Group 8:
Ana Afriana (20197479054)
Fani Dwi Sapitri (20197479088)
Lusi Dosmayanti (20197479085)
2. Faktor kesejarahan (historical cause), yang dapat diuraikan di atas: objek, institusi, ide,
dan konsep ilmiah
4. Faktor psikologis (psycological causes) yang berupa: fakor emutif, kata-kata tabu: (1)
tabu karena takut (2) tabu karena kehalusan (3) tabu karena kesopanan.
Jenis perubahan
Perubahan kata ada yang bersifat halus maupun kasar yang bertujuan baik menyempitkan
ataupun memperluas. Hal ini akan diperjelas lagi sebagai berikut.
a) Meluas
Adalah perubahan makna secara meluas, misalnya : kata beliau yang semula digunakan
untuk orang yang memiliki jabatan tinggi, kini juga bisa digunakan untuk orang yang lebih tua
atau orang yang lebihtinggi derajatnya.
1
b) Menyempit
Adalah sebuah kata yang mengalami penyempitan makna, misalnya kata ilmuan yang
biasanya digunakan untuk orang yang pandai atau cendekiawan. Namun kini digunakan untuk
penemu atau professor.
Terjadi perubahan makna secara total. Misalnya kata pandai dan pintar. Kini menjadi kata
cerdas. Kata sigapdan rajin kini menjadi terampil.
d) Penghalusan (ufemia)
Kata yang bermakna kasar berubah menjadi halus dalam penggunaan kata. Misal kata
maling kini menjadi pencuri, tua menjadi lanjut usia dan lain sebagainya.
e) Pengkasaran
Kata yang mengalami perubahan makna dari halus ke kasar. Misalnya kata menendang
yang sebenarnya mengeluarkan.
Menurut Suwardi (2011:40 semantik dalam pengertian sempit dibedakan menjadi dua
pokok bahasan, yaitu teori referensi denotasi, ekstensi dan teori makna konotasi, intensi. Makna
Referen adalah kenyataan yang disegmentasikan dan merupakan fokus lambang. Referen (=
acuan) menunjuk kepada hubungan antara elemen-elemen linguistik berupa leksem, kalimat dan
pengalaman. Acuan merupakan hal yang mendasar di dalam semantik. Pengertian yang ada pada
pembicara dan lawan bicara mengacu pada sesuatu. Contohnya jika pembicara mengatakan /meja/,
maka lawan bicara akan mengerti bahwa /meja/ yang dikatakan pembicara mengacu kepada benda
yang disebut dengan kursi.
Makna denotatif (referensial) merupakan makna yang menunjukkan langsung pada acuan
atau makna dasarnya dan sesuai dengan hasil observasi menurut penglihatan, penciuman,
pendengaran, perasaan, atau pengalaman lainnya. Contohnya kata “istri” dan “bini” memiliki
makna denotasi yang sama yaitu ‘wanita yang mempunyai suami’.
2
Makna ekstensi
Makna ekstensi ( extensional meaning) adalah makna yang mencakup semua ciri objek
atau konsep (Harimurti, 1982:103) Contohnya kata “ayah” dapat dimaknakan sebagai orang tua
anak-anak, laki-laki, telah beristri, sebagai kepala rumah tangga, atau orang yang berusaha keras
mencari nafkah untuk anak dan istrinya. Elemen penting lainnya untuk arti sebuah kata adalah
konotasinya: asosiasi yang kita miliki dengan kata, beberapa di antaranya muncul dari jenis kata
lain yang cenderung muncul bersama. Konotasi kata akan bervariasi dari orang ke orang dan
lintas budaya, tetapi ketika kita berbagi tata bahasa, kita sering berbagi banyak konotasi untuk
kata-kata. Perhatikan contoh kalimat ini:
Kedua kalimat tersebut berbicara tentang seseorang yang tidak suka menghabiskan
banyak uang, tetapi memiliki konotasi yang sangat berbeda. Menyebut Dennis murah dan pelit
menunjukkan bahwa Anda pikir itu agak kasar atau tidak ramah bahwa dia tidak menghabiskan
banyak uang. Tapi menyebutnya hemat dan hemat menunjukkan bahwa itu terhormat atau
berbudi luhur untuk tidak menghabiskan terlalu banyak. Coba pikirkan beberapa pasangan kata
lain yang memiliki arti serupa tetapi konotasinya berbeda.
kesimpulannya, definisi tentang sebuah kata adalah sebuah intensi, dan hal-hal tertentu di
dunia yang dapat dirujuk oleh sebuah kata adalah ekstensi atau denotasi dari sebuah kata.
Sebagian besar kata juga memiliki konotasi sebagai bagian dari maknanya; ini adalah perasaan
atau asosiasi yang muncul dari bagaimana dan di mana kita menggunakan kata itu.