Anda di halaman 1dari 11

RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 3, No.

1 April 2017, 93-103


Available Online at http://ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/jret

KAJIAN BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA UNGKAPAN


TRADISIONAL WACANA SORONG SERAH AJI K RAMA
DI KABUPATEN LOMBOK BARAT DAN RELEVANSINYA DALAM
PEMBELAJARAN MULOK DI SMP
Sihwatik
Universitas Mataram
Sihwatik425@yahoo.com

Abstrak
Ungkapan tradisional merupakan salah satu kekayaan budaya yang terdapat di Lombok Barat
terancam punah. Hal itu disebabkan oleh berbagai faktor terutama dengan adanya perkembangan
zaman dan pengaruh teknologi. Untuk mencegah terjadinya hal tersebut, perlu dilakukan suatu upaya
agar keberadaan ungkapan tradisional tetap terjaga. Adapun yang menjadi sasaran kaji ungkapan
tradisional ini adalah meliputi bentuk, fungsi dan makna yang terdapat dalam ungkapan tradisional di
daerah Lombok Barat. Teori yang digunakan untuk mengkaji masalah tersebut adalah teori bentuk,
fungsi dan makna yang telah dikemukakan oleh berbagai ahli salah satunya adalah teori
strukturalisme , teori fungsi dan teori semiotik. Adapun jenis penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif yaitu mendeskripsikan bentuk, fungsi dan makna serta langkah-langkah untuk mengemas
ungkapan tradisional sebagai materi pembelajaran muatan lokal di SMP. Pendeskripsian tersebut
dilakukan berdasarkan jumlah ungkapan tradsional (sesenggak) yang terdapat di daerah Sasak pada
umumnya dan di daerah kabupaten Lombok Barat pada khusunya. Metode pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi pustaka atau studi lapangan, wawancara,
observasi, dan perekaman. Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memperluas khasanah ilmu
pengetahuan dalam rangka memperkaya bahan referensi bidang kajian dan menambah referensi bagi
peneliti lain yang relevan dengan penelitian ini.

Kata kunci: Ungkapan tradisional,aji krama, pembelajaran

Abstract
Sorong Serah Ajikrama text is a traditional idiom which is threathened with extinction. This is
caused some factors, one of them because of the influence of globalization era and the high of tech-
nology. To prevent this condition, it needs an effort to preserve its. The aim of this traditional idiom
description consist of form,function and meaning at west Lombok.the structural theory or function
theory and semioyic theory which are released by some experts.The kind of this research is qualita-
tive research. It explines the form, function, meaning and the steps in creating the learning matter in
Junior High School (SMP). The description is done based on the numbers of traditional idiom of so-
rong serah ajikrama text in the whole Lombok Island (Sasaknesh) in general and specifically at
West lombok. The method of this reserach is literature study and field study,interview, observation
and recording. The result of this research will be useful for upgrading and adding the knowledge, as
a reference for the other researchers whose relevance to this research.

Keywords: Traditional idiom, Ajikrama, learning.

1. PENDAHULUAN pulau. Selain budaya, Indonesia juga kaya


Indonesia merupakan negara yang kaya dengan bahasa. Bahasa dan budaya
dengan budaya. Hampir di setiap daerah merupakan dua hal yang tidak dapat
yang terletak di seluruh penjuru negara dipisahkan.
Indonesia memiliki budaya berbeda-beda. Budaya diciptakan oleh kelompok
Hal tersebut disebabkan oleh bentuk negara masyarakat tertentu dengan pertimbangan
Indonesia yang terdiri dari beribu-ribu filosofi yang terkandung di dalamnya.

Copyright © 2017, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 3, No.1 April 2017, 94

Budaya memiliki berbagai macam wujud, lalui pendidikan formal khususnya untuk
salah satunya adalah folklor. Salah satu siswa SMP.
jenis folklor lisan adalah ungkapan Melalui penelitian ini akan dilakukan
tradisional. Ungkapan tradisional kajian terhadap ungkapan tradisional Sasak
mengandung nilai-nilai baik yang berada di (sesenggak). Kajian ini difokuskan pada
dalam norma agama dan adat istiadat. bentuk, fungsi, dan makna ungkapan tradi-
Warisan budyaa ini harus dijaga dan sional Sasak. Selanjutnya, hasil kajian
dilestarikan agar tidak mengalami tersebut akan dikemas menjadi materi pem-
kepunahan meskipun adanya perkembangan belajaran muatan lokal di SMP melalui
zaman. Perkembangan dan tuntutan zaman pengintegrasian beberapa standar
telah membawa dampak perubahan besar kompetensi dan kompetensi dasar sebagi
bagi khazanah kebudayaan daerah, syarat melaksanakan mulok. Peneliti
khusunya bagi tatanan kehidupan di memilih merelevansi dengan pemebelajaran
masayarakat. Fenomena ini telah mulok di SMP karena pada siswa SMP
mengakibatkan folklor lisan khusunya merupakan masa peralihan dari anak-anak
ungkapan tradisional mengalami pergeseran ke remaja (pubertas). Jadi pada masa
pemaknaan terhadap unsur-unsur tersebut siswa SMP mengalami
kebudayaan. Hal tersebut disebabkan oleh perkembangan fisik dan pola pikir siswa
berbagai faktor, yaitu pemahaman yang sudah maju atau lebih matang
masyarakat tentang ungkapan tradisional sehingga mereka mudah menerima materi
yang minim, tidak ada kesadaran yang disampaikan terutama materi yang
masayarakat setempat untuk mejunjung berkaitan dengan ungkapan tradisional
tinggi budayanya, keengganan masyarakat (sesenggak) pada masyarakat Sasak
untuk mempelajari ungkapan tradisional sebagai materi pembelajaran muatan lokal.
tersebut dan masih banyak faktor lainnya. Berdasarkan latar belakang di atas, ru-
Ungkapan tradisional banyak dijumpai musan masalah yang dapat dikemukakan
pada upacara adat istiadat Sasak. Ungkapan dalam penelitian ini ialah bagaimanakah
tradisional memiliki kekhasan tersendiri, bentuk, fungsi, makna ungkapan tradisional
yaitu (1) bahasanya bersifat kromo atau Sasak di Lombok Barat dan relevansinya
kemuliaan. (2) Menggunakan bahasa terhadap pembelajaran muatan lokal di
Sangsekerta, bahasa Kawi, bahasa Jawa Sekolah Menengah Pertama?
Kuno, bahasa Bali dan bahasa Sasak. (3) Adapun tujuan penelitian ini adalah un-
Bahasanya diungkapkan dengan bahasa tuk mengetahui bentuk, fungsi, makna
tembang. Upaya menjaga kelestarian ke- ungkapan tradisional Sasak di Lombok
budayaan lokal tersebut ditempuh dengan Barat dan relevansinya terhadap pembelaja-
mengenalkannya kepada peserta didik me-

Copyright © 2017, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 3, No.1 April 2017, 95

ran muatan lokal di Sekolah Menengah dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan
Pertama. antar unsur yang ada dalam hal yang ber-
sangkutan. Fungsi dari masing-masing un-
2. KONSEP DAN KERANGKA TEORI sur itu secara bersama-sama akan memben-
Konsep tuk totalitas kemaknaan yang padu
Beberapa konsep yang terkait dalam
(Nurgiyantoro, 2007: 37).
kajian ini adalah 1) Ungkapan
Bentuk atau struktur dapat diartikan juga
Tradisional, bahasa yang disampaikan
sebagai argumen atau pengungkapan
secara lisan atau tertulis dimana tersirat
pikiran. Sebagai sebuah kesatuan unsur-
makna dan dapat dijadikan sebagai falsafah
unsur ungkapan tradisional tergolong ke
dalam hidup bermasyarakat, agar tidak me-
dalam bentuk yang bersifat lisan sehingga
langgar norma yang berlaku. 2) Suku Sasak,
dalam pengungkapan pikiran dan perasaan.
Suku Sasak adalah salah satu suku bangsa
Teori fungsi dipelopori oleh para ahli, di
yang mendiami suatu daerah di pulau
antaranya William R. Bascom, Alan Dun-
Lombok, termasuk wilayah Provinsi Nusa
des, dan Ruth Finnegan untuk mengkaji
Tenggara Barat. Suku Sasak mempunyai
fungsi ungkapan tradisional Sasak di daerah
banyak dialek yang dikembangkan oleh
Lombok Barat. Semiotika adalah ilmu yang
subetnik yang tersebar di wilayah di pulau
mempelajari tentang makna yang ada da-
Lombok. 3) Pembelajaran, proses intraksi
lam sebuah tanda baik yang berupa teks
peserta didik dengan pendidik dan sumber
maupun benda. Kajiannya menekankan pa-
belajar pada suatu lingkungan belajar.
da makna yang terkandung dalam tanda itu.
Makna dalam tanda dibangun oleh hub-
Kerangka Teori
ungan sintagmatik dan hubungan paradig-
Teori strukturalisme merupakan teori
matik. Hubungan sintagmatik adalah hub-
yang menitikberatkan perhatiannya pada
ungan antara tanda dengan tanda. Se-
unsur-unsur pembentuk yang ada dalam
dangkan hubungan paradigmatik adalah
teks itu. Kajian stuktural menekankan pada
hubungan antara tanda dengan dunia yang
korelasi antara unsur-unsur pembentuk se-
ada di luarnya (Badrun 2006: 8). Menurut
buah teks (Badrun, 2006: 4). Pada dasarnya
Saussure, seperti dikutip Nurgiantoro
strukturalisme dapat dipandang sebagai
(2007: 39) tanda sebagai kesatuan dari dua
susunan hubungan dari susunan suatu ben-
bidang yang tidak dapat dipisahkan. Di ma-
da. Dengan demikian kodrat setiap unsur
na ada tanda di sana ada sistem. Artinya,
dalam bagian struktur itu baru mempunyai
sebuah tanda (berwujud kata atau gambar)
makna setelah berada dalam hubungannya
mempunyai dua aspek yang ditangkap oleh
dengan unsur-unsur lain yang terkandung di
indra kita yang disebut dengan signifier,
dalamnya. Analisis struktural dapat dil-
bidang penanda atau bentuk dan aspek
akukan dengan mengidentifikasi, mengkaji

Copyright © 2017, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 3, No.1 April 2017, 96

lainnya yang disebut signified, bidang modalnya)


petanda atau konsep atau makna. Aspek
kedua terkandung di dalam aspek pertama. ‘hati roro dadi setunggal’ (dua hati jadi
Teori semiotik akan digunakan untuk satu)
mengetahui makna kata ungkapan
tradisional Sasak di daerah. ‘yen gampang luweh gampang’ (kalau
mudah lebih mudah)
3. PEMBAHASAN
A. Bentuk Ungkapan Tradisional dalam ‘yen angel, angel kelangkung’ (kalau
Sorong Serah Aji Krama sulit lebih sulit)
Dalam penelitian ini, ada tujuh (7)
ungkapan tradisional yang terdapat dalam ‘tan hana tinambak harta’ (tidak bisa
wacana sorong serah aji krama. Pemilihan dibeli dengan uang)
kata atau diksi khususnya dalam ungkapan
tradisional memberikan nuansa pada makna Berdasarkan data di atas dapat
sehingga kata-kata yang terangkai dalam disimpulkan bahwa ungkapan yang terdapat
ungkapan tersebut akan memiliki nilai rasa dalam wacana sorong serah aji krama di
tertentu. Nilai rasa itu dapat berupa keinda- atas memiliki bentuk berupa gabungan kata
han (estetis) maupun kedalaman makna yang membetuk sebuah makna. Gabungan
yang terkandung di dalamnya. Nilai keinda- kata tersebut terdiri dari tiga sampai empat
han atau estetis merupakan salah satu unsur kata. Bentuk kata yang digunakan
penting agar menimbulkan suatu daya tarik merupakan kata dasar. Jadi, ungkapan yang
tertentu.Hal semacam ini akan membuat terdapat dalam wacana sorong serah aji
seseorang termotivasi untuk menggunakan krama merupakan ungkapan dengan bentuk
atau mengetahui ungkapan itu sendiri. gabungan tiga sampai empat kata dasar
Untuk itu, pilihan kata atau diksi yang yeng membentuk sebuah makna. Pilihan
digunakan tidaklah rumit sehingga mudah kata yang digunakan cenderung
dipahami seperti yang terdapat pada tujuh mengarahkan kepada nasihat. Hal ini sesuai
ungkapan di bawah ini. dengan tujuan dibacakannya aji krama pada
‘pratikile wong akrami’ (tata cara saat sorong serah yaitu untuk memberikan
berumah tangga) nasihat kepada kedua mempelai yang telah
menikah tentang cara berumah tangga dan
‘duduh warna duduk brana’ (bukan rupa menyikapi persoalan dalam rumah tangga
bukan harta) agar tercipta keluarga yang sakinah
mawaddah, warohmah.
‘amung hati kawitane’ (hanya hati

Copyright © 2017, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 3, No.1 April 2017, 97

B. Fungsi Ungkapan Tradisional Sasak mengarungi kehidupan berumah tangga.


Sorong serah aji krama merupakan Data 02
suatu tahap yang harus dilalui oleh ‘duduh warna duduk brana’
pasangan pengantin yang sudah (bukan rupa bukan harta)
menikahpada masyarakat suku sasak.
Ungkapan sangat erat penyatuannya dengan Berdasarkan arti ungkapan di atas, fungsi
kehidupan sosial masyarakat, karena dari ungkapan tersebut adalah untuk
ungkapan berfungsi sebagai sarana memberikan nasihat bahwa dalam berumah
penyaluran emosi dari interaksi dengan tangga tidak lagi memikirkan rupa apalagi
lingkungan. Namun, dalam ungkapan harta. Sepasang suami istri harus saling
sorong serah aji krama berfungsi menerima kelebihan dan kekurangan
memberikan nasihat kepada pasangan muda masing-masing.Wajah tidak menjamin
-mudi yang baru menikah. Berikut kebahagiaan dalam berumah tangga. Oleh
dipaparkan fungsi ungkapan yang terdapat karena itu, ungkapan ini berfungsi untuk
dalam wacana sorong serah aji krama. memberitahukan kepada pasangan
Data 01 pengantin baru bahwa wajah tidaklah
‘pratikile wong akrami’
menjadi ukuran kebahagiaan dalam
(tata cara berumah tangga)
mengarungi kehidupan berumah tangga.
Berdasarkan arti ungkapan di atas dapat
Jadi, sepasang suami istri hendaklah saling
dinyatakan bahwa fungsi ungkapan di atas
menerima dengan segala kelebihan dan
adalah untuk memberitahukan kepada
keterbatasan masing-masing. Selain itu,
kedua pengantin bahwa dalam mengarungi
dalam ungkapan ini juga menyatakan
bahtera rumah tangga memiliki tata cara.
bahwa harta tidak menjadi ukuran
Kehidupan berumah tangga merupakan
kebahagiaan dalam berumah tangga. Ketika
kehidupan baru yang ditempuh oleh
ingin menikah, janganlah memandang harta
sepasang muda-mudi yang telah menikah.
pasangan karena harta belum tentu
Pasangan pengantin yang baru menikah
membuat seseorang bahagia dalam
perlu diberikan nasihat dan tata cara dalam
kehidupan berumah tangga.
mengarungi bahtera rumah tangga agar
Data 03
tidak tererumus ke dalam hal-hal yang
‘amung hati kawitane’
dapat merugikan diri dan pasangannya.
(hanya hati modalnya)
Kehidupan rumah tangga jelas sangat
berbeda dengan kehidupan ketika pasangan
Berdasarkan arti ungkapan di atas dapat
pengantin tersebut belum menikah. Untuk
dinyatakan bahwa fungsi ungkapan di atas
itu, agar tidak terjadi sesuatu dalam
adalah untuk memberitahukan bahwa dalam
kehidupan berumah tangga kelak, perlu
memabngun kehidupan rumah tangga
dibekali dengan pengetahuan tentang cara

Copyright © 2017, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 3, No.1 April 2017, 98

memerlukan kesiapan hati untuk menyikapi suatu masalah dengan mudah,


menghadapi segala permasalahan yang permasalahn tersebut akan dapat di atasi
terjadi dalam kehidupan berumah tangga. dengan mudah dan begitu juga sebaliknya.
Kesiapan hati sangat diperlukan dalam Apabila sepasang suami istri menyikapi
kehidupan berumah tangga karena di dalam suatu masalah dengan sulit, permasalahan
menjalani kehidupan rumah tangga akan tersebut pun akan teras sulit untuk
menemukan berbagai kendala dan masalah diselesaikan. Jadi, segala permasalahan
sehingga membutuhkan kesiapan hati untuk dalam berumah tangga akan terselesaikan
menghadapi masalah tersebut. tergantung dari bagaimana cara seseorang
Data 04 menyikapi masalah tersebut.
‘hati roro dadi setunggal’ Data 06
(dua hati jadi satu) ‘yen angel, angel kelangkung’
(kalau sulit lebih sulit)
Ungkapan di atas berfungsi untuk
memberitahukan bahwa dalam berumah Ungkapan di atas merupakan ungkapan
tangga harus mampu menyatukan hati yang memiliki fungsi untuk memberikan
antara laki-laki dan perempuan. Hal ini nasihat kepada pengantin bahwa suatu
bertujuan agar apapun yang terjadi dalam masalah dalam rumah tangga jika sikapi
kehidupan berumah tangga kelak, pasangan dengan perasaan sulit, masalah tersebut
suami istri dapat menyatukan hati untuk akan menjadi sulit untuk diselesaikan. Oleh
menyelesaikan permasalahan tersebut karena itu, sebaiknya dalam mengahadapi
bersama-sama. Dengan adanya ungkapan masalah dalam rumah tangga harus disikapi
ini diharapkan pasangan suami istri yang dengan hati optimis sehingga semua
baru menikah lebih mengutamakan permasalahan dapat diseselesaikan dengan
kebersamaan untuk mencapai kehidupan mudah.
rumah tangga yang diinginkan. Data 07
Data 05 ‘tan hana tinambak harta’
‘yen gampang luweh gampang’ (tidak bisa dibeli dengan uang)
(kalau mudah lebih mudah)
Ungkapan di atas memiliki fungsi untuk
Berdasarkan arti ungkapan di atas dapa memberikan nasihat kepada pasangan
dinyatakan bahwa ungkapan tersebut pengantin bahwa kesetiaan sebagai
berfungsi memberitahukan kepada pasangan suami istri yang hidup dalam suka
pasangan pengantin baru bahwa dalam maupun duka tidak dapat dihargai dengan
berumah tangga akan menemukan berbagai harta atau uang. Memiliki suami dan istri
masalah. Jika pasangan suami istri dapat yang saling pengertian dan saling

Copyright © 2017, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 3, No.1 April 2017, 99

memahami merupakan modal utama dalam dan terjemahan bebas. Berikut dipaparkan
mengarungi kehidupan berumah tangga. makna yang terdapat dalam ungkapan
Berdasarkan penejelasan di atas dapat wacana sorong serah aji krama baik secara
disimpulkan bahwa fungsi ungkapan yang denotatif maupun konotatif.
terdapat dalam wacana sorong serah aji Data 01
krama adalah untuk memberikan nasihat ‘pratikile wong akrami’
kepada pasangan pengantin yang baru (tata cara berumah tangga)
menikah tentang cara kehidupan berumah
tangga. Jadi, ungkapan yang terdapat dalam Secara denotatif, ungkapan di atas
wacana sorong serah aji krama berfungsi bermakna ada beberapa cara dalam
memberitahukan kepada pasangan mengarungi bahtera rumah tangga, tidak
pengantin yang baru saja menikah tentang sama caranya ketika menjalani hidup
cara berumah tangga dan cara menyikapi sebelum ada pasangan. Makna konotatif
permasalahan yang terjadi dalam rumah yang terdapat dalam ugkapan di atas tidak
tangga. Penyampaian ungkapan ini jauh dengan makna denotatifnya karena
diharapkan dapat menjadi benteng menggunakan diksi yang sangat sederhana
pertahanan dalam menghadapi badai rumah dan mudah dipahami yaitu bahwa dalam
tangga. Ungkapan yang terdapat dalam mengarungi bahtera rumah tangga memiliki
wacana sorong serah aji krama sangat tata cara. Kehidupan berumah tangga
sederhana dan mudah dipahami, namun merupakan kehidupan baru yang ditempuh
memiliki makna yang sangat dalam dan oleh sepasang muda-mudi yang telah
sangat bermanfaat bagi pasangan pengantin menikah. Pasangan pengantin yang baru
yang hendak mengarungi bahtera rumah menikah perlu diberikan nasihat dan tata
tangga. cara dalam mengarungi bahtera rumah
tangga agar tidak tererumus ke dalam hal-
C. Makna Ungkapan Tradisional Sasak hal yang dapat merugikan diri dan
Pada umumnya, ungkapan tradisional pasangannya. Kehidupan rumah tangga
Sasak memiliki dua makna kata, yaitu jelas sangat berbeda dengan kehidupan
makna denotatif dan makna konotatif. ketika pasangan pengantin tersebut belum
Makna denotatif maksudnya aspek makna menikah. Untuk itu, agar tidak terjadi
kata yang sebenarnya. Sedangkan makna sesuatu dalam kehidupan berumah tangga
konotatif, maksudnya aspek makna kata kelak, perlu dibekali dengan pengetahuan
yang didasarkan atas perasaan atau pikiran tentang cara mengarungi kehidupan
yang timbul. Makna kata tersebut adalah berumah tangga.
simbol yang berupa bahasa dari ungkapan Data 02
tradisional dan diterjemahkan secara harfiah ‘duduh warna duduk brana’

Copyright © 2017, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 3, No.1 April 2017, 100

(bukan rupa bukan harta) kehidupan rumah tangga memerlukan


kesiapan hati untuk menghadapi segala
Makna denotatif ungkapan di atas adalah permasalahan yang terjadi dalam kehidupan
bahwa dalam berumah tangga tidaklah berumah tangga. Kesiapan hati sangat
memandang wajah ataupun harta melainkan diperlukan dalam kehidupan berumah
karena hati dan saling pengertian. Makna tangga karena di dalam menjalani
konotatif ungkapan di atas adalah bahwa kehidupan rumah tangga akan menemukan
dalam berumah tangga tidak lagi berbagai kendala dan masalah sehingga
memikirkan rupa apalagi harta. Sepasang membutuhkan kesiapan hati untuk
suami istri harus saling menerima kelebihan menghadapi masalah tersebut.
dan kekurangan masing-masing. Wajah Data 04
tidak menjamin kebahagiaan dalam ‘hati roro dadi setunggal’
berumah tangga. Oleh karena itu, ungkapan (dua hati jadi satu)
ini berfungsi untuk memberitahukan kepada
pasangan pengantin baru bahwa wajah Secara denotatif, ungkapan di atas dapat
tidaklah menjadi ukuran kebahagiaan dalam dimaknai sebagai hati sepasang suami istri
mengarungi kehidupan berumah tangga. menyatu untuk mencapai kehidupan rumah
Jadi, sepasang suami istri hendaklah saling tangga yang diinginkan. Sedangkan secara
menerima dengan segala kelebihan dan konotatif, makna ungkapan di atas adalah
keterbatasan masing-masing. Selain itu, bahwa dalam berumah tangga harus mampu
dalam ungkapan ini juga menyatakan menyatukan hati antara laki-laki dan
bahwa harta tidak menjadi ukuran perempuan. Hal ini bertujuan agar apapun
kebahagiaan dalam berumah tangga. Ketika yang terjadi dalam kehidupan berumah
ingin menikah, janganlah memandang harta tangga kelak, pasangan suami istri dapat
pasangan karena harta belum tentu menyatukan hati untuk menyelesaikan
membuat seseorang bahagia dalam permasalahan tersebut bersama-sama.
kehidupan berumah tangga. Dengan adanya ungkapan ini diharapkan
Data 03 pasangan suami istri yang baru menikah
‘amung hati kawitane’ lebih mengutamakan kebersamaan untuk
(hanya hati modalnya) mencapai kehidupan rumah tangga yang
diinginkan.
Makna denotatif ungkapan di atas adalah Data 05
bahwa di dalam berumah tangga ‘yen gampang luweh gampang’
dibutuhkan hati sebagai modal utama, (kalau mudah lebih mudah)
bukan yang lain. Makna konotatif ungkapan
di atas adalah bahwa dalam membangun Makna denotatif ungkapan di atas adalah

Copyright © 2017, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 3, No.1 April 2017, 101

jika beranggapan bahwa suatu masalah sehingga semua permasalahan dapat


dalam rumah tangga mudah diselesaikan, diselesaikan dengan mudah.
maka akan terasa mudah untuk Data 07
menyelesaiknnya. Makna konotatif yang ‘tan hana tinambak harta’
dapat diungkapkan dalam ungkapan di atas (tidak bisa dibeli dengan uang)
yaitu bahwa dalam berumah tangga akan
menemukan berbagai masalah. Jika Makna denotatif ungkapan di atas adalah
pasangan suami istri dapat menyikapi suatu bahwa segala bentuk kesetiaan dan
masalah dengan mudah, permasalahan pengertian kepada pasangan masing-masing
tersebut akan dapat di atasi dengan mudah tidak dapat dihargai dengan uang. Makna
dan begitu juga sebaliknya. Apabila konotatif yang terdapat dalam ungkapan
sepasang suami istri menyikapi suatu tersebut adalah bahwa kesetiaan sebagai
masalah dengan sulit, permasalahan pasangan suami istri yang hidup dalam suka
tersebut pun akan teras sulit untuk maupun duka tidak dapat dihargai dengan
diselesaikan. Jadi, segala permasalahan harta atau uang. Memiliki suami dan istri
dalam berumah tangga akan terselesaikan yang saling pengertian dan saling
tergantung dari bagaimana cara seseorang memahami merupakan modal utama dalam
menyikapi masalah tersebut. mengarungi kehidupan berumah tangga.

Data 06 D. Relevansi Ungkapan dalam Wacana


‘yen angel, angel kelangkung’ Sorong Serah Aji Krama terhadap
(kalau sulit lebih sulit) Pembelajaran Muatan Lokal di SMP
Relevansi ungkapan dalam wacana
Ungkapan di atas merupakan kebalikan sorong serah aji krama terhadap pembela-
dari ungkapan yang terdapat pada data 05 jaran muatan lokal di SMP ialah dengan
yaitu memiliki makna denotatif bahwa jika menerapkan strategi cooperative learning
menyikapi masalah dalam berumah tangga (kerja kelompok). Langkah-langkah pem-
dengan perasaan suluit, maka akan sulit belajarannya dibagi menjadi 3 tahap yaitu
pula untuk menyelesaikannya. Sedangkan kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan
makna konotatif ungkapan di atas adalah akhir. Setiap kelompok membahas bentuk,
bahwa suatu masalah dalam rumah tangga fungsi, dan makna yang terkandung dalam
jika sikapi dengan perasaan sulit, masalah ungkapan tradisional Sasak serta membuat
tersebut akan menjadi sulit untuk nama kelompok berdasarkan nama-nama
diselesaikan. Oleh karena itu, sebaiknya kebudayaan yang ada di sekitar siswa terse-
dalam mengahadapi masalah dalam rumah but. Hal ini dilakukan untuk memperkenal-
tangga harus disikapi dengan hati optimis kan berbagai kekayaan budaya khususnya

Copyright © 2017, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 3, No.1 April 2017, 102

budaya lisan kepada siswa didik lebih-lebih kan berbagai kekayaan budaya khususnya
untuk siswa sekolah menengah pertama budaya lisan kepada siswa didik lebih-lebih
(SMP). untuk siswa sekolah menengah pertama
(SMP).
4. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian UCAPAN TERIMA KASIH
pada pembahasan di atas, dapat disimpul- Penulis mengucapkan terima kasih kepa-
kan bahwa ungkapan yang terdapat dalam da mitra bestari atas kritikan dan masukan
wacana sorong serah aji krama di atas yang membangun untuk perbaikan artikel
memiliki bentuk berupa gabungan kata ini.
yang membetuk sebuah makna. Gabungan
kata tersebut terdiri dari tiga sampai empat DAFTAR PUSTAKA
kata. Bentuk kata yang digunakan Antari , Suwandi. 2004. “Kajian Bentuk,
Fungsi, dan Makna Teks Lagu Pop
merupakan kata dasar. Fungsi ungkapan Bali.” (Tesis).Bali : Univeristas Udayana
yang terdapat dalam wacana sorong serah Asri ati, 2004. “Bentuk dan Makna Ungkapan
Tradisional Masyarakat Bima.”(Skripsi).
aji krama adalah untuk memberikan Mataram : Universitas Mataram.
nasihat kepada pasangan pengantin yang Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian.
Jakarta: RinekaCipta.
baru menikah tentang cara kehidupan Azwar, Saifuddin. 2010. Metode Penelitian.
Yogyakarta: PustakaPelajar.
berumah tangga. Makna yang terkandung Badrun, A. 2003. “Patu Mbojo: Struktur,
dalam ungkapan sorong serah aji krama Konteks Pertunjukan, Proses Penciptaan,
dan Fungsi.”(Disertasi). Jakarta: Univer-
lebih mengarah kepada nilai-nilai etika dan sitas Indonesia.
Badara, Aris. 2013. A nalisis W acana. Jakarta:
moral yang harus dilaksanakan dalam Kencana.
kehidupan berumah tangga. Relevansi Bungin, Burhan. 2010. A nalisis Data Penelitian
Kualitatif.Jakarta: PT. Raja Grafindo
ungkapan dalam wacana sorong serah aji Persada.
Chaer, A. 2004. Linguistik Umum . Jakarta : PT
krama terhadap pembelajaran muatan lokal Rieneka Cipta.
di SMP ialah dengan menerapkan strategi Danandjaja, 1994. A Comparative Study of
Japanase and Indonesian Folklore.
cooperative learning (kerja kelompok). Harvard : Southeast Asian.
Langkah-langkah pembelajarannya dibagi Danadjaja, J. 2007. Folklor Indonesia Ilmu
Gosip, Dongeng, dan lain-lain. Jakarta:
menjadi 3 tahap yaitu kegiatan awal, PT Pustaka Utama Grafit.
Djuroto, T & Suprijadi, B.2002. Menulis
kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Setiap ke- Artikel dan Karya Ilmiah. Bandung : PT.
lompok membahas bentuk, fungsi, dan Remaja Rosdakarya.
Dwiloka, B. & Riana. 2005. Teknik Menulis
makna yang terkandung dalam ungkapan Karya Ilmiah. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Erwan Husnan.2012.Ungkapan Tradisional
tradisional Sasak serta membuat nama ke- Masyarakat Sasak.NTB: KRU Prima
lompok berdasarkan nama-nama ke- Guna kerjasama Pusat Studi dan Kajian
Budaya.
budayaan yang ada di sekitar siswa terse- Ginting, Rosita. 2009 “Nilai dan Fungsi
Ndungdugan Karo.”(Tesis). Medan :
but. Hal ini dilakukan untuk memperkenal- Universitas Sumatra Utara.

Copyright © 2017, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 3, No.1 April 2017, 103

Hadi, Sutrisno. 1993. Metodologi Research. Rahimsyah.2012. Pembelajaran Muatan Lokal.


Yogyakarta: Andi Offset. Mataram : Maharani Persada.
Ishak , Usman. 2009. “Bentuk dan Makna Salaqi, Gellis D.2014. “Bentuk, Fungsi dan
Ungkapan Tradisional”(Skripsi). Makna Lawas Etnik Samawa di
Mataram : Universitas Mataram Kabupaten Sumbawa dan Relvansinya
Kutha Ratna, 2004. Teori, Metode, dan Teknik dalam Pembelajaran Mulok di SMP”.
Penelitian Sastra. Yogyakarta : Pustaka (Tesis). Mataram : Universitas Mataram.
Pelajar. Sibarani. 2004. Genolinguistik. Jakarta :
Kutharatna, Nyoman. 2004. Penelitian Sastra. Pustaka Pelajar.
Denpasar: Pustaka Pelajar. Susanto, Dwi. 2012. Pengantar Teori Sastra.
Lukman.2012. Tata Budaya Sasak Yogyakarta : PT. Buku Seru.
Lombok.NTB: KRU Prima Guna Susilawati .2005. “Bentuk, Fungsi dan Makna
kerjasama Pusat Studi dan Kajian Tembang Sorong Serah Aji Krama dalam
Budaya. Perkawinan Adat Sasak Tradisional di
Ratmaja, Bahrie, Sudirman.2011.Prosesi Desa Saba Janapria.(Skripsi). Mataram:
Perkawinan Adat Sasak.NTB:KRU Prima Unviersitas Mataram.
Guna kerjasama Pusat Studi dan Kajian Sedarmayanti, Hidayat, Syarifuddin. 2011.
Budaya. Metodologi Penelitian. Bandung: CV.
Ratmaja, Bahrie, Sudirman.2012. Belajar Mandar Maju.
Menjadi Pembayun. NTB: KRU Prima Siregar, Syofian. 2011. Statistika Deskriptif
Guna kerjasama Pusat Studi dan Kajian untuk Penelitian. Jakarta: PT. Raja
Budaya. Grafindo.
Mahsun.2005.Metode Penelitian Bahasa. Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kuali-
Jakarta : PT Raja Grafindo Persada tatif . Bandung: Alfabeta.
Moleong, Cexyj. 1997.Metode Penelitian Suyatno.2004. Teknik Pembelajaran Bahasa
Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda- dan Sastra. Surabaya: SIC.
karya. Suyatno. 2010. Media Pembelajaran .
Muhammad. 2011. Paradigma Kualitatif Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Penelitian Bahasa. Yogyakarta: Liebe Tanzeh, Ahmad. 2011. Metodologi Penelitian
Book Press. Praktis. Yogyakarta : Sukses Offset
Pradopo, D. R. 2005. Prinsip-Prinsip Kritik Kalsum Umi.2007.Metalingua Majalah Ilmiah
Sastra.Yogyakarta : Gadjah Mada Bahasa dan Sastra.Bandung: Balai Baha-
University Press. sa Bandung
Pratama, Bagus.1998. Kamus Ungkapan dan Wahab, Abdul. 1991. Linguistik Pengajaran
Peribahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Bahasa dan Sastra. Surabaya: Airlangga
Setia University Press.
Rani, Supratma. 1999. Roman Sastra Indonesia.
Bandung: Perpustakaan Setia.

Copyright © 2017, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668

Anda mungkin juga menyukai