PENDAHULUAN
1
cerita tersebut dilahirkan adalah masyarakat animisme atau dinamisme serta
pengaruh tradisi Hindu dan Budha.
Cerita legenda Candi Prambanan bisa dikatakan memiliki kandungan tradisi
kebudayaan yang cukup kental. Selain itu, cerita ini pun dapat dikaitkan dengan
terbentuknya candi tersebut.
Berdasarkan latar belakang diatas, karya tulis ini mengangkat cerita rakyat
legenda Candi Prambanan. Penulis melakukan pola pengkajian terhadap legenda
ini terutama pada bidang unsur pembentukannya yaitu unsur intrinsik.
1.2 Rumusan Masalah
Masalah yang dibahas dalam karya tulis ini adalah :
1. Bagaimana asal mula cerita rakyat legenda Candi Prambanan ?
2. Bagaimana unsur intrinsik yang terkandung dalam cerita rakyat legenda
Candi Prambanan ?
1.3 Tujuan
Penelitin ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui asal mula cerita rakyat legenda Candi Prambanan.
2. Mengetahui unsur intrinsik yang terkandung dalam cerita rakyat
legenda Candi Prambanan.
1.4 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dalam penulisan karya tulis ini adalah :
1. Penulis dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama belajar
di sekolah khususnya pelajaran Bahasa Indonesia.
2. Dapat menambah wawasan bagi pembaca, khususnya di kalangan siswa
atau pelajar.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
2.2.1 Tema
Tema adalah suatu unsur dalam karya sastra yang menjadi pokok masalah
atau pokok pikiran dari pengarang melalui karyanya (jalan cerita). Tema
merupakan penceritaan dalam sebuah cipta dasar pikiran yang menjadi dasar
cerita. Tema menjadi pusat penceritaan dalam sebuah cipta sastra (Ilyas,
2011:180). Tema adalah ide pokok yang mendasari suatu karya sastra. Untuk
menetukan tema, pembaca harus menyimpulkan keseluruhan isi cerita, tidak
hanya berdasarkan bagian-bagian tertentu cerita saja (Darmawati, 2010:329).
3
cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan watak tokoh-tokoh dalam
cerita (Juanda, 2007:326). Penokohan yakni bagaimana cara pengarang
menggambarkan dan mengembagkan watak tokoh-tokoh dalam sebuah cerita
rekaan. Misalnya, tokoh Aberwatak bengis dan kejam (Ilyas, 2011:180).
Dilihat dari watak dan karakternya, tokoh dapat dibedakan seperti berikut :
1. Tokoh Antagonis
Tokoh antagonis yaitu tokoh yang menimbulkan konflik atau masalah
dalam cerita. Biasanya tokoh anatagonis mempunyai watak dan perilaku
yang jahat.
2. Tokoh Protagonis
Tokoh protagonis yaitu tokoh yang mempunyai watak baik, benar, dan
tidak jahat.
3. Tokoh Tritagonis
Tokoh tritagonis yaitu tokoh yang selalu menjadi penengah dan sering
dimunculakan sebagai orang ketiga.
4
Dilihat dari kepentingan pengarang dalam menampilkan tokoh
dalam karya sastra, tokoh dibedaka sebagai berikut:
1. Tokoh utama dalah tokoh yang mempunyai peranan sangat
penting dalam sebuah cerita. Tokoh ini selalu hadir dalam
setiap peristiwa.
2. Tokoh pembantu adalah tokoh yang membantu tokoh utama
dalam sebuah karya sastra.
Plot atau alur ialah jalan cerita atau rangkaian peristiwa dari awal sampai
akhir. Rangkaian peristiwa ini disusun berdasarkan hukum kausalitas (hubungan
yang menunjukan sebab-akibat). Berdasarkan hubungan tersebut setiap cerita
memiliki plot/alur cerita sebagai berikut.
5
5. Penyelesaian, tahap akhir cerita pada bagian ini terdapat penjelasan
mengnai nasib-nasib tokoh dalam cerita setelah mengalami konflik dalam
cerita. Beberapa cerita terkadang menyerahkan penyelesaian kepada
pembaca, sehingga akhir cerita seperti ini tak ada penyelesaian atau
menggantung.
Menurt Darmawati (2010:61) ada tiga jenis alur dalam karya sastra . Alur
tersebut adalah alur maju, alur mudur, dam alur gabungan.
1. Alur maju adalah alur yang disajikan secara berurutan dari tahp perkenalan
atau pengantar, dilanjutkan tahap penampilan masalah, dan diakhiri tahap
penyelesaian.
2. Alur mundur adalah alur yang disusun dengan mendahulukan tahap
klimaks atau penyelesaian dan disusul tahap-tahap seperti pendahuluan,
pemunculan masalah, konflik, dan peleraian.
3. Alur gabungan adalah alur perpaduan antara alur maju dan alur mundur.
Susunan penyajian urutan peristiwa diawali dengan puncak
ketegangan,lalu dilanjutkan dengan perkenalan, dan diakhiri dengan
penyelesaian.
6
b. Sudut Pandang Orang Ketiga
Pengarang menggunakan pelaku utama sebagai orang ketiga. Dalam
sudut pandang tersebut, pengarang menggunakan kata ganti orang
ketiga misalnya dia, ia atau nama orang.
c. Sudut Pandang Serba Tahu
Dalam hal ini pengarang seolah-olah tahu banyak hal. Pengarang dapat
mengemukakan segala tingkah laku atau tindak tanduk tokoh
utamanaya.
2.2.5 Amanat
Latar ialah tempat dimana terjadinya kejadia atau peristiwa dan waktu
terjadinya sebuah peristiwa, latar juga menjelaskan segala keterangan waktu,
ruang, dan suasana terjadinya peristiwa dalam plot cerita. Latar terbagi lagi
menjdi beberapa unsur seperti dibawah ini.
1. Latar Tempat ialah yang mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa dalam
cerita. Contoh : Kota, Pedesaan, dan lain-lain.
2. Latar Waktu ialah latar yang berhubungan dengan masalah kapan
terjadinya peristiwa. Contoh : masa kini, masa lalu, dan lain-lain.
3. Latar Sosial ialah latar yang mengacu pada hal-hal yang berhubungan
dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat. Contoh : kesederhanaan,
keramahan, dan lain-lain.
7
Setiap latar yang diciptakan dalam karya sastra memiliki fungsi. Di dalam
karya sastra latar berfungsi sebagai :
1. Atmosfer atau suasana merupakan latar yang lebih mudah dibicarakan dari
pada didefinisikan. Latar ini semacam aura rasa dan emosi yang
ditimbulkan penulis melalui tulisannya, agar membantu terciptanya
ekspetasi pembaca.
2. Latar tempat sebagai Elemen Dominan, latar tempat memiliki peran
penting dalam karya sastra. Latar tempat menjadi unsur netral atau
spiritual dalam sebuah tempat tertentu. Termasuk dalam fiksi jenis ini :
Laskar Pelangi karya Andrea Hirata yang berbicara tentang Belitong pada
Zaman Orde Baru.
3. Latar waktu sebagai Elemen Dominan, dalam karya sastra ada yang
menggunakan elemen waktu sebagai unsur yang dominan. Fungsi latar ini
terjadi terutama pada karya sastra yang berlatar sejarah. Tidak hanya
waktu yang menjafi unsur utama yang terlibat. Ada unsur-unsur nilai
dalam waktu, misalnya unsur nilai dalam masa kemerdekaan, masa orde
baru, dan sebagainya.
4. Metfora, artinya jika latar spiritual ialah unsur latar yang secara spiritual
memberi efek nilai pada kerya sastra, maka fungsi latar ini adalah fungsi
eksternal yang tidak secara langsung (eksplisit) berpengaruh pada cerita.
Sebagai metafora, latar menghadirkan suasana yang secara tidak langsung
menggambarkan nasib tokoh.
Istilah legenda berasal dari bahasa latin “legere” adalah cerita prosa rakyat
yang dianggap oleh mempunyai cerita sebagai suatu yang benar-benar terjadi.
Oleh karena itu, legenda sering sekali dianggap sebagai “sejarah” kolektif (folk
history). Beberapa ahli mengemukakan pendapat yang berbeda tentang pengertian
legenda. Menurut buku Sari Kata Bahasa Indonesia, legenda adalah cerita rakyat
jaman dahulu berkaitan dengan peristiwa dan asal-usul terjadinya suatu tempat.
8
Menurut Pudentia, legenda adalah cerita yang dipercaya oleh bebrapa penduduk
setempat benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci atau sakral yang
membedakannya dengan Mite. Menurut Emeis legenda adalah cerita kuno yang
setengah berdasarkan sejarah dan yang setengah lagi berdasarkan angan-angan.
Menurut Hooykaas legenda dalah dongeng tentang hal-hal yang berdasarkan
sejarahyang mengandung suatu hal yang ajaib atau kejadian yang menandakan
kesaktian. Dari beberapa pendpat ahli dapat disimpulkan legenda merupakan
cerita prosa rakyat yang mirip dengan Mite, yang dianggap benar-benar terjadi
tetapi tidak dianggap suci dan oleh empunya cerita sebagai suatu yang benar-
benar terjadi dan juga dibumbui dengan keajaiban, kesaktian, dan keistimewaan
tokohnya.
Bentuk kedua yaitu legenda alam gaib. Legenda ini biasanya berbentuk
kisah yang dianggap benar-benar terjadi dan pernah dialami seseorang. Fungsi
legenda semacam ini adalah untuk meguhkan kebenaran “takhyul” atau
kepercayaan rakyat. Jadi, legenda alam gaib adalah cerita- cerita pengalaman
9
seorang dengan makhluk-makhluk gaib, hantu-hantu, siluman, gejala-gejala alam
gaib, dan sebagainya. Contoh legenda alam gaib di Bogor Jawa Barat ada legenda
tentang mandor Kebun Raya Bogor yang hilang lenyap begitu saja sewaktu
bertugas di Kebun Raya. Menurut kepercayaan penduduk setempat, hal itu
disebabkan ia telah melangkahi setumpuk batu bata yang merupakan bekas-bekas
pintu gerbang kerajaan Pajajaran. Pintu gerbang itu, menurut kepercayaan
penduduk setempat, terletak disalah satu tempat di Kebun Raya. Oleh karenanya,
penduduk disana menasehati para pengunjung Kebun Raya, agar jangan
melangkahi tempat antara tumpukan-tumpukan batu bata tua, karena ada
kemungkinan nahwa disanalah bekas pintu gerbang kerajaan zaman dahulu itu.
Jika melanggarnya, maka kita akan masuk ke dunia gaib dan tidak dapat pulang
lagi ke dunia nyata (Gunato,2012:3).
10
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
11
BAB IV
PEMBAHASAN
Alkisah pada zaman dahulu kala, berdiri sebuah kerajaan yang sangat
besar yang bernama Prambanan. Rakyat Prambanan sangat damai dan makmur di
bawah kepemimpinan raja yang bernama Prabu Baka. Kerajaan-kerajaan kecil di
wilayah sekitar Prambanan juga sangat tunduk dan menghormati kepemimpinan
Prabu Baka.
Sementara itu di lain tempat, ada satu kerajaan yang tak kalah besarnya
dengan kerajaan Prambanan, yakni kerajaan Pengging. Kerajaan tersebut terkenal
sangat arogan dan ingin selalu memperluas wilayah kekuasaanya. Kerajaan
Pengging mempunyai seorang ksatria sakti yang bernama Bondowoso. Dia
mempunyai senjata sakti yang bernama Bandung, sehingga Bondowoso terkenal
dengan sebutan Bandung Bondowoso. Selain mempunyai senjata yang sakti,
Bandung Bondowoso juga mempunyai bala tentara berupa Jin. Bala tentara
tersebut yang digunakan Bandung Bondowoso untuk membantunya untuk
menyerang kerajaan lain dan memenuhi segala keinginannya.
Hingga Suatu ketika, Raja Pengging yang arogan memanggil Bandung
Bondowoso. Raja Pengging itu kemudian memerintahkan Bandung Bondowoso
untuk menyerang Kerajaan Prambanan. Keesokan harinya Bandung Bondowoso
memanggil balatentaranya yang berupa Jin untuk berkumpul, dan langsung
berangkat ke Kerajaan Prambanan.
Setibanya di Prambanan, mereka langsung menyerbu masuk ke dalam
istana Prambanan. Prabu Baka dan pasukannya kalang kabut, karena mereka
kurang persiapan. Akhirnya Bandung Bondowoso berhasil menduduki Kerajaan
Prambanan, dan Prabu Baka tewas karena terkena senjata Bandung Bondowoso.
Kemenangan Bandung Bondowoso dan pasukannya disambut gembira oleh Raja
Pengging. Kemudian Raja Pengging pun mengamanatkan Bandung Bondowoso
12
untuk menempati Istana Prambanan dan mengurus segala isinya,termasuk
keluarga Prabu Baka.
Pada saat Bandung Bondowoso tinggal di Istana Kerajaan Prambanan, dia
melihat seorang wanita yang sangat cantik jelita. Wanita tersebut adalah Roro
Jonggrang, putri dari Prabu Baka. Saat melihat Roro Jonggrang, Bandung
Bondowoso mulai jatuh hati. Dengan tanpa berpikir panjang lagi, Bandung
Bondowoso langsung memanggil dan melamar Roro Jonggrang.
“Wahai Roro Jonggrang, bersediakah seandainya dikau menjadi
permaisuriku?”, Tanya Bandung Bondowoso pada Roro Jonggrang.
Mendengar pertanyaan dari Bandung Bondowoso tersebut, Roro
Jonggrang hanya terdiam dan kelihatan bingung. Sebenarnya dia sangat
membenci Bandung Bondowoso, karena telah membunuh ayahnya yang sangat
dicintainya. Tetapi di sisi lain, Roro Jonggrang merasa takut menolak lamaran
Bandung Bondowoso. Akhirnya setelah berfikir sejenak, Roro Jonggrang pun
menemukan satu cara supaya Bandung Bondowoso tidak jadi menikahinya.
“Baiklah,aku menerima lamaranmu. Tetapi setelah kamu memenuhi satu
syarat dariku”, jawab Roro Jonggrang.
“Apakah syaratmu itu Roro Jonggrang?”, Tanya Bandung Bandawasa.
“Buatkan aku seribu candi dan dua buah sumur dalam waktu satu malam”, Jawab
Roro Jonggrang.
Mendengar syarat yang diajukan Roro Jonggrang tersebut, Bandung
Bondowoso pun langsung menyetujuinya. Dia merasa bahwa itu adalah syarat
yang sangat mudah baginya, karena Bandung Bondowoso mempunyai balatentara
Jin yang sangat banyak.
Pada malam harinya, Bandung Bandawasa mulai mengumpulkan
balatentaranya. Dalam waktu sekejap, balatentara yang berupa Jin tersebut datang.
Setelah mendengar perintah dari Bandung Bondowoso, para balatentara itu
langsung membangun candi dan sumur dengan sangat cepat.
Roro Jonggrang yang menyaksikan pembangunan candi mulai gelisah dan
ketakutan, karena dalam dua per tiga malam, tinggal tiga buah candi dan sebuah
sumur saja yang belum mereka selesaikan.
13
Roro Jonggrang kemudian berpikir keras, mencari cara supaya Bandung
Bondowoso tidak dapat memenuhi persyaratannya.
Setelah berpikir keras, Roro Jonggrang akhirnya menemukan jalan keluar.
Dia akan membuat suasana menjadi seperti pagi,sehingga para Jin tersebut
menghentikan pembuatan candi.
Roro Jonggrang segera memanggil semua dayang-dayang yang ada di
istana. Dayang-dayang tersebut diberi tugas Roro Jonggrang untuk membakar
jerami, membunyikan lesung, serta menaburkan bunga yang berbau semerbak
mewangi.
Mendengar perintah dari Roro Jonggrang, dayang-dayang segera
membakar jerami. Tak lama kemudian langit tampak kemerah merahan, dan
lesung pun mulai dibunyikan. Bau harum bunga yang disebar mulai tercium, dan
ayam pun mulai berkokok.
Melihat langit memerah, bunyi lesung, dan bau harumnya bunga tersebut,
maka balatentara Bandung Bondowoso mulai pergi meninggalkan pekerjaannya.
Mereka pikir hari sudah mulai pagi, dan mereka pun harus pergi.
Melihat Balatentaranya pergi, Bandung Bondowoso berteriak: “Hai
balatentaraku, hari belum pagi. Kembalilah untuk menyelesaikan pembangunan
candi ini !!!”
Para Jin tersebut tetap pergi, dan tidak menghiraukan teriakan Bandung
Bondowoso. Bandung Bondowoso pun merasa sangat kesal, dan akhirnya
menyelesaikan pembangunan candi yang tersisa. Namun sungguh sial, belum
selesai pembangunan candi tersebut, pagi sudah datang. Bandung Bondowoso pun
gagal memenuhi syarat dari Roro Jonggrang.
Mengetahui kegagalan Bandung Bondowoso, Roro Jonggrang lalu
menghampiri Bandung Bondowoso. “Kamu gagal memenuhi syarat dariku,
Bandung Bondowoso”, kata Roro Jonggrang.
Mendengar kata Roro Jonggrang tersebut, Bandung Bondowoso sangat
marah. Dengan nada sangat keras, Bandung Bondowoso berkata: “Kau curang
Roro Jonggrang. Sebenarnya engkaulah yang menggagalkan pembangunan seribu
candi ini. Oleh karena itu, Engkau aku kutuk menjadi arca yang ada di dalam
14
candi yang keseribu !”
Berkat kesaktian Bandung Bondowoso, Roro Jonggrang berubah menjadi
arca/patung. Wujud arca tersebut hingga kini dapat disaksikan di dalam kompleks
candi Prambanan, dan nama candi tersebut dikenal dengan nama candi Roro
Jonggrang. Sementara candi-candi yang berada di sekitarnya disebut dengan
Candi Sewu atau Candi Seribu.
Berdasarkan ringkasan dari cerita tersebut, legenda Candi Prambanan
tersebut merupakan jenis legenda lokal atau legenda setempat karena isi dari
legenda tersebut berisi tentang kejadia terjadinya Candi Prambanan. Menurut
Gunanto (2012:6) legenda lokal adalah legenda yang berhubungan dengan nama
tempat terjadinya gunung, bukit, danau, dan sebagainya. Misalnya, legenda Danau
Toba di Sumatera Utara, Sangkuriang (legenda Gunung Tangkuban Perahu) di
Jawa Barat, dan lain sebagainya.
4.2 Unsur Intrinsik dalam Cerita Rakyat Legenda Candi Prambanan
4.2.1 Tema
Tema adalah ide pokok yang mendasari suatu karya sastra. Untuk
menentukan tema, pembaca harus menyimpulkan keseluruhan isi cerita, tidak
hanya berdasrkan bagian-bagian tertentu saja.
Setelah membaca keseluruhan dari cerita legenda tersebut, dapat dituliska
bahwa tema dari cerita tersebut mengankat tema asal mula candi Prambanan. Hal
ini diesebabkan tokoh Roro Jonggrang meminta dibuatkan seribu candi sebagai
syaratnya untuk menikah dengan Bandung Bondowoso. Tetapi Bandung
Bondowoso gagal membuatkan seribu candi karena digagalkan oleh Roro
Jonggrang. Karena marah Bandung Bondowoso mengutuk Roro Jonggrang
menjadi candi yang keseribu, dan Roro Jonggrang pun menjadi sebuah arca. Dan
sampai sekarang tempat tersebut dikenal dengan Candi Prambanan. Berikut
kutipannya:
“Berkat kesaktian Bandung Bondowoso, Roro Jonggrang berubah
menjadi arca/patung. Wujud arca tersebut hingga kini dapat
disaksikan di dalam kompleks candi Prambanan, dan nama candi
tersebut dikenal dengan nama candi Roro Jonggrang. Sementara
15
candi-candi yang berada di sekitarnya disebut dengan Candi Sewu
atau Candi Seribu.”
4.2.2 Tokoh/Penokohan
Tokoh dalam cerita legenda ini terdiri dari tiga tokoh yaitu Raja Pengging,
Bandung Bondowoso, dan Roro Jonggrang. Penokohan dari ketiga tokoh tersebut
adalah:
a. Raja Pengging
Raja Pengging adalah tokoh antagonis. Hal ini disebabkan tokoh ini
mempunyai watak jahat. Raja Pengging merupakan totkoh yang serakah dan
hanya mementikan diri sendiri. Ia selalu menggunakan kekuatan untuk menyakiti
orang lain dan menguasai daerah baru. Berikut kutipannya:
“Sementara itu di lain tempat, ada satu kerajaan yang tak kalah
besarnya dengan kerajaan Prambanan, yakni kerajaan Pengging.
Kerajaan tersebut terkenal sangat arogan dan ingin selalu
memperluas wilayah kekuasaanya. Kerajaan Pengging mempunyai
seorang ksatria sakti yang bernama Bondowoso. Dia mempunyai
senjata sakti yang bernama Bandung, sehingga Bondowoso terkenal
dengan sebutan Bandung Bondowoso. Selain mempunyai senjata yang
sakti, Bandung Bondowoso juga mempunyai bala tentara berupa Jin.
Bala tentara tersebut yang digunakan Bandung Bondowoso untuk
membantunya untuk menyerang kerajaan lain dan memenuhi segala
keinginannya. Hingga Suatu ketika, Raja Pengging yang arogan
memanggil Bandung Bondowoso. Raja Pengging itu kemudian
memerintahkan Bandung Bondowoso untuk menyerang Kerajaan
Prambanan. Keesokan harinya Bandung Bondowoso memanggil
balatentaranya yang berupa Jin untuk berkumpul, dan langsung
berangkat ke Kerajaan Prambanan.”
16
b. Bandung Bondowoso
17
Selain itu Bandung Bondowoso juga adalah seorang yang pemarah. Ia
akan menggunakan kesaktiannya untuk menghukum seseorang. Berikut
Kutipannya :
“Mengetahui kegagalan Bandung Bondowoso, Roro Jonggrang lalu
menghampiri Bandung Bondowoso. “Kamu gagal memenuhi syarat
dariku,Bandung Bondowoso”, kata Roro Jonggrang. Mendengar kata
Roro Jonggrang tersebut, Bandung Bondowoso sangat marah.
Dengan nada sangat keras, Bandung Bondowoso berkata: “Kau
curang Roro Jonggrang. Sebenarnya engkaulah yang menggagalkan
pembangunan seribu candi ini. Oleh karena itu, Engkau aku kutuk
menjadi arca yang ada di dalam candi yang keseribu !” Berkat
kesaktian Bandung Bondowoso, Roro Jonggrang berubah menjadi
arca/patung. Wujud arca tersebut hingga kini dapat disaksikan di
dalam kompleks candi Prambanan, dan nama candi tersebut dikenal
dengan nama candi Roro Jonggrang. Sementara candi-candi yang
berada di sekitarnya disebut dengan Candi Sewu atau Candi Seribu.”
c. Roro Jonggrang
18
memanggil dan melamar Roro Jonggrang.“Wahai Roro Jonggrang,
bersediakah seandainya dikau menjadi permaisuriku?”, Tanya
Bandung Bondowoso pada Roro Jonggrang. Mendengar pertanyaan
dari Bandung Bondowoso tersebut, Roro Jonggrang hanya terdiam
dan kelihatan bingung. Sebenarnya dia sangat membenci Bandung
Bondowoso, karena telah membunuh ayahnya yang sangat
dicintainya. Tetapi di sisi lain, Roro Jonggrang merasa takut menolak
lamaran Bandung Bondowoso. Akhirnya setelah berfikir sejenak,
Roro Jonggrang pun menemukan satu cara supaya Bandung
Bondowoso tidak jadi menikahinya.”
Tetapi tokoh Roro Jonggrang juga merupakan tokoh antagonis. Hal ini
disebabkan watak Roro Jonggrang yang licik. Roro jonggrang menghentikan
pembangunan candi dengan cara curang. Berikut kutipannya :
“Roro Jonggrang kemudian berpikir keras, mencari cara supaya
Bandung Bondowoso tidak dapat memenuhi persyaratannya. Setelah
berpikir keras, Roro Jonggrang akhirnya menemukan jalan keluar.
Dia akan membuat suasana menjadi seperti pagi,sehingga para Jin
tersebut menghentikan pembuatan candi. Roro Jonggrang segera
memanggil semua dayang-dayang yang ada di istana. Dayang-dayang
tersebut diberi tugas Roro Jonggrang untuk membakar jerami,
membunyikan lesung, serta menaburkan bunga yang berbau semerbak
mewangi. Mendengar perintah dari Roro Jonggrang, dayang-dayang
segera membakar jerami. Tak lama kemudian langit tampak kemerah
merahan, dan lesung pun mulai dibunyikan. Bau harum bunga yang
disebar mulai tercium, dan ayam pun mulai berkokok. Melihat langit
memerah, bunyi lesung, dan bau harumnya bunga tersebut, maka
balatentara Bandung Bondowoso mulai pergi meninggalkan
pekerjaannya. Mereka pikir hari sudah mulai pagi, dan mereka pun
harus pergi.”
19
4.2.3 Alur
Menurut Darmawati (2010:61) alur adalah keseluruhan jalinan peristiwa
yang membentuk satu kesatuan yang disebut cerita. Alur yang terbentuk dalam
cerita ini adalah alur maju. Berikut tahapan alur yang terbentuk dalam cerita
legenda Candi Prambanan.
1. Tahapan perkenalan ialah tahap dimana permulaan suatu cerita dimulai dengan
suatu kejadian, tetapi belum ada ketegangan. Ditahap ini berisi penegnalan tokoh,
reaksi antar pelaku, penggambaran fisik tempat. Berikut kutipannya :
“Alkisah pada zaman dahulu kala, berdiri sebuah kerajaan yang
sangat besar yang bernama Prambanan. Rakyat Prambanan sangat
damai dan makmur di bawah kepemimpinan raja yang bernama
Prabu Baka. Kerajaan-kerajaan kecil di wilayah sekitar Prambanan
juga sangat tunduk dan menghormati kepemimpinan Prabu Baka.
Sementara itu di lain tempat, ada satu kerajaan yang tak kalah
besarnya dengan kerajaan Prambanan, yakni kerajaan Pengging.
Kerajaan tersebut terkenal sangat arogan dan ingin selalu
memperluas wilayah kekuasaanya. Kerajaan Pengging mempunyai
seorang ksatria sakti yang bernama Bondowoso. Dia mempunyai
senjata sakti yang bernama Bandung, sehingga Bondowoso terkenal
dengan sebutan Bandung Bondowoso. Selain mempunyai senjata yang
sakti, Bandung Bondowoso juga mempunyai bala tentara berupa Jin.
Bala tentara tersebut yang digunakan Bandung Bondowoso untuk
membantunya untuk menyerang kerajaan lain dan memenuhi segala
keinginannya.”
2. Pengungkapan peristiwa. Dalam bagian ini disajikan peristiwa awal yang
menimbulkan berbagai masalah, pertentangan ataupun kesukaran-kesukaran bagi
para tokohnya. Berikut kutipannya:
20
Keesokan harinya Bandung Bondowoso memanggil balatentaranya
yang berupa Jin untuk berkumpul, dan langsung berangkat ke
Kerajaan Prambanan. Setibanya di Prambanan, mereka langsung
menyerbu masuk ke dalam istana Prambanan. Prabu Baka dan
pasukannya kalang kabut, karena mereka kurang persiapan. Akhirnya
Bandung Bondowoso berhasil menduduki Kerajaan Prambanan, dan
Prabu Baka tewas karena terkena senjata Bandung
Bondowoso.Kemenangan Bandung Bondowoso dan pasukannya
disambut gembira oleh Raja Pengging. Kemudian Raja Pengging pun
mengamanatkan Bandung Bondowoso untuk menempati Istana
Prambanan dan mengurus segala isinya,termasuk keluarga Prabu
Baka.”
3. Menuju Konflik. Terjadi peningkatan perhatian, kegembiraan, kehebohan
ataupun keterlibatan berbagai situasi yang menyebabkan bertambahnya kesukaran
tokoh. Berikut kutipannya :
21
lamaranmu. Tetapi setelah kamu memenuhi satu syarat dariku”,
jawab Roro Jonggrang.“Apakah syaratmu itu Roro Jonggrang?”,
Tanya Bandung Bandawasa.“Buatkan aku seribu candi dan dua buah
sumur dalam waktu satu malam”, Jawab Roro Jonggrang.
Mendengar syarat yang diajukan Roro Jonggrang tersebut, Bandung
Bondowoso pun langsung menyetujuinya. Dia merasa bahwa itu
adalah syarat yang sangat mudah baginya, karena Bandung
Bondowoso mempunyai balatentara Jin yang sangat banyak.”
4. Puncak konflik. Bagian ini disebut pula sebagai klimaks. Inilah bagian cerita
yang paling mendebarkan. Pada bagian ini pula, ditentukannya perubahan nasib
dan beberapa tokohnya. Misalnya, apakah dia kemudian berhasil menyelesaikan
masalahnya atau gagal. Berikut kutipannya :
22
dibunyikan. Bau harum bunga yang disebar mulai tercium, dan ayam
pun mulai berkokok. Melihat langit memerah, bunyi lesung, dan bau
harumnya bunga tersebut, maka balatentara Bandung Bondowoso
mulai pergi meninggalkan pekerjaannya. Mereka pikir hari sudah
mulai pagi, dan mereka pun harus pergi. Melihat Balatentaranya
pergi, Bandung Bondowoso berteriak: “Hai balatentaraku, hari
belum pagi. Kembalilah untuk menyelesaikan pembangunan candi ini
!!!” Para Jin tersebut tetap pergi, dan tidak menghiraukan teriakan
Bandung Bondowoso. Bandung Bondowoso pun merasa sangat kesal,
dan akhirnya menyelesaikan pembangunan candi yang tersisa. Namun
sungguh sial, belum selesai pembangunan candi tersebut, pagi sudah
datang. Bandung Bondowoso pun gagal memenuhi syarat dari Roro
Jonggrang. Mengetahui kegagalan Bandung Bondowoso, Roro
Jonggrang lalu menghampiri Bandung Bondowoso. “Kamu gagal
memenuhi syarat dariku, Bandung Bondowoso”, kata Roro
Jonggrang. Mendengar kata Roro Jonggrang tersebut, Bandung
Bondowoso sangat marah. Dengan nada sangat keras, Bandung
Bondowoso berkata: “Kau curang Roro Jonggrang. Sebenarnya
engkaulah yang menggagalkan pembangunan seribu candi ini. Oleh
karena itu, Engkau aku kutuk menjadi arca yang ada di dalam candi
yang keseribu !”
5. Penyelesaian. Sebagai akhir cerita, pada bagian ini berisi penjelasan ataupun
nasib-nasib yang dialami tokohnya setelah mengalami peristiwa puncak itu. Pada
bagian ini pun sering pula dinyatakan wujud akhir dari kondisi ataupun nasib
akhir yang dialami tokoh utama. Berikut kutipannya :
“Berkat kesaktian Bandung Bondowoso, Roro Jonggrang berubah
menjadiarca/patung. Wujud arca tersebut hingga kini dapat
disaksikan di dalam kompleks candi Prambanan, dan nama candi
tersebut dikenal dengan nama candi Roro Jonggrang. Sementara
candi-candi yang berada di sekitarnya disebut dengan Candi Sewu
atau Candi Seribu.”
23
4.2.4 Latar atau Setting
1. Latar Waktu
Latar yang ada dalam cerita ini adalah latar waktu yaitu pada malam hari.
Hal ini terdapat dalam kutipan cerita berikut ini :
Selain latar waktu, dalam legenda ini pun ditemukan latar tempat. Latar
tempat yang muncul adalah di Kerajaan Prambanan dan Kerajaan Pengging.
Berikut kutipannya :
24
3. Latar Suasana
Latar susana dalam cerita tersebut yaitu menegangkan karena pada cerita ini
Bandung Bondowso sangat marah karena ia gagal membangun seribu candi.
Bandung Bondowos dicurangi Roro Jonggrang dan itu sangat membuat Bandung
Bondowoso marah kepada Roro Jonggrang, hingga ia mengutuk Roro Jonggrang
menjadi arca candi keseribu. Berikut kutipannya :
25
bersediakah seandainya dikau menjadi permaisuriku?”, Tanya
Bandung Bondowoso pada Roro Jonggrang. Mendengar pertanyaan
dari Bandung Bondowoso tersebut, Roro Jonggrang hanya terdiam
dan kelihatan bingung. Sebenarnya dia sangat membenci Bandung
Bondowoso, karena telah membunuh ayahnya yang sangat
dicintainya. Tetapi di sisi lain, Roro Jonggrang merasa takut menolak
lamaran Bandung Bondowoso. Akhirnya setelah berfikir sejenak,
Roro Jonggrang pun menemukan satu cara supaya Bandung
Bondowoso tidak jadi menikahinya.”
4.2.6 Amanat
Amanat adalah pesan yang hendak disampaikan oleh pengarang kepada
pembaca berhubungan dengan makna cerita itu sendiri. Amanat yang dapat
diambil dari cerita legenda Candi Prambanan adalah:
Jadilah orang yang menepati janji jika tidak ingin balasannya tertimpa pada diri
sendiri. Seperti halnya Roro Jonggrang yang tidak menepati janjinya jika
Bandung Bondowoso berhasil membangun seribu candi, Roro Jonggrang
menghentikan pembangunan candi dengan cara curang. Akibatnya Bandung
Bondowoso marah besar dan mengutuk Roro Jonggrang menjadi arca yang
keseribu untuk melengkapi candi tersebut. Berikut kutipannya :
“Roro Jonggrang yang menyaksikan pembangunan candi mulai
gelisah dan ketakutan, karena dalam dua per tiga malam, tinggal tiga
buah candi dan sebuah sumur saja yang belum mereka selesaikan.
Roro Jonggrang kemudian berpikir keras, mencari cara supaya
Bandung Bondowoso tidak dapat memenuhi persyaratannya.Setelah
berpikir keras, Roro Jonggrang akhirnya menemukan jalan keluar.
Dia akan membuat suasana menjadi seperti pagi,sehingga para Jin
tersebut menghentikan pembuatan candi. Roro Jonggrang segera
memanggil semua dayang-dayang yang ada di istana. Dayang-dayang
tersebut diberi tugas Roro Jonggrang untuk membakar jerami,
membunyikan lesung, serta menaburkan bunga yang berbau semerbak
mewangi. Mendengar perintah dari Roro Jonggrang, dayang-dayang
26
segera membakar jerami. Tak lama kemudian langit tampak kemerah
merahan, dan lesung pun mulai dibunyikan. Bau harum bunga yang
disebar mulai tercium, dan ayam pun mulai berkokok.Melihat langit
memerah, bunyi lesung, dan bau harumnya bunga tersebut, maka
balatentara Bandung Bondowoso mulai pergi meninggalkan
pekerjaannya. Mereka pikir hari sudah mulai pagi, dan mereka pun
harus pergi.Melihat Balatentaranya pergi, Bandung Bondowoso
berteriak: “Hai balatentaraku, hari belum pagi. Kembalilah untuk
menyelesaikan pembangunan candi ini !!!”Para Jin tersebut tetap
pergi, dan tidak menghiraukan teriakan Bandung Bondowoso.
Bandung Bondowoso pun merasa sangat kesal, dan akhirnya
menyelesaikan pembangunan candi yang tersisa. Namun sungguh
sial, belum selesai pembangunan candi tersebut, pagi sudah datang.
Bandung Bondowoso pun gagal memenuhi syarat dari Roro
Jonggrang.Mengetahui kegagalan Bandung Bondowoso, Roro
Jonggrang lalu menghampiri Bandung Bondowoso. “Kamu gagal
memenuhi syarat dariku,Bandung Bondowoso”, kata Roro
Jonggrang.Mendengar kata Roro Jonggrang tersebut, Bandung
Bondowoso sangat marah. Dengan nada sangat keras, Bandung
Bondowoso berkata: “Kau curang Roro Jonggrang. Sebenarnya
engkaulah yang menggagalkan pembangunan seribu candi ini. Oleh
karena itu, Engkau aku kutuk menjadi arca yang ada di dalam candi
yang keseribu !”Berkat kesaktian Bandung Bondowoso, Roro
Jonggrang berubah menjadiarca/patung. Wujud arca tersebut hingga
kini dapat disaksikan di dalam kompleks candi Prambanan, dan nama
candi tersebut dikenal dengan nama candi Roro Jonggrang.
Sementara candi-candi yang berada di sekitarnya disebut dengan
Candi Sewu atau Candi Seribu.”
27
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Dari cerita diatas dapat disimpulkan bahwa cerita rakyat legenda Candi
Prambanan menceritakan tentang permusuhan antara dua kerajaan, yaitu kerajaan
Prambanan dan Kerajaan Pengging. Karena serakah akan kekuasaan Raja
Pengging menyuruh Bandung Bondowoso, yaitu seorang panglima sakti untuk
menyerang Kerajaan Prambanan. Bandung Bondwoso berhasil membunuh Prabu
Baka, raja dari Kerajaan Prambanan. Raja Pengging pun menyuruh Bandung
Bondowoso untuk memimpin Kerajaan Prambanan. Saat berada di Kerajaan
Prambanan Bandung Bondowoso melihat Roro Jonggrang, putri dari Prabuka
Baka. Bandung Bondowoso langsung jatuh hati saat melihat Roro Jonggrang yang
cantik jelita itu. Bandung Bondowoso langsung melamar Roro Joggarng untuk
menjadi istrinya. Namun, Roro Jonggrang sangat membenci Bandung Bondowoso
karena ia telah membunuh ayahnya dan menguasai kerajaannya. Tetapi, Roro
Jonggrang juga takut kepada Roro Jonggrang. Akhirnya, Roro Jonggrang
menemukan sebuah cara untuk menolak lamaran Bandung Bondowoso, Roro
Jonggrang memberi syarat kepada Bandung Bondowoso. Roro Jonggrang
meminta dibuatkan seribu candi dalam satu malam. Bandung Bondowoso
menyanggupi persyaratan dari Roro Jonggrang. Lalu pada malam hari Bandung
Bondowoso mulai membangun candi dengan dibantu oleh bala tentara jin. Roro
Jonggrang mulai cemas karena Bandung Bondowoso dan para bala tentara jinnya
hampir menyelesaikan seribu candi itu. Roro Jonggrang berfikir keras untuk
menggagalkan pembangunan candi itu. Lalu Roro Jonggrang menyuruh dayang-
dayang istana untuk membakar jerami, membunyikan lesung, serta menaburkan
bunga yang berbau semerbak mewangi agar suasana tampak seperti pagi. Tak
lama kemudian langit tampak kemerah merahan. Bau harum bunga yang disebar
mulai tercium, dan ayam pun mulai berkokok. Melihat langit memerah, bunyi
lesung, dan bau harumnya bunga tersebut, maka balatentara Bandung Bondowoso
mulai pergi meninggalkan pekerjaannya. Mereka pikir hari sudah mulai pagi, dan
28
mereka pun harus pergi. Bandung Bondowoso pun gagal memenuhi persyaratan
dari Roro Jonggrang karena ia hanyan membangun 999 candi kurang 1 candi lagi.
Mengetahi bahwa Roro Jonggrang berbuat curang, Bandung Bondowoso sangat
murka lalu ia mengutuk Roro Jonggrang menjadi candi. Berkat kesaktiannya Roro
Jonggrang pun menjadi arca candi yang melengkapi candi tersebut menjadi candi
yang keseribu.
Berdasarkan hasil pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa unsur-
unsur inrinsik yang terkandung dalam cerita rakyat legenda Candi Prambanan
yaitu tema dari cerita ini adalah asal mula Candi Prambanan. Tokoh Bandung
Bondowoso mempunyai watak antagonis sedangkan tokoh Roro Jonggrang
mempunyai watak yang protagonis. Alur dalam cerita ini adalah alur maju. Latar
waktu dalam cerita ini terjadi pada malam hari, latar tempatnya terjadi di Kerjaan
Pengging dan Kerajaan Prambanan dan latar suasana dalam cerita ini adalah
menegangkan. Cerita ini juga menggunakan sudut pandang orang ketiga. Amanat
yang terkandung dalam cerita ini yaitu kita harus bisa menepati janji yang telah
kita buat.
5.2 Saran
Hasil karya tulis ini diharapkan dapat dijadikan acuan untuk mengetahui
dan memahami unsur intrinsik dalam cerita rakyat legenda Candi Prambanan.
Ruang lingkup pembahasan karya tulis ini masih sangat terbatas, yaitu
hanya membahas unsur-unsur intrnsiknya saja. Oleh karena itu, diharapkan
adanya penelitian lanjut terhadap unsur-unsur ekstrinsik yang terdapat dalam
cerita rakyat Legendaa Candi Prambanan, dengan ruang lingkup lebih luas dan
orang-orang lebih memahaminya.
29
LAMPIRAN
30
31
32
DAFTAR PUSTAKA
Darmawati, U. (2010). Buku Panduan Pendidik Bahasa Indonesia Untuk SMA. Dalam d.
Uti Darmwati, Buku Panduan Pendidik Bahasa Indonesia Untuk SMA (hal. 60-61). Klaten:
PT Intan Pariwara.
Ilyas, N. (2011). Intisari dan Soal Bahasa dan Sastra Indonesia SMA/MA. Dalam N. Ilyas,
Intisari dan Soal Bahasa dan Sastra Indonesia SMA/MA (hal. 180). Jakarta: Bumi Aksara.
Juanda. (2007). Intisari Bahasa dan Sastra Indonesia SMA/MA. Dalam Juanda, Intisari
Bahasa dan Sastra Indonesia SMA/MA (hal. 80). Bandung: Pustaka Setia.
Nusantara, R. (2013, agustus 08). kisah rakyat nusantara. Dipetik oktober 5, 2018, dari
kisah-rakyatnusantara.blogspot.com: http://kisah-rakyatnusantara.blogspot.com
patravel, d. (2015, november 11). drog patravel. Dipetik oktober 7, 2018, dari
www.drogpatravel.biz: http://www.drogpatravel.biz
33