Anda di halaman 1dari 21

TRADISI BERMANTRA PENGOBATAN MASYARAKAT MELAYU LANGKAT

( KAJIAN METAFORA)

Muhammad Natsir
Bahagia Saragih
Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Medan

ABSTRAK

Penelitian ini akan membahas dan menganalisis tradisi lisan


masyarakat Melayu Langkat khususnya mantra pengobatan dengan
menitikberatkan kajiannya ke dua hal penting. Yang pertama
kajiannya berfokus pada tradisi lisan masyarakat Melayu Langkat
khususnya mantra pengobatan itu sendiri yang akan dianalisis dengan
menggunakan pendekatan kajian tradisi lisan (KTL). Yang kedua
tradisi lisan khususnya mantra pengobatan itu dianalisis dengan
menggunakan pendekatan linguistik khususnya Semiotik Pragmatik
dengan penekanan pada implikatur metafora.
Pembahasan mendalam Kajian tradisi lisan di samping
menitikberatkan pada struktur tradisi lisan itu sendiri, juga mengenai
kearifan lokal yang dapat digali sebagai sumber inspirasi kehidupan
masyarakat dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat yang
bermartabat. Tradisi lisan kaya akan keragaman unsur bahasa,
khususnya makna bahasa dan tanda-tanda serta simbol yang
digunakan dalam mengkomunikasikan isi kandungan tradisi lisan
tersebut.
Ada lima hal penting yang dapat diuraikan dalam disertasi ini
nantinya, yaitu (1) struktur tradisi lisan masyarakat Melayu Langkat
khususnya mantra pengobatan, (2) kearifan lokal (3), metafora (4),

1
fungsi metafora, dan (5) lambang dan simbol yang akan dikaji
secara semiotik.

Kata Kunci : tradisi lisan, mantra.

PENDAHULUAN jasmani serta perbuatan rohani. Secara garis

Latar Belakang Masalah besar, tradisi berdasarkan medium transmisi

Kata tradisi selalu dikaitkan dengan yang digunakan, dapat dikelompokkan atas

sesuatu yang telah ada dan tersedia di suatu tradisi lisan dan tulisan. Tradisi lisan ada

masyarakat dan berasal dari masyarakat yang diteruskan dengan bahasa tulis yaitu

generasi sebelumnya, yaitu telah mengalami dalam bentuk naskah dan ada juga yang

penerusan turun-temurun antargenerasi. hanya dalam bentuk lisan. Contoh yang

Tradisi berwujud sebagai barang dan jasa terakhir ini banyak dijumpai pada mantra

serta perpaduan antara keduanya. Sebagai dan jampi-jampi.

barang, tradisi merupakan produk dari masa Ruang lingkup kajian tentang tradisi

lalu yang diwariskan kepada generasi itu sangat luas, meliputi berbagai hal yang

berikutnya. Sebagai jasa, tradisi merupakan menjadi konteks dalam kejadiannya dan

kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, selalu ditautkan dengan lingkungan

yang jenis dan caranya sudah tertentu. kehidupan masyarakat itu. Terdapat tradisi

Kegiatan yang demikian itu diwariskan dari yang berkenaan dengan alam fisik (tanah,

suatu generasi kepada generasi berikutnya. air, udara, cahaya, benda-benda langit, dsb),

Dalam produk barang dan jasa itu alam hayati (tumbuhan, binatang),

terkandung nilai dan norma yang juga ikut masyarakat, budaya, dan kehidupan

diwariskan bersama-sama dengan barang beragama.

dan jasa yang mengandungnya. Karena cakupan tradisi itu khususnya


tradisi lisan, sangat luas, Unesco
Tradisi yang ada pada masyarakat itu
mengelompokkannya menjadi beberapa
diteruskan dalam ruang dan waktu dengan
bidang, antara lain (1) sastra lisan, (2)
perbuatan atau praktik berbahasa, baik
teknologi tradisional, (3) pengetahuan
secara lisan maupun secara tertulis, dan
tentang masyarakat (folk), (4) unsur-unsur
dengan perbuatan pengindraan, perbuatan

2
religi dan kepercayaan masyarakat, dan (5) 4. Tidak menyadari bahwa satu definisi
hukum adat. tidak relevan dengan semua karya.
Tradisi dapat menjadi dasar bagi Melihat masalah-masalah di atas,
penciptaan kebudayaan baru, yaitu dalam mereka mengakui tidak mungkin bisa
membentuk dan mengembangkan kehidupan memberikan satu definisi secara keseluruhan
budaya bangsa serta menangkal penetrasi dan tepat tentang sastra. Oleh karena itu,
budaya asing yang tidak sesuai dengan mereka menyebut teks sastra yang bermakna
budaya bangsa. Ada beberapa alasan tentang teks bukan sastranya. Menyadari masalah di
itu, (1) Tradisi merupakan bagian dari atas Teeuw (1984) memberikan pengertian
budaya serta mempunyai kandungan unsur klasik, yaitu kata sastra dalam bahasa
budaya yang banyak, (2) Tradisi merupakan Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta :
bagian dari budaya yang sekaligus akar kata “sas” dalam kata kerja turunan
mencerminkan pula budaya keseluruhannya, berarti ‘mengarahkan’, ‘mengajar’’,
(3) Tradisi dalam suatu unsur budaya ‘memberi petunjuk atau instruksi.’ Akhiran
mempunyai kaitan yang erat dengan unsur- “tra” biasanya menunjukkan alat sarana.
unsur budaya lainnya. Tradisi lisan dapat Oleh sebab itu sastra dapat diartikan ‘ alat
dikelompokkan dalam karya sastra klasik. untuk mengajar, buku petunjuk , buku
Luxemburg dkk., (1984) mengemukakan instruksi atau pengajaran.’
beberapa masalah berkenaan dengan sastra, Mencari pengertian sastra dalam
di antaranya adalah: konteks ini sebaiknya ditinjau dalam bidang
1. Jika seseorang mendefinisikan sastra tradisi lisan karena proposal disertasi ini
secara luas maka tidak bisa dibedakan akan membahas mantra. Dundes
antara definisi yang bersifat deskriptif (1965), seorang tokoh Tradisi Lisan
dengan definisi yang bersifat evaluatif. Amerika, dengan ringkas menegaskan ,”
2. Mendefinisikan sastra secara folkore is said to be or to be in oral tradition
ontologism (hakikat sebuah karya “. Seterusnya diterangkan bahwa “folk”
sastra) dan harus diingat bahwa sastra merujuk kepada kumpulan manusia yang
didefinisikan dalam situasi pengguna hidup bersama dalam hal yang umum.
/pemakai (masyarakat). Secara teoretis satu kumpulan manusia itu
3. Lebih cenderung kearah sastra barat paling tidak terdiri atas dua orang tetapi
dan, pada umumnya kebanyakan kumpulan

3
terdiri dari banyak orang. Sedangkan “ weaving and the mode of stacking hay, dan
lore” merujuk kepada kepercayaan lama (4) Language or folk speech. Sedangkan,
yang tidak tertulis atau dilisankan. Jadi Taylor (1965) menyatakan bahwa folklore
folklore sering disamakan dengan tradisi merupakan bahan warisan tradisi lama yang
lisan. Dalam hal ini, apakah bentuk berbentuk perkataan yang dituturkan dalam
kumpulan tidak penting karena yang penting adat dan hapalan.
ialah kumpulan itu menerima sesuatu yang Secara garis besar dapat disimpulkan
bersifat tradisi sebagai hak mereka. Oleh bahwa tradisi lisan atau folklor itu adalah
karena itu, Osman (dalam A. Bakar 1987) adat istiadat tradisional dan cerita rakyat
menyatakan bahwa rakyat atau folk adalah yang diwariskan secara turun menurun,
kumpulan atau masyarakat manusia, yaitu tetapi tidak dibukukan. Dari jenisnya folklor
bahagian masyarakat yang lebih traditional, dibedakan menjadi dua bagian, (1) folklor
yang masih berpegang kukuh kepada corak lisan yaitu folklor yang diciptakan,
budaya lama. Corak budaya lama itu cukup disebarluaskan, dan diwariskan dalam
luas, seluas bidang folklor itu sendiri. bentuk lisan (bahasa rakyat, teka-teki, puisi
Menurut Dundes (1965) Folklore includes rakyat, cerita prosa rakyat, dan nyanyian
myth, legend, folktales, jokes, proverbs, rakyat), (2) folklor bukan lisan, yaitu folklor
riddle, chants, charms, blessing, curse, yang diciptakan, disebarluaskan dan
oaths… folk costume , folk dance, folk diwariskan tidak dalam bentuk lisan
drama, folk art, folk believe, folk medicine, (arsitektur rakyat, kerajinan tangan rakyat,
folk song, folk speech, etc. (‘Foklor pakaian dan perhiasan tradisional, obat-
termasuk juga mitos, legenda, cerita rakyat, obatan tradisional, makanan dan minuman
dagelan, peribahasa, teka-teki, nyanyian, tradisional, bunyi-bunyi isyarat, dan musik
jampi-jampi, puji-pujian, kutukan, sumpah, tradisional).
tarian rakyat, drama tradisional, Seperti yang dikemukakan di atas
kepercayaan, obat-obatan tradisional, lagu- bahwa salah satu bagian dari tradisi lisan
lagu rakyat, dan lain-lain’). adalah mantra. Mantra ada di hampir semua
Bidang folklore yang luas itu diuraikan suku bangsa di dunia. Indonesia juga
oleh Utley (1965) dalam empat bagian, yaitu termasuk kaya akan mantra. Pengertian
: (1) Literature and other arts, (2) mantra dalam masyarakat Jawa bergantung
Belief ,customs and rites, (3) Craft like kepada penggunaan bahasanya. Bagi bahasa

4
jawa Kuno, arti mantra hampir sama dengan Mantra Asihan Ardjuna
makna dalam bahasa Sanskrit, yaitu Arjuna si rambut tuwa
menekankan kepada teks atau ucapan yang Djibrail kang pinundut
suci dan nyanyian yang berbentuk puji- Punduteun sukma si (…)
pujian kepada Tuhan . Allah Kang Wewenang
Dalam bahasa Jawa modern, menurut Nabi nu ngingkeun
Marjusman dkk., (1980), mantra disebut “ Nurullah nu nampanan
mantro” yang bermakna doa, jampi dan Nur putih bersambung ti bapa
pesona, sedangkan dalam Bahasa Indonesia Nur kuning bersambung ti ibu
mantra tidak mengandung makna pemujaan, Tjaringin unggut di bumi
tetapi lebih berkenaan dengan pengobatan Gedang majang di buruan
(pengobatan alami). Purwa pangeran
Masyarakat Sunda di Jawa Barat juga Nja aing nu boga asihan si Semar
menggunakan istilah mantra dengan putih
pengertian sebagai berikut : Istilah mantra Panembahan sasarea.
bukan istilah Sunda asli melainkan berasal Mangka welas mangka asih ke
dari bahasa Sanskerta yang berarti jampi, badan awaking
pesona, atau doa. Jadi, puisi mantra adalah
puisi lisan yang sarat dengan rima dan irama Demikian juga dengan masyarakat
yang mengandung doa dan kekuatan gaib , Minangkabau di Sumatera Barat yang
bertujuan untuk mendatangkan keselamatan, menyebut mantra sebagai “ manto” –
keunggulan, keberhasilan, dan ada juga yang berdasarkan 49 mantra dalam Sastra Lisan
mendatangkan kecelakaan atau penyakit Minangkabau (Jamil, dkk. 1981) yang juga
yang berbahaya. (Maryati, 1993). menegaskan bahwa mantra sesungguhnya
Berdasarkan 214 buah jenis mantra Sunda merupakan media untuk berhubungan
yang dikumpulkan oleh Rusyana (1970), dengan kekuatan yang ghaib – menunjukkan
terdapat mantra Sunda begitu kuat berunsur betapa kuatnya pengaruh Islam di dalamnya
Islam, walaupun, masih terdapat aroma sehingga seolah-olah tidak pernah ada
Hindu seperti kata “ Arjuna” dan kilauan pengaruh Hindu.
Jawa melalui kata “ Semar” seperti yang Kata mantra amat jarang disebut oleh
terdapat dalam mantra berikut ini: orang Melayu karena mereka menyebutnya

5
“ jampi” dan “ serapah”. Menyamakan 2007), yang terbangun secara alamiah dalam
mantra dengan jampi rasanya kurang tepat, suatu komunitas masyarakat untuk
karena jampi adalah sejenis mantra yang beradaptasi dengan lingkungan di
digunakan untuk menyembuhkan penyakit sekitarnya, perilaku ini berkembang menjadi
yang biasanya dibaca pada obat, air, minyak suatu kebudayaan di suatu daerah dan akan
, dan sebagainya (Geertz, 1977). Sedangkan berkembang secara turun-temurun, secara
serapah atau singela digunakan untuk umum, budaya lokal atau budaya daerah
mengusir makhluk halus seperti jin, hantu, dimaknai sebagai budaya yang berkembang
setan,, juga untuk menghalau binatang buas di suatu daerah, yang unsur-unsurnya adalah
dengan cara sumpahan (Maryati, 1993). budaya suku-suku bangsa yang tinggal di
Istilah yang digunakan orang Melayu daerah itu.
untuk maksud di atas adalah ilmu. Orang Dalam pelaksanaan pembangunan
yang mempunyai banyak mantra dan berkelanjutan oleh adanya kemajuan
kepandaian dalam bidang itu dikatakan teknologi membuat orang lupa akan
berilmu atau orang pandai. Oleh karena itu pentingnya tradisi atau kebudayaan
muncullah istilah Ilmu Pengasih, Ilmu masyarakat dalam mengelola lingkungan,
memburu Rusa, Ilmu Penjauh Harimau, seringkali budaya lokal dianggap sesuatu
Ilmu berjalan di Hutan, Ilmu Wayang Kulit, yang sudah ketinggalan di abad sekarang ini,
dan lain-lainnya. Menurut Geertz, dalam sehingga perencanaan pembangunan
konteks “ ilmu putih (baik)” dan “ ilmu seringkali tidak melibatkan masyarakat.
hitam (jahat). Kesemuanya itu ada dan Kebenaran dan keyakinan yang telah
tumbuh subur di tengah-tengah masyarakat mentradisi dalam suatu masyrakat disebut
yang memiliki kearifan lokal yang sudah kearifan lokal (local wisdom).
ada di dalam kehidupan mereka semenjak
zaman dahulu mulai dari zaman pra-sejarah Permasalahan Penelitian
hingga saat ini, kearifan lingkungan Permasalahan yang akan diusung
merupakan perilaku positif manusia dalam dalam penelitian ini antara lain:
berhubungan dengan alam dan lingkungan 1) Bagaimanakah bentuk/struktur
sekitarnya yang dapat bersumber dari nilai- tradisi lisan khususnya mantra
nilai agama, adat istiadat, petuah nenek pengobatan masyarakat Melayu
moyang atau budaya setempat (Wietoler, Langkat?

6
2) Nilai-nilai kearifan lokal apasajakah Sumber alam itu yang harus mereka
yang dapat digali dalam tradisi lisan gunakan untuk menopang kelangsungan
khususnya mantra pengobatan hidup.
masyarakat Melayu Langkat? Nilai-nilai kearifan lokal masyarakat
3) Jenis-jenis metafora apasajakah yang Melayu Langkat tercermin dari tradisi lisan
terkandung dalam tradisi lisan yang mereka miliki, khususnya yang tersurat
khususnya mantra pengobatan dan tersirat dalam mantra-mantra
masyarakat Melayu? pengobatan yang sangat bergantung dari
4) Apa fungsi metafora yang terdapat alam.
dalam tradisi lisan khususnya Tradisi lisan khususnya mantra
mantra pengobatan masyarakat pengobatan tidak terlepas dari unsur-unsur
Melayu Langkat? linguistik dan non-linguistik (metalinguistik)
5) Makna apakah yang terkandung media untuk keberlangsungan masyarakat
dalam benda-benda atau symbol- setempat. Tradisi lisan khususnya mantra
simbol yang digunakan dalam pengobatan atau jampi masyarakat Melayu
mantra pengobatan itu secara Langkat mengandung unsur-unsur bahasa
Semiotik pragmatik? yang tidak sama dengan bahasa sehari-hari
(common language). Di samping itu di
dalam mempraktekkan mantra juga dipakai
URGENSI/KEUTAMAAN PENELITIAN
media lain berupa benda-benda alam di luar
bahasa. Untuk itu tradisi lisan khususnya
Kearifan lokal itu merupakan
mantra pengobatan atau jampi masyarakat
perpaduan antara nilai-nilai luhur budaya
Melayu Langkat itu sangat layak diteliti dari
masyarakat yang didasari oleh keyakinan
unsur kebahasaannya (linguistik).
dan keimanan masyarakat dan berbagai nilai
Mantra pengobatan mediumnya adalah
yang ada di budaya masyarakat tersebut.
bahasa dan merupakan sistem tanda-tanda
Kearifan lokal harus menjadi yang terdepan
juga. Oleh sebab itu, Preminger (2001:85)
dalam menjalankan program-program
menyatakan bahwa bahasa dapat disebut
pengembangan wilayah di kawasan hidup
sebagai sistem tanda tingkat pertama (first
masyarakat untuk mendorong mereka
order semiotics), sedangkan mantra itu
sebagai pelaku utama dalam usaha
sendiri sebagai sistem tingkat kedua (second
mengembangkan sumberdaya alamnya.
7
order semiotics). Artinya, yang terkandung pengobatan masyarakat Melayu Langkat. (2)
dalam bahasa adalah arti (meaning) menggali dan mengungkap nilai-nilai luhur
sedangkan arti mantra itu sendiri adalah arti kearifan lokal yang terkandung dalam tradisi
dari arti itu (meaning of meaning) atau lisan tersebut, (3) memberi pembenaran
disebut juga makna (signifiance). Dalam kebenaran bahwa struktur semantik sebuah
penelitian ini aspek kebahasaan yang akan kata berimplikasi pada gramatika suatu
digali dari mantra itu adalah metafora, bahasa, (2) bahwa idiosinkrasi bahasa
sedangkan benda-benda alam lainnya yang mantra dapat dijelaskan dengan berpijak
dipakai sebagai media dalam pengobatan itu pada komponen semantik, dan (3)
akan dikaji dengan menggunakan Semiotik memperkokoh keandalan teori Semiotik
Pragmatik. pragmatik untuk mengkaji komponen
Penelitian-penelitian yang pernah semiotik khususnya yang berkaitan dengan
dilakukan pada umumnya secara linguistik benda-benda atau simbol-simbol yang
ditekankan pada komponen bentuk bahasa, digunakan dalam mantra pengobatan.Secara
khususnya pada komponen fonologi dan praktis penelitian ini akan sangat berguna
sintaksis, sedangkan penelitian terhadap khususnya (1) pengenalan kembali bentuk-
komponen semantik masih belum dilakukan bentuk tradisi lisan yang hampir punah. (2)
terlebih lagi dengan pendekatan Metafora. penerapan dan pemertahanan kearifan lokal
Keterbatasan penelitian pada komponen yang dimiliki leluhur sebagai dasar
semantik itu merupakan salah satu alasan kelangsungan hidup. (3) bagi pemahaman
penelitian ini dilakukan. metafora khususnya yang terdapat pada
tradisi lisan (4) penelitian ini juga
bermanfaat khususnya yang berkaitan
dengan konteks sosial, mengingat dalam
kegiatan tutur banyak ditemukan bentuk-
bentuk metafora dan simbol-simbol sosial
KONTRIBUSI HASIL PENELITIAN
yang kerap dipakai dalam mediasi
pengobatan.
Secara teoretis penelitian ini
TINJAUAN PUSTAKA
diharapkan dapat (1) memberi gambaran
utuh struktur tradisi lisan khususnya mantra Kajian Pustaka

8
Bahasa memainkan peranan penting yang sakit dan anasir yang bertanggung
dalam teks, tanpa bahasa tidak akan ada jawab membawa penyakit digunakan untuk
wujud teks. Bahasa dalam mantra terdiri dari memulihkan penyakit pasien (penderita).
kata-kata atau kalimat. Bahasa atau kata- Untuk yang mengidap penyakit masuk angin
kata didalam mantra merupakan satu dari disebut “ angin seratus sembilan puluh”,
tiga faktor yang menentukan keberadaan selanjutnya beberapa jenis lainnya disebut
sebuah mantra. Bahas “angin hala”, “angin bidan”, ” angin
merupakan firasat atau petunjuk pendekar”, “ angin dewa muda”, “angin
kepada kebudayaan karena bahasa dewa pecil”, dan “ angin semar daru”.
mencerminkan cara hidup penuturnya dan Begitu juga dengan penyakit urat saraf dan
kehidupan sosial mereka. Ini patah tulang.
menggambarkan bahwa bahasa
melambangkan bangsa. Bahasa sebagai Konsep dan Ciri Mantra.
lambang mempunyai banyak tanda dan Dalam menentukan konsep dan ciri
ragam. Meliputi tanda baca, kata-kata atau mantra, beberapa sarjana telah memberikan
morfem, dan kelompok kata termasuk frasa, pandangan mereka berdasarkan penelitian
anak kalimat, dan sebagainya. dan pemahaman masing-masing. Di antara
Perbendaharaan dalam mantra juga para sarjana termasuklah Soedjijono, Imam
dipengaruhi oleh alam sekitar dan dan Kusnan (1987) . Mereka
masyarakat serta kegunaan mantra. mengemukakan enam unsur yang harus ada
Berkenaan juga dengan jenis dan fungsinya. dalam mantra .
Masyarakat yang tinggal dikawasan 1. Bentuk atau struktur. Kalimat atau isi
kepulauan , tepi laut dan sungai yang ada dalam ucapan tersusun dalam
menggunakan kata “ hantu air”, “ hantu bentuk tersendiri.
laut”, “ Raja Bas”, “ Raja Bis”, “ Mambang 2. Bahasa yang merupakan alat untuk
Tali Arus”, untuk merujuk kepada makhluk menyampaikan kata-kata menjadi ciri
halus di kawasan sekitarnya. Kata-kata lain penting karena tanpa bahasa tidak ada
termasuk “ ikan” , ”udang”, ”pancing”, bentuk pengucapan dan juga tidak ada
“pukat”, dan “ perahu”. komunikasi. Komunikasi dalam mantra
Di dalam bidang pengobatan, kata– bersifat khas karena bahasa yang
kata yang tepat berhubungan dengan bagian

9
digunakan bersifat demikian , termasuk Sesuai dengan amalan masyarakat Jawa
bahasa berlambang. yang banyak menumpukan kepada mantra
3. Latar belakang mantra . Ini berhubungan yang bersifat kebatinan sehingga diri
dengan warna kepercayaan dan pengamal dapat melakukan sesuatu yang
kehidupan masyarakat disebabkan latar luar biasa.
belakang tempat, tokoh luar biasa yang Berdasarkan tulisan diatas tentang
disebut misalnya Rasullullah, Semar konsep mantra, khususnya Mantra Melayu
dan Dewa.. Indera, bisa menjadikan yang menjadi landasan kajian ini harus
mantra bermakna. mempunyai ciri :
4. Tujuan suatu ucapan yang dibuat 1. Berupa teks ucapan yang terdiri
hendaklah jelas, apakah untuk dari kata-kata atau kalimat dalam
pengobatan atau lainnya. bentuk puisi atau prosa
5. Keberadaan yang berarti pengamalan berirama.
mantra, pengamalan itu biasanya 2. Isi teks mengandung konotasi
ditetapkan waktunya dan tempat serta magik atau berkaitan dengan
perlengkapan termasuk peralatan yang kuasa (kekuatan) luar
digunakan. biasa.
6. Persyaratan yaitu mencakup cara hidup 3. Kata-kata atau kalimat yang
sederhana, melakukan pertapaan dan terdiri dari teks didapat melalui
cara menggunakan mantra. berguru atau diturunkan secara
Herman (1987) membayangkan bahwa ghaib dan diyakini sepenuhnya.
mantra harus berbentuk kata-kata yang 4. Mempercayai dan meyakini serta
mempunyai kekuatan ghaib sehingga dapat diamalkan secara bersungguh-
menghubungkan kuasa luar biasa; bersifat sungguh dengan memenuhi
sakral dengan orang yang beribawa , syarat-syarat dan mematuhi
contohnya : hanya dukun yang boleh larangan (pantangan) yang
mengucapkannya; berhubungan erat dengan ditetapkan.
upacara berbentuk ritual yang melibatkan 5. Digunakan dengan tujuan
penggunaan alat seperti kemenyan, cara tertentu, apakah untuk kebaikan
pergerakan anggota badan. Dibaca dengan atau keburukan.
nada suara dan dalam suasana yang pas.

10
Ciri-ciri yang berhubungan langsung dengan diucapkan dalam bentuk puisi. Isi teks yang
kandungan serta teks dapat diperhatikan mengandung konotasi magis yang
pada mantra dibawah ini : disebutkan dalam ciri kedua dapat dilihat
Mantra Kasih Sayang. dengan dilibatkannya kekuasaan Jin, Iblis,
Hei si ama kuning dan Hantu. Unsur ini penting karena bisa
Si ama gila membedakan puisi yang hampir sama
Si ama kasih sayang bentuk dan isi, antara mantra dan bukan
Aku nak mintamu kasih sayang mantra.
kepada aku
Kalau kau tak kasih sayang kepada Kearifan Lokal
aku Kearifan lokal adalah pandangan
Durhakalah kau kepada Allah hidup dan ilmu pengetahuan serta berbagai
Hei Jin putih sejati tunggul strategi kehidupan yang berwujud aktivitas
Aku tersengkang bulu romamu yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam
Aku hendak minta kau menjawab berbagai masalah dalam
menyampaikan kehendakku pemenuhan kebutuhan mereka. Dalam
Kelak-kelak aku menyampaikan bahasa asing sering juga dikonsepsikan
kehendakmu sebagai kebijakan setempat “local wisdom”
Kalaupun tak menyampaikan atau pengetahuan setempat “local
kehendakku knowledge”atau kecerdasan setempat “local
Durhakalah kau kepada genious”.
Allah Sistem pemenuhan kebutuhan suatu
Sidi guru sidilah aku kelompok masyarakat bersandar pada
Sidi berkat kata seluruh unsur kehidupan yang menyokong
La ilaha illa ‘llah , kebertahanan hidup, yaitu yang pertama dan
Muhammadar Rasullullah paling utama adalah agama kemudian secara
( Haji Riani ,Jalan Udang berturut-turut mengikuti kebutuhan lain,
Tanjung Pura, Kab.Langkat) seperti ilmu pengetahuan, ekonomi,
tehnologi, organisasi sosial, bahasa dan
Berkaitan dengan ciri pertama , ternyata komunikasi, serta kesenian. Semua
mantra di atas merupakan sebuah teks yang kelompok masyarakat memiliki pemahaman,

11
program, kegiatan, pelaksanaan terkait sangat baik karena memiliki kekuatan untuk
dalam pemertahankan, perbaikan, menyatakan suatu hal, khususnya untuk
pengembangkan unsur-unsur yang menciptakan karya sastra, seperti yang
menopang kebutuhan hidup mereka, dengan dinyatakan dalam kalimat The best
memperhatikan ekolsistem (flora, fauna, dan metaphors display a fision of diaphor and
mineral) serta sumberdaya manusia yang epiphor...... gives the metaphor its power.
terdapat pada lingkungan hidup mereka Konsep metafora menurut Searle
sendiri. (1979) yang menyebutkan bahwa kedudukan
metafora dalam keseluruhan bahasa kias
Konsep Metafora atau figuratif dapat diklasifikasikan menjadi
Konsep kata ‘metafora’ atau dua bagian, yaitu (1) metafora yang
‘metaphor’ berasal dari meta dan sphere diposisikan dalam pengertian luas atau
(metasphere). Meta berarti ‘berhubungan sebagai payung untuk semua bahasa kias,
dengan’ seperti dalam kata metabolism, dan (2) metafora dalam arti yang sempit.
metalanguages, metallurgy, metathesis, Posisi sebagai payung tersirat dalam
metaphysics. Sphere berarti ruang, pandangan yang dikonsepkan Searle. Di sini
lingkungan, bola. Jadi metafora (metaphor) Searle menyatakan istilah metafora sebagai
berarti ‘hal-hal yang berhubungan dengan sebuah ekspresi kebahasaan yang bermakna
sekitar’. figuratif. Dia juga mengemukakan bahwa
Metafora merujuk pada dua dua tipe teori metafora, yaitu teori
komplemen yang sejajar yakni epiphor dan perbandingan (comparison theories) dan
diaphor. Epiphor berarti metafora yang teori interaksi semantik (semantic
mengimplikasikan makna (semantik) interaction teories). Kedua teori ini
konteks seluas-luasnya. Diaphor berarti menekankan bahwa konteks yang terdapat
‘tipe yang ada dalam batin’. Keterangan ini dalam ungkapan metafora mengandung dua
dikutip oleh Hester dari tulisan Wheelwright sisi makna, yaitu sisi yang satu bermakna
dalam bukunya “Metaphor and Reality” metaforis dan sisi yang lainnya bermakna
(Bloomington, 1962:35—36) yang ditulis harafiah. Hakikat metafora menurutnya
kembali oleh Hester dalam bukunya “The adalah membandingkan dua hal, yakni yang
Meaning of Poetic Metaphor (1967:17). dibandingkan/terbanding (Tb) dengan yang
Hester juga menyebutkan bahwa metafora dipakai untuk membandingkan/pembanding

12
(Pb). Hakikat pembicaraan metafora pemahaman makna metafora didasarkan atas
merujuk pada semua tuturan yang bermakna aspek pengalaman, di antaranya pengalaman
kias. estetika. Dengan dasar itu, keberadaan
Beragam pendapat dan penjelasan metafora dinyatakan sebagai pengungkapan
tentang metafora telah banyak dijumpai. jenis dari sesuatu yang bermakna figuratif
Salah satu di antaranya adalah pendapat dan dan metafora dikaitkan dengan jenis bahasa
penjelasan yang diungkapkan oleh figuratif lainnya seperti personifikasi dan
Beardsley (1981:134—135) yang metonimi.
menyebutkan bahwa ada tiga jenis teori Metafora ada dalam kehidupan sehari-
yang perlu dipertimbangkan dalam hari. Berdasarkan pengalaman, konsep
kaitannya dengan metafora, yaitu: (a) teori metafora meliputi tiga hal, yaitu (1) ide
emotif, (b) teori supervenience, dan (c) teori (makna), (2) ekspresi linguistiknya, dan (3)
literal. cara komunikasi. Ide atau makna untuk
Lakoff dan Mark (1980) memberikan menandaai sesuatu yang berupa objek.
dua gagasan utama. Yang pertama adalah Ekspresi linguistik yaitu berupa kata-kata
metafora sebagai proses kognitif dan sebagai wadahnya (kontainer). Cara
merupakan hasil pengalaman. Dalam hal ini komunikasi yaitu cara penutur
metafora adalah sebagai proses kognitif menyampaikan maksud secara figuratif
eksperimental. Atas dasar proses kognitif (Lakoff dan Mark, 1980:53)
ini, tuturan dapat dianalisis tema-temanya
yang tersirat yang mempunyai makna Teori Semiotik Pragmatik
metafora. Yang kedua, metafora juga Semiotik merupakan kajian saintifik
dinyatakan sebagai ekspresi linguistik. tentang tanda atau sistem tanda, khususnya
Dalam hal ini metafora memiliki tanda-tanda linguistik. Semiotik mengkaji
karakteristik bahasa dan merupakan sebuah tanda, penggunaan tanda, dan segala sesuatu
perspektif. Di samping itu juga metafora yang bertalian dengan tanda. Kemudian,
adalah merupakan masalah imajinasi semua jelas dapat menjadi tanda, maka tidak
rasionalitas. Dalam hal ini, konsep itu tidak ada yang tidak dapat dijadikan topik
hanya menyangkut masalah intelektualitas penelitian semiotik. Dengan kata lain,
tetapi juga di dalamnya memuat semua perangkat pengertian semiotik (tanda,
pengalaman yang alami sehingga pemaknaan, denotatum, interpretan, dasar,

13
dan lain-lain) dapat diterapkan pada semua Kajian tentang Ilmu dan Mantera di
bidang kehidupan apabila segala Melayu memang sudah sejak dahulu
prasyaratnya terpenuhi, yaitu adanya makna dilakukan . kajian mengenai Ilmu di
yang diberikan, ada pemaknaan, ada Semenanjung dapat kita jumpai dalam
interpretasi (van Zoest 1993:54). Skeat (1967), Gimlette (1971), Windstedt
Dua istilah penting dalam mengkaji (1920,1982), Endicot (1970), dan baru-baru
semiotic, yaitu (1) Signifier yaitu struktur ini Daud (2001). Namun penelitian Ilmu
bunyi yang dikenal pasti bukan melalui Mantera pada pada Masyarakat Melayu
bunyi bebas tetapi melalui pengenalpastian Langkat, yang dikaji berdasarkan telusuran
ciri persamaan dan perbedaan struktur bunyi mendalam kajian tradisi lisan (KTL) dan
dimaksud, dan (2) Signified yaitu dipadu dengan unsur-unsur linguistik
perbandingan makna yang kompleks yang khususnya metafora, dan metalinguistik
dikenal pasti bukan melalui pemakaian atau berupa kajian lambang dan simbol yang
penggunaan tertentu, tetapi melalui menyertai keberadaan mantera-mantera
persamaan dan perbedaan bentuk sesuatu yang keduanya (linguistik dan
perkataan yang sudah tetap dan yang ada metalinguistik) itu akan diteliti dan ditelusur
dalam bahasa itu. melalui semiotik pragmatik. Sangat diyakini
Tanda bahasa selain menyatakan kajian yang meliputi hal tersebut di atas
makna konvensional juga mengandung belum pernah ada yang meneliti hingga saat
implikatur, yaitu sesuatu yang ditangkap ini.
oleh pendengar yang berbeda dari makna Kurangnya informasi dan ketiadaan
konvensionalnya. Suyono (1990:14) analisis tentang Mantera Pengobatan di
menyebutkan bahwa implikatur sebagai Kabupaten langkat.Tanjung Pura adalah
salah satu aspek kajian pragmatik perhatian faktor yang mendorong penulisan ini.
utamanya adalah mempelajari maksud suatu Penulisan ini memfokuskan pada analisis
ucapan sesuai dengan konteksnya. Dengan linguistik secara Semiotik Pragmatik pada
kalimat lain, implikatur dipakai untuk Mantera Pengobatan masyarakat Tanjung
menerangkan makna implisit di balik apa Pura Kabupaten Langkat Sumatera Utara.
yang diucapkan sebagai sesuatu yang Sampai sekarang setidaknya ada enam
diimplikasikan. buku yang secara khusus memusatkan
Penelitian Sejenis Terdahulu perhatian pada Ilmu Melayu , yaitu Skeat

14
(1967), Windstedt (1982), , Endicot (1991), mantera Melayu kaya dengan unsur dan
Gimlette (1971), Shaw (1972), Golomb keperibadian asli. Kajian ini tidak
(1985) dan Haron Daud (2001). Tulisan membandingkan pemakaian mantera di
Skeat merupakan rujukan penting bagi semenanjung dengan kawasan lain di Alam
peneliti Ilmu Melayu, selain karena Melayu.
merupakan sebuah karya klasik juga
mencatat sekitar 270 teks mantera Melayu.
METODE PENELITIAN
Buku ini secara luas membicarakan secara
luas tentang alam, manusia dan Paradigma Penelitian
kedudukannya dialam , hubungannya
Penelitian yang akan dilakukan ini
dengan dunia gaib , dan ritus-ritus dalam
menggunakan metode penelitian deskriptif
mantera. Walaupun begitu tentu para
kualitatif. Penelitian kualitatif umumnya
peneliti harus merujuk karya ini dengan
ditujuakan untuk mempelajari kehidupan
kritis sebab buku itu sudah sangat tua; dan
kumpulan manusia. Biasanya manusia di
tentu sebagai oarang luar, Skeat mungkin
luar kelompok peneliti. Penelitian kualitatif
saja melakukan kekliruan dalam memahami
melibatkan berbagai jenis disiplin ilmu,
Ilmu Melayu terutama Teks dalam
antara lain dari disiplin ilmu kemanusiaan,
Manteranya. Hal ini bisa dilihat ketika
social, dan ilmu alam. Para peneliti
Skeat (1967;4) menduga kata Payah (Kun)
berkeyakinan terhadap padangan naturalistik
berasal dari kata “ supaya” . padahal , kata
dan menginterpretasikan fenomena untuk
Payah Kun (fayakun) berasal dari Bahasa
menggali dan memahami pengalaman
Arab yang berarti ‘maka jadilah’
manusia, yang oleh karena itu biasanya
Buku terakhir yang secara khusus
inheren dan dibentuk oleh berbagai nilai
membicarakan Ilmu Melayu ditulis oleh
etika posisi politik. Biasanya, penelitian
Haron (2001). Buku ini membicarakan ilmu,
yang menggunakan metode kualitatif selalu
khususnya mantera Melayu Semenanjung,
melibatkan data-data yang bersifat
dengan menggunakan pendekatan sosiologi
kuantitatif. Nasution (1982:31)
sastra. Haron menemukan bahwa mantera
menyebutkan bahwa setiap penelitian
merupakan genre puisi yang pertama lahir
(kualitatif dan kuantitatif) harus
dalam masyarakat Melayu traditional.
direncanakan. Oleh karenanya diperlukan
Kajian ini juga mendapatkan bahawa
disain penelitian, antara lain: (1) populasi
15
sasaran, (2) metode sampling, (3) besarnya ekspresi-ekspresi potensial sebagai ekspresi
sampling, (4) prosedur pengumpulan data, yang menyangkut unsur-unsur yang diteliti
(5) cara-cara menganalisis data setelah data (yang berkaitan dengan struktur, kearifan
terkumpul, (6) perlu tidaknya menggunakan lokal, metafora, dan semiotik) dan sekaligus
statistik, (7) cara mengambil kesimpulan, akan dilakukan pengklasifikasian dengan
dan sebagainya. berpedoman pada aspek informasi yang
Ada tiga unsur fundamental dalam diperlukan. Tahap kedua adalah dengan
penelitian, (1) pengamatan (observation), (2) memerikan semua unsur yang diteliti
wawancara, dan (3) kepustakaan (written berdasarkan pengamatan lapangan dan
documents). Metode ini digunakan dengan informasi yang diperoleh tentang
tujuan mendeskripsikan secara sistematis penggunaannya melalui contoh data yang
factual dan akurat data, sifat dan hubungan dibutuhkan (data display) pada bagian
fenomena yang diteliti dalam teks yang paparan dan analisis data. Tahapan ketiga
digunakan nara sumber. adalah dengan mengupayakan pengambilan
kesimpulan yang akan dilakukan dengan
Metode dan Rancangan Penelitian memperhatikan kecenderungan serta proses
Teknik yang dipakai dalam pemolaan tetap yang dapat diidentifikasi
menganalisis data adalah teknik yang dari keseluruhan bagian paparan dan analisis
digagas oleh Miles dan Huberman (1984:22- data. Dan pada tahap kesimpulan, yang akan
23). Ada tiga tahapan yang akan dilakukan dilakukan adalah dengan memformulasikan
dalam hal ini, yaitu (1) reduksi data (data dalam bentuk deskripsi singkat atau
reduction), (2) penampilan data (data generalisasi. Dalam tahapan yang sama
display), dan (3) pengambilan peninjauan kembali secara elaboratif akan
kesimpulan/verifikasi (conclusion dimintakan dari informan yang tepat untuk
drawing/verification). menguji validitas temuan penelitian. Proses
Proses analisis pada tahapan pertama tahapan tersebut di atas dapat dilihat dalam
adalah dengam mereduksi semua data yang bagai di bawah ini.
diperoleh dengan cara penyeleksian terhadap

16
Koleksi Data Penampilan Data

(Data Collection) (Data Display)

Reduksi Data Pengambilan


Kesimpulan/Verifikasi
(Data Reduction)
(Conclusion
Drawing/Verification)

Figura 1 : Bagan proses analisis data (Miles dan Huberman (1984:23)

TEMUAN DAN DISKUSI Ha, Hb, Md, Pd, Wc, Xa, Xc, dan
Dda); bait 10 (data nomor Fc, Fd,
1. Struktur tradisi lisan mantra
Ra, dan Wa); bait 11 (Gd, Pc, Ta,
pengobatan masyarakan Melayu
Xf, dan Ye); bait 12 (data C, Ga, Pe,
Langkat sangat bervariasi. Struktur
Aaa, dan Bba); bait 13 (data Cca);
ini ditentukan dengan jumlah
bait 14 (data Pa); bait 15 (Va, Ya);
bait/baris/lajur pada tip-tiap mantra.
bait 16 (tidak ada); bait 17 (data Ge,
Dari penelitian ini diperoleh 16
Xb, dan Za); bait 19 dan 18 (tidak
struktur mantra, antara lain mantra
ada); bait 20 (data Xd); dan bait yang
dengan bait 3 (data A, Gg, dan Gh),
terbanyak =27 data Xe. Dengan
bait 4 (data Yc-4 dan Yd-4), bait 5
kalimat lain bahwa mantra
(data B, Ia, Ka, Kc, Ma, Nb, Nc, Sa,
pengobatan pada masyarakat Melayu
dab Tb); bait 6 (data D, Gb, Ja, La,
Tanjungpura diciptakan dengan
Na, Qa, Sb, Uc, dan Wd); bait 7
variasi jumlah bait yang beragam. Di
(data Fa, Gc, Kb, Mb, Mc, Pb, dan
sini menunjukkan bahwa masyarakat
Ua); bait 8 (data Fb, Ib, Jb, Mf, Pf,
Ub, Wb, dan Yb)’ bait 9 (data Gf,

17
Melayu Tanjungpura sangat kreatif 3. Makna dan fungsi tradisi lisan
dalam berolah bahasa. mantra pengobatan masyarakat
Melayu Langkat sangat erat
2. Di samping bervariasinya struktur
kaitannya dengan kepercayaan dan
dan jumlah bait mantra pengobatan
keyakinan masyarakatnya sendiri.
tersebut, juga ditemukan penggunaan
Mantra pengobatan nasyarakat
bahasa figuratif yang sangat kreatif
Melayu Langkat pada kenyataannya
dan produktif khususnya dalam
tidak berdiri sendiri. Ia ada bersama-
penggunaan metafora. Hal ini
sama dengan pelaku magisnya
dibuktikan dengan ditemukan jumlah
(dukun/bomo), tindakan magis,
mantra yang merealisasikan metafora
lingkungan magisnya, dan
sebanyak 57 mantra (29+28) dari 73
kepentingan magisnya yang
mantra yang ada. Itu berarti
keterhubungannya dapat dijangkau
persentase penggunaan metafora
melalui pemahaman akan sistem
dalam mantra yang diteliti sebanyak
keyakinan beserta kompleksitas
78%. Dari 57 mantra (78%) mantra
hubungan unsur-unsur yang
tersebut terdapat sejumlah 174
melingkupinya.
metafora. Dengan demikian dapat
4. Makna semiotik metafora yang
disimpulkan bahwa tradisi lisan
terdapat pada tradisi lisan mantra
mantra pengobatan masyarakan
pengobatan masyarakat Melayu
Melayu Tanjungpura direalisasikan
Langkat dihubungkaitkan dengan
dengan sebanyak 46% metafora.
implikatur metaforanya. Ada
Dengan kalimat lain mantra
sembilan kategori implikatur
masyarakat Melayu Tanjung Pura
metafora. Tiga kategori implikatur
dapat dikatakan produktif dalam
yang jumlah pemakaiannya cukup
penggunaan metafora. Hal ini erat
produktif, yaitu (1) kategori
kaitannya dengan kepercayaan
Objek/object (27,5%); (2) kategori
masyarakat Melayu Tanjung Pura
Keadaan /being (21,6%); dan
yang kuat kepercayaan keagamaan
kategori Bernyawa/animate (18,3%).
dan menjunjung tinggi adat budaya
Satu kategori implikatur metafora
dalam kehididupan sehari-harinya.
yang tidak dijumpai dalam mantra

18
tersebut, yaitu implikatur kategori Benda-benda tersebut diyakini.
Energi (0%). Kategori implikatur Benda-benda yang akrab digunakan
metafora lainnya adalah kategori dalam ritual membacakan mantra
Kehidupan/living (8,0%); kategori pengobatan biasanya yang mudah
Kosmos/cosmos (6,8%); kategori ditemukan di alam sekitar
Substansi/substance (2,8%); dan masyarakat. Benda-benda tersebut
kategori Terestrial/terrestrial memiliki daya magis dan berfungsi
(1,1%). sebagai pengobatan. Misalnya Limau
5. Nilai-nilai kearifan lokal yang purut berfungsi sebagai penawar
tersemat pada masyarakat Melayu racun/penetral. Limau kesum
Langkat dengan adanya konsep berfungsi sebagai penetral/penawar
"Adat bersendikan Syara' penyakit. Daun sirih berfungsi
bersendikan Qitabullah" tercermin sebagai penawar racun. Daun kelor
dari sastra lisan yang dimiliki secara berfungsi sebagai penawar ruh jahat.
turun temurun, khususnya yang Daun bakung berfungsi sebagai
berkaitan dengan keyakinan pembentuk tulang. Limau kelelang
keislaman yang kuat dan berfungsi sebagai penawar racun.
diaplikasikan dalam mantra-mantra Dan lain sebagainya.
pengobatan yang ada pada suku 7. Upaya revitaliasi tradisi lisan mantra
bangsa Melayu khususnya Melayu pengobatan masyarakat Melayu
Langkat. Keyakinan dan Langkat dilakukan dengan beberapa
kepercayaan yang kuat terhadap ancangan. Salah satunya adalah
Tuhan Sang Pencipta tergambar pada dengan melakukan perencanaan dan
setiap mantra mantra yang penelitian partisipatoris. Dua hal
kesemuanya berserah kepada Tuhan yang dilakukan, yakni (1) penelitian
Sang Pencipta, Yang Maha tradisi lisan (bentuk dan isi) secara
Segalanya dan diucapkan pada bait partisipatoris dengan melakukan
terakhir. penelitian kualitatif untuk
direvitalisasi dengan observasi
6. Setiap kegiatan bermantra digunakan
partisipatoris dan langsung,
benda atau simbol sebagai alat
wawancara terbuka dan mendalam,
mediasi kepada Sang Pencipta.

19
diskusi kelompok terarah, dan Penelitian-penelitian serupa dengan
kepustakaan/dokumen terbuka. (2) teori dan pendekatan yang berbeda sangat
Perencanaan tradisi lisan dan disarankan agar budaya lokal yang ada tetap
pendukungnya dengan melakukan lestari sehingga dapat memperkaya budaya
antara lain mengikutsertakan nasional.
masyarakat setempat dalam:
menetapkan prioritas revitalisasi,
DAFTAR PUSTAKA
merencanakan program revitalisasi,
membentuk kelompok tradisi lisan,
Allan, K. 1986. Linguistic Meaning. New
mengelola kelompok tradisi lisan,
York : Routledge & Kegan Paul Inc.
mensosialisasikan tradisi lisan
kepada pendukungnya, dan
Allan, K. 1998. “Meaning and Speech
meregenerasikan tradisi lisan.
Acts”, [cited 20 Nopember 2003].
Available from : http://www
SARAN
arts.monash.edu.au/ling/speech_acts_a
Dalam upaya menjaga dan
llan. html.
melestarikan kekayaan budaya nasional,
sangatlah perlu untuk menggali kembali
Allan, K. 2001. Natural Langauge
dengan secermat-cermatnya budaya-budaya
Semantics. Oxford : Blackwell
lokal. Kekayaan ajaran bermasyarakat dan
Publishers.
berbudaya dapat digali dari budaya lokal
tersebut agar bangsa kita tidak tergerus oleh
Alwi, H. 1998. “Bahasa sebagai Jati Diri
ekspansi budaya modern dari seluruh dunia.
Bangsa”. Dalam I Made Purwa(Ed)
Bangsa harus memiliki identitasnya sendiri.
Kongres Bahasa Bali IV. Denpasar :
Identitas nasional bangsa diperkaya oleh
Balai Penelitioan Bahasa,
identitas budaya suku bangsanya. Oleh
Departemen Pendidikan dan
sebab itu, gagasan untuk meneliti kekayaan
kebudayaan.
budaya lokal bangsa sudah seharusnya
dilakukan secara sungguh-sungguh dan
Alwi, H dan Sugondo, D. 2003. Politik
akurat.
Bahasa : Rumusan Seminar Politik

20
Bahasa. Jakarta : Pusat Bahasa Dardjowidjojo, S. 2003. Psikolonguistik :
Departemen Pendidikan Nasional. Pengantar Pemahaman Bahasa
Manusia. Jakarta : Yayasan Obor
Baradja, M.F. 1990. Kapita Selekta Indonesia.
Pengajaran Bahasa. Malang :
Penerbit IKIP Malang. Djajasudarma, T. F. 1993. Metode Linguistik
: Ancangan Metode dan Kajian.
Bungin, B. 2003. Analisis Data Penelitian Bandung : Eresco.
Kualitatif. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada. Foley dan Van Valin Jr. 1984. Functional
Syntax and Universal Grammar.
Casson, R.W. 1981. Language, Culture, and Cambridge : Cambridge University
Cognition : Anthropological Press.
Perspectives. New York : Macmillan
Publishing Co, Inc. Frawley, W. 1992. Linguistic Semantics.
New Jersey : Lawrence Erlbaum
Chaer, A. 2003. Psikolinguistik : Kajian Associates.
Teoretik. Jakarta : Rineka Cipta. Goddard, C. 1996a. “Semantic theory and
semantic universal”. Dalam Cliff
Chafe, W.L. 1970. Meaning and The Goddard (Conventor), Cross-
Structure of Language. Chicago : The Linguistic Synatx from a Semantic
University of Chicago Press. Point of View (NSM Approach), 1- 5.
LINGUISTIKA Vol. 16, No. 30, Maret Australia : Australian National
2009 SK Akreditasi Nomor: 007/BAN University.
PT/Ak-V/S2/VIII/2006
Sekilas tentang penulis : Drs. Muhammad
Crider, A. B., et.al. 1983. Psychology. Natsir, M.Hum., Bahagia Saragih,
Dallas : Scott, Foresman and S.Pd., M.Hum., adalah dosen pada
Company. Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris
FBS Unimed.

21

Anda mungkin juga menyukai