Anda di halaman 1dari 14

CERITA RAKYAT KYAI KARSOREDJO DUKUH PANDANAN:

TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI RELIGI SERTA


RELEVANSINYA SEBAGAI MATERI AJAR DI SMP

Imas Silotika1, Rahmat2, Suyitno3


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Email: tika.smart04@yahoo.co.id

Abstract
This research aims to describe and explain the elements of sociology of literature, religious values, and
the relevance of folklore Kyai Karsoredjo hamlet Pandanan as an alternative Javanese teaching materials
for VII grade student in junior High Scool. The research used descriptive qualitative research method
with folklore approach, sociology of literature and religious values. The conclucion of this research is
the result of sociology of literature of Kyai Karsoredjo folklore in Pandanan region that indicates the
social values contained in the story such as: mutual cooperation, cooperation, helping each other are
dominant. Meanwhile, religious values are contained in the folklore such as: fasting, alms and
pilgrimage. In addition, it is relevant as a teaching material of Javanese class of VII student in junior
high school.
Keywords: literary sociology, religious values, folklore, teaching materials.

A. PENDAHULUAN menunjukkan alat, sarana. Maka dari


itu, sastra dapat berarti “alat untuk
Karya sastra merupakan hasil mengajar, buku petunjuk, buku
kreatifitas maupun ide dari seorang instruksi atau pengajaran,” misalnya
pengarang untuk meluapkan imajinasi silpasastra ‘buku arsitektur’ atau
yang dimilikinya dan juga sebagai kamasastra ‘buku petunjuk mengenai
sarana untuk mencurahkan isi hatinya, seni cinta. Awalan ‘su’ berarti baik,
menggambarkan kepribadiannya, indah sehingga susastra berarti
realitas kehidupan sosial masyarakat kumpulan karya sastra yang baik dan
maupun pengarang itu sendiri. indah.
Sedangkan sastra merupakan seni Membahas mengenai karya
mengespresikan diri melalui ide, yang sastra, ada pula yang disebut
dituangkan dalam sebuah bentuk kesusastraan rakyat. Fang (1991: 3)
keindahan berupa karya bisa tulisan menyatakan Kesusastraan adalah
maupun lisan. Dalam bahasa-bahasa sastra yang hidup di tengah-tengah
barat Teeuw (2015: 20) menyebut istilah rakyat. Dituturkan oleh ibu kepada
literature (Inggris), litteratur (Jerman), anaknya yang dalam buatan. Tukang
litterature (Perancis) berasal dari cerita juga menuturkannya kepada
bahasa Latin litteratura yang berarti penduduk-penduduk kampung yang
tulisan. Istilah sastra dalam bahasa tiada tahu membaca (Tukang cerita
Indonesia berasal dari bahasa sendiri belum tentu tahu membaca).
Sansekerta, dari akar kata ‘sas’ dalam Cerita yang semacam ini diturunkan
kata kerja turunan yang berarti secara lisan dari satu generasi kepada
mengarahkan, mengajar, memberi generasi yang lebih muda.
petunjuk, atau instruksi. Akhiran ’tra’,

Sabdasastra 89
Kutipan di atas menyiratkan pembelajaran di sekolah khususnya
bahwa kesusastraan rakyat muncul untuk mata pelajaran bahasa Jawa
dan berkembang di masyarakat serta dapat menggunakan materi ajar dari
diwariskan secara lisan turun-temurun sastra lisan berupa cerita rakyat. Cerita
dari generasi ke generasi. Sementara rakyat dapat dijadikan sebagai sarana
itu, apabila ditinjau dari objeknya maka untuk mendidik anak berawal dari
karya sastra dibagi menjadi dua yaitu lingkungan keluarga, masyarakat dan
karya sastra tulis dan karya sastra lisan. melalui materi ajar di sekolah. Seperti
Karya sastra tulis merupakan suatu halnya dalam pembelajaran Bahasa
hasil pemikiran seorang pengarang Jawa juga membutuhkan cerita rakyat.
yang dituangkan dalam bentuk tulisan, Tanpa mengetahui cerita rakyat siswa
berupa cerkak, cerbung, geguritan, tidak akan mengerti sejarah jaman dulu
novel, dan lain sebagainya dan yang mengandung nilai-nilai edukatif
medianya berupa teks tulisan atau bagi mereka. Jadi, cerita rakyat
naskah. Sedangkan karya sastra lisan diajarkan untuk siswa khususnya
atau folklor merupakan hasil karya Sekolah Menengah Pertama.
seseorang atau pengarang berupa Materi pelajaran Bahasa Jawa
cerita yang medianya berupa lisan atau dalam Kurikulum 2013 untuk kelas VII
ucapan turun-temurun dari nenek SMP khususnya pada kompetensi
moyang kita. Pendapat tersebut dasar (KD) 4.3 Menceritakan kembali
diperkuat oleh Danandjaja dalam isi teks cerita rakyat dalam ragam
Endraswara (2013: 47) ngoko. Oleh karena itu, peneliti
mengungkapkan bahwa sastra lisan mengambil objek kajian baru dalam
adalah karangan manusia berupa prosa penelitian ini yang belum pernah
atau puisi yang disampaikan secara dijadikan sebagai materi ajar di sekolah
lisan dari mulut ke mulut. Salah satu khususnya SMP. Pelajaran bahasa Jawa
bentuk karya sastra lisan yang ada yang hanya dijadikan sebagai muatan
yaitu cerita rakyat. lokal, dan guru yang terbatas serta
Cerita rakyat adalah cerita yang metode yang digunakan para guru
dimiliki oleh masyarakat di sekitar masih menggunakan metode ceramah.
wilayah atau daerahnya, ada beberapa Serta materi cerita rakyat cenderung
jenis, seperti legenda, mite, dongeng sama dari tahun ketahun.
dan fabel. Cerita rakyat tersebut Pembelajarannya kurang menarik dan
disampaikan secara lisan dan turun- materinya itu-itu saja, terutama untuk
temurun. Cerita rakyat merupakan cerita rakyat yang disampaikan juga
salah satu kekayaan budaya Indonesia sama, misalnya cerita rakyat Rawa
yang memiliki kearifan lokal tinggi dan Pening. Penulis prihatin dengan
perlu digali, dilestarikan, keadaan tersebut, karena jika dilihat
dikembangkan. Selain itu, cerita rakyat lebih mendalam di daerah sendiri
mengandung nilai falsafah hidup, banyak sekali cerita rakyat yang belum
sosial, politik, dan kepercayaan yang di jadikan sebagai materi ajar di
didalamnya memuat adat-istiadat, cita- sekolah, khususnya cerita rakyat yang
cita, serta sebagai kegiatan lain pada terdapat di Kabupaten Klaten.
daerah tertentu yang memiliki cerita Untuk mengatasi masalah
rakyat tersebut. Jadi, dalam tersebut guru harus berinovasi untuk
90 Imas Silotika, Rahmat, Suyitno
menciptakan materi ajar yang baru dan 3. Mendeskripsikan relevansi
menarik bagi siswa dilihat dari segi cerita rakyat Kyai Karsoredjo Dukuh
bahan, materi, isi dan nilai pendidikan Pandanan sebagai alternatif materi ajar
maupun pitutur luhur yang di SMP.
terkandung di dalam materi baru Kajian Pustaka
tersebut. Guru dituntut untuk kreatif Pendapat mengenai cerita rakyat
menciptakan materi ajar apresiasi disampaikan oleh Rampan (2014: 1) ia
sastra Jawa di sekolah yang menarik mengemukakan bahwa cerita rakyat
perhatian siswa, misalnya cerita yang adalah cerita yang hidup di tengah-
belum pernah dimuat dalam buku teks tengah masyarakat yang berbeda
belajar siswa di sekolah. Salah satunya dengan masyarakat lain. Terdapat
cerita yang dapat diangkat menjadi tradisi budaya yang diwariskan secara
materi pembelajaran adalah cerita turun-temurun dan dilestarikan oleh
rakyat Kyai Karsoredjo Dukuh masyarakat pemiliknya dalam varian
Pandanan, Soropaten, Karanganom, yang sangat luas. Jadi, cerita rakyat
Klaten. Peneliti mengambil cerita tumbuh dan berkembang di tengah-
rakyat Dukuh Pandanan karena tengah masyarakat serta terdapat
didalamnya mengandung nilai budaya yang mewarnainya dan
pendidikan dan pitutur luhur yang dilestarikan oleh masyarakat
wajib dipahami dan dicontoh oleh para pemiliknya.
siswa sehingga cocok untuk dijadikan Berdasarkan pendapat dari para
sebagai materi ajar di Sekolah pakar yang telah dijelaskan tersebut,
Menengah Pertama (SMP). maka peneliti lebih merujuk pada
Cerita rakyat Kyai Karsoredjo pendapat dari Rampan sehingga, dapat
Dukuh Pandanan ini disertai pula disintesiskan bahwa cerita rakyat
dengan tradisi yang rutin dilakukan adalah suatu karya sastra yang lahir,
setiap setaun sekali tepatnya pada hidup dan berkembang memiliki
bulan Sura. Peringatan itu biasanya tradisi budaya yang berbeda dengan
dilakukan para warga dengan bersih masyarakat lain serta diwariskan
desa dan pawai budaya selanjutnya secara lisan (mulut ke mulut) dari
malam hari pagelaran wayang kulit generasi ke generasi selanjutnya.
dengan lakon Bharatayuda Mengenai pengertian sosiologi
Jayabinangun. Sampai sekarang tradisi sastra, “Penelitian sosiologi sastra
tersebut tetap berjalan dan sangat sering dikaitkan dengan hubungan
meriah, antusias warga yang datang antara pengarang dengan kehidupan
baik warga lokal maupun dari luar sosialnya. Baik aspek bentuk maupun
kota. Sehingga, tujuan dari penelitian isi karya sastra akan terbentuk oleh
ini, adalah: suasana lingkungan dan kekuatan
1. Mendeskripsikan tinjauan sosial suatu periode tertentu. Aspek-
sosiologi sastra dalam cerita rakyat aspek kehidupan sosial akan terpancar
Kyai Karsoredjo Dukuh Pandanan penuh ke dalam karya sastra”
pada siswa. (Endraswara, (2011: 78). Oleh karena
2. Mendeskripsikan nilai religi itu, dalam analisis sosiologi sastra erat
dalam cerita rakyat Kyai Karsoredjo hubungannya dengan sosial
Dukuh Pandanan. masyarakatnya.
Sabdasastra 91
Menurut Escarpit (2005: 14) dengan kepribadian, watak, aturan,
sosiologi sastra harus memperhatikan kebiasaan, pekerjaan, hasil dan
kekhasan fakta sastra, dengan sebagainya.
memberikan manfaat kepada Ishomuddin (2002: 29)
pengarang dan pembaca. Manfaat lain mendefinisikan bahwa agama adalah
sosiologi sastra adalah mampu suatu ciri kehidupan manusia yang
membantu ilmu sastra tradisional- universal dalam arti bahwa semua
sejarah. Kemudian inti dari sosiologi masyarakat mempunyai pola berfikir
sastra adalah mengamati pada dan tingkah laku yang memenuhi
tingkatan masyarakat. Dari penjelasan syarat untuk disebut “agama”
di atas dapat disintesiskan bahwa (religious).
sosiologi sastra dimulai dari jalan Selanjutnya, Marzuki (2012: 24)
membantu ilmu sastra tradisional- juga menerangkan bahwa agama
sejarah yang berperan dalam didefinisikan sebagai seperangkat
pengamatan tingkatan masyarakat. aturan yang melekat pada diri manusia
Selain itu, Faruk (2014: 4) agar hidupnya teratur untuk menuju
mendefinisikan bahwa sosiologi sastra kehidupan yang selamat. Aturan yang
menyelidiki dasar sosial di maksud bersumber pada kekuasaan
kepengarangan, produksi, distribusi yang melebihi kekuasaan manusia,
karya kesusastraan dalam masyarakat yakni Tuhan atau yang dianggap
primitif. Hubungan antara nilai-nilai seperti Tuhan. Selain itu, Wibawa dan
karya seni masyarakat, maupun Gunawan (2015: 131) menyatakan
fenomenologis yang sasarannya adalah bahwa nilai religi pada dasarnya
level makna dari karya sastra. melekat dalam norma dan praktik
Berdasarkan beberapa pendapat kehidupan sehari-hari. Tentunya setiap
yang telah diuraikan di atas, peneliti manusia memiliki nilai religi yang
lebih merujuk pada pendapat dari melekat pada dirinya masing-masing.
Faruk, maka dapat disintesiskan Berdasarkan pengertian dari nilai
bahwa sosiologi sastra adalah dan agama di atas kemudian dapat
penyelidikan mulai dari dasar sosial disintesiskan bahwa nilai religi adalah
pengarang, produksi, distribusi kiarya suatu nilai sakral atau agung yang
sastra dalam masyarakat dan nilai-nilai berhubungan langsung dengan Tuhan,
masyarakat. mengatur seluruh aspek kehidupan
Kehidupan bermasyarakat, manusia melalui perintah dan
tentunya setiap tempat memiliki adat- larangannya kita senantiasa wajib
istiadat, keyakinan dan tradisinya untuk melaksanakan.
masing-masing. Akan tetapi tetap sama Kehidupan manusia tidak lepas
tujuannya dari satu daerah ke daerah dari yang namanya nilai, begitu juga
yang lain yaitu hidup dengan baik, dengan nilai yang terdapat didalam
rukun dan saling bergotong-royong karya sastra seperti cerita rakyat. Karya
antar sesama. Setiap daerah tentunya sastra yang baik tentunya memiliki
memiliki norma-norma dan aturan- beberapa nilai yang terdapat di dalam
aturan yang berlaku di masyarakat, karya sastra tersebut, diantaranya: nilai
dan akan dinilai oleh orang lain yang estetika, nilai moral, nilai konseptual,
hidup bersamanya. Nilai berhubungan nilai sosial budaya, nilai agama dan
92 Imas Silotika, Rahmat, Suyitno
lain sebagainya. Namun, peneliti hanya pengetahuan (knowledge);
mengkaji nilai religi dalam cerita pemahaman (understanding);
rakyat Kyai Karsoredjo dukuh kemampuan (skill); nilai (value); sikap
Pandanan sebagai kajiannya. (attitude); dan minat (interest).
“Nilai agama merupakan dasar Sehingga melalui konsep tersebut,
atau kaidah dari nilai-nilai pendidikan siswa akan lebih berkreasi, dan
budaya dan karakter bangsa” berinovasi untuk giat belajar mencapai
(Faturrahman, dkk 2012: 49). Nilai yang prestasi yang di impikan.Materi ajar
berhubungan langsung dengan Tuhan yang digunakan pada mata pelajaran
Yang Maha Esa. Merupakan nilai yang Bahasa Jawa di sekolah saat ini, harus
mengatur kehidupan manusia yang ada inovasi yang senada dengan
nantinya akan di pertanggung perkembangan zaman saat ini.
jawabkan setelah ia meninggal dunia, Kurniawan (2014: 154)
namun apabila melanggar nilai agama, mendefinisikan bahwa materi
ketika di dunia ia akan diberi hukuman pembelajaran adalah segala hal yang
sesuai dengan pelanggaran yang ia harus di pelajari oleh siswa di bawah
lakukan. bimbingan guru. maksudnya adalah
Seperti yang biasa terdapat dalam sesuatu/hal yang sepatutnya diajarkan
cerita rakyat, misalnya masyarakat untuk anak didik dan mengandung
pedesaan Jawa, menurut Hildred G nilai-nilai pendidikan di bawah
(Wisadirana, 2004: 60) agama yang bimbingan guru. Selain itu, Sanjaya
dipeluk sebagian besar masyarakat (2008: 141-142) juga mendefinisikan
adalah agama islam taat dan agama bahwa materi pelajaran adalah segala
islam abangan atau disebut ‘monisme’ sesuatu yang menjadi isi kurikulum
yaitu mempercayai kebenaran yang dan harus dikuasai oleh siswa sesuai
dilakukan oleh leluhurnya. Islam dengan kompetensi dasar dalam
abangan disebut juga islam kejawen rangka pencapaian standar kompetensi
dan ritualnya menggabungkan antara setiap mata pelajaran dalam satuan
tatacara yang dilakukan oleh agama pendidikan tertentu. Materi pelajaran
islam dan tatacara yang dilakukan oleh merupakan inti dari kegiatan
leluhurnya. Seperti mengadakan doa pembelajaran, menurut subject
bersama untuk meminta keselamatan centered teaching keberhasilan proses
desa dari ‘pageblug’, yaitu penyakit pembelajaran ditentukan oleh seberapa
yang menyerang seluruh masyarakat banyak siswa mampu menguasai
desa secara missal yang dianggap materi kurikulum.
sebagai malapetaka yang menimpa Hakikatnya dalam
desa oleh roh-roh halus yang disebut menyampaikan materi ajar kepada
sebagai ki dayang dan nyi dayang, siswa hendaknya mengandung pesan
misal penyakit cacar, demam, yang bisa menjadikan siswa termotifasi
muntaber dan lainnya. belajar. Sanjaya (2008: 150-151)
Kurikulum 2013 perlu membagi empat kriteria pesan yang
dikembangkan demi kemajuan siswa harus diperhatikan yaitu: novelty
dan sekolah yang lebih bermutu. artinya pesan yang disampaikan
Beberapa aspek yang terkandung bersifat baru atau mutakhir, proximity
dalam konsep kompetensi antara lain: artinya sesuai dengan pengalaman
Sabdasastra 93
siswa, conflict artinya menggugah (Sugiyono, 2015: 337), mengungkapkan
emosi, humor artinya menampilkan untuk menganalisis data dilakukan
kesan lucu.Pembelajaran bahasa Jawa secara interaktif dan berlangsung
khususnya di SMP, salah satu materi secara terus menerus sampai selesai.
ajar yang termuat dalam silabus adalah Teknik analisis data yaitu data
cerita rakyat, biasanya dari tahun ke reduction, data display, conclusion
tahun cerita rakyat yang disajikan drawing/verification. Berikut ini
hanya cerita rakyat Rawa Pening, merupakan hubungan analisis data
Tangkuban Perahu dan lain interactive model.
sebagainya. Peneliti akan mengambil C. HASIL PENELITIAN DAN
cerita rakyat Kyai Karsoredjo Dukuh
Pandanan ini untuk dijadikan sebagai PEMBAHASAN
materi ajar di SMP, khususnya di
Lokasi penelitian terletak di
Kabupaten Klaten, karena cerita
Dukuh Pandanan Desa Soropaten
tersebut belum pernah diangkat untuk
Kecamatan Karanganom Kabupaten
dijadikan sebagai materi ajar di SMP.
Klaten. Dukuh yang terletak paling
B. METODE utara Desa Soropaten saat ini menjadi
Pendekatan yang digunakan terkenal, karena mulai di kembangkan
dalam penelitian ini ada tiga yaitu oleh warga sekitar untuk wisata religi
pendekatan folklor, sosiologi sastra dan budaya. Wisata religi dilakukan
dan nilai religi. Adapun kegunaan dengan ziarah sedangkan, wisata
pendekatan folklor secara teori untuk budaya dengan adanya wayang kulit
cerita rakyat, sedangkan sosiologi setiap selapan sekali, kirab budaya
sastra dan nilai religi lebih beserta wayangan dan wisata ke
menonjolkan pada data genetik cerita petilasan-petilan Kyai Karsoredjo
rakyat Kyai Karsoredjo Dukuh seperti Tugu Wasesa dan sebagainya.
Pandanan. 1. Tinjauan sosiologi sastra dalam
Peneliti dalam melakukan cerita rakyat Kyai Karsoredjo dukuh
penelitian tentunya tidak lepas dari pandanan, antara lain:
data dan sumber data. Data dari Terangkum dalam kutipan di
penelitian ini adalah cerita rakyat yang bawah ini.
“Nalika umur 20 taun Jumadikun wis
didapatkan dari beberapa sumber data
duwèni kaluwihan sing rêmên têtulung
dalam penelitian ini antara lain:
marang wong sing nandhang gêrah punapa
informan, peristiwa, tempat, dan
kêrépotan. Jumadikun ora gelem nampa
dokumen. Penelitian ini menggunakan
wujud barang apa waé saka warga kang wis
teknik pengambilan subjek penelitian
ditulungi. panguripané ingkang sagêd
berupa purposive sampling. Purposive kaunduh kanthi laku rêkasa, bêbasan toh
sampling adalah teknik pengambilan jiwa, niat ora dinggo sumbêr urip lan ora
sampel sumber data dengan niat kanggo dagang.
pertimbangan tertentu (Sugiyono, Terjemahan:
2015: 124). Teknik tersebut mewakili “Ketika umur 20 tahun Jumadikun
informasi secara umum. Penelitian ini sudah memiliki kelebihan yang suka
menggunakan teknik analisis data menolong orang sakit atau sedang
menurut Miles dan Huberman kesusahan. Jumadikun tidak mau
94 Imas Silotika, Rahmat, Suyitno
menerima barang apapun dari warga kebutuhan pertunjukan wayang
yang sudah ditolong. Kehidupan yang tersebut, berikut ini kutipannya:
bisa diambil dengan sikap yang Dhalang-dhalang kang pada
prihatin, ibaratbya berkorban jiwa ngringgit punika ora nampa bayaran
raga, niat tidak digunakan sebagai nanging mbayari pagêlaran wayang iku.
sumber kehidupan dan tidak untuk Para dhalang ingkang nanggap punika
dijual. sampun bêtha ringgit sak gamêlanipun,
Kutipan di atas menerangkan para pradangga dalah pasindènipun utawa
bahwa jiwa sosial Jumadikun sangat sinêbut “ngalab berkah”. Wondéné
tinggi. Dibuktikan dengan kesediaan prakawis pasugatan, banjur disangkul
beliau yang suka membantu warganya dèning warga kanthi gotong-royong.
baik dalam keadaan susah ataupun Terjemahan:
sedang sakit beliau tetap membantu Dhalang-dhalang yang
dengan sukarela tanpa pamrih. memainkan wayang tidak menerima
Merunut Bausastra Jawa (2011: 735) bayaran akan tetapi mereka yang
“Têtulung yaiku awèh pambantu membiayai pertunjukan wayang itu.
(pasumbang, kekuwatan, lsp) Para dhalang yang ingin menanggap
marang”. Artinya menolong adalah sudah membawa wayang sekaligus
‘memberi sumbangan kekuatan dan gamelan, penabuh gamelan dan
lain sebagainya dengan siapa saja’. sindhen. Sedangkan kebutuhan makan
Beliau tidak mau dibayar dan tidak dan minum, kemudian didipikul oleh
mau menerima barang bentuk apapun warga, secara gotong-royong.
yang diberikan oleh warga yang sudah Kutipan di atas menjelaskan
ditolongnya. bahwa, salah satu pedoman
Beliau hanya ingin kesejahteraan masyarakat Indonesia pada umumnya
warganya bisa hidup sehat dan cukup. dan Jawa khususnya telah mengenal
Beliau percaya semua itu pemberian yang namanya hidup gotong-royong.
dari Tuhan, karena menolong sesama Menurut Bausastra Jawa (2011: 246)
merupakan bentuk rasa sosial yang “Gotong royong (gotong royom) yaiku
tinggi terhadap orang lain. Selain itu tumandang ing gawé bêbarêngan wong
dalam agama juga diajarkan untuk akèh.” Artinya gotong royong adalah
menolong sesama yang sedang sakit ‘bekerja sama dengan orang banyak.’
maupun kesusahan. Hal tersebut Saling membantu satu sama lain tanpa
terjalin hubungan sosial antara mengharapkan imbalan, istilah
Jumadikun dan warga yang harmonis. Jawanya gentenan. Masyarakat Dukuh
Masyarakat tentunya menyukai sosok Pandanan baur-membaur saling
Jumadikun yang di kenal sejak kecil membantu setiap ada acara di dukuh
sudah pandai, trampil dan suka tersebut. Perlu untuk dijadikan sebagai
menolong orang lain yang kesusahan. contoh bagi yang lainnya bahwa hal
Sehingga, kehidupan warga menjadi tersebut sangat baik untuk diterapkan
tenteram dan damai. Selain itu, dalam kehidupan sehari-hari. Jadi
terdapat tradisi wayangan setiap tidak memandang status, jabatan, dan
malam jumat pon atau selapan sekali, lain sebagainya.
para dhalang yang menyukupi

Sabdasastra 95
2. Hasil analisis nilai religi pada Yen ana pawongan ngaruh-ngaruhi ora
cerita rakyat Kyai Karsoredjo Dukuh ditanggapi, namung disasmitani ora takon
Pandanan: apa-apa. Kanthi istingarah supaya bisa
Unsur nilai religi dalam cerita tambah mantêb lan antêb.
rakyat Kyai Karsoredjo Dukuh Terjemahan:
Pandanan ini dapat kita amati dalam Kurang lebih 40 hari Jumadikun
kutipan di bawah ini: melakukan tapa. Semenjak itu
Jumadikun ditêmokaké ana ing wit gayam Jumadikun masih melakukan
kang growong kaya wong turu kanthi berendam di sungai, tahan untuk tidak
sedhakêp, barêng diulati kasunyatan tidur, hanya makan berupa umbi-
Jumadikun nglakoni tapa. umbian, puasa senin-kamis, sering
Terjemahan: keluar malam kemana saja sampai tiga
“Jumadikun ditemukan berada di kali dan selama berjalan sama sekali
gerowongan pohon gayam seperti tidak bicara. Kalau ada orang yang
orang tertidur dengan tangan sedakep, menyapa tidak ditanggapi, hanya
setelah diamati ternyata Jumadikun disenyumi. Dengan ditetapkan supaya
melakukan ritual tapa.” bisa semakin mantab dan kuat.”

Berdasarkan kutipan di atas nilai Nilai religi dalam kutipan di atas


religi yang di contohkan oleh mengenai tahan tidak tidur dan tahan
Jumadikun diinterpretasikan sebagai lapar, juga berpuasa. Marzuki (2012:
kegiatan ritual tapa. Menurut 132) menjelaskan bahwa puasa
Bausastra Jawa (2011: 702) “Tapa, tapa merupakan terjemahan dari kata Al-
brata yaiku nglakoni mati raga sarta Shaum atau Al-Shiyam yang berarti
sumingkir saka ing alam rame”. ‘menahan’ atau ‘mencegah’. Jadi puasa
Artinya tapa adalah ‘melakukan puasa adalah menahan makan dan minum
serta menghindar dari keramaian’. dari sebelum fajar sampai terbenam
Semata-mata bukan untuk hal-hal yang matahari dan mencegah perbuatan
negatif. Akan tetapi, untuk yang membatalkan puasa.
mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Menurut Bausastra Jawa (2011:
Maha Kuasa guna mendapat 532) “Pasa, siyam yaiku ora mangan lan
kemuliaan yang nantinya juga berguna ora ngombe sarta ora sanggama karo bojo
bagi orang yang membutuhkan. sasuwene tekane fajar nganti surupe
Bertapa merupakan bentuk srengenge”. Artinya “puasa” adalah
prihatin seseorang dalam menggapai ‘tidak makan dan tidak minum serta
sesuatu yang diinginkan. Selanjutnya, tidak berhubungan dengan suami
kutipan berikut ini merupakan tindak selama fajar hingga tenggelamnya
lanjut dari kutipan sebelumnya: matahari’. Perlu digaris bawahi dalam
Kurang luwih 40 dina anggoné Jumadikun kutipan di atas khusus bagi mereka
nglakoni tapa. Kawiwitan iku Jumadikun yang sudah berkeluarga, akan tetapi
taséh nglakoni kungkum ing lépén, betah untuk mereka yang belum berkeluarga
mêlék, ngrowot, pasa senin-kamis, yen juga harus mmenghindari larangan
awan lan bêngi mêsthi lunga mênyang yang tidak boleh dilakukan selama
ngêndi-ngêndi nganti ping tiga lan ing berpuasa.
sasuwéné mlaku blas ora gêlêm omongan.

96 Imas Silotika, Rahmat, Suyitno


Menjalani hidup tentunya tidak Dan Tuhanmu berfirman,
selalu bahagia dan baik-baik saja, pasti “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan
ada lika-liku kehidupan yang Aku perkenankan bagimu.
mewarnai hidup seseorang ataupun Sesungguhnya orang-orang yang
masyarakat tertentu. Misalnya Dukuh sombong tidak mau menyembah-Ku
Pandanan dan sekitarnya sedang akan masuk neraka Jahanam dalam
dilanda kekeringan panjang hingga keadaan hina dina.”
kering kerontang, akhirnya meinta Jadi, sudah jelas bahwa segala
bantuan kepada Kyai Karsoredjo agar sesuatu yang ada di dunia ini memang
melakukan cara bisa datangnya hujan. ada aturannya masing-masing. Kyai
Seperti dalam kutipan di bawah ini: Karsoredjo melakukan solat istika
Para kanca Dkuhuh Pandanan pada gawé semata-mata untuk meminta hujan,
dhawêt kanggo mêngko siratan ing ara-ara. yang pada akhirnya turunlah hujan
Sawisé sêsaji, marêngi dina Kamis Wagé yang tak henti-henti. Semua warga
tanggal kaping 19 maulud taun Jé 1854 menjadi bahagia karena turun hujan,
utawa surya kaping 29 Nopèmbêr 1922 dan tanah menjadi subur, pepohonan
bébarêngan karo para ulama lan warga mulai bersemi menjadi hijau-hijau.
Dhukuh Pandanan, Kyai Karsorêdjo Namun, kebahagiaan warga
nglakoni sêmbahyang istika, nyuwun Dukuh Pandanan harus terenggut
panyuwunan ing ngarsanipun Gusti Allah karena terkena wabah penyakit,
mugi-mugi diijabahi. Sasampunipun berikut ini petikannya:
sêmbahyang istika wong-wong banjur pada Para warga Dhukuh Pandanan diuji mênéh
sirat-siratan dhawêt nganti pada têlês amarga kêna ‘pagêblug’ yaiku wabah pès.
kêbês. Tiyang kang nandhang gêrah nalika wayah
Terjemahan: ènjing sontên sédha, lan gêrah wayah
Semua warga Dukuh Pandanan sontên ènjingipun tilar donya. Marêngi
membuat dhawet untuk lempar- surya kaping 29 Juli 1926 Kyai Karsorêjo
lemparan di lapangan. Setelah sesaji, lan para warga nglampahi ritual yaiku
pada hari kamis wage tanggal 19 ngawontênaken upacara bêrsih dhukuh lan
maulud taun je 1854 atau pada tanggal ing salêbêting upacara diwontênakên
29 november 1922, bersamaan dengan pagêlaran wayang purwa kanthi lakon
para ulama dan masyarakat Dukuh Bharatayuda sêdina sêdalu natas. Nyuwun
Pandanan Kyai Karsoredjo melakukan donga marang Gusti ingkang Akarya
solat istika, untuk meminta hujan Jagad, saking ridhané Gusti panyuwuné
kepada allah semoga dikabulkan. Kyai Karsorêdjo diijabahi lan wabah pès iku
Setelah solat istika semua orang wis ora ana ing Dhukuh Pandanan.
kemudian lempar-lemparan dhawet Terjemahan:
sampai basah kuyup. Para warga Dukuh Pandanan diuji lagi
Menggambarkan bahwa setiap dengan adanya ‘pageblug’ yaitu wabah
ada musibah apapun selalu kita harus pes. Orang yang sakit pagi hari sorenya
meminta kepada Allah, yang Maha meninggal dan sakit sore hari paginya
segalanya. Karena dalam agama Islam meninggal. Pada tanggal 29 Juli 1926
sendiri sudah ada petunjuknya dalam Kyai Karsoredjo dan para warga
terjemahan QS. Gāfir (40: 60), sebagai melakukan ritual yaitu mengadakan
berikut: upacara bersih desa dan dilanjutkan

Sabdasastra 97
dengan pergelaran wayang sehari sekarang atau lusa, entah muda
semalam dengan kisah Bharatayuda. ataupun tua menjadi rahasia yang
Meminta doa kepada Allah SWT, atas Kuasa. Seperti halnya yang dilakukan
ridha dari Alah permintaan Kyai oleh orang-orang yang ziarah kubur ke
Karsoredjo dikabulkan sehingga makam baik itu keluarga, tetangga
wabah pes sudah tidak ada lagi di ataupun orang yang dianggap berilmu
Dukuh Pandanan. dan berjasa semasa hidupnya di dunia.
Nilai religi yang terdapat dalam Setiap hari pasti ada saja warga Dukuh
kutipan di atas ketika Dukuh Pandanan atau dari warga luar desa
Pandanan terkena wabah pes. Kyai yang berziarah ke makam Kyai
Karsoredjo tidak putus asa begitu saja, Karsoredjo maupun sekitarnya.
beliau bersama warga melakukan Selain nilai religi yang dimiliki
ritual bersih desa, mungkin dirasa oleh Kyai Karsoredjo juga dapat
belum pernah mengadakan bersih desa disintesiskan bahwa nilai religi dalam
dan mengadakan wayangan dengan cerita rakyat Kyai Karsoredjo Dukuh
kisah Bharatayuda. Hal tersebut Pandanan antara lain: Jumadikun
dilakukan, semata-mata hanya untuk melakukan ritual tapa, semata-mata
meminta petunjuk di berikan hanya ingin mencari ridho dari-Nya.
kesembuhan atas wabah pes yang Mendapatkan wangsit yang dia
sedang dialami oleh warga Dukuh inginkan dan kelak ilmunya akan
Pandanan. Berkat kesungguhannya berguna untuk membantu orang yang
meminta doa akhirnya di kabulkan dan membutuhkan. Ki Cadikrama yang
wabah pes sudah hilang dari Dukuh senantiasa selalu mendoakan anaknya
Pandanan. agar apa yang di cita-citakan
Segala sesuatu yang terjadi di Jumadikun dapat tercapai. Melakukan
dunia ini, wajib bagi manusia untuk puasa Senin Kamis dan ‘ngrowot,’
selalu berdoa dan ikhtiar kepada sudah jelas dalam ajaran agama Islam
Tuhan Yang Maha Esa. Agar selalu hal tersebut memang dianjurkan bagi
mendapat ridha dan pertolongan atas umat Islam yang sudah dewasa untuk
musibah yang sedang dialami, seperti menjalankan amalan-amalan sunah
yang terjadi pada warga Dukuh selain amalan wajib. Selalu berdoa dan
Pandanan yang terkena ‘pageblug’. berusaha mencari solusi atas musibah
Namun, setelah mendapat pertolongan yang sedang dialami. Selain itu, tidak
harus bersyukur atas apa yang sudah lupa untuk selalu bersyukur kepada
diberikan dan berusaha untuk Tuhan Yang Maha Esa atas
melestarikannya. Semua itu tidak pertolongan yang di berikan. Terakhir,
mungkin bisa datang dengan melakukan ziarah kubur agar kita
sendirinya. Agar kita tidak lupa senantiasa ingat bahwa kelak kita juga
dengan yang Yang Maha Pemberi akan mengalami kematian yang tidak
Nikmat. pernah kita tahu kapan itu terjadi.
Selain dalam kutipan di atas juga 3. Relevansi cerita rakyat Kyai
terdapat nilai religi dari sisi lain yaitu Karsoredjo sebagai alternatif materi
ziarah. Sebagai manusia tentunya kelak ajar di SMP.
akan mengalami mati yang kita sendiri Peneliti telah melakukan
tidak akan pernah tahu. Entah wawancara dengan guru, siswa SMP,
98 Imas Silotika, Rahmat, Suyitno
dan pakar sastra. Sehingga, dilatih untuk sabar, teliti, fokus,
mendapatkan data yang menerangkan bersikap disiplin, kerjasama yang baik
bahwa cerita rakyat Kyai Karsoredjo dan bersifat lembut. Apabila gamelan
relevan apabila dijadikan sebagai dibunyikan, tentunya orang yang
materi ajar di SMP. Cerita tersebut mendengarkan akan terpana dengan
mengandung pesan bahwa kita jadi musik gamelan tersebut karena
tahu sejarah Desa Soropaten dan iramanya yang merdu dan enak
petilasan-petilasannya. Kelebihan dari didengar. Melalui karawitan anak
cerita rakyat tersebut adalah adanya diajarkan pendidikan moral yang baik.
budaya Jawa diantaranya wayang kulit Sehingga, sangat dianjutkan bagi
sebagai khasanah Budaya Jawa yang sekolah untuk mengadakan
disukai oleh Kyai Karsoredjo. Pesan ekstrakulikuler karawitan agar
yang dapat diambil dari cerita tersebut terbentuknya moralitas anak yang
adalah bentuk rasa prihatin dari sosok bermartabat. Itulah tadi manfaat yang
Kyai Karsoredjo yang pantas di contoh terkandung dalam cerita rakyat Kyai
bagi anak-anak pelajar. Belum pernah Karsoredjo Dukuh Pandanan yang
dijadikan sebagai materi ajar di memang nyata dan sudah diterapkan
sekolah. di SD Desa Soropaten dengan
Tradisi peninggalan Kyai diadakannya kegiatan ekstrakulikuler
Karsoredjo seperti bersih dusun dan karawitan.
wayangan masih dilakukan hingga Melalui hasil wawancara
sekarang. Selain itu, tradisi ziarah yang tersebut, memang terbukti bahwa
dilakukan oleh warga sekitar maupun karawitan memiliki dampak yang
dari luar banyak yang datang. Ziarah sangat baik bagi anak itu sendiri. Selain
tersebut dilakukan semata-mata hanya itu, juga berdampak baik untuk orang
untuk mencari ridho dan kemurahan tua, lingkungan dan desa tersebut.
dari Allah Swt, dalam Bahasa Jawa Gamelan merupakan bagian dari
disebut “ngalab berkah”. Selain itu, peninggalan Kyai Karsoredjo memang
kegiatan para dhalang dan warga yang sangat terasa manfaatnya bagi warga
dengan iklas sedekah untuk kegiatan sekitar dan lainnya. Tentunya hal
pertunjukan wayang setiap selapan tersebut juga sebagai pendukung
sekali dan tradisi budaya setiap bulan bahwa melalui cerita rakyat Kyai
Sura juga di sebut dengan “ngalab Karsoredjo Dukuh Pandanan relevan
berkah’. Mereka yang bersedekah tidak apabila dijadikan sebagai materi ajar di
meminta imbalan apa-apa, semata- SMP.
mata untuk ikut serta dalam kegiatan D. SIMPULAN DAN SARAN
tersebut. Semua itu bisa dijadikan
sebagai pendamping kita dalam Bercerita mengenai hasil
bersosialisasi dengan masyarakat, penelitian dan pembahasan yang telah
karena setip orang memiliki tingkat dilakukan peneliti, dapat disintesiskan
perekonomiannya masing-masing. bahwa cerita rakyat Kyai Karsoredjo
Wayang beserta perangkatnya Dukuh Pandanan merupakan cerita
seperti gamelan/karawitan yang rakyat yang terdapat di Kabupaten
manfaatnya sangat luar biasa bagi anak Klaten. Cerita rakyat ini mengisahkan
didik. Melalui belajar karawitan anak perjalanan hidup seseorang yaitu Kyai

Sabdasastra 99
Karsoredjo yang sangat bijaksana, Karsoredjo Dukuh Pandanan memiliki
cerdas dan menyukai budaya Jawa, kekhasan yang dapat digunakan
salah satunya adalah wayang. Cerita sebagai alternatif materi ajar Bahasa
rakyat Kyai Karsoredjo Dukuh Jawa di SMP. Cerita tersebut
Pandanan termasuk kedalam jenis mengandung makna-makna yang
cerita rakyat legenda, karena terdapat dapat meningkatkan daya imajinasi
bukti fisik peninggalannya. Tinjauan siswa. Selain itu, cerita rakyat Kyai
sosiologi sastra yang terkandung Karsoredjo ini memiliki nilai sosial dan
dalam cerita rakyat Kyai Karsoredjo nilai religi yang patut untuk diteladani
Dukuh Pandanan Kabupaten Klaten. siswa dalam kehidupannya sehari-hari.
Diantaranya adalah suka menolong, Serta, dapat menumbuhkan rasa
kerjasama, gotong-royong. kecintaan siswa terhadap cerita rakyat
Peneliti menemukan nilai religi itu sendiri yang memiliki kearifan lokal
yang terkandung di dalam cerita rakyat tinggi. Sehingga, dapat memenuhi
Kyai Karsoredjo yaitu ritual bertapa, indikator pembelajaran Bahasa Jawa
bêtah mêlèk, bêtah luwè, puasa Senin pada Kurikulum 2013 Sekolah
Kamis dan ngrowot merupakan salah Menengah Pertama Provinsi Jawa
satu amalan sunah dalam agama Islam Tengah. Akhirnya, cerita rakyat Kyai
yang baik untuk dikerjakan karena Karsoredjo memenuhi syarat apabila
mendapatkan pahala. Selalu berdoa dimasukkan menjadi materi ajar anak-
dan berusaha mencari solusi atas anak khususnya siswa SMP.
musibah yang sedang dialami. Jadi, Pembelajaran cerita rakyat tersebut
melalui nilai religi yang terkandung di dapat diaplikasikan dalam bentuk
dalam cerita rakyat tersebut dapat video, gambar dan observasi. Langkah
dijadikan sebagai suri tauladan bagi akhir, peneliti membuat buku cerita
siswa untuk memupuk moralitas siswa rakyat Kyai Karsoredjo.
yang berkualitas. Cerita rakyat Kyai

DAFTAR PUSTAKA
A Teeuw. 2015. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.
Danandjaja, James. 1997. Folklor Indonesia Ilmu Gosip, dongeng dan lain-lain. Jakarta:
Pustaka Utama Grafiti.
Escarpit, Robert. 2005. Sosiologi Sastra. Terj. Ida Sundari Husen- Ed. 1. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Faruk. 2014. Pengantar Sosiologi Sastra Dari Strukturalisme Genetik Sampai Post-
Modernisme. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR.
Faturrahman, dkk. 2012. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya.
Gunawan, Imam. 2015. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik. Jakarta: Bumi Aksara.
Ishomuddin. 2002. Pengantar Sosiologi Agama. Jakarta Selatan: Penerbit Ghalia Indonesia.
Liaw Yock Fang. 1991. Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik Julid I. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Marzuki. (2012). Pembinaan Karakter Mahasiswa Melalui Pendidikan Agama Islam Di
Perguruan Tinggi Umum. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Rampan, Korrie Layun. 2014. Teknik Menulis Cerita Rakyat. Bandung: Yrama Widya.
Sanjaya. 2008. Perencanaan Dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: KENCANA
PRENADAMEDIA GROUP.

100 Imas Silotika, Rahmat, Suyitno


Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif Dan
R&D). Bandung: Penerbit Alfabeta.
Tim Balai Bahasa Yogyakarta. 2011. Kamus Basa Jawa (Bausastra Jawa): Edisi Kedua.
Yogyakarta: PT Kanisius.
Wisadirana, Darsono. (2004). Sosiologi Pedesaan. Malang: Penerbitan Universitas
Muhammadiyah Malang.

Sabdasastra 101
102 Imas Silotika, Rahmat, Suyitno

Anda mungkin juga menyukai