Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH SEMANTIK BAHASA INDONESIA

RELAKSI MAKNA DAN IMPLIKASINYA


Dosen Pengampu: Aida Sumardi, M.Pd.

Disusun:

Dinda Septiandari 20210810400010

Izharuddin M. I 20210810470003

Zalwa Ayu Sabilah 20210810400005

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya


sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya
mungkin penulis tidak akan sanggup menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW,
keluarga, sahabat, dan pengikutnya hingga akhir zaman. Makalah ini disusun
agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “Relaksi Makna dan
Implikasinya”, yang penulis sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai
sumber.

Tujuan utama dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi


tugas mata kuliah semantik bahasa Indonesia yang diampu oleh Ibu Aida
Sumardi, M.Pd. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang telaah kurikulum dan buku teks bagi para pembaca dan
penulis. Penulis menyadari bahwa makalah ini terwujud berkat adanya
dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Tidak lupa penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung
maupun tidak langsung.

Penulis menyadari penulisan dalam makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan.
Penulis membutuhkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan ilmu pengetahuan yang
lebih luas kepada pembaca.

Jakarta, 5 Maret, 2023

Penulis
i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1. 1 Latar Belakang..................................................................................... 1

1. 2 Rumusan Masalah ............................................................................... 1

1. 3 Tujuan Masalah ................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 2

2.1 Relaksi Makna ...................................................................................... 2

2.2 Makna Kata dan Makna Istilah............................................................. 5

2.3 Implikasi Relaksi Makna ...................................................................... 6

BAB III PENUTUP ...................................................................................... 8

3.1 Kesimpulan ........................................................................................... 8

3.2 Saran ..................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang

Bahasa merupakan alat komunikasi yang memiliki dua bagian


penting yaitu bentuk dan makna. Hubungan antara bentuk bahasa dan
makna bersifat arbitrer. Arbitrer berarti tidak ada hubungan yang
mengikat antara bentuk atau simbol bahasa dan makna atau rujukan dari
objek yang ditampilkan. Semantik juga merupakan ilmu yang
mempelajari makna kata memiliki unsur leksikal sebagai akibat dari
keterkaitannya. Hubungan makna ini adalah sinonim, antonimi,
hiponim, metonimi, polisemi, homonim dan lain-lain. Dalam makalah
ini, penulis menjelaskan lebih lanjut tentang sinonim, antonim dan
hiponim serta kerumitannya.

Semantik merupakan unsur yang mudah berubah dibandingkan


unsur bahasa yang lain, karena tiap orang dalam menginterpretasi sesuatu
berbeda-beda terhadap rujukan yang sebenarnya. Semantik adalah salah
satu cabang linguistik yang mengeksplorasi isi/makna. Semantik juga
dapat diartikan dalam bahasa sebagai ilmu yang memberi makna subjek
penelitian.

1. 2 Rumusan Masalah

1. Pengertian dari Relaksi Makna?

2. Pengertian Makna Kata dan Makna Istilah?


1. 3 Tujuan Masalah

1. Dapat mengetahui pengertan dari Relaksi makna

2. Dapat mengetahui pengertian makna kata dan makna istilah

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Relaksi Makna

Menurut (Chaer, 2007:1) relasi makna adalah hubungan semantik


yang terdapat antara satuan bahasa yang satu dengan satuan bahasa yang
lainnya. Satuan bahasa dalam hal ini dapat berupa kata, frase, maupun
kalimat dan relasi semantik itu juga dapat menyatakan kesamaan makna,
pertentangan makna, ketercakupan makna, kegandaan makna, atau juga
kelebihan makna (Chaer, 1994: 82). Mengemukakan bahwa relasi makna
terbagi atas lima jenis, yaitu (1) sinonim, (2) antonim, (3) homonim, (4)
polisemi, (5) hiponim.

1. Sinonim

Sinonim ialah bentuk bahasa yang maknanya mirip atau sama dengan
bentuk lain; kesamaan itu berlaku bagi kata, kelompok kata, atau
kalimat, walaupun umumnya yang dianggap sinonim hanyalah kata-
kata saja (Kridalaksana, 2001:198). Parera (2004:61) menyatakan
bahwa sinonim ialah dua ujaran, apakah ujaran dalam bentuk morfem
terikat, kata, frase, atau kalimat yang menunjukan kesamaan makna.
Sinonim tidak hanya terjadi pada kata, tetapi bisa dalam satuan bahasa
lainnya seperti morfem bebas dengan morfem terikat, kata dengan
kata, kata dengan frase, frase dengan frase dan kalimat dengan
kalimat. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan mengenai
sinonim:

a. Tidak semua kata dalam bahasa Indonesia mempunyai sinonim.

b. Ada kata-kata yang bersinonim pada bentuk dasar tetapi tidak


pada bentuk jadian.

c. Ada kata-kata yang tidak mempunyai sinonim pada bentuk dasar,


tetapi memiliki sinonim pada bentuk jadian.

d. Ada kata-kata yang dalam arti “sebenarnya” tidak mempunyai


sinonim, tetapi dalam arti “kiasan” justru mempunyai sinonim.

2
2. Antonim
Antonim berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu nama yang berarti “nama”,
dan anti yang berarti “melawan”. Maka secara harfiah kata antonim berarti
nama lain untuk benda lain pula. Secara semantik menurut Verhaar dalam
(Chaer, 2002:88) mendefinisikan antonim sebagai ungkapan (biasanya
berupa kata, tetapi dapatpula dalam bentuk frase atau kalimat) yang
maknanya dianggap kebalikan dari makna ungkapan lain. Sementara itu,
Kridalaksana (2001:15) mengungkapkan bahwa antonim adalah leksem
yang berpasangan secara antonim. Seperti halnya sinonim, antonim pun
tidak bersifat mutlak. Ungkapan (biasanya berupa kata, tetapi dapat pula
dalam bentuk frase atau kalimat) yang maknanya dianggap kebalikan dari
makna ungkapan lain. Jadi, hanya dianggap kebalikan bukan mutlak
berlawanan.

3. Homonim
Istilah homonim (Inggris: homonymy) berasal dari bahasa Yunani Kuno,
onama = nama dan homos = sama). Secara harafiah homonim adalah nama
sama untuk benda yang berlainan (Pateda, 2001: 211). Homonim adalah
kata-kata yang bentuk atau bunyinya sama atau mirip dengan benda lain
tetapi maknanya berbeda (Sudaryat, 2008:42). Parera (2004:81)
mengemukakan bahwa homonim adalah dua ujaran dalam bentuk kata
yang sama lafalnya dan atau sama ejaannya/tulisan-nya. Sedangkan
menurut Putrayasa (2010:118) mengemukakan bahwa homonim adalah
dua buah kata atau lebih yang sama bentuknya, tetapi maknanya berlainan.
Dengan demikian, bentuk homonim dapat dibedakan berdasarkan lafalnya
dan berdasarkan tulisannya. Verhaar dalam (Pateda, 2001:211)
mengemukakan bahwa homonim adalah ungkapan (kata atau frasa atau
kalimat) yang bentuknya sama dengan suatu ungkapan lain, tetapi dengan
perbedaan makna di antara kedua ungkapan tersebut. Dengan kata lain,
bentuknya sama (bahkan dalam BI tulisannya sama, lafalnya sama) tetapi
berbeda maknanya.

4. Hiponim dan Hipernim Kata hiponim berasal dari bahasa Yunani kuno,
yaitu onim berarti nama dan hypo Berarti di bawah. Maka secara harfiah
3
kata hiponim berarti nama yang termasuk di bawah nama lain. Secara
semantik Verhaar dalam (Chaer, 2002:98) menyatakan hiponim ialah
ungkapan (biasanya berupa kata, tetapi kiranya dapat juga frase atau
kalimat) yang maknanya dianggap merupakan bagian makna sesuatu
ungkapan lain. Hiponim adalah adalah kata-kata yang tingkatnya ada di
bawah kata yang menjadi superordinatnya atau hipernim (kelas atas).
Sedangkan hipernim adalah kata-kata yang maknanya melingkupi makna
kata-kata yang lain. Contoh:
a. Kata warna merupakan superordinat/hipernim, sedangkan merah, jingga,
hijau, biru, dan sebagainya merupakan hiponim.
b. Kata buah-buahan merupakan superordinat atau hipernim, sedangkan
mangga, jeruk, apel, pisang, dan sebagainya merupakan hiponim.

5. Polisemi Istilah polisemi (Inggris:polysemy) berasal dari bahasa Yunani


yaitu poly berarti banyak dan sema berarti tanda atau lambang. Tanda atau
lambang bahasa yang bermakna banyak. Polisemi adalah kata-kata yang
mengandung makna lebih dari satu, tetapi makna itu masih berhubungan
dengan makna dasarnya disebut juga kata beraneka (Sudaryat, 2009:43).
Menurut pendapat Keraf (1980:36) polisemi adalah satu bentuk
mempunyai beberapa makna. Polisemi adalah satu kata mempunyai makna
lebih dari satu yang masih memiliki hubungan dan kaitan dengan makna
dasarnya. Pada umumnya sebuah kata mengandung sebuah arti, tetapi pada
polisemi kita berhadapan dengan sebuah kata yang mengandung arti lebih
dari satu atau makna ganda walaupun masih memiliki hubungan dengan
makna dasarnya. Misalnya, kata terang yang mengandung makna cerah,
siang hari, bersih, nyata, sah, bercahaya, dan sebagainya, frase orang tua
yang mengandung makna ayah-ibu, orang yang sudah tua, orang yang
dihormati atau dituakan. Contoh:
a. Kepalanya luka kena pecahan kaca.
b. Kepala kantor itu bukan paman saya.
c. Kepala surat biasanya berisi nama dan alamat kantor.
d. Kepala jarum itu terbuat dari plastik.
Pada contoh di atas kata kepala yang setidaknya mempunyai makna.
a. bagian tubuh manusia, seperti pada contoh kalimat (a);
4
b. ketua atau pemimpin, seperti pada contoh kalimat (b);
c. sesuatu yang berada di sebelah atas, seperti pada contoh kalimat
(c);
d. sesuatu yang berbentuk bulat, seperti pada contoh kalimat (d);
e. sesuatu atau bagian yang sangat penting, seperti pada kalimat (e).

2.2 Makna Kata dan Makna Istilah


Pembedaan adanya makna kata dan makna istilah berdasarkan ketepatan
makna kata itu dalam penggunaannya secara umum dan secara khusus. Dalam
penggunaan bahasa secara umum acap kali kata-kata itu digunakan secara tidak
cermat sehingga maknanya bersifat umum, Tetapi dalam penggunaan secara
khusus, dalam bidang kegiatan tertentu, kata-kata itu digunakan secara cermat
sehingga makna pun menjadi tepat. Makna sebuah kata walaupun secara
sinkronis tidak berubah tetapi karena berbagai faktor dalam kehidupan, dapat
menjadi bersifat umum. Makna kata itu baru menjadi jelas kalau sudah
digunakan di dalam suatu kalimat. Kalau lepas dari konteks kalimat, makna kata
itu menjadi umum dan kabur. misalnya kata tahanan. Apa makna kata tahanan?
Mungkin saja yang dimaksud dengan tahanan itu adalah 'orang yang ditahan',
tetapi bisa juga 'hasil perbuatan menahan', atau mungkin makna kata yang
lainnya lagi. Begitu juga dengan kata air. Apa yang dimaksud dengan air itu?
Apakah air yang berada di sumur? di gelas? atau di bak mandi? atau yang turun
dari langit? kemungkinan-kemungkinan itu bisa saja terjadi karena kata air itu
lepas dari konteks kalimatnya.
Berbeda dengan kata yang maknanya masih bersifat umum, maka istilah
memiliki makna yang tetap dan pasti. Ketetapan dan kepastian makna istilah itu
karena istilah itu hanya digunakan dalam bidang kegiatan atau keilmuan tertentu.
Jadi, tanpa konteks kalimatnya pun makna istilah itu sudah pasti. Misalnya, kata
tahanan di atas. Sebagai kata, makna kata tahanan masih bersifat umum, tetapi
sebagai istilah misalnya istilah dalam bidang hukum makna kata tahanan itu
sudah pasti, yaitu orang yang ditahan sehubungan dengan suatu perkara.
Sebagai istilah dalam bidang kelistrikan kata tahanan itu bermakna daya yang
menahan arus listrik. Makna kata sebagai istilah memang dibuat setepat mungkin
untuk menghindari kesalahpahaman dalam bidang ilmu atau kegiatan tertentu.
Dalam bidang kedokteran, Misalnya, kata tangan dan lengan digunakan sebagai
5
istilah untuk pengertian yang berbeda. Tangan adalah dari pergelangan sampai
ke jari-jari sedangkan lengan dari pergelangan sampai ke pangkal bahu.
sebaliknya dalam bahasa umum lengan dan tangan dianggap bersinonim, sama
maknanya. Kata dengan makna umum mempunyai pengertian dan pemakaian
yang lebih luas sedangkan kata dengan makna khusus atau makna terbatas
mempunyai pengertian dan pemakaian yang lebih terbatas. Umpamanya dalam
deretan sinonim besar, agung, Akbar raya, dan kolosal, kata besar adalah kata
yang bermakna umum dan pemakaiannya lebih luas daripada kata yang lainnya.
Kita dapat mengganti kata agung Akbar raya dan kolosal dengan kata besar itu
secara bebas. Frase Tuhan yang maha agung dapat diganti dengan Tuhan yang
mulia besar, rasa rapat Akbar dapat diganti dengan rapat besar, rasa hari raya
dapat diganti dengan hari besar, dan frasa film kolosal dapat diganti dengan film
besar. Sebaliknya frase rumah besar tidak dapat diganti dengan rumah agung
atau juga rumah kolosal.

2.3 Implikasi Relaksi Makna


Bacalah Fabel di bawah ini dan tentukan bagian struktur tabel!
Kuda Berkulit Harimau
Seekor kuda sedang berjalan dari sebuah ladang gandum menuju sebuah hutan
yang lebat. Kuda itu telah puas memakan gandum yang ada di ladang itu. Dia
tampak gembira karena tidak ada petani gandum yang menjaga ladangnya.
Ketika dia menuju hutan lebat, di tengah jalan kuda itu melihat sesuatu.

“Itu seperti kulit harimau.” gumam kuda itu.

Kuda itu lalu mendekatinya dan ternyata memang benar apa yang dilihatnya
adalah kulit harimau yang tak sengaja ditinggalkan oleh para pemburu harimau.
Kuda itu mencoba memakai kulit harimau itu.

“Wah, kebetulan sekali, kulit harimau ini sangat pas di tubuhku. Apa yang akan
kulakukan dengannya ya?” Terlintaslah dibenak kuda itu untuk menakuti
binatang-binatang hutan yang melewati dirinya.

6
“Aku harus segera bersembunyi. Tempat itu harus gelap dan sering dilalui oleh
binatang hutan. Di mana ya?” tanya kuda dalam hati sambil mencari tempat yang
cocok.

Akhirnya, dia menemukan semak-semak yang cukup gelap untuk bersembunyi,


lalu masuk ke dalamnya dengan menggunakan kulit harimau. Tak lama
kemudian, beberapa domba gunung berjalan ke arahnya. Kuda itu menggumam
bahwa domba-domba itu cocok dijadikan sasaran empuk kejahilannya. Ketika
domba-domba itu melewatinya, kuda itu meloncat ke arah mereka sehingga
sontak domba-domba itu kalang-kabut melarikan diri. Mereka takut dengan kulit
harimau yang dikenakan kuda itu.

“Tolong, ada harimau! Lari, cepat lari!” teriak salah satu domba.

Kuda itu tertawa terbahak-bahak melihat domba-domba itu pontang-panting


berlari. Setelah itu, kuda itu kembali bersembunyi di dalam semak-semak. Dia
menunggu hewan lain datang melewati semak-semak itu.

“Ah, ada tapir menuju kemari, tapi lambat betul geraknya. Biarlah, aku jadi bisa
lebih lama bersiap-siap melompat!” kata kuda itu dalam hati.

Tibalah saat kuda itu meloncat ke arah tapir itu, ia terkejut dan lari tunggang-
langgang menjauhi kuda yang memakai kulit harimau itu. Kuda itu kembali ke
semak-semak sambil bersorak penuh kemenangan di dalam hatinya.Kali ini,
kuda itu menunggu lebih lama dari biasanya, tetapi hal itu tidak membuatnya
bosan. Tiba-tiba, seekor kucing hutan berlari sambil membawa seekor tikus di
mulutnya. Kucing itu tidak melewati semaksemak, kucing hutan itu duduk
menyantap tikus yang ia tangkap di dekat pohon besar.

“Ah, ternyata kucing itu tidak melewati semak-semak ini. Biarlah aku
membuatnya kaget di sana,” kata kuda itu dalam hati.

Kuda itu pun keluar dari semak-semak dan berjalan hati-hati mendekati kucing
hutan. Saat jaraknya sudah sangat dekat dengan kucing hutan, kuda itu mengaum
7
seperti halnya seekor harimau, tetapi rupanya dia tidak sadar bahwa bukannya
mengaum, dia malah meringkik. Mendengar suara itu, kucing hutan menoleh ke
belakang dan melihat seekor kuda berkulit harimau. Sesaat, kucing hutan itu
siap-siap mengambil langkah seribu, tetapi ia malah tertawa terbahak-bahak
sembari berkata.

“Saat aku melihatmu memakai kulit harimau itu, aku pasti akan lari ketakutan,
tapi rupanya suaramu itu ringkikan kuda, jadi aku tidak takut, hahaha!” Kucing
hutan itu juga berkata kepada kuda bahwa sampai kapan pun, suara ringkiknya
tidak akan bisa berubah jadi auman.

Kuda berkulit harimau itu melambangkan bahwa sepandai-pandainya orang


berpura-pura, suatu saat akan terbongkar juga kepura-puraannya itu. Kejujuran
merupakan sikap yang paling indah di dunia ini.

8
Penggunaan Sinonim dan Antonim pada Fabel Fabel
Menggunakan variasi kata untuk menggambarkan atau mendeskripsikan
sifat. Baik sifat tokoh maupun sifat benda dan keadaan. Meskipun memiliki arti
yang sama, akan tetapi diksi atau pilihan kata yang tepat untuk mendeskripsikan
sifat tokoh dapat mempengaruhi nilai rasa pada pembaca!

Kata Sifat

Efek emosi lemah Efek emosi kuat


Senang Riang gembira
Tidak Teratur Berantakan
Sedih Merana

HIPERNIM (KATA UMUM)


Hipernim adalah kata yang ruang lingkup maknanya mencakup hal-hal umum
dan menyangkut aspek-aspek yang lebih luas.
HIPONIM (KATA KHUSUS)
Hiponim adalah kata yang ruang lingkup maknanya mencakup hal-hal sempit
atau hanya pada aspek tertentu. Contoh:

No. HIPERNIM HIPONIM

1. Melihat Menengok, menatap, melirik, menjenguk


2. Binatang Kambing, sapi, kuda, kelinci, kerbau, singa
3. Bunga Mawar, melati, anggrek, kenanga, lili
4. Karya sastra Drama, puisi, prosa, prosa lirik
5. Pakaian Baju, rok, celana, kaos
6. Kendaraan Mobil, sepeda motor, bus, sepeda, becak
7. Provinsi DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur
8. Olahraga Sepak bola, tinju, catur, bulutangkis

9
Polisemi
Adalah gejala keragaman makna yang dimiliki oleh sebuah kata. Polisemi
terbentuk karena pergesaran makna atau penafsiran yang berbeda.
Contoh:
1. Kepala adikku memar karena ditimpuk batu oleh temannya
2. Ayahnya belum lama ini diangkat menjadi kepala sekolah

Untuk lebih jelas perhatikan tabel berikut ini:


Kata Pengucapkan Penulisan Makna

Homonim Sama Sama Berbeda


Homofon Sama Berbeda Berbeda
Homograf Berbeda Sama Berbeda
Polisemi Sama Sama Beragam

10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Relasi dapat diartikan sebagai hubungan. Hubungan yang dimaksud


adalah hubungan antara kata dan makna kata tersebut lain Hubungan
adalah aturan cocok dengan setiap kata-kata yang lain. Lalu makna
adalah pengertian atau makna yang berasal dari kata itu sendiri,
sehingga makna itu berhubungan dan menyatu dengan baik dengan
objeknya. Jadi satuan bahasa dalam hal ini dapat berupa kata, frase atau
kalimat, dan relasi. Semantik juga dapat menyatakan kesamaan makna,
pertentangan makna, penyertaan makna, multi makna atau makna
tambahan.

3.2 Saran

Dalam penulisan makalah ini kami berharap semoga makalah ini


dapat bermanfaat bagi pembaca. Kami selaku penulis mohon maaf jika
makalah kami jauh dari kata sempurna. Tentunya kami akan terus
memperbaiki makalah ini dengan mengacu pada sumber terpecaya dan
memperbanyak pengetahuan sebagai bentuk referensi.

11
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2015. Linguistik Umum. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Hastatis, A. Dkk. 2019. Relasi Makna Bahasa Indonesia pada Website


Liputan 6 Berjudul “Mengenal Ayu Kartika Dewi Lulusan Unair
menjadi Staf Khusus Jokowi". Jurnal Universitas Negeri Medan

Nurpadillah, V., Susanto, H., & Aristia, D. (2021). Aspek Semantik pada
Grafiti Bak Truk di Rest Area Penggung Kota Cirebon Serta
Implikasinya Bagi Perkuliahan. Jurnal Cakrawala Linguista, 4(1),
70-81.

Pateda, Mansore. 2010. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta.


Susiati, S. (2020). Semantik: Teori Semantik, Relasi Makna, Marked, dan
Unmarked.

12

Anda mungkin juga menyukai