Anda di halaman 1dari 2

Bahasa Sunda Sebagai Bahasa Daerah

Sebuah bahasa berhubungan erat dengan budaya lokalnya. Djajasudarman (2001) telah melakukan
penelitian tentang hubungan bahasa dengan budaya lokalnya. Menurutnya, bahasa daerah
berhubungan erat dengan budi pekerti. Kedua hal ini menyangkut pemahaman bahwa dengan
kemampuan komunikatif, gramatikal dan fragmatik penutur bahasa daerah memahami simbol-simbol
bahasa daerah. Bahasa daerah digunakan sebagai alat batin yang merupakan paduan akal dan perasaan
untuk menimbang baik dan buruk suatu norma kehidupan. Bahasa daerah memiliki usur-unsur yang
mengacu kepada tingkah laku masyarakatnya ( budaya daerah). Unsur budaya yang observable mengacu
kepada budaya, antara lain apa yang disebut tingkat tutur (undak usuk), ungkapan, dan peribahasa.
Hubungan tingkat tutur dengan pemahaman budi pekerti merepresentasikan tingkah laku (berbudaya)
yang menyangkut: perangai, akhlak, watak. Budi adalah alat batin (budaya non materi) yang merupakan
panduan akal dan perasaan untuk menimbang baik dan buruk (nilai-value). Peneliti mengemukakan
contoh unsur bahasa yang disebut tingkat tutur yang semula dianggap sebagai unsur feodalisme dan
berdampak terhadap kehidupan biokrasi Indonesia. Perkembangan lebih lanjut unsur ini dapat pula
dianggap sebagai suatu

kesantunan dalam berbahasa ( berbudaya) yang menyangkut budi pekerti. Oleh karena itu, bila orang
berbahasa tidak dengan sopan antun akan dikatakan “tidak tahu budi bahasa”. Ekspresi tersebut sebagai
hasil nyata dari tingkah laku ( budaya) yang berhubungan dengan karakter.

Bahasa (dari bahasa Sansakerta, bhasa) adalah kemampuan yang dimiliki manusia untuk dipergunakan
bertutur dengan manusia lainnya dengan tanda, misalnya kata dan gerakan. Secara sederhana, bahasa
dapat diartikan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu yang terlintas didalam hati dan pikiran.
Namun secara luas bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat
untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan. Dalam studi sosiolinguistik, bahasa
diartikan sebagai sebuah sistem lambang, berupa bunyi, bersifat arbitrer, produktif, dinamis, beragam
dan manusiawi. Kajian ilmiah terhadap bahasa disebut dengan linguistik.

Suku Sunda atau urang Sunda adalah kelompok etnis yang berasal dari bagian barat pulau Jawa dengan
istilah tatar Pasundan. Tatar Pasundan ini mencakup wilayah administrasi provinsi Jawa Barat, Banten,
Jakarta , dan wilayah barat Jawa Tengah (Banyumasan). Orang Sunda tersebar di berbagai wilayah
Indonesia dengan provinsi Banten dan Jawa Barat sebagai wilayah utamanya.
Bahasa Sunda (basa Sunda) adalah sebuah bahasa dari cabang Melayu Polenisia dalam rumpun bahasa
Austronesia. Bahasa ini dituturkan oleh setidaknya 42 juta orang dan merupakan bahasa ibu dengan
penutur terbanyak kedua di Indonesia setelah

Bahasa Jawa. Bahasa Sunda dipergunakan di hampir seluruh provinsi Jawa Barat dan Banten serta
wilayah barat Jawa Tengah mulai dari Kali Brebes (sungai Cipamali) di wilayah kabupaten Brebes dan Kali
Serayu (sungai Ciserayu) kabupaten Cilacap. Di sebagian kawasan Jakarta, serta di seluruh provinsi di
Indonesia dan luar negeri yang menjadi daerah urbanisasi suku Sunda, dari segi linguistik, bersamaan
bahasa Baduy bahasa Sunda membentuk suatu rumpun bahasa Sunda yang dimasukkan ke dalam
rumpun bahasa Melayu Sumbawa.

Sebagai sebuah bahasa, Bahasa Sunda secara linguistik mempunyai sistem dan fungsi sama sebagimana
bahasa lainnya. Namun dalam konteks budaya yang menyertainya, Bahasa Sunda mempunyai karakter
tersendiri, leboh khusus dalam konteks tindak tutur berbahasanya. Dalam hal ini, dalam Bahasa Sunda
dikenal adanya undak usuk basa sunda. Hal ini menunjukkan kepada adanya karakter tersendiri dalam
Bahasa Sunda burhubungan dengan cara dan tindak berbahasanya. Undak usuk bahasa Sunda (UUBS) ini
mempunyai latar belakang sejarahnya. Sebelum Perang Dunia II, UUBS ini berfungsi untuk memilih kata
dan cara menyampaikannya sesuai dengan konteks darajat kehormatan lawan bicara, dari kelompok
menak dan cacah. Kelompok menak adalah orang yang dipandang mempunyai pangkat dan derajat yang
tinggi. Sementara kelompok cacah adalah kelompok masyarakat yang tidak mempunyai derajat tinggi.
UUBS lebih cenderung digunakan untuk berbicara dengan kelompok menak ini, terutama menggunakan
bahasa yang disebut dengan basa lemes (bahasa sopan). Namun setelah perang Dunia II golongan
menak ini hampir tidak disebut-sebut lagi. Fungsi basa lemes beralih fungsi yaitu selain untuk
menghormati orang yang lebih tinggi (umur dan pangkatnya) dipergunakan pula untuk menghormati
orang yang perlu dihormati tanpa melihat kedudukan masing-masing. Juga kadang digunakan untuk
berbicara dengan orang yang belum dikenalinya.

Selain basa lemes ada juga yang disebut dengan basa kasar. Basa kasar ini pada sebelum Perang Dunia II
digunakan untuk berbicara kepada atau diantara golongan cacah (rakyat jelata). Dan sekarang, basa
kasar ini mengalami perubahan penggunaannya, yaitu selain dari bahasa yang digunakan untuk sesame
rakyat kalangan bawah juga untuk berbicara dengan orang yang sudah akrab dan terutama yang sama
atau lebih rendah kelas sosialnya.

Anda mungkin juga menyukai