Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Bindo Sastra 3 (1) (2019): 63–74 63

ANALISIS BENTUK DAN MAKNA PANTUN MUDA-MUDI DESA GEDUNG


WANI KECAMATAN RUNJUNG AGUNG OKU SELATAN

Emilia Contessa1)
Rita Nilawijaya2)
1) 2)
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Baturaja
1)
emiliacontessa84@gmail.com
2)
nilawijaya.rita@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi, karena pentingnya pantun bagi kehidupan manusia karena mengandung
berbagai nilai kehidupan dan pentingnya sastra daerah sebagai salah satu keanekaragaman sastra
nusantara dan memiliki karakteristik serta makna dan tujuan tertentu. Rumusan masalah penelitian ini
adalah bagaimanakah bentuk dan makna pantun muda-mudi bahasa Daya dialek Gedung Wani
Kecamatan Runjung Agung Kabupaten OKU Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan
mendeskripsikan bentuk dan makna pantun muda-mudi daerah Daya dialek Gedung Wani Kecamatan
Runjung Agung OKU Selatan. Pendekatan yang digunakan pendekatan struktural dan pendekatan
semiotik. Metode yang digunakan metode penelitian deskriptif. Teknik yang digunakan adalah,
wawancara, dan perekaman. Hasil penelitian ini terdapat beberapa jenis pantun, Berdasarkan bentuknya
pantun terdiri dari pantun kilat, pantun biasa dan pantun talibun, sedangkan berdasarkan isi atau
maknanya yaitu pantun jenaka.

Kata kunci: Analisis, Bentuk dan Makna Pantun

Abstract
This research is motivated because of the importance of poetry for human life because it contains various
values of life and the importance of regional literature as one of the diversity of the archipelago literature
and has specific characteristics and meanings and purposes. The formulation of the problem of this
research is how the form and meaning of the rhymes of the Daya dialect of Gedung Wani, Runjung Agung
District, OKU Selatan Regency. This study aims to analyze and describe the shape and meaning of the
rhymes of the Daya dialect of Gedung Wani, Runjung Agung Subdistrict, OKU Selatan. The approach
used is a structural approach and a semiotic approach. The method used is descriptive research method.
The techniques used are interviews and recording. The results of this study there are several types of
rhymes. Based on their form, rhymes consist of rhymes of lightning, rhymes of ordinary ropes, and ropes
of ropes, while based on the content or meaning of rhymes.

Keywords: Analysis, Form and Meaning of Pantun

©Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UM Palembang

Pendahuluan terdiri atas 8 sampai 12 suku kata , bersajak


Sebagai bangsa yang majemuk, a-b-a-b, kedua baris pertama merupakan
bangsa Indonesia memiliki kekayaan dan sampiran dan kedua baris terakhir adalah
keanekaragaman bahasa dan kebudayaan. isi” (Laelasari, dan Nulailah, 2006: 173).
Demikian pula hasil-hasil seni dan sastra, Menurut Yoze (2008: 38), “Pantun
yang mana setiap suku dan setiap daerah merupakan sajak yang terdiri atas 4 baris
memiliki keunikan yang berbeda satu sama sebait yang menggunakan rumus persajakan
lain. Salah satu kekayaan budaya yang a-b-a-b serta memiliki sampiran dan isi”.
dimiliki bangsa Indonesia adalah pantun Berdasarkan pendapat-pendapat di
atau sastra lisan. “Pantun adalah sajak yang atas dapat disimpulkan bahwa pantun
tiap baitnya terdiri dari 4 baris, tiap baris adalah sastra lama yang merupakan

Available online at: http://jurnal.um-palembang.ac.id/index.php/bisastra/index


ISSN 2549–5305 (print), ISSN 2579–7379 (online)
64 Emilia & Rita, Analisis Bentuk dan Makna

kebudayaan asli Indonesia yang setiap hal yang sedang terjadi, nyata ada dalam
baitnya terdiri atas 4 baris, tiap bait terdiri lingkungan masyarakat” (Slamet, 2006:
atas 8 sampiran 12 suku kata, bersajak a-b- 26). Melalui jenis penelitian ini, penulis
a-b, dan kedua baris pertama sampiran menemukan bentuk dan makna pantun
baris kedua adalah isi atau makna. muda-mudi dalam bahasa Daya dialek
Bahasa Daya dialek Gedung Wani, Gedung Wani Kecamatan Runjung Agung
selain dipakai sebagai bahasa ibu, juga OKU Selatan, selanjutnya di tarik
dipakai sebagai alat untuk menutur sastra kesimpulan sesuai dengan tujuan penelitian.
lisan, termasuk pantun pantun muda-mudi
masyarakat Daya dan sekitarnya. Sumber Data
Akan tetapi sangat di sayangkan, Sumber data adalah orang atau
pemakai pantun rakyat, khususnya pantun informan yang dijadikan sebagai pemberi
muda-mudi bahasa Daya dialek Gedung atau sumber dalam memberikan informasi
Wani semakin berkurang karena jumlah (Anwar, 2010: 228). Sumber data dalam
penutur asli yang dipengaruhi oleh berbagai penelitian ini adalah muda-mudi penutur
faktor, yaitu karena banyaknya masyarakat asli bahasa Daya Desa Gedung Wani. Para
yang pergi merantau, banyaknya informan adalah mereka yang berumur 15
perkawinan campuran antar daerah, dan sampai 22 tahun, sehat jasmani, tidak
pengaruh bahasa Indonesia yang sangat memiliki kelainan dalam pengucapan dan
kuat, terutama terhadap generasi muda. belum di pengaruhi bahasa lain.
Pantun sebagai salah satu bagian
dari kesustraan Indonesia memiliki Pendekatan
karakteristik serta tujuan tujuan tertentu. Dalam penelitian ini peneliti
Begitupun dengan pantun yang digunakan menggunakan pendekatan struktural dan
dikalangan muda mudi Gedung Wani. Oleh pendekatan semiotik. “Pendekatan
karena itu penulis tertarik menetapkan stuktural adalah pendekatan dalam
pantun muda mudi daerah Daya Daya penelitian sastra yang memusatkan
dialek Gedung Wani sebagai objek kajian perhatiannya pada otonomi sebagai karya
penelitian. fiksi” (Pradopo, 2001: 62). Dengan
Berdasarkan latar belakang pendekatan struktural ini, penulis
penelitian ini, maka masalah yang diangkat mengidentifikasi, mengkaji, dan
dalam penelitian ini adalah bagaimakah mendeskripsikan bentuk dan makna pantun
bentuk dan makna pantun muda-mudi Daya muda-mudi dalam bahasa Daya dialek
dialek Gedung Wani Kecamatan Runjung Gedung Wani Kecamatan Runjung Agung
Agung OKU Selatan. OKU Selatan, sedangkan pendekatan
Tujuan penelitian ini adalah untuk semiotik adalah pendekatan yang
menganalisis dan mendeskripsikan bentuk memandang karya sastra sebagai sistem
dan makna pantun muda-mudi daerah Daya tanda ( Nyoman, 2011: 52). Dengan
dialek Gedung Wani Kecamatan Runjung pendekatan ini maka penulis akan
Agung OKU Selatan mengidentifikasi tanda – tanda yang
Selanjutnya, manfaat penelitian terdapat pada pantun muda – mudi.
inibagi masyarakat diharapkan dapat
melestarikan pantun muda-mudi sebagai Hasil dan Pembahasan
salah satu asset kepribadian bangsa Dari hasil penelitian yang penulis
Indonesia khususnya masyarakat Gedung lakukan berdasarkan hasil wawancara
Wani Kecamatan Runjung Agung Oku dengan informan yang terdiri dari 2 orang
Selatan. sebagai informan dan muda dan mudi inti
maka terkumpul tujuh pantun muda-mudi.
Metode Penelitian Pantun muda mudi yang akan dianalisis
Dalam penelitian ini akan yaitu pantun jenaka, pantun kilat atau
digunakan metode penelitian deskriptif. karmina, dan pantun talibun.
“Metode deskriptif adalah metode yang
digunakan untuk meneliti di lapangan, hal-

Available online at: http://jurnal.um-palembang.ac.id/index.php/bisastra/index


ISSN 2549–5305 (print), ISSN 2579–7379 (online)
Jurnal Bindo Sastra 3 (1) (2019): 63–74 65
Tiga pantun muda-mudi yang
terkumpul dapat dilihat pada tabel 1 di
bawah ini.
Tabel 1. Macam-macam pantun muda-mudi

Bahasa Daerah Bahasa Indonesia


1. Pantun Jenaka
Sumber data Romi
Batang manggus batang jarak Batang manggis batang jarak
Ditanomi anak sebeqhang Ditanam anak seberang
Si jibun ngemaling keqak Si jibun mencuri kerak
Halom iqung ni kena haqong Hitam hidungnya kena arang

2. Pantun Kilat atau Karmina


Sumber data Woto
Pesena Parang Ganta Besi Dulu parang sekarang besi
Pesena Sayang Ganta Benci Dulu sayang sekarang benci
Cabut jukuk tik bakaknya Cabut rumput dengan akarnya
Haga disambut lupa glangni Mau disambut lupa namanya
Kayu gulus lom semak Kayu lurus dalam semak
Ngaku kurus lok lemak Mengaku kurus banyak lemak

3. Pantun Talibun
Sumber data Hastra
Amon sanak lapah mit lepau Kalau anak pergi ke lepau
Hiju beli sanak beli Hiyu beli belanak beli
Iwa tijang beli dulu Ikan panjang beli dahulu
Amon sanak lapah merantau Kalau anak pergi merantau
Umak nypok saudara lagi Ibu cari saudara cari
Umak semang nypok Induk semang cari dahulu

Analisis Data kombinasi bunyi vokal a-i-e-o, dan bunyi


1. Pantun Jenaka sengau m-ng-n. Baris ketiga s-i j-i-b-u-n
ng-e-m-a-l-i-ng k-e-q-a-k merupakan bunyi
Tabel 2. Pantun Jenaka efoni yaitu berupa pengulangan vokal i,a,e
dan bunyi sengau ng-m. Baris keempat h-a-
Bahasa Daerah Bahasa Indonesia l-o-m i-q-u-ng n-i k-e-n-a h-a-q-o-ng
Batang manggus Batang manggis Merupakan bunyi asonansi yaitu
batang jarak batang jarak pkombinasi bunyi vokal i- a-o, dan bunyi
sengau ng-n-m.
Ditanomi anak Ditanam anak
sebeqhang seberang Berdasarkan analisis di atas dapat
disimpulkan bahwa bunyi yang dominan
Si jibun ngemaling Si jibun mencuri dalam pantun jenaka yaitu bunyi efoni.
keqak kerak Fungsi bunyi efoni adalah untuk
memberikan keindahan dalam melafalkan
Halom iqung ni kena Hitam hidungnya pantun agar mudah dihapalkan.
haqong kena arang
Analisis Kata
Analisis Struktur Pantun Baris pertama yaitu terdiri dari
Analisis Bunyi empat kata yaitu batang, manggus, batang,
Baris pertama yaitu b-a-t-a-ng m-a- jarak. Baris ini berhubungan dengan batang
ng-g-u-s b-a-t-a-ng j-a-r-a-k merupakan manggis dan batang jarak. Baris kedua
bunyi efoni yaitu pengulangan vokal a, terdiri dari tiga kata yaitu kata ditanomi,
bunyi sengau ng-m, dan bunyi konsonan b. anak, sebeqhang. Baris ini berhubungan
Baris kedua yaitu d-i-t-a-n-o-m-i a-n-a-k s- dengan Batang jarak yang di tanam oleh
e-b-e-q-h-a-ng termasuk dalam bunyi efoni anak dari sebarang. Baris ketiga terdiri dari

Available online at: http://jurnal.um-palembang.ac.id/index.php/bisastra/index


ISSN 2549–5305 (print), ISSN 2579–7379 (online)
66 Emilia & Rita, Analisis Bentuk dan Makna

empat kata yaitu kata si, jibun, ngemaling, menceritakan seorang anak yang hidungnya
keqak. Baris ini menjelaskan orang yang hitam akibat mencuri kerak.
mencuri kerak adalah si jibun. Baris Dari analisis di atas dapat
keempat terdiri dari lima kata yaitu kata disimpulkan bahwa pantun jenaka terdiri
halo, iqung, ni, kena, haqong. Baris ini dari satu bait dan terdiri atas empat baris.
menjelaskan bahwa hidung si jibun hitam Fungsi bait yang terdapat dalam pantun ini
karena arang. adalah untuk menyatukan makna sehingga
Dari analisis pantun jenaka di atas menjadi satu makna yang utuh.
dapat disimpulkan bahwa seorang anak
yang bernama si jibun yang berasal dari Analisis Tipografi
seberang menanam batang manggis dan Tipografi adalah cara penulisan pantun
jarak. Hidungnya hitam terkena arang sehingga menampilkan bentuk-bentuk
karena mencuri arang. tertentu yang diamati secara visual. Dari
analisis bait di atas dapat dilihat tipografi
Analisis Baris yang terdapat dalam pantun jenaka yaitu
Berdasarkan Pantun di atas dapat baris satu dan dua berbentuk sigzak yang
dilihat bahwa baris yang terdapat dalam berfungsi sebagai awal atau permulaan
pantun jenaka adalah empat baris. Baris dalam pantun, baris ketiga dan empat
pertama batang manggus batang jarak berbentuk zigzak yang berfungsi sebagai isi
artinya batang manggis batang jarak. Baris dalam pantun.
kedua ditanomi anak sebeqhang artinya
ditanam anak seberang. Baris ketiga si jibun Analisis Isi Pantun
ngemaling keqak artinya si jibun mencuri Analisis Berdasarkan Pembacaan
kerak. Baris keempat halom iqung ni kena Heuristik
haqong artinya hitam hidungnya kena Pantun ini bertujuan untuk
arang. memberitahukan. Pada proses pembacaan
Dari analisis baris di atas dapat heuristik makna kebahasaannya dapat
disimpulkan bahwa baris yang terdapat dipahami sebagai berikut. Kalimat batang
dalam pantun memiliki pertalian makna (batang) manggus (manggis) batang
yang erat dari baris pertama sampai baris (batang) jarak (jarak) artinya batang
terahir, dimana baris pertama dan kedua manggis batang jarak. Baris ini terdiri dari
disebut sampiran, sedangkan baris ketiga empat kata batang, manggus, batang,
dan keempat disebut isi. Jadi, dengan jarak. Kata batang berarti “batang”, kata
demikian pantun tidak dapat dipisahkan manggus berarti “manggis”, kata batang
antara baris satu dengan yang lainnya, berarti “batang”, kata jarak berarti “jarak”.
karena apabila dipisahkan pesan yang ingin Jika baris ini digabungkan menjadi sebuah
disampaikan tidak akan jelas. arti “batang manggis batang jarak”.
Kalimat ditanomi (ditanam), anak (anak),
Analisis Bait sebeqhang (seberang) artinya ditanam anak
Bait adalah satuan terbesar dari seberang. Baris ini terdiri dari tiga
larik. Berdasarkan pantun di atas dapat ditanomi, anak, sebeqhang. Kata ditanomi
dilihat bahwa pantun jenaka terdiri dari satu berarti “ditanam”, anak berarti “anak”,
bait yaitu. sebeqhang berarti “seberang”. Jika baris
digabungkan menjadi sebuah arti “ditanam
Batang manggis batang jarak anak seberang”. Kalimat si (si), jibun
Ditanomi anak sebeqhang (jibun), ngemaling (mencuri), keqak
Si jibun ngemaling keqak (kerak). Baris ini terdiri dari empat kata si
Halom iqung ni kena haqong berarti “si”, jibun berarti “jibun”,
ngemaling berarti “mencuri”, keqak berarti
Pantun jenaka ini yang berarti “kerak”. Kalau baris ini digabungkan
batang manggis batang jarak, ditanam menjadi satu maka berarti “si jibun
anak seberang, si jibun mencuri kerak, mencuri kerak”. Dan kalimat halom
hitam hidungnya kena arang. Pantun ini (hitam), iqungni (hidung), kena (kena),

Available online at: http://jurnal.um-palembang.ac.id/index.php/bisastra/index


ISSN 2549–5305 (print), ISSN 2579–7379 (online)
Jurnal Bindo Sastra 3 (1) (2019): 63–74 67
haqong (arang) artinya hitam hidungnya dalam pantun kilat atau karmina yaitu efoni.
kena arang. Fungsi bunyi efoni adalah untuk
Berdasarkan analisis pantun jenaka memberikan keindahan dalam melafalkan
di atas dapat disimpulkan bahwa seorang pantun agar mudah dihapalkan.
anak yang berasal dari negeri seberang
yang mempunyai hidung yang hitam karena Analisis Kata
terkena arang pada saat mencuri kerak. Baris pertama yaitu terdiri dari
empat kata dimana kata pesena, parang,
Analisis Berdasarkan Pembacaan ganta, besi. Baris ini berhubungan dengan
Hermeneutik pisau yang berubah menjadi besi. Baris
Pembacaan hermeneutik pada kedua terdiri dari empat kata yaitu kata
pantun ini dilakukan berdasarkan pada pesena, sayang, ganta, benci. Baris ini
makna kebahasaan yang membangunnya. berhubungan dengan seorang kekasih yang
Berikut ini adalah proses pembacaan dulu sayang sekarng benci.
hermeneutik pada pantun yang berfungsi Dari analisis pantun pantun kilat
sebagai pantun jenaka. atau karmina di atas dapat disimpulkan
Baris pertama batang manggus bahwa seorang kekasinh yang dulu
batang jarak merupakan jenis tanaman. membenci pasngannya tapi sekarang
Baris kedua ditanomi anak sebeqhang menyayanginya.
merupakan pemberitahuan bahwa batang
tersebut ditanam anak dari seberang. Baris Analisis Baris
ketiga si jibun ngemaling keqak artinya Berdasarkan Pantun di atas dapat
anak yang mencuri kerak bernama si jibun. dilihat bahwa baris yang terdapat dalam
Baris keempat amon halom iqung ni kena pantun pantun kilat atau karmina adalah
haqong merupakan pemberitahuan kepada dua baris. Baris pertama pesena parang
orang lain bahwa hidungnya terkena arang ganta besi artinya dulu parang sekarang
sehingga hidungnya hitam. besi. Baris kedua pesena sayang ganta
Dari analisis di atas dapat benci artinya dulu sayang sekarang benci.
disimpulkan bahwa apabila seseorang
melakukan suatu kejahatan maka dia akan Dari analisis baris di atas dapat
mendapatkan balasannya. disimpulkan bahwa baris yang terdapat
dalam pantun terdiri dari dua baris yang
2. Pantun Kilat atau Karmina berkaitan antara baris satu dengan yang
lain. Baris pertama disebut sampiran,
Tabel 3. Pantun Kilat atau Karmila sedangkan baris kedua disebut isi.

Bahasa Daerah Bahasa Indonesia Analisis Bait


Pesena parang Dulu parang sekarang Berdasarkan pantun di atas dapat
ganta besi besi dilihat bahwa pantun percintaan terdiri dari
satu bait yaitu.
Pesena sayang Dulu sayang sekarang
ganta benci benci
Pesena parang ganta besi
Pesena sayang ganta benci
Analisis Struktur Pantun
Analisis Bunyi
Pantun kilat atau karmina ini
Baris pertama p-e-s-e-n-a p-a-r-a-
pesena parang ganta besi, pesena sayang
ng g-a-n-t-a b-e-s-i merupakan bunyi efoni
ganta benci. Pantun ini bermakna
yaitu kombinasi bunyi vokal e- a-i, dan
kebencian yang menjadi sayang. Dari
bunyi sengau ng-n. Baris kedua p-e-s-e-n-a
analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa
s-a-y-a-ng g-a-n-t-a b-e-n-c-i yaitu
pantun kilat atau karmina ini memiliki satu
termasuk pengulangan bunyi vokal e-a, dan
bait yang terdiri dari dua baris.
bunyi sengau ng-n.
Berdasarkan analisis di atas dapat
Analisis Tipografi
disimpulkan bahwa bunyi yang dominan

Available online at: http://jurnal.um-palembang.ac.id/index.php/bisastra/index


ISSN 2549–5305 (print), ISSN 2579–7379 (online)
68 Emilia & Rita, Analisis Bentuk dan Makna

Tipografi adalah cara penulisan yang semula sayang dan kemudian berubah
pantun sehingga menampilkan bentuk- menjadi benci.
bentuk tertentu yang diamati secara visual.
Dari analisis bait di atas dapat dilihat Tabel 4. Pantun Kilat atau Karmila
tipografi yang terdapat dalam pantun kilat
atau karmina berbentuk segi empat yang Bahasa Daerah Bahasa Indonesia
berfungsi sebagai awal dan isi dari pantun.
Cabut jukuk tik Cabut rumput dengan
bakaknya akarnya
Analisis Isi Pantun
Analisis Berdasarkan Pembacaan Haga disambut lupa Mau disambut lupa
Heuristik glangni namanya
Pantun ini berisi tentang seorang
kekasih yang dulu sayang dan sekarang Analisis Struktur Pantun
membenci. Pada proses pembacaan Analisis Bunyi
heuristik makna kebahasaannya dapat Baris pertama c-a-b-u-t j-u-k-u-k t-
dipahami sebagai berikut. Kalimat pesena i-k b-a-k-a-k-n-y-a merupakan bunyi efoni
(dulu), parang (parang), ganta, (sekarang), yaitu kombinasi bunyi vokal a-u-i. Baris
besi (besi) artinya dulu parang sekarang kedua h-a-g-a d-i-s-a-m-b-u-t l-u-p-a g-l-a-
besi. Kalimat ini terdiri dari empat kata ng-n-i yaitu termasuk pengulangan bunyi
yaitu pesena, parang, ganta, besi. Kata vokal a-i-u dan bunyi sengau ng-n.
pesena berarti “dulu”, parang berarti Berdasarkan analisis di atas dapat
“parang”, ganta berarti “sekarang”, dan disimpulkan bahwa bunyi yang dominan
besi berarti “besi”. Jika kalimat ini dalam pantun kilat atau karmina yaitu efoni.
digabungkan menjadi sebuah arti “dulu Fungsi bunyi efoni adalah untuk
parang sekarang besi”. Kalimat pesena memberikan keindahan dalam melafalkan
(dulu), sayang (sayang), ganta, (sekarang), pantun agar mudah dihapalkan.
benci (benci) artinya dulu sayang sekarang
benci. Kalimat ini terdiri dari empat kata Analisis Kata
pesena, sayang, ganta, benci. Kata pesena Baris pertama yaitu terdiri dari
berarti “dulu”, sayang berarti “sayang”, empat kata yaitu kata cabut, jukuk, tik,
ganta berarti “sekarang”, benci berarti bakaknya. Baris ini berhubungan dengan
“benci”. Jika kalimat digabungkan menjadi pisau yang berubah menjadi besi. Baris
sebuah arti “dulu sayang sekarang benci”. kedua terdiri dari empat kata yaitu kata
Berdasarkan analisis di atas dapat haga, disambut, lupa, glangni. Baris ini
disimpulkan bahwa pantun kilat atau berhubungan dengan seorang kekasih yang
karmina bermakana perasaan seseorang dulu sayang sekarng benci. Dari analisis
yang bisa berubah-ubah dahulu merasa pantun pantun kilat atau karmina tersebut
sayang dan sekarang sudah merasakan dapat disimpulkan bahwa seorang kekasinh
kebencian. yang atas nama pasangannya.
Analisis Berdasarkan Pembacaan Analisis Baris
Hermeneutik Berdasarkan Pantun di atas dapat
Pembacaan hermeneutik pada dilihat bahwa baris yang terdapat dalam
pantun ini dilakukan berdasarkan pada pantun pantun kilat atau karmina adalah
makna kebahasaan yang membangunnya. dua baris. Baris pertama cabut jukuk tik
Berikut ini adalah proses pembacaan bakaknya arinya cabut rumput dengan
hermeneutik pada pantun yang berfungsi akarny. Baris kedua haga disambut lupa
sebagai pantun kilat atau karmina. Baris glangni artinya mau disambut lupa
pertama pesena parang ganta besi artinya namanya Dari analisis baris di atas
dulu parang sekarang besi. Baris kedua dapat disimpulkan bahwa baris yang
pesena sayang ganta benci artinya dulu terdapat dalam pantun terdiri dari dua baris
sayang sekarang benci. Dari analisis yang berkaitan antara baris satu dengan
tersebut dapat disimpulkan bahwa perasaan

Available online at: http://jurnal.um-palembang.ac.id/index.php/bisastra/index


ISSN 2549–5305 (print), ISSN 2579–7379 (online)
Jurnal Bindo Sastra 3 (1) (2019): 63–74 69
yang lain. Baris pertama disebut sampiran, kalimat digabungkan menjadi sebuah arti
sedangkan baris kedua disebut isi. “mau disambut lupa namanya”.
Berdasarkan analisis di atas dapat
Analisis Bait disimpulkan bahwa pantun kilat atau
Berdasarkan pantun di atas dapat karmina bermakana seseorang yang ingin
dilihat bahwa pantun kilat atau karmina menyambut kekasihnya tapi dia lupa nama
terdiri dari satu bait yaitu. seorang kekasih tersebut.

Cabut jukuk tik bakaknya Analisis Berdasarkan Pembacaan


Haga disambut lupa glangni Hermeneutik
Pembacaan hermeneutik pada
Pantun kilat atau karmina ini cabut pantun ini dilakukan berdasarkan pada
rumput dengan akarnya, mau disambut makna kebahasaan yang membangunnya.
lupa namanya. Pantun ini bermakna Berikut ini adalah proses pembacaan
kebencian yang menjadi sayang. Dari hermeneutik pada pantun yang berfungsi
analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagai pantun kilat atau karmina. Baris
pantun kilat atau karmina ini memiliki satu pertama cabut jukuk tik bakaknya artinya
bait yang terdiri dari dua baris. cabut rumput dengan akarnya. Baris kedua
haga disambut lupa glangni artinya mau
Analisis Tipografi disambut lupa namanya. Dari analisis
Tipografi adalah cara penulisan tersebut dapat disimpulkan bahwa
pantun sehingga menampilkan bentuk- seseorang yang ingin menyambut
bentuk tertentu yang diamati secara visual. kekasihnya tapi dia lupa nama seorang
Dari analisis bait di atas dapat dilihat kekasih tersebut.
tipografi yang terdapat dalam pantun kilat
atau karmina berbentuk zigzak yang Tabel 5. Pantun Kilat atau Karmila
berfungsi sebagai awal dan isi dari pantun.
Bahasa Daerah Bahasa Indonesia
Analisis Isi Pantun Kayu gulus lom semak Kayu lurus dalam semak
Analisis Berdasarkan Pembacaan Ngaku kurus lok lemak Mengaku kurus banyak
Heuristik lemak
Pantun ini berisi tentang seorang
yang lupa akan nama kekasihnya. Pada Analisis Struktur Pantun
proses pembacaan heuristik makna Analisis Bunyi
kebahasaannya dapat dipahami sebagai Baris pertama k-a-y-u g-u-l-u-s l-o-
berikut. m s-e-m-a-k merupakan bunyi efoni yaitu
Kalimat cabut (cabut), jukuk kombinasi bunyi vokal a-u. Baris kedua ng-
(rambut), tik (dengan), bakaknya (akarnya) a-k-u k-u-r-u-s l-o-k l-e-m-a-k yaitu
artinya cabut rambut dengan akarnya. termasuk pengulangan bunyi vokal a-u dan
Kalimat ini terdiri dari empat kata yaitu bunyi sengau ng.
cabut, jukuk, tik, bakaknya. Kata cabut Berdasarkan analisis di atas dapat
berarti “cabut”, kata jukuk berarti “rambut”, disimpulkan bahwa bunyi yang dominan
kata tik berarti “dengan”, dan kata dalam pantun kilat atau karmina yaitu efoni.
bakaknya berarti “akarnya”. Jika kalimat Fungsi bunyi efoni adalah untuk
ini digabungkan menjadi sebuah arti “cabut memberikan keindahan dalam melafalkan
rambut dengan akarnya”. Kalimat haga pantun agar mudah dihapalkan.
(mau), disambut (disambut), lupa (lupa),
glangni (namanya) artinya mau disambut Analisis Kata
lupa namanya. Kalimat ini terdiri dari Baris pertama yaitu terdiri dari
empat kata haga, disambut, lupa, glangni. empat kata yaitu kata kayu, gulus, lom,
Kata haga berarti “mau”, kata disambut semak. Baris ini berhubungan dengan kayu
berarti “disambut”, kata lupa berarti “lupa”, yang dihutan. Baris kedua terdiri dari empat
kata glangni berarti “namanyai”. Jika kata yaitu kata ngaku, kurus, lok, lemak.
Baris ini berhubungan dengan seorang yang

Available online at: http://jurnal.um-palembang.ac.id/index.php/bisastra/index


ISSN 2549–5305 (print), ISSN 2579–7379 (online)
70 Emilia & Rita, Analisis Bentuk dan Makna

ngaku kurus padahal badannya penuh oleh kebahasaannya dapat dipahami sebagai
lemak. Dari analisis pantun pantun kilat berikut.
atau karmina tersebut dapat disimpulkan Kalimat kayu (kayu), gulus (lurus),
bahwa seorang yang mengaku kurus lom (dalam), semak (semak) artinya cabut
padahal gemuk dan badannya penuh oleh rambut dengan akarnya. Kalimat ini terdiri
lemak. dari empat kata yaitu kayu, gulus, lom,
semak. Kata kayu berarti “kayu”, kata gulus
Analisis Baris berarti “lurus”, kata lom berarti “dalam”,
Berdasarkan Pantun di atas dapat dan kata semak berarti “semak”. Jika
dilihat bahwa baris yang terdapat dalam kalimat ini digabungkan menjadi sebuah
pantun pantun kilat atau karmina adalah arti “cabut rambut dengan akarnya”.
dua baris. Baris pertama kayu gulus lom Kalimat haga (mengaku), disambut (kurus),
semak artinya kayu lurus dalam semak. lupa (banyak), glangni (lemak) artinya
Baris kedua ngaku kurus lok lemak artinya mengaku kurus banyak lemak. Kalimat ini
mengaku kurus banyak lemak. terdiri dari empat kata haga, disambut,
Dari analisis baris di atas dapat lupa, glangni. Kata haga berarti
disimpulkan bahwa baris yang terdapat “mengaku”, kata disambut berarti “kurus”,
dalam pantun terdiri dari dua baris yang kata lupa berarti “banyak”, kata glangni
berkaitan antara baris satu dengan yang berarti “lemak”. Jika kalimat digabungkan
lain. Baris pertama disebut sampiran, menjadi sebuah arti “mau disambut lupa
sedangkan baris kedua disebut isi. namanya”.
Berdasarkan analisis di atas dapat
Analisis Bait disimpulkan bahwa pantun kilat atau
Berdasarkan pantun di atas dapat karmina bermakana seseorang yang
dilihat bahwa pantun kilat atau karmina berpura-pura kurus tetapi badanya gemuk
terdiri dari satu bait yaitu. dan penuh oleh lemak.

Kayu gulus lom semak Analisis Berdasarkan Pembacaan


Ngaku kurus lok lemak Hermeneutik
Pembacaan hermeneutik pada
Pantun kilat atau karmina ini kayu pantun ini dilakukan berdasarkan pada
lurus dalam semak, mengaku kurus banyak makna kebahasaan yang membangunnya.
lemak. Pantun ini bermakna seseorang yang Berikut ini adalah proses pembacaan
lupa nama pacarnya. Dari analisis tersebut hermeneutik pada pantun yang berfungsi
dapat disimpulkan bahwa pantun kilat atau sebagai pantun kilat atau karmina. Baris
karmina ini memiliki satu bait yang terdiri pertama kayu gulus lom semak arinya kayu
dari dua baris. lurus dalam semak. Baris kedua ngaku
kurus lok lemak artinya mengaku kurus
Analisis Tipografi banyak lemak. Dari analisis tersebut dapat
Tipografi adalah cara penulisan disimpulkan bahwa seseorang yang
pantun sehingga menampilkan bentuk- berpura-pura kurus padahal badannya
bentuk tertentu yang diamati secara visual. penuh oleh lemak (gemuk).
Dari analisis bait di atas dapat dilihat
tipografi yang terdapat dalam pantun kilat 3. Pantun Talibun
atau karmina berbentuk segi empat yang
berfungsi sebagai awal dan isi dari pantun. Tabel 6. Pantun Talibun

Analisis Isi Pantun Bahasa Daerah Bahasa Indonesia


Analisis Berdasarkan Pembacaan Amon sanak lapah Kalau anak pergi ke
Heuristik mit lepau lepau
Pantun ini berisi tentang seorang
Hiju beli sanak beli Hiyu beli belanak
yang lupa akan nama kekasihnya. Pada Iwa tijang beli dulu beli
proses pembacaan heuristik makna

Available online at: http://jurnal.um-palembang.ac.id/index.php/bisastra/index


ISSN 2549–5305 (print), ISSN 2579–7379 (online)
Jurnal Bindo Sastra 3 (1) (2019): 63–74 71
Bahasa Daerah Bahasa Indonesia tua. Baris kelima terdiri dari empat kata
Amon sanak lapah Ikan panjang beli yaitu umak, semang, nypok. Baris ini
merantau dahulu berhubungan dengan seorang anak yang
mencari ibu.
Umak nypok saudara Kalau anak pergi Dari analisis pantun talibun di atas
lagi merantau
dapat disimpulkan bahwa seseorang anak
Umak semang nypok Ibu cari saudara cari yang berpergi merantau sehingga ia pergi
Induk semang cari sampai ke luar pulau jawa.
dahulu
Analisis Baris
Analisis Struktur pantun Berdasarkan Pantun di atas dapat
Analisis Bunyi dilihat bahwa baris yang terdapat dalam
Baris pertama a-m-o-n s-a-n-a-k l- pantun talibun adalah enam baris. Baris
a-p-a-h m-i-t l-e-p-a-u merupakan bunyi pertama amon sanak lapah mit lepau
asonansi yaitu pengulangan bunyi vokal a, artinya kalau anak pergi ke lepau. Baris
dan bunyi sengau m. Baris kedua h-i-j-u b- kedua hiju beli sanak beli artinya hiyu beli
e-l-i s-a-n-a-k b-e-l-i kombinasi bunyi belanak beli. Baris ketiga iwa tijang beli
vokal a-i-e. Baris ketiga i-w-a t-i-j-a-ng b-e- dulu artinta ikan panjang beli dahulu. Baris
l-i d-u-l-u merupakan bunyi efoni yaitu keempat amon sanak lapah merantau
pengulangan vokal a- i-e, dan bunyi sengau artinya kalau anak pergi merantau. Baris
ng. Baris keempat a-m-o-n s-a-n-a-k l-a-p- kelima umak nypok saudara lagi artinya ibu
a-h m-e-r-a-n-t-a-u merupakan bunyi cari saudara cari. Baris keenam umak
asonansi yaitu pengulanagan vokal a. Baris semang nypok induk semang cari dahulu.
kelima u-m-a-k ny-p-o-k s-a-u-d-a-r-a l-a- Dari analisis baris di atas dapat
g-i yaitu pengulangan vokal a, bunyi disimpulkan bahwa baris yang terdapat
sengau-ny. Baris keenam u-m-a-k s-e-m-a- dalam pantun memiliki pertalian makna
ng ny-p-o-k merupakan bunyi asonansi yang erat dari baris pertama sampai baris
kombinasi vokal a-e-o, dan sengau ng-m- terahir, dimana baris pertama, kedua dan
ny. ketiga disebut sampiran, sedangkan baris
Berdasarkan analisis di atas dapat keempat, kelima dan keenam disebut
disimpulkan bahwa bunyi yang dominan isi.Jadi, dengan demikian pantun tidak
dalam pantun perkenalan yaitu asonansi. dapat dipisahkan antara baris satu dengan
Fungsi bunyi asonansi adalah untuk yang lainnya, karena apabila dipisahkan
mempertegas isi pantun agar menjadi lebih pesan yang ingin disampaikan tidak akan
sempurna dalam pelafalannya pada saat jelas.
membaca.
Analisis Bait
Analisis Kata Bait adalah satuan terbesar dari
Baris pertama yaitu terdiri dari lima larik. Berdasarkan pantun di atas dapat
kata dimana kata amon, sanak, lapah, mit, dilihat bahwa pantun talibun terdiri dari
lepau. Baris ini mengatakan bahwa seorang satu bait yaitu.
anak pergi. Baris kedua terdiri dari empat
kata yaitu kata hiju, beli, sanak, beli. Baris Amon sanak lapah mit lepau
ini mengatakan bahwa ikan yang dibeli Hiju beli sanak beli
seseorang. Baris ketiga terdiri dari empat Iwa tijang beli dulu
kata yaitu kata iwa, tijang, beli, dulu. Baris Amon sanak lapah merantau
ini berhubungan dengan panggilan Umak nypok saudara lagi
seseorang yang sedang berjalan ke kota. Umak semang nypok
Baris keempat terdiri dari empat kata yaitu
kata amon, sanak, lapah, merantau. Baris Pantun talibun ini yang berarti
ini berhubungan dengan anak yang pergi kalau anak pergi ke lepau,, hiyu beli
kekota. Baris kelima terdiri dari empat kata belanak beli, ikan panjang beli dahulu,
yaitu umak, nypok, saudara, lagi. Baris ini kalau anak pergi merantau, ibu cari
berhubungan dengan panggilan untuk orang saudara cari, induk semang cari dahulu.

Available online at: http://jurnal.um-palembang.ac.id/index.php/bisastra/index


ISSN 2549–5305 (print), ISSN 2579–7379 (online)
72 Emilia & Rita, Analisis Bentuk dan Makna

Pantun ini bermakna tentang kepergian “ikan panjang beli dahulu”. Baris keempat
seorang anak. amon (kalau), sanak (anak), lapah (pergi),
Dari analisis di atas dapat merantau (merantau) artinya kalau anak
disimpulkan bahwa pantun talibun memiliki pergi merantau. Baris ini terdiri dari empat
satu bait yang terdiri dari enam baris. kata yaitu kata amon, sanak, lapah,
Fungsi bait yang terdapat dalam pantun ini merantau. Kata amon berarti “kalau”, sanak
adalah untuk menyatukan makna sehingga berarti “anak”,lapah berarti pergi”,
menjadi satu makna yang utuh. merantau berarti “merantau”. Baris ini jika
digabungkan mejadi satu makna berarti
Analisis Tipografi “kalau anak pergi merantau”. Baris kelima
Tipografi adalah cara penulisan umak (ibu), nypok (cari), saudara (saudara),
pantun sehingga menampilkan bentuk- lagi (cari) artinya ibu cari saudara cari.
bentuk tertentu yang diamati secara visual. Baris ini terdiri dari empat kata yaitu kata
Dari analisis bait di atas dapat dilihat umak, nypok, saudara, lagi. Kata umak
tipografi yang terdapat dalam pantun berarti “ibu”, nypok berarti “cari”, saudara
talibun yaitu baris satu, dua, dan tiga berarti “saudara”, lagi berarti “cari”. Jika
berbentuk zigzak yang berfungsi sebagai baris ini digabungkan menjadi satu maka
awal atau permulaan dalam pantun, baris berarti ibu cari saudara cari. Baris keenam
keempat, lima, dan enam berbentuk zigzak umak (induk), semang (semang), nypok
yang berfungsi sebagai isi dalam pantun. (cari dahulu) artinya induk semang cari
dahulu. Baris ini terdiri dari tiga kata umak,
Analisis Isi Pantun semang, nypok. Kata umak berarti “induk”,
Analisis Berdasarkan Pembacaan semang berarti “semang”, nypok berarti
Heuristik “cari dulu”. Jika ketiga kata tersebut
Pantun ini bertujuan untuk digabungkan memiliki suatu arti “induk
memberitahukan bahwa ia akan pegi. Pada semang cari dahulu”.
proses pembacaan heuristik makna Berdasarkan analisis pantun
kebahasaannya dapat dipahami sebagai talibun di atas bermakna kegelishan atau
berikut. ketakutan seorang ibu yang ditinggal
Baris pertama terdiri dari lima kata anaknya merantau untuk mencari semangat
yaitu amon (kalau), sanak (anak), lpah hidup dan ilmu.
(pergi), mit (ke), lepau (lapau) artinya kalau
anak pergi ke lepau. Baris ini terdiri dari Analisis Berdasarkan Hermeneutik
lima kata amon, sanak, lapah, mit, lepau. Pembacaan hermeneutik pada
Kata amon berarti “kalau”, kata sanak, pantun ini dilakukan berdasarkan pada
berarti “anak”, kata lpah berarti “pergi”, makna kebahasaan yang membangunnya.
kata mit berarti “ke”, dan kata lepau berarti Berikut ini adalah proses pembacaan
“lapau”. Jika baris ini digabungkan menjadi hermeneutik pada pantun yang berfungsi
sebuah arti “kalau anak pergi ke lepau”. sebagai pantun talibun.
Baris kedua hiju (hiyu), beli (beli), sanak Baris pertama amon sanak lapah
(belanak), beli (beli) artinya hiyu beli mit lepau merupakan kalau anak pergi ke
belanak beli. Baris ini terdiri dari empat lepau. Baris kedua hiju beli sanak beli
kata hiju, beli, sanak, beli. Kata hiju berarti merupakan hiyu beli belanak beli. Baris
“hiyu”, beli berarti “beli”, sanak berarti ketiga iwa, tijang, beli, dulu merupakan
“dipinggir”, beli berarti ”beli”. Jika baris ikan panjang beli dahulu. Baris keempat
digabungkan menjadi sebuah arti “hiyu beli amon sanak lapah merantau merupakan
belanak beli”. Baris ketiga iwa (ikan), kalau anak pergi merantau. Baris kelima
tijang (panjang), beli (beli), dulu (dahulu) umak nypok saudara lagi merupakan ibu
artinya ikan panjang beli dahulu. Baris ini cari saudara cari. Baris keenam umak
terdiri dari empat kata yaitu kata iwa, semang nypok merupakan induk semang
tijang, beli, dulu. Kata iwa berarti “ikan”, cari dahulu.
tijang berarti “panjang”, beli berarti “beli”, Dari analisis di atas dapat
dulu berarti “dahulu”. baris ini jika disimpulkan bahwa kegelisahan ibu dan
digabungkan menjadi satu maka berarti saudara yang ditinggalkan seorang anak

Available online at: http://jurnal.um-palembang.ac.id/index.php/bisastra/index


ISSN 2549–5305 (print), ISSN 2579–7379 (online)
Jurnal Bindo Sastra 3 (1) (2019): 63–74 73
pergi merantau untuk mencari semang atau atau analisis berdasarkan tinggkat pertama
ilmu di negeri orang. atau strukturnya maka dapat dijelaskan
bahwa dari tujuh pantun yang diperoleh
tersebut terdapat struktur atau susunan,
Setelah penulis mengadakan fungsi atau arti dari bait-bait tersebut, yang
penelitian mengenai struktur dan isi pantun dianalisis berdasarkan susunan yang
lisan masyarakat desa Gedung Wani terdapat dalam pantun tersebut yang sesuai
kecamatan Runjung Agung kabupaten dengan kamus bahasa indonesia dan bahasa
Ogan Komering Ulu Selatan. Penulis indonesia.
memperoleh tujuh pantun muda-mudi yaitu
pantun jenaka, pantun kilat atau karmina, Simpulan
dan pantun talibun. Dimana tujuh pantun Berdasarkan hasil penelitian dan
ini dianalisis dengan struktur dan isi pembahasan maka dapat disimpulkan
pantun. Struktur pantun dianalisis bahwa struktur dan isi pantun muda-mudi
berdasarkan bunyi, kata, baris, bait, dan dalam bahasa daya dialek Gedung Wani
tipografi sedangkan isi pantun dianalisis Kecamatan Runjung Agung OKU Selatan,
berdasarkan pembacaan tingkat heuristik struktur pantun terdiri dari bunyi, kata,
yaitu pembacaan tingkat pertama atau baris, bait, dan tepografi, dan isi pantun
berdasarkan struktur sedangkan pembacaan terdiri dari pembacaan semiotik yaitu
hermeneutik yaitu pembacaan tingkat kedua pembacaan heuristik dan hermeneutik.
atau berdasarkan makna kebahasaannya. Struktur pantun yang terdapat dalam
Berdasarkan analisis struktur pantun muda-mudi desa Gedung Wani
pantun dapat diketahui bahwa bunyi pantun dapat dilihat berdasarkan bunyi, bunyi
dari pantun jenaka menggunakan ragam yang dominan yaitu bunyi efoni dan
kata benda, keterangan tempat. Selanjutnya asonansi. Berdasarkan kata, yang banyak
pantun kilat atau karmina menggunakan digunakan kata keterangan. Selanjutnya
ragam kata benda, kata sifat. Selanjunta berdasarkan baris pantun terdiri dari empat
pantun talibun menggunakan ragam baris, sedangkan pantun talibun terdiri dari
keterangan tempat dan kata sifat. enam baris. Berdasarkan analisis bait
Analisis berdasarkan baris, pantun pantun terdiri dari satu bait. Selanjutnya
jenaka terdiri dari empat baris, pantun kilat berdasarkan tipografi pantun berbentuk
atau karmina terdiri dari dua baris dan zigzak.
pantun talibun terdiri dari enam baris. Isi pantun dianalisis berdasarkan
Analisis berdasarkan bait, pantun pembacaan semiotik yaitu pembacaan
perkenalan terdiri dari satu bait, pantun heuristik dan hermeneotik dalam bacaan
percintan terdiri dari satu bait, pantun heuristik ini, pantun dibaca berdasarkan
perpisahan terdiri dari satu bait, pantun konvensi bahasa atau sistem bahasa sesuai
beriba hari terdiri dari satu bait, pantun dengan kedudukan bahasa sebagai sistem
jenaka terdiri dari satu bait, pantun kilat semiotik tingkat pertama. Berdasarkan
atau karmina terdiri dari satu bait dan analisis pembacaan heuristik pantun lisan
pantun talibun terdiri dari satu bait. Analisis masyarakat desa Gedung Wani Kecamatan
berdasarkan tipografi pantun perkenalan Runjung Agung Kabupaten OKU Selatan
berbentuk segi empat dan zigzak, pantun struktur yang terdapat dalam ketiga pantun
percintan, pantun perpisahan, pantun beriba ini pembacaannya sesuai dengan struktur
hari, pantun jenaka, pantun kilat atau normatik karena bahasa yang digunakan
karmina, dan pantun talibun berbentuk dalam pantun adalah bahasa daerah.
zigzak. Selanjutnya pembacaan hermeneutik dalam
Analisis berdasarkan isi yaitu pantun lisan masyarakat desa Gedung Wani
pembacaan hermeneutik yaitu Pantun Kecamatan Runjung Agung Kabupaten
jenaka digunakan untuk menghibur orang OKU Selatan adalah pemberian makna dari
lain. Pantun kilat atau karmina digunakan pantun yang diperoleh. Dengan
untuk menggungkapkan perasaan. Pantun dipelajarinya pantun di dalam dunia
talibun digunakan untuk pemberitahuan. pemdidikan maka sastra lisan khususnya
Sedangkan analisis berdasarkan heuristik pantun tidak punah karena dalam setiap

Available online at: http://jurnal.um-palembang.ac.id/index.php/bisastra/index


ISSN 2549–5305 (print), ISSN 2579–7379 (online)
74 Emilia & Rita, Analisis Bentuk dan Makna

acara masyarakat selalu menggunakan Laelasari dan Nurlailah. (2006). Kamus


pantun-pantun tersebut. Istilah Sastra. Bandung: Nuansa
Aulia.

Saran Maulidya, Novia. (2005). Buku Pintar


Berdasarkan dari hasil pembahasn Pantun. Jakarta: Global Mandiri.
maka penelitian dapat disimpulkan dan
memberikan saran sebagai berikut. Moeliono, Anton. (Penyuting Penyelia),
1. Bagi pengguna pantun perlu dkk. (2002). Kamus Besar Bahasa
kesadaran untuk melestarikan di Indonesia. Jakarta: Perum Balai
derahnya masing-masing agar tidak Pustaka.
hilang atau punah.
2. Bagi peneliti, agar hasil penelitian Nagata, Aditiya. (2002). Kamus Pratis
ini dapat menambah pengetahuan Bahasa Indonesia. Surabaya: Bintang
dan wawasan ilmu pengetahuan Usaha Jaya.
tentang pantun.
3. Bagi peneliti lain, perlu diadakan Pradopo, Rachmat Djoko. (2010).
penelitian lebih lanjut mengenai Pengkajian Pantun. Yogyakarta:
struktur dan isi pantun sehingga Gadjah Mada University Press.
penelitian yang dilakukan akan
lebih lengkap dan mendalam. Ratna, Nyoman Kutha. (2011). Penelitian
Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Daftar Pustaka
Rizal Yose, (2008). Pantun Serumpun.
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Jakarta : Bintang Indonesia.
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta. Rustab, Sumianto. (2012). Jila Buku.Com.
Gramedia Pustaka Utama.
Hidayat, Inur. (2007). Kumpulan Pantun
untuk SD-SMP. Yogyakarta Siswantoro. (2010). Metode Penelitian
Indonesia Tera. sastra. Yogyakarta: Pustaka pelajar.

Hoetomo. (2005). Kamus Lengkap Bahasa Widjoputri. (2009). Kumpulan peribahasa


Indonesia. Surabaya: Mitra Pelajar. dan pantun. Jakarta: Talenta Media
Utama.
Keraf, Gorys. (2001). Komposisi. Jakarta:
Nusa Indah.

Kosasih. (2012). Dasar dasar Keterampilan


Bersastra. Bandung: Yrama Widya.

Available online at: http://jurnal.um-palembang.ac.id/index.php/bisastra/index


ISSN 2549–5305 (print), ISSN 2579–7379 (online)

Anda mungkin juga menyukai