1, April 2017
E-mail: yusufmuflikhr@gmail.com1
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan isi novel Nun: In A Mirror oleh Afifah Afra
dalam hal literatur studi sosiologi. Novel ini juga memiliki materi pendidikan karakter
dan relevansi dengan materi pengajaran di SMA kelas 12, Kurikulum 2013. Novel ini
Nun Menceritakan tentang tokoh-tokoh dan masalah hidupnya sebagai aktris Ketoprak
dan masalah ekonominya. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan
melalui analisis isi dari studi literatur sosiologi. Hasil penelitian ini adalah bahwa novel
Nun: Dalam fenomena Cermin menunjukkan bahwa dekat dengan masyarakat. Novel
ini juga Menyediakan unsur seni dan budaya lokal yang Mampu memperkaya budaya
pengetahuan orang-orang, terutama bagi siswa. Oleh karena itu, isi dalam novel
memiliki potensi untuk digunakan sebagai bahan ajar di kelas SMA 12, sesuai dengan
KD 3.1 dan 4.1.
Abstract
This study aimed to describe the content of the novel Nun: In a Mirror by Afifah Afra in
terms of literature sociology. This novel also has a character education materials and
relevance to the senior high school teaching material in class 12, 2013. This novel
curriculum Nun tells about the characters and the problems of his life as an actress
Ketoprak and economic problems. This study is a qualitative research approach through
content analysis of literature study sociology. The results of this study is that the novel
Nun: In a Mirror phenomenon shows that close to the community. This novel also
provide elements of art and local culture are able to enrich the cultural knowledge of the
people, especially for students. Therefore, the content of the novel has the potential to
be used as teaching material in high school class 12, according to KD 3.1 and 4.1.
jenis prosa fiksi berperan banyak dalam membangun karakter pada anak didik.
memberikan pesan-pesan dalam Hardiningtyas (2008) menyatakan
kehidupan karena mayoritas novel bahwa pembelajaran sastra bertujuan
mengangkat per-masalahan tentang untuk menanamkan nilai-nilai moral,
kehidupan sosial, masyarakat, dan etika, budi pekerti, dan kemanusiaan
budaya. Hal ini pun diakui oleh Ratna pada peserta didik. Pendapat tersebut
(2007) yang menyatakan bahwa novel dipertegas oleh Andayani (2008) bahwa
dianggap sebagai karya sastra yang tujuan pembelajaran karya sastra
paling dominan dalam menampilkan seharusnya dapat mengembangkan
unsur-unsur sosial. Unsur instrinsik kualitas kepribadian siswa, seperti sikap
akan membahas tentang apa saja yang tekun, rajin, ulet, selalu berusaha
tekandung di dalam novel seperti alur, berbuat baik kepada sesama. Mengacu
tema, plot, latar, setting, tokoh, watak, pendapat tersebut, guru harus dapat
sudut pandang, dan gaya bahasa. mengembang-kan kualitas kepribadian
Unsur ekstrinsik dalam sebuah novel siswa melalui pembelajaran apresiasi
adalah unsur-unsur dari luar karya novel dari berbagai sumber baik dari
sastra itu secara tidak langsung dapat cerpen Indonesia, novel terjemahan,
berpegaruh seperti sosiologi, psikologi maupun novel asing. Oleh sebab itu,
filsafat, agama, politik, budaya, dan lain- pengetahuan, kemampuan, dan
lain (Endraswara, 2008). wawasan guru perlu diasah.
Sastra sebagai sebuah teks tidak Penguasaan materi tentang karya
dapat melepaskan diri dari peran sastra yang berupa novel pun perlu
pengarang dan lingkungan terciptanya dikuasai oleh pengajar. Selain itu, para
karya sastra. Elemen-elemen karya pengajar juga harus memerhatikan
sastra, seperti pengarang dan kemampuan dalam memilih dan
lingkungannya yang terintegrasi dengan menyajikan materi pembelajaran
budaya yang diangkatnya menjadikan apresiasi novel pada jenjang SMA.
karya sastra dapat dipandang sebagai Seiring dengan bermunculannya
gambaran sosial masyarakat pada novel-novel baru yang sangat signifikan,
waktu tertentu yang berhubungan terdapat beberapa novel yang
dengan masalah sosial. Novel menjadi mengangkat kebudayaan suatu tempat.
salah satu karya sastra yang dijadikan Salah satu novel tersebut adalah novel
sebagai materi ajar di sekolah, Nun: Pada Sebuah Cermin karya Afifah
khususnya kelas XII Sekolah Menangah Afra. Novel ini ber-kisahkan tentang seni
Atas. Melaui novel, siswa dapat ketoprak di Kota Surakarta yang
memetik hal-hal positif yang terkandung semakin kurang diminati oleh
dalam novel tersebut sehingga dapat masyarakat. Kesenian tradisional,
dijadikan sebagai pendidik selain guru. seperti ketoprak, memang kurang digan-
Materi ajar novel secara tersurat dimuat drungi oleh masyarakat, terutama anak
dalam komposisi Kompetensi Dasar muda. Mereka lebih menyukai budaya
(KD) Kurikulum 2013 revisi 2016. Materi populer yang berkembang. Novel Nun:
tersebut termuat dalam KD 3.1 dan 4.1. Pada Sebuah Cermin merupakan novel
KD 3.1 memuat materi yang sarat akan budaya. Hal ini ditandai
mengharuskan siswa memenuhi dengan penggunaan alur yang mengacu
kompetensi dalam mengidentifikasi pada filosofi 11 tembang macapat, yaitu
informasi, yang mencakup orientasi, Mijil, Sinom, Mas-kumambang,
rangkaian kejadian yang saling Asamaradhana, Dhan-dhanggula,
berkaitan, komplikasi dan resolusi, Kinanthi, Gambuh, Pangkur, Durma,
dalam cerita sejarah (novel) lisan atau Pocung, dan Megatruh. Kesebelas
tulis, dan KD 4.1 siswa diharuskan temabang macapat melambangkan per-
memenuhi kompetensi mengonstruksi jalanan kehidupan manusia dari lahir
nilai-nilai dari informasi cerita sejarah (Mijil) sampai meninggal (Megatruh).
dalam sebuah teks eks-planasi. Keunikan inilah yang menjadi landasan
Pembelajaran sastra yang penulis untuk mengkaji novel ini secara
sebenarnya bertujuan untuk sosiologi sastra, mengingat objek dari
bahasan novel merupakan situasi sosial keseluruhan dari novel Nun: Pada
yang ada pada sekitar tokoh-tokohnya. Sebuah Cermin karya Afifah Afra.
Selain itu, penulis juga memiliki tujuan Setelah membaca dan memahami isi
untuk mengenalkan kembali budaya dari novel tersebut, peneliti melanjutkan
seni ketoprak kepada anak muda, dengan memilih data dengan cara
khususnya siswa kelas XII SMA. purposive, yakni memilihnya
berdasarkan pada pertimbangan dari
METODE fokus penelitian sosiologi sastra ini,
Penelitian ini merupakan penelitian antara lain unsur intrinsik, ekstrinsik,
deskriptif kualitatif dengan pendekatan dan implikasinya di masyarakat dari
sosiologi sastra. Novel sebagai karya novel tersebut. Selanjutnya, melalui
sastra yang memilki wujud struktural, sumber data juga yang berupa informan
sosiologi sastra, dan pendidikan diperoleh data sekunder yang
karakter yang mampu dikaji secara memperkaya data dalam penelitian ini.
analisis isi. Melalui triangulasi teori dan Uji validitas dalam penelitian ini
narasumber, penelitian ini divalidasi dilakukan dengan tiga triangulasi. Ketiga
secara komprehensif sehingga triangulasi tersebut antara lain: (1)
mendapatkan data yang benar-benar triangulasi teori; (2) triangulasi sumber
kredibel. Sosiologi sastra adalah suatu data; dan (3) triangulasi peneliti. Melalui
telaah sastra yang objektif dan ilmiah langkah uji validitas tersebut peneliti
tentang manusia dalam suatu bisa lebih mudah untuk mendapatkan
masyrakat yang berkenaan dengan data dan kesahihan antarteori sebagai
sosial dan proses sosial. Sosiologi acuan penelitian. Triangulasi sumber
menelaah tentang bagaimana data adalah teknik untuk menyelaraskan
masyarakat itu tumbuh dan berkembang kebenaran data hasil analisis dengan
dengan baik, dengan mempelajari wawancara sumber yang berbeda,
lembaga-lembaga sosial dan masalah tetapi membahas hal yang sama.
perekonomian, keagamaan, politik, dan
lain-lain (Semi, 1993). Apabila sosiologi HASIL DAN PEMBAHASAN
dan sastra digabungkan, maka hal ini Kajian sosiologi sastra dikenalkan
sesuai dengan pendapat Endraswarsa pada era 1970-an sampai 1980-an
(2003) yang menyebutkan bahwa (Singer, 2011). Dalam tulisannya, dides-
sosiologi sastra adalah cabang kripsikan bahwa kajian ini secara
penelitian yang bersifat reflektif. kronologis ditunjukkan oleh Griswold
Selanjutnya, Wellek dan Warren (dalam yang menyatakan bahwa kajian
Kurniawan, 2012) membagi tiga sosiologi sastra seperti amoeba, tidak
paradigma pendekatan dalam sosiologi memiliki struktur yang pasti tetapi dapat
sastra, yaitu: (1) sosiologi pengarang, dikaitkan dengan apapun (Griswold,
yakni memaknai pengarang sebagai 1992). Sedangkan, kajian sosiologi
bagian dari masyarakat yang telah sastra merupakan cabang penelitian
menciptakan karya sastra, (2) sosiologi sastra yang bersifat reflektif. Penelitian
karya sastra, yakni analisis terhadap ini banyak diminati oleh peneliti yang
aspek sosial dalam karya sastra ingin melihat sastra sebagai cermin
dilakukan dalam rangka untuk kehidupan masyarakat (Suwardi, 2008).
memahami dan memaknai Pendapat tersebut memperkuat
hubungannya dengan keadaan sosial pendapat peneliti yang berhubungan
masyarakat di luarnya, dan (3) sosiologi dengan kajian sosiologi sastra, kajian
pembaca, yakni kajian pada sosiologi sosiologi sastra pada dasarnya akan
terhadap pembaca yang memaknai mempelajari tentang kajian yang
karya sastra dan kajian pada pengaruh terdapat dalam masyrakat dan
sosial yang diciptakan karya sastra. lingkungan sekitarnya. Pernyataan
Keseluruhan proses ini tersistem tersebut diperkuat dengan pendapat
dengan model analisis mengalir (Miles & milik Damono (1979) yang menyatakan
Hubberman, 1992). Secara konkret, salah satu pendekatan dalam kajian
penelitian ini diawali dengan membaca sastra yang memahami dan menilai
hanya membatasi diri pada apa yang genetik dari Lucien Goldmann; dan (4)
terjadi dewasa ini, bukan apa yang persoalan metode: pendekatan
seharusnya terjadi, sedangkan sastra positivisme, karya dianggap sebagai
lebih bersifat evaluatif, subjektif, dan dokumen yang mencatat unsur sosio-
imajinatif (Ratna, 2003). Dari kutipan budaya dan dialektik, unsur budaya
tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam suatu karya bukanlah setiap
sosiologi dan sastra selalu berhubungan unsurnya, tetapi keseluruhannya yang
dengan masyarakat. Istilah sosiologi merupakan kesatuan.
sastra diterapkan pada tulisan-tulisan Sosiologi merupakan ilmu
para kritikus dan ahli sejarah sastra pengetahuan kemasyarakatan umum
yang perhatian utamanya ditujukan yang merupakan hasil terakhir daripada
pada cara-cara bagaimana seorang perkembangan ilmu pengetahuan.
pengarang dipengaruhi oleh status Sosiologi lahir pada saat-saat terakhir
kelasnya, ideologi masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan. Oleh
keadaan-keadaan ekonomi yang karena sosiologi didasarkan pada
berhubungan dengan pekerjaannya dan kemajuan-kemajuan yang telah dicapai
jenis pembaca yang dituju (Abrams, ilmu-ilmu pengetahuan lainnya.
1981). Goldmann mengembangkan Sosiologi sebagai studi yang ilmiah dan
sosiologi sastra untuk menyatukan objektif mengenai manusia dalam
analisis struktural dengan matrealisme masyarakat, studi mengenai lembaga-
historis dan dialektik. Karya sastra harus lembaga dan proses-proses sosial.
dipahami sebagai totalitas yang Sosiologi berusaha menjawab
bermakna. Karya utama sastra dan pertanyaan mengenai masyarakat
filsafat memiliki kepaduan total dan dimungkinkan, bagaimana carakerjanya
unsur-unsur yang membentuk teks dan mengapa masyarakat itu bertahan
mengandung arti apabila dapat hidup. Gambaran ini akan menjelaskan
memberikan suatu lukisan lengkap dan cara-cara manusia menyesuaiakan diri
padu tentang makna. dengan ditentukan oleh masyarakat-
Dalam hal ini sastra adalah fakta- masyarakat tertentu, gambaran
fakta yang mempunyai kedudukan yang mengenai mekanisme sosialisasi,
sama seperti dalam penelitian ilmiah proses belajar secara kultural, yang
yang dipelopori oleh Hippolyte Taine. dengannya individu-individu
Pandangan ini mengatakan bahwa dialokasikan pada dan menerima
sastra bukanlah sekedar pencerminan peranan-peranan tertentu dalam strutur
masyarakatnya, sastra merupakan sosial. Di samping itu sosiologi juga
usaha manusia untuk menemukan menyangkut menangani perubahan-
makna dunia atas nilai-nilai yang perubahan sosial yang terjadi secara
terkandung di dalamnya. Nilai-nilai itu berangsur-angsur maupun secara
harus dihayati oleh orang dan revolusioner dengan akibat-akibat yang
masyarakat (Faruk, 2010). Swingewood ditimbulkan oleh perubahan tersebut
(1972) membagi sosiologi sastra atas (Damono, 1978). Salah satu karya
empat bagian; (1) sosiologi dan sastra: sastra yang dapat dikaji dengan
pendekatan yang dapat dilakukan dalam sosiologi sastra adalah novel. Griswold
hal ini melihat karya sastra sebagai (2000) telah mengeksplorasi dampak
dokumen budaya yang mencerminkan produksi sistem pada isi karya sastra.
suatu zaman, kedudukan seorang Kajian sosiologi sastra yang telah
penulis dan penerimaan suatu karya dilakukan di berbagai negara,
dari penulis tertentu; (2) teori-teori sosial khususnya Indonesia juga telah banyak
tentang sastra: pendekatan dilakukan dilakukan untuk membuktikan
dengan teori Hippolyte Taine, teori pernyataan Griswold. Griswold sendiri
Marxist dan latar belakang suatu karya; telah melakukan penelitian yang
(3) sastra dan strukturalisme: menganalisis dari novel-novel terbitan
pendekatan yang menghubungkan Inggris dan Nigeria yang mana banyak
formalime Rusia dan aliran linguistik mengambil tema tradisional dan urban.
Praha disebut sebagai strukturalisme Dijelaskan lebih lanjut bahwa hasil dari
Kinanthi. Mijil menjadi awal dalam alur menjalani hidup karena beberapa orang
novel ini. Mijil memiliki arti awalan atau yang disayanginya, termasuk ibunya
lahir dalam bahasa Jawa yang dalam yang telah meninggal. Dia pun merasa
novel ini dianalogikan dengan sudah tidak ada artinya dalam hidup.
pengenalan tokoh dan awal munculnya Namun, pada posisi Kinanthi, Nun
konflik-konflik yang akan dipertunjukkan akhirnya menemukan kembali jalan
dalam novel. Sinom berarti masa muda, hidupnya setelah ia dapat berintrospeksi
yakni diartikan sebagai masa muda Nun dan mengambil hikmah dari persoalan-
yang notabene perempuan remaja yang persoalan hidup yang menimpanya.
sedang mengalami permasalahan- Akhirnya, Nun pun mulai dapat
permasalahan layaknya seorang menemukan kembali irama
remaja, yakni asmara. Maskumambang kehidupannya setelah dipinang oleh
dalam novel menceritakan tentang ayah pujaan hatinya, Mas Wir. Keseluruhan
tiri Nun yang bernama Pak Jiwo. Pak Macapat dalam alur novel ini
Jiwo memiliki watak yang keras, sering menggambarkan bahwa fase kehidupan
melakukan kekerasan kepada ibu dan seorang manusia tidak berakhir saat
Nun serta dikenal sering meresahkan menjadi pocong, tetapi setelah itu ada
warga sekitar. Asmaradhana menjadi proses pisahnya roh dengan raga
posisi di mana tokoh Nun mulai manusia serta menanti balasan atas
mengalami kerumitan dalam kisah amalan yang dibawa untuk bekal
asmaranya, antara dengan Mas Wir dan akhiratnya (Supajar dalam Afra, 2015).
Naya. Pada tahapan ini, Nun merasa Novel NPSC memiliki seting tempat dan
sangat mungkin untuk dekat dengan suasana yang dominan muncul. Setting
Naya karena untuk membangun sebuah tempat dalam novel ini berlokasi di Kota
hubungan tidak mementingkan harta Surakarta, meliputi gedung ketoprak,
atau rupa, tetapi hati. Dhandhanggula permukiman sekitar terminal, dan
menunjukkan masa manis dalam gedung pertunjukan Taman Budaya
kehidupan Nun, yakni tengah Jawa Tengah. Sedangkan seting
menemukan kenyamanan antara kisah suasana kerap dimunculkan adalah
hidup dan asmaranya. Durma menjadi suasana kegelisahan dan kasmaran
proses Nun mulai mendalami kehidupan yang dialami Nun.
yang berasal dari Tuhan. Dia mulai Novel NPSC memiliki tokoh utama
diberikan pengertian-pengertian tentang yang bernama Nun Walqolami. Nun ini
kehidupan itu sejatinya harus selalu memiliki watak yang gigih dalam
bergantung pada Sang Maha Pencipta. menghadapi persoalan kehidupannya
Pangkur menjadi sebuah alur sedih sebagai seorang perempuan remaja.
dalam novel ini. Pada proses ini Nun dikisahkan menjadi seorang
diceritakan bahwa ibu Nun telah pemain ketoprak yang harus tampil tiap
meninggal tertimbun sampah di TPS malam untuk membantu dalam mencari
Putri Cempo. Nun sangat terpukul akan nafkah. Selain itu, Nun juga dihadapkan
peristiwa ini. pada persoalan percintaan dirinya
Diceritakan bahwa seorang dengan Mas Wir dan juga Naya. Namun,
orangtua, dalam hal ini ibu Nun, sangat pada akhirnya Nun pun menikah dengan
sayang kepada Nun dengan ditunjukkan Mas Wir, sesosok pria dambaan hati
didikannya kepada anaknya yang penuh Nun yang berusia lebih tua darinya.
kasih sayang. Gambuh menjadi lanjutan Tokoh lain dalam novel ini antara lain
dari Pangkur yang ditunjukkan dengan Mas Wir dan Naya. Mas Wir dan Naya
Nun memutar kembali ingatannya akan memiliki peran sebagai tokoh yang
sosok ibunya yang senantiasa memunculkan konflik dalam cerita. Mas
memberikan dukungan lahir dan batin Wir memiliki watak penyayang kepada
dalam kehidupannya. Pocung dan Nun. Dia selalu menjadi sosok yang
Megatruh melukiskan kisah kehidupan dewasa bagi Nun dan sering membantu
Nun dalam cerita yang mulai mengalami dalam memecahkan permasalahan
keputusasaan, di mana Nun merasa Nun. Sedangkan Naya adalah pemuda
telah kehilangan semangat dalam yang berwatak kurang baik karena telah
mempermainkan hati Nun. Nun yang apa saja yang dijunjung tinggi. Adapun
sebenarnya telah menyadari bahwa nilai-nilai pendidikan yang terdapat
tidak mungkin dia akan bersanding dalam novel, di antaranya nilai religius,
dengan Naya, seorang yang berbeda moral, sosial, dan budaya.
kelas dengannya. Namun, perhatian Novel NPSC merupakan novel yang
Naya kepada Nun akhirnya membuat dinilai dapat memberikan sumbangsih
Nun optimis dapat bersanding sebagai materi ajar dalam mata
dengannya. Akan tetapi, hal ini akhirnya pelajaran bahasa Indonesia di SMA
pupus dikarenakan Naya harus karena memilki nilai-nilai pendidikan
menuruti kemauan dari ayahnya untuk yang cukup banyak. Dalam Pedoman
tidak menikah dengan Nun.Pendidikan Pelaksanaan Pendidikan Karakter
karakter merupakan sebuah gerakan (2011) disebutkan bahwa strategi
yang selalu didengungkan sejak awal pelaksanaan pendidikan karakter di
2010 silam. Pendidikan karakter satuan pendidikan merupakan satu
kemudian disambut sangat baik ditandai kesatuan dari program manajemen
dengan adanya kajian-kajian yang peningkatan mutu berbasis sekolah
membahas tentang muatan karakter yang terimplementasikan dalam
dalam suatu hal, salah satunya adalah pengembangan, pelaksanaan dan
karya sastra novel. Novel yang evaluasi kurikulum oleh setiap satuan
merupakan sebuah karya sastra pendidikan. Nilai-nilai pendidikan
kompleks sangat dimungkinkan memuat tersebut dimunculkan oleh tokoh Nun
banyak nilai karakter, yang tentu saja yang kerap bijak dalam menghadapi
baik untuk pembaca. Nilai karakter suatu persoalan dalam kehidupan.
tersebut antara lain jujur, tanggung Tokoh utama dalam novel ini juga
jawab, disiplin, dan berjiwa kuat. memberikan pelajaran penting bahwa
Pendidikan dan sastra merupakan kehidupan harus selalu berpegang
hal yang tidak bisa lepas dalam teguh dengan tuntunan agama dan
pembelajaran dengan berbagai metode nasihat-nasihat dari orangtua. Selain itu,
yang digunakan sebagai media. Media Nun juga memiliki sifat menghormati
tersebut dibuat semenarik mungkin dan dan menghargai orang yang lebih tua
penuh kreativitas agar manusia lebih dan senior dari dirinya yang ditunjukkan
berminat untuk mengikuti media dari penggunaan bahasa dan tingkah
tersebut. Karena dengan hasil yang laku yang selalu andhap asor.
diinginkan dapat mengembangkan Perilaku sosial terhadap
kreativitas seseorang dalam hidupnya. masyarakat di sekitarnya pun juga baik,
Salah satu media yang dapat hal ini ditunjukkan dengan banyak yang
memberikan dampak positif bagi menaruh simpati bahkan empati kepada
pendidikan adalah melalui media sastra. dirinya dan keluarganya. Sedangkan
Teeuw (1984) berpendapat, pada aspek sosio-budaya dalam novel ini
hakikatnya kata sastra sendiri berasal ditunjukkan pada watak Nun yang
dari bahasa Sansekerta, akar kata sas- mencerminkan sosok perempuan Jawa.
dalam kata kerja turunan berarti Selain itu, adanya nilai nguri-nguri
mengarahkan, memberi petunjuk, dan budaya Jawa berupa kesenian ketoprak
instruksi. Sedangkan akhiran –tra berarti juga dijadikan salah satu bahasan
menunjukkan alat atau sarana. Novel dalam novel. Hal ini tentu saja secara
merupakan karangan prosa panjang langsung maupun tidak langsugn
yang mengandung rangkaian cerita memberikan informasi atau ajakan
kehidupan seseorang dengan orang kepada pembaca untuk kembali atau
disekitarnya, yang melukiskan hanya sekadar mengenali budaya lokal,
perbuatan-perbuatan pelakunya kesenian ketoprak, lengkap dengan
menurut watak isi jiwa masing-masing segala bentuk lika-likunya.
dengan berbagai nilai yang terkandung. Novel NPSC sangat memiliki
Nilai mengungkapkan perbuatan apa potensi untuk dijadikan sebagai materi
yang dipuji dan dicela, pandangan hidup ajar. Kesesuaian materi ajar untuk novel
mana yang dianut dan dijauhi, dan hal ini dapat diterapkan pada salah satu
materi untuk siswa kelas XII sekolah menghasilkan bahwa novel NPSC
menengah atas. Materi ajar novel memiliki potensi untuk dijadikan sebagai
secara tersurat dimuat dalam komposisi materi ajar karena muatan-muatan
kompetensi dasar (KD) Kurikulum 2013 aspek sosio-budaya dan nilai
revisi 2016.Materi tersebut termuat pendidikan karakternya dapat diambil
dalam KD 3.1 dan 4.1. KD 3.1 memuat sebagai wujud implikasi dari sebuah
materi yang mengharuskan siswa karya sastra yang notabene dari
memenuhi kompetensi dalam masyarakat kemudian dikembalikan
mengidentifikasi informasi, yang manfaatnya juga kepada masyarakat.
mencakup orientasi, rangkaian kejadian
yang saling berkaitan, komplikasi dan DAFTAR PUSTAKA
resolusi, dalam cerita sejarah (novel)
lisan atau tulis, dan KD 4.1 siswa A, T. (1984). Sastra dan Ilmu Sastra:
diharuskan memenuhi kompetensi Pengantar Teori Sastra. Bandung:
mengonstruksi nilai-nilai dari informasi Pustaka Jaya.
cerita sejarah dalam sebuah teks
eksplanasi. Hal yang dapat diambil Afra, A. (2015). Nun: Pada Sebuah
sebagai implikasi dari novel ini tidak lain Cermin. Jakarta: Republika.
dari segi nilai-nilai pendidikan karakter Asri, Y. (2011). Analisis Sosiologis
yang ada dalam novel. Cerpen Si Padang Karya Ardini
Secara garis besar, implikasi novel Pangastuti B. Jurnal Humaniora,
NPSC dengan pembelajaran di SMA 23((3)), 245–255.
adalah nilai-nilai kehidupan yang ada
dalam novel dinilai dekat dengan siswa, Damono, S. D. (1978). Sosiologi Sastra
terutama bagi siswa yang berdomisili di Sebuah Pengantar Ringkas.
Kota Surakarta. Kedekatan itu terletak Jakarta: Pusat Pembinaan dan
dalam hal kehidupan yang mana setiap Pengembangan Bahasa
manusia sejak dini harus pandai dalam Depdikbud.
mengambil hikmah dari sebuah
peristiwa. Bentuk-bentuk permasalahan Damono, S. D. (1979). Sosiologi Sastra
yang dimunculkan dalam novel NPSC Sebuah Pengantar Ringkas.
juga telah disertai bagaimana cara
mengatasinya sehingga pembaca juga Faruk. (2010). Pengantar Sosiologi
telah diberikan sebuah jalan untuk Sastra. Yogyakarta: Pustaka
menyelesaikan suatu persoalan dalam Pelajar.
kehidupan. Selain itu, siswa SMA yang
Griswold, W. (1992). The writing on the
tergolong remaja juga perlu diberikan
Mud Wall: Nigerian Novels and the
pemahaman terhadap kesenian dan
Imaginary Village. American
kebudayaan lokal yang ada, yakni
Sociological Review, 57(6), 709–
ketoprak dan filosofi sebelas tembang
724.
macapat. Saat ini masih banyak siswa
https://doi.org/10.2307/2096118
SMA yang belum mengenali kedua hal
ini sehingga perlu diberikan materi ajar Griswold, W. (2000). Bearing Witness:
yang tepat melalui novel, salah satunya. Readers, Writers, and the Novel in
Nigeria. Princeton: NJ:
SIMPULAN DAN SARAN PrincetonUniversity Press.
Novel NPSC merupakan novel yang https://doi.org/10.2307/525635
sarat akan aspek sosio-budaya dan
pendidikan karakter. Hal ini dapat Kurniawan, H. (2012). Teori, Metode,
ditunjukkan dari unsur-unsur intrinsik dan Aplikasi Sosiologi Sastra.
dan ekstrinsik yang terdapat dalam Yogyakarta.: Graha Ilmu.
novel, yang dalam hal ini dikaji dengan
pendekatan strukturalisme genetik. Miles, M dan Hubberman, A. M. (1992).
Kesatuan kajian ini yang akhirnya Analisis Data Kualitatif. UI Press.
menjadi kajian sosiologi sastra Jakarta: UI Press.