Anda di halaman 1dari 13

ISSN 2541-3252 BAHTERA INDONESIA:

Vol. 3, No.2, Sep. 2018 Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

MAKNA DAN FUNGSI PARIBASA SUNDA (PANGJURUNG LAKU HADÉ)

Embang Logita

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia


Universitas Wiralodra

E-mail : embanglogita@rocketmail.com

Penelitian ini dilandasi oleh pemikiran bahwa paribahasa Sunda merupakan warisan
budaya pemilikmya yaitu masyarakat Sunda yang syarat akan makna yang terkandung
didalamnya yang harus kita lestarikan dan kita pakai dalam kehidupan sehari-hari.
Paribasa Suda Paribasa Sunda merupakan salah satu warisan budaya nusantara dengan
kata lain paribasa Sunda merupakan salah satu bagian peribahasa yang ada di nusantara.
Paribasa Sunda merupakan bahasa perbandingan yang menjadi perlambang kehidupan
manusia, yang bahasan dan pengucapannya yang tidak boleh diubah-ubah. Paribasa Sunda
merupakan sebuah kalimat. dengan memilik iciri-ciri paribasa sunda antara lain : Paribasa
Sunda mempunyai sifat membandingkan, mengumpamakan; merupakan pembicaraan yang
artinya bukan yang sebenarnya; berupa kalimat yang dapat membawa perasaan kepada yang
orang yang diajak bicara;kalimatnya tidak bisa diubah, dikurangi, ditambah, atau dengan
pengucapannya dengan bahasa halus.
Didalam paribasa Sunda dilihat dari maksud dan tujuannya dapat digolongkan
menjadi tiga bagian:Paribasa wawaran luang,isinya mengungkapkan pengalaman yang
suadah biasa dalam masyarakat, serta merupakan bahan perbandingan untuk tingkah laku
kita; paribasa pangjurung laku hade, dimana paribasa ini isinya mengungkapkan untuk
melakukan perilaku-perilaku yang baik yang harus dilakukan oleh kita; paribasa panyaram
lampah salah dimana isinya mengungkapkan supaya setiap orang jangan melaksanakan
kelakuan-kelakuan yang tidak baik.
Paribasa pangjurung laku hade merupakan salah satu paribasa yang didalamnya
mempunyai makna-makna dan fungsi tersendiri dalm kehidupan sehari hari

Kata Kunci: Paribasa Sunda (Pangjurung Laku Hadé), Makna Dan Fungsi.

PENDAHULUAN memiliki kandungan nilai-nilai makna, dan


Dalam kurun waktu yang lampau sebelum fungsi bagi masyarakat.
manusia mengenal tulisan (aksara) segala Sastra daerah adalah bagian dari
sesuatunya dilakukan secara lisan termasuk tradisi lisan. Sastra daerah lebih dikenal
proses pewarisan budaya dan tradisi seperti dengan sastra lisan meliputi prosa dan puisi
pewarisan cara hidup, karya sastranya, lisan yang dalam penyampaiannya
kepercayaan (religi), upacara adat (ritual), menggunankan bahasa lisan serta masih
sistem pengetahuan dan sebagainya. Jadi, menggunakan bahasa daerah. Sastra daerah
karena proses pewarisannya secara lisan atau sastra lisan ini hanya dikenal pada
itulah kemudian dikenal dengan istilah masyarakat pemiliknya sehingga hanya
tradisi lisan. populer pada masyarakat pemiliknya juga
Tradisi lisan merupakan segala sehingga tidak begitu dikenal oleh
bentuk pewarisan adat istiadat yang lahir dari masyarakat luar.
suatu kelompok masyarakat yang Salah satu bentuk sastra lisan yang
disampaikan atau diwariskan secara lisan ada di setiap daerah adalah ungkapan
kepada tiap generasi. Setiap tradisi pastilah tradisional atau lebih di kenal dengan nama

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan


54
BAHTERA INDONESIA: ISSN 2541-3252
Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol. 3, No. 2, Sep. 2018

peribahasa. Setiap daerah di Indonesia 3. Fungsi yang terkandung dalam


mempunyai sastra lisan berupa peribahasa paribasa Sunda (pangjurung laku
yang mempunyai kekhasan masing-masing. hadé).
Dilihat dari segi bahasa maka sesuai dengan
bahasa yang dipunyai oleh daerah tersebut. Rumusan Masalah
Peribahasa tidak saja merupakan mutiara Agar penulisan ini berjalan dengan baik,
bahasa, bunga bangsa, tetapi juga suatu maka berdasarkan batasan masalah di atas,
kalimat yang memberikan pengertian yang penulis membuat rumusan masalah sebagai
dalam, luas, dan tepat; disampaikan dengan berikut :
halus dengan kiasan. Sebagaian peribahasa 1. Bagaimana makna dari paribasa
itu mempunyai nilai yang universal dan Sunda(pangjurung laku hadé) ?
berlaku untuk semua orang dan segala jaman 2. Bagaimana fungsi dari paribasa
(Edwar Djamaris, 1993) Sunda(pangjurung laku hadé) sebagai
Salah satu ungkapan tradisional atau bentuk kearifan lokal yang berkembang
peribahasa juga berkembang di tatar Sunda, dalam kehidupan masyarakat?
peribahasa yang ada di tatar Sunda
dinamakan paribasa Sunda. Paribasa Sunda Tujuan Penelitian
merupakan sebuah kalimat (klausa) yang Dari uraian latarbelakang dan rumusan
pengucapan dan susunan dan maksudnya masalah di atas, maka penelitian ini
sudah pasti biasanya mempunyai arti sebagai bertujuan :
perbandingan dan penjabaran dalam 1. mendapat gambaran makna yang
kehidupan manusia. Paribasa Sunda terkadung dalam paribasa
digolongkan menjadi tiga bagian yaitu Sunda(pangjurung laku hadé) sebagai
paribasa Sunda pangjurung laku hadé, bentuk kearifan lokal berkembang dalam
paribasa Sunda panyaram lampah dan kehidupan masyarakat.
paribasa Sunda wawaran luang. Kita sebagai 2. mendapat gambaran mengenai fungsi
generasi harus dapat mengetahui, memahami dari paribasa Sunda (pangjurung laku
makna, harus bisa meneliti sampai hal-hal hadé).
yang berhubungan dengan strukturnya,
konteks penuturan, proses penciptaan dan Manfaat Penelitian
fungsi yang terkandung didalamnya sehingga Adapun manfaat yang diharapkan
paribasa Sunda ini tetap lestari dan ada. dari penelitian ini adalah memberikan
Dari permasalahan penulis akan manfaat baik secara teoritis maupun praktis.
meneliti tentang “Makna dan Fungsi Secara teoritis adalah dapat mengetahui
Paribasa Sunda (Pangjurung Laku Hadé). perkembangan paribasa Sunda dilihat dari
segi makna dan fungsidengan baik dan
Batasan Masalah benar, Secara praktis yaitu lebih luas lagi
Agar penulisan lebih spesifik dan dalam mengenal paribasa Sunda.
dapat dilaksanakan sesuai dengan
kemampuan penulis, maka masalah yang LANDASAN TEORI
akan dikaji harus dibatasi secara jelas. Folklor
Penelitian ini dibatasi sebagai berikut : Folklor merupakan bagian dari hasil
1. Struktur teks yang terdapat dalam kebudayaan suatu masyarakat. Folklor
paribasa Sunda (pangjurung laku merupakan suatu tradisi yang ada dalam
hadé). suatu masyarakat yang tak tertulis mengenai
2. Makna yang terkandung dalam kesastraan, kepercayaan, upacara adat
paribasa Sunda (pangjurung laku (ritual), hukum, adat kebiasaan dan
hadé). sebagainya yang bersifat lokal.

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia


55
ISSN 2541-3252 BAHTERA INDONESIA:
Vol. 3, No.2, Sep. 2018 Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Folklor mempunyai unsur-unsur yang 4) makanan dan minuman rakyat; dan


disebut dengan genre atau dalam bahasa 5) obat-obatan tradisional.
Indonesia dapat diartikan sebagai bentuk.
Menurut Jan Harold Brunvand, folklor dapat Sedangkan, yang termasuk bukan
digolongkan ke dalam tiga kelompok besar material antara lain:
berdasarkan tipenya: 1) Gerak isyarat tradisional (gesture);
1. Folklor lisan (verbal folklore), 2) bunyi isyarat untuk komunikasi
Folklor lisan adalah folklor yang rakyat (misalnya kentongan tanda
bentuknya memang murni lisan. Bentuk bahaya di Jawa atau bunyi gendang
(genre) folklor yang termasuk dalam untuk mengirim berita; dan
kelompok ini antara lain : 3) musik rakyat.
1) bahasa rakyat;
2) ungkapan tradisional, seperti Tradisi Lisan
peribahasa, pepatah, dan pameo; Konsep tradisi lisan (oral tradition)
3) pertanyaan tradisional, seperti teka hampir sama dengan istilah folklor bedanya
teki; hanya terletak pada unsur-unsur yang
4) puisi rakyat, seperti pantun, ditransmisikan secara lisan dan kadang-
gurindam, dan syair; kadang diikuti dengan tindakan (Hotomo,
5) cerita prosa rakyat, seperti mitos, 1991:90)
legenda, dan dongeng; dan Danandjaja menyatakan hal serupa
6) nyanyian rakyat. bahwa tradisi lisan dan folklore dengan
2. Folklor sebagian lisan (partly verbal referensi yang relatif sama yaitu ‗budaya
folklore), lisan‘ dengan unsur kelisanan sebagai
Folklor sebagian lisan adalah folklor dimensi yang esensial . Dalam perjalanan
yang bentuknya merupakan campuran sejarah setiap hasil kebudayaan dari masa
unsur lisan dan unsur bukan lisan. lampau diwariskan secara lisan sebagai
Bentuk-bentuk folklor yang tergolong tradisi turun temurun.
dalam kelompok ini di antaranya adalah : Bagi sebagian masyarakat tata cara
1) kepercayaan rakyat; hidup mereka berupa cara berpikir
2) permainan rakyat; bergaul,dan bersosialisasi adalah tata cara
3) teater rakyat; atau pengetahuan yang diperolehnya dari
4) tari rakyat; nenek moyangnya (generasi sebelumnya ).
5) adat istiadat; Tradisi itu mengikat kesatuan sosial budaya
6) upacara; dan mereka. dalam setiap tradisi memliki muatan
7) pesta rakyat. pendidikan, sosial, religi-religi sebagai
3. Folklor bukan lisan (non verbal folklore). harapan masyarakat pendukungnya.
Bukan lisan adalah folklor yang
bentuknya bukan lisan, walaupun cara Peribahasa
1) Pembuatannya diajarkan secara lisan; Suatu hasil sastra Indonesia lama
Kelompok ini dapat dibagi menjadi yang masih hidup sampai sekarang ialah
dua subkelompok, yakni yang peribahasa. Berbeda dengan hasil sastra lama
material dan yang bukan material. yang lain seperti syair, gurindam, dan
Bentuk folklor bukan lisan yang mantra, peribahasa masih digunakan
tergolong material antara lain: walaupun sudah agak jarang.
arsitektur rakyat (bentuk rumah asli Berdasarkan pembagian folklor di
daerah, bentuk lumbung padi, dan atas, peribahasa termasuk kedalam folklor
sebagainya); lisan. Menurut Carventes dalam Danandjaja,
2) kerajinan tangan rakyat; peribahasa adalah ―kalimat pendek yang
3) pakaian dan perhiasan tubuh adat; disarikan dari pengalaman yang panjang‖.

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan


56
BAHTERA INDONESIA: ISSN 2541-3252
Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol. 3, No. 2, Sep. 2018

(Bruvand dalam Danandjaja) untuk perilaku-perilaku yang baik yang harus


ungkapan tradisional (peribahasa) dilakukan oleh kita.
mempunyai tiga sifat hakiki yang harus 3. Paribasa panyaram lampah salah
diperhatikan untuk seorang yang akan Paribasa yang isinya mengungkapkan
meneliti yaitu : supaya setiap orang jangan melaksanakan
1. peribahasa harus berupa satu kalimat kelakuan-kelakuan yang tidak baik.
ungkapan tidak cukup hanya
berupa satu kata tradisional saja; Makna Paribasa Sunda (Pangjurung Laku
2. peribahasa ada dalam bentuk yang sudah Hadé)
standar; dan Menurut Kamus Besar Bahasa
3. suatu peribahasa harus mempunyai Indonesia (KBBI) makna merupakan
vitalitas (daya hidup) tradisi lisan, yang pengertian yang diberikan kepada bentuk
dapat dibedakan dari bentuk-bentuk klise suatu kebahasaan. Makna disejajarkan
tulisan yang berbentuk syair, iklan, dengan arti, gagasan, konsep, pernyataan,
reportase olah raga. pesan, informasi, maksud, firasat, isi, dan
pikiran. (Aminuddin : 50)
Paribasa Sunda Makna paribasa Sunda (pangjurung
Paribasa Sunda merupakan salah satu laku hadé) merupakan isi yang terkandung
warisan budaya nusantara dengan kata lain dalam setiap paribasa Sunda (pangjurung
paribasa Sunda merupakan salah satu bagian laku hadé) yang dapat dijadikan sebagai
peribahasa yang ada di nusantara. Paribasa pegangan dalam menjalankan kehidupan
Sunda merupakan bahasa perbandingan yang sehari-hari dalam masyarakat.
menjadi perlambang kehidupan manusia,
yang bahasan dan pengucapannya yang Fungsi
tidak boleh diubah-ubah. Paribasa Sunda Fungsi suatu jenis puisi ditentukan
merupakan sebuah kalimat. oleh masyarakat pemilik tradisi lisan.
Ciri-ciri paribasa sunda antara lain : Bascom (dalam Danandjaja, 2007:19)
1. Paribasa Sunda mempunyai sifat mengungkapkan fungsi foklor antara lain
membandingkan, mengumpamakan. yaitu :
2. Paribasa Sunda merupakan pembicaraan 1) Sebagai sistem proyeksi (projective
yang artinya bukan yang sebenarnya. system), yakni sebagai alat
3. Paribasa Sunda berupa kalimat yang pencermin angan-angan suatu
dapat membawa perasaan kepada yang kolektif;
orang yang diajak bicara. 2) sebagai alat pengesahan pranata-
4. Paribasa Sunda kalimatnya tidak bisa pranata dan lembaga-lembaga
diubah, dikurangi, ditambah, atau dengan kebudayaan;
pengucapannya dengan bahasa halus. 3) sebagai alat pendidikan anak
(pedagogical device); dan
Didalam paribasa Sunda dilihat dari 4) sebagai alat pemaksa dan pengawas
maksud dan tujuannya dapat digolongkan agar norma-norma masyarakat akan
menjadi tiga bagian yaitu : selalu dipatuhi anggota kolektifnya.
1. Paribasa wawaran luang Akan tetapi, fungsi tersebut masih umum.
Paribasa ini isinya mengungkapkan Fungsi yang diungkapkan oleh Bascom dapat
pengalaman yang suadah biasa dalam berlaku pada semua jenis folklor.
masyarakat, serta merupakan bahan Danandjaja mengemukakan bahwa
perbandingan untuk tingkah laku kita. fungsi puisi rakyat antara lain sebagai
2. Paribasa pangjurung laku hade berikut:
Dimana paribasa ini isinya 1) Alat kendali sosial
mengungkapkan untuk melakukan 2) Untuk hiburan

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia


57
ISSN 2541-3252 BAHTERA INDONESIA:
Vol. 3, No.2, Sep. 2018 Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

3) Untuk memulai suatu permainan Sumber Data Penelitian


4) Untuk menekan atau menganggap Paribasa Sunda (pangjurung laku
orang lain hadé) yang merupakan data dalam penelitian
Fungsi-fungsi tersebut bisa saja ini diperoleh dari :
hilang seiring dengan waktu. Bertahan atau 1. Data tertulis berupa paribasa-paribasa
tidaknyasebuah fungsi sastra lisan tergantung Sunda pangjurung laku hadé
pada kedudukan sastra lisan itu sendiri saat 2. Informasi secara lisan yang datanya dari
itu. Fungsi-fungsi yang hilang saja ketua kampung yang ada di desa
tergantikan oleh fungsi lain dikarenakan Cireundeu, Cimahi Selatan yakni dari
berubahnya kedudukan sastra lisan yang bapak Asep.
bersangkutan di masyarakat pemiliknya.
Teknik Penelitian
METODOLOGI PENELTIAN Teknik pengumpulan Data
Metode Penelitian Teknik pengumpulan data dalam
Untuk menemukan paribasa Sunda penelitian ini antara lain sebagai berikut :
(pangjurung laku hadé) sebagai bentuk 1. Wawancara
kearifan lokal dilihat dari makna dan fungsi, Wawancara dilakukan dengan orang-
dengan unsur-unsur pokok yang harus orang yang kompeten terhadap teks yang
ditemukan sesuai dengan butir-butir rumusan diteliti
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, a. Tetua masyarakat Kampung
maka digunakan metode penelitian kualitatif. Cireundeu
Penelitian kualitatif pada hakekatnya b. Orang-orang yang faham terhadap
ialah mengamati orang dalam lingkungan teks
hidupnya, berinteraksi dengan mereka, 2. Observasi
berusaha memahami bahasa dan tafsiran Observasi dilakukan untuk memahami
mereka tentang dunia sekitarnya (Nasution, konteks budaya masyarakat pemilik teks.
1988 : 5). Observasi digunakan untuk mengamati
Metode yang digunakan dalam secara langsung terhadap kegiatan
penelitian ini adalah metode deskriptif- percakapan sehari-hari masyarakat
kualitatif. Metode deskriptif-kualitatif Cireundeu dalam menggunakan paribasa
merupakan suatu cara yang bukan hanya Sunda.
bertujuan pada pengumpulan data, tetapi 3. Daftar Pustaka
sampai pada tahap analisis hingga tercapai Daftar pustaka dilakukan untuk melihat,
sebuah simpulan yang berdasarkan atas memahami dan menulis tentang
pertanyaan dalam penelitian. paribasa Sunda (pangjurung laku
Dengan digunakan metode kualitatif, hadé), yang akan dijadikan data
maka data yang didapat akan lebih lengkap, penelitian tertulis.
lebih mendalam, kredibel, dan bermakna
sehingga tujuan penelitian dapat dicapai. Instrumen Penelitian
Instrumen Pengumpulan Data
Data dan Sumber Data Penelitian dan 1) Peneliti
Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, peneliti juga
Data Penelitian berkedudukan sebagai instrumen
Data dalam penelitian ini adalah penelitian, baik dalam hal wawancara
paribasa Sunda (pangjurung laku hadé) maupun observasi.
sebanyak 30 paribasa. Paribasa Sunda 2) Daftar pertanyaan wawancara
merupakan salah satu sastra lisan dalam Daftar pertanyaan wawancara memuat
bentuk puisi rakyat. sejumlah pertanyaan yang diajukan
kepada narasumber. Pertanyaan yang

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan


58
BAHTERA INDONESIA: ISSN 2541-3252
Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol. 3, No. 2, Sep. 2018

diajukan kepada narasumber disesuaikan menggunakan paribasa


dengan posisi narasumber. Sunda (pangjurung laku
had)..
Format Lembar Wawancara
3) Alat rekam data
No Pertanyaan Alat rekam data digunakan untuk
1. Apakah paribasa sunda dikampung merekam data-data yang dibutuhkan
Cireundeu masih dipakai oleh dalam penelitian. Alat rekam data yang
2. masyarakatnya? digunakan antara lain :
Apakah mereka mengetahui dalam (1) alat tulis
3. menggunakan paribasa Sunda sesuai Alat tulis yang digunakan adalah sebuah
4. dengan konteks yang ada ? blocknote, sebagai kertas catatan dan
Apakah mereka mengetahui arti pena untuk mencatat.
5. paribasa Sunda (pangjurung laku hadé) (2) alat rekam.
? Alat rekam audio digunakan untuk
Dalam situasi bagaimana biasanya merekam data lisan dari narasumber
mereka menggunakan paribasa Sunda langsung. Pada penelitian ini
(pangjurung laku hadé) ? menggunkan alat alat rekam audio
Darimana mereka mendapatkan dengan jenis MP4
paribasa Sunda yang biasa dipakai
dalam percakapan sehari-hari? Instrumen Pengolahan Data
Dalam Pengolahan data, peneliti
membutuhkan beberapa instrumen yaitu :
Format Lembar Observasi Aktivitas 1) Alat rekam audio.
Kegiatan Percakapan sehari-hari Dalam Alat rekam Audio dibutuhkan dalam
Menggunakan Paribasa Sunda analisis formula paribasa Sunda yang
diteliti dituturkan oleh penggunana
No Hal yang diamati Ya Tidak paribasa sunda. Melalui alat rekam audio
ini, data rekaman yang diperoleh pada
1. Masyarakat kampung saat pengumpulan data dapat didengar.
Cireundeu mempunyai 2) Alat tulis.
aktivitas percakapan Alat tulis yang digunakan adalah
antara sesama keluarga lembaran kertas dan pena. Alat tulis
atau sesama orang digunakan saat penganalisisan struktur
kampung. terhadap teks dilakukan.
2. Masyarakat kampung
Cireundeu dalam Prosedur Penelitian
melakukan percakapan Langkah-langkah yang dilakukan dalam
selalu dibarengi penelitian ini adalah sebagai berikut :
menggunakan paribasa
Sunda. Tahap Persiapan
3. Dalam suatu keluarga di Dalam tahap persiapan, peneliti
masyarakat dalam menentukan objek penelitian. Setelah objek
memberikan pepatah penelitian ditentykan, langkah selanjutnya
kepada anggota adalah studi pustaka. Studi pustaka
keluarga yang lain atau dilakukan untuk memlih pendekatan apa
kepada keluarga sesama yang sesuai dengan objek yang diteliti.
orang yang ada Selain itu, studi pustaka dilakukan guna
dikampung

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia


59
ISSN 2541-3252 BAHTERA INDONESIA:
Vol. 3, No.2, Sep. 2018 Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

menambah informasi seputar objek 10. Bobot pangayon timbang taraju (Berat
penelitian. gantungan, timbangan tangga).
11. Lain palid ku cikiih lain datang ku
Tahap Pelaksanaan cileuncang (Bukan hanyut karena air
Tahap pelaksanaan peneliti kencing, bukan datang karena aliran air
memperoleh data tertulis dari buku paribasa hujan).
sunda dan data lisan dari narasumber utama. 12. Kudu nepi memeh indit (Harus tiba
Pemerolehan data lisan dilakukan dengan sebelum pergi).
perekaman. Setelah data tersebut diperoleh, 13. Taraje nangeuh dulang tinande (Tangga
maka dilakukan transkripsi data. Setelah menyandar, dulang terbuka).
transkripsi dilakukan, maka tahap 14. Ulah pagiri-giri calik, pagirang- girang
selanjutnya adalah analisis. Adapun langkah- tampian (Jangan terpisah-pisah duduk,
langkah analisisnya sebagai berikut: jangan berjauh-jauhan tempat mandi).
1) Membaca dan menerjemaahkan teks 15. Ulah ngukur baju sasereg awak (Jangan
paribasa Sunda (pangjurung laku hadé). mengukur baju sesempit badan).
2) Menganalisis makna teks. 16. Ulah nyaliksik ku buuk leutik (Jangan
3) Menganalisis fungsi teks. menelisik dengan rambut kecil).
4) Menyimpulkan hasil analisis . 17. Ulah keok memeh dipacok (Jangan kalah
sebelum di patuk).
PEMBAHASAN 18. Kudu bisa kabulu kabale (Harus bisa
Data kesana-kemari).
Paribasa Sunda (pangjurung laku hadé) 19. Mun teu ngopek moal nyapek, mun teu
1. Ngeduk cikur kedah mihatur nyokel jahe ngakal moal ngakeul, mun teu ngarah
kedah micarek (Mengambil kencur harus moal ngarih (Kalau tidak kreatif tidak
bilang-bilang, mencungkil jahe harus akan mengunyah,kalau tidak berpikir
memberitahu). tidak akan makan, kalau tidak usaha
2. Sacangreud pageuh sagolek pangkek tidak akan masak).
(Mengikat kuat, mengikat menjadi satu 20. Cai karacak ninggang batu laun laun
kesatuan). jadi dekok (Air jatuh menimpa air lama-
3. Ulah lunca linci luncat mulang udar tina lama menjadi lubang).
tali gadang, omat ulah lali tina 21. Neangan luang tipapada urang (Mencari
purwadaksina (Jangan loncat sana sini, solusi dari sesama).
lepas tali rumah, awas, jangan lupa asal 22. Nu lain kudu dilainkeun nu enya kudu
kita). dienyakeun (Yang salah harus
4. Nyaur kudu diukur nyabda kudu di disalahkan, yang benar harus
unggang (Bicara harus diukur, bicara dibenarkan).
harus diteliti). 23. Kudu paheuyeuk- heuyeuk leungeun
5. Kudu hade gogog hade tagog (Harus paantay-antay tangan (Harus saling
baik bahasa, baik penampilan). berpegangan tangan, mengantri tangan).
6. Kudu silih asih, silih asah jeung silih 24. Ulah taluk pedah jauh tong hoream
asuh (Harus saling sayang, saling pedah anggang jauh kudu dijugjug
bertukar pikiran, saling membimbing). anggang kudu diteang (Jangan menyerah
7. Pondok jodo panjang baraya (Pendek karena jauh, jangan malas karena jauh,
jodoh, panjang persaudaraan). jauh harus di datangi, jauh harus di cari).
8. Ulah ngaliarkeun taleus ateul (Jangan 25. Ka cai jadi saleuwi kadarat jadi salogak
memperbanyak talas gatal). (Ke air jadi ke sungai, ke darat jadi
9. Bengkung ngariung bongok ngaronyok selubang).
(Bengkok berkumpul, bengkok 26. Melak cabe jadi cabe melak bonteng jadi
berkumpul). bonteng, melak hade jadi hade melak

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan


60
BAHTERA INDONESIA: ISSN 2541-3252
Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol. 3, No. 2, Sep. 2018

goreng jadi goreng (Menanam cabe jadi kehidupan sehari-hari dalam masyarakat
cabe, menanam mentimun jadi kita harus selalu memegang etika yang
mentimun, menanam kebaikan jadi ada.
kebaikan menanam keburukan jadi
keburukan). 4. Nyaur kudu diukur nyabda kudu di
27. Manuk hiber ku jangjangna jalma hirup unggang (Bicara harus diukur, bicara
ku akalna (Burung terbang sama harus diteliti).
sayapnya, orang hidup sama akalnya). Makna yang terkandung dalam paribasa
28. Nimu luang tina burang (Menemukan di atas adalah apabila sedang melakukan
solusi dari burang). komunikasi dengan orang lain, maka
29. Omat urang kudu bisa ngaji diri (Awas, kata-kata yang akan kita keluarkan harus
kita harus bisa menilai diri sendiri). ditimbang-timbang terlebih dahulu agar
30. Urang kudu jadi ajug ulah jadi lilin (Kita lawan bicara kita merasa enak dan
harus jadi cempor jangan jadi lilin). nyaman mendengarkan pembicaraan kita.

Analisis Makna Yang Terkandung dalam 5. Kudu hade gogod hade tagog (Harus
Paribasa Sunda (Pangjurung Laku Hadé) baik bahasa, baik penampilan).
Nilai-nilai makna yang terkadung Makna yang terkandung dalam paribasa
dari paribasa- paribasa Sunda (pangjurung di atas adalah dengan adanya penampilan
laku hadé) sehingga menjadi suatu bentuk kita yang baik harus diimbangi juga
kearifan lokal masyarakat sunda yang harus dengan bahasa yang baik pula. Jangan
terus dipahami, dipegang teguh untuk sampai penampilan baik tetapi cara
menjalankan kehidupan sehari-hari. Nilai- berbahasa tidak sesuai dengan kedaan
nilai maknanya yaitu : penampilan yang baik tadi.
1. Ngeduk cikur kedah mihatur nyokel jahe
kedah micarek (Mengambil kencur harus 6. Kudu silih asih, silih asah jeung silih
bilang-bilang, mencungkil jahe harus asuh (Harus saling sayang, saling
memberitahu). bertukar pikiran, saling membimbing)
Makna yang terkandung adalah apabila Makna yang terkandung dalam paribasa
kita akan mengambil sesuatu barang atau di atas adalah kita harus selalu
apapun harus meminta ijin terlebih menyayangi setiap saudara, tetangga,
dahulu kepada yang empunya. masyarakat yang ada disekitar kita, tidak
boleh saling mencela, bermusuhan,
2. Sacangreud pageuh sagolek pangkek menganiaya, dan lain-lain.
(Mengikat kuat, mengikat menjadi satu 7. Pondok jodo panjang baraya (Pendek
kesatuan). jodoh, panjang persaudaraan)
Makna yang terkandung dalam paribasa Makna yang terkandung dalam paribasa
di atas adalah menjadi orang itu harus di atas adalah walaupun kita perempuan
teguh pada pembicaraan awal, tidak atau laki-laki tidak berjodoh tetapi kita
pernah mengingkari janji yang telah harus selalu mempunyai jiwa
dibicarakan. persaudaraan.

3. Ulah lunca linci luncat mulang udar tina 8. Ulah ngaliarkeun taleus ateul (Jangan
tali gadang, omat ulah lali tina memperbanyak talas gatal).
purwadaksina (Jangan loncat sana sini, Makna yang terkandung dalam paribasa
lepas tali rumah, awas, jangan lupa asal di atas adalah sebagai manusia kita tidak
kita). boleh menyebarkan isu-isu yang tidak
Makna yang terkandung dalam paribasa benar, atau memfitnah orang.
di atas adalah dalm menjalankan

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia


61
ISSN 2541-3252 BAHTERA INDONESIA:
Vol. 3, No.2, Sep. 2018 Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

9. Bengkung ngariung bongok ngaronyok 15. Ulah ngukur baju sasereg awak (Jangan
(Bengkok berkumpul, bengkok mengukur baju sesempit badan.
berkumpul). Makna yang terkandung dalam paribasa
Makna yang terkandung dalam paribasa di atas adalah janganlah kita menjadi
di atas adalah kita harus selalu bersama- orang kikir untuk diri kita sendiri.
sama dalam persaudaraan dalam suka
dan duka. 16. Ulah nyaliksik ku buuk leutik (Jangan
menelisik dengan rambut kecil).
10. Bobot pangayon timbang taraju (Berat Makna yang terkandung dalam paribasa
gantungan, timbangan tangga). di atas adalah kita tidak boleh
Makna yang terkandung dalam paribasa memperalat yang lemah, orang yang
di atas adalah dalam mengadili tidak punya kekuatan.
kesalahaan seseorang harus adil dan
bijaksana. 17. Ulah keok memeh dipacok (Jangan kalah
sebelum di patuk).
11. Lain palid ku cikiih lain datang ku Makna yang terkandung dalam paribasa
cileuncang (Bukan hanyut karena air di atas adalah kita tidak boleh merasa
kencing, bukan datang karena aliran air tidak bisa dalam melakukan sesuatu
hujan). sebelum dilaksanakan. Kita harus selalu
Makna yang terkandung dalam paribasa maju pantang untuk mundur.
di atas adalah apabila kita akan berangkat
ke suatu tempat harus mempunyai tujuan 18. Kudu bisa kabulu kabala (Harus bisa
yang jelas sebelum menglangkah. kesana-kemari).
12. Kudu nepi memeh indit (Harus tiba Makna yang terkandung dalam paribasa
sebelum pergi). di atas adalah kita harus bisa
Makna yang terkandung dalam paribasa menyesuaikan diri dimanapun kita
di atas adalah sebelum kita melakukan berada.
sesuatu maka harus direncanakan terlebih
dahulu agar tujuan kita tercapai dengan 19. Mun teu ngopek moal nyapek, mun teu
baik dan maksimal. ngakal moal ngakeul, mun teu ngarah
moal ngarih (Kalau tidak kreatif tidak
13. Taraje nangeuh dulang tinande (Tangga akan mengunyah,kalu tidak berpikir tidak
menyandar, dulang terbuka). akan makan, kalau tidak usaha tidak akan
Makna yang terkandung dalam paribasa masak).
di atas adalah setiap tugas yang telah Makna yang terkandung dalam paribasa
diberikan kepada kita maka harus di atas adalah dalam mengarungi
dikerjakan dengan baik dan benar. kehidupan ini kita harus bekerja keras,
karena kalau kita malas bekerja kita tidak
14. Ulah pagiri-giri calik, pagirang- girang akan dapat memenuhi kebutuhan hidup
tampian (Jangan terpisah-pisah duduk, yang kita inginkan.
jangan berjauh-jauhan tempat mandi).
Makna yang terkandung dalam paribasa 20. Cai karacak ninggang batu laun laun
di atas adalah kita dalam menjalankan jadi dekok (Air jatuh menimpa air lama-
tugas yang diberikan harus selalu lama menjadi lubang).
dijalankan bersama-sama. Tidak boleh Makna yang terkandung dalam puisi di
saling menjatuhkan karena ingin berebut atas adalah Apabila kita melakukan
kekuasaan. sesuatu yang kita anggap tidak bisa,
tetapi kita kerjakan dengan tekun maka
akan tercapai keberhasilannya.

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan


62
BAHTERA INDONESIA: ISSN 2541-3252
Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol. 3, No. 2, Sep. 2018

21. Neangan luang tipapada urang (Mencari menanam kebaikan jadi kebaikan
solusi dari sesama). menanam keburukan jadi keburukan).
Makna yang terkandung dalam paribasa Makna yang terkandung dalam paribasa
di atas adalah kita harus belajar dari di atas adalah apa yang ditanam itulah
pengalaman orang lain. yang dituai, kalau kita menanam
kebaikan walaupun sekecil apapun akan
22. Nu lain kudu dilainkeun nu enya kudu dibalas dengan kebaikan pula, kalau kita
dienyakeun (Yang salah harus menanam keburukan maka keburukan
disalahkan, yang benar harus pula yg didapat.
dibenarkan).
Makna yang terkandung dalam paribasa 27. Manuk hiber ku jangjangna jalma hirup
di atas adalah kita harus berbicara, ku akalna (Burung terbang sama
bertindak atau melakukan sesuatu dengan sayapnya, orang hidup sama akalnya).
yang sebenar-benarnya, apabila benar Makna yang terkandung dalam paribasa
maka harus menyatakan benar, kalau di atas adalah kita harus menggunakan
salah maka harus nyatakan salah. akal dalam melangkah dan berbuat
23. Kudu paheuyeuk-heuyeuk leungeun sesuatu yang kita inginkan, Yang Maha
paantay-antay tangan (Harus saling Kuasa menciptakan akal ini untuk kita
berpegangan tangan, mengantri tangan). gunakan sebagai mestinya.
Makna yang terkandung dalam paribasa 28. Nimu luang tina burang (Menemukan
di atas adalah kita harus bersatu bersama- solusi dari burang).
sama dalam mengembang tanggung Makna yang terkandung dalam paribasa
jawab yang diberikan. di atas adalah semua kejadian pasti ada
hikmah/ manfaatnya apabila kita bisa
24. Ulah taluk pedah jauh tong hoream menyikapinya dengan cara yang positif.
pedah anggang jauh kudu dijugjug
anggang kudu diteang (Jangan menyerah 29. Omat urang kudu bisa ngaji diri (Awas,
karena jauh, jangan malas karena jauh, kita harus bisa menilai diri sendiri).
jauh harus di datangin, jauh harus di Makna yang terkandung dalam paribasa
cari). di atas adalah kita harus bisa mengkaji
Makna yang terkandung dalam paribasa diri sendiri jangan suka menyalahkan
di atas adalah kita tidak boleh merasa orang lain.
pesimis dalam melakukan pekerjaan
harus maju pantang mundur apapun 30. Urang kudu jadi ajug ulah jadi lilin (Kita
resikonya. harus jadi lampu cempor jangan jadi
lilin).
25. Ka cai jadi saleuwi kadarat jadi salogak Makna yang terkandung dalam paribasa
(Ke air jadi ke sungai, ke darat jadi di atas adalah kita jangan sampai
selubang). terbakar oleh ucapan kita, misalnya kita
Makna yang terkandung dalam paribasa memberikan nasihat yagn baik kepada
di atas adalah apabila dalam orang lain tapi dalam kenyataan sehari-
persahabatan atau dalam perkawinan kita hari kita terbakar oleh nasihat-nasihat
harus saling menghormati, menyayangi, yang kita berikan kepada yang lain
mengisi satu sama lain. tersebut, seperti layaknya lilin yang
memberikan penerangan tapi ikut
26. Melak cabe jadi cabe melak bonteng jadi terbakar habis bersama api yang
bonteng, melak hade jadi hade melak dihasilkan.
goreng jadi goreng (Menanam cabe jadi
cabe, menanam timun jadi timun,

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia


63
ISSN 2541-3252 BAHTERA INDONESIA:
Vol. 3, No.2, Sep. 2018 Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fungsi Hasil wawancara


Fungsi dari adanya penuturan paribasa Sunda Masyarakat Kampung Cireunde
(pangjurung laku hadé) yang dilakukan oleh dalam keseharian dalam melakukan
masyarakat khususnya masyarakat sunda percakapan sehari-hari menggunakan bahasa
adalah ; Sunda. Hasil dari wawancara dari Tetua
a. Sebagai sistem proyeksi (projective kampung dan salah satu masyarakat di
system), yakni sebagai alat pencermin kampung Cireundeu, pertama masyarakat
angan-angan suatu kolektif. Hal ini Kampung Cireundeu masih memakai
tergambar pada kontek penuturan, yakni paribasa salah satunya paribasa Sunda
waktu, situasi dan orang-orang yang pangjurung laku hadé dalam melakukan
terlibat saat teks paribasa Sunda percapakan, kedua, masyarkat Kampung
dituturkan. Paribasa sunda (pangjurung Cireundeu dalam menggunakan paribasa
laku hadé) menjadi sistem proyeksi atau Sunda ngetahui penggunaanya sesuai dengan
sebagai cermin harapan dari masyarakat konteks pembicaan yang digunakan. Ketiga,
dalam melakukan segala tindakan- dalam melakukan percakapan dengan
tindakan, perilaku-perilaku di dunia ini menggunakan paribasa tentunya sudah
dengan kebaikan. mengetahui dan memahami makna dan arti
b. Paribasa sunda (pangjurung laku hadé) sesuai dengan konteks percakapan yang
merupakan alat pengesahan pranata- diberikan ke lawan bicaranya. Kelima, dalam
pranata dan lembaga-lemabaga percakapan dengan menggunakan paribasa
kebudayaan. Paribasa Sunda (pangjurung sunda, masyarakat kampung Cireundeu
laku hadé) menjadi alat pengesahan mendapatkannya selain dari pendidikan dari
sebuah kebudayaan bagi masyarakt sekolah, tetapi karena masyarakatnya masih
sunda. Paribasa Sunda (pangjurung laku menjungjung tinggi nilai-nilai kearifan lokal
hadé) juga merupakan sebuah produk khususnya kebahasaan pada umumnya
budaya yang dihasilkan oleh masyarakat masyarakat Cireundeu mendapatkannya
pemiliknya yaitu masyarakat sunda. percakapan orang tua mereka sebelumnya.
c. Paribasa Sunda (pangjurung laku hadé)
merupakan bagian dari alat pendidikan Hasil Observasi
anak (pedagogical device). Paribasa
Sunda (pangjurung laku hadé) banyak Tabel 4.32
terkandung nilai nilai pendidikan bagi Lembar Observasi Aktivitas Kegiatan
anak dintaranya. Percakapan sehari-hari Dalam
1) Harus selalu berkata jujur; Menggunakan Paribasa Sunda
2) harus selalu menepati janji;
3) harus mempunyai sifat mengayomi No Hal yang diamati Ya Tidak
sesama;
4) selalu menjaga kebersamaan; 1. Masyarakat kampung √
5) dalam melakukan sesuatu harus Cireundeu mempunyai
dipertimbangkan terlebih dahulu; aktivitas percakapan
6) tidak boleh saling berebut kekuasaan; antara sesama keluarga
7) berjiwa ksatria; atau sesama orang
8) dalam melakukan sesuatu harus maju kampung.
terus pantang mundur; dan 2. Masyarakat kampung √
menggunakan akal dalam setiap Cireundeu dalam
langkah kegiatan. melakukan percakapan
dalam keluarga atau
masyarakat adakalanya
dibarengi menggunakan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan


64
BAHTERA INDONESIA: ISSN 2541-3252
Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Vol. 3, No. 2, Sep. 2018

paribasa Sunda. menjadi alat pengesahan sebuah


3. Dalam suatu keluarga di √ kebudayaan bagi masyarakt sunda.
masyarakat dalam Paribasa sunda (pangjurung laku
memberikan pepatah hadé) juga merupakan sebuah produk
kepada anggota budaya yang dihasilkan oleh
keluarga yang lain atau masyarakat pemiliknya yaitu
kepada keluarga sesama masyarakat sunda.
orang yang ada c. Paribasa Sunda (pangjurung laku
dikampung hadé) merupakan bagian dari alat
menggunakan paribasa pendidikan anak (pedagogical
Sunda pangjurung laku device). Paribasa sunda (pangjurung
hadé.. laku hadé) banyak terkandung nilai
nilai pendidikan bagi anak dintaranya
SIMPULAN :
Dari paparan di atas dapat 1) Harus selalu berkata jujur;
disimpulkan : 2) harus selalu menepati janji;
1. Nilai-nilai makna yang terkadung dari 3) harus mempunyai sifat mengayomi
paribasa- paribasa Sunda (pangjurung sesama;
laku hadé) sehingga menjadi suatu 4) selalu menjaga kebersamaan;
bentuk kearifan lokal masyarakat sunda 5) dalam melakukan sesuatu harus
yang harus terus dipahami, dipegang dipertimbangkan terlebih dahulu;
teguh untuk menjalankan kehidupan 6) tidak boleh saling berebut
sehari-hari. Nilai-nilai maknanya secara kekuasaan;
keseluruhan adalah dalam melakukan 7) berjiwa ksatria;
suatu kegiatan yang kita lakukan 8) dalam melakukan sesuatu harus
haruslah berpedoman pada norma-norma maju terus pantang mundur; dan
yang ada dalam masyarakat tersebut. 9) menggunakan akal dalam setiap
2. Fungsi dari adanya penuturan paribasa langkah kegiatan.
sunda (pangjurung laku hadé) yang
dilakukan oleh masyarakat khususnya DAFTAR PUSTAKA
masyarakat sunda adalah ;
a. Sebagai sistem proyeksi (projective 1. Aminuddin. 1995. Pengantar Apresiasi
system), yakni sebagai alat pencermin Karya Sastra. Jakarta : Sinar Baru
angan-angan suatu kolektif. Hal ini Algesindo
tergambar pada kontek penuturan, 2. Aminuddin. 1998. Semantik Pengantar
yakni waktu, situasi dan orang-orang Studi tentang Makna Jakarta : Sinar Baru
yang terlibat saat teks paribasa sunda Bandung
dituturkan. Paribasa sunda 3. Arikunto, Suharsimi. 2006. Manajemen
(pangjurung laku hadé) menjadi Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta
sistem proyeksi atau sebagai cermin 4. Danandjaja, James. 1997. Foklor
harapan dari masyarakat dalam Indonesia (Ilmu gossip, dongeng, dan
melakukan segala tindakan-tindakan, lain-lain). Jakarta : Grafiti
perilaku-perilaku di dunia ini dengan 5. Djamris, Edwar. 1993. Menggali
kebaikan. Khazanah Sastra Melayu Klasik. Jakarta
b. Paribasa Sunda (pangjurung laku : balai Pustaka
hadé) merupakan alat pengesahan 6. Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa
pranata-pranata dan lembaga- Indonesia. Pusat Bahasa. (Edisi
lemabaga kebudayaan. Paribasa Keempat). Jakarta : Gramedia
sunda (pangjurung laku hadé)

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia


65
ISSN 2541-3252 BAHTERA INDONESIA:
Vol. 3, No.2, Sep. 2018 Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

7. Endraswara, Suwardi. 2011. Metodologi 12. Ramlan, M. 2001. Sintaksis Ilmu Bahasa
Penelitian Sastra-Epistimologi, Model, Indonesia. Yogyakarta, CV Karyono
Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta : CAPS 13. Sugiono. 2010. Metode Penelitian
8. Fraenkel, Jack R & Norman E Wallen. Kualitatif . Bandung : Alfabeta
2007. How to Design and Evaluate 14. Tarigan, H.G 1992. Menulis sebagai
Research suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung
9. Keraf Gorys. 1984. Tata Bahasa : Angkasa
Indonesia. Jakarta : Nusa Indah 15. Taufiq Hidayat. Rachmat. dkk. 2010.
10. Rahayu Tamsyah. Budi. dkk.1996. 1000 Peperenian Urang Sunda. Bandung :
Babasan Jeung Paribasa Sunda. Kiblat
Bandung : Pustaka Setia Wellek&warren. 1990 Teori
11. Rahayu Tamsyah. Budi. dkk.1996. Kesusastraan. Jakarta : PT Gramedia.
Kamus Lengkep Sunda-Indonesia,
Indonesia-Sunda, Sunda-Sunda .
Bandung : Pustaka Setia

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan


66

Anda mungkin juga menyukai