Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH SEMANTIK

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah: Linguistik

Dosen Pengampu: Muflihah, S.S, M.A.

Kelompok: 2

1. Nurul Ainiyah 2110210045

2. Lulu Ramadhani 2110210042

3. Devi Luailik Hanina Khulda 2110210060

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS

2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk linguistik semantik yang membangun dunia melalui wacana,

dan wacana ini tidak tercapai tanpa signifikansi, objek eksistensi tersembunyi yang

kebenarannya sulit dijangkau, dan signifikansi adalah mekanisme mekanisme transmisi

makna yang tidak dapat dicapai tanpanya, dan memahami makna dan mengetahui batas-

batasnya merupakan fenomena linguistik dan kognitif, dan masalah di bidang ini, hal ini

penting dalam linguistik modern dan kontemporer, sehingga sangat penting untuk

memperjelas kekhasannya. Pada saat peneliti linguistik kuno mulai melakukan penelitian

dalam metode berpikir semantik, dan penelitian ini, yang mengungkapkan tingkat semantik

dengan pendekatan modern, mengubahnya menjadi struktur linguistik eksploratif di bawah

ilmu yang dibingkai oleh ilmu semantik.

Semantik dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna atau arti, yaitu satu dari tataran

analisis bahasa yaitu diantaranya fonologi, gramatikal, dan semantik. Kata semantik

disepakati sebagai istilah yang digunakan untuk mempelajari makna atau arti dalam bahasa.

Semantik adalah cabang dari linguistik yang mempunya hubungan erat dengan ilmu-ilmu

sosial lain seperti sosiologi atau antarpologi, bahkan juga dengan filsafat dan psikologi.

Sosiologi mempunyai kepentingan dengan semantik karena sering dijumpai kenyataan bahwa

penggunaan kata-kata tertentu untuk mengatakan sesuatu makna dapat menandai identitas

kelompok dalam masyarakat.

Dengan tujuan diatas, makalah ini kami susun dengan menjabarkan lebih detail beberapa

hal menganai semantik untuk memperluas pemahaman serta pengetahuan pembaca. Karena
tingkat semantik juga merupakan salah satu tingkat pelajaran linguistik yang paling penting

dan paling sulit, karena makna: merupakan entitas abstrak yang tidak dapat ditangkap, di

samping fakta bahwa wacana linguistik tertulis atau lisan tidak dipahami kecuali dengan

menyampaikan pesan-pesan dan memperjelas signifikansinya di tempat pertama dalam

lingkaran terintegrasi dengan sisa tingkat Fonetik, morfologis dan linguistik gramatikal.

B. Rumusan Masalah

1. Apa hubungan antarmakna?

2. Apa teori semantik?

3. Apa pengertian semantik?

4. Apa saja jenis-jenis makna?

5. Apa manfaat semantik?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui hubungan antarmakna.

2. Untuk mengetahui teori mengenai semantik.

3. Untuk mengetahui pengertian semantik.

4. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis dari makna.

5. Untuk mengetahui manfaat semantik.


BAB II

PEMBAHASAN

1. Hubungan antarmakna

Suatu kata merupakan hubungan satu sama lain dalam berbagai bentuk. Ini

merupakan akibat dari kandungan komponen makna yang kompleks. Ada beberapa

hubungan semantic (antarmakna) yang memperlihatkan adanya persamaan,

pertentangan, tumpang-tindih, dan sebagainya. Hubungan inilah yang dikenal dalam

ilmu bahasa, di antaranya, sebagai sinonimi, antonimi, hiponimi, homonimi, polisemi,

taksonomi, dan metronimi. Berikut akan disajikan beberapa contoh hubungan

antarmakna tersebut.1
a. Sinonimi
Sinonim dalam bahasa adalah perbedaan pengucapan dan kesesuaian
maknanya, atau penggunaan beberapa kata dengan satu makna, Contoh sinonim
adalah apa yang disebutkan oleh pemilik Kamus Al-Muheet dalam sebuah buku
berjudul "Tarqiq Al-Amal untuk tepukan madu." Di dalamnya ia menyebutkan
delapan puluh nama untuk madu. Bahasa arab adalah salah satu yang terkaya bahasa
di dunia dengan sinonimnya, seperti halnya untuk pedang, memiliki lebih dari seribu
nama, singa memiliki lima ratus nama, mahir memiliki lebih dari empat ratus, ular
memiliki dua ratus, madu memiliki lebih dari delapan puluh, dan begitu pula dari
hujan, unta, air, sumur, cahaya, kegelapan dan hal-hal lain yang dia tahu Orang Arab
dalam ketidaktahuannya, dan kata sifat: tinggi, pendek, murah hati, kikir, berani,
pengecut dan lain sebagainya.
b. Homonimi
Homonyme adalah setiap kata yang memiliki beberapa arti nyata, non-kiasan,
atau orang-orang bahasa Bahasa berkata "satu kata yang menunjukkan dua arti yang
berbeda atau lebih." Contohnya adalah istilah "cinta", yang memiliki lebih dari tiga
puluh arti, termasuk: dosa, saudara perempuan, gadis, kebutuhan, kesengsaraan,
malapetaka, kesedihan, pemukulan, yang besar, kelembutan hati seorang ibu, teguran.
unta..dll. Dan kata "paman" yang digunakan untuk merujuk pada saudara laki-laki
ibu, dan tahi lalat di wajah, awan, unta besar, gundukan kecil ... dll.
c. Pengertian Antonimi
Seperti contoh: halal atau haram, buka semuanya atau tutup, ketuk atau angkat, air
dingin atau panas, budak atau tuan, untuk menambah atau memisahkan, reformasi
1
Ade Nandang(Pengantar Linguistik Arab) Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2018.
atau korupsi, pemberani dan pengecut, apa yang telah bangkit dari bumi atau apa yang
telah jatuh, putih atau hitam..dll.2
d. Hipernim

Kata sebagai hipernim tidak perlu menulis kata hiponim didepannya.

Misalnya, menulis bandeng tanpa kata ikan, melati tanpa bunga. Mengapa demikian,

karena penyebutan hipernim dalam penulisan kalimat akan menunjukkan kehematan

dalam berbahasa. Pada kalimat saya berbaju merah, dapat dipahami bahwa subjek

menggunakan pakaian berwarna merah, tanpa menulis kata warna. Begitu pula pada

kalimat saya makan mujair, kata mujair merujuk pada ikan. Pembaca sudah akan

memahami makna umum pada kata-kata tersebut.

e. Ambiguitas

Ambiguitas sering disebut dengan ketaksaan (ambiguity). Ambiguitas

diartikan sebagai kata yang bermakna ganda atau mendua arti, sedangkan kata

sifat yang berkaitan dengannya disebut taksa (ambiguous). Suwandi pun

menyatakan kebermaknagandaan dalam ambiguitas berasal dari frase atau kalimat

yang terjadi sebagai akibat penafsiran sturktur gramatikal yang berbeda (Suwandi,

2008). Pendapat Alwi dan Suwandi dikuat oleh pernyataan Ullman mengatakan

“Ambiguity isa linguistic condition which can arise in a vareity of ways (Pateda,

2010). Ambiguitas dapat mengakibatkan banyak sekali kemungkinan makna yang

dapat diinterpretasikan, karena kalimat ambigu menyebabkan timbulnya

kekaburan, ketidakjelasan dan keraguan pada kalimat tersebut. Contoh:

 Anak istri pak kepala desa sangat baik

2
173.‫ص‬.21/3/38 ‫الدكتور إميل بديع يعقوب ( فقه اللغة وحصائها) كفر عقا في‬
Kalimat tersebut merupakan contoh ambiguitas karena kontruksi teks

tersebut terdapat lebih dari satu tafsiran, apakah anak dan istri kepala desa yang

baik? Apakah anak, istri, dan kepala desa yang baik.

f. Redudansi

Redundansi adalah berlebih-lebih pemakaian unsur segmental dalam sutu

bentuk ujaran (Chaer, 2009). Berubahnya informasi pada kata tersebut

mengindikasikan dan menjadikan ukuran bahwa kata tersebut adalah

redudansi. Jika informasi tersebut tidak berubah, maka kata tesebut adalah

redundan.

Sebagai contoh sebagai kalimat berikut.

 Ibu Yoga mengenakan jilbab berwarna biru ketika mengajar.

Penggunaan kata berwarna termasuk redundansi atau berlebih-lebihan

karena tanpa penggunaan kata berwarna, informasi yang disampaikan kalimat

tersebut tetaplah sama.

Redundansi terdapat dalam segala bahasa dan bidang, baik dalam

ejaan, morfologi maupun pada kalimat juga seringkali terdapat bentuk

redundansi. Redundansi juga dipermasalahkan dalam ragam bahasa baku

maupun ragam bahasa pers karena kedua ragam bahasa tersebut menuntut

adanya efisiensi kalimat. Redundansi ini juga dapat kita temukan dalam ragam

bahasa sehari-hari.

Misalnya, dalam kalimat berikut ini.


 Aku benar-benar cinta banget sama dia

Kalimat tersebut termasuk kategori berlebih-lebihan, kata benar-benar

dan banget yang menunjukkan adanya makna yang berlebihan. Redudansi

jenis ini sering ditemukan dalam bahasa lisan dan bahasa intim dalam

kehidupan sehari-hari.
g.

2. Teori-teori semantik

Ada beberapa teori yang dikembangkan oleh para pakar linguistik sekitar

konsep makna dalam studi semantik. Teori makna membicarakan bagaimana

hubungan antara ujaran dengan makna. Ujaran itu sendiri dapat berupa simbol yang

secara linguistik dibedakan atas kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana. Makna kata

suatu bahasa tidak dapat dipisahkan dari akar kata, penunjukkan, dan konteks

penggunaannya. Oleh karena itu dalam studi semantik muncul beberapa teori makna

yang secara umum menurut Parera dapat dibedakan menjadi tiga yakni teori

referensial atau korespondensi, teori kontekstual, dan teori mentalisme atau

konseptual.

a. Teori Referensial atau korespondensi

Dalam teori referensial, bahasa berfungsi sebagai wakil realitas yang

menyertai proses berpikir manusia secara invidual. Makna diartikan sebagai label

yang berada dalam kesadaran manusia untuk menunjuk dunia luar. Sebagai label,

makna dari kesadaran pengamatan terhadap fakta dan penarikan simpulan yang

keseluruhannya berlangsung secara subjektif untuk selanjutnya menyusun skema

konsep. Teori ini merujuk pada segitiga makna yang dikemukakan oleh Ogden dan

Richard yang mengatakan bahwa makna adalah hubungan antara reference dan
referent yang dinyatakan dalam simbol bunyi bahasa baik berupa kata, frase atau

kalimat. Istilah simbol hanya dipakai untuk kata yang merujuk pada benda, situasi,

dan peristiwa. Dengan demikian, hanya kata-kata yang merujuk kepada benda, orang

kejadian, peristiwa melalui pikiran itulah simbol. Ini berarti kata-kata yang merujuk

pada sikap. harapan dan lain-lain tidak termasuk dalam pengertian simbol melainkan

tergolong bahasa emotif.

b. Teori Mentalisme atau konseptual

Teori mentalisme adalah teori semantik yang memfokuskan kajian makna

pada prinsip konsepsi yang ada pada pikiran manusia. Teori ini disebut juga teori

konseptual atau teori pemikiran karena kata itu menunjuk pada ide yang ada dalam

pemikiran. Karena itu penggunaan suatu kata hendaknya merupakan penunjukkan

yang mengarah pada pemikiran. Teori ini menekankan bahwa makna ada dibenak

penutur bahasa, misalnya ketika seorang penutur mengucapkan kata meja, maka

makna meja itu ada di dalam konsep pendengarnya. Teori konseptual menganggap

bahwa bahasa adalah alat unrtuk menyampaikan ide atau gagasan/konsep.Teori

mentalisme berbeda dengan teori referensial karena makna suatu Kata, frasa atau

kalimat merupakan citra mental dari penuturnya. Bahasa termasuk bagian dari

fenomena sosial yang unik. Individu juga mempunyai eksistensi tersendiri dalam

kehidupan sosial.

c. Teori kontekstual

Teori kontekstual adalah teori semantik yang berasumsi bahwa sistem bahasa

itu saling berkaitan satu sama lain di antara unit-unitnya, dan selalu mengalami

perubahan dan perkembangan." Teori ini menjelaskan bahwa makna sebuah kata

terikat pada lingkungan kultural pemakai bahasa itu. Teori kontekstual

mengisyaratkan bahwa sebuah kata atau simbol ujaran tidak mempunyai makna jika
ia terlepas dari konteksnya. Teori kontekstual tidak sejalan dengan pendapat bahwa

setiap kata mempunyai makna dasar atau primer yang terlepas dari konteks situasi.

Makna sekunder baru ada sesuai dengan konteks situasinya.3

3. Pengertian Semantik

Ada dua cabang utama linguistik yang khusus menyangkut kata, yaitu

etimologi (studi tentang asal usul kata) dan semantik (ilmu makna, studi tentang

makna kata). Di antara kedua ilmu itu, etimologi sudah merupakan disiplin ilmu yang

lama mapan (established), sedangkan semantik relatif merupakan hal yang baru.4

Istilah semantik berasal dari bahasa Yunani “semantike” atau “semantikos” yang

berarti menunjukkan aspek yang tidak hanya berupa makna tetapi juga gramatikal.

(Ali 2004).5

Konsep semantik di kalangan ahli bahasa adalah ilmu yang menyelidiki arti

kata, jenis dan asal-usulnya, begitu juga didalam hubungan antara kata, makna dan

perkembangan semantik. Perbedaan antara ahli bahasa modern terjadi dalam

mendefinisikan istilah Arab yang sesuai dengan istilah Inggris "Semantik", dan yang

pertama menggunakan istilah ini menunjukkan ilmu pengetahuan adalah orang

Prancis, Michel Brill, yang mengeluarkan penelitian tentang judul ini pada tahun 1883

M, di mana ia membahas arti kata-kata dalam bahasa India, kemudian diikuti oleh

“Dar” dalam bukunya The Life of Words. Kajian semantik dipuncaki oleh ilmuwan

Swiss Frenad Dusausur, dan dengan demikian, ilmu semantik telah memperluas

3
Sugeng Sugiono, Lisan dan Kalam; Kajian Semantik al-Qur’an, (Yogyakarta: Suka
Press, 2009), hal. 19.
4
Nafinuddin, Surianti. “Pengantar Semantik (pengertian, Hakikat, Dan Jenis).” (OSF Preprints, 2 Aug. 2020).

5
Mudalla ‫"الدرتسات العليا القسم تعليم اللعة العربية جبامعة رادين ماس سعيد االسالمسة احلكووية " علم الداللة‬
bidangnya dalam menangani non-spesialis di dalamnya, seperti ilmuwan alam, filsafat

dan hukum.6

4. Jenis makna (semantik)

Jenis makna dapat dibedakan berdasarkan beberapa kriteria dan sudut pandang.

Berdasarkan jenis semantiknya dapat dibedakan antara makna leksikal, makna

gramatikal dan kontekstual. Berdasarkan ada tidaknya referen pada sebuah kata dapat

dibedakan adanya makna referensial dan nonreferensial. Dalam pembahasan ini akan

dibedakan antara makna leksikal dan makna gramatikal, makna referensial dan

nonreferensial, makna denotatif dan makna konotatif , makna kata dan makna istilah,

makna konseptual dan makna asosiatif, makna idiomatikal dan peribahasa.

1. Makna Leksikal dan Gramatikal

Dalam bukunya, Chaer mengungkapkan bahwa ‘leksikal’ adalah bentuk

adjektif yang diturunkan dari bentuk nomina ‘leksikon’ (vokabuler, kosa kata,

perbendaharaan kata). Satuan dari leksikon adalah ‘leksem’, yaitu satuan bentuk

bahasa yang bermakna. Kalau leksikon kita samakan dengan kosakata atau

perbendaharaan kata, maka leksem dapat kita samakan dengan kata. Sementara

makna gramatikal itu seringdisebut dengan “makna kontekstual” atau “makna

situasional” selain itu juga bisa disebut dengan “makna struktural” karena proses

dan satuan-satuan gramatikal itu selalu berkenaan denganstruktur kebahasaan.

2. Makna Referensial dan Nonreferensial

Perbedaan antara makna referensial dan makna nonreferensial diketahui dari

ada atau tidaknya referen dari kata-kata itu. Bila kata-kata itu mempunyai referen,

yaitu sesuatu di luar bahasa yang diacu oleh kata itu, maka kata tersebut disebut

6
2013 )2( ‫) العدد‬10( ‫ واالنسانية اجمللد‬$‫حملة اجلزيرة للعلوم الرتبوية‬
sebagai kata bermakna referensial. Namun, jika kata-kata tersebut tidak

mempunyai referen, maka kata itu disebut kata bermakna nonreferensial.

3. Makna Konotatif dan Denotatif

Makna denotasi pada dasarnya sama dengan makna referensial karena makna

denotatif ini lazim diberi penjelasan sebagai makna yang sesuai dengan hasil

observasi menurut pengelihatan, penciuman, pendengaran, perasaan atau

pengalaman lainnya. Jadi, makna denotatif ini menyangkut informasi-informasi

faktual objektif. Lalu karena itu maka denotasi sering disebut sebagai ‘makna

sebenarnya’. Sedangkan makna konotatif memiliki keunikannya sendiri. Makna

konotasi sebuah bahasa dapat berbeda dari satu kelompok masyarakat dengan

kelompok masyarakat yang lain, sesuai dengan pandangan hidup, dan norma-

norma penilain kelompok masyarakat tesebut.

4. Makna Kata dan Istilah

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ‘kata’ adalah unsur bahasa yang

diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan

pikiran yang dapat digunakan dalam berbicara. Sedangkan ‘istilah’ adalah kata

atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan makna konsep, proses,

keadaan atau sifat yang khas dalam bidang tertentu.

5. Makna Konseptual dan makna Asosiatif

Makna konseptual adalah makna yang sesuai dengan konsepnya, makna yang

sesuai dengan referennya dan makna yang bebas dari asosiasi atau hubungan

apapun. Sedangkan makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah kata

berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan keadaan di luar bahasa.

6. Makna Indiomatikal
idiomatikal adalah makna sebuah satuan bahasa (entah kata, frasa, atau

kalimat) yang ‘menyimpang’ dari makna leksikal atau makna gramatikal unsur-

unsur pembentuknya.7

5. Manfaat semantic

1) Bidang semantik memfasilitasi proses pengungkapan hubungan antara makna

kata: Sinonim, konvergensi, antagonisme (dari sembilan jenisnya), karena

hubungan ini adalah hubungan antara kata-kata dari satu bidang semantik.

Pengelompokan kata ke dalam bidang semantik membuat proses

pengungkapan hubungan di antara mereka menjadi proses yang mudah.

2) Leksikon tradisional memberi kita daftar abjad atau abjad dari kata-kata

bahasa tanpa pengelompokan berdasarkan artinya. Dengan bidang semantik

berdasarkan konsep dan bidang semantik, alih-alih kamus berdasarkan daftar

abjad, tentu saja, dimungkinkan dalam setiap bidang semantik untuk

mendapatkan keuntungan dari urutan abjad, dan dengan demikian

menggabungkan fitur bidang dan fitur urutan abjad.

3) Membagi kata ke dalam bidang semantik membuat studi perbandingan antar

bahasa lebih mudah dan komprehensif, sehingga Anda lebih mudah

mengetahui di mana kesamaan bahasa dan di mana mereka bertemu di tingkat

bidang dan kata.

4) Bidang semantik memberi kita gambaran terpadu tentang sifat bahasa dan

kata-katanya alih-alih daftar yang berisi ratusan ribu kata yang tersebar yang

tidak dihubungkan oleh tautan. Bidang itu sendiri menunjukkan tautan

7
Saida Gani, Berti Arsyad “Fonologi, Morfologi, Sintaksis, dan Semantik” (UMG: 2019) hal.14..
semantik antar kata karena didasarkan pada klasifikasi dan pengelompokan

berdasarkan semantik dan makna secara bersama-sama.8

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Ada beberapa hubungan semantic (antarmakna) yang memperlihatkan adanya

persamaan, pertentangan, tumpang-tindih, dan sebagainya. Hubungan inilah yang

dikenal dalam ilmu bahasa, di antaranya, sebagai sinonimi, antonimi, hiponimi,

homonimi, polisemi, taksonomi, dan metronimi.

2. Dalam kajian semantik muncul beberapa teori makna yang menurut Barrera dapat

dibagi menjadi tiga, yaitu teori referensial atau teori kongruensi, teori kontekstual

dan teori mental atau teori konseptual.

3. Semantik linguistik adalah yang terpenting, terluas dan paling kompleks, dan

merupakan pokok bahasan utama dalam semantik, selain mengacu pada jenis

semantik lainnya. Secara singkat dapat dikatakan bahwa bahasa merupakan ciri

terpenting manusia yang membedakannya dengan makhluk hidup lainnya.

4. Berdasarkan jenis semantiknya makna di bedakan makna leksikal, gramatikal dan

kontekstual, makna referensial dan nonreferensial, makna konotatif dan denotatif,

makna kata dan Istilah, Makna konseptual dan makna asosiatif, makna

Indiomatikal.

5. Adapun semantik memiliki banyak manfaat, antara lain:

8
$‫ علم‬: ‫علم الداللة‬،‫ علي‬$‫ حممد‬، ‫ ) اخلويل‬۲۰۰۰‫ املعاين‬/ ‫ اللغة العربية‬/ ‫ املواصفات‬/ ۱۲ / ۲۱۱۸ ۱۱ ‫ )صر‬٢٥٤ ( ۲۰۰۰ ، ‫للنشر والتـوزيـع‬
‫ دار الفالح‬: ‫ عمـان‬- ‫ علي اخلويل‬$‫ حممد‬/ ‫املعىن‬
- Bidang semantik memfasilitasi proses pengungkapan hubungan antara

makna kata-kata sinonim.

- Leksikon tradisional memberi kita daftar abjad atau abjad kata-kata dari

suatu bahasa tanpa pengelompokan berdasarkan makna.

- Membagi kata ke dalam bidang semantik membuat studi banding antar

bahasa menjadi lebih mudah dan komprehensif.

REFERENSI
Ade Nandang(Pengantar Linguistik Arab) Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2018 .

..Saida Gani, Berti Arsyad “Fonologi, Morfologi, Sintaksis, dan Semantik” (UMG: 2019) hal.14
Sugeng Sugiono, Lisan dan Kalam; Kajian Semantik al-Qur’an, (Yogyakarta: Suka
Press, 2009), hal. 19.
Nafinuddin, Surianti. “Pengantar Semantik (pengertian, Hakikat, Dan Jenis).” (OSF Preprints, 2 Aug. 2020).
.Fitri Amilia, Astri Widya. “Semantik Konsep dan Contoh Analisis”, (Malang: Madani) 2017, hal 129
.173.‫ص‬.21/3/38 ‫الدكتور إميل بديع يعقوب ( فقه اللغة وحصائها) كفر عقا في‬

"‫ الدرتسات العليا القسم تعليم اللعة العربية جبامعة رادين ماس سعيد االسالمسة احلكووية " علم الداللة‬Mudalla

$‫ علم‬: ‫علم الداللة‬،‫ علي‬$‫ حممد‬، ‫ ) اخلويل‬۲۰۰۰‫ املعاين‬/ ‫ اللغة العربية‬/ ‫ املواصفات‬/ ۱۲ / ۲۱۱۸ ۱۱ ‫ )صر‬٢٥٤ ( ۲۰۰۰ ، ‫للنشر والتـوزيـع‬
.‫ دار الفالح‬: ‫ عمـان‬- ‫ علي اخلويل‬$‫ حممد‬/ ‫املعىن‬

2013 )2( ‫) العدد‬10( ‫ واالنسانية اجمللد‬$‫حملة اجلزيرة للعلوم الرتبوية‬

Anda mungkin juga menyukai