Anda di halaman 1dari 28

ANALISIS GAYA BAHASA YANG TERDAPAT DALAM PANTUN PERNIKAHAN

PADA MASYARAKAT SUNGAI PADUAN KECAMATAN TELUK BATANG


KABUPATEN KAYONG UTARA
(KAJIAN STILISTIKA)

DESAIN PENELITIAN

Oleh
Marheti Yulinar
NIM : 311710010

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI


INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
PONTIANAK
2022
BAGIAN I
RENCANA PENELITIAN

A. Latar Belakang
Perkembangan sastra Indonesia dewasa ini demikian luas dan pesatnya dengan bentuk
yang beragam, baik tentang sastra Indonesia maupun yang menyangkut sastra daerah,
semuanya perlu diteliti, dikembangkan, dan disebarluaskan. Sastra merupakan salah satu
cabang kesenian yang selalu berada dalam peradaban manusia sejak ribuan tahun yang
lalu. Kehadiran sastra ditengah peradaban manusia tidak dapat ditolak, bahkan kehadiran
tersebut dapat diterima sebagai salah satu realitas sosial budaya. Hingga saat ini sastra
tidak saja dinilai sebagai sebuah karya seni yang memiliki budi, imajinasi, dan emosi,
tetapi telah dianggap sebagai suatu karya kreatif yang dimanfaatkan sebagai konsumsi
Intelektual di samping konsumsi emosi.

Sastra lahir disebabkan dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan dirinya, menaruh
minat terhadap masalah manusia dan kemanusiaan, dan menaruh minat terhadap dunia
realitas yang berlangsung sepanjang hari dan sepanjang zaman. Sastra yang yang telah
dilahirkan oleh para sastrawan diharapkan dapat memberi kepuasan intelek bagi khalayak
pembaca. Sastra menampilkan gambaran kehidupan dan kehidupan itu sendiri merupakan
kenyataan. Berbicara tentang sastra, tentunya tak akan terlepas dari sesuatu yang disebut
karya sastra.

Karya sastra hadir sebagai wujud nyata imajinasi kreatif dari seseorang untuk
mengeskpresikan pemikirannya. Karya sastra merupakan karya yang imajinatif, dalam hal
ini karya sastra hakikatnya memiliki fungsi menyenangkan dan berguna. Sedangkan
menurut Surastiana (2018: 12) karya sastra lama adalah karya sastra yang lahir pada
masyarakat lama, yaitu masyarakat yang memegang adat istiadat yang berlaku di
daerahnya. Karya sastra lama biasanya bersifat moral, pendidikan, nasihat, adat istiadat,
serta ajaran-ajaran agama dan mempunyai terikat oleh kebiasaan adat masyarakat dan
menggambarkan tentang kehidupan masyarakat. Bahkan karya sastra menggambarkan
suatu masa tertentu, baik peradaban, situasi, maupun keadaan yang melukiskan suatu
waktu tertentu yang berusaha digambarkan atau diungkapkan oleh pengarang melalui
karya sastranya.
Penciptaan karya sastra tidak pernah terlepas dari penggunaan gaya bahasa sangat
mustahil bila sebuah karya sastra tercipta tanpa adanya keterlibatan dengan penggunaan
gaya bahasa. Semakit pekat penggunaan gaya bahasa dalam karya sastra, semakin terasa
pula nilai keindahan yang terkandung didalamnya. Mengkaji bahasa di dalam karya sastra
perlu menggunakan stilistika. Stilistika merupakan kajian yang menitik beratkan pada
kajian gaya bahasa. Gaya bahasa yang berhubungan dengan gaya bunyi, gaya diksi, gaya
citraan dan majas.

Masyarakat Melayu merupakan etnis yang mempunyai karakteristik berbahasa Melayu,


beragama islam, dan beradat Melayu. Ketiga karakteristik ini saling bertautan secara
integratif sehingga mejadi jati diri. Masyarakat Melayu mempunyai banyak sastra lisan,
baik yang berbentuk prosa, puisi, maupun drama. Sastra lisan memiliki peranan dan
kedudukan yang meliputi berbagai aspek kehidupan masyarakat Melayu. Sastra lisan
yang mencangkup ekspresi kesusastraan warga suatu kebudayaan yang disebarkan dan
diturun temurunkan secara lisan (dari mulut ke mulut), salah satunya yang merupakan
sastra lisan yaitu pantun pernikahan. Dalam acara pernikahan adat Melayu Sungai Paduan
tidak luput dari namanya pantun maupun berbalas pantun. Dalam hal ini, pantun yang
diutarakan bukanlah hanya sekedar pantun belaka maupun omongan kosong saja tetapi
pantun yang dilontarkan pada acara pernikahan ini adalah memberikan penuh makna dan
maksud tertentu khususnya pada masyarakat Melayu Sungai Paduan Kecamatan Teluk
Batang Kabupaten Kayong Utara.

Pantun adalah salah satu jenis puisi Melayu tradisional yang paling akrab dalam
kehidupan masyarakat Melayu. Pantun salah satu sastra yang lahir ditengah-tengah
masyarakat pernah memegang penting dalam budaya masyarakat Indonesia. Dahalu,
masyarakat Melayu mengungkapkan perasaan, hasrat, atau kata hatinya melalui pantun.
Kepandaian seseorang dalam berpantun mencerminkan intelektual untuk sarana ekspresi.
Dalam kehidupan masyarakat Melayu, pantun sangat baik digunakan baik dalam adat
pernikahan maupun pertemuan lainnya. Pantun merupakan bagian karya sastra lama atau
puisi lama yang tidak asing di telinga kita. Dalam kehidupan masyarakat Melayu Teluk
Batang terdapat banyak penyair pantun serta pengarangnya, sehingga pantun masih tetap
terjaga dengan baik.
Pantun pernikahan sangat lekat dengan kebudayaan masyarakat Melayu Teluk Batang,
pantun sering disampaikan di dalam acara-acara kesenian, bahkan dalam prosesi
pernikahan masih ada yang menggunakan pantun sebagai pembuka bicara atau acara
dalam pulang-memulangkan dalam acara pernikahan. Pulang- memulangkan merupakan
bagian dari upacara pernikahan Melayu Teluk Batang, pulang- memulangkan berupa
penyerahan, pemulangan, dan pemindahan kepada memperlai laki-laki yang dimulai dari
dirinya,kehidupannya dan kebudayaannya. Pulang-memulangkan memiiki susunan acara
yang dipandu oleh pembawa acara kemudian dilanjutkan sambutan dari tuan rumah atau
yang mewakili, sambutan selesai maka dilanjutkan dengan penyerahan pengantin laki-laki
dan dilanjutkan dengan penerimaan dari mempelai pengantin perumpaan sekaligus
penyerahan pengantin perumpaan. Penyerahan kedua mempelai telah selesai maka diisi
dengan tausiyah dari tokoh adat atau tokoh agama sebagai nasihat dalam rumah tangga
yang sakinah mawaddah warahmah. Selanjutnya,pengantin melakukan salam sujud kedua
orang tua mempelai perempuan dan laki-laki dan dilanjutkan do’a sebagai penutup.

Alasan penulis memilih pantun pernikahan sebagai objek kajian dalam penelitian ini
adalah. Pertama, pantun pernikahan merupakan sebuah sastra lisan yang berbentuk puisi
lama yang harus dijaga dan dikembangkan dalam kehidupan masyarakat khususnya
Melayu Desa Sungai Paduan Kecamatan Teluk Batang Kabupaten Kayong Utara. Kedua,
peneliti memilih pantun di masyarakat Melayu Teluk Batang masih berkembang sastra
lisan berupa pantun yang biasa digunakan untuk hiburan, lamaran, dan khususnya pada
acara pernikahan salah satu prosesi pulang-memulangkan atau serah terima. Biasanya
pantun, dibacakan oleh perwakilan laki-laki dan perempuan dalam bahasa Melayu Teluk
Batang. Ketiga, penulis ingin mengetahui bagaimana gaya bahasa, diksi dan citraan yang
terkandung dalam pantun pernikahan di Desa Sungai Paduan Kecamatan Teluk Batang
Kabupaten Kayong Utara. Jadi, dari alasan tersebut penulis mengambil kesimpulan
menggunakan pendekatan stilistika

Kajian stilistika digunakan untuk memudahkan menikmati, memahami dan menghayati


sistem tanda yang digunakan dalam karya sastra yang berfungsi untuk mengetahui
ungkapan ekspresif yang ingin diungkapkan pengarang. Dalam pengkajian stilistika akan
timbul efek-efek penggunaan bahasa dan kaidah-kaidah kebahasaan dari penyair yang
berperan dalam pengkajian sastra baik itu sastra lama maupun sastra modern, baik lisan
maupun sastra tulisan. Salah satu karya sastra yang cukup kita kenal adalah pantun.
Pantun termasuk karya sastra lama yang cukup populer di masyarakat Indonesia. Selain
indah dalam kesesuaian bunyi rima, pantun juga mengandung pesan dan gagasan di akhir
barisannya dan tak jarang pantun menjadi salah satu media komunikasi lisan maupun
tulisan.

Melihat luasnya objek kajian stilistika maka peneliti membatasi objek yang akan penulis
teliti yaitu hanya gaya bahasa yang terdapat pada pantun pernikahan pada masyarakat
Sungai Paduan Kecamatan Teluk Batang Kabupaten Kayong Utara. Nurgiyantoro (2017:
75) mengemukakan kajian stilistika dimaksudkan untuk menjelaskan fungsi keindahan
penggunaan bentuk kebahasaan tertentu mulai dari aspek bunyi, leksikal, struktur, bahasa
figuratif, sarana retorika, sampai grofologi, hal ini dapat dipandang sebagai bagian
terpenting dalam analisis bahasa sebuah teks dengan pendekatan stilistika.

Pendekatan merupakan sebuah cara yang digunakan peneliti untuk menguasai dan
mengambangkan ilmu yang paling tinggi sebagai acuan dalam penelitian. Alasan peneliti
memilih pendekatan stilistika sebagai objek penelitian dikarenakan akan membantu
mengkaji, mengulas, dan menelaah hal-hal yang mengenai gaya bahasa, diksi, dan
citraan. Dengan harapan, peneliti menemukan informasi yang dibagikan kepada para
pembaca, baik itu masyarakat umum maupun para siswa di sekolah mengenai analisis
gaya bahasa yang terdapat dalam pantun pernikahan pada masyarakat Sungai Paduan
Kecamatan Teluk Batang Kabupaten Kayong Utara.

Alasan penulis memilih gaya bahasa sebagai objek kajian penelitian ini adalah karena
akan membahas dan menganalisis karya sastra yang padat makna dengan kebudayaan
dalam penelitian ini. Pantun menjadi pilihan peneliti, karena masih ada masyarakat yang
membudayakan pantun dalam acara-acara tertentu, satu diantaranya adalah prosesi
pernikahan. Karya sastra yang tergolong dalam puisi lama ini masih digunakan di daerah
tertentu. Ada banyak keindahan yang terdapat di dalam pantun, bahkan dari keindahan-
keindahan itu, pantun menawarkan banyak fungsi-fungsi yang baik bagi para pendengar.
Sehingga, manfaat karya sastra sebagai karya yang bermanfaat bagi para pembaca
tergambarkan dari fungsi pantun tersebut. Sesuai dengan masalah yang akan penulis kaji
dalam rencana penelitian ini ada tiga macam gaya bahasa yaitu gaya bahasa, diksi, dan
citraan pantun. Gaya bahasa ialah bahasa indah yang digunakan untuk meningkatkan efek
dengan jalan memperkenalkan sertaa membandingkan suatu benda atuau hal tertentu
dengan benda lain yang lebih umum. Diksi diartikan sebagai pilihan kata-kata yang
dilakukan oleh pengarang dalam karyanya. Citraan terbagi menjadi empat yaitu, citraan
penglihatan yang terkait dengan pengongkretkan objek yang dapat dilihat oleh mata atau
secara visual, citraan pendengaran pengongkretan objek bunyi yang didengar oleh telinga.
Citraan gerak yang terkait dengan pengongkretan objek gerak yang dapat dilihat oleh
mata, citraan rabaan penciuman menunjuk pada pelukisan rabaan dan penciuman secara
konkret walaupun hanya terjadi di rongga imajinasi pembaca.

Penulis memilih pantun pernikahan pada masyarakat Desa Sungai Paduan Kecamatan
Teluk Batang Kabupaten Kayong Utara sebagai objek kajian stilistika. Pemilihan ini
didasarkan pada segi gaya bahasa yang menarik untuk dikaji lebih jauh. Kumpulan
pantun pernikahan tersebut mengandung maksud kompleksitas berkaitan dengan
bahasanya yang ingin disampaikan oleh pengarang. Sepengetahuan penulis belum ada
yang mengkaji baik dari segi bahasa yang digunakan, maka hal tersebut menjadi penting
untuk dikaji. Alasan tersebut yang mendorong penulis untuk mengadakan penelitian
tentang gaya bahasa yang digunakan pantun pernikahan dalam menyampaikan makna dan
pesan dalam pantunya.

Beberapa penelitian terdahulu yang dapat dijadikan sebagai peenlitian yang relevan dalam
rencana penelitian ini antara lain pertama, saudari Kiki Rizki (2018) seorang mahasiswa
program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP PGRI Pontianak dalam
skripsi “ Analisis Stilistika Pantun Pernikahan Pada Masyarakat Melayu Desa Tebas
Kecamatan Tebas” penelitian yang dilakukan penulis dengan rencana penelitian ini
terdapat kesamaan dan perbedaan. Persamaanya itu terletak pada analisis pantun
pernikahan yang secara keseluruhan sedangkan dalam penelitian ini menganalisis pantun
pernikahan. Persamaan dalam penelitian Kiki dan penelitian ini terletak pada apa yang
diteliti, yaitu sama-sama menganalisis pantun pernikahan dan pendekatan stilistika
sebagai objek penelitian.

Kedua, saudari Kurnia Wardians (2019) seorang mahasiswa program studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP PGRI Pontianak dalam skripsi “ Analisisi Gaya Bahasa
dalam Novel Dilan, Dia Adalah Dilanku Tahun 1991 Karya Pidi Baiq” penelitan yang
dilakukan Kurnia Wardians dengan penelitian ini terdapat persamaan dan perbedaan.
Persamaanya terletak pada analisisnya yaitu sama-sama menggunakan Gaya Bahasa.
Perbedaanya terletak pada objek kajiannya, objek kajian Kurnia Wardians adalah Novel
Dilan sedangkan objek peneliti sekarang meneliti Pantun Pernikahan Pada Masyarakat
Sungai Paduan Kecamatan Teluk Batang Kabupaten Kayong Utara.

Ketiga, saudari Syarifah Novelia Angriani (2021) seorang mahasiswa program studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP PGRI Pontianak dalam skripsi “ Analisis
Majas Pada Puisi Karya Nugroho Putu Dalam Buku Kita Dua Kurva Saling Terbuka”
penelitian yang dilakukan Syarifah Novelia Angriani dengan penelitian ini terdapat
persamaan dan perbedaan. Persamaanya terletak pada objek kajiannnya yaitu sama-sama
menggunakan kajian stilistika, perbedaan dalam peneiliti Syarifah Novelia Angriani
adalah menganalisis majas pada puisi pada Karya Nugroho sedangkan objek peneliti
sekarang meneliti gaya bahasa pada pantun pernikahan Pada Masyarakat Sungai Paduan
Kecamatan Teluk Batang Kabupaten Kayong Utara.

Hubungan mata pelajaran bahasa Indonesia, mengenai pembelajaran pada pantun terdapat
pada jenjang pendidikan tingkat SMP. Berdasarkan Kurikulum 2016. Penelitian terhadap
analisis pantun di Sekolah Menengah Pertama (SMP) kelas VII semester 1, dengan aspek
Standar Kompetensi menulis pantun dengan Kompetensi Dasar menulis pantun yang
sesuai dengan syarat-sayarat pantun. Sedangkan indikator pencapaian kompetensi adalah
mengidentifikasi syarat-syarat pantun dengan menulis pantun yang sesuai syarat-syarat
pantun.

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka sangat beralasan bagi
peneliti untuk menganalisis stilistika pantun pernikahan masyarakat Melayu yang
didasarkan dengan alasan. Pertama, kajian mengenai stilistika yang sangat penting untuk
kita ketahui bahasa dalam pantun pernikahan tersebut tentu tidak terlepas dari gaya
bahasa, diksi dan citraan yang menjadikan pantun nyaman didengar oleh telinga yang
menjadikan pantun sangat berfungsi sebagai penuntun dan unjuk ajar pada masyarakat
Melayu Teluk Batang. Kedua, pantun merupakan suatu kebudayaan yang khas bagi
masyarakat Melayu Desa Sungai Paduan Kecamatan Teluk Batang Kabupaten Kayong
Utara dalam acara pernikahan salah satunya prosesi pulang-memulangkan sehingga perlu
dilestarikan dan dijaga agar tidak dipengaruhi oleh perkembangan zaman. Ketiga, pantun
pernikahan merupakan sarana untuk menyampaikan pesan kepada pengantin dan pihak
keluarga yang bersifat agama, moral, kebudayaan, dan sosial yang disampaikan secara
halus sehingga pendengar tidak mudah tersinggung dan berguna untuk kehidupan
pengantin nantinya dalam berkeluarga dan bermasyarakat.

B. Fokus dan Sub Fokus Peneltian


Berdasarkan latar belakang di atas, secara umum fokus penelitian dalam penelitian ini
adalah “ Bagaimanakah gaya bahasa dalam Pantun Pernikahan pada Masyarakat
sungai Paduan Kecamatan Teluk Batang Kabupaten Kayong Utara?”. Adapun yang
menjadi sub masalah dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1. Bagaimanakah gaya bahasa dalam pantun pernikahan pada Masyarakat sungai
Paduan Kecamatan Teluk Batang Kabupaten Kayong Utara ?
2. Bagaimanakah diksi dalam pantun pernikahan pada Masyarakat sungai Paduan
Kecamatan Teluk Batang Kabupaten Kayong Utara ?
3. Bagaimanakah citraan dalam pantun pernikahan pada Masyarakat sungai Paduan
Kecamatan Teluk Batang Kabupaten Kayong Utara ?

C. Tujuan penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah “Mendeskripsikan Gaya Bahasa yang terdapat
dalam Pantun Pernikahan pada Masyarakat Sungai Paduan Kecamatan Teluk Batang
Kabupaten Kayong Utara”. Adapun tujuan khusus yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah untuk :
1. Mendeskripsikan gaya bahasa dalam p pantun pernikahan pada Masyarakat sungai
Paduan Kecamatan Teluk Batang Kabupaten Kayong Utara ?
2. Mendeskripsikan diksi dalam pantun pernikahan pada Masyarakat sungai Paduan
Kecamatan Teluk Batang Kabupaten Kayong Utara ?
3. Mendeskripsikan citraan dalam pantun pernikahan pada Masyarakat sungai Paduan
Kecamatan Teluk Batang Kabupaten Kayong Utara ?

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperkaya wawasan pengetahuan
yang berkaitan dengan sastra khususnya berkaitan dengan stilistika pantun yang
secara teori tergolong dalam puisi lama. Penelitian ini dapat mengingkatkan khazanah
budaya dan mendukung sastra lisan sebagai kebudayaan Desa Sungai Paduan
Kecamatan Teluk Batang Kabupaten Kayong Utara yang masih dipertahankan fungsi
dan keberadaannya.
2. Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis dalam penelitian ini sebagai berikut.
a. Bagai Masyarakat
Penulisan ini diharapkan untuk selalu peduli dengan kearifan dan kebudayaan
lokal, karena hal tersebut adalah modal besar sebagai tingkah laku
bermasyarakatan dan melestarikan budaya yang sudah ada.
b. Bagi Pembaca
Memberikan gambaran secara aktual mengenai pendekatan stilistika mengenai
gaya bahasa di dalam sebuah karya sastra terutama pantun.
c. Bagi Siswa
1) Dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan tentang menganalisis gaya
bahasa pada pantun.
2) Dapat memberikan wawasan pada pantun bukan hanya media hiburan atau
mengisi waktu luang saja, namun dapat dikaji lebih dalam lagi dari berbagai
aspek satu diantaranya adalah dari gaya bahasanya.
d. Bagi Guru
1) Dapat dijadikan gambaran oleh pendidik sebagai bahan ajar yang akan
disampaikan kepada peserta didik agar mereka lebih kreatif dan inovatif dalam
menciptakan karya sastra yaitu pantun.
2) Dapat dijadikan bahan masukan dalam mengajarkan mata pelajaran Bahasa
Indonesia khususnya pantun dan gaya bahasa.
e. Bagi peneliti
Memberikan pengalaman bagi peneliti dalam menganalisis stilistika pantun
pernikahan masyarakat Melayu Desa Sungai Paduan Kecamatan Teluk Batang
Kabupaten Kayong Utara.

E. Ruang Lingkup Penelitian


Konseptual fokus penelitian merupakan definisi yang dirumuskan oleh penulis
tentang istilah-istilah yang ada pada masalah dalam penelitian dengan maksud untuk
menyamakan persepsi antara penulis dengan orang-orang yang berkaitan dengan
peenlitian. Adapun istilah-istilah yang perlu dijelaskan supaya tidak terjadi kerancuan
dan kesalahan penafsiran sebagai berikut:
1. Definisi Konseptual Fokus Penelitian
a. Stilistika
Stilistika merupakan ilmu yang mengkaji wujud pernikahan bahasa dalam karya
sastra yang meliputi seluruh pembedayaan potensi, keunikan, dan kecirihasan
bahasa serta gaya bahasa. Pendekatan metode untuk mengkaji penggunaan bahasa
dalam konteks dan ragam bahasa tertentu yang meliputi bunyi bahasa, pilihan
kata, kalimat, wacana, citraan, bahasa figuratif.
b. Gaya Bahasa
Gaya bahasa ialah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang
memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). Sebuah gaya
bahasa yang baik harus mengandung tiga unsur berikut: kejujuran, sopan-santun,
dan menarik.
c. Pantun
Pantun merupakan ungkapan dengan kualitas keterampilan serta kecerdasan
penggunaan bahasa yang disampaikan dengan kata-kata yang tersusun baik
bersajak a-b-a-b dalam empat baris. Kekhasan kata-kata dalam pantun ditunjukan
melalui penggunaan pilihan kata-katanya, ungkapan pengarang, serta kemerduan
bunyinya karena pilihan bunyi akhir yang teratur. Selain digunakan dalam
pernikahan, pantun juga beraneka ragam jenis.
d. Pernikahan
Pernikahan adalah sebagai ikatan batin antara perempuan dan laki-laki yang hidup
bersama dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan
sejahtera, baik lahir maupun batin dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha
Esa.
a. Definisi Konseptual Sub Fokus Penelitian
a. Gaya bahasa
Gaya bahasa ialah pemanfaatan atas kekayaan bahasa oleh seseorang dalam
bertutur atau menulis, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek
tertentu, keseluruhan ciri-ciri bahasa sekelompok penulis sastra cara khas dalam
menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan atau lisan.
b. Diksi
Diksi adalah kata atau pilihan kata yang tepat, baik dalam kata, frasa maupun
dalam kalimat untuk menyampaikan gagasan dan kemampuan menemukan
bentuk-bentuk yang sesuai dengan situasi sehingga menimbulkan imajinasi
pembaca atau pendengar yang mempunyai makna denotasi makna sebenarnya dan
konotasi atau makna yang lebih dari satu arti sehingga mudah untuk dipahami.
c. Citraan
Citraan adalah karya sastra yang berperan penting untuk menimbulkan imajinatif
yang digunakan untuk melukiskan objek kualitas yang digunakan penyair untuk
memperkuat gambaran pikiran dan perasaan pembaca yang dibangkitkan oleh
kata-kata.

F. Metodologi Penelitian
1. Jenis, Bentuk dan Pendekatan Penelitian
a. Jenis Penelitian
Mengingat penelitian ini untuk menganalisis gaya bahasa, penyiasatan gaya
bahasa, diksi, dan citraan dalam Pantun Pernikahan Masyarakat Melayu Desa
Sungai Paduan Kecamatan Teluk Batang Kabupaten Kayong Utara. Jenis
penelitian ini adalah penelitian dengan menggunakan metode deskriptif.
Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meniliti suatu objek, suatu
kondisi, suatu pemikiran ataupun peristiwa pada masa sekarang. Menurut
Nawawi (Siswantoro, 2016: 56) metode deskriptif dapat diartikan sebagai
prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau
melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian (novel, drama, cerita pendek,
puisi) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau
sebagaimana adanya. Sejalan dengan pendapat Semi (2012: 22) penelitian
sastra pencarian pengetahuan pemberi maknaan dengan hati-hati dan kritis
secara terus-menerus terhadap masalah sastra dan penelitian sastra merupakan
suatu disiplin ilmu yang mempunyai objek, pendekatan, dan metode yang
jelas.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode kualitatif
deskriftif bertujuan untuk mengungkapkan kejadian, fenomena, metode yang
jelas. Pada penelitian ini penulis akan menganalisis pantun dengan mencari
gaya bahasa, diksi, dan citraan.
b. Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif.
Menurut Moleong (2020:6) menjelakan bahwa penelitian kualitatif adalah
penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan
prosedur analisis statistik atau cara kuantitatif lainnya. Sedangkan menurut
Semi (2012: 28) penelitian kualitatif dilakukan dengan tidak mengutamakan
pada angka-angka, tetapi mengutamakan kedalam penghayatan terhadap
interaksi antar konsep yang sedang dikaji secara empiris.
Berdasarkan pendapat di atas penulis menggunakan metode kualitatif karena
objek penelitian yang digunakan adalah aspek stilistika yang berupa analisis
gaya bahasa, diksi, dan citraan pada pantun pernikahan masyarakat Sungai
Paduan Kecamatan Teluk Batang Kabupaten Kayong Utara.
c. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan stilistika.
Ratna (Fransori, 2017:3) mengemukakan stilistika secara definitif adalah ilmu
yang berkaitan dengan gaya dan gaya bahasa. Tetapi pada umumnya lebih
banyak mengacu pada gaya bahasa. Dalam pengertiannya secara luas stilistika
merupakan ilmu tentang gaya meliputi berbagai cara yang dilakukan dalam
kegiatan manusia. Secara sederhana Menurut Pradopo (2020:2) menjelaskan
bahwa stilistika adalah ilmu yang menyelidiki bahasa yang dipergunakan
dalam karya sastra, ilmu interdisipliner antara linguistik dan kesusastraan serta
penerangan linguistik pada gaya bahasa.
Menurut Nurgiyantoro (2017:74) mengemukakan bahwa stilistika berkaitan
erat dengan stile. Bidang gerapan stilistika adalah stile, bahasa yang dipakai
dalam konteks tertentu. Jika style di Indonesia dengan diadaptasikan menjadi
stile atau gaya bahasa, istilah stylistic juga dapat diperlakukan sama, yaitu
adaptasi menjadi stilistika. Stilistika berkaitan dengan gaya (style) yang
mengacu pada aspek keindahan pengguna gaya bahasa dalam karya sastra.
Stilistika kesusastraan merupakan metode analisis karya sastra. Penelitian
stilistika menaruh perhatian pada penggunaan bahasa dalam karya sastra.

2. Latar Penelitian
a. Tempat Penelitian
Latar penelitian ini dilakukan di Desa Sungai Paduan salah satu tempat penulis
melakukan penelitian. Tempat penelitian ini di perpustakaan, penelitian yang
dilakukan di kamar kerja peneliti dimana peneliti memperoleh data, dan
informasi tentang objek telitiannya lewat buku-buku atau alat-alat audiovisual
lainnya, karena objek yang dikaji berupa pantun (teks) sastra berupa pantun
pernikahan pada masyarakat Sungai Paduan Kecamatan Teluk Batang
Kabupaten Kayong Utara.
b. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dalam penelitian ini, dimulai pada bulan Februari tahun
2022. Kegiatan meliputi persiapan, pengumpulan data, analisis data dan
penyusunan laporan penelitian sesuai dengan karakter penelitian kualitatif.
Waktu penelitian ini selama enam bulan dimulai dari bulan Februari sampai
bulan Agustus 2018, waktu penelitian dalam penelitian ini akan di jabarkan
pada bagan jadwal penelitian.

3. Data dan Sumber Data


Data merupakan keterangan mengenai sesuatu hal, dalam suatu penelitian. Dalam
suatu penelitian diperlukan data dan sumber data yang tepat dan sesuai. Tujuannya
adalah hal yang dicapai dengan permasalahan dan tujuan dari peneliti itu sendiri.
a. Data
Penelitian memerlukan data karena data merupakan sumber informasi yang
memberikan gambaran utama tentang ada tidaknya masalah yang akan diteliti.
Menurut Siswantoro (2016:70) menjelaskan bahwa data adalah sumber
informasi yang akan diseleksi sebagai bahan analisis. Sedangkan menurut
Moleong (2020:11) menjelaskan bahwa data yang dikumpulkan adalah berupa
kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Hal itu di sebabkan karena adanya
penerapan metode kualitatif.
Berdasarkan pendapat di atas data dalam penelitian ini adalah kata, frasa, dan
kalimat dalam setiap bait dan baris dalam pantun pernikahan masyarakat
Sungai Paduan Kecamatan Teluk Batang Kabupaten Kayong Utara. Kutipan-
kutipan yang diambil berkaitan dengan aspek stilistika yaitu berupa kata-kata,
frasa, dan kalimat yang berkaitan dengan gaya bahasa, diksi dan citraan pada
bagian sub masalah penelitian.
b. Sumber Data
Sumber data merupakan tempat asal data-data yang akan ditulis. Menurut
Nugrahani (2014: 108) sumber data penelitian merupakan bagian yang sangat
penting bagi peneliti, karena ketepatan dalam memilih dan menentukan jenis
sumber data akan menentukan ketepatan, kedalaman, dan kelayakan informasi
yang diperoleh. Sejalan dengan pendapat Siswantoro (2016:72)
mengemukakan bahwa sumber data terkait dengan subjek penelitian dari mana
data diperoleh.
Berdasarkan menurut para ahli di atas dapat dikatakan sumber data dalam
penelitian ini adalah pantun pernikahan masyarakat Sungai Paduan Kecamatan
Teluk Batang Kabupaten Kayong Utara yang merupakan subjek penelitian
dapat berupa bahan pustaka atau orang dari mana data diperoleh yang
berjumlah 90 pantun dan 10 halaman.

4. Teknik dan Alat Pengumpul Data


Teknik dan alat pengumpul data adalah langkah atau tujuan utama dalam sebuah
penelitian. Langkah yang harus dilakukan untuk mendapatkan sebuah data harus
melakukan suatu proses penyidikan, untuk memperlancar proses penelitian teknik
tersebut harus sesuai dengan pencapaian tujuan penelitian.
a. Teknik Pengumpul Data
Penelitian memerlukan teknik pengumpulan data untuk memperlancar proses
penelitian dan teknik tersebut harus sesuai dengan pencapaian tujuan
penelitian. Menurut ( :121) data dalam penelitian kualitatif dapat dikumpulkan
melalui pengamatan, wawancara, dan dokumentasi. Sependapat dengan
Moleong (2020:11) data tersebut mungkin berasal dari naskah wawancara,
catatan lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan
dokumen resmi lainnya dan pada penulisan laporan peneliti menganalisis data
yang sangat kaya tersebut dan sejauh mungkin dalam bentuk aslinya.
Berdasarkan pendapat di atas pada penelitian ini bahwa pengumpulan data di
lapangan dengan memanfaatkan pengamatan bisa efektif, di samping
pengamatan masih ada teknik lainnya yaitu wawancara. Wawancara adalah
salah satu teknik yang cukup baik pula dibahas. Menurut Moleong (2020:186)
menjelaskan bahwa wawancara ialah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang
mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan atas pertanyaan
itu. Khususnya analisis gaya bahasa, diksi, dan citraan. Pengklarifikasian
tersebut dimaksudkan untuk memisahkan bagian-bagian yang termasuk data
yang akan dianalisis, sehingga mempermudah penulis dalam menghubungkan
dengan masalah serta tujuan yang ada dalam penelitian ini.
b. Alat Pengumpul Data
Penelitian kualitatif yang menjadi intrument atau alat pengumpul data dalam
penelitian ini adalah penulis itu sendiri. Menurut Siwantoro (2016:73)
menjelaskan bahwa instrument manusia mampu menangkap makna, interaksi
memuat nilai, lebih-lebih untuk menghadapi nilai lokal yang berbeda.
Sependapat dengan Moleong (2020:9) menjelaskan bahwa dalam penelitian
kualitatif, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain merupakan alat
pengumpul data utama.
Sesuai dengan teknik pengumpulan data yang telah ditetapkan dalam
penelitian kualitatif, maka diperlukan alat pengumpul data yang sesuai dengan
teknik dan jenis data yang hendak diperoleh. Alat pengumpul data yang
digunakan untuk mengumpulkan data penelitian ini adalah observasi langsung
dan bahasa informan. Dengan demikian informan akan lebih mudah dalam
menjawab berbagai pertanyaan peniliti dan merasa lebih akrab dan familier,
dengan kondisi yang demikian, segala data yang dibutuhkan peneliti dapat
lebih mudah untuk diperoleh. Menurut Nugrahani (2014:122) data yang
diperoleh dari observasi langsung berupa perincian atau data deskritif tentang
kegiatan, perilaku, orientasi tindakan orang-orang serta keseluruhan
kemungkinan hubungan bermakna dan interaksi interpersonal dan proses
penataan yang merupakan bagian dari pengalaman manusia yang dapat
diamati.

5. Teknik Analisa Data


Data yang akan dianalisis dalam penelitian ini menggunakan teknik kajian isi.
Data dilakukan dengan cara mengatur urutan data, mengelola data serta
mengorganisasikannya. Menurut Nugrahani (2014:152) catatan informasi yang
dikumpulkan harus segera dibuat catatan lapangannya, agar diperoleh data yang
lengkap dan utuh bagi kepentingan analisis. Sedangkan menurut Hikmat
(2011:37) analisis data dalam metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan berperilaku yang dapat diamati.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, teknik analisis data adalah cara
mengorganisasikan dan mempelajari cara mengelola data dan mengatur urutan
data dengan baik agar hasil yang didapatkan dengan maksimal. Teknik ini
bertujuan mendapatkan deskripsi tentang gaya bahasa yang terdapat dalam pantun
pernikahan pada masyarakat Sungai Paduan Kecamatan Teluk Batang Kabupaten
Kayong Utara khususnya gaya bahasa, diksi dan citraan.
Langkah-langkah yang peneliti gunakan untuk menganalisis data suatu proses
mengatur urutan data penelitian yaitu sebagai berikut.
a. Pengumpul data dalam penelitian pantun pernikahan masyarakat Sungai
Paduan Kecamatan Teluk Batang Kabupaten Kayong Utara.
b. Mencatat bagian-bagian yang berkaitan dengan gaya bahasa yang terdapat
pada pantun pernikahan masyarakat Sungai Paduan Kecamatan Teluk Batang
Kabupaten Kayong Utara.
c. Reduksi data (data reduction) yang sangat penting dalam mereduksi data,
memilih hal-hal yang pokok, dan mengklasifikan sesuai fokus masalah pada
pantun pernikahan masyarakat Sungai Paduan Kecamatan Teluk Batang
Kabupaten Kayong Utara.
d. Penyajian data (data display) sekumpulan informasi tersusun yang
memberikan kesimpulan yang sesuai dengan sub fokus penelitian pada pantun
pernikahan masyarakat Sungai Paduan Kecamatan Teluk Batang Kabupaten
Kayong Utara.
e. Penarikan kesimpulan/verifikasi (conclusion drawing/verification) hasil
analisis data sesuai dengan masalah penelitian, sehingga diperoleh analisis
gaya bahasa pada pantun pernikahan masyarakat Sungai Paduan Kecamatan
Teluk Batang Kabupaten Kayong Utara.

6. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data


Keabsahan data yang dilakukan agar penelitian berupa data yang diperoleh benar-
benar dapat dipertanggung jawabkan, guna menjamin validitas data yang akan
diperoleh dalam penelitian ini, adapun teknik keabsahan data tersebut yaitu
sebagai berikut:
a. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain. Menurut Sugiyono (Rusman, dkk.,2021:66) menjelaskan
dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Sedangkan menurut
Rusman, dkk (2021:66) mengemukakan bahwa peneliti melakukan
pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneiliti
mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilatas data, yaitu mengecek
kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai
sumber data. Denzim (Moleong, 2020:330) membedakan empat macam,
triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan
sumber, metode, penyidik dan teori.
Penelitian ini menggunakan teknik triangulasi teori. Menurut Patton
(Moleong, 2020:331) menjelaskan bahwa terdapat dua strategi yaitu
pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik
pengumpulan data dan pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data
dengan metode yang sama. Sedangkan menurut Lincoln dan Guba (Moleong,
2020:331) berpendapat lain, yaitu triangulasi teori ialah berdasarkan anggapan
bahwa fakta tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu atau
lebih teori.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, bahwa teknik triangulasi teori adalah
teknik pemerikasaan keabsahan data dengan mengkaji pembahasan melalui
beberapa teori atau lebih dari beberapa ahli yang berbeda. Tujuannya adalah
untuk memperoleh pemahaman arti yang memadai dan mencukupi serta
diharapkan mendapatkan data yang absah.
b. Kecukupan Referensi
Kecukupan referensial dilakukan dengan cara membaca dan menelaah
sumber-sumber dan berbagai kajian pustaka yang relevan dengan masalah
penelitian. Kecukupan referensi sangat vital bagi sebuah penelitian untuk
melihat sejauh mana tema yang kita kaji berkembang dan keabsah data hasil
penelitian dapat didukung dengan memperbanyak referensi yang dapat
menguji dan mengoreksi hasil penelitian yang telah dilakukan. Referensi dapat
berasal dari orang lain maupun dari data yang diperoleh selama masa
penelitian seperti video lapangan, rekaman, wawancara, maupun catatan di
lapangan. Tujuannya adalah untuk memperoleh pemahaman terhadap fokus
permasalahan dengan literature serta diharapkan mendapatkan data yang absah
dan dapat dipertanggung jawabkan.

G. Jadwal Penelitian
Penulis menyusun rancangan jadwal kegiatan penelitian ini agar penelitian dapat
dilaksanakan tepat pada waktunya sesuai dengan target penyelesaian, dengan
menyusun laporan sebagai berikut.

ANALISIS GAYA BAHASA YANG TERDAPAT DALAM PANTUN PERNIKAHAN PADA


MASYARAKAT SUNGAI PADUAN KECAMATAN TELUK BATANG KABUPATEN KAYONG
UTARA
(KAJIAN STILISTIKA)

BAGIAN II
GAYA BAHASA PADA PANTUN (KAJIAN STILISTIKA)
A. Sastra
Sastra merupakan bahasa yang diungkapkan oleh para sastrawan untuk
mengungkapkan gagasannya melalui bahasa yang lahir dari perasaan dan
pemikirannya. Sastra merupakan suatu ungkapan dari fakta artistik dan imajinatif
sebagai pemikiran kehidupan manusia dan masyarakat melalui bahasa yang
memiliki efek positif terhadap kehidupan manusia. Seperti yang diungkapkan
Surastina (2018:3) sastra adalah “teks yang mengandung intruksi” atau
“pedoman”. Kata “sastra” biasa digunakan untuk merujuk kepada
“kesusastraan”atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu
yang menjadikan bahasa sebagai media serta alat terungkap gagasan dan perasaan
senimannya dari kata dasar ‘sas’ yang berarti intruksi atau “ajaran” dan “tra” yang
berarti “alat” atau “sarana”. Menurut Zulfianti (Lizawati dan Uli,2018:141)
mengungkapkan bahwa sastra merupakan cerminan nilai-nilai yang secara sadar
digabungkan, diubah, dan diusahakan oleh warga dalam masyarakat.
Sastra sangat kaya akan makna-makna yang tergantung di dalamnya. Makna di
dalam sebuah karya sastra tidak serta merta dapat diketahui begitu saja. Makna
dalam sebuah karya sastra memerlukan pengkajian lebih mendalam dengan cara
membaca dan menganalisis karya sastra tersebut oleh pembaca. Sastra sebagai
ungkapan pribadi manusia yang bersifat imajinatif yang berfungsi untuk
memperjelas, memperdalam, dan memperkaya penghayatan yang lebih baik,
sehingga manusia dapat bersikap untuk menciptakan kehidupan yang sejahtera
dengan demikian, sastra adalah suatu bentuk pekerjaan seni kreatif yang objeknya
manusia dan permasalahan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai
media.
Menurut Ahyar (2019:18) secara sederhana kata sastra mengacu kepada dua
pengertian, yaitu sebagai karya sastra dan sebagai ilmu sastra, yang merupakan
salah satu cabang ilmu pengetahuan. Ketika digunakan dalam kerangka karya
sastra, sastra merupakan hasil karya seni yang diciptakan pengarang atau pun
kelompok masyarakat tertentu bermediakan bahasa. Sebagai karya seni yang
bermediakan bahasa, karya sastra dipandang sebagai karya imajinatif. Sejalan
dengan pendapat di atas menurut Damono (Suaka, 2014:16) menegaskan bahwa
“sastra tidak begitu saja jatuh dari langit”. Pernyataan tersebut mengandung
maksud bahwa, sastra diolah melalui proses yang panjang seorang pengarang.
Sebagai hasil permenungan pengarang, yang ada hakikatnya merupakan
tanggapan atau respons pengarang terhadap situasi dan kondisi sosial budaya
sekelilingnya.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa sastra adalah suatu
kegiatan ilmu pengetahuan yang berdasarkan ungkapan pribadi manusia dalam
karya seni, sastra dapat diartikan sebagai alat pengajaran, memberi petunjuk
ataupun intruksi. Sastra juga dianggap sebagai karya yang imajinatif, fiktif dan
inovatif yang disampaikan oleh pengarangnya yang berisi tentang apa saja yang
dialami, yang didasari oleh pemikiran seseorang atau manusia.

B. Karya Sastra
Memandang karya sastra sebagai penggambaran dunia dan kehidupan manusia,
kriteria utama yang kenakan pada karya sastra adalah kebenaran tentang suatu
penggambaran atau yang hendak digambarkan. Dengan demikian, sebuah karya
sastra tidak pernah berangkat dari kekosongan sosial. Artinya karya sastra lama
adalah karya sastra yang lahir pada masyarakat lama, yaitu suatu masyarakat yang
memegang adat istiadat yang berlaku di daerahnya biasanya bersifat moral,
pendidikan, nasihat, adat istiadat, serta ajaran-ajaran agama. Baik sastra lama
maupun sastra baru memiliki ciri-ciri tersendiri.
Menurut Astika dan Yasa (2014:1) menjelaskan bahwa karya sastra adalah
ungkapan pikiran dan perasaan seseorang pengarang dalam usahanya untuk
menghayati kejadian-kejadian yang ada disekitarnya, bak yang dialaminya
maupun yang terjadi pada orang lain pada kelompok masyarakat. Sedangkan
menurut Ratna (2011:125) menjelaskan bahwa karya sastra adalah refleksi,
rekonstruksi, bahkan ‘tiruan’ hasil kebudayaan pada masa tertentu. Karya sastra
dengan cara lain untuk memenuhi kebutuhan manusia, baik emosional maupun
intelektual, cara-cara yang tidak bisa dilakukan oleh ilmu pengetahuan lain.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa karya sastra adalah
sebuah struktur yang kompleks yang diciptakan manusia dan berisikan dengan
objek manusia dan fakta dari kehidupan manusia. Karena karya sastra diciptakan
oleh manusia sendiri dan di baca atau di paparkan untuk manusia.

C. Sastra Lisan
Sastra yang terdapat pada masyarakat suku bangsa di Indonesia telah lama ada,
bahkan setelah tradisi tulis berkembang, sastra lisan masih kita jumpai. Baik dari
segi kualitas maupun dari segi kuantitas sastra lisan di Indonesia luar biasa
kayanya dan luar biasa ragamnya. Melalui sastra lisan, masyarakat dengan
kreativitas yang tinggi menyatakan diri dengan menggunakan bahasa yang
astistik. Bahkan pada saat sekarang pun, kita masih menjumpai kehidupan sastra
lisan terutama yang digelarnya dalam upacara-upacara adat.
1. Pengertian Sastra Lisan
Sastra lisan merupakan hasil budaya dari manusia pra modern. Karya-karya
mereka telah digunakan sebagaimana fungsinya pada masa itu. Disetiap
daerah masing-masing di Indonesia pasti mempunyai karya sastra lisan
sebagai khazanah budaya. Bahkan sastra lisan merupakan warisan dari leluhur
terdahulu. Sehingga, pemerintah daerah dituntut untuk peduli terhadap karya
sastra daerah masing-masing agar tetap terjaga keberadaannya di era modern.

Sastra lisan merupakan sastra daerah yang tentunya menggunakan bahasa


daerah. Maka dari itu, sastra lisan merupakan bahasa rakyat yang mempunyai
logat atau dialek kedaerahan, bahasa rahasia, sindiran serta ungkapan
tradisional seperti cerita rakyat, nyanyian daerah. Syair, mantra, dan pantun.

Sastra lisan yang terdapat pada masyarakat suku bangsa di Indonesia telah
lama ada, bahkan setelah tradisi tulis berkembang, sastra lisan masih kita
jumpai, baik dari segi kualitas maupun dari segi kuantitas sastra lisan di
Indonesia luar biasa kayanya dan luas biasa ragamnya. Kata “lisan” berarti
dituturkan dengan kata-kata, disampaikan melalui mulut, dikatakan, verbal.
Menurut Hutomo (Emzir dan Rohman, 2016: 227) menyatakan bahwa sastra
lisan mengandung kekayaan nilai-nilai budaya yang merupakan bagian dari
kreativitas sastra. Sastra lisan merupakan terjamahan dari bahasa inggris “oral
literature” yang bermakna kesusastraan yang mencakup ekspresi kesastraan
warga suatu kebudayaan yang penyampaiannya dan penyebarannya
disebarkan dan diinstrumenkan secara lisan (dari mulut ke mulut). Sependapat
dengan di atas menurut Astika dan Yasa (2014:2) menjelaskan bahwa sastra
lisan ialah kesusastraan yang mencakup ekspresi kesusastraan warga suatu
kebudayaan yang disebarkan dan diturun-temurunkan sastra lisan (dari mulut
ke mulut). Sebagai bagian dari kebudayaan sastra lisan tidak lepas dari
pengaruh nilai-nilai yang hidup dan berkembang pada masyarakat.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sastra lisan
adalah semua bentuk ungkapan perasaan dalam bentuk lisan yang mencakup
ekspresi kesusastraan dengan kandungan unsur-unsur estetis dan disebarkan
dengan cara turun-temurun.
2. Ciri-Ciri Sastra Lisan
Sastra lisan merupakan sastra yang tumbuh dan berkembang di daerah,
sehingga tidak jarang pula sastra lisan bisa disebut sastra daerah yang tercipta
pada masa terdahulu. Sastra lisan tercipta pada masyarakat yang belum
mengenal bahasa tulis, masyarakat tradisional yang belum terpengaruh oleh
arus modernisasi. Sehingga, ungkapan dari perasaan masyarakat yang bernilai
estetis hanya keluar dengan bahasa lisan dan diwariskan secara turun-temurun
kepada anak cucu, maka dari itu hingga saat ini dikenal dengan nama sastra
lisan. Sastra lisan memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan sastra lainnya.
Menurut Astika dan Yasa (2014:4) ciri-ciri umum sastra lisan terbagi menjadi
delapan, yaitu dapat dipaparkan sebagai berikut.
a. Cara penyampaian atau penyebarannya, sastra lisan disampaikan dengan
cara yang berbeda dengan sastra tulis.
b. Bersifat kolektif, artinya sastra lisan menjadi milik bersama suatu
masyarakat bukan individu atau perorangan yang menggambarkan
pemikiran atau budaya masyarakatnya.
c. Yaitu anonim, karena bersifat kolektif siapa pencipta sastra lisan tidak
dapat diketahui lagi.
d. Bersifat tradisional
e. Yaitu memiliki berbagai versi. Hal ini disebabkan oleh penyebarannya,
oleh karena dituturkan secara turun-temurun perbedaan atau variasi dalam
sastra lisan sangat mungkin terjadi.
f. Memiliki kegunaan atau fungsu tertentu dalam masyarakat.
g. Memiliki bentuk, pola, dan formula yang tertentu.
h. Yaitu memiliki sifat-sifat sastra yang bermediumkan bahasa, fiksi atau
tidak nyata (khayalan), imajinatif bahasa yang indah (puitis), fungsi estetis,
dan berguna.
Dalam bagian ini, pendapat Juwati (2018:12) ciri umum dari satra lisan yang
tersebar di dalam masyarakat, yakni banyak mengungkapkan kata-kata atau
ungkapan-ungkapan klise dan sering bersifat menggurui, ciri-ciri sastra lisan
di antaranya.
a. Lahir dari masyarakat yang polos, belum melek huruf dan bersifat
tradisional
b. Menggambarkan budaya milik kolektif tertentu yang tidak jelas siapa
penciptanya
c. Lebih menekankan aspek khayalan, ada sindiran, jenaka dan pesan
mendidik
d. Sering melukiskan tradisi kolektif tertentu.
Dari ciri-ciri sastra lisan yang disampaikan, dapat disimpulkan bahwa sastra
lisan di sebarkan secara lisan atau dari mulut ke mulut, perkembangannya
berkemungkinan status di Indonesia secara umum dan dinamis pada daerah
tertentu serta sesuai dengan kesadaran daerah tersebut, diwariskan secara turun
temurun, pengarangnya tidak diketahui atau anonim namun ada karya yang
jelas pengarangnya dan menggunakan bahasa daerah.

D. Hakikat Pantun
1. Pengertian Pantun
Salah satu karya sastra yang cukup kita kenal adalah pantun. Salah satu puisi
tradisional melayu pada ketika dahulu ialah pantun. Pantun telah digunakan
oleh masyarakat tradisional ketika mereka berinteraksi antara satu sama lain,
pantun dilahirkan dengan mewujudkan sesuatu maksud tertentu dan juga
bertujuan memperindah lagi sesuatu ucapan keindahan kata dalam khazanah
bahasa melayu memperlihat daya pemikiran dan falsafah masyarakat melayu
tradisional yang tinggi. Sejajar dengan ini, pantun sangat sesuai dengan jiwa
orang melayu karena secara tidak langsung penggunaan pantun ini dapat
menunjukkan kepribadian orang melayu yang mempunyai kesenian serta
kebudayaan sendiri. Menurut Surastina (2018:13) menjelaskan bahwa pantun
merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dan dikenal sebagai
bahasa-bahasa nusantara, pantun terdiri atas empat lirik. Empat lirik dalam hal
ini berarti empat baris dan jika dituliskan pantun akan bersajak dengan pola a-
b-a-b. Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian, yaitu sampiran dan isi.
Sampiran adalah dua baris pertama yang kerap kali berkaitan dengan alam
“mencirikan budaya agararis masyarakat pendukungnya” biasanya sampiran
tidak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud
selain untuk mengantarkan rima atau sajak. Dua baris terakhir merupakan isi
yang merupakan tujuan dari pantun tersebut. Dari pendapat tersebut pantun
merupakan karya sastra lisan yang berkembang dikalangan masyarakat lama.
Bahkan saat ini pantun masih tetap diakui keberadaannya, hal ini dikarenakan
masih ada daerah tertentu yang masih mempertahankan budaya berpantun,
sehingga berpartipasi menjaga khazanah kesustraan di Indonesia, yang
penyebarannya melalui mulut ke mulut.
Hakikatnya, pantun merupakan jenis puisi lama, selain gurindam, seloka, dan
talibun yang bersajak a-b-a-b, terdapat empat lirik pertama dan kedua
merupakan sampiran dan lirik kedua dan keempat merupakan isi. Menurut
Yuniarti, dkk (2020:29) menyatakan bahwa puisi merupakan bentuk karya
sastra yang mengungkapkan pikiran secara imajinatif. Puisi dibedakan
menjadi dua yaitu puisi lama dan puisi baru. Puisi lama adalah puisi yang
terikat oleh aturan-aturan, salah satunya pantun. Sedangkan puisi baru adalah
puisi yang isinya lebih bebas dari pada puisi lama, baik dalam segi jumlah
baris, suku kata, maupun rima. Tradisi berpantun merupakan bahasa lisan
yang dipakai oleh masyarakat melayu dalam kehidupan sehari-hari untuk
berkomunikasi satu sama lain. Selanjutnya menurut Masruchin (2017:49)
menjelaskan bahwa pantun termasuk karya sastra lama yang cukup populer di
masyarakat Indonesia. Selain indah dalam kesesuaian bunyi rima, pantun juga
mengandung pesan dan gagasan di akhir barisnya, tak jarang pantun menjadi
salah satu media komunikasi lisan maupun tulisan. Bahkan, komedian sering
menggunakan pantun sebagai pemantik gelak tawa untuk para penontonya.
Dari pendapat ini, dapat dikemukakan bahwa pantun sering digunakan oleh
masyarakat untuk satu diantara rangkaian perayaan pernikahan. Maka dari itu,
karena lingkupnya untuk menyatukan dua insan menjadi satu keluarga, maka
pemantun memilih kata-kata percintaan. Menurut Uli, dkk. (Yuniarti,dkk
2020:30) mengungkapkan bahwa pantun mengandung gaya bahasa yang
berfungsi memperindah bunyi, menghidupkan atau memperjelas gambaran
mengenai suatu hal atau perasaan, membangkitkan suasana dan kesan tertentu,
serta menjelaskan makna.
Beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pantun merupakan
ungkapan dengan kualitas keterampilan serta kecerdasan penggunaan bahasa
yang disampaikan dengan kata-kata yang tersusun baik bersajak a-b-a-b dalam
empat baris. Kekhasan kata-kata dalam pantun ditunjukan melalui penggunaan
pilihan kata-katanya, ungkapan pengarang, serta kemerduan bunyinya karena
pilihan bunyi akhir yang teratur. Selain digunakan dalan pernikahan, pantun
juga beraneka ragam jenis.
2. Syarat-Syarat Pantun
Suatu karya sastra yang diungkapkan akan dapat dikatakan sebagai sebuah
pantun jika memenuhi syarat-syarat tertentu. Jika tidak memenuhi ketentuan
yang terlah ditetapkan sesuai dengan konvensi, maka itu hanya sekedar
ungkapan, tetapi tidak bisa ditetapkan sebagai sebuah pantun.
Beberapa para ahli mengemukakan syarat-syarat yang harus dipenuhi sebuah
pantun.
Menurut Endraswara (2021:35) memaparkan beberapa syarat pantun, yaitu
sebagai berikut.
a. Tiap bait terdiri dari empat baris
b. Tiap baris terdiri dari empat atau lima kata atau terdiri dari delapan atau
sepuluh suku kata
c. Sajaknya bersilih dua-dua (a-b-a-b) dapat juga bersajak (a-a-a-a)
d. Sajaknya dapat berupa sajak paruh atau sajak penuh
e. Dua baris pertama tanpa isi disebut sampiran, dua baris terakhir
merupakan isi dari pantun itu.
Pendapat serupa juga didukung oleh beberapa ahli lainnya, Sugiarto (2016:10)
mengemukakan beberapa syarat sebuah pantun yang terurai sebagai berikut.
a. Setiap untai (bait) terdiri atas empat larik (baris)
b. Banyaknya suku kata tiap larik sama atau hampir sama (biasanya terdiri
atas 8-12 suku kata)
c. Pola sajak akhirnya adalah a-b-a-b
d. Larik pertama dan kedua disebut sampiran, sedangkan larik ketiga dan
keempat disebut isi pantun (makna, tujuan, dan tema pantun). Larik
sampiran ini mengandung tenaga pengimbau bagi pendengar atau pembaca
untuk segera mendengar atau membaca larik ketiga dan keempat.
Masruchin (2017:50) mengemukakan pendapat bahwa pantun adalah bentuk
puisi Indonesia (Melayu) yang setiap baitnya (kuplet) biasanya terdiri atas
empat baris yang bersajak a-b-a-b, tiap larik biasanya terdiri atas empat kata,
baris pertama dan baris kedua biasanya untuk tumpuan (sampiran) saja dan
baris ketiga dan keempat merupakan isi. contoh pantun “ air dalam bertambah
dalam, hujan di hulu belum lagi teduh, hati dendam bertambah dendam,
dendam dahulu belum lagi sembuh”.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pantun
mempunyai syarat-syarat tertentu dalam perciptaan dan pengakuan bahwa
karya itu adalah sebuah pantun. Syarat-syarat terdiri dari pantun hanya
mempunyai empat baris, suku kata pada tiap baris pantun hanya berjumlah
delapan hingga dua belas saja, pantun hanya terdiri dari dua bagian yaitu
bagian baris ketiga dan keempat disebut sebagai isi atau maksud dari pantun
tersebut.
3. Jenis-Jenis Pantun
1) Pengertian Puisi Lama
Menurut Ahyar (2019:35) puisi lama merupakan puisi yang masih terikat
oleh aturan-aturan. Aturan puisi lama seperti jumlah baris yang terdapat
dalam 1 bait, persajakan atau rima, banyak suku kata pada tiap baris, dan
irama. (.....................)
2) Jenis Puisi Lama
a. Mantra
Menurut Ahyar (2019:35) mengemukakan bahwa mantra merupakan
sebuah ucapan-ucapan yang masih dianggap memiliki sebuah kekuatan
gaib. Sejalan dengan pendapat Masruchin (2017:104) menjelaskan bahwa
mantra merupakan karya sastra yang mengandung hikmah dan kekuatan
gaib. Mantra dianggap dapat menyembuhkan atau mendatangkan celaka.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa mantra
adalah sebuah ucapan-ucapan yang mengandung hikmah dan kekuatan
gaib. Mantra dipercaya dalam masyarakat dapat menyembuhkan penyakit
ataupun mendatangkan celaka.
b. Pantun
Menurut Ahyar (2019: 35) pantun merupakan salah satu puisi lama yang
mempunyai ciri bersajak a-b-a-b, tiap baris terdiri atas 8 hingga 12 suku
kata, 2 baris pada awal pantun disebut sampiran, 2 baris berikutnya disebut
sebagai isi, tiap bait 4 baris. Sejalan dengan pendapat Masruchin (2017:49)
pantun merupakan karya sastra yang terdiri dari empat baris yang bersajak
berselisih dua dua dan a-b-a-b, kadang pantun terdiri atas enam enam,
delapan, bahkan dua belas baris.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pantun
merupakan karya sastra puisi lama yang terdiri dari empat baris, terdiri
dari 8 sampai 12 suku kata, bersajak a-b-a-b dan pantun di awali dua baris
sebagai sampiran dan dua baris berikutnya sebagai isi.
c. Karmina
Menurut Ahyar (2019: 35) karmina merupakan salah satu jenis pantun
yang kilat seperti sebuah pantun tetapi sangat pendek. Sejalan dengan
pendapat Masruchin (2017:107) mengemukakan bahwa karmina sering
disebut pantun kilat dengan sebutan dua seuntai.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa karmina
adalah pantun yang sangat pendek dan biasanya disebut pantun kilat.
Karmina merupakan jenis pantun dengan sebutan dua seuntai.
d. Seloka
Menurut Ahyar (2019:35) seloka adalah pantun yang berkait. Sedangkan
menurut Masruchin (2017:110) menjelaskan bahwa seloka merupakan
puisi melayu umumnya bernada pepatah dan perumpamaan yang
mengandung senda gurau, sindiran bukan ejekan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa seloka
adalah pantun yang terikat pada peraturan. Seloka yang berupa pepatah
dapat mengandung senda gurau, sindiran bukan ejekan.
e. Gurindam
Menurut Ahyar (2019:35) gurindam adalah puisi yang terdiri dari tiap bait
2 baris, bersajak a-a-a-a dan biasanya berisi nasihat. Sedangkan menurut
Masruchin (2017: 112) mendefinisikan gurindam merupakan karya sastra
lama yang berbentuk puisi yang terdiri dari dua baris kalimat memiliki
rima atau sajak yang sama.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa gurindam
merupakan puisi lama yang berupa nasihat. Gurindam terdiri dari dua
baris, memiliki rima atau sajak yang sama yaitu bersajak a-a-a-a.
f. Syair
Menurut Ahyar (2019:36) syair merupakan puisi yang bersumber dari
negara Arab dan dengan ciri pada tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a,
biasanya berisi nasihat atau sebuah cerita. Sedangkan menurut Masruchin
(2017: 116) menjelaskan bahwa syair mengulas cerita, nasihat, agama,
cinta dan lain-lain.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa syair
adalah puisi yang berisi nasihat, sebuah cerita, agama, cinta dan lain-lain.
Syair terdiri dari empat baris dan bersajak a-a-a-a.
g. Talibun
Menurut Ahyar (2019:36) talibun adalah pantun genap yang tiap bait
terdiri dari bilangan genap seperti 6,8 ataupun 10 baris. Sedangkan
menurut Masruchin (2017:118) mengemukakan bahwa talibun merupakan
jenis karya sastra yang menyerupai pantun. Jika pantun setiap bait terdiri
dari empat larik, talibun satu bait terdiri atas enam larik atau lebih.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa talibun
adalah jenis karya sastra puisi lama yang mirip dengan pantun. Talibun
merupakan pantun genap, jika pantun dalam satu bait terdiri dari empat
larik, talibun dalam satu bait terdiri dari enam, delapan atau sepuluh baris.

Jenis-jenis Pantun
E. Kajian Stilistika
1. Pengertian Stilistika
Kajian dalam rancangan penelitian ini menggunakan kajian stilistika. Stilistika
atau stylistic dapat diterjemahkan sebagai ilmu tentang gaya. Seacara
etimologis, stylistic berhubungan dengan style yaitu gaya. Dengan demikian
stilistika adalah ilmu pemanfaatan bahasa dalam karya sastra. Penggunaan
gaya bahasa secara khusus dalam karya sastra. Gaya bahasa yang dituliskan
oleh pengarang dalam mengungkapkan perasaan atau idenya ke dalam karya
sastra. Menurut Pradopo (2020:2) menjelaskan bahwa stilistika adalah ilmu
yang menyelidiki bahasa yang dipergunakan dalam karya sastra, ilmu
interdisiplin antara linguistik dan kesusastraan serta penerangan linguistik
pada gaya bahasa.
Menurut Nurgiyantoro (2017:74) mengemukakan bahwa stilistika berkaitan
erat dengan stile. Bidang gerapan stilistika adalah stile, bahasa yang dipakai
dalam konteks tertentu. Jika style di Indonesia dengan diadaptasikan menjadi
stile atau gaya bahasa, istilah stylistic juga dapat diperlakukan sama, yaitu
adaptasi menjadi stilistika. Selanjutnya menurut Kridalaksana (Pradopo,
2020:2) mengemukakan bahwa stilistika itu pengetahuan tentang kata berjiwa.
Kata berjiwa itu adalah yang dipergunakan dalam cipta sastra yang
mengandung perasaan pengarangnya. Sejalan dengan
F. Hakikat Gaya Bahasa
G. Diksi
H. Citraan
I. Penelitian Relevan

Anda mungkin juga menyukai