Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KOMUNIKASI BAHASA

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah: Sosiolinguistik

Dosen Pengampu: Muflihah, S.S, M.A.

Kelompok: 2

1. Nurul Ainiyah 2110210045

2. Lulu Ramadhani 2110210042

3. Devi Luailik Hanina Khulda 2110210060

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS

FAKULTAS TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB

2022
BAB l

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sudah menjadi rahasia umum bahwa manusia adalah makhluk sosial yang

tidak mungkin pernah mampu hidup tanpa terkait dengan unsur-unsur di

sekitarnya, baik lingkungan manusia maupun alamnya. Dalam hidup

bermasyarakat manusia tidak mungkin hidup sendiri tanpa interaksi dengan

orang lain. Bahasa dan masyarakat tidak pernah bisa dipisahkan satu dengan

yang lainnya, karena di mana ada masyarakat, di situ ada bahasa dan sebaliknya.

Dengan demikian bahasa menjadi salah satu syarat keberadaan suatu masyarakat

tertentu. Namun, suatu proses komunikasi sering kali tidak dapat berjalan

dengan mulus karena adanya gangguan atau hambatan misalnya, suara bising di

tempat komunikasi berlangsung atau kemampuan penggunaan bahasa yang

kurang.

Eksistensi bahasa dalam masyarakat dipelajari melalui sosiolinguistik, yang

memandang bahasa sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat dengan

perbedaan yang tergantung pada domain sosialnya. Dengan demikian

Sosiolinguistik adalah bidang ilmu antar disiplin yang mempelajari bahasa

dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa itu di dalam masyarakat. Sebagai

objek dari sosiolinguistik, bahasa tidak dilihat atau didekati sebagai bahasa,

sebagaimana dilakukan oleh linguistik umum, melainkan dilihat atau didekati

sebagai sarana interaksi atau komunikasi di dalam masyarakat manusia.

Untuk itu, makalah ini bertujuan untuk memberikan pemahaman bahwa

pentingnya memahami hakikat bahasa yang baik sebagai alat komunikasi.


Dengan menguasai keterampilan berbahasa tersebut maka kita mampu

berkomunikasi dengan baik dan mampu melakukan perubahan-perubahan

terhadap kemajuan pribadi, masyarakat, dan bangsa. Terlebih sekarang peserta

didik dituntut untuk menggunakan bahasa untuk bisa berkomunikasi dengan

baik dan santun, kreatif, berpikir kritis, dan berkerja sama. Untuk itu, pentingnya

mengkaji bahasa sebagai alat komunikasi bahasa.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa hakikat bahasa?

2. Apa fungsi bahasa?

3. Apa hakikat komunikasi?

4. Bagaimana peran bahasa sebagai alat komunikasi?

5. Apa hubungan komunikasi bahasa dan masyarakat?

C. TUJUAN MASALAH

1. Untuk mengetahui hakikat bahasa.

2. Untuk mengetahui fungsi bahasa.

3. Untuk mengetahui hakikat komunikasi.

4. Untuk mengetahui bagaimana peran bahasa sebagai alat komunikasi

5. Untuk mengetahui hubungan komunikasi bahasa dan masyarakat.


BAB ll

PEMBAHASAN

1. Hakikat Bahasa

Bahasa dari bahasa Sanskerta bhasa adalah kemampuan yang dimiliki

manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lainnya menggunakan tanda,

misalnya kata dan gerakan. Bahasa sebagai alat bantu penyampai pesan, yang

dalam hal ini berkaitan dengan pembelajar.1 Banyak dari beberapa pakar

linguistik yang merumuskan ciri-ciri hakikat bahasa. Dan hakikat bahasa

memiliki ciri-ciri antara lain adalah bahwa bahasa itu sebagai system lambang,

berupa bunyi, bersifat arbiter, produktif, dinamis, beragam, dan manusiawi.

Berikut akan di jelaskan mengenai ciri-cirinya secara singkat.

Bahasa adalah sebuah sistem artinya bahasa itu dibentuk oleh sejumlah

komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sebagai sebuah

sistem, bahasa selain bersifat sistematis juga bersifat sistemis. Dengan sistematis

maksudnya, bahasa itu tersusun menurut suatu pola tertentu, tidak tersusun

secara acak atau sembarangan. Sedangkan sistemis artinya sistem bahasa itu

bukan merupakan sebuah sistem tunggal, melainkan terdiri dari sejumlah

subsistem, yakni subsistem fonologi, subsistem morfologi, subsistem sintaksis,

dan subsistem leksikon. Setiap bahasa biasanya memiliki sistem yang berbeda

dari bahasa lainnya. Misalnya, urutan kata di dalam kalimat bahasa Latin adalah

tidak penting, sebab susunan kalimat Paulus vidit Mariam sama saja maknanya

bila susunannya diubah menjadi Paulus Mariam vidit, Mariam vidit Paulus, atau
1
Wicaksono L, “Bahasa Dalam Komunikasi Pembelajaran”, Jurnal Pembelajaran Prospektif, Vol. 1, No.
2, 2016, hal. 16.
Vidit Mariam Paulus, yaitu 'Paul melihat Maria'; padahal susunan kalimat

bahasa Indone sia Nenek melirik kakek tidak sama maknanya dengan Kakek

melirik nenek. Mengapa demikian? Karena yang penting dalam sistem bahasa

Latin adalah bentuk kata, bukan urutan kata; sedangkan menurut sistem bahasa

Indonesia baik bentuk kata maupun urutan kata sama-sama penting; dan

kepentingannya itu berimbang. Oleh karena itu, lazim juga disebut bahwa

bahasa itu bersifat unik, meskipun juga bersifat universal. Unik, artinya

memiliki ciri atau sifat khas yang tidak dimiliki bahasa lain; dan universal

berarti, memiliki ciri yang sama yang ada pada semua bahasa. Dan system

bahasa yang dibicarakan adalah lambang-lambang yang berbentuk bunyi.

Artinya lambang yang tersebut berupa lazim disebut bunyi ujar dan bunyi

bahasa. Dan setiap lambang bahasa melambangkan sesuatu yang berbentuk

makna atau konsep. Contohnya [kuda] melambangkan konsep atau makna

‘sejenis binatang berkaki empat yang bisa dikendarai’. Maka bisa disimpulkan

bahwa setiap ada lambang bunyi yang tidak bermakna berarti lambang tersebut

tidak bisa dinamakan sebuah system.

Lambang bunyi bahasa itu arbiter yang artinya hubungan antara lambang

dengan yang dilambangkan tidak bersifat wajib bisa berubah dan tidak dapat

dijelaskan mengapa lambang tersebut mengonsepi makna tertentu. Mengapa

lambang bunyi [kuda] tidak dapat dijelaskan? Andaikata hubungan itu bersifat

wajib, tentu untuk menyatakan binatang yang dalam bahasa Indonesia itu

disebut [kuda] tidak ada yang menyebutnya <jaran>, <horse>, atau <paard>.

Bukti kearbitreran ini dapat juga dilihat dari banyaknya sebuah konsep yang

dilambangkan dengan beberapa lambang bunyi yang berbeda.


Bahasa itu bersifat produktif, artinya dengan sejumlah unsur yang

terbatas, namun dapat dibuat satuan-satuan ujaran yang hampir tidak terbatas.

Umpamanya menurut kmus umum bahasa Indonesia susunan W.J.S

Purwadarminta bahasa Indonesia hanya mempunyai lebuih kurang 23.000 buah

kata tetapi dapat dibuat jutaan kalimat yang tidak terbatas.

Bahasa itu bersifat dinamis, maksudnya, bahasa itu tidak terlepas dari

berbagai kemungkinan perubahan yang sewaktu-waktu dapat terjadi. Perubahan

itu dapat terjadi pada tataran fonologis, morfologis, sintaksis, semantik, dan

leksikon. Yang tampak jelas biasanya adalah pada tataran leksikon. Pada setiap

waktu mungkin saja ada kosakata baru yang muncul, tetapi juga ada kosakata

lama yang tenggelam, tidak digunakan lagi. Umpamanya kata kempa, perigi, dan

centang-perenang yang dulu ada digunakan dalam bahasa Indonesia kini tidak

digunakan lagi. Sebaliknya, kata-kata seperti riset, kolusi, dan ulang-alik yang

dulu tidak dikenal, kini sudah biasa digunakan. Kedinamisan bahasa dalam

tataran gramatika juga banyak menyebabkan terjadinya perubahan kaidah. Ada

kaidah yang dulu berlaku, kini tidak berlaku lagi.

Bahasa itu beragam, artinya, meskipun sebuah bahasa mempunyai kaidah

atau pola tertentu yang sama, namun karena bahasa itu digunakan oleh penutur

yang heterogen yang mempunyai latar belakang sosial dan kebiasaan yang

berbeda, maka bahasa itu menjadi beragam, baik dalam tataran apapun baik

fonologis, morfologis, sintaktis, maupun pada tataran leksikon. Contohnya

bahasa Jawa yang digunakan di Surabaya tidak persis sama dengan bahasa Jawa

yang digunakan di Pekalongan, di Banyumas, maupun yang digunakan di

Yogyakarta.
Bahasa itu bersifat manusiawi. Artinya, bahasa sebagai alat komunikasi

verbal hanya dimiliki manusia. Hewan tidak mempunyai bahasa. Yang dimiliki

hewan sebagai alat komunikasi, yang berupa bunyi atau gerak isyarat, tidak

bersifat produktif dan tidak dinamis.2

2. Fungsi Bahasa

Secara tradisional fungsi bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat

untuk berkomunikasi, dalam arti, alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan,

konsep, atau juga perasaan. Namun fungsi ini sudah mencakup lima fungsi

dasar, yang menurut Kinneavy disebut expression, information, exploration,

persuasion, dan entertainment.

a) Fungsi Ekspresi (Expression)

Perasaan senang, bahagia, cinta, benci, kagum, marah, kesal, sedih,

dan kecewa itu semua bisa diungkapkan lewat bahasa dengan ditambahkan

suatu ekspresi dari hati yang dapat berupa seperti mimik muka, gerak tubuh

(Mata, tangan, kaki, dan bagian tubuh lainnya). Melalui Kaos yang

bertuliskan “Khayalan Kematian” berperan sebagai pengungkapan ekspresi

batin seseorang.

b) Fungsi Informasi (Information)

Fungsi bahasa ini sebagai penyampaian pesan atau amanat dari dalam

atau luar hati seseorang kepada orang lain yang dituju. Dari Kaos yang

bertuliskan “Ingatlah kematian akan selalu membayangi hidupmu” memiliki

2
Abdul Chaer, Leonie Agustina, “Sosiolinguistik” (Jakarta: PT. Rineka Cipta: 2010) hal. 11-14.
fungsi yang menginformasikan kepada manusia agar selalu ingat kepada

kematian dan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan.

c) Fungsi Eksplorasi (Exploration)

Maksudnya ialah bahasa di sini berperan guna menjelaskan suatu hal,

masalah, atau sebuah keadaan yang sedang atau sudah terjadi. Dalam Kaos

yang bertuliskan “Miskin di negeri yang kaya” hal ini menjelaskan keadaan

yang terjadi di Indonesia.

d) Fungsi Persuasi (Persuasion)

Bahasa yang dipergunakan memiliki sifat untuk memberi pengaruh

atau mengajak orang lain untuk melakukan atau sebaliknya (Dengan tidak

melakukan) sesuatu hal dengan sebaiknya. Melalui Kaos yang bertuliskan

“Sholatlah sebelum disholatkan” gambaran untuk mengajak seseorang selalu

beribadah

e) Fungsi Entertainment

Disini bahasa memiliki peranan atau tujuan untuk memuaskan,

menghibur, bahkan dapat menyenangkan suatu perasaan batin diri sendiri atau

kepada orang lain. Contohnya, kaos bertuliskan “Ternyata Google nggak mampu

menemukan jodoh saya” hal ini menggambarkan suatu kekonyolan dan

menghibur seseorang.3

Bagi sosiolinguistik konsep bahwa bahasa adalah alat atau berfungsi

untuk menyampaikan pikiran dianggap terlalu sempit, sebab seperti

dikemukakan Fishman (1972) bahwa yang menjadi persoalan sosiolinguistik

3
Markub. "Fungsi Bahasa pada Kaos di Kalangan Remaja". HUMANIS: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial dan
Humaniora 11, no. 1 (2019): 15-22.
adalah "Who speak what language to whom, when and to what end". Oleh

karena itu fungsi-fungsi bahasa diantara lain dapat dilihat dari sudut penutur,

pendengar, topik, kode, dan amanat pembicara. 4


Siapa yang berbicara dengan

bahasa apa, kepada siapa, kapan dan mengenai masalah apa. Pendapat yang

hampir sama juga dikemukakan oleh Poedjosoedarmo mengenai Konteks

tuturan yang diartikan dengan komponen tutur yang mencakup 13 hal yaitu:

1) Pribadi si penutur atau orang pertama.

2) Anggapan penutur terhadap kedudukan sosial dan relasinya dengan orang

yang diajak bicara.

3) Kehadiran orang ketiga.

4) Maksud atau kehendak si penutur.

5) Warna emosi si penutur.

6) Nada suasana bicara.

7) Pokok pembicaraan.

8) Urutan bicara.

9) Bentuk wacana.

10) Sarana tutur.

11) Adegan tutur.

12) Lingkungan tutur.

13) Norma kebahasaan lainnya.

Yang dimaksud dengan penutur dan lawan tutur di sini meliputi pula

pembicara dan pendengar serta penulis dan pembaca. Sementara Tutur, konteks,

tujuan, tindak ucap, dan tuturan adalah sebagai produk tindak ucap secara

bersama-sama membentuk situasi tutur (speech situation) Leech. Atau diartikan

4
Abdul Chaer, Leonie Agustina, “Sosiolinguistik” (Jakarta: PT. Rineka Cipta: 2010) hal. 15.
sebagai situasi yang melahirkan tuturan. Dimana tuturan merupakan akibat,

sedangkan situasi tutur merupakan sebabnya.5

Oleh karena itu, fungsi-fungsi bahasa itu, antara lain, dapat dilihat dari

sudut penutur, pendengar, topik, kode, dan amanat pembicaraan.

a. Berdasarkan sudut penutur, bahasa berfungsi personal atau pribadi.

Maksudnya penutur menyatakan sikap terhadap apa yang dituturkannya.

Penutur bukan hanya mengungkapkan emosi lewat bahasa, tetapi juga

memperlihatkan emosi itu sewaktu menyampaikan tuturannya. Dalam hal ini

pihak pendengar juga dapat menduga apakah penutur sedih, marah, atau

gembira.

b. Dilihat dari segi pendengar atau mitra tutur, bahasa berfungsi direktif yaitu

mengatur tingkah laku pendengar. Di sini bahasa itu tidak hanya membuat

pendengar melakukan sesuatu, tetapi juga melakukan kegiatan sesuai

kemauan pembicara. Ini dapat dilakukan dengan menggunakan kalimat-

kalimat yang menyatakan perintah, himbauan, permintaan, maupun rayuan.

Dari segi kontak antara penutur dan pendengar, bahasa berfungsi fatik yaitu

fungsi menjalin hubungan, memelihara, memperlihatkan perasaan

bersahabat, atau solidaritas sosial. Ungkapan yang digunakan biasanya sudah

berpola tetap, seperti pada waktu berjumpa, pamit, menanyakan keluarga,

dan lain-lain. Ungkapan-ungkapan ini tidak dapat diartikan secara harfiah.

Ungkapan-ungkapan fatik ini biasanya disertai dengan unsur para linguistik,

seperti senyuman, gelengan kepala, gerak tangan, dan lain-lain.

c. Dilihat dari segi topik ujaran, bahasa berfungsi referensial. Di sini bahasa

berfungsi sebagai alat untuk membicarakan obyek atau peristiwa yang ada di

5
Surana “Aspek Sosiolinguistik Dalam Stiker Humor” (Fbs Unesa Surabaya) hal. 87.
sekeliling penutur atau yang ada dalam budaya pada umumnya. Fungsi

referensial inilah yang melahirkan faham tradisional bahwa bahasa adalah

alat untuk menyatakan pikiran, untuk menyatakan bagaimana pendapat

penutur tentang dunia di sekelilingnya. Ungkapan-ungkapan seperti “Gedung

perpustakaan kami baru dibangun” atau “Kampus kami indah sekali” adalah

contoh penggunaan bahasa yang berfungsi referensial.

d. Jika dilihat dari kode yang digunakan, bahasa berfungsi metalingual atau

metalinguistik yaitu bahasa itu digunakan untuk membicarakan bahasa itu

sendiri. Ini dapat dilihat dari proses pembelajaran bahasa ketika kaidah-

kaidah atau aturan-aturan bahasa dijelaskan dengan bahasa. Selain itu, dalam

kamus monolingual, bahasa itu digunakan untuk menjelaskan arti bahasa

(Kata) itu sendiri.

e. Dilihat dari segi amanat (Message) yang disampaikan, bahasa berfungsi

imaginatif. Bahasa itu dapat digunakan untuk menyampaikan pikiran,

gagasan, dan perasaan, baik dalam arti sebenarnya maupun hanya imaginasi

(Khayalan, Rekaan) saja. Fungsi imaginatif ini biasanya berupa karya seni

(puisi, cerita, dongeng, lelucon) yang digunakan untuk kesenangan penutur

atau pun para pendengar.

Terdapat dua fungsi besar pada penggunaan suatu bahasa. Fungsi

instrumental dan fungsi regulasi keduanya memiliki peran yang hampir sama

satu sama lain. Fungsi instrumental lebih memberikan peran yang berdampak

secara umum sedangkan fungsi regulasi tidak hanya berperan untuk mengawasi

dan mengendalikan peristiwa besar yang sedang atau akan terjadi pada

masyarakat.
Fungsi bahasa dibagi secara umum menjadi dua pandangan yaitu pandangan

transaksional dan pandangan interaksional (Brown & Yule, 1996: 1).

a) Pandangan Transaksional Pengertian komunikasi dengan mudah dipakai

untuk mengemukakan ‘perasaan, suasana hati, dan sikap’ tetapi hal ini

menunjukan bahwa terdapat ketertarikan pada ‘penyampaian informasi

faktual atau proposional yang di sengaja.

b) Pandangan Interaksional Pemakaian bahasa dalam sebuah percakapan

lebih mengutamakan untuk merundingkan atau memunculkan relasi-relasi

peran, soladaritas orang-orang sebaya, tukar menukar giliran dalam

percakapan, penyelamatan atau menjaga muka baik di pihak pembicara

(penulis) maupun di pihak pendengar (pembaca). Secara garis besar

interaksional merupakan fungsi bahasa yang terlibat dalam pengungkapan

hubunganhubungan sosial dan sikap-sikap pribadi.

While Guy Cook in Pranowo (1989:94) developed a classification of language

functions into two, namely the macro and micro functions. Macro functions are

classified into seven as Halliday did, namely:

a. Emotive function, for example: the expression "mad", "great", "ouch" etc.

b. Directive function, for example: "Help me please", "Shoot him!".

c. Phatic function is when speaker going to start a conversation such as: "Can

you hear me!".

d. Referential function of language is to convey information.

e. Metalinguistic function is the usage of language that focuses on the code

itself.
f. Poetic function is the usage of language by selecting the form that contains

the essence of the message, for example, one ad shows how powerful dairy

companies exploiting the potential of the poetic function of language:

Chaedar : "Chaedar also want to go to school, Mom!"

Mother : "Yeah, you will when you're growing, son!"

Chaedar : "What can make me grow quickly Mom?"

Mother : "Drinking the best milk, son!"

g. Contextual function is the usage of language to create different types of

communication, for example, "Good! Let's start this exercise!". While micro

function is communicative forms of each category of macro functions.6

3. Hakikat Komunikasi

Menurut Dr. Hussein Al-Tabjhi Komunikasi adalah proses atau metode

dimana pengetahuan ditransfer dari satu orang ke orang lain sampai menjadi

umum di antara mereka, dan mengarah pada pemahaman antara dua orang atau

lebih. Proses ini memiliki elemen dan komponen dan memiliki arah

pergerakannya, tujuan yang ingin dicapai, dan area di mana ia beroperasi, dan

mempengaruhinya yang menjadikannya subjek untuk observasi, penelitian dan

studi praktis pada umumnya.7

Secara etimologi, kata komunikasi berasal dari bahasa Latin

“communication” yang bersumber dari kata communis yang memiliki arti sama.

Sama di sini diartikan sebagai kesamaan makna. 8 Secara umum, komunikasi

6
Sitti Rabiah “Language As a Tool For Communication and Cultural Rreality
Discloser”. (Universitas Muslim Indonesia , Makassar) hal.5.
7
٢٥ ‫ م ص‬١٩٨١ ،٤ ‫ط‬،‫ دارالقلم‬،‫ كويت‬،‫ وسائل االتصال وتكتولوجيا يف التعليم‬،‫حسني محدي الطوحبي‬
8
Effendy, Onong Uchjana. “Ilmu Teori dan Filsafat Komunukasi”. (Bandung: Citra Aditya Bakti), 2003.
merupakan proses menyalurkan informasi, ide, penjelasan, perasaan, dan

pertanyaan dari orang ke orang atau dari kelompok ke kelompok. Sedangkan

komunikasi dalam Websters New Collegiate Dictionary dikatakan: Komunikasi

adalah proses pertukaran informasi antarindividual melalui sistem simbol, tanda

atau tingkah laku yang umum. 9

Dalam proses komunikasi terdapat tiga unsur bagian mutlak yang harus

dipenuhi, yaitu komunikator, komunikan, dan saluran media. Ketiga unsur ini

merupakan bagian kesatuan yang utuh. Apabila salah satu dari unsur tersebut

tidak ada, maka komunikasi tidak akan terjadi. 10 Definisi umum komunikasi

adalah pertukaran makna. Jadi, arti komunikasi di sini juga mencakup banyak

hal, dapat saja aktivitas membaca surat kabar, mengobrol dengan teman,

menonton televisi, dan mengakses internet.

Menurut Jalaludin Rahmat dalam bukunya Psikologi Komunikasi

dijelaskan bahwa, komunikasi yang efektif ditandai dengan adanya pengertian,

dapat menimbulkan kesenangan, mempengaruhi sikap, meningkatkan hubungan

sosial yang baik, dan pada akhirnya menimbulkan suatu tindakan. Jadi, secara

sederhana komunikasi dapat dipandang sebagai suatu proses pentransferan ide,

berita atau pesan dari sumber berita (source) kepada penerima berita (receiver)

dengan maksud agar terjadi suatu efek yang diinginkan pada pihak penerima

berita.11

4. Peran Bahasa Sebagai Alat komunikasi


9
١٩ .‫ ص‬،‫ مكتبة لسان عريب‬،‫ مالنج‬،‫ مدخل اىل علم اللغة االجتماعي‬،‫حممد عفيف الدين دمياطي‬
10
Dewi Indrawaty, dkk. “Komunikasi dan Human Relation Pemimpin Berbasis Agama,
Filsafat, Psikologi, Sosiologi Pendidikan”, Eduprof: Islamic Education Journal
Vol. 4 No. 1, 2022. hal.168
11
Zuwirna, “Komunikasi yang Efektif”, Jurnal Ilmiah Teknologi Pendidikan Vol.I No.1 2016, hal.2.
Bahasa dalam kehidupan bermasyarakat menjadi sarana komunikasi

antar individu dan kelompok. Salah satunya dalam aktivitas di lingkungan

pertemanan atau komunitas. Bahasa merupakan bagian yang tidak terpisahkan

dari kehidupan manusia, karena dengan bahasa seseorang dapat menyampaikan

maksud dan keinginnya kepada orang lain. Bahasa akan bervariasi berdasarkan

pada domain sosial atau speech even yang belaku pada saat itu. Tata bahasa

yang benar belum tentu komunikatif.12

Sebagai alat komunikasi bahasa juga memiliki berbagai fungsi, di

antaranya alat untuk tukar-menukar informasi, alat untuk mengekspresikan ide,

alat untuk mempertahankan nilai kebanggaan kelompok, dan sebagainya, bahkan

sampai pada fungsi untuk mempertahankan hubungan sosial.

5. Hubungan Komunikasi Bahasa dalam Masyarakat

Bahasa sebagai sarana komunikasi di dalam masyarakat lebih menitik

beratkan pada penggunanan bahasa yang bertujuan membuat komunikasi antara

penutur dan mitra tutur berjalan dengan baik walaupun dilakukan secara

kedwibahasaan. Jika dikaji lebih mendalam, maka komponen-komponen dari

masyarakat di antaranya adalah adanya sekumpulan orang, yang menduduki

suatu areal tertentu, memiliki kultur yang sama, menjunjung nilai-nilai dan

norma- norma yang sama, serta saling berinteraksi. Interaksi yang dilakukan

antara anggota masyarakat dengan menggunakan bahasa, sehingga jelaslah

bahwa bahasa merupakan bagian dari mayarakat. Bahkan tidak bisa dibayangkan

12
Khairunnisa, Mustakim Sagita, “Pengembangan Sosiolinguistik dalam Pengajaran Bahasa (Secara
Teoritis dan Penerapan)”, Jurnal Sains Riset, Volume 9, Nomor 2, 2019, hal. 52.
jika suatu masyarakat tidak memiliki bahasa, maka namanya bukan

masyarakat.13

Bahasa dan Komunikasi Memperhatikan berbagai jenis komunikasi yang

diterapkan setiap masyarakat dengan caranya sendiri, dan mempelajari

dampaknya pada pendidikan Bahasa.14

13
Dwi Setiyadi, "Peranan Sosiolinguistik Dalam Pengajaran Bahasa: Sebuah Kajian Teoretis Dan
Penerapannya (Temuan Linguistik Untuk Pengajaran Bahasa) Bagi Mahasiswa Pendidikan Bahasa”, Vol.
2 No. 02 2012, hal. 146.
14
27 ‫ ص‬,2020 ‫ ماليزيا‬,‫ علم اللغة لدراسات اجلامعية مدخل‬,‫عاصم شحادة علي شم اجلميلي‬.
BAB lll

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Bahasa adalah sebuah sistem artinya bahasa itu dibentuk oleh sejumlah

komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sebagai sebuah

sistem, bahasa selain bersifat sistematis juga bersifat sistemis. Bahasa adalah

alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi artinya, alat untuk

menyampaikan pikiran, gagasan, konsep, atau juga perasaan.

2. Bahasa mempunyai tiga fungsi utama, yaitu fungsi ideasional, fungsi

interpersonal, dan fungsi tekstual. Ketiga fungsi tersebut menciptakan makna

yang disebut makna metafungsional. Oleh karena itu, fungsi-fungsi bahasa

antara lain, dapat dilihat dari sudut penutur, pendengar, topik, kode, dan

amanat pembicaraan.

3. Komunikasi adalah proses pertukaran informasi antarindividual melalui

sistem simbol, tanda atau tingkah laku yang umum. Komunikasi merupakan

proses menyalurkan informasi, ide, penjelasan, perasaan, dan pertanyaan dari

orang ke orang atau dari kelompok ke kelompok.

4. Sebagai alat komunikasi bahasa juga memiliki berbagai fungsi, di antaranya

alat untuk tukar-menukar informasi, alat untuk mengekspresikan ide, alat


untuk mempertahankan nilai kebanggaan kelompok, dan sebagainya, bahkan

sampai pada fungsi untuk mempertahankan hubungan sosial.

5. Bahasa sebagai sarana komunikasi di dalam masyarakat lebih menitik

beratkan pada penggunanan bahasa yang bertujuan membuat komunikasi

antara penutur dan mitra tutur berjalan dengan baik. Interaksi yang dilakukan

antara anggota masyarakat dengan menggunakan bahasa, sehingga jelaslah

bahwa bahasa merupakan bagian dari masyrakat. Bahkan tidak bisa

dibayangkan jika suatu masyarakat tidak memiliki bahasa, maka namanya

bukan masyarakat.
REFRENSI

،٤ ‫ط‬،‫ دارالقلم‬،‫ كويت‬،‫ وسائل االتصال وتكتولوجيا يف التعليم‬،‫حسني محدي الطوحبي‬


.٢٥ ‫ م ص‬١٩٨١
،‫ مكتبة لسان عريب‬،‫ مالنج‬،‫ مدخل اىل علم اللغة االجتماعي‬،‫حممد عفيف الدين دمياطي‬
.١٩ .‫ص‬
.2020 ‫ ماليزيا‬,‫ علم اللغة لدراسات اجلامعية مدخل‬,‫عاصم شحادة علي شم اجلميلي‬
Wicaksono L, “Bahasa Dalam Komunikasi Pembelajaran”, Jurnal Pembelajaran

Prospektif, Vol. 1, No. 2, 2016.

Abdul Chaer, Leonie Agustina, “Sosiolinguistik”, (Jakarta: PT. Rineka Cipta: 2010).

Effendy, Onong Uchjana. “Ilmu Teori dan Filsafat Komunukasi”. (Bandung: Citra

Aditya Bakti), 2003.

Markub. "Fungsi Bahasa pada Kaos di Kalangan Remaja". HUMANIS: Jurnal Ilmu-

Ilmu Sosial dan Humaniora 11, no. 1 ,2019.

Dewi Indrawaty, dkk. “Komunikasi dan Human Relation Pemimpin Berbasis Agama,

Filsafat, Psikologi, Sosiologi Pendidikan”, Eduprof: Islamic Education

.Journal” Vol. 4 No. 1, 2022

Zuwirna, “Komunikasi yang Efektif”, Jurnal Ilmiah Teknologi Pendidikan Vol.I No.1

2016.
Khairunnisa, Mustakim Sagita, Pengembangan Sosiolinguistik dalam Pengajaran

Bahasa (Secara Teoritis dan Penerapan), Jurnal Sains Riset, Vol. 9, No.

2, 2019, hal. 52.

Dwi Setiyadi, "Peranan Sosiolinguistik Dalam Pengajaran Bahasa: Sebuah Kajian

Teoretis Dan Penerapannya (Temuan Linguistik Untuk Pengajaran

Bahasa) Bagi Mahasiswa Pendidikan Bahasa”, vol. 2 no. 02 2012.

Surana “Aspek Sosiolinguistik Dalam Stiker Humor” (Fbs Unesa Surabaya) hal. 87.

Rabiah Sitti “Language As a Tool For Communication and Cultural Rreality

Discloser”.

(Universitas Muslim Indonesia , Makassar) hal.5.

Anda mungkin juga menyukai