Anda di halaman 1dari 22

MAKNA BUDAYA DALAM LIRIK LAGU SASAK: KAJIAN

ETNOLINGUISTIK

JURNAL SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Pregram


Strata Satu (S-1) Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah

oleh
Aftahul Aryan
E1C014002

UNIVERSITAS MATARAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA

2018

1
2
AFTAHUL ARYAN

E1C014002

Universitas Mataram

Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Jl. Majapahit No. 62 Mataram NTB 83125 Telp. (0370) 623873

Aftahularyan123@gmail.com

ABSTRAK

Skripsi yang berjudul “Makna Budaya Dalam Lirik Lagu Sasak: Kajian

Etnolinguistik” mengangkat masalah wujud kebudayaan yang ada di Lombok

melalui lirik lagu Sasak. Tujuan penelitian ini, (1) mendeskripsikan dan

mengklasifikasikan bentuk-bentuk satuan lingual istilah budaya yang terkandung

dalam lirik lagu bahasa Sasak, (2) mendeskripsikan dan mengklasifikasikan

makna-makna istilah budaya yang terkandung dalam lirik lagu bahasa Sasak.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan menggunakan metode

pengumpulan data dengan metode simak, observasi, dan wawancara yang

menghasilkan data dengan bentuk satuan istilah budaya dan makna budaya yang

terkandung dalam lirik lagu Sasak.

Kata kunci: makna budaya, lirik lagu, etnolinguistik

3
ABSTRACT
Thesis entitled "The Meaning of Culture in Sasak Song Lyrics: Ethnolinguistic

Studies" raises the problem of the form of culture in Lombok through the Sasak

song lyrics. The purpose of this study, (1) describes and classifies the lingual unit

forms of cultural terms contained in the lyrics of the Sasak language song, (2)

describes and classifies the meanings of cultural terms contained in the lyrics of

Sasak language songs. This study uses descriptive methods and uses data

collection methods with the method of referencing, observation, and interviewing

that produces data with the form of cultural terms and cultural meanings contained

in the Sasak song lyrics.

Keywords: cultural meaning, songs lyrics, etnolinguistic

---------------------------------Pemisah Seksi (Berkelanjutan)-----------------------------

A. PENDAHULUAN mereka sudah dihadapkan dengan

berbagai perwujudan seni dalam


Setiap suku bangsa yang
arti luas. Hal ini terlihat dari
hidup dengan keragaman
peninggalan-peninggalan yang
budayanya, yang masing-masing
diwariskan oleh nenek moyang
memiliki ciri khas tentang sebuah
terdahulu.
budaya, seni, dan tradisi yang

dianggap memiliki nilai-nilai Suku Sasak menggunakan

luhur yang dianut dan dilakukan bahasa Sasak untuk melestarikan

secara turun-temurun. Sejak kebudayaan Sasak. Salah satunya

manusia mulai hidup di dunia, dengan cara menjadikan bahasa

4
Sasak sebagai media utama banyak perubahan dan

dalam bersyair. Ada beberapa penambahan. Perubahan itu

syair yang dikenal dalam terlihat dari cara penyajian

masyarakat Sasak yaitu musiknya, banyak masyarakat

Tembang, Sesenggak (Peribahasa suku Sasak yang

bahasa Sasak), dan Lelakak. Di mengkolaborasikan antara musik

dalam syair tersebut terkandung modern dengan musik daerah.

berbagai fenomena budaya yang Hal itu terlihat dari lagu-lagu

merupakan cerminan dari nilai- yang bernuansa popular yang

nilai yang hidup dan berkembang dinyanyikan dengan bahasa

pada masyarakat Sasak. Sasak.

Keadaan lagu Sasak saat ini Selain itu, lagu Sasak jika

sudah mengalami perkembangan dilihat dari segi keasliannya akan

yang sangat pesat. Lagu Sasak sangat jauh berbeda dengan lagu

pada mulanya hanya terdiri atas Sasak yang berkembang pada

beberapa aliran musik. Adapun saat ini. Lagu Sasak sekarang ini

kelompok musik dan lagu dalam pada umumnya bernuansa

suku Sasak diantaranya: Kayaq, dangdut, Pop, dan Reggey yang

Cilokaq, Gule Gending, Tilawatil dilagukan dengan bahasa Sasak.

Quran, Musik Modern, dan Lagu Berbeda dengan lagu Sasak yang

Daerah (Ratmaje, 2012:48). asli, garapan musik dan lagunya

Seiring perkembangan zaman bisa kita bedakan dengan lagu

lagu Sasak sudah mengalami Sasak yang sekarang. Lirik lagu

5
Sasak juga memiliki kepadatan C. MANFAAT PENELITIAN

makna yang luas jika 1. Manfaat Teoritis, yaitu

dibandingkan dengan lagu Sasak penelitian ini diharapkan

yang modern Rosyidi (2013:4). dapat memberikan

Hal itulah yang melatarbelakangi konstribusi dalam

penelitian ini sebagai upaya perkembangan bidang

untuk mengetahui makna yang ilmu etnolinguistik yang

terkandung dalam lirik lagu membahas tentang lagu-

Sasak. lagu daerah.

2. Manfaat Praktis, yaitu


B. RUMUSAN MASALAH
penelitian ini diharapkan
Berdasarkan uraian latar
mampu memperkaya
belakang di atas, maka peneliti
wawasan atau
akan mengkaji permasalahan
pengetahuan pembaca
sebagai berikut.
tentang teori yang
1. Bagimanakah bentuk-bentuk
mengkaji makna budaya
satuan lingual istilah budaya
dalam sebuah lagu,
dalam lirik lagu bahasa
khusus lagu-lagu daerah
Sasak?
dengan kajian
2. Bagaimanakah makna budaya
etnolinguistik.
yang terkandung dalam lirik

lagu bahasa Sasak?

6
D. LANDASAN TEORI Makna

Etnolinguistik Makna dalam kamus linguistik

adalah (1) maksud pembicaraan, (2)


Etnolinguistik adalah cabang ilmu
pengaruh satuan bahasa dalam
linguistik yang menyelidiki
pemahaman persepsi atau perilaku
hubungan antara bahasa dan
manusia atau kelompok manusia, (3)
masyarakat pedesaan atau
hubungan dalam arti kesepadanan
masyarakat yang belum mempunyai
atau ketidaksepadanan antara bahasa
tulisan. Artinya bahwa linguistik
dengan alam diluar bahasa atau
merupakan studi tentang bahasa
antara ujaran dan semua hal yang
sebagai sumber budaya dan
ditunjuknya, (4) cara menggunakan
berbahasa sebagai praktik budaya.
lambang-lambang. Ada beberapa
Maksudnya, bahwa bahasa dan
jenis makna, makna leksikal, makna
budaya memiliki keterkaitan satu
gramatikal, dan makna kultural
sama lain karena untuk memahami
(2008:148).
budaya harus mengerti bahasanya

terlebih dahulu dan mengerti bahasa Budaya

maka harus paham tentang Menurut Koentjaraningrat (2002)

budayanya. Terlepas dari berbagai mengatakan, bahwa menurut ilmu

macam istilah tersebut, pada antropologi kebudayaan adalah

dasarnya kajian dari istilah-istilah keeluruhan sistem gagasan, tindakan

tersebut adalah sama, yaitu dan hasil karya manusia dalam

membahas hubungan yang sama rangka kehidupan masyarakat yang

antara bahasa dan kebudayaan. dijadikan milik diri manusia dengan

7
belajar. Dia membagi kebudayaan Makna Budaya Dalam Linguistik

atas 7 unsur: sistem religi, sistem Bahasa dipandang saling berpautan

organisasi kemasyarakatan, sistem dengan kebudayaan, dan sudah

pengetahuan, sistem mata banyak dibincangkan oleh orang.

pencaharian hidup, sistem teknologi Demikian pula fakta bahwa bahasa,

dan peralatan bahasa dan kesenian. budaya, dan cara berpikir seseorang

Kesemua unsur budaya tersebut atau sekelompok masyarakat tertentu

terwujud dalam bentuk sistem saling berhubungan satu sama lain.

budaya/adat-istiadat (kompleks Hal ini menandakan hubungan erat

budaya, tema budaya, gagasan), antara bahasa dan corak budaya

sistem sosial (aktivitas sosial, suatu masyarakat. Atau dapat

kompleks sosial, pola sosial, dikatakan melalui bahasa kita dapat

tindakan), dan unsur-unsur mengetahui budaya dari suatu

kebudayaan fisik (benda masyarakat tertentu.

kebudayaan). Sifat bahasa yang penting berkaitan

Dari deskripsi diatas dapat dengan hubungan antara bahasa dan

disimpulkan bahwa budaya adalah budaya, yakni: bahasa bersifat


keseluruhan sistem yang mengikat
manusiawi, bahasa adalah tingkah
kehidupan manusia, mulai dari
sistem sosial, norma-norma, adat- laku, dan bahasa berkaitan dengan

istiadat, serta nilai-nilai luhur yang sikap. Tentang kebudayaan,


hidup dan mengikat suatu
kebudayaan itu dipandang sebagai
masyarakat.
sistem makna simbolik, pendapat ini

mengandung pengertian bahwa

8
kebudayaan bersifat kolektif, bukan merupakan satuan terkecil, yang

milik perseorangan. Kebudayaan secara hirarki menjadi komponen

sesungguhnya merupakan pembentuk satuan sintaksis yang

keseluruhan sistem gagasan, lebih besar yaitu frase. Sedangkan

tindakan, dan hasil kerja manusia menurut Bloomfield (dalam Chaer,

(Koentjaraningrat, 1981:182). 2007) menjelaskan pengertian kata

yaitu satuan bebas terkecil (a


Bentuk Satuan Lingual
minimal free form). Pendapat ini
Bentuk satuan lingual adalah wujud
didukung Verhaar (2010:97) dalam
satuan bahasa yang berupa satuan
bukunya Asas-Asas Linguistik
fonologis, satuan gramatikal, dan
Umum yang mendeskripsikan bahwa
satuan leksikal (wedhawati,
kata adalah satuan atau bentuk yang
2006:31). Pada penelitian ini, bentuk
dapat berdiri sendiri atau bebas dan
satuan lingual difokuskan terhadap
tidak memerlukan bentuk lain dalam
satuan leksikal yang berupa kata dan
sebuah tuturan.
satuan gramatikal yang berupa frasa,
Frase
kalimat dan wacana.

Menurut Wedhawati dkk. (2006:35),


Kata
frasa adalah satuan gramatikal
Chaer (2004: 219) mengatakan
nonpredikatif yang terdiri atas dua
bahwa dalam tataran morfologi kata
kata atau lebih dan berfungsi sebagai
merupakan satuan terbesar (satuan
konstituen di dalam konstruksi yang
terkecilnya morfem), tetapi dalam
lebih besar. Pendapat tersebut di
tataran sintaksis kata yang
dukung oleh Chaer (2007:222) yang

9
menyatakan bahwa frasa adalah definisi klausa yang dikemukakan

satuan gramatikal yang berupa Zuhud (1998:15) bahwa klausa

gabungan kata yang bersifat adalah kelompok kata yang

nonpredikatif. Adapun menurut didalamnya ada kata yang berfungsi

Verhaar (2010:291) frasa merupakan sebagai subyek da nada yang

kelompok kata yang merupakan berfungsi sebagai predikat. Dalam

bagian fungsional pada tuturan yang Buku Tata Bahasa Baku Bahasa

lebih panjang. Berdasarkan Indonesia (1998:312) dikatakan

pengertian-pengertian tersebut, maka bahwa klausa merupakan satuan

dapat disimpulkan bahwa frasa sintaksis yang terdiri atas dua kata

adalah kelompok kata yang atau lebih yang mengandung unsur

merupakan satuan gramatikal dan predikat. Rahman Ali (2007:438)

bersifat non predikatif. mengungkapkan bahwa klausa

adalah sekelompok kata yang


Klausa
mengandung subyek (pokok kalimat)
Chaer (2004:231) mendefinisikan
atau predikat (sebutan kalimat).
klausa sebagai satuan sintaksis
Kalimat
berupa runtutan kata-kata

berkonstruksi predikatif. Artinya, Menurut Rahman Ali (2007:298)

didalam konstruksi itu ada sentence (kalimat) adalah

komponen berupa kata/frasa yang sekumpulan kata yang mempunyai

berfungsi sebagai predikat dan yang paling sedikit satu subyek dan satu

lain berfungsi sebagai subyek, predikat serta mengandung

obyek, dan keterangan. Sedangkan pengertian yang lengkap dan

10
sempurna. Atau sekelompok kata Chaer (2004:235) Wacana adalah

yang mengungkapkan pemikiran satuan bahasa yang terlengkap,

utuh dan arti yang dapat dipahami sehingga dalam hirarki gramatikal

secara jelas. merupakan satauan gramatikal

tertinggi atau terbesar. Wacana


Menurut Bloomfield (dalam verhaar,
dikatakan lengkap karena
2010:97) kalimat adalah suatu
didalamnya terdapat konsep,
bentuk bahasa yang bebas , yang
gagasan, pikiran atau ide yang utuh,
oleh karena suatu konstruksi
yang bisa dipahami oleh pembaca
gramatikal tidak termasuk dalam
(dalam wacana tulis) atau oleh
suatu bentuk bahasa yang lebih
pendengar (dalam wacana lisan)
besar. Sejalan dengan pendapat
tanpa keraguan apapun. Wacana
diatas Cook (dalam Guntur, 2009:6)
dikatakan tertinggi atau terbesar
kalimat adalah satuan bahasa yang
karena wacana dibentuk dari kalimat
secara relative dapat berdiri sendiri
atau kalimat-kalimat yang memenuhi
yang mempunyai pola intonasi akhir
persyaratan gramatikal dan
dan terdiri dari klausa. Berbagai
persyaratan kewacanaan lainnya
definisi yang dipaparkan oleh para
(kohensi dan koherensi).
ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
Kekohensian adalah kerasian
kalimat adalah suatu kesatuan ujaran
hubungan antar unsur yang ada.
yang mengungkapkan suatu konsep
Wacana yang kohesif bisa
pikiran dan perasaan.
menciptakan wacana yang koheren
Wacana
(wacana yang baik dan benar).

11
Nyanyian Rakyat Sebagai Folklor alat pencerminan angan-angan suatu

kolektif
Menurut Danandjaja (2007)

nyanyian rakyat adalah sebuah Sebagai alat pengesahan pranata-

tradisi lisan dari suatu masyarakat pranata atau lembaga-lembaga

yang diungkapkan melalui nyayian kebudayaan

atau tembang-tembang tradisional.


b). Sebagai alat pendidikan anak
Berfungsi rekreatif yaitu mengusir
(pedagogical device), dan
mengusir kebosanan hidup sehari-

hari maupun untuk menghindari dari c). Sebagai alat pemaksa dan

kesukaran hidup sehingga menjadi pengawas agar norma-norma

semacam pelipur lara. masyarakat akan selalu dipatuhi

anggota kolektifnya.
Berbicara mengenai nyanyian rakyat

sebagai folklore tentunya kita perlu E. METODE ANALISIS

mengetahui fungsi folklor. Dalam DATA

membicarakan fungsi folklor penulis


Muhammad (2011:224) mengatakan
mengacu kepada teori Bascom
analisis data adalah aktivitas
(Danandjaja, 2007:19) menyatakan
menguraikan satuan lingual,
fungsi penelitian folklore terbagi atas
kemudian dikelompokkan
empat yaitu:
berdasarkan pada pola-pola, tema-

a). Sebagai sistem proyeksi tema, kategori-kategori, kaidah-

(projective system), yakni sebagai kaidah, dan masalah-masalah

penelitian. Metode analisis data yang

12
digunakan dalam penelitian ini, yaitu dengan dengan hal yang berada

metode padan intralingual dan diluar bahasa (Mahsun 2013:120).

metode padan ekstralingual. Untuk Metode padan ekstralingual dalam

lebih jelas, kedua metode tersebut penelitian ini digunakan untuk

akan dipaparkan berturut-turut menginterprestasikan,

sebagai berikut. menghubungkan bentuk satuan

lingual bermakna budaya dalam lirik


Metode padan intralingual adalah
lagu Sasak dengan fenomena-
metode analisis dengan cara
fenomena budaya yang melekat,
menghubung-bandingkan unsur-
tumbuh dan berkembang dan
unsur yang bersifat lingual, baik
menjadi identitas masyarakat suku
yang terdapat dalam satu bahasa
Sasak.
maupun dalam beberapa bahasa yang

berbeda (Mahsun, 2013:117). F. METODE PENYAJIAN

Metode padan intralingual dalam ANALISIS DATA

penelitian ini digunakan untuk


Metode penyajian data ini
menghubung-bandingkan lirik lagu
menggunakan metode informal.
Sasak untuk menemukan bentuk
Menurut Mahsun (2013:123),
satuan lingual yang memiliki makna
metode informal adalah perumusan
budaya. Sedangkan metode padan
dengan menggunakan kata-kata
ekstralingual digunakan untuk
biasa, termasuk penggunaaan
menganalisis unsur bahasa yang
terminologi yang bersifat tekhnis.
bersifat ekstralingual, seperti
Jadi, peneliti akan melakukan
menghubungkan masalah bahasa
pengkajian data bentuk dan makna

13
budaya dengan menggunakan kata- kakak, guru dan lain sebagainya.
Selain side ada beberapa kata yang
kata sebagai bentuk penjabaran
sama digunakan dalam
analisisnya.
berkomunikasi seperti pelinngih dan
pelungguh. Hal ini dapat dilihat
G. PEMBAHASAN
dalam lirik lagu berikut:

Bentuk satuan lingual istilah Mumbedaye Side nune


Semu ayu bales kale
budaya Iling-iling rengpubaye
Kahuripan basing kale
Dih ingrangge
Bentuk kata
(Lagu gugur mayang Bait Ke
Ditemukan satuan lingual bermakna tiga)
budaya berbentuk kata. Kata
2. denda [dənda]
bermakna budaya dalam lirik lagu
„anak perempuan bangsawan‟
Sasak tersebut berbentuk kata dasar
Kata Denda dalam lirik lagu
pronomina. Berikut satuan lingual
Sasak adalah jenis kata Nomina,
bermakna budaya berbentuk kata
Denda secara harfiah adalah „anak
dalam lirik lagu Sasak.
perempuan bangsawan‟. Dalam
1. side [sidə] kehidupan masyarakat Sasak ada
„anda‟ beberapa gelar kebangsawan seperti
Kata side dalam lirik lagu Denda, Lale, dan Baiq untuk wanita
Sasak adalah jenis kata dasar sedangkan Lalu dan Raden sebutan
pronominal persona. Kata side yang adalah sebutan kebangsawan untuk
secara leksikal berarti „anda‟. Kata laki-laki. Hal ini dapat dilihat dalam
side merupakan pronomina persona lirik lagu berikut:
penghalus orang pertama yang
Gugur mayang Kahuripan
mencerminkan rasa hormat/ sopan Kembang gadung sedin gunung
Awun-awun panas jelo
seseorang kepada orang lain. Kata
Aseq ate lalo telang
side biasanya digunakan dalam Aduh dende
(Lagu gugur mayang bait ke Satu)
berkomunikasi dengan orang yang
lebih dewasa, seperti orang tua,

14
3. nune [nunə] „kehidupan yang sudah
„anak laki-laki bangsawan‟ berguguran‟
Kata nune dalam lirik lagu
Dalam lirik lagu tersebut,
Sasak adalah jenis kata dasar nomina
gugur mayang kahuripan yang
yang secara harfiah adalah „anak
artinya kehidupan yang sudah
laki-laki bangsawan‟. Dalam zaman
berguguran. Maksud dari kehidupan
kerajaan dulu, kata ini sering
yang sudah berguguran adalah
digunakan untuk memanggil
kehidupan zaman sekarang yang
pangeran atau anak kerajaan, seperti
sudah tidak terarah. Seperti yang kita
halnya dengan kata denda. Selain
lihat sekarang ini, sudah banyak
dari kata nune ada juga sebutan
masyarakat yang meninggalkan
lainnya seperti lalu dan raden. Hal
budaya dan tradisi yang ditinggalkan
ini dapat dilihat dalam lirik lagu
oleh para pendahulu. Sebagian besar
berikut:
masyarakat sekarang khususnya
Mumbedaye side nune masyarakat suku Sasak sering
Semu ayu bales kale menerapkan budaya barat dalam
Iling-iling rengpubaye
Kahuripan basing kale kehidupannya yang membuat mereka
Dih ingrangge lupa akan dirinya. Disinilah bunga
(lirik lagu gugur mayang bait
ketiga) mayang diibaratkan sebagai sebuah
kehidupan, bunga mayang yang
Bentuk Frase
begitu banyak seperti manusia
Selain berbentuk kata, ditemukan
berada di sebuah kehidupan yang
pula makna budaya yang berbentuk
sudah berguguraan. Jadi, gugur
frase yang memiliki makna budaya.
mayang kahuripan menunjukkan
Data-data tersebut dapat ditemukan
kehidupan masyarakat suku Sasak
dalam lirik lagu Sasak gugur
yang sudah berguguguran
mayang, adapun data-data makna
diakibatkan budaya yang mereka
budaya berbentuk frase dalam lirik
miliki tidak dijaga dan dilestarikan.
lagu gugur mayang sebagai berikut.
Hal ini dapat dilihat dalam lirik lagu
1. gugur mayang kahuripan berikut:
[gugur mayaŋ kahuripan]

15
Gugur mayang Kahuripan (lirik lagu gugur mayang bait ke dua)
Kembang gadung sedin gunung
Awun-awun panas jelo 3. semu ayu bales kale [səmu
Aseq ate lalo telang ayu baləs kalə]
Aduh dende „yang baik dibalas dengan
(lagu gugur mayang bait pertama) yang buruk‟

2. pasek dese telang sirne Dalam lirik lagu Sasak yang


[pasə? dəsə təlaŋ sirnə] berjudul gugur mayang ditemukan
„yang utama di desa sudah
hilang‟ data yang mengandung makna
budaya. Lirik tersebut mengandung
Dalam lirik tersebut
budaya dalam kehiduapan
mengandung makna budaya dalam
masyarakat suku Sasak. Lirik
kehidupan masyarakat suku Sasak.
tersebut terdiri dari kata semu yang
Secara harfiah lirik tersebut artinya
secara leksikal berarti “budi”, ayu
“yang utama didesa telah hilang
berarti “baik”, bales berarti balas,
sirna”. Makna dari lirik lagu tersebut
dan kale yang berarti buruk. Dalam
adalah pemimpin yang adil telah
kehidupan masyarakt Sasak semu
hilang karena tidak bersifat jujur.
ayu bales kale merupakan ungkapan
Pasek dese yang dimaksud adalah
yang mengajarkan agar setiap
pemimpin yang sifatnya jujur. Dalam
tindakan yang dilakukan harus
kehidupan masyarakat suku Sasak
dengan kebaikan dan keikhalsan.
yang sekarang ini lahir seorang
Orang tua juga selalu menyarankan
pemimpin yang pemberani namun
supaya selalu berhati-hati dalam
tidak bersifat jujur dikarena hilang
menjalankan hidup karena ada
rasa perduli antar sesama. Jadi, pasek
kalanya yang baik dibalas dengan
dese telan sirne menunjukan hilang
yang buruk. Jadi, dalam menjalankan
seorang pemimpin yang adail dan
hidup haruslah dengan jujur dan
bijaksana. Hal ini dapat dilihat salam
ikhlasan supaya kehidupan yang
lirik lagu berikut:
dijalani tidak mendapatkan musibah.
Umbak umbul leq temuan Hal ini dapat dilihat dalam lirik lagu
Rendoq tangis gumi sasak berikut:
Pasek dese ilang sirne
Mangde jari tutur muri
Leq semeton jari Mumbedaye side nune

16
Semu ayu bales kale Dalam lirik lagu Sasak yang
Iling-iling rengpubaye
berjudul gugur mayang ditemukan
Kahuripan basing kale
Dih ingrangge data yang mengandung makna
(lirik lagu gugur mayang bait ketiga)
budaya. Lirik tersebut mengandung
4. iling-iling rengpubaye [iliŋ- budaya dalam kehiduapan
iliŋ rəŋpubayə]
masyarakat suku Sasak. Masyarakat
„ingatlah kepada janji-janji
kita‟ suku Sasak diingatkan untuk tidak
membuat kerusakan dalam
Dalam lirik lagu Sasak yang kehidupan karena musibah yang
berjudul gugur mayang ditemukan terjadi akibat pengkhianat terhadap
data yang mengandung makna sebuah perjanjian. Maka untuk
budaya. Lirik tersebut mengandung keselamatan diri sendiri maka kita
budaya dalam kehiduapan harus tetap berhati-hati. Hal ini dapat
masyarakat suku Sasak. Iling-iling dilihat dalam lirik lagu berikut:
rengpubaye yang secara jelas
mengajarkan untuk mengingat Mumbedaye side nune
Semu ayu bales kale
kepada janji-janji kita. Janji yang Iling-iling rengpubaye
dimaksud adalah janji kehidupan Kahuripan basing kale
Dih ingrangge
yang kita jalani dan jangan pernah (lirik lagu gugur mayang bait
mengingkari janji yang telah kau ketiga)

perbuat. Hal ini dilihat dalam lirik Makna Budaya Dalam Lirik Lagu
Sasak
lagu berikut:
GUGUR MAYANG
Mumbedaye side nune
Semu ayu bales kale Gugur mayang Kahuripan
Iling-iling rengpubaye Kembang gadung sedin gunung
Kahuripan basing kale Awun-awun panas jelo
Dih ingrangge Aseq ate lalo telang
(lirik lagu gugur mayang bait ketiga) Aduh dende

5. kahuripan basing kale Umbak umbul leq temuan


[kahuripan basiŋkalə] Rendoq tangis gumi sasak
„kehidupan yang mendapat Pasek dese ilang sirne
musibah‟ Mangde jari tutur muri
Leq semeton jari

17
Mumbedaye side nune Bait kedua, umbak umbul leq
Semu ayu bales kale
Iling-iling rengpubaye temuan, secara implisit menjelaskan
Kahuripan basing kale
Dih ingrangge berita tersebut telah tersebar ke

Pada bait pertama, gugur mayang seluruh masyarakat dan menjadi

kahuripan bunga mayang diibaratkan pembicaraan yang tidak ada

sebagai sebuah kehidupan, bunga habisnya, seperti ombak yang tidak

mayang yang begitu banyak seperti ada habisnya di sebuah pertemuan

manusia berada disebuah desa yang antara sungai dan lautan. Rendoq

runtuh. Kembang gadung sedin tangis gumi sasak, inilah riuh tangis

gunung, diceritakan bahwa masyarakat sasak karena peristiwa

kehancuran itu terjadi karena ada tersebut. Pasek dese hilang sirne,

yang tidak baik berdiri samar di yang utama didesa telah hilang

dekat raja, atau seoarng penghianat karena pengkhianatan. Pasek dese

berada di lingkungan sebuah desa. yang dimaksud adalah sifat jujur dari

Awun-awun panas jelo, kabut yang seorang pemerintah kerajaan.

begitu tebal saat matahari bersinar Masyarakat bersedih karena adanya

dengan terangnya, secara implisit seorang pengkhianat yang

menjelaskan bahwa pengkhianat mengakibatkan berada dalam

tersebut ingin bersembunyi namun kerajaan.

karena pengelihatan sang raja yang


Bait ketiga baris pertama dan kedua,
begitu luas, menjadikan penghianat
mumbedaye side nune semu ayu
tersebut diketahui keberadaannya
bales kale, pengarang meyarankan
meski bersembunyi di banyak orang.
agar selalu berhati-hati dalam

18
menjalankan hidup karena ada sebagai berikut: (1) lirik lagu
gugur mayang terdapat tiga
kalanya yang baik dibalas dengan
data berbentuk kata dan lima
yang buruk. Kahuripan besengkale
data berbentuk frase, (2) lirik
dih irangge, sebuah kehidupan telah lagu pemban selaparang
terdapat tiga data berbentuk
mendapat musibah yang terjadi
kata dan satu data berbentuk
karena sebuah pengkhianatan, untuk
frase, (3) lirik lagu gelung
keselamtan diri sendiri maka kita prade terdapat sata data
berbentuk katadan empat data
harus tetap berhati-hati.
berbentu frase, (4) lirik lagu

H. SIMPULAN angin alus terdapat dua data


berbentuk kata dan satu kata
Berdasarkan hasil analisis berbentuk frase, (5) lirik lagu
data dapat disimpulkan beberapa babat lombok terdapat satu
hal sebagai berikut: data berbentuk kata dan tiga
data berbentuk frase, dan (6)
1. Didalam lirik lagu Sasak
didalam lirik lagu kidung
yang berjudul gugur mayang,
dalem terdapat empat data
pemban selaparang, gelung
berbentuk frase. Istilah-istilah
prade, babat lombok, angin
budaya yang terdapat dilirik
alus, dan kidung dalem
lagu tersebut mengandung
ditemukan bentuk satuan
makna budaya yang masih
lingual istilah budaya yang
ada dan masih dilestarikan
berbentuk kata dan frase.
oleh masyarakat Lombok
Dalam setiap bentuk data
khususnya suku Sasak.
yang ditemukan, terdapat
2. Didalam lirik lagu Sasak
bentuk dan makna istilah
terdapat makna budaya yang
budaya yang terkandung di
dihasilkan dari kesepakatan
dalam lirik lagu tersebut.
pemakai bahasa sehinnga
Adapan bentuk data tersebut
dapat saling mengerti, yang

19
didalamnya terdapat orang yang tidak tahu menjadi
hubungan antara bahasa, tahu atau dengan kata lain
kebudayaan dengan etnologi membawa sesuatu kea rah yang
dan konteks sosial. Dalam lebih baik. Penulis menyarankan
lirik lagu bahasa Sasak pembaca sebaiknya:
terdapat berbagai berbagai
1. Sebaiknya penelitian yang
macam makna budaya
berkaitan dengan
didalamnya mengandung
etnolinguistik tak pernah
makna-makna yang
habis, penelitian terhadap
mengarah pada nasehat dan
etnolinguistik bisa dilihat dari
tujuan hidup, seperti makna
segi kehidupan masyarakat
dari lirik lagu semu ayu bales
yang diangkat oleh penulis.
kale yang secara leksikal
Penelitian tentang kebuayaan
berarti „budi baik dibalas
dalam lirik lagu ini tidak
dengan yang buruk‟. Lirik
hanya sekedar menganalisis
lagu tersebut bermakna dalam
tetapi lebih pada menyelami
menjalankan hidup baiknya
budaya yang diangkat. Untuk
selalu berfikir positif karena
itu penulis berharap
terkadang niat yang baik
penelitian selanjutnya bisa
dapat dibalas dengan niat
mengembangkan penelitian
yang buruk. Selain dari lirik
budaya dalam sudut pandang
lagu tersebut, masih banyak
yang berbeda.
lirik lagu yang mengandung
2. Sebaiknya para pembaca dan
makna positif bagi
peneliti etnolinguistik
masyarakat suku Sasak.
selanjutnya, dapat
I. SARAN
meningkatkan apresiasi
positifnya terhadap budaya
Pada dasarnya, sebuah
yang ada khusnya masyarakat
penelitian ilmiah bisa membawa
suku Sasak.
dampak positif. Dampak positif
yang diinginkan seperti membuat

20
DAFTAR PUSTAKA Hidayah, Arini. 2017. “Makna
Budaya Lagu Dolanan: Dhongdhong
Apa Salak,
Abrahulhaq, Muhammad. 2018.
“Analisis Gaya Bahasa Kiasan Ghundul Pacul”. Jurnal
Dalam Lirik Humaniora. Universitas Surakarta
LaguLetto Album Lethologica Kasada, Satria. 2017. “Makna
dan Kaitannya Dengan Budaya Dalam Ungkapan Bahasa
Pembelajaran Sastra Di Sumbawa
SMP”. Skripsi. FKIP
Universitas Mataram Besar: Sebuah Kajian
Etnolinguistik”. Jurnal Skripsi.
Aminuddin, 2011. Semantik Universitas
Pengantar Studi Tentang Makna.
Bandung: Sinar Mataram

Baru Algensindo Koejaraningrat. 2002. Pengantar


Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Cipta
Umum. Jakarta: Rineka Cipta
Kridalaksana, Harimurti. 2010.
Danandjaja, James. 2007. Folklore Pembentukan Kata Dalam Bahasa
Indonesia Ilmu Gosip, Dongeng dan Indonesia.
Lain-lain. Jakarta: PT Jakarta: Gramedia Pustaka
Pustaka Utama Grafiti Utama
Dinawati, Ina. 2010. “Istilah-istilah Mahsun. 2013. Metode Penelitian
Sesaji Dalam Tradisi Merti Desa di Bahasa: tahapan strategi, metode
Desa dan
Dadapayam Kecamatan Tehkniknya. Jakarta: Rajawali
Suruh Kabupaten Semarang: Kajian Pers
Etnolinguistik”. Skripsi. Muhammad. 2011. Paradigma
Universitas Sebelas Maret Surakarta Kualitatif Penelitian Bahasa.
Yogyakarta: Liebe
Hadianti, Diah Nur. 2016. “Bentuk,
Makna, dan Fungsi Upacara Ritual Book Press
Daur
Purnama Sari, Indah. 2014. “Makna
Hidup Manusia Pada Cerita Rakyat “Oi Mbora” dan
Masyarakat Sunda”. Skripsi. FIB Kaitannya
Universitas
Dengan Pembelajaran Sastra
Airlangga di SMP”. Skripsi. Universitas
Mataram

21
Putra, Shri Ahimsa. 1997. Supatra, Hendarto. 2017. “Pokok-
Etnolinguistik Beberapa Bentuk pokok Kebahasaan Dalam Kajian
Kajian. Makalah
Antropologi Bahasa”. Jurnal.
Disajikan dalam Temu Ilmiah Fakultas Ilmu Budaya Undip
Bahasa dan Sastra. Yogyakarta Semarang
Ratmajan. 2012. “Kerajinan dan Sutedi. 2009. Metode Penelitian
Kesenian Tradisional Bahasa. Bandung: Humaniora Press
Lombok”. KSU Kerjasama
Pusat Studi dan Kajian Suyitno, Imam. 2008. “Kosa Kata
Budaya Lagu Daerah Banyuwangi: Kajian

Rosyidi, Ahyar. 2012/2013. Etnolinguistik Etnik Using”.


“Analisa Strata Norma Ingarden Jurnal. Universitas Negeri Malang
Pada Lirik Lagu
Tarigan, Harry Guntur. 1986.
Sasak dalam Album “Pemban Pengajaran Semantik. Bandung:
Selaparang” Serta Hubungannya Angkasa

Dengan Pembelajaran Sastra Bandung


di SMP”. Skripsi. FKIP: Universitas Tim Penyusun. 2016. KBBI Edisi V.
Mataram Jakarta: Balai Pustaka

Runanti. 2013. “Analisis Makna Verhaar, JWM. 2010. Asas-asas


Budaya Dalam Wacana Lisan Pada Linguistik Umum. Yogyakarta:
Prosesi Gadjah Mada

Bisok Tian (Cuci Perut) di University Press


Desa Taman Karang Baru dan
Wardoyo, Cipto dan Sulaeman,
Implikasinya
Asep. 2017. “Etnolinguistik Pada
Pada Pendidikan Karakter di Penamaan
SMP”. Skripsi. Universitas Mataram Nama-nama Bangunan di
Soekanto, Soejono. 2012. Sosiologi Keraton Yogyakarta”. Jurnal. UIN
Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Sunan

Grafindo Persada Gunung Djati Bandung

Sugianto, Alip. 2014. “Kajian Wedhawati, dkk. 2006. Tata Bahasa


Etnolinguistik Terhadap Peribahasa Jawa Mutakhir. Yogyakarta:
Etnik Jawa Kanisius

Panaragan Sebuah Tinjauan Yendra. 2016. Mengenal Ilmu


Pragmatik Force”. Jurnal. Bahasa (Linguistik). Yogyakarta:
Universitas Deepublish

Muhammadiyah Ponorogo

22

Anda mungkin juga menyukai