Anda di halaman 1dari 18

BENTUK-BENTUK TRADISI

LISAN
Oleh:
Ayu Andini Aritonang
Mersi Doknauli Simatupang
Bentuk-bentuk tradisi lisan pada suku batak toba
1. saur matua

A. Latar Belakang Masalah

1. pendahuluan
2. Tujuan
3. Manfaat

B. Rumusan Masalah

BAB II
1. kajian teori

BAB III
1. pembahasan

A. Latar Belakang
Tradisi lisan menurut B.H. Hoed adalah berbagai pengetahuan dan adat
kebiasaan yang secara turun-temurun disampaikan secara lisan yang
mencakup tidak hanya cerita rakyat, mitos, dan legenda, tetapi juga dilengkapi
dengan sejarah, hukum adat, dan pengobatan. Hal-hal yang terkandung dalam
suatu tradisi lisan adalah hal-hal yang terlahir dan mentradisi dalam suatu
masyarakat yang merupakan warisan nenek moyang. Pada dasarnya, suatu
tradisi dapat disebut sebagai tradisi lisan jika tradisi tersebut dikatakan (oleh
penutur) dan didengar (oleh penonton).
Tradisi lisan dapat diartikan sebagai kebiasaan atau adat yang
berkembang dalam suatu komunitas masyarakat yang direkam dan
diwariskan dari generasi ke generasi melalui bahasa lisan. Dalam
tradisi lisan terkandung kejadian-kejadian sejarah, adat istiadat,
cerita, dongeng, peribahasa, lagu, mantra, nilai moral, dan nilai
keagamaan.
Dalam tradisi lisan, peranan orang yang dituakan seperti kepala
suku atau ketua adat sangat penting. Mereka diberi kepercayaan
oleh kelompoknya untuk memelihara dan menjaga tradisi yang
diwariskan secara turun temurun. Satu kelompok masyarakat
dengan nilai, norma, tradisi, adat dan budaya yang sama akan
mempunyai jejak-jejak masa lampaunya. Dalam masyarakat yang
belum mengenal tulisan jejak-jejak masa lampaunya disebarluaskan
dan diwariskan secara turun temurun kepada generasi berikutnya
secara lisan sehingga menjadi bagian dari tradisi lisan. Karya-karya
dalam tradisi lisan merupakan bagian dari sebuah folklore.
A. Tradisi Lisan
Tradisi lisan adalah kesaksian lisan yang disampaikan secara
Verbal dari satu generasi ke generasi berikutnya. Menurut
Jan Vasian, oral tradition atau komunikasi secara lisan akan
menghasilkan sebuah tradisi yang cukup mengandalkan
mulut dan telinga (oral hear). Tradisi lisan dapat juga
menggunakan simbol-simbol yang unik.
Perkembangan tradisi lisan terjadi dari mulut ke mulut sehingga
menimbulkan banyak versi cerita. Menurut Suripan Sadi Hutomo (1991:
11), tradisi lisan itu mencakup beberapa hal, yakni (1) yang berupa
kesusastraan lisan, (2) yang berupa teknologi tradisional, (3) yang berupa
pengetahuan folklore di luar pusat-pusat istana dan kota metropolitan, (4)
yang berupa unsur-unsur religi dan kepercayaan folklore di luar batas
formal agama-agama besar, (5) yang berupa kesenian folklore di luar
pusat-pusat istana dan kota metropolitan, dan (6) yang berupa hukum
adat.
1. Tradisi lisan identik dengan
faktor:

• pengisi waktu luang Aspek-aspek yang


• penyalur sikap dan pandangan terkandung dalam tradisi
• refleksi angan-angan kelompok lisan:
• sebagai wasiat bagi generasi 1. aspek sejarah,
selanjutnya
2. nilai-nilai moral,
• bekal hidup karena dari
alamnya terdapat aturan- 3. keagamaan,
aturan sosial sebagai pedoman 4. adat istiadat,
hidup 5. peribahasa,
• banyak terdapat di masyarakat
6. nyanyian dan mantra.
lokal.
2. Fungsi Tradisi Lisan menurut 3. Ciri-ciri tradisi lisan:
Bascon:

• sebagai sistem proyeksi, yaitu • pesan-pesan disampaikan


sebagai pencerminan angan- secara lisan (ucapan,
angan suatu masyarakat yang nyanyian maupun musik).
kolektif,
• tradisi lisan berasal dari
• sebagai alat pengesahan
pranta-pranta dan lembaga-
generasi sebelumnya
lembaga kebudayaan,
• sebagai alat pendidik anak,
• sebagai alat pemaksa/
pengawas agar norma-norma
sosial dapat dipatuhi
4. Jenis-jenis tradisi lisan:
5. bentuk-bentuk Tradisi Lisan

• Petuah • Mitos
• Kisah perorangan • Legenda
• Kisah kelompok • Cerita folklor
• Cerita pahlawan • Seni pertunjukan
• Dongeng
1. Mitos
Mitos dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1993:660—
661) diartikan sebagai ceritra suatu bangsa tentang dewa dan
pahlawan zaman dahulu yang mengandung penafsiran
misalnya tentang asal- usul semesta alam, manusia, dan
bangsa itu sendiri yang mengandung arti mendalam dan
diungkapkan dengan cara gaib. Mitos berkembang di
masyarakat dari mulut ke mulut dan umumnya bersifat lisan.
Levi-Strauss (1974:232) menjelaskan bahwa dalam mitos
terdapat hubungan unit-unit (yang merupakan struktur) yang
tidak terisolasi, tetapi merupakan kesatuan relasi hubungan
tersebut dapat dikombinasikan dan digunakan untuk
mengungkap makna di balik mitos itu.
Bentuk mitos dapat diklasifikasi menjadi tiga, yaitu (a) lisan
(verbal) adalah bentuk yang murni lisan, misalnya bahasa
rakyat, ungkapan-ungkapan tradisional, atau nyanyian rakyat;
(b) sebagian lisan (partly verbal), yaitu campuran unsur lisan
dan unsur bukan lisan, misalnya kepercayaan rakyat (tahyul),
tari rakyat, dan adat-istiadat; dan (c) bukan lisan, yaitu
bentuknya bukan lisan walaupun cara pembuatannya
diajarkan secara lisan, misalnya arsitektur rakyat, kerajinan
tangan rakyat, perhiasan adat, makanan adat, dan obat-
obatan tradisional (band. Harold, Danandjaja, 1984; dalam
Linggih, 2009: 105).
MITOS IKAN MAS PENUNGGU DANAU TOBA
Kisah yang satu ini sudah turun-temurun berkembang di
Masyarakat Danau Toba. Yap, banyak nelayan di perairan
Danau Toba melihat penampakan tiga ikan mas raksasa
berukuran hingga 10 meter. Mereka makin gelisah karena
ikan mas tersebut bisa saja merusak jala maupun kapal yang
mereka tumpangi. Konon, ketiga ikan mas tersebut
merupakan penunggu abadi Danau Toba.
2. Legenda
Legenda biasanya diartikan cerita rakyat yang berisi tentang cerita
terbentuknya (terjadinya) suatu wilayah. Menurut Harld Brunvad
ada empat macam, yakni: (a) legenda keagamaan berisi tentang cerita
orang-orang yang dianggap suci atau saleh dengan tambahan segala
macam keajaiban, kesaktian benda-benda keramat. (b) legenda alam
gaib adalah cerita yang berhubungan dengan kepercayaan dan
takhayul yang berhubungan dengan keajaiban. Biasanya menceritakan
tentang tentang hantu, genderowo, sundel bolong atau makhluk jadi-
jadian (c) legenda lokal adalah cerita tentang asal mula terjadinya
(terbentuknya) nama suatu tempat, danau, gunung, bangunan, dan
lain-lain. (d) Legenda perseorangan adalah cerita rakyat tentang
tokoh-tokoh yang dianggap dan diyakini oleh suatu masyarakat
pernah ada. Pada umumnya mengisahkan tentang kepahlawanan,
kesaktian atau kisah cintadari tokoh tersebut.
3. Cerita Folklor
Danandja (1984:2) folklor merupakan sebagian kebudayaan
dari suatu kolektif yang tersebar dan diwariskan secara turun
temurun secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik
dalam bentuk isan maupun dalam bentuk contoh yang
disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat.
Ciri-ciri foklor adalah sebagai berikut: penyebaran dan
pewarisannya lebih banyak secara lisan, bersifat tradisional,
bersifat anonym (pembuatannya didak diketahui), kolektif
(menjadi milik bersama dari sebuah kelompok masyarakat),
mempunyai peasan moral bagi generasi berikutnya.
Menurut Horald Brunvan (USA), foklore terbagi dalam tiga tipe
yang meliputi: (a) foklor lisan merupakan fakta mental (mentifact)
diantaranya: logat bahasa (dialek) dan bahasa tabu, ungkapan
tradisional dalam bentuk peribahasa dan sindiran, puisi rakyat
yang meliputi mitos, legenda, mitos, adat kebiasaan, dan nyanyian
rakyat (lagu) dan dongeng. (b) Foklor sebagian lisan merupakan
fakta sosial (sosiofact) diantaranya dalam bentuk kepercayaan dan
takhayul, permainan rakyat, tarian rakyat, teater rakyat, senjata
tradisional, dan makanan tradisional. (c) Foklor bukan lisan
merupakan artefak (artifact), diantaranya dalam bentuk:
arsitektur bangunan rumah adat (tradisional), kesenian
tradisional, pakaian tradisional, obat-obatan tradisional, alat
musik tradisional, senjata tradisional, dan makanan tradisional.
Fungsi Folklore (Bascom, 1965):
• Sebagai sistem proyeksi
• Sebagai alat pengesahan kebudayaan
• Sebagai alat pedagogik
• Sebagai alat pemaksa berlakunya norma masyarakat dan
pengendalian masyarakat
4. Seni Pertujukan
Seni pertunjukkan sebagai salah satu cabang seni yang selalu
hadir dalam kehidupan manusia ternyata memiliki
per)kembangan yang sangat kompleks. Sebagai seni yang
hilang daam perjalanan waktu, yang hanya bisa kita nikmati
apabila seni tersebut sedang dipertunjukkan (Soedarsono,
2003: 1). Seni pertunjukkan adalah seni yang disajikan
dengan penampilan peragaan. Artinya, seni itu akan dapat
dinikmati selama berlansungnya proses ungkap oleh
pelakunya yakni dalam ungkapannya dapat berupa seni tari,
seni musik, dan seni teater (Bastoni, 1992: 42). Seni termasuk
seni pertunjukkan adalah produk masyarakat yang dapat
dikonsumsi noeh masyarakat yang membutuhkannya (Jenet
Wolff dalam Soedarsono, 2000: 2).
Lebih lanjut, Harjana, 2000: 128) mengatakan bahwa seni
pertunjukkan adalah kegiatan yang mempertunjukkan
kesenian; baik pertunjukkan musik, drama, tari atau
pertunjukkan lainnya. Seni pertunjukkan adalah yang
disajikan dengan penampilan peragaan. Maksudnya, hanya
akan dinikmati selama berlangsungnya proses oleh pelakunya
(Bastomi, 1992: 42). Seni pertunjukkan adalah penyajian seni
yang mempunyai wilayah penyebaran yang sangat luas,
istilah-istilah untuk menyebutkan jenis penyajiannya adalah
sama di daerah yang berbeda, tetapi secara detail
pertunjukkannya sangat berbeda.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai