ETNOLINGUISTIK
JURNAL SKRIPSI
oleh
Aftahul Aryan
E1C014002
UNIVERSITAS MATARAM
2018
1
2
AFTAHUL ARYAN
E1C014002
Universitas Mataram
Aftahularyan123@gmail.com
ABSTRAK
Skripsi yang berjudul “Makna Budaya Dalam Lirik Lagu Sasak: Kajian
melalui lirik lagu Sasak. Tujuan penelitian ini, (1) mendeskripsikan dan
makna-makna istilah budaya yang terkandung dalam lirik lagu bahasa Sasak.
menghasilkan data dengan bentuk satuan istilah budaya dan makna budaya yang
3
ABSTRACT
Thesis entitled "The Meaning of Culture in Sasak Song Lyrics: Ethnolinguistic
Studies" raises the problem of the form of culture in Lombok through the Sasak
song lyrics. The purpose of this study, (1) describes and classifies the lingual unit
forms of cultural terms contained in the lyrics of the Sasak language song, (2)
describes and classifies the meanings of cultural terms contained in the lyrics of
Sasak language songs. This study uses descriptive methods and uses data
that produces data with the form of cultural terms and cultural meanings contained
4
Sasak sebagai media utama banyak perubahan dan
dalam bersyair. Ada beberapa penambahan. Perubahan itu
syair yang dikenal dalam terlihat dari cara penyajian
masyarakat Sasak yaitu musiknya, banyak masyarakat
Tembang, Sesenggak (Peribahasa suku Sasak yang
bahasa Sasak), dan Lelakak. Di mengkolaborasikan antara musik
dalam syair tersebut terkandung modern dengan musik daerah.
berbagai fenomena budaya yang Hal itu terlihat dari lagu-lagu
merupakan cerminan dari nilai- yang bernuansa popular yang
nilai yang hidup dan berkembang dinyanyikan dengan bahasa
pada masyarakat Sasak. Sasak.
Keadaan lagu Sasak saat ini Selain itu, lagu Sasak jika
sudah mengalami perkembangan dilihat dari segi keasliannya akan
yang sangat pesat. Lagu Sasak sangat jauh berbeda dengan lagu
pada mulanya hanya terdiri atas Sasak yang berkembang pada
beberapa aliran musik. Adapun saat ini. Lagu Sasak sekarang ini
kelompok musik dan lagu dalam pada umumnya bernuansa
suku Sasak diantaranya: Kayaq, dangdut, Pop, dan Reggey yang
Cilokaq, Gule Gending, Tilawatil dilagukan dengan bahasa Sasak.
Quran, Musik Modern, dan Lagu Berbeda dengan lagu Sasak yang
Daerah (Ratmaje, 2012:48). asli, garapan musik dan lagunya
Seiring perkembangan zaman bisa kita bedakan dengan lagu
lagu Sasak sudah mengalami Sasak yang sekarang. Lirik lagu
5
Sasak juga memiliki kepadatan C. MANFAAT PENELITIAN
makna yang luas jika 1. Manfaat Teoritis, yaitu
dibandingkan dengan lagu Sasak penelitian ini diharapkan
yang modern Rosyidi (2013:4). dapat memberikan
Hal itulah yang melatarbelakangi konstribusi dalam
penelitian ini sebagai upaya perkembangan bidang
untuk mengetahui makna yang ilmu etnolinguistik yang
terkandung dalam lirik lagu membahas tentang lagu-
Sasak. lagu daerah.
6
D. LANDASAN TEORI
Makna
Etnolinguistik
Makna dalam kamus linguistik
sebagai sumber budaya dan antara ujaran dan semua hal yang
7
belajar. Dia membagi kebudayaan Makna Budaya Dalam Linguistik
atas 7 unsur: sistem religi, sistem Bahasa dipandang saling berpautan
dan peralatan bahasa dan kesenian. budaya, dan cara berpikir seseorang
kebudayaan).
Sifat bahasa yang penting berkaitan
8
kebudayaan bersifat kolektif, bukan merupakan satuan terkecil, yang
milik perseorangan. Kebudayaan secara hirarki menjadi komponen
sesungguhnya merupakan pembentuk satuan sintaksis yang
keseluruhan sistem gagasan, lebih besar yaitu frase. Sedangkan
tindakan, dan hasil kerja manusia menurut Bloomfield (dalam Chaer,
(Koentjaraningrat, 1981:182). 2007) menjelaskan pengertian kata
9
menyatakan bahwa frasa adalah definisi klausa yang dikemukakan
satuan gramatikal yang berupa Zuhud (1998:15) bahwa klausa
gabungan kata yang bersifat adalah kelompok kata yang
nonpredikatif. Adapun menurut didalamnya ada kata yang berfungsi
Verhaar (2010:291) frasa merupakan sebagai subyek da nada yang
kelompok kata yang merupakan berfungsi sebagai predikat. Dalam
bagian fungsional pada tuturan yang Buku Tata Bahasa Baku Bahasa
lebih panjang. Berdasarkan Indonesia (1998:312) dikatakan
pengertian-pengertian tersebut, maka bahwa klausa merupakan satuan
dapat disimpulkan bahwa frasa sintaksis yang terdiri atas dua kata
adalah kelompok kata yang atau lebih yang mengandung unsur
merupakan satuan gramatikal dan predikat. Rahman Ali (2007:438)
bersifat non predikatif. mengungkapkan bahwa klausa
1
sempurna. Atau sekelompok kata Chaer (2004:235) Wacana adalah
yang mengungkapkan pemikiran satuan bahasa yang terlengkap,
utuh dan arti yang dapat dipahami sehingga dalam hirarki gramatikal
secara jelas. merupakan satauan gramatikal
oleh karena suatu konstruksi gagasan, pikiran atau ide yang utuh,
suatu bentuk bahasa yang lebih (dalam wacana tulis) atau oleh
secara relative dapat berdiri sendiri karena wacana dibentuk dari kalimat
1
Nyanyian Rakyat Sebagai Folklor alat pencerminan angan-angan suatu
kolektif
Menurut Danandjaja (2007)
hari maupun untuk menghindari dari c). Sebagai alat pemaksa dan
anggota kolektifnya.
Berbicara mengenai nyanyian rakyat
1
digunakan dalam penelitian ini, yaitu dengan dengan hal yang berada
metode padan intralingual dan diluar bahasa (Mahsun 2013:120).
metode padan ekstralingual. Untuk Metode padan ekstralingual dalam
lebih jelas, kedua metode tersebut penelitian ini digunakan untuk
akan dipaparkan berturut-turut menginterprestasikan,
sebagai berikut. menghubungkan bentuk satuan
1
budaya dengan menggunakan kata- kakak, guru dan lain sebagainya.
kata sebagai bentuk penjabaran Selain side ada beberapa kata yang
sama digunakan dalam
analisisnya.
berkomunikasi seperti pelinngih dan
1
3. nune [nunə] „kehidupan yang sudah
„anak laki-laki bangsawan‟ berguguran‟
Kata nune dalam lirik lagu
Dalam lirik lagu tersebut,
Sasak adalah jenis kata dasar nomina
gugur mayang kahuripan yang
yang secara harfiah adalah „anak
artinya kehidupan yang sudah
laki-laki bangsawan‟. Dalam zaman
berguguran. Maksud dari kehidupan
kerajaan dulu, kata ini sering
yang sudah berguguran adalah
digunakan untuk memanggil
kehidupan zaman sekarang yang
pangeran atau anak kerajaan, seperti
sudah tidak terarah. Seperti yang kita
halnya dengan kata denda. Selain
lihat sekarang ini, sudah banyak
dari kata nune ada juga sebutan
masyarakat yang meninggalkan
lainnya seperti lalu dan raden. Hal
budaya dan tradisi yang ditinggalkan
ini dapat dilihat dalam lirik lagu
oleh para pendahulu. Sebagian besar
berikut:
masyarakat sekarang khususnya
Mumbedaye side nune masyarakat suku Sasak sering
Semu ayu bales kale
Iling-iling rengpubaye menerapkan budaya barat dalam
Kahuripan basing kale kehidupannya yang membuat mereka
Dih ingrangge
(lirik lagu gugur mayang bait lupa akan dirinya. Disinilah bunga
ketiga) mayang diibaratkan sebagai sebuah
Bentuk Frase kehidupan, bunga mayang yang
lagu gugur mayang sebagai berikut. miliki tidak dijaga dan dilestarikan.
Hal ini dapat dilihat dalam lirik lagu
1. gugur mayang kahuripan berikut:
[gugur mayaŋ kahuripan]
1
Gugur mayang Kahuripan (lirik lagu gugur mayang bait ke dua)
Kembang gadung sedin
gunung Awun-awun panas jelo 3. semu ayu bales kale [səmu
Aseq ate lalo telang ayu baləs kalə]
Aduh dende „yang baik dibalas dengan
(lagu gugur mayang bait pertama) yang buruk‟
1
Semu ayu bales kale Dalam lirik lagu Sasak yang
Iling-iling rengpubaye
Kahuripan basing kale berjudul gugur mayang ditemukan
Dih ingrangge data yang mengandung makna
(lirik lagu gugur mayang bait ketiga)
budaya. Lirik tersebut mengandung
4. iling-iling rengpubaye [iliŋ-
budaya dalam kehiduapan
iliŋ rəŋpubayə]
„ingatlah kepada janji-janji masyarakat suku Sasak. Masyarakat
kita‟ suku Sasak diingatkan untuk tidak
membuat kerusakan dalam
Dalam lirik lagu Sasak yang
kehidupan karena musibah yang
berjudul gugur mayang ditemukan
terjadi akibat pengkhianat terhadap
data yang mengandung makna
sebuah perjanjian. Maka untuk
budaya. Lirik tersebut mengandung
keselamatan diri sendiri maka kita
budaya dalam kehiduapan
harus tetap berhati-hati. Hal ini dapat
masyarakat suku Sasak. Iling-iling
dilihat dalam lirik lagu berikut:
rengpubaye yang secara jelas
mengajarkan untuk mengingat Mumbedaye side nune
Semu ayu bales kale
kepada janji-janji kita. Janji yang Iling-iling rengpubaye
dimaksud adalah janji kehidupan Kahuripan basing kale
Dih ingrangge
yang kita jalani dan jangan pernah (lirik lagu gugur mayang bait
mengingkari janji yang telah kau ketiga)
perbuat. Hal ini dilihat dalam lirik Makna Budaya Dalam Lirik Lagu
lagu berikut: Sasak
GUGUR MAYANG
Mumbedaye side nune
Semu ayu bales kale Gugur mayang Kahuripan
Iling-iling rengpubaye Kembang gadung sedin gunung
Kahuripan basing kale Awun-awun panas jelo
Dih ingrangge Aseq ate lalo telang
(lirik lagu gugur mayang bait ketiga) Aduh dende
5. kahuripan basing kale Umbak umbul leq temuan
[kahuripan basiŋkalə] Rendoq tangis gumi sasak
„kehidupan yang mendapat Pasek dese ilang sirne
musibah‟ Mangde jari tutur muri
Leq semeton jari
1
Mumbedaye side nune Bait kedua, umbak umbul leq
Semu ayu bales kale
Iling-iling rengpubaye temuan, secara implisit menjelaskan
Kahuripan basing kale
Dih ingrangge berita tersebut telah tersebar ke
Pada bait pertama, gugur mayang seluruh masyarakat dan menjadi
kahuripan bunga mayang diibaratkan pembicaraan yang tidak ada
sebagai sebuah kehidupan, bunga habisnya, seperti ombak yang tidak
mayang yang begitu banyak seperti ada habisnya di sebuah pertemuan
manusia berada disebuah desa yang antara sungai dan lautan. Rendoq
runtuh. Kembang gadung sedin tangis gumi sasak, inilah riuh tangis
gunung, diceritakan bahwa masyarakat sasak karena peristiwa
kehancuran itu terjadi karena ada tersebut. Pasek dese hilang sirne,
yang tidak baik berdiri samar di yang utama didesa telah hilang
dekat raja, atau seoarng penghianat karena pengkhianatan. Pasek dese
berada di lingkungan sebuah desa. yang dimaksud adalah sifat jujur dari
Awun-awun panas jelo, kabut yang seorang pemerintah kerajaan.
begitu tebal saat matahari bersinar Masyarakat bersedih karena adanya
dengan terangnya, secara implisit seorang pengkhianat yang
menjelaskan bahwa pengkhianat mengakibatkan berada dalam
tersebut ingin bersembunyi namun kerajaan.
karena pengelihatan sang raja yang
Bait ketiga baris pertama dan kedua,
begitu luas, menjadikan penghianat
mumbedaye side nune semu ayu
tersebut diketahui keberadaannya
bales kale, pengarang meyarankan
meski bersembunyi di banyak orang.
agar selalu berhati-hati dalam
1
menjalankan hidup karena ada sebagai berikut: (1) lirik lagu
kalanya yang baik dibalas dengan gugur mayang terdapat tiga
data berbentuk kata dan lima
yang buruk. Kahuripan besengkale
data berbentuk frase, (2) lirik
dih irangge, sebuah kehidupan telah lagu pemban selaparang
mendapat musibah yang terjadi terdapat tiga data berbentuk
kata dan satu data berbentuk
karena sebuah pengkhianatan, untuk
frase, (3) lirik lagu gelung
keselamtan diri sendiri maka kita prade terdapat sata data
harus tetap berhati-hati. berbentuk katadan empat data
berbentu frase, (4) lirik lagu
H. SIMPULAN angin alus terdapat dua data
berbentuk kata dan satu kata
Berdasarkan hasil analisis berbentuk frase, (5) lirik lagu
data dapat disimpulkan beberapa babat lombok terdapat satu
hal sebagai berikut: data berbentuk kata dan tiga
1
didalamnya terdapat orang yang tidak tahu menjadi
hubungan antara bahasa, tahu atau dengan kata lain
kebudayaan dengan etnologi membawa sesuatu kea rah yang
dan konteks sosial. Dalam lebih baik. Penulis menyarankan
lirik lagu bahasa Sasak pembaca sebaiknya:
terdapat berbagai berbagai
1. Sebaiknya penelitian yang
macam makna budaya
berkaitan dengan
didalamnya mengandung
etnolinguistik tak pernah
makna-makna yang
habis, penelitian terhadap
mengarah pada nasehat dan
etnolinguistik bisa dilihat dari
tujuan hidup, seperti makna
segi kehidupan masyarakat
dari lirik lagu semu ayu bales
yang diangkat oleh penulis.
kale yang secara leksikal
Penelitian tentang kebuayaan
berarti „budi baik dibalas
dalam lirik lagu ini tidak
dengan yang buruk‟. Lirik
hanya sekedar menganalisis
lagu tersebut bermakna dalam
tetapi lebih pada menyelami
menjalankan hidup baiknya
budaya yang diangkat. Untuk
selalu berfikir positif karena
itu penulis berharap
terkadang niat yang baik
penelitian selanjutnya bisa
dapat dibalas dengan niat
mengembangkan penelitian
yang buruk. Selain dari lirik
budaya dalam sudut pandang
lagu tersebut, masih banyak
yang berbeda.
lirik lagu yang mengandung
2. Sebaiknya para pembaca dan
makna positif bagi
peneliti etnolinguistik
masyarakat suku Sasak.
selanjutnya, dapat
I. SARAN
meningkatkan apresiasi
Pada dasarnya, sebuah positifnya terhadap budaya
penelitian ilmiah bisa membawa yang ada khusnya masyarakat
dampak positif. Dampak positif suku Sasak.
yang diinginkan seperti membuat
2
DAFTAR PUSTAKA Hidayah, Arini. 2017. “Makna
Budaya Lagu Dolanan: Dhongdhong
Abrahulhaq, Muhammad. 2018. Apa Salak,
“Analisis Gaya Bahasa Kiasan Ghundul Pacul”. Jurnal
Dalam Lirik Humaniora. Universitas Surakarta
LaguLetto Album Lethologica Kasada, Satria. 2017. “Makna
dan Kaitannya Dengan Budaya Dalam Ungkapan Bahasa
Pembelajaran Sastra Di Sumbawa
SMP”. Skripsi. FKIP
Universitas Mataram Besar: Sebuah Kajian
Etnolinguistik”. Jurnal Skripsi.
Aminuddin, 2011. Semantik Universitas
Pengantar Studi Tentang Makna.
Bandung: Sinar Mataram
Baru Algensindo Koejaraningrat. 2002. Pengantar
Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Cipta
Umum. Jakarta: Rineka Cipta
Kridalaksana, Harimurti. 2010.
Danandjaja, James. 2007. Folklore Pembentukan Kata Dalam Bahasa
Indonesia Ilmu Gosip, Dongeng dan Indonesia.
Lain-lain. Jakarta: PT Jakarta: Gramedia Pustaka
Pustaka Utama Grafiti Utama
Dinawati, Ina. 2010. “Istilah-istilah Mahsun. 2013. Metode Penelitian
Sesaji Dalam Tradisi Merti Desa di Bahasa: tahapan strategi, metode
Desa dan
Dadapayam Kecamatan Tehkniknya. Jakarta: Rajawali
Suruh Kabupaten Semarang: Kajian Pers
Etnolinguistik”. Skripsi. Muhammad. 2011. Paradigma
Universitas Sebelas Maret Surakarta Kualitatif Penelitian Bahasa.
Hadianti, Diah Nur. 2016. “Bentuk, Yogyakarta: Liebe
Makna, dan Fungsi Upacara Ritual Book Press
Daur
Purnama Sari, Indah. 2014. “Makna
Hidup Manusia Pada Cerita Rakyat “Oi Mbora” dan
Masyarakat Sunda”. Skripsi. FIB Kaitannya
Universitas
Dengan Pembelajaran Sastra
Airlangga di SMP”. Skripsi. Universitas
Mataram
2
Putra, Shri Ahimsa. 1997. Supatra, Hendarto. 2017. “Pokok-
Etnolinguistik Beberapa Bentuk pokok Kebahasaan Dalam Kajian
Kajian. Makalah
Antropologi Bahasa”. Jurnal.
Disajikan dalam Temu Ilmiah Fakultas Ilmu Budaya Undip
Bahasa dan Sastra. Yogyakarta Semarang
Ratmajan. 2012. “Kerajinan dan Sutedi. 2009. Metode Penelitian
Kesenian Tradisional Bahasa. Bandung: Humaniora Press
Lombok”. KSU Kerjasama
Pusat Studi dan Kajian Suyitno, Imam. 2008. “Kosa Kata
Budaya Lagu Daerah Banyuwangi: Kajian
Rosyidi, Ahyar. 2012/2013. Etnolinguistik Etnik Using”.
“Analisa Strata Norma Ingarden Jurnal. Universitas Negeri Malang
Pada Lirik Lagu
Tarigan, Harry Guntur. 1986.
Sasak dalam Album “Pemban Pengajaran Semantik. Bandung:
Selaparang” Serta Hubungannya Angkasa
Dengan Pembelajaran Sastra Bandung
di SMP”. Skripsi. FKIP: Universitas
Tim Penyusun. 2016. KBBI Edisi V.
Mataram Jakarta: Balai Pustaka
Runanti. 2013. “Analisis Makna Verhaar, JWM. 2010. Asas-asas
Budaya Dalam Wacana Lisan Pada Linguistik Umum. Yogyakarta:
Prosesi Gadjah Mada
Bisok Tian (Cuci Perut) di University Press
Desa Taman Karang Baru dan
Implikasinya Wardoyo, Cipto dan Sulaeman,
Asep. 2017. “Etnolinguistik Pada
Pada Pendidikan Karakter di Penamaan
SMP”. Skripsi. Universitas Mataram
Nama-nama Bangunan di
Soekanto, Soejono. 2012. Sosiologi Keraton Yogyakarta”. Jurnal. UIN
Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Sunan
Grafindo Persada Gunung Djati Bandung
Sugianto, Alip. 2014. “Kajian Wedhawati, dkk. 2006. Tata Bahasa
Etnolinguistik Terhadap Peribahasa Jawa Mutakhir. Yogyakarta:
Etnik Jawa Kanisius
Panaragan Sebuah Tinjauan Yendra. 2016. Mengenal Ilmu
Pragmatik Force”. Jurnal. Bahasa (Linguistik). Yogyakarta:
Universitas Deepublish
Muhammadiyah Ponorogo