Emilia Contessa1)
Rita Nilawijaya2)
1) 2)
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Baturaja
1)
emiliacontessa84@gmail.com
2)
nilawijaya.rita@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi, karena pentingnya pantun bagi kehidupan manusia karena mengandung
berbagai nilai kehidupan dan pentingnya sastra daerah sebagai salah satu keanekaragaman sastra
nusantara dan memiliki karakteristik serta makna dan tujuan tertentu. Rumusan masalah penelitian ini
adalah bagaimanakah bentuk dan makna pantun muda-mudi bahasa Daya dialek Gedung Wani
Kecamatan Runjung Agung Kabupaten OKU Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan
mendeskripsikan bentuk dan makna pantun muda-mudi daerah Daya dialek Gedung Wani Kecamatan
Runjung Agung OKU Selatan. Pendekatan yang digunakan pendekatan struktural dan pendekatan
semiotik. Metode yang digunakan metode penelitian deskriptif. Teknik yang digunakan adalah,
wawancara, dan perekaman. Hasil penelitian ini terdapat beberapa jenis pantun, Berdasarkan bentuknya
pantun terdiri dari pantun kilat, pantun biasa dan pantun talibun, sedangkan berdasarkan isi atau
maknanya yaitu pantun jenaka.
Abstract
This research is motivated because of the importance of poetry for human life because it contains various
values of life and the importance of regional literature as one of the diversity of the archipelago literature
and has specific characteristics and meanings and purposes. The formulation of the problem of this
research is how the form and meaning of the rhymes of the Daya dialect of Gedung Wani, Runjung Agung
District, OKU Selatan Regency. This study aims to analyze and describe the shape and meaning of the
rhymes of the Daya dialect of Gedung Wani, Runjung Agung Subdistrict, OKU Selatan. The approach
used is a structural approach and a semiotic approach. The method used is descriptive research method.
The techniques used are interviews and recording. The results of this study there are several types of
rhymes. Based on their form, rhymes consist of rhymes of lightning, rhymes of ordinary ropes, and ropes
of ropes, while based on the content or meaning of rhymes.
kebudayaan asli Indonesia yang setiap hal yang sedang terjadi, nyata ada dalam
baitnya terdiri atas 4 baris, tiap bait terdiri lingkungan masyarakat” (Slamet, 2006:
atas 8 sampiran 12 suku kata, bersajak a-b- 26). Melalui jenis penelitian ini, penulis
a-b, dan kedua baris pertama sampiran menemukan bentuk dan makna pantun
baris kedua adalah isi atau makna. muda-mudi dalam bahasa Daya dialek
Bahasa Daya dialek Gedung Wani, Gedung Wani Kecamatan Runjung Agung
selain dipakai sebagai bahasa ibu, juga OKU Selatan, selanjutnya di tarik
dipakai sebagai alat untuk menutur sastra kesimpulan sesuai dengan tujuan penelitian.
lisan, termasuk pantun pantun muda-mudi
masyarakat Daya dan sekitarnya. Sumber Data
Akan tetapi sangat di sayangkan, Sumber data adalah orang atau
pemakai pantun rakyat, khususnya pantun informan yang dijadikan sebagai pemberi
muda-mudi bahasa Daya dialek Gedung atau sumber dalam memberikan informasi
Wani semakin berkurang karena jumlah (Anwar, 2010: 228). Sumber data dalam
penutur asli yang dipengaruhi oleh berbagai penelitian ini adalah muda-mudi penutur
faktor, yaitu karena banyaknya masyarakat asli bahasa Daya Desa Gedung Wani. Para
yang pergi merantau, banyaknya informan adalah mereka yang berumur 15
perkawinan campuran antar daerah, dan sampai 22 tahun, sehat jasmani, tidak
pengaruh bahasa Indonesia yang sangat memiliki kelainan dalam pengucapan dan
kuat, terutama terhadap generasi muda. belum di pengaruhi bahasa lain.
Pantun sebagai salah satu bagian
dari kesustraan Indonesia memiliki Pendekatan
karakteristik serta tujuan tujuan tertentu. Dalam penelitian ini peneliti
Begitupun dengan pantun yang digunakan menggunakan pendekatan struktural dan
dikalangan muda mudi Gedung Wani. Oleh pendekatan semiotik. “Pendekatan
karena itu penulis tertarik menetapkan stuktural adalah pendekatan dalam
pantun muda mudi daerah Daya Daya penelitian sastra yang memusatkan
dialek Gedung Wani sebagai objek kajian perhatiannya pada otonomi sebagai karya
penelitian. fiksi” (Pradopo, 2001: 62). Dengan
Berdasarkan latar belakang pendekatan struktural ini, penulis
penelitian ini, maka masalah yang diangkat mengidentifikasi, mengkaji, dan
dalam penelitian ini adalah bagaimakah mendeskripsikan bentuk dan makna pantun
bentuk dan makna pantun muda-mudi Daya muda-mudi dalam bahasa Daya dialek
dialek Gedung Wani Kecamatan Runjung Gedung Wani Kecamatan Runjung Agung
Agung OKU Selatan. OKU Selatan, sedangkan pendekatan
Tujuan penelitian ini adalah untuk semiotik adalah pendekatan yang
menganalisis dan mendeskripsikan bentuk memandang karya sastra sebagai sistem
dan makna pantun muda-mudi daerah Daya tanda ( Nyoman, 2011: 52). Dengan
dialek Gedung Wani Kecamatan Runjung pendekatan ini maka penulis akan
Agung OKU Selatan mengidentifikasi tanda – tanda yang
Selanjutnya, manfaat penelitian terdapat pada pantun muda – mudi.
inibagi masyarakat diharapkan dapat
melestarikan pantun muda-mudi sebagai Hasil dan Pembahasan
salah satu asset kepribadian bangsa Dari hasil penelitian yang penulis
Indonesia khususnya masyarakat Gedung lakukan berdasarkan hasil wawancara
Wani Kecamatan Runjung Agung Oku dengan informan yang terdiri dari 2 orang
Selatan. sebagai informan dan muda dan mudi inti
maka terkumpul tujuh pantun muda-mudi.
Metode Penelitian Pantun muda mudi yang akan dianalisis
Dalam penelitian ini akan yaitu pantun jenaka, pantun kilat atau
digunakan metode penelitian deskriptif. karmina, dan pantun talibun.
“Metode deskriptif adalah metode yang
digunakan untuk meneliti di lapangan, hal-
3. Pantun Talibun
Sumber data Hastra
Amon sanak lapah mit lepau Kalau anak pergi ke lepau
Hiju beli sanak beli Hiyu beli belanak beli
Iwa tijang beli dulu Ikan panjang beli dahulu
Amon sanak lapah merantau Kalau anak pergi merantau
Umak nypok saudara lagi Ibu cari saudara cari
Umak semang nypok Induk semang cari dahulu
empat kata yaitu kata si, jibun, ngemaling, menceritakan seorang anak yang hidungnya
keqak. Baris ini menjelaskan orang yang hitam akibat mencuri kerak.
mencuri kerak adalah si jibun. Baris Dari analisis di atas dapat
keempat terdiri dari lima kata yaitu kata disimpulkan bahwa pantun jenaka terdiri
halo, iqung, ni, kena, haqong. Baris ini dari satu bait dan terdiri atas empat baris.
menjelaskan bahwa hidung si jibun hitam Fungsi bait yang terdapat dalam pantun ini
karena arang. adalah untuk menyatukan makna sehingga
Dari analisis pantun jenaka di atas menjadi satu makna yang utuh.
dapat disimpulkan bahwa seorang anak
yang bernama si jibun yang berasal dari Analisis Tipografi
seberang menanam batang manggis dan Tipografi adalah cara penulisan pantun
jarak. Hidungnya hitam terkena arang sehingga menampilkan bentuk-bentuk
karena mencuri arang. tertentu yang diamati secara visual. Dari
analisis bait di atas dapat dilihat tipografi
Analisis Baris yang terdapat dalam pantun jenaka yaitu
Berdasarkan Pantun di atas dapat baris satu dan dua berbentuk sigzak yang
dilihat bahwa baris yang terdapat dalam berfungsi sebagai awal atau permulaan
pantun jenaka adalah empat baris. Baris dalam pantun, baris ketiga dan empat
pertama batang manggus batang jarak berbentuk zigzak yang berfungsi sebagai isi
artinya batang manggis batang jarak. Baris dalam pantun.
kedua ditanomi anak sebeqhang artinya
ditanam anak seberang. Baris ketiga si jibun Analisis Isi Pantun
ngemaling keqak artinya si jibun mencuri Analisis Berdasarkan Pembacaan
kerak. Baris keempat halom iqung ni kena Heuristik
haqong artinya hitam hidungnya kena Pantun ini bertujuan untuk
arang. memberitahukan. Pada proses pembacaan
Dari analisis baris di atas dapat heuristik makna kebahasaannya dapat
disimpulkan bahwa baris yang terdapat dipahami sebagai berikut. Kalimat batang
dalam pantun memiliki pertalian makna (batang) manggus (manggis) batang
yang erat dari baris pertama sampai baris (batang) jarak (jarak) artinya batang
terahir, dimana baris pertama dan kedua manggis batang jarak. Baris ini terdiri dari
disebut sampiran, sedangkan baris ketiga empat kata batang, manggus, batang,
dan keempat disebut isi. Jadi, dengan jarak. Kata batang berarti “batang”, kata
demikian pantun tidak dapat dipisahkan manggus berarti “manggis”, kata batang
antara baris satu dengan yang lainnya, berarti “batang”, kata jarak berarti “jarak”.
karena apabila dipisahkan pesan yang ingin Jika baris ini digabungkan menjadi sebuah
disampaikan tidak akan jelas. arti “batang manggis batang jarak”.
Kalimat ditanomi (ditanam), anak (anak),
Analisis Bait sebeqhang (seberang) artinya ditanam anak
Bait adalah satuan terbesar dari seberang. Baris ini terdiri dari tiga
larik. Berdasarkan pantun di atas dapat ditanomi, anak, sebeqhang. Kata ditanomi
dilihat bahwa pantun jenaka terdiri dari satu berarti “ditanam”, anak berarti “anak”,
bait yaitu. sebeqhang berarti “seberang”. Jika baris
digabungkan menjadi sebuah arti “ditanam
Batang manggis batang jarak anak seberang”. Kalimat si (si), jibun
Ditanomi anak sebeqhang (jibun), ngemaling (mencuri), keqak
Si jibun ngemaling keqak (kerak). Baris ini terdiri dari empat kata si
Halom iqung ni kena haqong berarti “si”, jibun berarti “jibun”,
ngemaling berarti “mencuri”, keqak berarti
Pantun jenaka ini yang berarti “kerak”. Kalau baris ini digabungkan
batang manggis batang jarak, ditanam menjadi satu maka berarti “si jibun
anak seberang, si jibun mencuri kerak, mencuri kerak”. Dan kalimat halom
hitam hidungnya kena arang. Pantun ini (hitam), iqungni (hidung), kena (kena),
Tipografi adalah cara penulisan yang semula sayang dan kemudian berubah
pantun sehingga menampilkan bentuk- menjadi benci.
bentuk tertentu yang diamati secara visual.
Dari analisis bait di atas dapat dilihat Tabel 4. Pantun Kilat atau Karmila
tipografi yang terdapat dalam pantun kilat
atau karmina berbentuk segi empat yang Bahasa Daerah Bahasa Indonesia
berfungsi sebagai awal dan isi dari pantun.
Cabut jukuk tik Cabut rumput dengan
bakaknya akarnya
Analisis Isi Pantun
Analisis Berdasarkan Pembacaan Haga disambut lupa Mau disambut lupa
Heuristik glangni namanya
Pantun ini berisi tentang seorang
kekasih yang dulu sayang dan sekarang Analisis Struktur Pantun
membenci. Pada proses pembacaan Analisis Bunyi
heuristik makna kebahasaannya dapat Baris pertama c-a-b-u-t j-u-k-u-k t-
dipahami sebagai berikut. Kalimat pesena i-k b-a-k-a-k-n-y-a merupakan bunyi efoni
(dulu), parang (parang), ganta, (sekarang), yaitu kombinasi bunyi vokal a-u-i. Baris
besi (besi) artinya dulu parang sekarang kedua h-a-g-a d-i-s-a-m-b-u-t l-u-p-a g-l-a-
besi. Kalimat ini terdiri dari empat kata ng-n-i yaitu termasuk pengulangan bunyi
yaitu pesena, parang, ganta, besi. Kata vokal a-i-u dan bunyi sengau ng-n.
pesena berarti “dulu”, parang berarti Berdasarkan analisis di atas dapat
“parang”, ganta berarti “sekarang”, dan disimpulkan bahwa bunyi yang dominan
besi berarti “besi”. Jika kalimat ini dalam pantun kilat atau karmina yaitu efoni.
digabungkan menjadi sebuah arti “dulu Fungsi bunyi efoni adalah untuk
parang sekarang besi”. Kalimat pesena memberikan keindahan dalam melafalkan
(dulu), sayang (sayang), ganta, (sekarang), pantun agar mudah dihapalkan.
benci (benci) artinya dulu sayang sekarang
benci. Kalimat ini terdiri dari empat kata Analisis Kata
pesena, sayang, ganta, benci. Kata pesena Baris pertama yaitu terdiri dari
berarti “dulu”, sayang berarti “sayang”, empat kata yaitu kata cabut, jukuk, tik,
ganta berarti “sekarang”, benci berarti bakaknya. Baris ini berhubungan dengan
“benci”. Jika kalimat digabungkan menjadi pisau yang berubah menjadi besi. Baris
sebuah arti “dulu sayang sekarang benci”. kedua terdiri dari empat kata yaitu kata
Berdasarkan analisis di atas dapat haga, disambut, lupa, glangni. Baris ini
disimpulkan bahwa pantun kilat atau berhubungan dengan seorang kekasih yang
karmina bermakana perasaan seseorang dulu sayang sekarng benci. Dari analisis
yang bisa berubah-ubah dahulu merasa pantun pantun kilat atau karmina tersebut
sayang dan sekarang sudah merasakan dapat disimpulkan bahwa seorang kekasinh
kebencian. yang atas nama pasangannya.
Analisis Berdasarkan Pembacaan Analisis Baris
Hermeneutik Berdasarkan Pantun di atas dapat
Pembacaan hermeneutik pada dilihat bahwa baris yang terdapat dalam
pantun ini dilakukan berdasarkan pada pantun pantun kilat atau karmina adalah
makna kebahasaan yang membangunnya. dua baris. Baris pertama cabut jukuk tik
Berikut ini adalah proses pembacaan bakaknya arinya cabut rumput dengan
hermeneutik pada pantun yang berfungsi akarny. Baris kedua haga disambut lupa
sebagai pantun kilat atau karmina. Baris glangni artinya mau disambut lupa
pertama pesena parang ganta besi artinya namanya Dari analisis baris di atas
dulu parang sekarang besi. Baris kedua dapat disimpulkan bahwa baris yang
pesena sayang ganta benci artinya dulu terdapat dalam pantun terdiri dari dua baris
sayang sekarang benci. Dari analisis yang berkaitan antara baris satu dengan
tersebut dapat disimpulkan bahwa perasaan
ngaku kurus padahal badannya penuh oleh kebahasaannya dapat dipahami sebagai
lemak. Dari analisis pantun pantun kilat berikut.
atau karmina tersebut dapat disimpulkan Kalimat kayu (kayu), gulus (lurus),
bahwa seorang yang mengaku kurus lom (dalam), semak (semak) artinya cabut
padahal gemuk dan badannya penuh oleh rambut dengan akarnya. Kalimat ini terdiri
lemak. dari empat kata yaitu kayu, gulus, lom,
semak. Kata kayu berarti “kayu”, kata gulus
Analisis Baris berarti “lurus”, kata lom berarti “dalam”,
Berdasarkan Pantun di atas dapat dan kata semak berarti “semak”. Jika
dilihat bahwa baris yang terdapat dalam kalimat ini digabungkan menjadi sebuah
pantun pantun kilat atau karmina adalah arti “cabut rambut dengan akarnya”.
dua baris. Baris pertama kayu gulus lom Kalimat haga (mengaku), disambut (kurus),
semak artinya kayu lurus dalam semak. lupa (banyak), glangni (lemak) artinya
Baris kedua ngaku kurus lok lemak artinya mengaku kurus banyak lemak. Kalimat ini
mengaku kurus banyak lemak. terdiri dari empat kata haga, disambut,
Dari analisis baris di atas dapat lupa, glangni. Kata haga berarti
disimpulkan bahwa baris yang terdapat “mengaku”, kata disambut berarti “kurus”,
dalam pantun terdiri dari dua baris yang kata lupa berarti “banyak”, kata glangni
berkaitan antara baris satu dengan yang berarti “lemak”. Jika kalimat digabungkan
lain. Baris pertama disebut sampiran, menjadi sebuah arti “mau disambut lupa
sedangkan baris kedua disebut isi. namanya”.
Berdasarkan analisis di atas dapat
Analisis Bait disimpulkan bahwa pantun kilat atau
Berdasarkan pantun di atas dapat karmina bermakana seseorang yang
dilihat bahwa pantun kilat atau karmina berpura-pura kurus tetapi badanya gemuk
terdiri dari satu bait yaitu. dan penuh oleh lemak.
Pantun ini bermakna tentang kepergian “ikan panjang beli dahulu”. Baris keempat
seorang anak. amon (kalau), sanak (anak), lapah (pergi),
Dari analisis di atas dapat merantau (merantau) artinya kalau anak
disimpulkan bahwa pantun talibun memiliki pergi merantau. Baris ini terdiri dari empat
satu bait yang terdiri dari enam baris. kata yaitu kata amon, sanak, lapah,
Fungsi bait yang terdapat dalam pantun ini merantau. Kata amon berarti “kalau”, sanak
adalah untuk menyatukan makna sehingga berarti “anak”,lapah berarti pergi”,
menjadi satu makna yang utuh. merantau berarti “merantau”. Baris ini jika
digabungkan mejadi satu makna berarti
Analisis Tipografi “kalau anak pergi merantau”. Baris kelima
Tipografi adalah cara penulisan umak (ibu), nypok (cari), saudara (saudara),
pantun sehingga menampilkan bentuk- lagi (cari) artinya ibu cari saudara cari.
bentuk tertentu yang diamati secara visual. Baris ini terdiri dari empat kata yaitu kata
Dari analisis bait di atas dapat dilihat umak, nypok, saudara, lagi. Kata umak
tipografi yang terdapat dalam pantun berarti “ibu”, nypok berarti “cari”, saudara
talibun yaitu baris satu, dua, dan tiga berarti “saudara”, lagi berarti “cari”. Jika
berbentuk zigzak yang berfungsi sebagai baris ini digabungkan menjadi satu maka
awal atau permulaan dalam pantun, baris berarti ibu cari saudara cari. Baris keenam
keempat, lima, dan enam berbentuk zigzak umak (induk), semang (semang), nypok
yang berfungsi sebagai isi dalam pantun. (cari dahulu) artinya induk semang cari
dahulu. Baris ini terdiri dari tiga kata umak,
Analisis Isi Pantun semang, nypok. Kata umak berarti “induk”,
Analisis Berdasarkan Pembacaan semang berarti “semang”, nypok berarti
Heuristik “cari dulu”. Jika ketiga kata tersebut
Pantun ini bertujuan untuk digabungkan memiliki suatu arti “induk
memberitahukan bahwa ia akan pegi. Pada semang cari dahulu”.
proses pembacaan heuristik makna Berdasarkan analisis pantun
kebahasaannya dapat dipahami sebagai talibun di atas bermakna kegelishan atau
berikut. ketakutan seorang ibu yang ditinggal
Baris pertama terdiri dari lima kata anaknya merantau untuk mencari semangat
yaitu amon (kalau), sanak (anak), lpah hidup dan ilmu.
(pergi), mit (ke), lepau (lapau) artinya kalau
anak pergi ke lepau. Baris ini terdiri dari Analisis Berdasarkan Hermeneutik
lima kata amon, sanak, lapah, mit, lepau. Pembacaan hermeneutik pada
Kata amon berarti “kalau”, kata sanak, pantun ini dilakukan berdasarkan pada
berarti “anak”, kata lpah berarti “pergi”, makna kebahasaan yang membangunnya.
kata mit berarti “ke”, dan kata lepau berarti Berikut ini adalah proses pembacaan
“lapau”. Jika baris ini digabungkan menjadi hermeneutik pada pantun yang berfungsi
sebuah arti “kalau anak pergi ke lepau”. sebagai pantun talibun.
Baris kedua hiju (hiyu), beli (beli), sanak Baris pertama amon sanak lapah
(belanak), beli (beli) artinya hiyu beli mit lepau merupakan kalau anak pergi ke
belanak beli. Baris ini terdiri dari empat lepau. Baris kedua hiju beli sanak beli
kata hiju, beli, sanak, beli. Kata hiju berarti merupakan hiyu beli belanak beli. Baris
“hiyu”, beli berarti “beli”, sanak berarti ketiga iwa, tijang, beli, dulu merupakan
“dipinggir”, beli berarti ”beli”. Jika baris ikan panjang beli dahulu. Baris keempat
digabungkan menjadi sebuah arti “hiyu beli amon sanak lapah merantau merupakan
belanak beli”. Baris ketiga iwa (ikan), kalau anak pergi merantau. Baris kelima
tijang (panjang), beli (beli), dulu (dahulu) umak nypok saudara lagi merupakan ibu
artinya ikan panjang beli dahulu. Baris ini cari saudara cari. Baris keenam umak
terdiri dari empat kata yaitu kata iwa, semang nypok merupakan induk semang
tijang, beli, dulu. Kata iwa berarti “ikan”, cari dahulu.
tijang berarti “panjang”, beli berarti “beli”, Dari analisis di atas dapat
dulu berarti “dahulu”. baris ini jika disimpulkan bahwa kegelisahan ibu dan
digabungkan menjadi satu maka berarti saudara yang ditinggalkan seorang anak