. Dia pasti tertarik dengan kasus Bibi Nedena akan segera membawa
Nedena dan mungkin kalau ibu beruntung Nedena berobat ke dr. Aleda, dr. Aleda ialah
dia akan menjadikan Nedena sebagai sampel psikolog yang ahli, sesuai dengan apa yang
hingga pengobatannya gratis.” Si bibi itu mulai telah dijelaskan oleh guru Nedena. Bibi Nedena
berhitung. Di dalam kepalanya muncul lorong- tampak kesal terhadap tingkah Nedena yang
lorong gelap yang seakan-akan bersinar-sinar. selalu menggambar dan diberi warna-warna yang
Mungkin begini, mungkin begitu, siapa tahu jadi tidak sesuai dengan kenyataan. Bibi Nedena
seperti itu, mengapa tidak? Lalu dengan senyum menarik lengan Nedena dengan kasar, tidak
sumringah dia mengangguk (Sartika, 2004:3). peduli Nedena merasa sakit atau tidak, yang pasti,
bibi Nedena melakukan ini semua demi kebaikan
Guru dan bibi Nedena membicarakan Nedena, bibi Nedena ingin Nedena sembuh.
tentang keadaan Nedena. Guru Nedena khawatir Bibi Nedena bertingkah sesukanya, tetapi tidak
dengan kondisi psikologis Nedena yang memedulikan perasaan Nedena seperti apa.
sudah lama terganggu, akhirnya guru Nedena Bibi Nedena terpaksa bertingkah kasar kepada
menyarankan kepada bibi Nedena untuk segera Nedena, karena Nedena cenderung tidak pernah
membawa Nedena ke psikolog. Guru Nedena menuruti apa kata bibinya, padahal semata-mata
menginginkan Nedena segera sembuh dan bisa bibi Nedena ingin segera Nedena kembali normal
berbicara seperti dulu. Setelah guru Nedena
seperti dulu. Bibi Nedena bertingkah semena-
menjelaskan kepada sang bibi, maka sang
mena terhadap Nedena, namun demikian bibi
bibi setuju jika Nedena dibawa ke psikolog.
Nedena sangat sayang terhadap Nedena, bibi
Sikap kepedulian guru kepada muridnya ini
menggambarkan kepedulian sosial. Guru Nedena Nedena ingin Nedena berbicara seperti dulu dan
menyarankan kepada bibi Nedena agar Nedena menghilangkan sikap anehnya, namun sikap bibi
berobat ke psikolog, hal ini menunjukkan tema Nedena kurang benar. Hal ini menunjukkan tema
sosial, karena melalui tindakan guru Nedena yang egois, karena tidak memerhatikan bagaimana
berdiskusi terkait kondisi Nedena. Perhatikan perasaan Nedena. Perhatikan kutipan berikut
kutipan berikut yang menggambarkan sikap bibi yang menggambarkan sikap guru Yossy yang

Bungah Wijayanti, Keterkaitan Tema dengan Tokoh dalam Novel Dadaisme Karya Dewi Sartika
180

ingin berkomunikasi baik dan mengenal keluarga Bu Dewi menutup kegiatan belajar mengajar
Yossy. pada hari itu. Bu Dewi mempersilahkan ketua
kelas untuk memimpin berdoa, sebagaimana yang
“Ini siapa?” Bu Dewi menunjuk pada perempuan telah diterapkan dalam pendidikan, bahwa selain
berbaju Biru di dalam gambar Yossy. “Ini kemampuan kognitif dan attitude, kemampuan
mama”. “Kalau ini, yang pakai baju Hijau?”. spiritual juga wajib diterapkan dalam pendidikan
“Mama juga.”, “Kok mama juga?”, “Mama di sekolah pada setiap personal. Seorang guru
Yossy ada dua?”, “Kata papa, Tuhan itu sangat menerapkan nilai keagamaan pada siswanya.
sayang sama Yossy, makanya Yossy diberi mama Kepercayaan bahwa berdoa adalah hal yang
dua oleh Tuhan” (Sartika, 2004:10). terpenting untuk dilakukan setiap manusia
sebelum dan sesudah melaksanakan sebuah
Bu Dewi menanggapi gambar Yossy. Bu kegiatan. Perintah guru kepada siswanya adalah
Dewi bertanya tentang siapa yang telah digambar komunikasi yang bertujuan untuk penerapan nilai
Yossy. Di salah satu gambar Yossy, Bu Dewi agama di setiap personal. Hal ini menunjukkan
melihat ada dua perempuan dewasa, lalu dengan tema divine melalui tindakan guru yang selalu
sangat santun Bu Dewi bertanya siapakah kedua mengingatkan akan senantiasa bersyukur
perempuan yang digambar Yossy tersebut, terhadap apa yang sudah berhasil dilaksanakan
kemudian Yossy menjawab bahwa mereka itu pada hari itu. Perhatikan kutipan berikut yang
ibunya. Tindakan Bu Dewi merupakan hubungan menggambarkan bibi Nedena sedang meyakinkan
guru dengan murid untuk memberikan apresiasi dr. Aleda untuk percaya bahwa Nedena gila.
terhadap apa yang telah dilakukan oleh muridnya.
Percakapan Yossy dan Bu Dewi tentang gambar +Percayalah, Bu, itu sebabnya saya membawa
Yossy, menjelaskan tema sosial melalui sikap anak itu ke mari. Dia gila, dia bahkan tidak
guru Yossy yang menunjukkan respon baik pernah berbicara pada sekelilingnya. “Apakah
terhadap gambar milik Yossy. Hal ini merupakan dia bisu?”, + Tentu saja tidak! Dia tidak bisu,
interaksi untuk mengenal keluarga muridnya, dia hanya mulai berhenti bicara sejak empat
karena pada saat itu tema gambar Yossy adalah tahun yang lalu. Dan dia selalu gambar langit
keluarga. Perhatikan kutipan berikut yang yang aneh. “Saya tidak mengerti perempuan
menggambarkan seorang guru yang menerapkan yang berdiri di depan saya ini. Dia mengatakan
ajaran agama kepada muridnya. bahwa anak ini gila karena menggambar warna
langit dengan rupa-rupa warna. + Kalau tidak
“Yak, ketua kelas, pimpin doa teman-temannya. gila, maka anda menyebut anak ini apa? Dia
Kita akan segera pulang.”, “Teman-teman. Mari mulai berhenti bicara dan mulai menggambar
kita berdoa, berdoa mulai!”. Teriak ketua kelas langit dengan warna-warna aneh, bahkan dia
mempersiapkan. Sejenak kelas berubah sunyi, sekali pun tidak pernah mewarnai langit dengan
semua anak-anak terpekur oleh doanya masing- warna Biru (Sartika, 2004:16).
masing. Entah apa yang mereka minta. Sebuah
ucapan terima kasih pada Tuhan? Atau hanya Bibi Nedena meyakinkan dr. Aleda kalau
sekedar mengingat, setelah keluar dari kelas ini, Nedena itu gila. Aleda tidak percaya bahwa
mereka mau apa. Atau mungkin mereka berdoa gadis manis seperti Nedena gila, karena dilihat
agar esok masih bisa melihat guru tersayang dari penampilan Nedena terlihat baik-baik saja.
mereka. Bisa jadi mereka tidak berdoa apa Akhirnya bibi Nedena terus meyakinkan dr. Aleda
pun, hanya diam mengikuti teman-temannya. dengan menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.
“Selesai. Siap, beri salam!” (Sartika, 2004:12). Nedena yang tidak suka mewarnai gambar apa pun
dengan warna biru. Selain itu, bibi Nedena juga

KEMBARA: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, Volume 3, Nomor 2, Oktober 2017, hlm 173-184
181

bercerita bahwa Nedena selama 4 tahun tidak mau Tresna merintih pada Aleda. Tresna bersedih
berbicara, hal ini dikarenakan Nedena memiliki dan tidak terima jika Yossy meninggal. Namun,
gangguan jiwa setelah rumahnya mengalami Aleda mencoba menenangkan hati Tresna, bahwa
kebakaran dan ibunya meninggal. Aleda kurang semua ini sudah takdir Tuhan. Tetapi Tresna
yakin bahwa Nedena gila, akhirnya bibi Nedena masih menyalahkan takdir Tuhan, takdir Tuhan
menjelaskan kepada Aleda terkait tingkah laku yang tidak adil bagi dirinya. Segala sesuatu yang
Nedena yang aneh. Sikap bibi Nedena yang dikehendaki oleh Tuhan, baik maupun buruknya.
mencoba meyakinkan dr. Aleda menunjukkan Tresna tidak terima dengan takdir Tuhan tentang
tema sosial, tema yang menggambarkan saling kematian Yossy, sedangkan Aleda mengingatkan
berbicara dan meyakinkan. Perhatikan kutipan bahwa tidak sepantasnya menyalahkan Tuhan atas
berikut yang menggambarkan tindakan dr. Aleda kejadian yang menimpa Yossy. Sikap Tresna dan
untuk membujuk Nedena agar segera berbicara. sikap Aleda mengaitkan masalah takdir ini wujud
dari tema divine, percaya kepada kuasa Tuhan.
Saya mengajaknya berbicara. Dia mengacuhkan
Perhatikan kutipan berikut yang menggambarkan
saya. Saya tidak cepat menyerah, saya terus
Trsena selingkuh di hotel.
mengajaknya berbicara, bahkan tentang hobinya
yang suka pada gambar. Saya suka berbicara
Kamu terduduk sambil tetap menjaga selimut di
tentang bulan dan bintang, juga tentang bidadari
dadamu agar tidak merosot. Tubuh laki-laki itu
dan peri (Sartika, 2004:20).
basah, dengan handuk melilit pinggang hingga
Aleda berusaha untuk membujuk Nedena pahanya. Ia berjalan dan mencium rambutmu
agar dia mau berkomunikasi dengannya, Aleda yang lembab, lalu menariknya beberapa helai dan
berpikir dari cerita tentang benda yang disukai mendekatkan bibirnya ke arah telingamu. Dan
Nedena yakni tentang bulan dan bintang, juga kau merasa geli. Kau selalu geli bila ada yang
tentang bidadari dan peri. Tindakan Aleda bernafas di telingamu, dan itu membangkitkan
dengan mendongeng ini mencoba berinteraksi birahimu yang terkurung. Kau menggeliat, dan
dengan Nedena yang saat itu masih belum bisa kau lekas merangkul leher laki-laki itu, mencium
menerima Aleda. Namun, Nedena masih tidak dan melumatkannya dalam kecupan yang dalam.
peduli, tidak menunjukkan apa-apa, namun Laki-laki itu berdiri, bahkan celananya pun
Aleda belum menyerah, dia terus mencobanya. belum terselating dengan benar. Dia segera
Aleda berusaha agar dia berhasil mengajak merangkulmu dari belakang, mencium dahi dan
Nedena untuk berbicara. Aleda berbuat untuk pipimu dengan mesra. “Kenapa kau menikah
menyenangkan Nedena dengan cara bercerita dengan laki-laki yang sudah beristri. Kau cantik,
terkait sesuatu yang menjadi favorit Nedena, aku rela menikahimu kalau kau cerai dengan
tindakan Aleda dengan membujuk Nedena suamimu”. “Aku tidak bisa, aku mencintai uda
dengan dongeng ini disebut dengan tema sosial, Asril. Untuk itu aku rela dimadu.” (Sartika,
berinteraksi menggunakan cerita. Perhatikan 200436-37).
kutipan berikut yang menunjukkan Tresna tidak
rela atas kepergian Yossy. Tresna berselingkuh dengan laki-laki lain
di kamar hotel. Mereka berhubungan intim.
“Mbak..Yossy Meninggal!”. “Tenang, Tres, Kekasih gelap Tresna meminta Tresna cerai dari
tenang. Istighfar. Ingat Gusti Allah. “Gusti Allah suaminya, namun Tresna tidak mau bercerai dari
tidak adil, mbak. Dia merebut Yossy-ku. Dia Asril, karena dia masih sangat menyayangi Asril,
merebut pelita hatiku satu-satunya. Tidak! Aku tetapi dia juga mencintai laki-laki selingkuhannya
tidak rela!”. “Jangan menyalahkan Allah, dosa.” itu. Tindakan Tresna dengan kekasih gelapnya
(Sartika, 2004:31). menggambarkan seseorang yang berhubungan

Bungah Wijayanti, Keterkaitan Tema dengan Tokoh dalam Novel Dadaisme Karya Dewi Sartika
182

seksual, tetapi hubungan seksual Tresna dengan selama ini dia pendam, saling mencinta di antara
kekasih gelapnya merupakan perselingkuhan yang mereka, namun takdir tidak bisa menyatukan,
selama ini dilakukannya tanpa sepengetahuan mereka memilih untuk saling berselingkuh,
suaminya, yakni Asril. Perselingkuhan Tresna melalui tindakan selingkuh ini akan menunjukkan
dengan kekasih gelapnya sudah dilakukan sejak adanya tema organik, tema yang menjelaskan
dulu, hingga dia melahirkan dua anak, satu hubungan seksual.
laki-laki, dan yang kedua ialah perempuan yang
diberi nama Yossy. Yossy bukan anak kandung Keterkaitan Tema dengan Tokoh melalui
Asril, melainkan anak dengan kekasih gelapnya. Perasaan
Tindakan Tresna ini menunjukkan tema organik,
Tresna melakukan hubungan intim dengan Keterkaitan tema dengan perasaan tokoh
laki-laki lain. Perhatikan kutipan berikut yang mencakup cerita yang menunjukkan deskripsi apa
menggambarkan Isabella berselingkuh dengan yang telah dirasakan tokoh yang mengeksplorasi
Asril. tema apa yang dihadirkan oleh pengarang,
bahwasannya dalam perasaan tokoh mewujudkan
Asril memelukku lembut dan bibirnya yang tipis sebuah prasangka emosional terhadap apa yang
melumat bibirku. Kami tidak pernah berciuman telah terjadi dalam dirinya. Tema dalam novel
satu kali pun dalam masa kami bersama, ini Dadaisme yang dipengaruhi oleh perasaan
adalah ciumanku yang pertama dengannya dan tokoh ditemukan tema di antaranya tema egois,
aku benar-benar mendambanya. “Aku harus sosial, dan organik, tetapi yang paling banyak
pulang, uda Rendi pasti menungguku”. “Ah…”. diwujudkan melalui tema egois, di mana perasaan
Jangan berkata ‘Ah’, kau semakin menyakitiku, tokoh menunjukkan gambaran emosional yang
Asril..”, “Menyakitimu? Harusnya aku yang mempengaruhi perasaannya. Keterkaitan tema
mengatakan itu. Kau sudah melakukannya dengan perasaan ditunjukkan dengan dipengaruhi
sebelas tahun yang lalu padaku, Isa!”. “Ya, masalah individualitas berupa egoisitas,
dan kau sudah mengutukku terus-terusan martabat, harga diri, dan sikap tertentu yang
dari tadi. Aku tahu, Asril, aku bukan hanya pada umumnya lebih bersifat batin dan dirasakan
menyakitimu, tapi juga kepercayaan seseorang oleh yang bersangkutan Berdasarkan analisis
yang telah aku nikahi dan mencintaiku dengan keterkaitan tema di antaranya sebagai berikut.
hatinya. “Tinggalah di sini sebentar lagi”. Perhatikan kutipan berikut yang menggambarkan
Tangannya meraih tanganku dan menciumnya kekhawatiran Nedena jika Michail pergi.
serta meletakkan tanganku di pipinya (Sartika,
“Apakah kau akan pergi meninggalkanku nanti,
2004:71-72).
Michail?” Michail mendekap Nedena dari
belakang dan berbisik lembut di telinga gadis cilik
Asril mencium Isabella dengan mesranya,
itu. “Aku tidak akan pernah meninggalkanmu,
namun Isabella tidak keberatan akan hal demikian,
Nedena. Sejak kita berdua bersumpah akan
karena Isabella juga mendambanya dari dulu.
selalu bersama, walau ke neraka sekali pun.”
Tindakan tokoh Isabella dan Asril merupakan
(Sartika, 2004:7).
hubungan seksual yang dilakukan atas dasar
cinta. Namun, cinta mereka tidak dapat disatukan
Michail berjanji akan setia pada Nedena.
karena mereka sudah saling berkeluarga, satu-
Nedena sangat takut kehilangan Michail, dan
satunya cara untuk menyalurkan perasaan hanya
Michail pun berjanji akan selalu ada untuk Nedena
dengan selingkuh saling mencumbu. Asril tidak
di saat Nedena dalam keadaan senang maupun
ingin Isabella pergi, karena Asril belum puas
susah. Nedena mengajak Michail selama Nedena
untuk saling meluapkan perasaan, perasaan yang

KEMBARA: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, Volume 3, Nomor 2, Oktober 2017, hlm 173-184
183

berobat ke kota, Nedena tidak ingin Michail jauh melamarkan putra sulungnya untukmu. Ayah
dari Nedena. Perasaan Nedena menunjukkan pikir Rendi cocok denganmu, toh setelah
adanya kegiatan sosial, memiliki makna bahwa menikah kau tetap bisa melanjutkan kuliahmu
manusia tidak ingin sendiri. Interaksi dalam di jurusan Hukum. Sutan Bahari secara khusus
imajinasi Nedena ialah menahan Michail agar menawarkan untuk membiayai kuliahmu”. “Tapi
tidak pergi darinya, Michail harus ikut ke mana ayah….” (Sartika, 2004:41)
pun Nedena pergi. Hal ini menunjukkan adanya
Ayah Yusna menjodohkan Yusna dan
tema sosial melalui perasaan Nedena yang takut
Rendi. Perjodohan terjadi karena ayah Yusna
kehilangan Michail. Perhatikan kutipan berikut
pernah berhutang budi pada Sutan Bahari,
yang menggambarkan perasaan marah dan
sedangkan Sutan Bahari sangat menginginkan
kecewa Yossy atas perlakuan kakaknya.
menantu berdarah Minang. Pada akhirnya Yusna
Pernah sekali Yossy menang lomba
keberatan, tetapi ayah Yusna terus memaksa
mewarnai dan membawa piala. Tapi abang yang
Yusna untuk mau menikah. Ayah Yusna tidak
tiba-tiba muncul dengan mata yang mendelik dan
peduli dengan perasaan Yusna yang sama sekali
mulut yang melengkung ke bawah mendekat ke
tidak mencintai Rendi, begitu juga Yusna,
arah piala, lalu abang memukul piala itu hingga
dia tidak memikirkan perasaan ayahnya yang
terbanting dan terpotong menjadi dua bagian.
masih dibebani karena hutang budi. Sikap ayah
Yossy amat marah, dia menangis dan mendadak
Yusna dan Yusna ini menggambarkan tuntutan
abang ikut menangis (Sartika, 2004:9).
individualitas, ayah Yusna dan Yusna saling
Piala Yossy rusak akibat kakak Yossy
mempertahankan ego masing-masing, di sana
yang membanting piala Yossy hingga terbelah
tidak ada yang mau mengalah. Ayah Yusna
menjadi dua. Kakak Yossy memiliki gangguan
memaksa Yusna agar menikah dengan Rendi.
psikologis sejak kecil. Sebab piala Yossy pecah
Ketika itu Yusna akhirnya memilih pergi dari
menjadi dua, Yossy sangat kesal dan akhirnya
rumah, tindakan Yusna ini disebut dengan tema
dia menangis. Yossy paham jika kakaknya itu
egois, karena hanya memikirkan perasaan sendiri,
sakit, tapi Yossy juga tidak bisa menahan kesal
tanpa memikirkan perasaan ayahnya yang kelak
dalam dadanya, menurutnya piala itu sangat
akan mendapat malu jika pernikahan batal.
berharga, berharga karena menunjukkan Yossy
memang bakat mewarnai. Peristiwa tersebut
SIMPULAN
menggambarkan bahwa seseorang itu bisa salah,
dan seseorang juga bisa kecewa. Tindakan kakak Berdasarkan hasil analisis terhadap
Yossy membuat Yossy marah dan kesal. Yossy novel Dadaisme karya Dewi Sartika, peneliti
menangis karena dia merasa bahwa sesuatu menyimpulkan sebagai berikut.
yang dianggapnya berharga itu rusak, hal ini 1. Tema yang berkaitan dengan pikiran tokoh
pada novel Dadaisme banyak dipengaruhi oleh
menunjukkan tema egois yang digambarkan
tema divine yang ditunjukkan melalui sudut
melalui perasaan Yossy yang kecewa terhadap
pandang percaya terhadap kekuasaan Tuhan.
kakaknya sendiri. Perhatikan kutipan berikut
2. Tema yang berkaitan dengan tindakan tokoh
yang menggambarkan keegoisan Yusna yang pada novel Dadaisme karya Dewi Sartika
menolak keinginan ayahnya. banyak dipengaruhi oleh tema sosial yang
“Yusna, ayah pernah berhutang budi pada Sutan mendeskripsikan hubungan satu tokoh dengan
Bahari, kau tahu bukan, kato papatah kito, budi tokoh lainnya.
3. Tema yang berkaitan dengan perasaan tokoh
tak boleh dilupakan sampai mati. Sutan Bahari
pada novel Dadaisme karya Dewi Sartika
menginginkan menantu berdarah Minang, dan
banyak dipengaruhi oleh tema egois yang
secara adat meminta kesedihan ayah untuk
ditunjukkan melalui jati diri seorang tokoh.

Bungah Wijayanti, Keterkaitan Tema dengan Tokoh dalam Novel Dadaisme Karya Dewi Sartika
184

DAFTAR PUSTAKA Raimana, F. (2012). Perbandingan Fenomena


Seksual Novel Dadaisme Karya Dewi
Aminuddin. (2011). Pengantar Apresiasi Karya Sartika dengan Novel Imipramine Karya
Sastra. Bandung: IKAPI. Nova Riyanti Yusuf. Junal Pendidikan
Kamalia, N. (2013). Karakteristik Tokoh dan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 1(1),
Penokohan dalam Cerpen Karya Buruh 271–285.
Migran Indonesia di Hongkong. Universitas Sartika, D. (2004). Dadaisme. Yogyakarta:
Negeri Malang. Matahari.
Kembuan, G. N. (2013). Tema Kelangsungan Stanton, R. (2012). Teori Fiksi. (Sugiastuti dan
Hidup dalam Cerita Pendek The Shawl Rossi Abi Al Irsyad, Ed.). Yogyakarta:
Karya Cynthia Ozick. Universitas Sam Pustaka Pelajar.
Ratulangi. Tarigan, H. G. (2015). Prinsip-Prinsip Dasar
Niode, S. H. (2015). Analisis Tema dalam Novel Sastra. Bandung: Angkasa.
The Fault in Our Stars Karya John Green. Yulianti, Y. (2007). Psikoanalisis dalam Novel
Universitas Sam Ratulangi. Cantik Itu Luka Karya Eka Kurniawan.
Nurgiyantoro, B. (2013). Teori Pengkajian Fiksi. Jurnal Sintesis, 5(2), 138–149.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Pradita, L. E. (2012). Konflik Batin Tokoh Utama
dalam Film Sang Pencerah Karya Hanung
Bramantyo. Jurnal Basastra, 1(1), 27–35.

KEMBARA: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya, Volume 3, Nomor 2, Oktober 2017, hlm 173-184

Anda mungkin juga menyukai